PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar,
dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit menyangkut
berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang
demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik di
bidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu,
rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua
tingkatan. Dalam kegiatan peningkatan mutu pelayanan keperawatan perlu ada suatu program
yang terencana dan berkesinambungan sebagai pedoman bagi pelayanan keperawatan dalam
mengevaluasi dan membuat rencana tindak lanjut sehingga tercapai peningkatan mutu
pelayanan yang diharapkan. Salah satu program yang dibuat adalah pemantauan dan evaluasi
kejadian infeksi di ruang rawat inap
Infeksi nosokomial banyak terjadi di negara miskin dan negara yang sedang
berkembang. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO (2003) menunjukkan bahwa kejadian
infeksi nosokomial di Asia Tenggara sebanyak 10%, sedangkan kejadian infeksi nosokomial di
negara berkembang sebanyak 9%. Sebagai perbandingan, bahwa tingkat infeksi nosokomial
yang terjadi di beberapa negara Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu sekitar 1% dibandingkan
dengan kejadian di negera-negara Asia, Amerika Latin dan Sub- Sahara Afrika yang tinggi
hingga mencapai lebih dari 40%.
Pengendalian infeksi di rumah sakit bertujuan melindungi pasien, keluarga/pengunjung
dan petugas/staf dari kejangkitan infeksi untuk mencapai cost efektif, angka infeksi yang rendah
serta kewaspadaan KLB (Kejadian Luar Biasa). Keselamatan pasien merupakan tolok ukur
dalam standar akreditasi nasional maupun internasional. Tim pengendalian infeksi berperan
penting dalam menunjang pelaksanaan dan pencapaian standar tersebut.
1
BAB II
LATAR BELAKANG
Program yang mudah diterapkan dan menunjang pencapaian standar harus disusun
berdasarkan kondisi serta sumber daya rumah sakit. Mengacu pada definisi dalam standar
akreditasi rumah sakit tersebut, program yang disusun harus meliputi cakupan kegiatan paling
sedikit memuat pengaturan tentang penggunaan antibiotika, ketentuan sterilisasi, penggunaan
disinfektans dan sebagainya. Setiap tahun program dibuat mengacu pada perkembangan metode
pencegahan dan pengendalian infeksi secara global, sehingga kebijakan dan prosedur akan selalu
mengalami perubahan, perbaikan dan pengembangan untuk efektivitas, efisiensi penerapan dan
hasil akhir suatu program kerja.
Kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien
dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit ini merupakan persoalan serius yang dapat
menjadi penyebab langsung atau tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi
nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien, akan tetapi ini menjadi penyebab
penting pasien dirawat lebih lama dirumah sakit. Ini berarti pasien membayar lebih mahal dan
dalam kondisi tidak produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan mengeluarkan biaya lebih
besar. Penyebabnya oleh kuman yang berada di lingkungan rumah sakit atau oleh kuman yang
sudah dibawa oleh paien sendiri, yaitu kuman endogen. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang angka infeksi nosokomialnya masih cukup tinggi. Angka infeksi nosokomial di 10
rumah sakit umum pendidikan utama berkisar antara, 6-16% dengan
rata-rata 9,8%
Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi
yang secara potensial dapat dicegah atau sebaliknya juga merupakan infeksi yang tidak dapat
dicegah. Untuk itu dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan perlu adanya program
pemantauan dan evaluasi terhadap kejadian infeksi di ruang rawat inap dan menurunkan kejadian
infeksi nosokomial di rumah sakit.
Program yang sudah dijalankan di RSUD Tuan Rondahaim Pamatang Raya telah
mencakup beberapa kegiatan dalam standar meskipun masih belum sempurna. Beberapa
kekurangan tersebut secara berkesinambungan dilakukan perbaikan dan pengembangan, baik
dalam hal kebijakan, prosedur maupun dalam penerapan.
Program yang disusun untuk tahun 2017 meliputi kegiatan rutin yang sudah berjalan
untuk pengendalian infeksi dan kegiatan yang baru diterapkan atau bersifat pengembangan untuk
peningkatan mutu pelayanan yang berkaitan dengan pengendalian infeksi di ruang rawat inap
RSUD Tuan Rondahaim Pamatang Raya.
2
BAB III
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
1. Tujuan Umum
Meningkatkan keselamatan pasien, petugas dan keluarga/pengunjung melalui setiap
aktivitas yang berpotensi atau berisiko penyebaran infeksi diantara pasien oleh petugas
kesehatan, fasilitas dan lingkungan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Cuci tangan menjadi budaya yang nyata dari setiap petugas kesehatan dan pengunjung di
RSUD Tuan Rondahaim Pamatang Raya.
b. Meningkatkan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri).
c. Menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di RSUD Tuan Rondahaim Pamatang
Raya.
d. Memantau dan mengevaluasi kejadian infeksi di ruang rawat inap RSUD Tuan
Rondahaim Pamatang Raya.
e. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas di ruang rawat inap RSUD Tuan
Rondahaim Pamatang Raya.
f. Terpenuhinya standar dan parameter pada Akreditasi Rumah Sakit
3
BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
4
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
7
BAB VI
SASARAN
Sasaran :
1. Sasaran Audience
a. Seluruh karyawan di ruang rawat inap RSUD Tuan Rondahaim Pamatang Raya.
b. Pasien di ruang rawat inap RSUD Tuan Rondahaim Pamatang Raya.
c. Pengunjung di ruang rawat inap RSUD Tuan Rondahaim Pamatang Raya.
2. Sasaran Indikator
Menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial :
a. Angka surgical site infection (ILO) < 2 %
b. Angka pneumonia karena ventilator < 10 kasus per 1000 hari pemakaian
ventilator ( NNIS Benchmark 5.1 % )
c. Angka pneumonia karena dirawat di rumah sakit < 10 kasus per 1000 hari
perawatan pasien dengan tirah baring ( NNIS Benchmark 5.1 % )
d. Angka Infusion Aliran Darah Primer (IADP) < 10 kasus per 1000 hari pemakaian
central vena line ( NNIS Benchmark 3.2% )
e. Angka Infeksi saluran kemih karena kateter (ISK) < 10 kasus per 1000 hari
pemakaian catheter urine (NNIS Benchmark 3%)
8
BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Tahun 2017
No Kegiatan Ja Fe M Ap M Ju Ag Se O No De
Jul
n b ar r ei n u p kt v s
Melaksankan
1
Survelens
Monitoring dan
2
Evaluasi
- Melakukan
Investigasi
Outbreak
- Membuat
Infection Control
Risk Assessment
- Monitoring
pembuangan
sampah infeksius
dan cairan tubuh
- Monitoring
Penanganan
Pembuangan
darah dan
komponen darah.
- Monitoring
pembuangan
benda tajam dan
jarum
- Pencatatan dan
pelaporan
tertusuk jarum
- Monitoring
9
Tahun 2017
No Kegiatan Ja Fe M Ap M Ju Ag Se O No De
Jul
n b ar r ei n u p kt v s
kepatuhan Hand
Hygiene
- Monitoring
penggunaan
APD (Alat
Pelindung Diri)
10
BAB VIII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA
2. Pelaporan Kegiatan
Unit melakukan pengolahan data dan analisa data mutu, dituangkan dalam bentuk
laporan yang ditujukan ke tim PPI setiap tiga bulan sekali hasil kegiatan dirangkum
dari seluruh instalasi .
11
BAB IX
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
- Laporan Bulanan
3 Laporan Triwulan 3 Bulanan Tim PPI
- Laporan kejadian
infeksi
3. Evaluasi Program
Evaluasi program dibuat dalam bentuk pelaporan setiap 3 bulan yang diserahkan
kepada tim PPI.
12