Anda di halaman 1dari 15

HIGEIA 5 (1) (2021)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Terapan Hospital Disaster Plan pada Rumah Sakit Umum Daerah

Juharoh 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Berdasarkan data World Risk Report 2016, United Nations University, risiko bencana Indonesia
Diterima 1 Oktober 2020 menempati urutan ke 36 dari 171 negara di dunia dengan tingkat paparan bencana sebesar 19,36%
Disetujui 30 Desember (kategori sangat tinggi). Kota Semarang menjadi wilayah dengan jumlah kejadian bencana
2020 tertinggi di Jawa Tengah, sebanyak 294 kejadian bencana (11,94%). Adapun di Kota Semarang
Dipublikasikan 31 terdapat 26 rumah sakit, dimana 19 rumah sakit (73,08%) telah terakreditasi, 6 rumah sakit
Januari 2021 (23,08%) belum terakreditasi, dan 1 rumah sakit (3,85%) telah habis masa akreditasinya. Tujuan
________________ penelitian untuk mengetahui persentase terapan Hospital Disaster Plan (HDP) pada RSUD Tugurejo
Keywords: Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif dengan pendekatan studi
disaster preparedness, HDP, evaluasi, dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2019, menggunakan pedoman hospital safety index
HSI dari WHO. Hasil penelitian ini adalah dari 145 poin hospital safety index, terdapat 85 poin kategori
keamanan tinggi, 39 poin kategori keamanan sedang, 19 poin kategori keamanan rendah, dan 2
____________________
DOI: poin kosong. Berdasarkan pembobotan menggunakan kalkulator index keamanan rumah sakit,
secara keseluruhan hospital safety index RSUD Tugurejo Semarang adalah 0,64, termasuk rumah
https://doi.org/10.15294
sakit dengan level B.
/higeia/v5i1/36941
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Based on data from the World Risk Report 2016, United Nations University, disaster risk in Indonesia ranks
36th out of 171 countries in the world with a disaster exposure rate of 19.36% (very high category). Semarang
City was the region with the highest number of disasters in Central Java, with 294 disasters (11.94%). As for
Semarang City, there were 26 hospitals, of which 19 hospitals (73.08%) had been accredited, 6 hospitals
(23.08%) had not been accredited, and 1 hospital (3.85%) had expired. The purpose of this study was to
determine the percentage of applied Hospital Disaster Plan (HDP) at RSUD Tugurejo Semarang. This
research was a qualitative method research with an evaluation study approach, carried out in January-March
2019, using the WHO hospital safety index instrument. The results of this study were from the 145 points
hospital safety index, there were 85 points in the high security category, 39 points in the moderate safety
category, 19 points in the low safety category, and 2 blank points. Based on the weighting using the hospital
safety index calculator, overall the hospital safety index of RSUD Tugurejo Semarang was 0.64, including
hospitals with level B.

© 2021 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: juharohtsl@yahoo.co.id

24
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

PENDAHULUAN sekitar 18.000 rumah sakit di wilayah negara


bagian Amerika berlokasi di daerah bahaya
International Federation of Red Cross and Red bencana, beberapa di antaranya hancur atau
Crescent Societies menyebutkan pada tahun 2015 rusak parah setiap tahun akibat gempa bumi
terdapat 574 bencana terjadi di seluruh dunia, besar, angin topan, dan banjir. Berdasarkan
32.550 orang dilaporkan meninggal dan 108.493 hasil Plan of Action on Safe Hospitals oleh PAHO
orang terdampak bencana, serta menyebabkan pada periode 2010-2015, 31 negara (89%) dari
kerugian sebanyak 70.285 juta US Dollar. 35 negara anggota pada Departemen
Kejadian bencana dengan jumlah tertinggi Kesehatannya telah memiliki program
berdasarkan benua terjadi di Asia sebanyak 240 manajemen risiko bencana formal. Namun,
kejadian bencana (41,81%), Amerika sebanyak kapasitas kelembagaan, baik dalam hal kesiapan
124 kejadian bencana (21,60%), Afrika dan respons, berbeda dari satu negara ke negara
sebanyak 116 kejadian bencana (20,21%), Eropa lain; misalnya, pada jumlah personel penuh
sebanyak 70 kejadian bencana (12,20%) dan waktu dan anggaran yang dialokasikan (PAHO,
Australia sebanyak 24 kejadian bencana (4,18%) 2016).
(IFRC, 2016). Penanganan kegawatdaruratan targetnya
Berdasarkan laporan UNESCAP, Asia- adalah penyelamatan sehingga risiko tereliminir
Pasifik merupakan daerah rawan bencana di (Sinaga, 2015). Perencanaan program harus
dunia. Dari total korban meninggal akibat dimulai dengan identifikasi jenis bencana yang
bencana di seluruh dunia pada 2015, 21.770 mungkin terjadi di daerah rumah sakit berada
jiwa (66,88%) merupakan korban bencana di dan dampaknya terhadap rumah sakit.
Asia. Bencana di Asia juga menyebabkan Kerusakan fasilitas atau korban masal
68.083 orang terdampak bencana, dan kerugian sebaliknya dapat terjadi di rumah sakit
sebanyak 33.853 juta US Dollar (IFRC, 2016). manapun. Fungsi rumah sakit yang terus
Menurut data World Risk Report 2016, berlanjut bergantung pada berbagai faktor
risiko bencana Indonesia menempati urutan ke termasuk mengenai geografis rumah sakit,
36 dari 171 negara di dunia dengan tingkat keamanan struktur bangunan rumah sakit,
paparan bencana sebesar 19,36% (kategori keamanan non struktural, dan kapasitas
sangat tinggi) (Garschagen, 2016). Menurut fungsional rumah sakit (WHO, 2015). Sesuai
DIBI, dihimpun oleh BNPB, pada 5 tahun standar MFK dalam SNARS edisi 1, unsur
terakhir (2013-2017) Indonesia mengalami kunci pengembangan menuju rumah sakit yang
10.680 kejadian bencana, dengan total korban aman adalah pengembangan dan penerapan
meninggal sebanyak 3.398 jiwa, 10.335 jiwa Hospital Safety Index yang merupakan alat
menderita luka-luka, dan 14.725.287 jiwa diagnostik cepat serta murah untuk menilai
terdampak bencana. Dari data tersebut, Provinsi kemungkinan bahwa rumah sakit akan tetap
Jawa Tengah menjadi wilayah dengan kejadian beroperasi dalam keadaan darurat dan bencana.
bencana tertinggi yaitu sebanyak 2.588 kejadian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
bencana (24,23%) dengan total korban Tugurejo Semarang merupakan rumah sakit tipe
meninggal sebanyak 464 jiwa (13,66%) (BNPB, B milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
2017). Lokasi RSUD Tugurejo Semarang berada di
Selama bencana, rumah sakit harus dapat bagian barat Kota Semarang, berjarak 15 KM
melanjutkan fungsinya di lingkungan yang dari pusat Kota Semarang tepatnya di Jalan
aman dan menyelamatkan nyawa korban yang Utama Semarang-Kendal, yang merupakan
terluka. Rumah sakit berpotensi rentan terhadap jalur utama pantura. RSUD Tugurejo Semarang
bencana karena kompleksitas mereka dalam hal dikelilingi oleh perumahan penduduk yang
komponen struktural, non-struktural dan padat serta lingkungan industri yang potensial,
fungsional; tingkat hunian tinggi dan peralatan seperti Kawasan Industri Candi dan Kawasan
yang mahal (Ardalan, 2016). Sebanyak 67% dari Industri Gunamekar. RSUD Tugurejo

25
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

Semarang telah memiliki Hospital Disaster Plan studi evaluasi. Penilaian Hospital Safety Index
(HDP) sejak tahun 2013. Namun, penilaian merupakan bagian dari Manajemen Fasilitas
Hospital Disaster Plan (HDP) RSUD Tugurejo dan Keamanan (MFK), yang mana merupakan
Semarang dengan menggunakan Hospital Safety bagian dari Standar Nasional Akreditasi Rumah
Index belum pernah dilakukan di RSUD Sakit (SNARS) Edisi 1.
Tugurejo Semarang. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Manajemen risiko bencana adalah proses Januari-Maret tahun 2019, di RSUD Tugurejo
sistematis dalam menggunakan peraturan Semarang. Teknik pengambilan data dilakukan
administratif, lembaga dan ketrampilan serta dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi
kapasitas operasional untuk melaksanakan yang mengacu pada Hospital Safety Index.
strategi, kebijakan dan kapasitas bertahan yang Informan dalam wawancara dipilih dengan
lebih baik untuk mengurangi dampak menggunakan teknik snowball sampling, dimana
merugikan yang ditimbulkan ancaman bahaya penentuan sampel dilakukan saat peneliti mulai
dan kemungkinan bencana (ADRRN, 2009). memasuki lapangan dan selama penelitian
Keberhasilan menangani situasi kritis pada berlangsung. Observasi yang dilakukan adalah
masa bencana tergantung pada persiapan yang observasi terus terang atau tersamar. Tahap
dilakukan pada masa pra-bencana. Persiapan observasi yang dilakukan yaitu: 1) Tahap
untuk menghadapi keadaan bencana tersebut persiapan meliputi kesesuaian dokumen regulasi
dapat dilaksanakan salah satunya dengan dan prosedur terkait Hospital Disaster Plan; 2)
menyusun perencanaan menghadapi situasi Tahap pelaksanaan meliputi kesesuaian
darurat, bertujuan agar rumah sakit tetap bisa prosedur kerja dengan pelaksanaannya di
berfungsi terhadap pasien yang sudah ada lapangan. Dokumentasi didapatkan melalui
sebelumnya. Rencana tersebut umumnya rekaman perusahaan (dokumen kebijakan
disebut Rencana Penanggulangan Bencana di rumah sakit, regulasi terkait, prosedur
Rumah Sakit atau Hospital Disaster Plan. kerja/instruksi kerja, dan dokumen lain yang
Beberapa hal yang membedakan terkait Hospital Disaster Plan di RSUD Tugurejo
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, Semarang).
yaitu: 1) Lokasi dan waktu penelitian berbeda Setelah diperoleh data dari wawancara
dengan penelitian sebelumnya, penelitian dan observasi, dilakukan pemeriksaan
mengenai Hospital Disaster Plan (HDP) belum keabsahan dan analisis data. Kemudian
pernah dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang; dilakukan penyajian data secara deskriptif dan
2) Variabel bahaya yang mempengaruhi evaluasi sesuai pedoman serta penarikan
keselamatan rumah sakit dan peran rumah sakit kesimpulan dari hasil penelitian. Peneliti
dalam penanganan situasi darurat dan bencana melakukan evaluasi dengan cara
rumah sakit, keamanan struktur bangunan membandingkan tataran ideal fokus penelitian
rumah sakit, dan keamanan non-struktural, berdasarkan standar Hospital Safety Index dengan
belum diteliti pada penelitian sebelumnya; dan kenyataan Hospital Disaster Plan di tempat
3) Penelitian ini menggunakan metode penelitian untuk diidentifikasi bagian fokus
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi penelitian yang belum memenuhi pedoman
evaluasi. Tujuan penelitian berdasarkan tersebut sehingga peneliti dapat mengidentifikasi
masalah di atas adalah untuk mengetahui masalah dan memberikan saran/usulan sebagai
persentase terapan Hospital Disaster Plan (HDP) alternatif penyelesaian masalah yang
pada RSUD Tugurejo Semarang. didapatkan.
Modul 1 digunakan untuk menentukan
METODE bahaya yang dapat secara langsung
mempengaruhi keselamatan rumah sakit dan
Penelitian ini merupakan penelitian yang dapat diharapkan rumah sakit untuk
dengan metode kualitatif dengan pendekatan menyediakan layanan kesehatan dalam

26
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

menanggapi keadaan darurat dan bencana. darurat dan bencana. Modul ini tidak termasuk
Modul 1 tidak termasuk dalam perhitungan dalam perhitungan Hospital Safety Index, tetapi
Hospital Safety Index. Modul 2, 3 dan 4, dengan penilaian modul selanjutnya akan dilakukan
mengacu pada bahaya yang diidentifikasi dalam dengan mengacu pada bahaya yang
Modul 1, dimana setiap poin dalam modul 2, 3, diidentifikasi dalam Modul 1. Modul ini terdiri
dan 4 memiliki nilai yang mencerminkan dari 38 poin penilaian, dimana 11 poin (28,95%)
kepentingannya dalam kaitannya dengan poin berupa jenis bahaya yang rumah sakit harus siap
lainnya dalam modul yang sama. Sebelum untuk menghadapi bencana tersebut, terdiri
tahap menghitung skor modul 2, 3, dan 4, dari: longsor kering; angin puting beliung;
dengan mengacu pada hasil penilaian modul 1, banjir; longsor basah; wabah bawaan makanan;
penting untuk menentukan model apa yang bahaya industri; kebakaran; bahan berbahaya
akan digunakan untuk menghitung indeks (kimia, biologi, radiologi); listrik padam; insiden
keamanan. Ada dua model untuk pembobotan transportasi; dan ancaman keamanan
modul untuk menghitung indeks keamanan: 1) bangunan. 24 poin penilaian (63,15%) rumah
Model 1 digunakan apabila risiko gempa sakit tidak harus siap untuk menghadapi
dan/atau siklon lebih tinggi, pembobotannya bencana tersebut, terdiri dari: gempa bumi;
yaitu modul 2 memiliki nilai bobot 50% dari aktivitas vulkanik dan letusan; tsunami;
indeks, modul 3 memiliki nilai bobot 30%, tornado; badai; banjir bandang; gelombang
modul 4 memiliki nilai bobot 20%; 2) Model 2 badai; kebakaran hutan; kekeringan; epidemi,
di mana semua modul 2, 3, dan 4 memiliki nilai pandemik, dan penyakit baru; serangan hama;
bobotyang sama yaitu 33,3%. gangguan pasokan air; konflik bersenjata; dan
Setelah itu, masukkan hasil penilaian kerusuhan sipil. 3 poin penilaian (7,9%) kosong.
poin-poin pada modul 2, 3 dan 4 pada Berdasarkan hasil tersebut, maka model
kalkutator Hospital Safety Index, yang merupakan pembobotan yang dapat digunakan adalah
halaman yang memiliki serangkaian formula model 2, yang dapat dilihat pada tabel 2.
yang menetapkan nilai spesifik untuk setiap Modul 2, 3, dan 4 merupakan inti dalam
item. Perhitungan didasarkan pada bagaimana penghitungan Hospital Safety Index. Terdapat 145
evaluator menilai setiap item dan kepentingan poin penilaian, dimana 85 poin kategori
relatif dari item tersebut di setiap modul dan keamanan tinggi (58,62%), 39 poin kategori
untuk keselamatan keseluruhan rumah sakit keamanan sedang (26,89%), 19 poin kategori
dalam keadaan darurat/bencana. Kategorikan keamanan rendah 13,1%), dan 2 poin kosong
penilaian dalam tiga tingkat keamanan (tinggi, 1,37%).
sedang dan rendah). Safety Index memiliki nilai 1 Modul 2 berisi tentang keamanan
(satu) untuk poin yang sesuai dan 0 (nol) untuk struktural bangunan rumah sakit, membahas
poin yang tidak sesuai. Hasil penilaian poin unsur struktural yang diperhitungkan untuk
dimasukkan sebagai nomor 1 di sel yang sesuai menghitung indeks keamanan rumah sakit.
dan halaman perhitungan pada kalkulator Pilar, balok, dinding, pelat lantai, fondasi, dan
Hospital Safety Index akan secara otomatis lain-lain merupakan unsur struktural yang
menerapkan serangkaian rumus dan secara merupakan bagian dari sistem bantalan beban
otomatis mengklasifikasikan rumah sakit bangunan. Penerapan keamanan struktur
sebagai "A", "B" atau "C" ("C" sesuai dengan bangunan yang dicapai oleh RSUD (Rumah
skor dari 0-0,35; "B" ke skor dari 0,36-0,65; dan Sakit Umum Daerah) Tugurejo Semarang pada
"A" ke skor dari 0,66-1). penelitian ini terdapat 2 poin penilaian dengan
kategori keamanan tinggi (15,38%), 6 poin
HASIL DAN PEMBAHASAN penilaian dengan kategori keamanan sedang
(46,15%), 4 poin penilaian dengan kategori
Modul 1 adalah tentang mengidentifikasi keamanan rendah (30,77%), dan 1 poin
bahaya yang dapat menyebabkan keadaan penilaian kosong (7,70%).

27
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

Banyak rumah sakit berada di daerah kerusakan kecil pada bangunan rumah sakit
rawan bahaya (misalnya daerah dataran banjir, seperti retakan pada dinding dan material
wilayah pesisir yang terkena gelombang badai konstruksi, namun tidak sampai mempengaruhi
dan tsunami, atau dekat dengan patahan fungsi bangunan rumah sakit. Selain itu, bentuk
seismik atau fasilitas berbahaya). Mengacu pada rancangan bangunan rumah sakit tidak teratur,
Modul 1, evaluator melakukan penilaian bahaya namun masih seragam. Sistem struktural dan
yang dapat mempengaruhi rumah sakit pada kualitas bahan bangunan memberikan stabilitas
unsur struktural rumah sakit, termasuk dan ketahanan bangunan terhadap kekuatan
bagaimana kemungkinannya dengan bahaya alam. Penyesuaian dalam struktur untuk
yang membuat unsur struktural kurang aman. rentang bahaya yang memungkinkan
Terkait bencana alam yang pernah terjadi di mempengaruhi rumah sakit sangatlah penting,
rumah sakit, belum pernah terjadi bencana alam karena solusi struktural dapat berlaku untuk
di RSUD Tugurejo Semarang yang satu bahaya namun tidak untuk bahaya yang
menyebabkan kerusakan struktural bangunan lainnya (WHO, 2015).
rumah sakit. RSUD Tugurejo Semarang dalam Modul 3 tentang keamanan non-
melaksanakan pembangunan dan/atau struktural bangunan rumah sakit membahas
perbaikan dan remodelling atau modifikasi unsur non-struktural rumah sakit. Unsur-unsur
bangunannya mengacu pada standar keamanan non-struktural sangat penting untuk fungsi
yang berlaku. rumah sakit, namun berbeda dengan unsur
Dalam Undang-undang nomor 44 tahun struktural karena tidak membentuk bagian dari
2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat (1) sistem bantalan beban bangunan rumah sakit.
menyebutkan bahwa rumah sakit harus Unsur non-struktural meliputi: sistem kritis
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, (misalnya sistem kelistrikan, sistem
prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, telekomunikasi, sistem penyediaan air, sistem
dan peralatan. Pada pasal 8 ayat (1) disebutkan penyimpanan bahan bakar, gas medis); sistem
bahwa persyaratan lokasi sebagaimana HVAC; perabot, peralatan kantor dan gudang
dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) harus (baik yang permanen maupun dapat
memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, dipindahkan); peralatan medis dan laboratorium
keselamatan lingkungan, dan tata ruang serta yang digunakan untuk diagnosis dan
sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan pengobatan; dan elemen arsitektur. Penerapan
kelayakan penyelenggaraan rumah sakit. Hal ini keamanan non-struktural yang dicapai oleh
sejalan dengan Undang-undang nomor 28 tahun RSUD Tugurejo Semarang pada penelitian ini
2002 tentang Bangunan Gedung dimana pada terdapat 47 poin penilaian dengan kategori
pasal 7 ayat (3) disebutkan bahwa persyaratan keamanan tinggi (66,2%), 22 poin penilaian
teknis bangunan gedung meliputi persyaratan dengan kategori keamanan sedang (30,98%), 1
tata bangunan dan persyaratan keandalan poin penilaian dengan kategori keamanan
bangunan yang meliputi persyaratan rendah (1,41%), dan 1 poin penilaian kosong
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan (1,41%).
kemudahan. Standar yang digunakan RSUD Pada sistem kritis dan sistem HVAC
Tugurejo Semarang diantaranya yaitu: (Heating, Ventilation, and Air Conditioning), rata-
Pedoman Teknis di Bidang Bangunan dan rata peralatan dalam kondisi yang dapat
Sarana Rumah Sakit, Kementrian Kesehatan beroperasional dengan baik dan terpelihara.
Republik Indonesia 2012; dan Pedoman Teknis Pada sistem kelistrikan, generator telah
Prasarana Rumah Sakit Sarana Keselamatan memiliki kapasitas untuk memenuhi lebih dari
Jiwa, Kementrian Kesehatan Republik 70% kebutuhan operasional rumah sakit,
Indonesia 2012. pengecekan dilakukan secara rutin 2 hari sekali,
Terkait sistem struktural dan kondisi peralatan seperti kabel, saluran kabel, panel
bangunan rumah sakit, terdapat beberapa kontrol, saklar, sistem kelistrikan eksternal dan

28
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

lainnya juga dalam kondisi yang terpelihara. air, proteksi kebakaran, pengelolaan limbah,
Pada sistem telekomunikasi seperti antena, penyimpanan bahan bakar, gas medis dan
sistem tegangan listrik rendah dan ekstra rendah sistem Heating, Ventilation, and Air Conditioning
(internet dan sambungan kabel telepon), dan (HVAC). Kegagalan atau gangguan sistem kritis
sistem komunikasi alternatif dan eksternal dapat menghentikan atau menghambat fungsi
dalam kondisi yang cukup baik dan terpelihara. operasional rumah sakit (WHO, 2015). Bencana
Sistem telekomunikasi internal rumah sakit sering lebih diperparah akibat sistem
menggunakan interkom yaitu telepon yang komunikasi yang buruk. Dalam hal ini, kunci
menghubungkan ruangan setiap ruangan yang komunikasi yang efektif guna menanggulangi
ada di rumah sakit dan HT. Penempatan dan kondisi darurat adalah persiapan sebelum
lokasi sistem telekomunikasi juga terletak di bencana. Sistem penanggulangan bencana yang
tempat yang cukup aman. Pada sistem sudah ada akan membangun komunikasi yang
penyediaan air, cadangan air untuk layanan efektif sehingga ketika bencana terjadi SDM
fungsi rumah sakit dapat terjamin oleh sumber dapat bekerja sesuai dengan pedoman tersebut.
air sumur yang dapat menjamin lebih dari Antisipasi kejadian terparah saat bencana yang
kebutuhan 72 jam, dan untuk pasokan air dapat dilakukan adalah rumah sakit harus
alternatif dilakukan oleh pihak ketiga, dapat mempersiapkan sistem komunikasi alternatif
memenuhi kebutuhan harian rumah sakit lebih (Prima, 2017). Sistem Heating, Ventilation, and
dari 30%. Tangki penyimpanan air berada pada Air Conditioning (HVAC) adalah suatu fasilitas
lokasi yang aman, terlindungi dan terpelihara tata udara yang digunakan untuk mengontrol
dengan baik, sistem distribusi air dan sistem suhu lingkungan dari suatu wilayah tertutup,
pompa tambahan juga dalam kondisi baik dan apakah itu bangunan, gedung, atau kendaraan
mampu memenuhi kebutuhan air harian di komersial. Unit ini biasanya berupa kotak besar
rumah sakit. Pada sistem penyimpanan bahan berisi blower, koil pemanan atau pendingin, rak
bakar, ketersediaan bahan bakar aman dan filter atau chamber, peredam suara, dan
mampu memenuhi kapasitas kebutuhan rumah damper. Keamanan, manajemen operasional,
sakit lebih dari 5 hari. Kondisi dan keamanan pemeliharaan preventif dan pemulihan sistem
tangki, lokasi tangki, dan keamanan sistem HVAC penting demi berfungsinya rumah sakit
distribusinya juga dalam kondisi yang cukup (WHO, 2015). Sistem tata udara berperan
baik dan terpelihara serta aman. Pada gas penting dalam pencegahan dan
medis, ketersediaan gas medis di rumah sakit pengendalian infeksi di ruang isolasi airborne
selalu ada dan dapat mencukupi kebutuhan (Sundari, 2017).
setidaknya selama 15 hari, gas medis cadangan Kondisi perabot, peralatan kantor dan
juga selalu ada dan siap untuk digunakan. gudang seperti rak, anchor untuk rak, komputer
Kondisi anchor untuk tangki gas medis, kondisi dan printer, serta perabotan dan peralatan
sistem distribusinya (Seperti katup, pipa, dan lainnya berada dalam kondisi yang aman dan
sambungan) dalam kondisi yang baik, terpelihara. Rak harus ditambatkan ke dinding
terpelihara, dan aman. Lokasi dan area atau dikuatkan dan isinya dipastikan aman,
penyimpanan juga terletak di tempat yang terutama apabila rumah sakit terletak di daerah
aman. Namun, belum ada sistem proteksi rawan gempa. Perabot dan peralatan di atas
khusus untuk tangki gas medis. Pada sistem roda harus dalam posisi terkunci dan laci harus
Heating, Ventilation, and Air Conditioning (HVAC) memiliki kait untuk mecegahnya agar tidak
peralatan dalam kondisi yang baik. Sistem tergelincir. Perabot dan peralatan tidak boleh
HVAC berada pada lokasi yang terjamin menghalangi akses darurat dan rute evakuasi
keamanannya dan kondisi pengoperasiannya (Sunindijo, 2019).
juga aman. Peralatan medis dan laboratorium yang
Di dalam rumah sakit, sistem kritis digunakan untuk diagnosis dan pengobatan
termasuk kelistrikan, telekomunikasi, pasokan seperti kondisi peralatan medis di ruang operasi

29
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

dan ruang pemulihan, kondisi peralatan dinding partisi internal, keamanan langit-langit
radiologi dan pencitraan, kondisi peralatan atau plafon, semuanya dalam kondisi yang baik
medis di laboratorium, kondisi peralatan medis terpelihara dan aman. Terdapat kerusakan kecil
di IGD, kondisi peralatan medis di unit pada dinding luar, pagar, dan plafon di koridor,
perawatan intensif/menengah, kondisi peralatan namun tidak menghalangi fungsi dari elemen
dan perabotan di bagian farmasi (refregirator tersebut. Terkait akses baik di luar maupun di
obat), kondisi peralatan dan persediaan di dalam bangunan rumah sakit, dalam keadaan
CSSD (Central Sterile Supply Department), kondisi yang baik dan aman. Kondisi memungkinkan
peralatan medis untuk perawatan neonatal, pejalan kaki dan kendaraan untuk aman
kondisi peralatan dan persediaan untuk bergerak di luar bangunan rumah sakit, dan
perawatan darurat luka bakar, kondisi peralatan untuk di dalam gedung rumah sakit, akses
medis untuk pengobatan nuklir dan terapi seperti koridor dan tangga juga memungkinkan
radiasi (termasuk cobalt-60), dan kondisi penghuni dapat bergerak dalam ruangan dengan
peralatan medis dan keamanan peralatan medis aman. Kondisi keamanan sistem pencahayaan
di layanan lainnya dalam kondisi baik, internal dan eksternal, keamanan sistem
terpelihara, dan aman, serta untuk peralatan proteksi kebakaran, sistem elevator, keamanan
yang membutuhkan untuk dikalibrasi telah tangga, keamanan penutup lantai, rute akses
terkalibrasi. rumah sakit, dan elemen arsitektural lainnya
Central Steril Supply Department (CSSD) seperti tanda darurat, semuanya dalam kondisi
merupakan salah satu unit pengelola alat terpelihara, cukup baik dan aman. Terdapat
kesehatan dan linen steril pada fase akhir di sebagian kecil penutup lantai yang perlu diganti,
rumah sakit, sehingga CSSD merupakan ujung namun secara keseluruhan sudah baik. Sistem
tombak terjaminnya sterilitas alat kesehatan proteksi kebakaran rumah sakit tersedia sistem
(Ansyori, 2015). Peralatan medis secara luas proteksi aktif seperti APAR, springkler, alarm
digunakan dalam semua aspek pelayanan kebakaran, sistem detektor, dan hidran, serta
kesehatan, mulai dari pencegahan, skrining, jalan keluar, pintu darurat, tangga darurat,
diagnosis, pemantauan, dan terapi rehabilitasi. assembly point, tanda petunjuk arah, dan exit sign.
Tidak seperti jenis teknologi kesehatan lainya Rute akses rumah sakit terletak di tempat yang
(seperti obat-obatan, implan, dan produk sekali strategis sehingga dapat diakses oleh penghuni
pakai) peralatan medis membutuhkan rumah sakit.
perawatan (baik yang secara rutin maupun Melalui arsitektur, arsitek merancang
tidak) selama masa pemanfaatannya. Rumah sebuah ruang dan mengolah kualitas ruang yang
sakit harus memastikan bahwa peralatan medis ada untuk menjawab perubahan citra rumah
ada pada kondisi aman, akurat, dapat sakit menjadi lebih baik seperti mengoptimalkan
diandalkan, dan beroperasi pada tingkat kinerja kerja tenaga medis serta memaksimalkan
yang disyaratkan (Jamshidi, 2014). Manajemen kesembuhan pasien di rumah sakit. Rumah sakit
peralatan medis yang baik dapat meningkatkan hakikatnya ialah sebuah tempat
keselamatan dan juga mengurangi kerugian penyelenggaraan upaya kesehatan, namun
yang ditimbulkan karena salah mengelolaan kenyataannya banyak lingkungan rumah sakit
(Faruq, 2017). rumah sakit justru tidak mendukung hal
Pada elemen arsitektur yang terdiri dari tersebut. Rumah sakit dapat menimbulkan efek
keamanan pintu termasuk pintu masuk, negatif sepeti stres, tidak hanya pada pasien,
keamanan jendela dan penutup jendela, namun juga keluarga pasien, dan juga staf yang
keamanan lainnya seperti dinding dan lapisan bekerja (Pakaya, 2014). Sistem proteksi aktif
luarnya, keamanan atap bangunan, keamanan dan sarana penyelamatan jiwa bangunan
pagar dan parapet, keamanan dinding gedung merupakan persyaratan teknis yang
perimeter, keamanan elemen arsitektur seperti harus dipenuhi sebagai upaya pencegahan
cornice, cerobong dan tanda-tanda, keamanan kebakaran (Miranti, 2018). Adanya peristiwa

30
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

kebakaran di rumah sakit dapat menimbulkan direktur, wakil direktur pelayanan, wakil
dampak yang besar mengingat di rumah sakit direktur umum dan keuangan, kepala bidang
terdapat pekerja, pengunjung, dan pasien yang pelayanan, kepala IGD, senior bedah, kepala
berada dalam kondisi lemah serta terdapat bagian keuangan, kepala bagian umum, kepala
berbagai macam bahan kimia yang mudah sub-bagian rumah tangga, dan kepala instalasi
meledak, mudah terbakar, dan terdapat rawat jalan), dan setiap anggota sadar akan
peralatan elektronik yang dapat mengakibatkan tanggung jawab spesifiknya dengan adanya
terjadinya korsleting listrik. Untuk itu sangat pelatihan seperti bimbingan teknis terkait
penting dengan adanya sistem keselamatan Hospital Disaster Plan. Pusat Operasi Darurat
proteksi kebakaran yang tepat dan efektif (POD) sudah tersedia, berada pada lokasi yang
sebagai langkah pencegahan kerugian materil cukup aman dan terproteksi, tersedia daftar
dan non-materil akibat terjadinya kebakaran alamat telepon eksternal yang dapat
(Saputra, 2019). Exit sign merupakan bagian menghubungkan RSUD Tugurejo Semarang
guna memudahkan pengguna bangunan untuk dengan layanan pendukung yang dibutuhkan
menuju tempat yang aman. Exit sign diletakan saat keadaan darurat, kartu aksi juga tersedia
pada tempat-tempat yang telah dipersiapkan bagi sebagian staf rumah sakit.
sebagai petunjuk sarana penyelamatan diri Komite bencana rumah sakit/Tim
ketika terjadi sebuah bencana, seperti pintu Hospital Disaster Plan adalah entitas rumah sakit
darurat, exit route (jalan keluar), tangga darurat yang bertanggungjawab untuk
dan meeting point (titik pertemuan) (Pynkiawati, mengartikulasikan, mengarahkan, menilai dan
2009). mengkoordinasikan kegiatan rumah sakit untuk
Modul 4 tentang kapasitas fungsional periode sebelum, selama, dan setelah terjadinya
rumah sakit mempertimbangkan tingkat keadaan darurat/bencana, memastikan
kesiapsiagaan sebuah organisasi rumah sakit, partisipasi semua staf rumah sakit (WHO,
personil dan operasi penting untuk memberikan 2015). Kesiapsiagaan rumah sakit terhadap
layanan terhadap pasien sebagai tanggapan bencana tercermin dari struktur tim komite
terhadap keadaan darurat atau bencana. bencana. Menurut hasil penelitian Putra,
Bagaimana rumah sakit dalam mempersiapkan, dengan adanya tim komite bencana akan lebih
mengatur dan menanggapi situasi darurat atau efektif, lebih cepat, dan lebih integratif dalam
bencana sangat penting untuk mengevaluasi menangani pasien karena sudah pelatihan dan
kapasitas rumah sakit untuk berfungsi saat upgrading (Putra, 2018). Komite bencana
terjadinya bencana. Penerapan modul kapasitas rumah sakit juga harus berasal dari berbagai
fungsional rumah sakit yang dicapai oleh RSUD bidang multidisplin rumah sakit, hal ini
Tugurejo Semarang pada penelitian ini terdapat berkaitan dengan peran kepemimpinan dan
36 poin penilaian dengan kategori tingkat koordinasi organisasi secara keseluruhan
keamanan tinggi (59,07%), 14 poin penilaian mengenai fungsi darurat dan peran lainnya di
dengan kategori keamanan sedang (22,95%), tingkat lokal dan nasional. Tujuan keanggotaan
dan 11 poin penilaian dengan kategori komite diambil dari berbagai departemen rumah
keamanan rendah (18,03%). sakit yaitu untuk berkolaborasi dalam
Pada organisasi komite bencana rumah meningkatkan efisiensi dan efektivitas
sakit dan pusat operasi darurat (POD), sistem komunikasi di seluruh rumah sakit baik itu
komite bencana rumah sakit/Tim Hospital sebelum, selama dan setelah keadaan darurat
Disaster Plan telah secara resmi terbentuk untuk dan bencana (WHO, 2015). Pusat Operasi
menanggapi keadaan bencana, keanggotaan Darurat (POD) yang berada di area yang aman
komite bencana rumah sakit/Tim Hospital dan mudah dijangkau serta terlindungi,
Disaster Plan bersifat multidisiplin, di mana dilengkapi dengan peta jalur evakuasi, papan
komite diwakili oleh lebih dari 6 informasi, dan tempat tunggu pasien serta
departemen/bidang di rumah sakit (terdiri dari sarana prasarana lainnya yang dapat

31
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

mendukung mengurangi resiko korban bencana anggota/staf yang dikerahkan selama keadaan
(Putra, 2018). Peralatan yang harus dimiliki darurat/bencana, meliputi Kepala Bagian
oleh staf ketika keadaan darurat juga Umum menginstrusikan Kepala
diantaranya merupakan kartu aksi. Kartu aksi Bidang/Bagian/Instalasi yang terkait untuk
merupakan kartu yang dipakai oleh seluruh kesiapan staf; mekanisme untuk memastikan
karyawan saat disaster plan aktif diaktifkan. kesejahteraan anggota tambahan, meliputi
Kartu ini menggambarkan peran yang diemban pemenuhan logistik, pemenuhan obat-obatan,
masing-masing staf. Kartu ini menunjukkan dan penjadwalan petugas supaya tidak
nama, jabatan, dan tugas yang dilakukan saat kelelahan akibat overtime; mekanisme/prosedur
disaster plan aktif (Mahfud, 2017). terkait terjasama dengan lembaga/instansi lokal
Pada rencana operasional untuk bencana terkait bencana ada (seperti Dinas Pemadam
internal dan eksternal, RSUD Tugurejo Kota Kebakaran, Angkasa Pura, dan Dinas
Semarang telah memiliki prosedur-prosedur Kesehatan Kota); Prosedur terkait rujukan
terkait, diantaranya yaitu: prosedur operasional pasien yang pada dasarnya tidak dibedakan
untuk memperkuat layanan dasar ketika terjadi dengan keadaan non-darurat; Prosedur untuk
bencana, langkah-langkah tersebut digunakan berkomunikasi dengan publik dan media, jumpa
untuk memperkuat layanan dasar rumah sakit pers dipimpin oleh Komandan Rumah Sakit,
apabila terjadi keadaan darurat/bencana, yang wartawan akan melalui proses registrasi dan
telah dituangkan RSUD Tugurejo Kota diberikan kartu identitas, sehingga peliputan
Semarang dalam susunan Panduan Menghadapi media hanya diijinkan kepada yang sudah
Bencana; prosedur untuk mengaktifkan dan memiliki kartu identitas dari rumah sakit;
menonaktifkan disaster plan, yang meliputi alur Prosedur untuk respons selama shift sore, akhir
mulai dari diterimanya informasi keadaan pekan, dan hari libur ada; dan prosedur terkait
bencana hingga evaluasi proses penanggulangan evakuasi fasilitas rumah sakit ada. Semua
yang telah dilakukan; prosedur administrasi prosedur secara rutin diperbaharui, sumber daya
khusus untuk bencana tidak yang dibedakan untuk melaksanakan mekanisme/prosedur ada
dengan keadaan normal; prosedur pengosongan dan setiap anggota terlatih untuk melaksanakan
ruangan dilaksanakan untuk memperluas ruang mekanisme/prosedur-prosedur tersebut.
yang digunakan untuk korban bencana, ruangan Anggaran keuangan untuk keadaan darurat dan
yang digunakan yaitu Bangsal Dahlia lantai 1-3, bencana dapat mencukupi lebih dari 72 jam
dimana dari pengosongan tersebut pasien untuk keadaan bencana, namun tergantung dari
dipindahkan ke ruangan amarilis lantai 1-3; jenis dan berat ringannya keadaan
prosedur untuk masuk ke IGD bagi pasien darurat/bencana yang terjadi di rumah sakit.
korban bencana ada, proses penanganan yang Tidak ada anggaran khusus untuk bencana,
diberikan kepada korban dilakukan secepatnya tetapi ada anggaran pemeliharaan, belanja
untuk mencegah risiko kecacatan dan/atau modal seperti operasional (misalnya obat-obatan
kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian pasien) yang masih memungkinkan untuk
(triase 1), area berkumpul (collecting area) untuk mencukupi keadaan bencana. Transportasi yang
proses evakuasi ke IGD (triase 2) dan area teras dimiliki dan tersedia (ambulans dan transportasi
IGD (triase 3), kegiatan difinitif dimulai sejak penunjang lainnya) di RSUD Tugurejo dalam
korban tiba di IGD; Prosedur terkait jumlah yang cukup. Rute keluar, rute evakuasi,
perlindungan terhadap rekam medis pasien, dan rute lainnya ditandai dengan jelas dan
semua korban bencana yang memerlukan diletakkan pada posisi yang strategis. Simulasi
perawatan dibuatkan rekam medis sesuai dan latihan rutin dilaksanakan setiap tahun, dan
dengan prosedur yang berlaku di rumah sakit, sosialisasi rutin dilaksanakan setiap penerimaan
pada rekam medis diberikan tanda khusus untuk mahasiswa praktek. Inspeksi keselamatan sudah
mengidentifikasi data korban dengan segera; dilaksanakan, namun belum optimal dalam
Prosedur terkait tugas yang diberikan bagi pelaksanaannya. Namun, ada beberapa yang

32
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

belum terpenuhi seperti prosedur untuk seseorang yang mempunyai keahlian teknis
memperluas IGD dan layanan penting lainnya; khusus (Putra, 2017). IGD merupakan gerbang
prosedur terkait pengaturan makanan untuk staf utama masuknya pasien dengan kondisi gawat
rumah sakit selama keadaan darurat; dan darurat untuk mencegah risiko kecacatan dan
prosedur untuk mempersiapkan sensus pasien kematian (to save life and limb) dengan respons
yang dirawat dan yang dirujuk ke rumah sakit time selama 5 menit dan waktu definitif < 2 jam
lain. (Amaliah, 2017). Sehingga perlu adanya
Menyadari bahwa risiko bencana tidak prosedur untuk memperluas IGD untuk
dapat sepenuhnya dihilangkan, maka persiapan keadaan darurat/bencana.
menghadapi bencana dan manajemen Terkait rencana darurat untuk perawatan
pengurangan risiko bencana menjadi jalan medis dalam bencana, RSUD Tugurejo
untuk meminimalkan kerusakan saat bencana Semarang telah menyusun prosedur-prosedur
dan kerusakan jangka panjang (Tantri, 2017). terkait, diantaranya yaitu: prosedur perawatan
Tujuan manajemen bencana pada dasarnya medis terkait penanganan bencana internal
adalah berupaya untuk menghindarkan gempa bumi dan longsor; prosedur terkait
masyarakat dari bencana baik dengan cara ancaman bom; prosedur terkait penanganan
mengurangi kemungkinan munculnya hazard bencana internal banjir; prosedur terkait
maupun mengatasi kerentanan. Terdapat penanganan bencana internal kebakaran;
kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum prosedur terkait penanganan kecelakaan kimia
bencana, selama bencana terjadi, dan setelah atau paparan radiasi pengion, prosedur ini
bencana (Purnama, 2017). Rekam medis adalah termasuk dalam prosedur penanganan
berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya, yang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, diantaranya meliputi kebocoran atau tumpahan
tindakan medis lain pada sarana pelayanan atau sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang
kesehatan untuk rawat jalan dan rawat inap. Isi mudah terbakar, zat-zat yang bersifat korosif,
Rekam medis bersifat rahasia yang harus dijaga beracun, zat-zat radioktif; dan prosedur terkait
oleh petugas kesehatan dan petugas rekam penanganan patogen dengan potensi epidemi.
medis. Oleh karena itu rumah sakit Prosedur secara rutin diperbaharui, staf rumah
berkewajiban menjaga keamanan dan sakit telah terlatih untuk menghadapi bencana
kerhasiaan isi rekam medis pasien (Siswati, tersebut, dan sumber daya tersedia. Selain itu,
2019). Transportasi sangat penting untuk RSUD Tugurejo Semarang belum/tidak
keadaan darurat/bencana di rumah sakit, baik memiliki prosedur terkait pengobatan psiko-
itu ambulans dan transportasi penunjang sosial untuk pasien, keluarga, dan tenaga
lainnya. Transportasi, bukanlah sekadar kesehatan dan prosedur terkait kontrol infeksi
mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian yang didapat di rumah sakit.
tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan Korban bencana alam
ke dalam ambulans hingga diambil alih oleh menghadapi situasi dan kondisi yang
pihak rumah sakit. Oleh karena itu transport sangat kompleks, baik secara fisik, psikis
pasien berperan penting dalam mengutamakan maupun sosial. Kehilangan anggota
keselamatan pasien (Zulfiwati, 2015). Menurut keluarga, khususnya sumber pencari nafkah
Tarwaka dalam penelitian Putra, inspeksi keluarga, seringkali menyebabkan timbulnya
merupakan suatu cara terbaik untuk perasaan khawatir, ketakutan bahkan trauma
menemukan masalah-masalah dan menilai yang berkepanjangan. Bantuan dari berbagai
risikonya sebelum kerugian atau kecelakaan dan sumber yang berbentuk materi mungkin
penyakit akibat kerja benar-benar terjadi. dapat memenuhi kebutuhan fisik para korban
Inspeksi dilakukan untuk tujuan identifikasi bencana, tetapi belum tentu dapat
terhadap sumber-sumber bahaya kesehatan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
sebaiknya dilakukan dengan melibatkan Kehilangan orang yang dicintai, rumah, harta

33
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

benda, sawah, atau ternak yang menjadi untuk melaksanakan mekanisme ada dan setiap
mata pencarian, dapat menyebabkan anggota terlatih untuk melaksanakan
guncangan jiwa dan trauma hebat. Dalam mekanisme atau prosedur-prosedur tersebut.
situasi yang demikian maka diperlukan Kecuali untuk petugas gas medis, karena belum
upaya penanganan dampak sosial psikologis ada pelatihan untuk petugas gas medis untuk
terhadap korban agar terhindar dari keadaan darurat bencana.
gangguan psikologis dan permasalahan sosial Gas medis adalah gas dengan spesifikasi
yang lebih luas (Rusmiyati, 2012). Infeksi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan
akibat layanan kesehatan atau Healthcare medis pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang Penggunaan gas medis dan vakum medis pada
terjadi pada pasien selama perawatan di rumah fasilitas pelayanan kesehatan di ruang operasi,
sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi ruang intensif, dan ruang gawat darurat harus
tersebut tidak ditemukan atau tidak sedang dilakukan melalui penyaluran pada sistem
berinkubasi pada saat pasien masuk. Termasuk instalasi gas medis dan vakum medis. Gas
dalam definisi ini adalah infeksi yang didapat di medis merupakan faktor pendukung dalam
rumah sakit namun baru bermanifestasi setelah kesehatan pasien di rumah sakit, sehingga gas
pasien keluar. Selain pada pasien, HAIs dapat harus bersih dan memiliki kemurnian tinggi dan
terjadi pada tenaga kesehatan dan staf rumah tekanan yang stabil (Wijaya, 2019). Menurut
sakit. Sehingga menjadi kewajiban RS untuk Siregar dalam penelitian Ningrum, IPAL
membuat kebijakan di tempatnya yang harus (Instalasi Pengolahan Air Limbah) adalah
dilaksanakan dalam upaya pencegahan dan sistem pengolahan limbah cair rumah sakit yang
pengendalian infeksi di rumah sakit (Madjid, didesain berdasarkan karakteristik limbah cair
2017). yang masuk dari beberapa sumber pengeluaran
Terkait rencana untuk pengoperasian, limbah. Tujuan IPAL adalah untuk mencegah
pemeliharaan preventif, dan pemulihan layanan pencemaran lingkungan dan gangguan
penting, rumah sakit telah memiliki mekanisme kesehatan bagi pengunjung terutama petugas
atau prosedur terkait pengoperasian, limbah dan masyarakat sekitar rumah sakit yang
pemeliharaan, dan pemulihan layanan catu beresiko terkontaminasi limbah cair medis yang
daya dan generator cadangan rumah sakit, dihasilkan rumah sakit (Ningrum, 2014).
mekanisme atau prosedur terkait pengoperasian, Pengelolaan limbah B3 di rumah sakit sangat
pemeliharaan, dan pemulihan pasokan air diperlukan karena apabila limbah B3 tidak
minum rumah sakit, mekanisme atau prosedur dikelola dengan baik dapat menimbulkan
terkait pengoperasian, pemeliharaan, dan dampak antara lain: mengakibatkan cedera,
pemulihan persediaan bahan bakar rumah sakit, pencemaran lingkungan, serta menyebabkan
mekanisme atau prosedur terkait pengoperasian, penyakit nosokomial (Purwanti, 2018).
pemeliharaan, dan pemulihan layanan gas Terkait tersedianya obat-obatan,
medis rumah sakit, mekanisme atau prosedur persediaan, peralatan, dan perlengkapan untuk
terkait pengoperasian, pemeliharaan, dan digunakan di keadaan darurat, rumah sakit
pemulihan sistem komunikasi standar dan khususnya bagian Central Sterile Supply
cadangan rumah sakit, memiliki mekanisme Department (CSSD) memiliki ketersediaan alat
terkait pengoperasian, pemeliharaan, dan steril (terdiri dari sediaan set dan satuan) untuk
pemulihan sistem IPAL rumah sakit, perawatan rutin yang digunakan untuk
pengoperasian, pemeliharaan, dan pemulihan pelayanan sehari-hari dan mampu mencukupi
sistem pengelolaan limbah padat rumah sakit, lebih dari 72 jam pada kapasitas maksimum
dan mekanisme atau prosedur terkait rumah sakit, dan pabila terjadi kondisi
pengoperasian, pemeliharaan, dan pemulihan darurat/bencana, tim CSSD secara kondisional
sistem proteksi kebakaran rumah sakit. Semua dapat menyediakan instrumen/alat steril, selain
prosedur secara rutin diperbaharui, sumber daya itu rumah sakit khususnya bagian Instalasi

34
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

Tabel 1. Tabulasi Penilaian Berdasarkan Kategori Modul


Poin Tingkat Keamanan
No. Kategori Modul Jumlah
Penilaian TMB MB SMB
Modul 2: Keamanan Struktural
1. 13 18,75 56,25 25,00 100,00
Bangunan Rumah Sakit
Modul 3: Keamanan Non-
2. struktural Bangunan Rumah 71 0,34 24,53 75,13 100,00
Sakit
Modul 4: Kapasitas Fungsional
3. 61 23,83 15,18 60,99 100,00
Rumah Sakit
Jumlah 145
* Keterangan: TMB (Tidak Mungkin Berfungsi); MB (Mungkin Berfungsi); SMB (Sangat Mungkin
Berfungsi). TMB=R (Rendah); MB=S (Sedang); SMB=T (Tinggi).

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah melakukan pemantauan, evaluasi, perencanaan


Sakit (IPSRS) memiliki persediaan cadangan program, pengambilan keputusan penting dan
gas medis untuk keadaan darurat/bencana yang bahkan penelitian. Di sektor publik, manajemen
dapat digunakan untuk menunjang selama logistik melibatkan peran organisasi kesehatan
kurang lebih 24 jam dan peralatan elektromedis dari berbagai level, mulai dari tingkat pusat,
dan peralatan penunjang kehidupan (life support) provinsi, kabupaten/kota dan fasilitas
yang mampu menjamin keadaan pelayanan kesehatan, dimana masing-masing
darurat/bencana pada kapasitas maksimum level memiliki tanggung jawab dan wewenang
rumah sakit, dan juga rumah sakit khususnya masing-masing dalam pengelolaan logistik
bidang pelayanan memiliki ketersediaan APD farmasi (Sanjaya, 2016). Ketersediaan APD
untuk epidemik (sekali pakai) untuk anggota sangat penting mengingat faktor ketidaksesuaian
terkait, dan perlengkapan peralatan dan crash dalam penggunaan APD dapat dipengaruhi oleh
cart untuk penanganan cardio-pulmonary yang faktor environment seperti ketersediaan APD.
mampu menjamin keadaan darurat/bencana Kekurangan APD seperti sarung tangan steril
setidaknya selama 72 jam pada kapasitas yang seharusnya digunakan untuk melakukan
maksimum rumah sakit. Namun, rumah sakit tindakan bersifat aseptik menjadi kendala utama
belum/tidak memiliki persediaan obat-obatan dalam menggunakan APD yang tepat untuk
khusus, peralatan khusus, ventilator volume tindakan tersebut (Nurmalia, 2019). Pada
mekanis, dan rumah sakit juga belum/tidak penelitian yang dilakukan oleh Kristiana
memiliki label triase dan persediaan logistik tentang Sistem Pelayanan Kesehatan Tanggap
untuk manajemen korban massal untuk keadaan Darurat di Kabupaten Ciamis, penanganan
darurat/bencana. bencana yang logistik berupa bahan, alat, dan
Pengelolaan obat dan perbekalan obat-obatannya memakai persediaan rutin
kesehatan membutuhkan dukungan sistem menyebabkan tidak sesuainya logistik tersebut
informasi yang adekuat, terutama untuk dengan jenis bencananya (Kristiana, 2013).

Tabel 2. Hasil Pembobotan dengan Menggunakan Model 2


Tingkat Keamanan
No. Kategori Modul Total
TMB MB SMB
1. Modul 2: Struktural 6,25 18,75 8,33 33,33
2. Modul 3: Non-struktural 0,11 8,18 25,04 33,33
3. Modul 4: Fungsional 7,94 5,06 20,33 33,33
Jumlah 14,30 31,99 53,70 100,00
*Keterangan: TMB (Tidak Mungkin Berfungsi); MB (Mungkin Berfungsi); SMB (Sangat Mungkin Berfungsi).
TMB=R (Rendah); MB=S (Sedang); SMB=T (Tinggi).

35
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

Tabel 1 menyajikan tabulasi dari modul


2, 3, dan 4, yang merupakan inti dalam
penghitungan Hospital Safety Index. Pada kolom
tingkat keamanan adalah nilai yang telah
diakumulasikan kalkulator Hospital Safety Index.
Pada akhir pembahasan modul 1 telah
ditentukan pembobotan dilakukan dengan
model 2, dimana modul 2, 3, dan 4 akan
dikalikan dengan bobot 33,33%. Berikut
merupakan hasil pembobotan yang dapat dilihat
pada tabel 2.
Kemudian sebelum menentukan Safety
Index dan Vulnerability Index rumah sakit,
Gambar 1. Hospital Safety Index
tentukan range terlebih dahulu. Untuk
menghindari bias, disepakati untuk
grafik kedua indeks tersebut dan bagaimana
menggunakan range yang memperhitungkan
kedua indeks tersebut berhubungan satu sama
nilai terendah dan tertinggi dari skala bobot
lain. Berdasarkan saran bahwa indeks-indeks
horizontal. Dalam hal ini, tingkat keamanan
tersebut dapat dilihat menggunakan konsep
minimum adalah 1 dan tingkat keamanan
“gelas setengah kosong/setengah penuh”. Di
maksimum adalah 4. Maka akan menghasilkan
mana semakin aman rumah sakit, kerentanan
nilai safety factor seperti yang dapat dilihat pada
(vulnerability) akan semakin berkurang, atau
tabel 3.
dengan kata lain, gelas akan semakin penuh
(Gambar 1).
Tabel 3. Safety Factor
Langkah selanjutnya yaitu
Bobot Horizontal Safety
No. mengklasifikasikan rumah sakit ke dalam
Total (%) Factors
kategori “A”, “B”, atau “C” dengan
Tidak dapat
1. 14,30 1 0,14 menggunakan Hospital Safety Index. Dengan nilai
berfungsi
Dapat safety index sebesar 0,64, RSUD Tugurejo
2. 31,99 2 0,64
berfungsi Semarang termasuk dalam rumah sakit dengan
Sangat dapat kategori “B”.
3. 53,70 4 2,15
berfungsi
Safety Factor
2,93 PENUTUP
keseluruhan
* Keterangan: faktor horizontal merupakan angka-
angka di bawah ini yang telah disetujui oleh Sangat penting bagi rumah sakit untuk
WHO/PAHO-DiMAG untuk mengkalibrasi nilai tetap dapat beroperasi selama dan setelah
modul individual terhadap titik referensi umum. peristiwa darurat dan bencana. Hospital Safety
Dalam hal ini, tingkat keamanan relatif berada Index (HSI) secara keseluruhan untuk RSUD
dalam rasio 1: 2: 4. Tugurejo Kota Semarang adalah 0,64 sehingga
RSUD Tugurejo termasuk dalam rumah sakit
dengan kategori/level B. Hal ini menunjukkan
bahwa diperlukan langkah intervensi dalam
Langkah selanjutnya yaitu menentukan Safety jangka pendek, karena tingkat keselamatan dan
Index dan Vulnerability Index rumah sakit.
manajemen darurat dan bencana rumah sakit,
kemampuan rumah sakit untuk berfungsi
selama dan setelah keadaan darurat dan
bencana berpotensi berisiko.
Setelah ditentukan safety index dan vulnerability Penelitian ini tidak terlepas dari
index, peneliti dapat mengapresiasi hambatan dan kelemahan yang cukup

36
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

mempengaruhi kelancaran penelitian, baik International Federation of Red Cross and


prapenelitian, saat penelitian, maupun pasca Red Crescent Societies.
penelitian. Hambatan tersebut diantaranya yaitu Jamshidi, A., Rahimi, S. A., Ait-Kadi, D., &
Bartolome, A. R. 2014. Medical devices
sulitnya menentukan jadwal dengan informan
inspection and maintenance; a literature
dan melakukan observasi di wilayah rumah
review. IIE Annual Conference and Expo 2014.
sakit karena dikhawatirkan dapat mengganggu Kristiana, L., & Ristrini. 2013. Sistem Pelayanan
aktivitas rumah sakit. Saran untuk peneliti Kesehatan Tanggap Darurat di Kabupaten
selanjutnya yaitu penelitian diharapkan dapat Ciamis. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,
dilaksanakan di wilayah dengan risiko gempa 16(3): 297–304.
bumi dan/atau siklon tinggi. Madjid, T., & Wibowo, A. 2017. Analisis Penerapan
Program Pencegahan dan Pengendalian
DAFTAR PUSTAKA Infeksi di Ruang Rawat Inap RSUD Tebet
Tahun 2017. Jurnal Arsi. 4(1): 57-68.
Mahfud, W. M., & Rossa, E. M. 2017. Analisis
ADRRN; UNISDR Asia and the Pacific Office. 2009.
Kapasitas Fungsional Rumah Sakit Umum
Terminologi Pengurangan Risiko Bencana.
Prambanan Dalam Menghadapi Bencana
Bangkok: Asian Disaster Reduction and
Berdasarkan Hospital Safety Index. Universitas
Response Network with the assistance of
Muhammadiyah Yogyakarta, 1(1): 210–223.
UNISDR Asia and the Pacific Office.
Miranti, R. S., & Mardiana. 2018. Penerapan Sistem
Amaliah, N., Herawati, Y. T., & Witcahyo, E. 2017.
Proteksi Aktif dan Sarana Penyelamatan Jiwa
Analisis SWOT di Instalasi Gawat Darurat
sebagai Upaya Pencegahan Kebakaran. Higeia
(IGD) Rumah Sakit Fathma Medika Gresik
Journal of Public Health Research and
untuk Meningkatkan Kunjungan Tahun 2016
Development, 2(1): 23–32.
SWOT Analysis in the Emergency Room
Ningrum, P. T., & Khalista, N. N. 2014. Gambaran
(ER) of Fathma Medika Hospital Gresik in
pengelolaan limbah cair di rumah sakit X
Order to Increasing Visits 2016. E-Jurnal
kabupaten jember. Jurnal IKESMA, 10(2): 140-
Pustaka Kesehatan, 5(2): 223–230.
151.
Ansyori, A. K., Satibi, & Mulyaningsih, R. 2015.
Nurmalia, D., Ulliya, S., Neny, L., & Hartanty, A.
Analisis Karakteristik Pimpinan dan rumah
A. 2019. Gambaran Penggunaan Alat
Sakit dalam Praktek Strerilisasi yang Baik.
Pelindung Diri oleh Perawat di Ruang
Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 5(3):
Perawatan Rumah Sakit. Jurnal of Holistic
185–194.
Nursing and Health Science, 2(1): 45–53.
Ardalan, A., Keleh, M. K., Saberinia, A., Khorasani-
Pakaya, S. F. W., & Susanto, D. 2014. Arsitektur
Zavareh, D., Khankeh, H., Miadfar, J.,
Interior Rumah Sakit Berdasarkan Evidence-based
Maleknia, S., Mobini, A., & Mehranamin, S.
Design yang Mendukung Healing Environment
2016. 2015 Estimation of Hospitals Safety
Studi Kasus : RSCM Kencana, Jakarta.
from disasters in I.R.Iran: The results from the
Universitas Indonesia.
assessment of 421 hospitals. PLoS ONE, 1.
Pan American Health Organization (PAHO). 2016.
Faruq, Z. H., & Badri, C. 2017. Penilaian
55th DIRECTING COUNCIL. 21(3): 26–30.
Manajemen Peralatan Laboratorium Medis
Prima, A., & Meliala, A. 2017. Hambatan dan
Di RSUD Se Provinsi DKI Jakarta. Jurnal
peluang dalam pembuatan hospital disaster
Labora Medika, 1(1): 16-20.
plan : studi kasus dari Sumatera Utara.
Garschagen, M., Hagenlocher, M., Comes, M.,
Journal Of Community Medicine And Public
Dubbert, M., Sabelfeld, R., Lee, Y. J.,
Health, 33(1): 595–602.
Grunewald, L., Lanzendörfer, M., Mucke, P.,
Purnama, S. G. 2017. Diktat manajemen bencana.
Neuschäfer, O., Pott, S., Post, J., Schramm,
Fakultas Kedokteran, Bali: Universitas
S., Schumann-Bölsche, D.,
Udayana.
Vandemeulebroecke, B., Welle, T., &
Purwanti, A. A. 2018. Pengelolaan Limbah Bahan
Birkmann, J. (2016). World Risk Report 2016.
Berbahaya dan Beracun Rumah Sakit Di
Berlin: United Nations University – Institute for
RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Jurnal
Environment and Human Security (UNU-EHS).
Kesehatan Lingkungan, 10(3): 291-298.
IFRC. 2016. 2016 World Disaster Report Relisience:
saving lives today, investing for tomorrow. Swiss:

37
Juharoh / Terapan Hospital Disaster / HIGEIA 5 (1) (2021)

Putra, D. P. 2017. Penerapan Inspeksi Keselamatan Siswati, S., & Dindasari, D. A. 2019. Tinjauan Aspek
dan Kesehatan Kerja sebagai Upaya Keamanan dan Kerahasiaan Rekam Medis di
Pencegahan Kecelakaan Kerja. HIGEIA Rumah Sakit Setia Mitra Jakarta Selatan.
(Journal of Public Health Research and Jurnal Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan,
Development), 1(3): 73-83. 2(2): 91-99.
Putra, H. A. 2018. Studi Kualitatif Kesiapsiagaan Sundari, T., Lisdawati, V., Zunaidi, E., Indrawanto,
Tim Komite Bencana Rumah Sakit PKU D., Murtiani, F., Montain, M. M., & Pakki,
Muhammadiyah Bantul dalam Menghadapi T. R. 2017. Peran Sistem Tata Udara dalam
Bencana. Health Sciences and Pharmacy Journal, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di
2(1): 8-15. Ruang Isolasi Airborne RSPI Prof . Dr .
Pynkiawati, T., Wahadamaputera, S., Adiwibowo, Sulianti Saroso. The Indonesian Journal of
F., Lestari, R., & Septaningsih, D. 2009. Infectious Diseases, 4(1).
Kajian Desain Sirkulasi Ruang Dalam sebagai Sunindijo, R. Y., Lestari, F., & Wijaya, O. 2019.
Sarana Evakuasi Kebakaran pada Bangunan Hospital safety index: assessing the readiness
Hotel Carrcadin Bandung. Jurnal Itenas and resiliency of hospitals in Indonesia.
Rekayasa, 3(1): 1-10. Emerald Published Limited.
Rusmiyati, C., & Hikmawati, E. 2012. Penanganan Tantri, E. 2017. Manajemen Dan Pengurangan
Dampak Psikologis Korban Bencana Merapi Risiko Bencana Di Tiongkok: Gempa Sichuan
(Sosial Impact of Psychological Treatment 2008. Jurnal Kajian Wilayah, 7(1): 45-57.
Merapi Disaster Victims). Jurnal Informasi, Wijaya, N. H., Untara, B., & Khoirunnisa, I. 2010.
17(2): 97-110. Monitoring Tekanan Gas Medis pada
Sanjaya, G. Y., & Hidayat, A. W. 2016. Pemantauan Instalasi Gas Medis Rumah Sakit. Medika
Obat dan Perbekalan Kesehatan di Indonesia Teknika : Jurnal Teknik Elektromedik Indonesia,
Tantangan dan Pengembangannya. Jurnal 1(1): 19-24.
Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 6(2): 159- WHO, PAHO 2015. Hospital Safety Index Guide for
168. Evaluator Second Edition. Switzerland: aworld
Saputra, W., Atik, K., & Putri, W. (2019). Studi Health Organization: Pan American Health
Analisis Manajemen dan Sistem Proteksi Organization.
Kebakaran di Rumah Sakit X Jakarta Timur, Zulfiwati, N., & Pardede, N. 2015. Peranan
3(1): 52–59. ergonomi pada tranportasi pasien di rumah
Sinaga, S. N. (2015). Peran Petugas Kesehatan dalam sakit. Gaung Informatika, 8(3), 174–185.
Manajemen Penanganan Bencana Alam.
Jurnal Ilmiah Integritas, 1-7.

38

Anda mungkin juga menyukai