INTERPRETASI BAB 3
1. Rasio Likuiditas
Aset Lancar
a. Current Rasio= = 1,395
Liabilitas Jangka Pendek
Artinya setiap Rp 1 liabilitas jangka pendek dijamin atau ditanggung oleh 1,395
atau 139,5% aset lancar. semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin liabilitas
jangka pendek perusahaan terhadap kreditur.
Aset Lancar−Sediaan
Quick Ratio = = 0,447
Liabilitas Jangka Pendek
Artinya setiap Rp 1 liabilitas jangka pendek dijamin oleh aktiva lancar selain
persediaan sebesar 0,447 atau 44,7% . Sehingga semakin tingggi quick ratio maka
semakin bagus harapan kreditor karena terjamin liabilitasnya
Kas+Sekuritas
c. Cash Ratio = = 0,447
Liabilitas Jangka Pendek
Artinya setiap Rp 1 liabilitas jangka pendek dijamin oleh kas dan sekuritas sebesar
0,447 atau 44,7%. Para kreditor akan meberikan kepercayaan kepada entitas untuk
memberikan liabilitas jangka pendeknya jika cash ratio tinggi
2. Rasio Solvabilitas
Jumlah Liabilitas
a. Debt to Total Assets = = 0,518
Jumlah Aset
Artinya ratio sebesar 0,518 menunjukkan bahwa presentase pembiayaan yang
diberikan oleh kreditor sebesar 51,8% dari pembiayaan aktivitas entitas atau setiap
Rp 0,518 liabilitas telah dijamin Rp 1 aset entitas. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi DTA berarti entitas dipercaya oleh kreditor untuk menggunakan
sumber dana dari kreditur. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan
meningkatkan prospek mendapatkan keuntungan dan berlaku sebaliknya. Kreditor
tertarik dengan debt to total assets yang rendah berarti terhindar dari likuiditas..
sebaliknya pemilik berusaha mendapatkan utang yang tinggi karena akan meperbesar
keuntungan yang berarti ratio nya akan tinggi.
Jumlah Liabilitas
b. Debt to Equity Ratio = = 0,518
Jumlah Ekuitas
Artinya ratio sebesar 0,518 menunjukkan bahwa presentase pembiayaan yang
diberikan oleh kreditor sebesar 51,8 dari modal sendiri entitas atau setiap Rp 0,518
liabilitas entitas dijamin Rp 1 ekuitas entitas. Sehingga kreditor menganggap entitas
mampu untuk memenuhi liabilitasnya jika rationya tinggi.
3. Rasio Aktivitas
Harga Pokok Penjualan
a. Inventory Turnover = = 1,711 kali
Sediaan
Artinya perputaran persediaan sebesar 1,711 kali menunjukkan bahwa setiap item
dari sdiaan akan terjual habis dan diganti kembali atau berputar sebanyak 1,711 kali
dalam satu tahun. Semakin tinggi rasio maka akan memberikan harapan baik bagi
investor karena netitas mampu mengelola asetnya. Begitu juga dengan manajemen
akan memiliki harapan yang besar untuk kelangsungan perusahaan.
Piutang
b. Day Sales Outstanding = = 0,329
Sediaan/360
Penjualan Kredit
c. Receivable Turnover= = 6,050
Piutang
Artinya tingkat perputaran piutang sebesar 6,050 kali dalam setahun dari penjualan
kredit. Semakin tinggi perputaran piutang suatu perusahaan semakin baik, perputaran
piutang dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit
misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Sehingga investor akan
tertarik untuk memiliki harapan yang baik bagi perkembangan perusahaan.
Piutang
d. Average Collection Period= = 59,501
Penjualan Kredit /360
Artinya rata-rata piutang berputar selama 59 hari, hal ini berarti secara rata-rata
perusahaan mengumpulkan piutangnya dalam jangka waktu 59 hari
360 Hari
Average Collection Period= = 59,501
Receivable Turnover
Artinya rata-rata piutang berputar selama 59 hari, hal ini berarti secara rata-rata
perusahaan mengumpulkan piutangnya dalam jangka waktu 59 hari.
Penjualan
e. Fixed Assets Turnover= = 2,295
Aset Tetap Neto
Artinya perputaran aset tetap sebesar 2,295 kali menunjukkan bahwa aset tetap
berputar sebanyak 2,295 kali dalam setahun dari penjualan bersih. Semakin tinggi
rasio maka semakin efektif dalam menggunakan sumberdaya sehingga manajemen
memiliki harapan untuk perkembangan perusahaan.
Penjualan
f. Total Assets Turnover = = 0,761
Jumlah Aset
Artinya perusahaan hanya mampu menghasilkan penjualan sebesar 0,761 kali dari
jumlah aset yang dimiliki. Semakin tinggi rasio maka semakin efektif dalam
menggunakan sumberdaya sehingga manajemen memiliki harapan untuk
perkembangan perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas
Penjualan−Harga Pokok Penjualan
a. Gross Profit Margin = = 0,141
Penjualan
Artinya rasio sebesar 0,141 berarti jumlah laba kotor adalah sebesar 14,1% dari
volume penjualan. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaaan operasi
perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih
rendah dibandingkan dengan penjualan. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah
gross profit margin, semakin kurang baik operasi perusahaan.
Operating Profit
e. Operating Profit Margin = = 0,046
Net Sales
operating profit margin sebesar 0,046 berarti kemampuan perusahaan mendatangkan
laba usaha sebesar 0,046 dari laba operasinya. Setiap Rp 1,00 penjualan
menghasilkan laba operasi sebesar 0,046. operating profit margin sebesar 0,046
berarti kemampuan perusahaan mendatangkan laba usaha sebesar 0,046 dari laba
operasinya. Setiap Rp 1,00 penjualan menghasilkan laba operasi sebesar 0,046.
Semakin tinggi rasio nya maka semakin baik kemampuan entitas untuk
mendatangkan laba sehingga memberikan harapan yang baik untuk pihak keiga.
5. Rasio Pasar
Harga Pasar per Lembar
a. PER = = 7,007
Laba Bersih per Lembar
Artinya jumlah uang yang dikeluarkan investor untuk setiap rupiah adalah 7,007
kalinya dari laba yang dilaporkan. Jika entitas sehat, manajemen dan organisasi kuat
dan dapat bekerja secara efisien akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi atau
paling tidak sama dengan nilai bukunya. Sehingga akan memberikan citra positif
kepada investor untuk menanamkan sahamnya.
Harga Pasar per Lembar
b. Market to Book Value = = 0,000
Nilai Buku per Lembar
Artinya rasio sebesar 0,000 menunjukkan bahwa harga saham per lembar
ditransaksikan sebesar 0,000 dari nilai buku per lembar. Hal ini menunjukkan kepada
investor jika semakin besar rasio maka prospek perusahaan bagus.
Dividen per Lembar
c. Dividen Yield = = 0,000
Harga Pasar per Lembar
Artinya investor akan memperoleh total return sebesar 0,000 kali. Semakin tinggi
rasionya maka investor akan tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan.
Dividen per Lembar
d. Dividen payment = = 0,000
Laba Bersih per Lembar
Artinya rasio sebesar 0,095 menunjukkan bahwa perusahaan membayarkan 0,095 dari
laba laba bersih dan menginvestasikan ulang 0,095 ke perusahaan berupa laba ditahan.
Semakin tinggi rasionya maka investor akan tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan.
Harga Pasar per Lembar
e. PBV = = 1,811
Modal per Lembar
Artinya rasio sebesar 1,811 menunjukkan bahwa investor membeli 42 kali lipat saham
dari modal. Semakin tinggi rasionya maka investor akan tertarik untuk berinvestasi ke
perusahaan.
BAB 4
INTERPRETASI BAB 4
Berdasarkan analisis indeks dasar tahun 2018 diketahui 2 akun terbesar yaitu utang
usaha pihak ketiga sebesar 185,467% dan beban masih harus dibayar sebesar 362,332%. Serta
2 akun terkecil yaitu utang usaha pihak ketiga sebesar 66,102% dan liabilitas jangka pendek
lainnya 53,872%.
Berdasarkan analisis indeks dasar tahun 2018 diketahui 2 akun terbesar yaitu liabilitas
pajak tangguhan sebesar 94,416% dan liabilitas imbalan kerja karyawan sebesar 109,109%.
Serta 2 akun terkecil yaitu utang pihak berelasi sebesar 53,976% dan keuntugan ditagguhkan
atas transaksi sewa sebesar dan jual balik sebesar 63,571%.
5. Ekuitas
Analisis command size dihitung dengan membandingkan masing-masing elemen aset
dibandingkan dengan jumlah aset. Berdasarkan analisis tersebut diketahui 2 akun terbesar
yaitu komponen ekuitas lainnya sebesar 15,820% dan saldo laba sebesar 13,607%. Serta 2
akun terkecil yaitu saham treasuri sebesar -0,306% dan kepentingan non pengendali sebesar
0,001%.
Berdasarkan analisis indeks dasar tahun 2018 diketahui 2 akun terbesar yaitu saldo laba
sebesar 126,971% dan modal saham sebesar 100,000%. Serta 2 akun terkecil yaitu
Komponen ekuitas lainnya sebesar 99,760% dan Kepentingan non-pengendali sebesar
98,438%.
Berdasarkan analisis indeks dasar tahun 2018 diketahui 2 akun terbesar yaitu laba
sebelum taksiran penghasilan sebesar 391,169% dan jumlah taksiran beban pajak sebesar
436,728. Serta 2 akun terkecil yaitu kerugian akturia sebesar -26,234 % dan penghasilan
komprehensif lain tahun berjalan setelah pajak sebesar -9,493%.
Berdasarkan analisis indeks dasar tahun 2018 diketahui 2 akun terbesar yaitu
pembayaran pajak penghasilan sebesar 758,886% dan penerimaan penghasilan keuangan
sebesar 135,913%. Serta 2 akun terkecil yaitu pembayaran kas kepada pemasok, karyawan
dan lain-lain sebesar 87,165% dan kas yang dihasilkan dari (digunakan untuk) operasi
sebesar -694,131%.
Berdasarkan analisis indeks dasar tahun 2018 diketahui 2 akun terbesar yaitu
penambahan uang muka pembelian asset tetap sebesar 40008,571% dan penambahan asset
tak berwujud dan asset tidak lancar lainnya sebesar 1056,873%. Serta 2 akun terkecil yaitu
hasil penjualan asset tetap sebesar 35,498% dan penambahan property investasi sebesar
0,000%.
INTERPRETASI BAB 5
A. RASIO LIKUIDITAS
1. Current Ratio
Berdasarkan perhitungan current ratio (CR) periode 2017-2019 mengalami penurunan
setiap tahunnya. Dan dapat diinterpretasikan kinerja yang paling baik adalah tahun 2017,
karena nilai CR tertinggi yaitu sebesar 1,505 dikarenakan perusahaan memiliki liabilitas
jangka pendek yang rendah dibandingkan tahun lainnya, sedangkan nilai terendah terjadi
pada tahun 2019 sebesar 1,395. Nilai terendah tersebut dikarenakan penurunan aset
lancar yang disebabkan kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya.
Semakin tinggi CR dapat diinterpretasikan bahwa kreditor akan semakin tertarik untuk
memberikan pinjamannya karena utang semakin terjamin pelunasannya. Dengan
tingginya rasio maka akan memberikan harapan baik bagi investor karena entitas mampu
membayar utang/kewajiban jangka pendek dengan baik. Dan semakin tinggi CR maka
entitas semakin efektif dalam mengelola dan melunasi liabilitas jangka pendek yang ada
di perusahaan.
2. Quick Ratio
Berdasarkan perhitungan quick ratio (QR) periode 2017-2019 mengalami penurunan
setiap tahunnya dan dapat diinterpretasikan kinerja yang paling baik adalah tahun 2017,
karena nilai QR tertinggi yaitu sebesar 0,772 dikarenakan perusahaan memiliki liabilitas
jangka pendek yang rendah dibandingkan tahun lainnya, sedangkan nilai terendah terjadi
pada tahun 2019 sebesar 0,686. Nilai terendah tersebut dikarenakan penurunan aset
lancar yang disebabkan kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya.
Semakin tinggi CR dapat diinterpretasikan bahwa kreditor akan semakin tertarik untuk
memberikan pinjamannya karena utang semakin terjamin pelunasannya. Dengan
tingginya rasio maka akan memberikan harapan baik bagi investor karena entitas mampu
membayar utang/kewajiban jangka pendek dengan baik. Dan semakin tinggi CR maka
entitas semakin efektif dalam mengelola dan melunasi liabilitas jangka pendek yang ada
di perusahaan.
3. Cash Ratio
Berdasarkan perhitungan cash ratio periode 2017-2019 mengalami fluktuatif / tidak
konsisten dan dapat diinterpretasikan kinerja yang paling baik adalah tahun 2018, karena
nilai cash ratio tertinggi yaitu sebesar 0,446 dikarenakan perusahaan memiliki kas yang
lebih tinggi dibandingkan tahun lainnya untuk menutup liabilitas jangka pendek.
Sedangkan cash ratio terendah yaitu pada tahun 2019 sebesar 0,369. Nilai rasio terendah
tersebut dikarenakan kas yang lebih rendah untuk menutup liabilitas jangka pendek.
Semakin tinggi cash ratio dapat diinterpretasikan bahwa kreditor akan semakin tertarik
untuk memberikan pinjamannya karena utang semakin terjamin pelunasannya oleh
entitas. Untuk investor sendiri maka juga akan tertarik karena entitas mampu membayar
utang jangka pendek dengan baik. Dan semakin tinggi rasio maka entitas semakin efektif
dalam mengelola dan melunasi liabilitas jangka pendek yang ada di perusahaan.
B. RASIO SOLVABILITAS
1. Debt to Total Assets
Berdasarkan perhitungan debt to total assets periode 2017-2019 mengalami fluktuatif
dari tahun ke tahun dan dapat diinterpretasikan nilai rasio terbaik pada tahun 2019
sebesar 0,518 lalu tertinggi pada tahun 2018 sebesar 0,551. Nilai rasio DTA tinggi
disebabkan presentase total aset perusahaan yang didanai dari kreditur lebih tinggi
dibandingkan tahun lainnya. Sedangkan nilai rasio DTA rendah disebabkan presentase
total aset perusahaan yang didanai dari kreditur lebih rendah dari tahun lainnya.
Berdasarkan analisis common size, pada total liabilitas mengalami penurunan dari tahun
ke tahun sedangkan pada total aset mempunyai nilai yang tetap dari setiap tahunnya. Oleh
sebab itu, semakin rendah nilai analisis common size total liabilitas maka akan membuat
nilai DTA semakin rendah dan begitu juga sebaliknya.
Semakin rendah DTA, dapat diinterpretasikan bahwa kreditor akan semakin tertarik
karena adanya perlindungan bagi kreditor terhadap adanya kemungkinan likuidasi. Untuk
investor sendiri maka juga akan tertarik dengan DTA yang semakin rendah. Dan semakin
tinggi rasio DTA maka entitas/manajemen memperbesar harapan dalam memperoleh
keuntungan. Berdasarkan hasil analisis time series di atas, maka tahun 2019 mempunyai
tingkat ketertarikan yang paling tinggi dibanding tahun yang lain karena nilai pada tahun
2019 adalah yang paling rendah.
C. RASIO AKTIVITAS
1. Inventory Turnover
Berdasarkan perhitungan inventory turnover(IT) periode 2017-2019 mengalami kenaikan
dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017 sebesar 1,284 kemudian
mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebesar 1,481 dan mengalami kenaikan kembali
pada tahun 2019 sebesar 1,711. Nilai IT yang tinggi disebabkan oleh semakin rendahnya
jumlah pembelian setiap kali membeli, sedangkan nilai IT yang rendah disebabkan oleh
semakin besarnya jumlah pembelian setiap kali membeli.
Semakin tinggi IT maka entitas tidak memiliki persediaan yang banyak sehingga kondisi
entitas lebih baik, sedangkan semakin rendah nilai IT maka entitas menyimpan
persediaan yang terlalu banyak / tidak produktif sehingga dapat dikatakan tingkat
pengembalian investasinya rendah / nihil. Dengan tingginya rasio maka akan
memberikan harapan baik bagi investor karena entitas mampu mengelola asetnya dengan
efektif.
2. Day Sales Outstanding
Berdasarkan perhitungan day sales outstanding (DSO) periode 2017-2019 mengalami
penurunan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017 sebesar 108,806 lalu
mengalami penurunan pada tahun 2018 sebesar 92,669 dan mengalami penurunan lagi
pada tahun 2019 sebesar 0,329.
Semakin cepat entitas menerima piutang dari pelanggan, maka entitas semakin efektif
dalam menggunakan sumber daya perusahaan. Hal ini akan menarik investor untuk
menanamkan modalnya.
3. Receivable Turnover
Berdasarkan perhitungan receivable turnover (RT) periode 2017-2019 mengalami
fluktuatif dari tahun ke tahun. dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017
sebesar 5,018 lalu mengalami kenaikan pada tahun 2018 sebesar 6,529 dan mengalami
penurunan lagi pada tahun 2019 sebesar 6,050.
Semakin cepat perputaran piutang, maka semakin efektif pengelolaan aset perusahaan,
yang berarti bahwa investor memiliki harapan yang baik untuk perkembangan
perusahaan.
4. Average Collection Period
Berdasarkan perhitungan average collection period(ACP) periode 2017-2019 mengalami
penurunan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017 sebesar 71,738 lalu
mengalami penurunan pada tahun 2018 sebesar 41,984 dan mengalami penurunan lagi
pada tahun 2019 sebesar 38,627. Nilai ACP yang tinggi disebabkan oleh rata-rata
pelanggan yang tidak membayar tagihan tepat pada waktunya, sedangkan nilai ACP yang
rendah disebabkan oleh rata-rata pelanggan membayar tagihan tepat pada waktunya.
Semakin tinggi nilai ACP berarti entitas terlalu banyak menghabiskan dana yang
sebenarnya dapat digunakan untuk investasi di aset-aset yang produktif lainnya, sehingga
kebijakan entitas perlu mempercepat penagihan piutang. Semakin cepat perusahaan
dalam mengumpulkan piutang maka semakin efektif perusahaan dalam mengelola aset,
sehingga investor dan kreditor akan tertarik pada perusahaan tersebut.
5. Fixed Assets Turnover
Berdasarkan perhitungan fixed assets turnover (FAT) periode 2017-2019 mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017
sebesar 1,665 lalu mengalami kenaikan pada tahun 2018 sebesar 2,033 dan pada tahun
2019 mengalami kenaikan kembali sebesar 2,295. Nilai fixed assets turnover yang tinggi
disebabkan oleh tidak adanya idle capacityi dalam penggunaan aset, sedangkan nilai
fixed assets turnover yang rendah disebabkan oleh adanya idle capacity dalam
penggunaan aset.
Semakin tinggi nilai fixed assets turnover berarti entitas semakin efektif dalam
menggunakan aset tersebut karena tidak adanya idle capacity / produk yang tidak
terpakai. Hal tersebut akan membuat investor dan kreditor tertarik pada perusahaan
tersebut.
6. Total Assets Turnover
Berdasarkan perhitungan total assets turnover(TAT) periode 2017-2019 mengalami
fluktuatif dari tahun ke tahun dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017
sebesar 0,584 lalu mengalami kenaikan pada tahun 2018 menjadi 0,688 dan mengalami
penurunan pada tahun 2019 menjadi 0,584. Nilai total assets turnover yang tinggi
disebabkan nilai penjualan yang jauh lebih tinggi dari nilai jumlah aset, sedangkan nilai
total assets turnover yang rendah disebabkan oleh nilai penjualan yang jauh lebih rendah
dari nilai jumlah aset.
Semakin tinggi nilai fixed assets turnoverberarti entitas semakin efektif dalam
menggunakan aset tersebut karena tidak adanya idle capacity / produk yang tidak
terpakai. Hal tersebut akan membuat investor dan kreditor tertarik pada perusahaan
tersebut.
D. RASIO PROFITABILITAS
1. Gross Profit Margin
Berdasarkan perhitungan gross profit margin(GPM) periode 2017-2019 mengalami
fluktuatif / tidak konsisten dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017 sebesar
0,154 lalu mengalami penurunan pada tahun 208 menjadi 0,119 dan mengalami kenaikan
pada tahun 2019 menjadi 0,141. Kenaikan dan penurunan rasio ini tiap tahunnya
disebabkan nilai adanya kondisi perolehan pendapatan dan beban pokok pendapatan yang
mengalami perubahan yang signifikan tiap tahunnya. Kenaikan dan penurunan rasio ini
juga disebabkan adanya kebijakan penggunaan biaya material dan biaya overhead yang
ditetapkan perusahaan.
Semakin besar GPM semakin baik keadaan operasional entitas. GPM yang tinggi
menunjukkan kemampuan entitas dalam mendapatkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu. Dengan adanya perolehan laba yang semakin tinggi akan mendorong
kreditor dan investor untuk bekerjasama dengan perusahaan.
2. Net Profit Margin
Berdasarkan perhitungan net profit margin (NPM) periode 2017-2019 mengalami
fluktuatif / tidak konsisten dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017 sebesar
0,002 lalu mengalami kenaikan pada tahun 2018 menjadi 0,011 dan mengalami
penurunan pada tahun 2019 menjadi 0,002. Kenaikan dan penurunan rasio ini tiap
tahunnya disebabkan nilai adanya kondisi perolehan pendapatan dan laba bersih yang
mengalami perubahan yang signifikan tiap tahunnya. Kenaikan dan penurunan rasio ini
juga disebabkan adanya kebijakan segmen usaha yang diterapkan perusahaan.
Jika entitas sehat, manajemen dan organisasi kuat dan dapat bekerja secara efisien akan
memiliki nilai rasio yang tinggi. Sehingga semakin tinggi rasio akan memberikan
ketertarikan investor untuk menanamkan sahamnya. Hal ini juga akan mendorong
kreditor untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan.
3. Return on Investment
Berdasarkan perhitungan return on investment(ROI) periode 2017-2019 mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017
sebesar 0,001 lalu mengalami peningkatan pada tahun 2018 mejadi 0,008 dan mengalami
peningkatan pada tahun 2019 menjadi 0,029. Penurunan rasio ini tiap tahunnya
disebabkan penghasilan laba bersih yang menurun tiap tahunnya dan total aset yang tidak
mengalami perubahan yang signifikan tiap tahunnya. Penurunan rasio ini juga disebabkan
adanya kebijakan segmen usaha yang diterapkan perusahaan yakni hanya jasa konstruksi
saja yang menyebabkan pendapatan menurun tiap tahunnya.
Semakin tinggi ROI menunjukkan manajemenn aset suatu entitas semakin efisiensi.
Sehingga semakin tinggi rasio membuat investor memiliki harapan yang baik karena
entitas semakin mampu mendatangkan keuntungan. Hal ini juga akan mendorong
kreditor memberikan pinjaman pada perusahaan.
4. Operating Profit Margin
Berdasarkan perhitungan operating profit margin (OPM) periode 2017-2019 mengalami
peningkatan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017 sebesar 0,003 lalu
mengalami peningkatan pada tahun 2018 menjadi 0,011 dan mengalami peningkatan lagi
pada tahun 2019 menjadi 0,046. Kenaikan dan penurunan rasio ini tiap tahunnya
disebabkan nilai adanya kondisi penjualan bersih dan laba operasi yang mengalami
perubahan yang signifikan tiap tahunnya. Kenaikan dan penurunan rasio ini juga
disebabkan adanya kebijakan segmen usaha yang diterapkan perusahaan.
Semakin tinggi operating margins, maka entitas dalam mengendalikan seluruh biaya
semakin baik dan manajemen dapat menjaga tingkat penjualan dan mengendalikan biaya.
Dengan begitu akan memberikan ketertarikan investor untuk menanamkan sahamnya.
Hal ini juga akan mendorong kreditor untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan.
E. RASIO PASAR
1. Price Earning Ratio (PER)
Berdasarkan perhitungan PER periode 2017-2019 mengalami penurunan dari tahun ke
tahun dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017 sebesar 94,262 lalu
mengalami penurunan pada tahun 2018 menjadi 12,192 dan mengalami penurunan
kembali pada tahun 2019 menjadi 7,007. Kenaikan rasio ini tiap tahunnya disebabkan
nilai harga pasar per lembar saham yang terus meningkat dan laba bersih per lembar
saham yang tidak mengalami perubahan yang signifikan tiap tahunnya. Kenaikan rasio
ini juga disebabkan adanya kebijakan agio saham yang diterapkan perusahaan.
Jika entitas sehat, manajemen dan organisasi kuat dan dapat bekerja secara efisien akan
memiliki nilai pasar yang lebih tinggi atau paling tidak sama dengan nilai bukunya.
Sehingga akan memberikan citra positif kepada investor untuk menanamkan sahamnya.
Hal ini juga akan mendorong kreditor untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan.
2. Market to Book Value(MBV)
Berdasarkan perhitungan Market to Book Value (MBV) periode 2017-2019 mengalami
penrunan dari tahun ke tahun dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017
sebesar 0,291 lalu mengalami penurunan pada tahun 2018 menjadi 0,207 dan mengalami
penurunan kembali pada tahun 2019 menjadi 0,000. penurunan rasio ini tiap tahunnya
disebabkan nilai harga pasar per lembar saham yang terus menurun dan nilai buku per
lembar tidak mengalami perubahan yang signifikan tiap tahunnya. Kenaikan rasio ini
juga disebabkan adanya kebijakan agio saham yang diterapkan perusahaan.
Semakin tinggi rasionya maka investor akan tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan
karena mengindikasikan perusahaan memiliki prospek yang baik kedepannya. Hal ini
juga akan mendorong kreditor untuk memberikan pinjaman, dan bagi manajemen
mengindikasikan manajemen melakukan kinerja dengan baik..
3. Price to Book Value (PBV)
Berdasarkan perhitungan Market to Book Value (MBV) periode 2017-2019 mengalami
fluktuatif dari tahun ke tahun dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2017
sebesar 1,150 lalu mengalami penurunan pada tahun 2018 sebesar 0,840 dan mengalami
kenaikan tahun 2019 menjadi 1,811. penurunn rasio ini tiap tahunnya disebabkan nilai
harga pasar per lembar saham yang terus turun dan modal per lembar yang konstan tiap
tahunnya. penuuanan rasio ini juga disebabkan adanya kebijakan agio saham yang
diterapkan perusahaan.
Semakin tinggi rasionya maka investor akan tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan
karena mengindikasikan perusahaan memperoleh laba yang tinggi sehingga harga per
lembar sahamnya semakin naik dari tahun ke tahun. Hal ini juga akan mendorong
kreditor untuk memberikan pinjaman, dan bagi manajemen mengindikasikan manajemen
melakukan kinerja dengan baik.
BAB 6
INTERPRETASI BAB 6
A. RASIO LIKUIDITAS
1. Current Ratio
Hasil perhitungan current ratio untuk ketiga perusahaan tahun 2019 menunjukkan PT.
Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling jelek di
bandingkan dengan perusahaan lain yang dapat di lihat dari nilai current yang paling
rendah sebesar 1,395 sedangkan PT. Panca Bui Idaman Tbk memiliki kinerja keuangan
yag paling baik yang dapat dilihat dari nilai current ratioyang paling tinggi sebesar 2.606.
Semakin tinggi nilai current ratio, maka semakin tinggi pula jaminan yang diberikan
entotas kepada para kreditor jangka pendek.
KEBIJAKAN PERUSAHAAN
2. Quick Ratio
Hasil perhitungan quick ratio untuk ketiga perusahaan tahun 2019 menunjukkan PT. Steel
Pipe Industry of Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling jelek di
bandingkan dengan perusahaan lain yang dapat di lihat dari nilai Quick Ratio sebesar
0,689 sedangkan PT. Panca Budi Idaman Tbk memiliki kinerja keuangan yag paling baik
yang dapat dilihat dari nilai Quick ratioyang paling tinggi sebesar 1,184. Sedangkan nilai
quick ratio PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk sebesar 1,002. Semakin tinggi nilai
Quick Ratio, maka kemampuan entitas untuk membayar kewajiban lancar semakin baik.
3. Cash Ratio
Hasil perhitungan Cash Ratio untuk ketiga perusahaan tahun 2019 menunjukkan PT.
Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling jelek
dibandingkan dengan perusahaan lainnya dengan nilai cash ratio sebesar 0,369 sedangkan
PT. Panca Budi Idaman Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling baik yang dapat
dilihat dari nilai cash ratio yang paling tinggi sebesar 0,662. semakin tinggi nilai Cash
Ratio perusahaan, maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut karena
perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam menutup liabilitas jamgka pendeknya
dengab kas dan surat berharga/setara kas yang dimiliki perusahaan.
B. RASIO SOLVABILITAS
1. Debt to Total Assets
Hasil perhitungan Debt to total asset ratio (DTA) untuk ketiga perusahaan tahun 2019
menunjukkan menunjukkan PT. Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk memiliki kinerja
keuangan yang paling jelek dibandingkan dengan perusahaan lainnya dengan nilai Debt
to total asset ratio (DTA) sebesar 0,518 sedagkan PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk
memiliki kinerja keungan yang paling baik dengan nilai Debt to total asset ratio (DTA)
sebesar 0,282. Semakin rendah DTA, dapat diinterpretasikan bahwa kreditor akan
semakin tertarik karena adanya perlindungan bagi kreditor terhadap adanya kemungkinan
likuidasi. Untuk investor sendiri maka juga akan tertarik dengan DTA yang semakin
rendah.
2. Debt to Equity Ratio
Hasil perhitungan Debt to equity ratio (DER) untuk ketiga perusahaan tahun 2019
menunjukkan PT. Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang
paling jelek dibandingkan dengan perusahaan lainnya dengan nilai Debt to equity ratio
(DER) sebesar 0,518 sedangkan PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk memiliki kinerja
keungan yang paling baik dengan nilai Debt to equity ratio (DER) sebesar 0,393.
Semakin rendah DER, dapat diinterpretasikan bahwa kreditor akan semakin tertarik untuk
memberikan pinjamannya karena utang semakin terjamin pelunasannya. Untuk investor
sendiri maka juga akan tertarik dengan DER yang semakin rendah
3. Times Interest Earned
Hasil perhitungan Time interest earned ratio (TIER) untuk ketiga perusahaan tahun 2019
menunjukkan PT. Panca Budi Idaman Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling jelek
dengan nilai Time interest earned ratio (TIER) sebesar 27,599 sedangkan PT. Chareon
Pokphand Indonesia Tbk memiliki kinerja keungan yang paling baik dengan nilai Time
interest earned ratio (TIER) sebesar 12,931.
C. RASIO AKTIVITAS
1. Inventory turnover
Hasil perhitungan Inventory turnover untuk ketiga perusahaan tahun 2019 menunjukkan
sedangkan PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling
baik yaitu dengan nilai Inventory turnover sebesar 8,838 sedangkan nilai Inventory
turnover yang terendah dimiliki oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk sebesar
1,711. Semakin tinggi nilai Inventory turnover perusahaan, maka semakin rendah jumlah
pembelian setiap kali membeli, berarti entitas tidak memiliki sediaan yang banyak,
keuntugannya semakn tinggi. Semakin rendah nilai Inventory turnover perusahaan, maka
makin besar jumlah pembelian setiap kali membeli, berarti entitas menyimpan sediaan
terlalu banyak, atau tidak produktif, hal ini dapat diartikan bahwa tingkat pengembalian
investasinya rendah.
2. Day Sales Outstanding
Hasil perhitungan Day sale outstanding untuk ketiga perusahaan tahun 2019
menunjukkan PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang
paling baik yaitu dengan nilai Inventory turnover sebesar 203,913 sedangkan nilai
Inventory turnover yang terendah dimiliki oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
sebesar 0,329
3. Receivabale Turnover
Hasil perhitungan Receivable turnover untuk ketiga perusahaan tahun 2019 menunjukkan
PT. Panca Budi Idaman Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling baik yaitu dengan
nilai Inventory turnover sebesar 14,939 sedangkan nilai Inventory turnover yang
terendah dimiliki oleh PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,978.
semakin tinggi nilai Receivable turnover perusahaan, maka perusahaan memiliki
kemampuan yang baik atau berhasil melalukan penagihan piutangnya.
4. Average Collection Period
Hasil perhitungan Avaerage collection period untuk ketiga perusahaan tahun 2019
menunjukkan PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk Indah memiliki kinerja keuangan
yang paling baik yaitu dengan nilai Avaerage collection period sebesar 368,179
sedangkan nilai Avaerage collection period yang terendah dimiliki oleh PT. Steel Pipe
Industry of Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,060.. Tinggi nilai Avaerage collection period
menggambarkan secara rata-rata pelanggan tidak membayar tagihan mereka dengan tepat
pada waktunya, berarti perusahaan terlalu banyak menghabiskan dana yang sebenarnya
dapat digunakan untuk investasi di aset-aset yang produktif lainnya sehingga kebijakan
perusahan perlu mempercepat penagiha piutang.
5. Fixed Assets Turnover
Hasil perhitungan Fixed assets turnover untuk ketiga perusahaan tahun 2019
menunjukkan PT. Panca Budi Idaman Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling baik
yaitu dengan nilai Fixed assets turnover sebesar 7,170 sedangkan nilai Fixed assets
turnover yang terendah dimiliki oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk yaitu
sebesar 2,295.. semakin tinggi nilai Fixed assets turnover perusahaan, maka perusahaan
memiliki efektivitas dalam menggunakan aset tetap atau perputaran aset tetap. Rasio yang
rendah menunjukkan adanya idle capasity dalam penggunaan aset.
6. Total Assets Turnover
Hasil perhitungan Total assets turnover untuk ketiga perusahaan tahun 2019
menunjukkan PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang
paling baik yaitu dengan nilai Total assets turnover sebesar 1,998 sedangkan nilai Total
assets turnover yang terendah dimiliki oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
yaitu sebesar 0,584. semakin tinggi nilai Total assets turnover perusahaan, maka
perusahaan semakin efektif dalam mengelola sumber daya perusahaan.
D. RASIO PROFITABILITAS
1. Gross Profit Margin
Hasil perhitungan Gross profit margin untuk ketiga perusahaan tahun 2019 menunjukkan
PT. Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling baik
yaitu dengan nilai Gross profit margin sebesar 0,141 sedangkan nilai Gross profit margin
yang terendah dimiliki oleh PT. Panca Budi Idaman Tbk yaitu sebesar 0,130. semakin
tinggi nilai Gross profit margin perusahaan, maka perusahaan menunjukkan kemampuan
dalam mendapatkan laba yang lebih tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
2. Net Profit Margin
Hasil perhitungan Net profit margin untuk ketiga perusahaan tahun 2019 menunjukkan
PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling baik yaitu
dengan nilai Net profit margin sebesar 0,062 sedangkan nilai Net profit margin yang
terendah dimiliki oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,002.
semakin tinggi nilai Net profit margin perusahaan, maka perusahaan menunjukkan
kemampuan dalam mendapatkan laba yang lebih tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
3. Return on Investment
Hasil perhitungan Return On Investment (ROI) untuk ketiga perusahaan tahun 2019
menunjukkan PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang
paling baik yaitu dengan nilai Return On Investment (ROI) sebesar 0,124 sedangkan nilai
Return On Investment (ROI) yang terendah dimiliki oleh PT. Steel Pipe Industry of
Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,029. semakin tinggi nilai Return On Investment (ROI)
perusahaan, maka perusahaan menunjukkan mamajemen aset suatu perusahaan semakin
efisiensi.
4. Return on Net Worth
Hasil perhitungan Return On Net Worth untuk ketiga perusahaan tahun 2019
menunjukkan PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang
paling baik yaitu dengan nilai Return On Net Worth sebesar 0,172 sedangkan nilai Return
On Net Worth yang terendah dimiliki oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk yaitu
sebesar 0,059. semakin tinggi nilai Return On Net Worth perusahaan, maka perusahaan
menunjukkan mamajemen aset suatu perusahaan semakin efisiensi dan mendapatkan
keuntungan lebih besar.
5. Operating Profit Margin
Hasil perhitungan Operating Profit Margin untuk ketiga perusahaan tahun 2019
menunjukkan PT. Chareon Pokphand Indonesia Tbk memiliki kinerja keuangan yang
paling baik yaitu dengan nilai Operating Profit Margin sebesar 0,084 sedangkan nilai
Operating Profit Margin yang terendah dimiliki oleh PT. Steel Pipe Industry of Indonesia
Tbk yaitu sebesar 0,046. semakin tinggi nilai Operating Profit Margin perusahaan, maka
perusahaan dalam mengendalikan seluruh biaya semakin baik, manajemen dapat menjaga
tingkat penjualan dan mengendalikan biaya.
BAB 7
Return on Assets
0,757 %
NPM TAT
x
0,011 0,688
NPM TAT
x
0,038 0,751
ROA (0,008). ROA adalah hasil dari Net Proit Margin (0,011) dikali Assets
Profit Margin yaitu Earning After Tax sebesar Rp 48.741 dibagi dengan Penjualan
penjualan dan retur penjualan. Earning After Tax sebesar Rp 48.741 adalah selisih
antar Penjualan Neto dikurangi HPP sebesar Rp 3.935.894 Bunga dan Pajak sebesar
Rp 10.899 serta Biaya Operasi sebesar Rp 472.056. Sedangkan pada bagian kanan
Penjualan Neto sebesar Rp 4.467.590 dibagi Total Aset Rp 6.494.070 Total Aset
adalah Aset Lancar sebesar Rp 3.640.590 ditambah Aset Tetap Rp 2.853.350. Total
Aset adalah keseluruhan asset lancer Kas sebesar Rp232.235, Time Deposits Rp
sebesar Rp 14.689.
ROA (0,028). ROA adalah hasil dari Net Proit Margin (0,038) dikali Assets
Profit Margin yaitu Earning After Tax sebesar Rp 185.694 dibagi dengan Penjualan
penjualan dan retur penjualan. Earning After Tax sebesar Rp 185.694 adalah selisih
antar Penjualan Neto dikurangi HPP sebesar Rp 4.197.484, Bunga dan Pajak sebesar
Rp 47.599, serta Biaya Operasi sebesar Rp 455.098. Sedangkan pada bagian kanan
Penjualan Neto sebesar Rp 4.885.875 dibagi Total Aset Rp 6.505.961. Total Aset
adalah Aset Lancar sebesar Rp 3.628.743 ditambah Aset Tetap Rp 2.877.218. Total
Aset adalah keseluruhan asset lancer Kas sebesar Rp 219.024, Time Deposits Rp
sebesar Rp 14.689.
Skema ini menunjukkan hubungan beberapa rasio keuangan hubungan beberapa rasio
untuk mendapatkan Return on Investment (ROI) atau sering diproksikan dengan Return
on Assets (ROA). Rasio ROA didapatkan dari perkalian Net Profit Margin dengan Total
Asset Turnover.
Besarnya nilai ROA perusahaan Steel Pipe Industri tbk pada tahun 2018 sebesar 0,757%
tahun 2019 naik menjadi 2,854%. Besarnya nilai ROA perusahaan Steel Pipe Industri tbk
menunjukkan kinerja perusahaan cukup baik dan stabil dalam menghasilkan laba karena
penjualan maupun kredit kepada pihak consumer, dan meningkatkan penjualan guna
memberikan sentimen positif terhadap nilai Net Profit Margin sehingga dapat
meningkatkan nilai Return On Assets setiap periodenya tanpa adanya kasus penurunan
Besarnya nilai ROA ini dipengaruhi dari besarnya nilai Net Profit Margin dan nilai Total
Asset Turn Over perusahaan yang sekaligus akan mempengaruhi besarnya nilai ROE
perusahaan. Angka NPM dapat dikatan baik apabila > 5%. Nilai profit margin perusahaan
Steel Pipe Industri tbk pada tahun 2018 sebesar 1,091%, naik menjadi 3,801%. Dari nilai
tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang cukup buruk dalam mendapatkan laba
yang tinggi, sehingga perusahaan tidak profitabel. Karena semakin besar nilai rasio ini,
maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang
Profit margin merupakan ukuran efisiensi suatu perusahaan. Profit margin, melaporkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu. profit margin
bisa diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi perusahaan yakni sejauh mana kemampuan
perusahaan menekan biaya biaya yang ada diperusahaan. Rasio ini sangat penting bagi
besar net profit margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan
biaya biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya. Semakin besar NPM, maka kinerja
BAB 8
JAWABAN DAN INTERPRETASI BAB 8
TAHUN 2018-2019
Return on Equity
1.782%
Return on Equity
5,804%
2018 2019
Keterangan
ICMD Manual ICMD Manual
ROA 0,8% 0.757% 2,9% 2,854%
ROE 1,7% 1,782% 6,0% 5,804%
Analisis :
Hasil perhitungan manual return on asset dan return on equity sesuai dengan
persentase sistem fundamental perusahaan. Dari perhitungan manual terjadi selisih antara
hasil perhitungan manual dengan Indonesian Capital Market Directory. Selisih ini
dikarenakan perhitungan manual menggunakan pembulatan 3 angka dibelakang koma
sedangkan Indonesian Capital Market Directory menggunakan pembulatan 1 angka
dibelakang koma. Apabila perhitungan manual dibulatkan menjadi 1 angka dibelakang
koma maka penilaian akan sesuai dengn hasil dalam Indonesian Capital Market
Directory.
BAB 10
INTERPRETASI BAB 10
Rasio lancar yang tinggi menjadi pilihan kreditor, disisi lain mencerminkan kondisi bisnis
yang kurang menguntungkan karena investasi dalam aset lancar di perusahaan yang besar.
Perubahan yang dilakukan oleh manajemen dan akuntansi akan membuat rasio lancar
menjadi lebih baik.
penjualan
4) Perputaran Piutang =
rata−rata piutang x 1
= 24.201
Penjelasan : Artinya tingkat perputaran piutang sebesar 24.201 kali dalam setahun dari
penjualan kredit. Semakin tinggi perputaran piutang suatu perusahaan semakin baik,
perputaran piutang dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan
kredit misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Sehingga investor akan
tertarik untuk memiliki harapan yang baik bagi perkembangan perusahaan.
= -213.332
pembelian
6) Perputaran Liabilitas =
rata−rata liabilitas x 1
= 1.332
Penjelasan : Artinya perputaran liabilitas sebesar 1.332 kali menunjukkan bahwa liabilitas
berputar sebanyak 1.332 kali dalam setahun dari pembelian. Semakin tinggi rasio maka
semakin efektif dalam menggunakan sumberdaya sehingga manajemen memiliki harapan
untuk perkembangan perusahaan.
365
Rata-rata umur liabilitas =
perputaran liabilitas
= 273.922
B. Analisislah secara time series sertakan argument kenapa hal tersebut terjadi berdasarkan
kebijakan-kebijakan yang ada di perusahaan tersebut!
1) Current ratio
Berdasarkan perhitungan current ratio (CR) periode 2018-2019 mengalami penurunan
dan dapat diinterpretasikan kinerja yang paling baik adalah tahun 2018, karena nilai CR
tertinggi yaitu sebesar 0,141 dikarenakan perusahaan memiliki liabilitas jangka pendek
yang rendah dibandingkan tahun lainnya, sedangkan nilai terendah terjadi pada tahun
2019 sebesar 1,395. Nilai terendah tersebut dikarenakan penurunan aset lancar yang
disebabkan kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya. Semakin tinggi CR dapat
diinterpretasikan bahwa kreditor akan semakin tertarik untuk memberikan pinjamannya
karena utang semakin terjamin pelunasannya. Dengan tingginya rasio maka akan
memberikan harapan baik bagi investor karena entitas mampu membayar
utang/kewajiban jangka pendek dengan baik. Dan semakin tinggi CR maka entitas
semakin efektif dalam mengelola dan melunasi liabilitas jangka pendek yang ada di
perusahaan.
2) Quick Ratio
Berdasarkan perhitungan quick ratio (QR) periode 2018-2019 mengalami kenaikan dan
dapat diinterpretasikan kinerja yang paling baik adalah tahun 2019, karena nilai QR
tertinggi yaitu sebesar 0,404 dikarenakan perusahaan memiliki liabilitas jangka pendek
yang rendah dibandingkan tahun lainnya, sedangkan nilai terendah terjadi pada tahun
2018 sebesar 0,355. Nilai terendah tersebut dikarenakan penurunan aset lancar yang
disebabkan kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya. Semakin tinggi QR dapat
diinterpretasikan bahwa kreditor akan semakin tertarik untuk memberikan pinjamannya
karena utang semakin terjamin pelunasannya. Dengan tingginya rasio maka akan
memberikan harapan baik bagi investor karena entitas mampu membayar
utang/kewajiban jangka pendek dengan baik. Dan semakin tinggi QR maka entitas
semakin efektif dalam mengelola dan melunasi liabilitas jangka pendek yang ada di
perusahaan.
3) Cash Ratio
Berdasarkan perhitungan cash ratio periode 2018-2019 mengalami kenaikan dan dapat
diinterpretasikan kinerja yang paling baik adalah tahun 2019, karena nilai cash ratio
tertinggi yaitu sebesar 1,633 dikarenakan perusahaan memiliki kas yang lebih tinggi
dibandingkan tahun lainnya untuk menutup liabilitas jangka pendek. Sedangkan cash
pada tahun 2018 sebesar -1,3099. Nilai rasio terendah tersebut dikarenakan kas yang
lebih rendah untuk menutup liabilitas jangka pendek. Semakin tinggi cash ratio dapat
diinterpretasikan bahwa kreditor akan semakin tertarik untuk memberikan pinjamannya
karena utang semakin terjamin pelunasannya oleh entitas. Untuk investor sendiri maka
juga akan tertarik karena entitas mampu membayar utang jangka pendek dengan baik.
Dan semakin tinggi rasio maka entitas semakin efektif dalam mengelola dan melunasi
liabilitas jangka pendek yang ada di perusahaan.
4) Peputaran Piutang
Berdasarkan perhitungan perputaran piutang periode 2018-2019 mengalami kenaikan dan
dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2019 sebesar 24,201 lalu pada tahun 2018
sebesar 2,612. Semakin cepat perputaran piutang, maka semakin efektif pengelolaan aset
perusahaan, yang berarti bahwa investor memiliki harapan yang baik untuk
perkembangan perusahaan.
5) Perputaran Sediaan
Berdasarkan perhitungan perputaran sediaan periode 2018-2019 mengalami kenaikan dan
dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2018 sebesar -1,481 lalu mengalami
kenaikan pada tahun 2019 sebesar -1,711. Semakin tinggi perputaran persedaan, maka
semakin mengecil jumlah pembelian yang berarti bahwa investor memiliki harapan yang
baik untuk penjualan persedaan perusahaan.
6) Perputaran Liabilitas
Berdasarkan perhitungan perputaran liabilitas periode 2018-2019 mengalami penurunan
dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2018 sebesar 2,629 lalu mengalami
penurunan pada tahun 2019 sebesar 1,332. Semakin rendah rasio perputaran liabilitas
maka semakin longgar pemasok perusahaan dalam kredit yang berarti perusahaan dapat
menggunakan uang tunai untuk keperluan lain, investor memiliki harapan baik jika
perusahaan memiliki nilai perputaran yang lebih cepat
Penjelasan : Rasio liabilitas jangka panjang sebesar 52,1% menunjukkan bahwa kebanyakan
sumber dana perusahaan didanai dari kreditor.
liabilitas jangka panjang
2) Rasio Utang Modal Saham =
modal saham
= 1,090
Penjelasan : Rasio utang modal saham sebesar 109% menunjukkan bahwa kebanyakan
sumber dana perusahaan didanai dari kreditor.
= 0,235
Penjelasan : Rasio liabilitas jangka panjang total aset sebesar 23,5% menunjukkan bahwa
sedikit sumber dana perusahaan didanai dari kreditor.
Total liabilitas
4) Rasio Total Liabilitas Total Aset =
Total Aset
= 0,518
Penjelasan : Rasio utang modal saham sebesar 51,8% menunjukkan bahwa sedikit sumber
dana perusahaan yang didanai dari kreditor.
Penjelasan : Interest coverage ratio sebesar 2372,9% menunjukkan bahwa situasi cukup
baik atau tidak berisiko.
= 23,729
Penjelasan : Rasio utang modal saham sebesar 2372,9 % menunjukkan bahwa kebanyakan
sumber dana perusahaan didanai dari kreditor.
Penjelasan : Rasio aliran kas opersional terhadap utang PT. Voksel Electric Indonesia Tbk
sebesar 13,3% menunjukkan bahwa keuangan perusahaan sehat karena rasio ini kurang dari
13,3%. Semakin tinggi hasil rasio aliran kas operasi maka risikonya semakin kecil karena
kreditor mendapat jaminan yang kuta dari aliran kas operasi.
= 3,315
Penjelasan : Rasio aliran kas terhadap pengeluaran modal (investasi) sebesar 331,5%
menunjukkan bahwa manajemen mengeluarkan modal dalam aliran kas operasinya.
B. Analisislah secara time series sertakan argument kenapa hal tersebut terjadi berdasarkan
kebijakan-kebijakan yang ada di perusahaantersebut!
1) Rasio Liabilitas Jangka Panjang
Berdasarkan perhitungan rasio liabilitas jangka panjang, periode 2018-2019 mengalami
penurunan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2018 sebesar 0,582 lalu
mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 0,521.
2) Rasio Utang Modal Saham
Berdasarkan perhitungan prasio utang modal saham periode 2018-2019 mengalami
penurunan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2018 sebesar 0,157 lalu
mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 1,090.
3) Rasio Liabilitas Jangka Panjang Total Aset
Berdasarkan perhitungan rasio liabilitas jangka panjang total aset periode 2018-2019
mengalami penurunan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2018 sebesar 0,279
lalu mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 0,235.
4) Rasio Total Liabilitas Total Aset
Berdasarkan perhitungan rasio total Liabilitas total aset periode 2018-2019 mengalami
penurunan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2018 sebesar 0,551 lalu
mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 0,518.
5) Interest Converage Ratio
Berdasarkan perhitungan Interest Converage Ratio periode 2018-2019 mengalami
peningkatan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2018 sebesar 7,432 lalu
mengalami peningkatan pada tahun 2019 sebesar 23,729.
Rasio Kemampuan Pembayaran Tetap (fixed charge coverage ratio)
Berdasarkan perhitungan rasio kemampuan pembayaran tetap periode 2018-2019 mengalami
peningkatan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2018 sebesar 7,432 lalu
mengalami peningkatan pada tahun 2019 sebesar 23,729.
6) Rasio Aliran Kas Operasional terhadap Total Utang
Berdasarkan perhitungan rasio aliran kas operasional terhadap total utang periode 2018-2019
mengalami kenaikan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2018 sebesar 0,105
lalu mengalami kenaikan pada tahun 2019 sebesar 0,139.
7) Rasio Aliran Kas terhadap Pengeluaran Modal (Investasi)
Berdasarkan perhitungan rasio kemampuan pembayaran tetap periode 2018-2019 mengalami
penurunan dan dapat diinterpretasikan nilai rasio pada tahun 2018 sebesar 5,001 lalu
mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 3,315.
BAB 11
INTERPRETASI BAB 11
BAB 12
INTERPRETASI BAB 12
12. 1 INTERPRETASI RASIO ARUS KAS PT STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA
TBK (SPINDO)
A. Fleksibilitas
1. Arus Kas Bersih Bebas = Rp 322.190.000.000
Arus kas bersih bebas tahun 2019 pada perusahaan SPINDO menunjukkan angka
yang tinggi sebesar Rp 322.190.000.000. Arus kas bersih bebas tersebut merupakan sisa
dari penggunaan kas pada aktivitas operasional yang kemudian dapat digunakan untuk
pembayaran dividen, ekspansi, maupun pelunasan hutang. Perhitungan arus kas bersih
bebas yakni arus kas operasi dikurangkan dengan pengeluaran modal. Pengeluaran modal
tersebut didapat dengan mengurangkan aset tetap bersih akhir dengan aset tetap bersih
awal dan ditambah dengan depresiasi.
Berdasarkan analisis time series, ada perbedaan yang cukup jauh pada arus kas
bersih bebas pada tahun 2018 yakni sebesar –Rp449.702.000.0000 sementara pada 2019
sebesar Rp Rp 322.190.000.000. Pada tahun 2018 Perusahaan mengalami penurunan arus
kas bersih sebesar Rp 97.283 juta. Penurunan arus kas selama tahun 2018 disebabkan
oleh pembayaran kepada pemasok dan pembayaran utang jangka pendek. Meningkatnya
arus kas bersih pada 2019 disebabkan karenan adanya penurunan pembayaran kepada
pemasok dan pembayaran biaya bunga dan pendanaan. Kreditor akan tertarik pada
kondisi arus kas perusahaan pada 2019 karena dengan arus kas bersih bebas yang tinggi
dapat digunakan untuk melunasi hutang-hutang perusahaan. Investor akan tertarik dengan
kondisi arus kas bersih pada 2019 yang mana investor akan memperoleh dividen karena
sisa arus kas yang masih dimiliki tinggi. Manajer harus mempertahankan kondisi tersebut
dengan mengefisiensi biaya-biaya yang keluar.
2. Rasio Kecukupan Arus Kas
Rasio kecukupan arus kas SPINDO pada tahun 2019 menunjukkan hasil 0,111.
Hasil tersebut dapat dikatakan kurang baik karena belum memenuhi standar yakni diatas
1, yang berarti pada jangka waktu 5 tahun mendatang kemungkinan tidak dapat
memenuhi kewajiban lancar karena tidak tercukupinya kas.
Berdasarkan analisis time series kecukupan arus kas pada 2019 lebih rendah dari
2018 yang hanya 0,042. Hal tersebut dikarenakan pada 2019 terjadi penurunan bunga dan
pajak. Kreditor kurang tertarik pada konidisi perusahaan tersebut karena nilai yang
dihasilkan masuh dibawah standar yakni 1 karena berkaitan dengan pelunasan kewajiban
lancar perusahaan. Manajer perlu meningkatkan kecukupan arus kas salah satunya
dengan meningktakan penjualan sehingga laba yang dihasilkan pun meningkat.
B. Likuiditas
1. Rasio Arus Kas Operasi
Rasio arus kas operasi PT SPINDO tahun 2019 menunjukkan hasil yang rendah
sebesar 0,181 dibawah standar 1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi
tidak dapat menghasilkan cukup uang untung melunasi utang lancarnya.
Berdasarkan analisis time series, rasio arus kas pada 2019 lebih tinggi dari 2018
yang hanya sebesar -0,145. Meningkatnya rasio dikarenakan adanya penurunan
pembayaran kepada pemasok dan pembayaran biaya bunga dan pendanaan namun pada
2019 kewajiban lancar menunjukkan angka yang lebih tinggi dari arus kas operasi.
Kreditor kirang tertarik dengan kondisi perusahaan tersebut karena hasil yang
ditunjukkan kurang dari 1 yang berarti kurang bisa melusani kewajiban lancarnya.
Investor kurang tertarik dengan kondisi perusahaan tersebut karena arus kas yang lebih
sedikit dari kewajiban lancar yang akan berpengaruh pada pembagian dividen kepada
investor. Manajer tentunya perlu meningkatkan arus kas operasi guna mendapatkan
ketertarikan dari investor dan kreditor.
2. Rasio Cakupan Arus Dana
Rasio cakupan arus dana PT SPINDO tahun 2019 menunjukkan hasil dibawah
standar 1 yakni sebesar -6,249. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan
tidak mempunyai kemampuan dari laba sebelum bunga dan pajak untuk menutup
komitmen yang jatuh tempo dalam jangka waktu satu tahun.
Berdasarkan analisis time series, rasio cakupan arus dana pada 2019 lebih tinggi
dari 2018 yang hanya sebesar -36,656. Hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan
biaya bunga dan pajak pada 2019. Kreditor akan tertarik dengan kondisi perusahaan pada
2019 dimana hasil rasio menunjukkan hasil diatas standar dimana beban bunga dapat
ditutup oleh perusahaan. Investor juga tertarik dengan kondisi perusahaan dikarenakan
perusahaan dapat menutup komitmen yang ada dan terdapat bagian untuk investor.
Manajer perlu meningkatkan arus kas dengan meningkatkan penjualan perusahaan.
3. Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga
Rasio cakupan kas terhadap bunga PT SPINDO tahun 2019 menunjukkan hasil
diatas standar yakni sebesar 41,331. Hal tersebut menunjukkan keampuan perusahaan
yang lebih baik dalam membayar beban bunga atas hutang yang ada yang mana
kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga sangat kecil.
Berdasarkan analisis time series, rasio cakupan kas terhadap bunga pada tahun
2019 lebih tinggi dari 2018 yang hanya 40,594. Hal tersebut terjadi karena pada 2019
terjadi penurunan bunga dan arus kas yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kreditor
akan tertarik dengan kondisi perusahaan pada tahun 2019 dikarenakan perusahaan dapat
menutup biaya bunga dari hutang yang ada. Investor akan tertarik karena arus kas yang
digunakan untuk menutup bunga masih tersisa banyak. Manajer perlu meningkatkan
penjualan guna memperbesar arus kas yang diterima.
4. Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar
Rasio cakupan kas terhadap hutang lancar menunjukkan hasil sebesar 0,181
dimana hasil tersebut dibawah standar 1. Maka menunjukkan bahwa kemampuan arus kas
operasi perusahaan yang rendah dalam menutupi hutang lancar yang ada.
Berdasarkan analisis time series, rasio pada 2019 lebih tinggi dari 2018 yang
hanya -0,145. Meningkatnya rasio dikarenakan adanya penurunan pembayaran kepada
pemasok dan pembayaran biaya bunga dan pendanaan namun pada 2019 kewajiban
lancar menunjukkan angka yang lebih tinggi dari arus kas operasi. Kreditor kirang
tertarik dengan kondisi perusahaan tersebut karena hasil yang ditunjukkan kurang dari 1
yang berarti kurang bisa melusani kewajiban lancarnya. Investor kurang tertarik dengan
kondisi perusahaan tersebut karena arus kas yang lebih sedikit dari kewajiban lancar yang
akan berpengaruh pada pembagian dividen kepada investor. Manajer tentunya perlu
meningkatkan arus kas operasi guna mendapatkan ketertarikan dari investor dan kreditor.
5. Rasio Pengeluaran Modal
Rasio pengeluaran modal PT SPINDO tahun 2019 menunjukkan hasil 3,315
dimana hasil tersebut diatas standar 1 yang berarti menunjukkan kemampuan perusahaan
yang tinggi dalam membiayai pengeluaran modal untuk investasi dan pembayaran
hutang.
Berdasarkan analisis time series, rasio pada 2019 lebih tinggi dari 2018 yang
hanya -5,001. Hal tersebut terjadi karena pada 2019 terjadi penjualan yang tinggi
sehingga menghasilkan arus kas yang tinggi pula beserta beban bunga dan pendanaan
yang turun pada 2019. Kreditor akan tertarik dengan kondisi perusahaan pada tahun 2019
karena perusahaan akan mampu membayar hutang-hutangnya. Investor akan tertarik
dengan kondisi perusahaan tersebut karena perusahaan dapat membiayai pengeluaran
mmodal dengan baik. Manajer perlu meningkatkan kinerjanya agar dapat meningkatkan
arus kas yang diterima.
6. Rasio Total Hutang
Rasio total hutang PT SPINDO pada tahun 2019 menunjukkan hasil sebesar 0,139
yang mana hasil tersebut masih dibawah standar 1 yang berarti perusahaan mempunyai
kemmpuan yang kurang baik dalam melunasi keselruhan hutangnya dari arus kas
operasional perusahaan.
Berdasarkan analisis time series, rasio pada 2019 menunjukkan hasil yang lebih
tinggi dari 2018 yang hanya -0,105. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada tahun 2019
terjadi peningkatan hutang perusahaan yang salah satunya terdapat kebijakan perusahaan
untuk pembelian aset tetap berupa truk. Kreditor akan kurang tertarik dengan perusahaan
tersebut karena khawatir perusahaan tidak mampu dalam melunasi hutang-hutangnya.
Investor kurang tertarik dengan kondisi perusahaan tersebut karena perusahaan tidak bisa
memberikan dividen dikarenakan kesulitan dalam pembayaran hutang-hutangnya.
Manajer perlu meningkatkan kembali penjualan dibarengi dengan meminimalisir hutang-
hutang karena dapat menumpuk dan nantinya mengurangi profitabilitas perusahaan.