Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas.
Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan
kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun
di masyarakat. Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan pada ibu dan anak
di komunitas diperlukan bidan komunitas yaitu bidan yang bekerja melayani ibu
dan anak di suatu wilayah tertentu.
Perkembangan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk mencapai
kemampuan untuk hidup sehat, bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat secara optimal diperlukan peran
serta masyarakat dan sumber daya masyarakat sebagai modal dasar dalam
pembangunan nasioal, termasuk keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Peran Bidan dalam Bekerja di Komunitas ?
2. Bagaimana Jaringan Kerja Kebidanan di Komunitas ?
3. Apa saja Masalah Kebidanan yang ditemui di Komunitas ?
4. Bagaimana Strategi Pelayanan Kebidanan di Komunitas ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Peran Bidan dalam Bekerja di Komunitas.
2. Mengetahui Jaringan Kerja Kebidanan di Komunitas.
3. Mengetahui Masalah Kebidanan yang ditemui di Komunitas.
4. Mengetahui Strategi Pelayanan Kebidanan di Komunitas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bekerja Di Komunitas
1. Bidan Berperan sebagai Pelaksana
Bidan memberikan pelayanan kebidanan pada wanita dalam siklus
kehidupannya, asuhan neonates, bayi dan anak balita. Sebagai pelaksana bidan
mempunyai tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas
ketergantungan.
a. Tugas mandiri
1) Menetapkan manajemen pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan
a) Mengkaji status kesehatan
b) Menenentukan diagnosis
c) Menyusun rencana tindakan
d) Melaksanakan tindakan sesuai rencana
e) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
f) Membuat perencanaan tindak lanjut
g) Membuat catatan dan pelaporan tindakan
2) Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah
dengan melibatkan klien
a) Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita
dalam masa pranikah
b) Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar
c) Menyusun rencana tindakan
d) Melaksanakan tindakan sesuai rencana
e) Mengevaluasi
f) Memberikan rencana tindak lanjut
g) Membuat catatan dan pelaporan tindakan
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
a) Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita
dalam masa pranikah
b) Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar

2
c) Menyusun rencana tindakan
d) Melaksanakan tindakan sesuai rencana
e) Mengevaluasi
f) Memberikan rencana tindak lanjut
g) Membuat catatan dan pelaporan tindakan
4) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan.
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien dan keluarga.
7) Memberikan asuhan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
keluarga berencana.
8) Memberikan asuhan pada wanita gangguan system reproduksi dan wanita
dalam masa klimakterium dan menopause.
9) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan
keluarga.

b. Tugas Kolaborasi
1) Menerapkan manajemen pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi
2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
pertolongan petama pada kegawatan yang memerlukan tindakan
kolaborasi
3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
resiko tinggi dan keadaan kegawatanyang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
4) Memberikan asuhan kebidanan pada bbl dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
5) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan keluarga

3
c. Tugas ketergantungan
1) Menerapkan menejemen kebidanan pada pada setiap asuhan kebidanan
sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan
di luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.
b) Menemtukan diagnosis, prognosis dan prioritas serta sumber-
sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut
bersama klien.
c) Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kpada
petugas pelayanan kesehatan yang berwenang dalam dokumentasi
yang lengkap.
d) Membuat dokumentasi.
2) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil
dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan.
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kemengkaji kebutuhan asuhan
kebidanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan
bidan dan memerlukan rujukan
b) Menemtukan diagnosis, prognosis dan prioritas serta sumber-sumber
dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien
c) Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kpada
petugas pelayanan kesehatan yang berwenang dalam dokumentasi
yang lengkap
d) Membuat dokumentasi
3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa
persalinan dan disertai penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan
keluarga.
a) Mengkaji kebutuhan asuhan ke mengkaji kebutuhan asuhan
kebidanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan
bidan dan memerlukan rujukan
b) Menemtukan diagnosis, prognosis dan prioritas serta sumber-sumber
dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien

4
c) Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kpada
petugas pelayanan kesehatan yang berwenang dalam dokumentasi
yang lengkap.
d) Membuat dokumentasi.
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan ibu nifas
tertentu dan kegawatdaruratan
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan
di luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.
b) Menemtukan diagnosis, prognosis dan prioritas serta sumber-sumber
dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien .
c) Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kpada
petugas pelayanan kesehatan yang berwenang dalam dokumentasi
yang lengkap.
d) Membuat dokumentasi.

2. Peran Bidan sebagai Pengelola


a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan
untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat diwilayah
kerjanya
1) Mengkaji kebutuhan bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat
terutama masalah ibu dan anak.
2) Menyusun rencana kerja sesuai hasil pengkajian.
3) Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan ibu anak dan kb.
4) Mengkoordinasi, mengawasi dan membimbing kader, dukun bayi atau
petugas lainnya dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan anak
serta kb.
5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
6) Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan
memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada.

5
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dengan
sector lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi,
kader kesehatan, dan tenaga kesehatan lainnya

3. Bidan Berperan sebagai Pendidik


a) Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada invidu,
keluarga, dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan kb
b) Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan perawat di
tempat kerjanya

4. Bidan Berperan sebagai Peneliti


a) Mengidentifikasi kebutuhan
b) Menyusun rencana kerja pelatihan
c) Melaksanakan investigasi sesuai rencana
d) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil intervensi
e) Menyusun laporan hasil intervensi dan tindak lanjut
f) Memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan dan mengembangkan
pogram kerja pelayanan kesehatan

5. Pembela Klien (Advokat).


Peran bidan sebagai penasehat telah didefinisikan oleh kohnke (1980)
adalah kegiatan member informasi dan sokongan kepada seseorang sehingga
mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.
Sokongan dapat berupa dorongan secara verbal atau keterlibatan berdiskusi
dengan petugas kesehatan lain, instasi atau anggota keluarga dalam melindungi
dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kebidanan
komunitas.

6. Kolaborator/Koordinator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain, baik lintas-program maupun
sektoral.

6
7. Perencana
Peranan bidan di komunitas senabagi perencana, yaitu dlam bentuk
perencanan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta berpartisipasi
dalam perencanan program dimasyarakat luas untuk suatu kebutuhan tertentu
yang ada kaitannya dengan kesehatan.

8. Peneliti
Melakukan penelitian untuk menembangkan kebidanan komunitas.

B. Jaringan Kerja Bidan di Komunitas


Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas/ Puskesmas
Pembantu, Polindes Posyandu, BPS, Rumah Pasien, Dasa Wisma, PKK. (Syahlan,
1996 : 235)
Di Puskesmas bidan sebagai anggota tim, bidan diharapkan dapat mengenali
kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing-
masing, selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lainnya, memberi
dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim
dan hasilnya.
Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan
tim/leader di mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus
pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas. (Meilani, dkk, 2009 :11)
Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas
program dan lintas sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama
yang dilaksanakan di dalam satu instansi terkait, misalnya : imunisasi, pemberian
tablet FE, Vitamin A, PMT dan sebagainya. Sedangkan kerja sama lintas sektor
merupakan kerjasama yang melibatkan Institusi/departemen lain, misalnya : Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan
sebagainya.

7
JARINGAN PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN DI KOMUNITAS
Setiap anggota keluarga peserta Program Keluarga Harapan (PKH) dapat
mengunjungi dan memanfaatkan berbagai fasilitas kesehatan.

1. Puskesmas
Puskesmas diharapkan mampu memberi seluruh paket pelayanan
kesehatan yang menjadi persyaratan bagi peserta PKH Kesehatan
termasuk memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
(khususnya Puskesmas PONED) dan rujukan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Komprehensif (PONEK) untuk kasus resiko tinggi.
2. Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas Keliling (Pusling)
Puskesmas pembantu dan Puskesmas Keliling, yang merupakan satelit
Puskesmas (dan jika dilengkapi dengan tenaga bidan), sangat diharapkan
dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir.
3. Polindes/Poskesdes
Pondok bersalin desa (dikenal dengan sebutan Polindes) biasanya
dilengkapi dengan tenaga bidan desa. Polindes diharapkan mampu
memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi ibu selama kehamilan,
pertolongan persalinan, dan bagi bayi baru lahir, mampu pertolongan
pertama pada kasus-kasus gawat darurat.
4. Posyandu
Posyandu yang dikelola oleh para kader kesehatan dengan bantuan dan
supervisi dari Puskesmas, Pustu, serta Bidan desa diharapkan dapat
memberikan pelayanan antenatal, penimbangan bayi, serta penyuluhan

8
kesehatan.
5. Bidan Desa
Disamping memberikan pelayanan kesehatan di Polindes, Bidan desa yang
melakukan praktik di rumah dapat dimanfaatkan oleh peserta PKH,
khususnya dalam pemeriksaan ibu hamil, memberikan pertolongan
persalinan, mampu memberikan pertolongan pertama pada kasus-kasus
kegawatdaruratan.
Hak dan Kewajiban Pemberi Pelayanan Kesehatan :
1. Hak PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan)
Program ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program
Jamkesmas, maka kegiatan PKH Kesehatan sepenuhnya dibiayai dari
sumber program Jamkesmas di Puskesmas. Oleh karena itu, hak-hak yang
akan diterima oleh PPK sesuai dengan apa yang diatur dalam petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis program Jamkesmas.
2. Kewajiban PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan)
Kewajiban PPK dalam PKH Kesehatan adalah :
- Melakukan koordinasi dengan sektor terkait dalam pemberian
pelayanan kesehatan (seperti Puskesmas dan jaringannya) dan dalam
fungsi pembinaaan (Dinkes Provinsi dan Kabupaten).
- Menetapkan jadwal kunjungan pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi
peserta PKH.
- Memberi pelayanan kesehatan bagi peserta PKH Kesehatan.
- Mengisi formulir verifikasi komitmen peserta PKH Kesehatan.

C. Masalah Kebidanan yang ditemui di Komunitas


Masalah-masalah kebidanan komunitas

Masalah reproduksi indonesia mempunyai dua di mensi. Pertama : yang


laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat berbagai
faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik. Kedua ialah
timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause dan kanker. Dalam globalisasi
ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global yang semakin ketat yang

9
menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas
tinggi sebagai generasi penerus bangssa yang harus disiapkan sebaik mungkin
secara terencana, terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara
konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan
balita, masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting
dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka
kesakitan dan kematian bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan
yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi
dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa melayani siapa saja yang
membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas
tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala
tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya
kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan
output.
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia diperkirakan 248/100.000 kelahiran
hidup (SDKI 2007). Itu artinya jika di perkirakan setiap tahun ada lima juta ibu
yang melahirkan maka setiap tahun pula ada sebanyak 18.000 ibu yang meninggal
dunia atau 2 orang ibu setiap satu jam. Dan tiga penyebab utama kematian ini
adalah perdarahan (28 %), eklampsia (24 %) dan infeksi (11%). Berdasarkan data
itu pula, Angka Kematian Ibu Indonesia menempati peringkat tertinggi di Asia
Tenggara.
Persoalan terpenting lainnya adalah persoalan kelangsungan hidup anak.
Dari 18 juta balita yang ada di Indonesia saaat ini, paling tidak 5 juta di antaranya
menderita kekurangan gizi dan 1,7 juta lainnya mengalami gizi buruk (Kompas,
26/1/2007). Penyebabnya adalah faktor kemiskinan dan faktor lain adalah budaya
dan ketidaktahuan. Hal ini pula yang menyebabkan tingginya angka kematian bayi
(AKB) di Indonesia.
Berdasarkan Human Development Report tahun 2007, AKB Indonesia
bertengger pada posisi 43,5/1.000 kelahiran hidup, dan itu artinya dari 5 juta bayi
yang lahir, 217 ribu diantaraanya meninggal dunia atau sekitar 650 anak setiap

10
harinya. Penyebab kematian ibu adalah: Perdarahan 42%, Eklampsia 13%,
Komplikasi Aborsi 11%, Infeksi 10%, Partus Lama 9%, Tidak diketahui 15%,
Seperti: Sosial Ekonomi, Pendidiikan, Kedudukan, dan Peran Wanita, Sosial
Budaya, Transportasi Penyebab Kematian Bayi adalah: derajat kesehatan hamil
rendah dan komplikasi obstetri, tumbuh kembang janin dalam kandungan
terhambat, proses persalinan (Asfiksia,Trauma, Hipotermi).
Adapun hambatan bidan komunitas diantaranya adalah:
1. Unsafe Abortion
Hasil survey dilaporkan bahwa perilaku seksual remaja yang mengaku
terus terang pernah berhubungan seks adalah perempuan: <1% dan laki-laki:
5%, dan hasil survey lainnya melakukan siswa siswi di 3 SMU DKI 2002
pernah hubungan seks, yang terdiri dari lamki-laki: 8,9% dan perempuan:
7,2%. Angka remaja hamil di Indonesia masih sulit untuk didapatkan karena
masih ditutupi/dirahasiakan. Dalam hal ini perlu peran para bidan untuk
mensosialisasikan fungsi alat reproduksi dikalangan remaja pra pubertas dan
pubertas.
Pengalaman seksual dan penggunaan kondom (Susenas,2002) umur 15 -
19 tahun 34,7% 30,9% 20-24 tahun 48,6% 46,5% tempat tinggal kota 44,2%
44,1% desa 30,3% 29,9% masalah yang berhubungan dengan kehamilan
remaja adalah jumlah/proporsi besar (22,9), penangan belum komprehensif,
kurangnya info yang benar dan adanya penolakan beberapa pihak sekolah
terhadap pemberian pendidikan seks kepada remaja. Akibat yang paling terlihat
adalah meningkatkan angka aborsi yang tidak aman saat perkawinan usia
muda.
Berdasarkan penjelasan pasal 15 ayat 12 UU Kes No.23-1992 dinyatakan
bahwa peluang untuk beraborsi tetap terbuka, tetapi hanya dilakukan dengan
keadaan darurat. Pengertian Unsafe Abortion pengguguran kandungan yang
dilakukan dengan tindakan yang tidak steril serta tidak aman, secara medis.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari aborsi adalah: 1. Gangguan psikis 2.
Perporasi 3. Infeksi 4. Syok
Peran bidan dalam menanggapi Unsafe Abortion adalah memberikan
penyuluhan pada klien tentang efek-efek yang ditimbulkan dari tidakan Unsafe

11
Abortion. Untuk bidan atau nakes perlu disadari bahwa siapa saja yang
melakukan tindakan aborsi tanpa indikasi (ilegal) akan dijerat hukum denda
dan hukuman kurangan serta perjanjian kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan


Sumber adalah PUS (Pasangan Usia Subur) merupakan salah satu
masalah kebidanan komunitas yang perlu mendapatkan perhatian karena
tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem
reproduksi akan meningkakan AKI dan AKB.
Peran bidan adalah memberikan penyuluhan pada PUS tentang sistem
reproduksi dalam kehidupan suami/istri.

3. Pertolongan Persalinan oleh tenaga Non Kesehatan


Biasanya di sebabkan oleh karena tingkat kepercayaan masyarakat akan
dusun masih tinggi, rendahnya profesionalisme bidan dalam menolong
persalinan, kurangnya pendekatan personal antara bidan bumil.
Peran bidan dlam hal ini adalah lebih meningkatkan kebersaman dengan
anggota masyarakat meningkatkan profesionalisme dalam bidang pertolongan
persalinan/ilmu kebidanan.

4. PMS
PMS adalah infeksi yang di tularkan melalui hubungan seksual.
Umumnya mata rantai penularan PMS adalah PSK. Rasio penularan akan
meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak
dilakukan. PMS yang banyak ditemui Gonorrhoe (60), Sifilis, Trikomoniasis,
Herpes simplek, HIV/AIDS.
Peran bidan adalah memberikan penyuluhan tentang resiko yang
ditimbulkan akibat seks bebas yang dilakukan dengan pasangan yang sah
terutama dengan PSK, penyuluhan tentang penggunaan kondom dalam kondisi
tertentu. Perilaku dan sosial budayanya yang berpangaruh pada pelayanan
kebidanan di komunitas.

12
5. Masalah- masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya
masyarakat, seperti :
 Kurangnya pengetahuan, salah satunya di bidang kesehatan.
 Adat istiadat yang dianut/berlaku di wilayah setempat.
 Kurangnya peran serta masyarakat.
 Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan.
 Kebiasaan-kebiasaan/kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan positif.

Sosial budaya yang ada di masyarakat memberi dua pengaruh pada masyarakat
tersebut yaitu: pengaruh negatif dan positif
a. Sosial budaya masyarakat yang bersifat positif antara lain:
 Rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
 Rasa tolong menolong/perasaan senasib sepenanggungan.
b. Sosial budaya masyarakat yang bersifat negatif antara lain:
 Membuang sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh.
 Penyalahgunaan obat-obatan.
 Industri-industri yang tidak memperlihatkan pembuangan limbah yang
baik.
 Wanita pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik.
 Masalah kesehatan jiwa yang menonjol.

D. Strategi Pelayanan Kebidanan di Komunitas


1. Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat
Pendekatan edukatif adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, terencana, terarah, dengan partisipasi aktif individu, keluarga,
masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang disarankan
oleh masyarakat dengan memperhitungkan faktor ekonomi dan budaya
setempat.

13
Dasar pemikiran :
a. Pelayanan kesehatan harus dikembangkan dan bertolak dari pola hidup
dibidang kesehatan.
b. Pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan
nasional dan pola pelayanan di masing-masing tingkat administrasi harus
serasi dan saling menunjang.
c. Pelayanan kesehatan terintegrasi dengan kegiatan sektor lain dan
merupakan pelayanan terpadu dan terkoordinir.
d. Masyarakat setempat harus dilibatkan secara aktif dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi program sesuai dengan masalah dan kebutuhan
prioritas setempat, oleh karena itu perlu interaksi yang dinamis, timbal
balik dan berkesinambungan antara masyarakat dan prosedur.
e. Pelayanan yang di berikan harus mampu memacu, menggali dan
memanfaatkan potensi yang ada.
f. Pelayanan yang diberikan hendaklah dilaksanakan oleh petugas yang bisa
diterima oleh masyarakat dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang sudah disiapkan.

2. Adapun bentuk partisipasi diarahkan untuk :


a. Meningkatkan pengetahuan dan awareness (kesadaran) tentang tanda
bahaya (masyarakat, tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat).
b. Meningkatkan kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi
persalinan dan bahaya yang mungkin terjadi (pendanaan dan transportasi).
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak.
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penjagaan mutu pelayanan.
e. Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat.

Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (Kode Etik Bidan Indonesia) :
1. Sikap bidan terhadap klien, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

14
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
Langkah-langkah :
a. Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan
terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di
wilayah kerja.
b. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama
masyarakat.
c. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan ibu dan anak serta sesuai dengan rencana.

Semakin terlihatnya ketersediaan sumber daya termasuk pembiayaan pelayanan


kesehatan ibu dan anak, penentuan kegiatan prioritas yang langsung
mempengaruhi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) sangat penting. Untuk itu, program harus mampu merencanakan kegiatan
yang cost effective berdasarkan sumber daya yang ada dan menggali sumber daya
dari sektor lain, swasta dan masyarakat.

3. Memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat :


a. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana (KB)
termasuk sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
b. Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang
ada.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada
masyarakat baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang terfokus pada
pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan
reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan
individual dalam sebuah komunitas akan membangun dan mendukung
terbentuknya suatu system kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga,
konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di masyarakat. Kebidanan
komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani keluarga dan masyarakat yang
mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas sebagai sasaran yang
dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan.
Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seorang
tinggal beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individual dalam
sebuah komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu system
kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun
sakit.
Masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat
tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana
factor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para
anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayah. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah
kehidupan social yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social tertentu.
Pembangunan kesehatan yang dimaknakan sebagai proses yang terus
menerus dan progresif untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat
tertuang dalam Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010 yang merupakan salah satu
tanggung jawab bidan di komunitas. Salah satu program yang didalamnya
termaktub mengenai kebidanan komunitas adalah program upaya kesehatan.
Adapaun salah satu sasaran dalam upaya kesehatan yang berhubungan dengan
peran dan fungsi bidan adalah upaya untuk meningkatkan prosentase pelayanan

16
kesehatan dasar dan rujukan sesuai Quality Assurance, cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 75%, penanganan komplikasi obstetri
12%, pembinaan balita dan prasekolah menjadi 80%, pelayanan antenatal, post
natal dan neonatal menjadi 90%.

B. Saran
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan saran dan keritiknya, untuk
pembuatan makalah kami kepadanya agar menjadi lebih baik lagi kami harap
makalah yang kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Lisnawati, Lilis. 2013. Buku Praktis Kebidanan Komunitas. CV. Trans Info Media
: Jakarta

Meilani, Niken. 2009. Kebidanan Komunitas. Citramaya : Yogyakarta

http://bidanendahmustika.blogspot.co.id/2014/09/makalah-konsep-kebidanan-
pada-komunitas.html

18

Anda mungkin juga menyukai