Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH PPKN

“ANU BETA TUBAT”

Nama anggota kelompok :


1. Andini
2. Restiani
3. Siti fajriah
4. Yuanita

kelas:
10 OTKP 2

Guru Mata Pelajaran :


Ibu Destiana S.Pd.
 ANU BETA TUBAT “PAPUA”

Anu Beta Tubat adalah karya budaya yang berasal dari Provinsi Papua Barat yang telah
ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahn 2017. Karya budaya
ini masuk dalam domain "Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan
semesta" dengan nomor pencatatan 201700594. Anu Beta Tubat merupakan kearifan
lokal dari penduduk Maybrat yang memiliki makna kebersamaan.

 Asal usul
Sejak masa lalu, masyarakat Maybrat telah mengenal semboyan adat Anu Beta Tubat
untuk menjaga kohesi sosial budaya. Leluhur orang Maybrat sejak berabad-abad
silam harus berjuang keras untuk dapat bertahan hidup di alam pegunungan karst yang
kurang subur. Kondisi hujan yang turun tidak menentu membuat tanaman mati
kekeringan. Disitulah manusia harus bertahan dengan binatang buruan, buah-buahan
hutan, serta ikan-ikan yang ada di danau. Sehingga, kebersamaan dalam menaklukan
ganasnya alam menjadi penting untuk dilakukan oleh orang Maybrat.
Ganasnya alam membuat masyarakat Maybrat sejak puluhan tahun silam menyadari
pentingnya budaya saling membantu untuk mewujudkan kesejahteraan dalam
kehidupan bermasyarakat. Secara harfiah, Anu Beta Tubat memiliki arti "bersama
kami mengangkat". Dalam praktiknya, Anu Beta Tubat telah berlangsung turun-
temurun menjadi penjaga harmonisasi kehidupan dari masyarakat Maybrat dan masih
berlangsung hingga saat ini. Namun oleh Robert Isir dan Pdt. Herman Saud pada
tahun 1983, dibentuk Yayasan Anu Beta Tubat bertempat di Jayapura, Provinsi
Papua. Pembentukan Yayasan Anu Beta Tubat menjadi awal pelestarian dan
pengenalan nilai-nilai budaya Maybrat kepada masyarakat luas.

 Praktik
Praktik budaya Anu Beta Tubat berlandaskan gotong royong, self support, dimana
beban satu orang untuk bersama-sama dipikul oleh seluruh masyarakat Maybrat di
Provinsi Papua Barat. Anu Beta Tubat yang berarti bersama kita semua mengangkat
suatu beban. Adapun praktik kebersamaan Anu Beta Tubat berlaku pada kegiatan
sebagai berikut

1. Pembukaan kebun atau ladang;


2. Pembiayaan sekolah anak;
3. Pembangunan asrama bagi anak yang sekola di kota;
4. Pembayaran biaya skripsi;
5. Pembayaran biaya wisuda;
6. Pembayaran maskawin adat;
7. Pembayaran denda adat;
8. Pembangunan rumah permanen.
Pembayaran maskawin dan denda adat umumnya menggunakan "Kain Timor" yang
memiliki harga ratusan juta rupiah. Dengan melakukan praktik kebersamaan Anu
Beta Tubat, pemenuhan kebutuhan terhadap hal ini dapat terasa ringan karena
ditanggung secara bersama.
Saat ini praktik budaya kebersamaan berbasis lokal Anu Beta Tubat masih tumbuh di
tengah-tengah masyarakat Maybrat, Papua. Dengan semangat Anu Beta Tubat,
masyarakat Maybrat membangun atau memperbaiki gedung sekolah, membeli buku-
buku pelajaran, membantu pembiayaan ujian anak-anak mereka. Kemiskinan tidak
menjadi penghalang bagi masyarakat Maybrat untuk dapat memperoleh pendidikan
yang baik. Masyarakat bergotong royong mengadakan fasilitas untuk sekolah dan
membayar gaji guru honorer. Praktik budaya Anu Beta Tubat juga telah membawa
George untuk menempuh pendidikan S2 di Universitas Birmingham, Inggris.
Beberapa program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemeritah telah
menyerap praktik budaya Anu Beta Tobat sehingga pelaksanaannya dapat sejalan
dengan kehidupan sosial dan budaya dari masyarakat. Masyarakat Maybrat telah
membuktikan bahwa praktik "gotong royong" berbasis budaya melalui karya budaya
Anu Beta Tobat dapat membawa mereka untuk menapaki kesejahteraan hidup yang
lebih baik dari masa ke masa.

Anu Beta Tubat atau gotong royong ditemui juga dalam bidang pendidikan. Untuk
membiayai pendidikan anak, orang Maybrat di Papua Barat mengatasi kendala
ketiadaan bangunan sekolah, kekurangan guru, membantu guru yang hidup pas-pasan,
kesulitan anak didik melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Disitu di uraikan bagaimana
dengan semangat gotong royong anu beta tubat, orang Maybrat bekerja sama,
berkorban, demi pendidikan anak-anak mereka. Orang Maybrat bergotong royong
membangun sekolah, mengumpulkan makanan untuk guru, membuka kebun untuk
guru bercocok tanam, membangun asrama bagi anak-anak yang melanjutkan sekolah
di kota, jauh dari kampung bahkan bergotong royong membantu biaya anak-anak
mereka melanjutkan kuliah.

DAFTAR PUSTAKA
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=594
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/hukum/
SKPENETAPAN2017.pdf
https://web.archive.org/web/20190222152259/https://
sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost%2Fxview&id=4160

Anda mungkin juga menyukai