Anda di halaman 1dari 145

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361250803

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI


SULAWESI TENGAH

Book · July 2021

CITATIONS READS

0 244

4 authors:

Suparman Suparman Wahyuningsih Wahyuningsih


Universitas Tadulako Universitas Tadulako
33 PUBLICATIONS   5 CITATIONS    22 PUBLICATIONS   71 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Muzakir Muzakir Asep Mahpudz


Universitas Tadulako Universitas Tadulako
10 PUBLICATIONS   5 CITATIONS    16 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

tolerance learning and competencies in 21th century View project

kemiskinan dan modal manusia View project

All content following this page was uploaded by Suparman Suparman on 12 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Wahyuning, SE, M.Sc, Ph.D
Dr. Muzakir, SE, M.Si
Dr. Suparman, SE, M.Si
Dr. Asep Mahpudz, M.Si
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Penulis:
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D;
Dr. Muzakir, SE, M.Si;
Dr. Asep Mahpudz, M.Si;
Dr. Suparman, SE, M.Si
Lay Out:
Ahmad Mughni
Design Cover:
Erdy
copyright©2021
Penerbit
UNISMA Press
Gedung Umar bin Khattab Kantor Pusat LT. 3,
Universitas Islam Malang
Jl. Mayjen Haryono 193 Malang, 65144
Telp. 0341-551932
unismapress@unisma.ac.id
Cetakan Pertama : Juli 2021
Ukuran : 15,5 cm x 23 cm
Jumlah Halaman : xii + 132 halaman

ISBN: 978-623-97788-0-4

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau


seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Setiap orang yang dengan atau tanpa hak melakukan pelanggaran terhadap hak ekonomi yang sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan ancaman
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus
juta rupiah). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf
d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Setiap
orang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran
hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau
huruf g untuk peggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama (empat) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).
KATA PENGANTAR

A lhamdulillah, segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kepada


Allah SWT karena atas petunjuk dan karuniaNya, penyusunan
buku “Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pendidikan Sulawesi
Tengah” dapat diselesaikan. Pembangunan bidang pendidikan
menjadi sangat krusial karena akan dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang berdaya saing. Membangun manusia tidak semudah
melakukan pembangunan fisik karena tidak dapat dilihat secara kasat
mata (intagible) dan begitu kompleks. Olehnya itu dibutuhkan strategi
dan kebijakan yang tepat. Jika bidang pendidikan maju, maka akan
mempercepat kemajuan daerah, khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah,
yang pada akhirnya akan berkontribusi bagi pembangunan nasional.
Strategi dan kebijakan yang dirumuskan dalam buku ini mengacu
pada kondisi eksisiting, lingkungan eksternal dan internal pembangunan
pendidikan di Sulawesi Tengah. Selain itu juga didasarkan pada
peraturan-peraturan dan kebijakan pembangunan pendidikan yang
ditetapkan dari Pemerintah Pusat sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam perencanaan pembangunan nasional. Rumusan strategi dan
alternatif kebijakan tersebut dapat dijadikan acuan bagi pemerintah
daerah di tingkat kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah
dan dapat dimanfaatkan oleh provinsi-provinsi lain yang ada di
Indonesia.
Kami berharap buku ini dapat dijadikan referensi bagi stakeholders
yang tertarik melakukan pembangunan pendidikan, termasuk instansi
pemerintah, praktisi pendidikan, dan akademisi. Akhir kata, kami
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang berkontribusi dalam penyusunan buku ini.

Palu, Juli 2021


Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG............................................................. 1
1.2. RUMUSAN MASALAH....................................................... 2
1.3. TUJUAN PENELITIAN........................................................ 3
1.4. METODOLOGI..................................................................... 3
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN.............................................. 3
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN GAMBARAN UMUM
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SULAWESI
TENGAH....................................................................................... 5
2.1. KAJIAN TEORITIS............................................................... 5
2.1.1. MANAJEMEN STRATEGI........................................ 5
2.1.2. KEBIJAKAN................................................................. 8
2.1.3. PERENCANAAN PEMBANGUNAN....................10
2.1.4. MANAJEMEN PENDIDIKAN...............................11
2.2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA.........................16
2.3. PENDIDIKAN PRA SEKOLAH........................................23
2.4. PENDIDIKAN DASAR......................................................34
2.5. PENDIDIKAN MENENGAH...........................................51
2.6. PENDIDIKAN TINGGI.....................................................69
2.7. PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH.....................................73
2.8. PENDIDIKAN LUAR BIASA............................................92

iv
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN DI SULAWESI TENGAH...........................103
3.1. STRATEGI..........................................................................103
3.1.1. STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN.........................................................103
3.1.2. STRATEGI PEMERATAAN LAYANAN
PENDIDIKAN BERKUALITAS............................105
3.1.3. STRATEGI PENGEMBANGAN SDM
BERDAYA SAING...................................................108
3.1.4. STRATEGI PENGEMBANGAN DAN
PENINGKATAN MUTU SDM.............................110
3.2. ARAH KEBIJAKAN..........................................................112
3.2.1. ARAH KEBIJAKAN PERCEPATAN
PENGEMBANGAN SDM PENDIDIKAN..........112
3.2.2. ARAH KEBIJAKAN PEMERATAAN
LAYANAN PENDIDIKAN BERKUALITAS.......114
3.2.3. ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
SDM BERDAYA SAING........................................117
3.2.4. ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
DAN PENINGKATAN MUTU SDM...................121
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...............................125
4.1. KESIMPULAN...................................................................125
4.2. REKOMENDASI................................................................127
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................129
BIODATA PENULIS.................................................................................131

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Wilayah


Sulampua Tahun 2015-2019...................................................18
Tabel 2.2. Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Wilayah
Sulampua Tahun 2015-2019...................................................20
Tabel 2.3. Perkembangan Harapan Lama Sekolah Wilayah
Sulampua Tahun 2015-2019...................................................22
Tabel 2.4. Jumlah kepala Sekolah dan guru TK di Sulteng
tahun 2015-2018 Berdasarkan Golongan Kepangkatan.....31
Tabel 2.5. Perkembangan APM SD/MI Wilayah Sulampua
Tahun 2015-2019.....................................................................36
Tabel 2.6. Perkembangan APM SMP/MTs Wilayah Sulampua
Tahun 2015-2019.....................................................................37
Tabel 2.7. APM Kabupaten/Kota Jenjang Pendidikan Dasar
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019........................38
Tabel 2.8. Perkembangan APK SD/MI Wilayah Sulampua
Tahun 2015-2019.....................................................................40
Tabel 2.9. Perkembangan APK SMP/MTs Wilayah Sulampua
Tahun 2015-2019.....................................................................42
Tabel 2.10. APK Kabupaten/Kota Jenjang Pendidikan Dasar
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019........................43
Tabel 2.11. Perkembangan APS SD/MI Wilayah Sulampua
Tahun 2015-2019.....................................................................45
Tabel 2.12. Perkembangan APS SMP/MTs Wilayah Sulampua
Tahun 2015-2019.....................................................................46
Tabel 2.13. Perkembangan Sarana dan Prasaran Jenjang
Pendidikan Sekolah Dasar Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2015-2019.....................................................................47

vi
Tabel 2.14. Rasio Guru dan Murid Pendidikan Sekolah Dasar
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019........................48
Tabel 2.15. Jumlah Peserta Didik Pendidikan Menengah di Sulawesi
Tengah Tahun 2019..................................................................55
Tabel 2.16. Jumlah Pendidik Pendidikan Menengah di Sulawesi
Tengah.......................................................................................59
Tabel 2.17. Sarana Prasarana SMK di Sulawesi Tengah..........................64
Tabel 2.18. Perkembangan APS Pendidikan Tinggi Wilayah
Sulampua Tahun 2015-2019...................................................72
Tabel 2.19. Rasio Dosen dan Mahasiswa Pendidikan Tinggi
Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019........................................73
Tabel 2.20. Jumlah Lembaga PLS di Sulawesi Tengah Tahun 2020.......82
Tabel 2.21. Kondisi Keadaan Lembaga Pendidikan Masyakarat
di Sulawesi Tengah Tahun 2019.............................................83
Tabel 2.22. Lembaga Pendidikan Masyarakat di Sulawesi Tengah
Tahun 2019/2020......................................................................83
Tabel 2.23. Kepemilikan Lembaga Pendidikan Masyarakat di
Sulawesi Tengah Tahun 2019/2020........................................83
Tabel 2.24. Akreditasi Lembaga Pendididikan Kemasyarakatan
di Sulawesi Tengah Tahun 2019.............................................84
Tabel 2.25. Jumlah Warga Belajar di Lembaga Dikmas di Sulawesi
tengah Tahun 2019...................................................................86
Tabel 2.26. Warga Belajar Paket A di Lembaga Pendidikan
Masyarakat di Sulawesi Tengah Tahun 2019........................86
Tabel 2.27. Warga Belajar Paket B di Lembaga pendidikan
Masyarakat di Sulawesi Tengah Tahun 2019........................87
Tabel 2.28. Warga Belajar Paket C di Lembaga pendidikan
Masyarakat di Sulawesi Tengah Tahun 2019........................87
Gambar 2.48. Jumlah Pendidik PNF di Sulawesi Tengah.......................88
Tabel 2.29. Ijazah Terakhir Pendidik PNF/PLS di Sulawesi
Tengah Tahun 2019..................................................................88
Tabel 2.30. Status Kepegawaian Tenaga Pendidik PNF di Sulawesi
Tengah Tahun 2019..................................................................89

vii
Tabel 2.31. Status Kepegawaian Tenaga Pendidik PNF di Sulawesi
Tengah Tahun 2019..................................................................89
Tabel 2.32. Kategori Pendidik dan Tenaga Kependidikan PNF
di Sulawesi Tengah Tahun 2019.............................................90
Tabel 2.33. Kelompok Usia dan Tenaga Kependidikan PNF di
Sulawesi Tengah Tahun 2019..................................................90
Tabel 2.34. Kategori Golongan PTK PNF di Sulawesi Tengah
Tahun 2019...............................................................................91
Tabel 2.35. PTK Disertifikasi PNF di Sulawesi Tengah Tahun 2019.....91
Tabel 2.36. Masa Kerja Pendidik PNF di Sulawesi Tengah
Tahun 2019...............................................................................91
Tabel 2.37. Rasio Pendidikan Non Formal di Sulawesi Tengah
Tahun 2019...............................................................................92
Tabel 2.38. Capaian dan Keadaan PLB di Sulteng 2016-2019...............94
Tabel 2.39. Jenis ketunaan siswa SLB di Sulawesi Tengah
Tahun 2016-2019.....................................................................98

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia


Sulawesi Te­ngah, Indonesia Tahun 2015-2019................ 17
Gambar 2.2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota
Sulteng Tahun 2019 - Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)... 19
Gambar 2.3. Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Sulawesi
Tengah, Indonesia Tahun 2015-2019................................ 19
Gambar 2.4. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota di
Sulawesi Tengah Tahun 2019............................................. 20
Gambar 2.5. Harapan Lama Sekolah Sulawesi Tengah, Indonesia
Tahun 2015-2019................................................................. 21
Gambar 2.6. Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten/Kota
Sulteng Tahun 2019............................................................. 23
Gambar 2.7. Jumlah Sekolah TK di Sulawesi Tengah Tahun
2015-2019............................................................................. 25
Gambar 2.8. Jumlah Siswa TK di Sulawesi Tengah Tahun
2015-2019............................................................................. 26
Gambar 2.9. Jumlah Kepala Sekolah dan Guru TK di Sulawesi
Tengah Tahun 2015-2019................................................... 27
Gambar 2.10. Jumlah Siswa TK di Sulawesi Tengah Tahun
2015-2019............................................................................. 27
Gambar 2.11. Jumlah Siswa TK Kelas A dan B di Sulawesi Tengah
Tahun 2015-2019................................................................. 28
Gambar 2.12. Jumlah Siswa TK Kelas A dan B Menurut Jenis
Kelamin di Sulawesi Tengah Tahun 2015-21019............ 29
Gambar 2.13. Jumlah Kepala Sekolah dan Guru TK di Sulawesi
Tengah Tahun 2015-2019................................................... 30
Gambar 2.14. Jumlah Kepala Sekolah dan Guru TK Menurut
Ijasah Tertinggi Tahun 2015-2019.................................... 31

ix
Gambar 2.15. Rasio Siswa TK Per Sekolah di Sulawesi Tengah
Tahun 2015-2019................................................................. 32
Gambar 2.16. Rasio Siswa TK Per Kepala Sekolah dan Guru di
Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019................................... 32
Gambar 2.17. Persentase Kepala Sekolah dan Guru TK yang Layak
dan Tetap di Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019............ 33
Gambar 2.18. Keadaan PAUD di Sulawesi Tengah Tahun
2015-2019............................................................................. 33
Gambar 2.19. Angka Partisipiasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan
SD/MI Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019...... 35
Gambar 2.20. Angka Partisipiasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan
SMP/MTs Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
2015-2019............................................................................. 37
Gambar 2.21. Angka Partisipiasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan
SD/MI Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019...... 39
Gambar 2.22. Angka Partisipiasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan
SMP/MTs Provinsi Sulawesi Tengah, Nasional Tahun
2015-2019............................................................................. 41
Gambar 2.23. Angka Partisipiasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan
SD/MI Provinsi Sulawesi Tengah, Nasional Tahun
2015-2019............................................................................. 44
Gambar 2.24. Angka Partisipiasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan
SMP/MTs Provinsi Sulawesi Tengah, Nasional Tahun
2015-2019............................................................................. 46
Gambar 2.25. Persentase Akreditas Sekolah Pendidikan Dasar
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018............................. 49
Gambar 2.26. Capaian skor PMP Pendidikan Dasar di Sulawesi
Tengah Tahun 2018............................................................. 50
Gambar 2.27. Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan
Menengah Provinsi Sulawesi Tengah............................... 52
Gambar 2.28. Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan
Menengah Provinsi Sulawesi Tengah............................... 53
Gambar 2.29. Jumlah Peserta Didik Pendidikan Menengah di
Sulawesi Tenga Tahun 2020............................................... 54

x
Gambar 2.30. Jumlah Guru Pendidikan Menengah di Sulawesi
Tengah Tahun 2020............................................................. 55
Gambar 2.31. Jumlah Guru SMA Menurut Usia di Provinsi
Sulawesi Tengah.................................................................. 57
Gambar 2.32. Jumlah Guru SMK Menurut Usia di Provinsi
Sulawesi Tengah.................................................................. 58
Gambar 2.33. Jumlah Sekolah SMA dan SMK di Sulawesi Tengah...... 60
Gambar 2.34. Bidang Keahlian SMK di Sulawesi Tengah...................... 61
Gambar 2.35. Persentase Akreditasi Sekolah SMA dan SMK............... 62
Gambar 2.36. Capaian Skor PMP Pendidikan Menengah di
Sulawesi Tengah.................................................................. 65
Gambar 2.37. Hasil Ujian Nasional........................................................... 67
Gambar 2.38. Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK)................................................................................ 69
Gambar 2.39. Perguruan Tinggi Berdasarkan Rumpun Ilmu dan
Sistem Pendidikannya di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2020........................................................................... 70
Gambar 2.40. Jumlah Program Studi Menurut Jenjang Pendidikan
di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020......................... 71
Gambar 2.41. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan
Tinggi Provinsi Sulawesi Tengah, Nasional Tahun
2015-2019............................................................................. 72
Gambar 2.42. Status Lembaga Pendidikan Masyarakat di Sulawesi
Tengah.................................................................................. 79
Gambar 2.43. Status Kepegawaian Tenaga Pendidik Pendidikan
Masyarakat di Sulawesi Tengah......................................... 80
Gambar 2.44. Jumlah Pendidik PLS Berdasarkan Jenis Kelamin di
Sulawesi Tengah.................................................................. 80
Gambar 2.45. Tenaga Pendidik PNF Berdasarkan Ijazah Tertinggi
di Sulawesi Tengah.............................................................. 81
Gambar 2.46. Kondisi Lembaga Pendidikan Masyarakat di Sulawesi
Tengah.................................................................................. 84

xi
Gambar 2.47. Jumlah Warga Belajar di Lembaga Pendidikan
Masyarakat di Sulawesi Tengah......................................... 85
Gambar 2.49. Jumlah Sekolah Luar Biasa di Sulawesi Tengah
Tahun 2016-2020................................................................. 95
Gambar 2.50. Jumlah Siswa Baru SLB di Sulawesi Tengah
Tahun 2016-2019................................................................. 95
Gambar 2.51. Jumlah Siswa Baru PLB di Sulawesi Tengah
Tahun 2016-2019................................................................. 96
Gambar 2.52. Jumlah Siswa PLB di Sulawesi Tengah
Tahun 2016-2019................................................................. 97
Gambar 2.53. Jumlah Siswa SLB di Sulawesi Tengah
Tahun 2016-2019................................................................. 97
Gambar 2.54. Jumlah Kepala Sekolah dan Guru SLB di Sulawesi
Tengah Tahun 2016-2019................................................... 99
Gambar 2.55. Status Guru SLB di Sulawesi Tengah
Tahun 2016-2019............................................................... 100
Gambar 2.56. Status Kepegawaian Pendidik SLB di Sulawesi
Tengah Tahun 2016-2019................................................. 100
Gambar 2.57. Pendidik SLB Berdasarkan Ijasah Tertinggi di
Sulawesi Tengah Tahun 2016 - 2019............................... 101
Gambar 2.58. Jumlah Guru SLB Berdasarkan Usia di Sulawesi
Tengah Tahun 2016-2019................................................. 102

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pembangunan manusia (human development) sebagai satu
keniscayaan bagi suatu bangsa, karena secara subtansial pembangunan
tidak hanya dilihat dari capaian fisik, tetapi juga dari sudut manusianya.
Hal ini sejalan dengan kriteria yang dikembangkan UNDP (United
National Development Program), dimana pembangunan seharusnya
tidak hanya dianalisis dari pertumbuhan ekonomi (economic growth)
semata, namun juga harus dipahami dari sudut pembangunan manusia.
Untuk itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diciptakan untuk
menegaskan, bahwa manusia dan segenap kemampuannya harus menjadi
kriteria utama untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara.
Pembangunan manusia dengan peta jalan yang jelas dan terukur dan
dilakukan secara masif, sangat diperlukan untuk menjawab tantangan
pembangunan, dan memastikan konstribusinya terhadap pencapaian
visi Indonesia 2045, utamanya dalam mewujudkan Indonesia yang lebih
sejahtera, maju, berdaulat, adil dan makmur.
Sejalan dengan visi tersebut, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
berkomitmen untuk meningkatkan pembangunan sumber daya
manusia (SDM) guna mendukung cita-cita nasional yaitu SDM unggul,
Indonesia maju. Dimana pembangunan manusia, dimulai sejak masih
dalam kandungan ibu, yaitu dengan memberikan jaminan kesehatan
bagi ibu hamil, kesehatan balita, gizi cukup, dan memastikan tidak
terjadi stunting. Selanjutnya, dalam pembangunan SDM khususnya
bidang pendidikan harus dimulai sejak dari pra-sekolah atau pendidikan
usia dini (PAUD), pendidikan dasar (SD/SMP), pendidikan menengah

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH 1


Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

(SMA/SMK), perguruan tinggi, dan pendidikan non-formal. Setiap


tahapan dalam pendidikan dari sejak anak usia dini hingga pendidikan
tinggi harus dipersiapkan sebaik-baiknya sehingga menghasilkan
lulusan yang berkualitas.
Pengembangan SDM harus sejalan dengan kebutuhan pasar kerja
(labor market) di era revolusi industri 4.0 menuju society 5.0. Oleh karena
itu, dibutuhkan perencanaan, strategi, kebijakan, dan program yang
tepat. Berbagai upaya untuk mencapai SDM unggul, diantaranya adalah
percepatan penurunan kematian ibu dan stunting; pengembangan
pendidikan dan pelatihan vokasi untuk industri 4.0, pembangunan
science-techno park, digitalisasi dan integrasi bantuan sosial. Namun
demikian untuk mewujudkan hal tersebut, dihadapkan pada berbagai
permasalahan dan tantangan pembangunan.
Permasalahan dan tantangan pembangunan SDM khususnya
pendidikan di Sulawesi Tengah, antara lain adalah mutu pendidikan
yang masih rendah dan belum merata. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah jumlah dan kualitas guru dan tenaga
kependidikan, kurikulum yang belum link-match dengan kebutuhan
pasar kerja, masih kurangnya sarana dan prasarana, dan permasalahan
lainnya. Bahkan, jika dikaji secara komprehensif, maka permasalahan
pendidikan juga dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan ekonomi. Oleh
karena itu, dibutuhkan kajian pengembangan Pendidikan di Sulawesi
Tengah, sehingga dapat dirumuskan strategi dan kebijakan secara
holistik untuk mewujudkan SDM unggul, Indonesia maju.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan
dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kondisi capaian pembangunan pendidikan di
Sulawesi Tengah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir?
b. Bagaimanakah strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan
di Sulawesi Tengah dari fase pra sekolah, sekolah dasar, menengah,
perguruan tinggi, dan pendidikan luar sekolah?

2
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. Mendeskripsikan dan menganalisis capaian pembangunan
pendidikan di Sulawesi Tengah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir
b. Merumuskan strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan
di Sulawesi Tengah dari fase pra sekolah, sekolah dasar, menengah,
perguruan tinggi, dan pendidikan luar sekolah.
1.4. METODOLOGI
Penelitian Pendidikan Sulawesi Tengah menggunakan metode
gabungan (mixed method) antara metode kuantitatif dan kualitatif.
Secara kuantitatif, data sekunder diperoleh dari berbagai sumber
terpercaya yaitu BPS, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Riset dan Inovasi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten/Kota, data dari OPD terkait,
dan sumber-sumber lainnya. Secara kualitatif, informasi diperoleh
melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait.
Alat analisis yang digunakan adalah teknik analisis descriptive
statistics. Analisis deskriptif statistik digunakan untuk memaknai
capaian pembangunan pendidikan selama kurun waktu lima tahun
terakhir dan melakukan proyeksi perkembangan pendidikan pada
masa yang akan datang. Sedangkan untuk merumuskan strategi dan
kebijakan pengembangan pendidikan Sulawesi Tengah dianalisis
berdasarkan hasil wawancara dan FGD (focus group discussion).
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan kajian pembangunan pendidikan Sulawesi Tengah
disusun terdiri dari enam bab sebagi berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Kajian Teoritis dan Gambaran Umum Pembangunan
Pendidikan di Sulawesi Tengah
Bab III Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan di
Sulawesi Tengah
Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi

3
Pengembangan SDM harus sejalan dengan
kebutuhan pasar kerja (labor market) di
era revolusi industri 4.0 menuju society 5.0.
Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan,
strategi, kebijakan, dan program yang tepat.
Berbagai upaya untuk mencapai SDM unggul,
diantaranya adalah percepatan penurunan
kematian ibu dan stunting; pengembangan
pendidikan dan pelatihan vokasi untuk industri
4.0, pembangunan science-techno park,
digitalisasi dan integrasi bantuan sosial.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN GAMBARAN
UMUM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
DI SULAWESI TENGAH

2.1. KAJIAN TEORITIS


2.1.1. MANAJEMEN STRATEGI
Strategi merupakan sebuah pendekatan menyeluruh yang mencakup
ide, perencanaan, dan tindakan yang dilakukan dalam jangka waktu
tertentu. Strategi yang baik harus dapat mengkoordinasikan tim kerja,
melakukan efisiensi dalam menggunakan anggaran, dan memiliki
taktik untuk mencapai tujuan secara efektif (Rangkuti, 2008).
Strategi dapat dijadikan pedoman umum bagi organisasi untuk
mengarahkan organisasi tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Amirullah, 2015). Strategi merupakan rencana besar dan penting bagi
organisasi yang terdiri dari rencana jangka panjang, jangka menengah,
jangka pendek, program tindak lanjut, alokasi sumberdaya berdasarkan
prioritas (Chandler, 1962). Strategi berisi cara untuk melakukan aktivitas
yang berbeda dari pesaingnya. Menurut Andrews (1971) strategi adalah
sasaran, maksud atau tujuan, dan rencana. Rencana penting untuk
mencapai tujuan itu dinyatakan dengan cara menetapkan bisnis yang
dianut dan akan menjadi apa jenis bisnis/organisasi tersebut.
Manajemen strategi didefinisikan sebagai suatu tindakan dan
keputusan yang bisa dipergunakan untuk memformulasikan serta
mengimplementasikan strategi yang mempunyai daya saing yang
tinggi dan sesuai dengan perusahaan ataupun lingkungan agar
mencapai target maupun sasaran dari organisasi (David, 2011). Dalam

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH 5


Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

pengertian lain manajemen strategi adalah ilmu mengenai perencanaan,


pengimplementasian dan meninjau kembali keputusan-keputusan lintas
fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya.
Menurut Lawrence dan William (1998) manajemen strategi adalah
sejumlah keputusan yang telah diambil serta tindakan yang mengarah
pada penyusunan suatu strategi yang efektif untuk membantu
mencapai sasaran yang ingin capai oleh perusahaan. Manajemen
strategi mencakup semua fungsi dasar manajemen yaitu merencanakan,
mengorganisir, melaksanakan, dan mengendalikan strategi (Hery,
2018). Manajemen strategi (strategic management) menurut David
(2011) adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan produktivitas perusahaan dalam jangka panjang. Adapun
tujuan manajemen strategi yaitu:
a. Meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dimiliki oleh suatu organisasi
b. Meningkatkan strategi yang dirumuskan agar sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan lingkungan eksternal yang selalu
berubah
c. Melakukan inovasi agar selalu sesuai dengan selera konsumen dan
mengusahakan adanya pengembangan produk
d. Melaksanakan serta mengevaluasi strategi yang dipilih secara efektif
dan efisien
e. Mengevaluasi kinerja, meninjau dan mengkaji ulang situasi juga
melakukan berbagai penyesuaian dan koreksi jika terdapat kekeliruan
di dalam proses pelaksanaan strategi
Dalam bukunya yang berjudul Strategic Management, Pearce II dan
Robinson (2009:30), merumuskan manfaat manajemen strategi menjadi
beberapa tingkatan yaitu:
a. Kegiatan perumusan (formulasi) strategi memperkuat kemampuan
suatu organisasi untuk pencegahan masalah
b. Keputusan strategik yang didasarkan pada kelompok dihasilkan dari
alternatif terbaik yang ada. Proses manajemen strategi menghasilkan
keputusan yang lebih baik karena interaksi kelompok menghasilkan

6
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

strategi yang lebih beragam dan arena peramalan yang diasarkan


pada bermacam-macam spesialisasi anggota kelompok akan
meningkatkan kemampuan penyaringan pilihan.
c. Keterlibatan yang dimiliki oleh karyawan dalam strategi
meningkatkan pemahaman mereka akan adanya hubungan
produktivitas-imbalan di setiap rencana strategi maka demikian
akan meningkatkan motivasi mereka.
d. Kesenjangan dan tumpang tindih kegiatan antara individu dan
kelompok berkurang karena partisipasi dalam perumusan strategi
memperjelas adanya perbedaan peran dan tanggung jawab masing-
masing.
e. Penolakan dalam perubahan berkurang. Meskipun orang yang
berperan dalam perumusan strategi mungkin tidak lebih senang
dengan keputusan mereka sendiri ketimbang jika keputusan diambil
secara otoriter, kesadaran mereka yang lebih besar akan parameter-
parameter yang membatasi pilihan membuat mereka lebih mau
menerima keputusan ini.
Penerapan strategi merupakan suatu proses yang sangat penting,
bukan hanya dilakukan satu kali akan tetapi dilakukan secara berulang-
ulang kali dan tak berkesudahan yang memerlukan pengkajian dan
pembaharuan secara terus menerus. Pada dasarnya manajemen strategi
itu dinamis atau berubah-ubah. Manajemen strategi melibatkan pola
kompleks aksi dan reaksi atau dapat dikatakan bahwa manajemen
strategi itu setengah terencana dan setengah tidak terencana. Strategi
terencana, dinamis, dan interaktif. Estimasi berlebihan terhadap sumber
yang kompeten dan estimasi minim dari waktu yang diperlukan harus
dihindari. Evaluasi dan pengawasan strategi merupakan tahap terakhir
di dalam proses strategi. Pada dasarnya evaluasi strategi mencakup 3
hal, yaitu:
a. Mereview faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar bagi
strategi yang sedang berlangsung
b. Mengukur kinerja yang telah dilakukan, dan
c. Mengambil berbagai tindakan perbaikan. Evaluasi strategi sangat

7
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

diperlukan sebab keberhasilan suatu organisasi dewasa ini tidak


menjadi jaminan keberhasilannya di masa yang akan datang.
2.1.2. KEBIJAKAN
Istilah kebijakan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris
”policy” yang dibedakan dari kata kebijaksanaan (wisdom) maupun
kebajikan (virtues). Menurut Islamy (1984), kebijaksanaan adalah
tindakan yang memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang lebih
jauh dan mendalam. Sementara kebijakan adalah tindakan mencakup
aturan-aturan yang terdapat didalam suatu kebijaksanaan. Lubis
(2007) mengatakan wisdom dalam arti kebijaksanaan atau kearifan
adalah pemikiran/pertimbangan yang mendalam untuk menjadi
dasar (landasan) bagi perumusan kebijakan. Kebijakan (policy) adalah
seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik dalam
rangka memilih tujuan dan cara untuk pencapaian tujuan
Kebijakan adalah konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Pekerjaan yang dimaksud mencakup bidang pemerintahan,
organisasi, dan sebagainya. Kebijakan juga berarti pernyataan cita-
cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai panduan atau pedoman bagi
manajemen dalam usaha mencapai sasaran.
Pada prakteknya, kebijakan bukan hanya dilakukan oleh pelaku
bisnis di sektor swasta (perusahaan), namun kebijakan juga banyak
dilakukan oleh pemerintah, sehingga muncul ilmu pengetahuan
yang membahas tentang kebijakan sektor publik. Bahkan kebijakan
juga dibutuhkan oleh organisasi nirlaba (non-profit oriented) seperti
lembaga swadaya masyarakat (LSM). Apapun pendekatannya, kebijakan
memiliki makna yang sama, yaitu sebuah analisis yang digunakan
untuk memecahkan persoalan yang kemudian dimanfaatkan untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Perbedaannya hanya pada
konteks penerapannya, yaitu sektor bisnis (perusahaan) atau sektor
publik, yang lebih dikenal dengan istilah kebijakan publik.
Kebijakan bisnis merupakan pedoman yang disusun oleh organisasi
untuk mengarahkan semua aktivitas yang dilakukan. Olehnya itu,

8
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

kebijakan bisnis berkaitan dengan penggunaan sumberdaya yang


dimiliki guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kebijakan bisnis
terkait erat dengan peran dan tanggung jawab manajemen puncak (top
management), isu-isu strategis yang mempengaruhi organisasi, dan
keputusan yang menyangkut organisasi untuk jangka panjang.
Kebijakan bisnis merupakan studi yang sifatnya integratif dan
komprehensif karena mempertimbangkan aspek internal (kapabilitas
yang dimiliki) dan aspek eksternal, dengan menitikberatkan pada
masalah efisiensi atas utilitas sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Dengan demikian, kebijakan bisnis memfokuskan pada perumusan
pedoman umum yang memungkinkan pencapaian yang lebih baik atas
misi dan tujuan perusahaan. Jadi, dalam manajemen strategis tercakup
juga kebijakan bisnis, tetapi dengan penekanan yang lebih besar pada
aspek lingkungan dan strategi.
Kriteria Kebijakan yang Efektif
Kebijakan dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Spesifik
Kebijakan harus spesifik dan fokus. Apabila kebijakan yang dibuat
bersifat mengambang, maka sangat sulit untuk diimplementasikan.
2. Jelas
Kebijakan yang dibuat tidak boleh kabur. Sebaiknya jangan
menggunakan kata-kata „jargon” dan kata kiasan yang sulit untuk
dimengerti, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir dan salah
persepsi dalam mengaplikasikannya.
3. Handal dan seragam/kompak
Kebijakan yang dibuat harus dapat diandalkan dan bersifat
seragam, sehingga berlaku umum (tidak pilih kasih) dan tidak
menyulitkan bagi unit kerja di level bawah.
4. Cocok/sesuai
Kebijakan yang disusun merupakan langkah-langkah yang
cocok atau sesuai dengan keadaan dan kondisi yang dihadapi oleh
organisasi.

9
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

5. Komprehensif
Kebijakan yang disusun hendaknya memiliki cakupan yang
komprehensif untuk menampung dan memberikan solusi bagi
berbagai macam persoalan.
Perbedaan Kebijakan dan Strategi
Perlu diketahui bahwa kebijakan bukan merupakan sinonim dari
strategi. Ada beberapa hal yang membedakan antara kebijakan dan
strategi, diantaranya adalah sebagi berikut:
1. Kebijakan merupakan cetak biru (blueprint) dari kegiatan yang
dilakukan oleh organisasi yang bersifat rutin dan berulang-ulang.
Sedangkan strategi lebih bersifat keputusan yang seringkali berubah
sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh organisasi. Jadi, strategi
yang disusun oleh organisasi cenderung bersifat dinamis sesuai
dengan kebutuhan.
2. Kebijakan merupakan tanggung jawab pimpinan tingkat tinggi dan
manajemen puncak. Sementara itu, strategi akan diaplikasikan oleh
manajemen di bawahnya (middle management).
3. Kebijakan sangat membutuhkan pemikiran dan disisi lain kebijakan
juga berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan. Sementara itu,
strategi hanya berkaitan dengan tindakan apa yang akan dilakukan.
4. Kebijakan harus dapat menjawab apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan strategi adalah metodologi
untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam kebijakan.
2.1.3. PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Perencanaan pembangunan akan terlaksana dengan baik, sinergis
dan terarah apabila diawali dengan perencanaan yang matang dan
memperhatikan aspek kontinuitasnya (Riyadi, 2005). Perencanaan yang
lebih menyeluruh, terarah dan terpadu diperlukan untuk menjamin laju
perkembangan di Indonesia, dalam mencapai suatu masyarakat yang
maju, mandiri, dan sejahtera.
Seiring dengan makin mantapnya pelaksanaan pembangunan
nasional dan daerah, maka sebagai konsekuensi logisnya adalah bahwa

10
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pemerintah Pusat maupun Daerah dituntut untuk lebih siap dan mandiri
dalam menyusun strategi pembangunan dalam rangka mengembangkan
daerahnya sehingga mampu menghadapi era globalisasi dan persaingan
yang semakin kompetitif. Pembangunan daerah di tingkat lokal harus
selaras dengan pembanguna pada skala regional, nasional, dan global
(Thakur et al, 2020).
Lewis (1965) dalam bukunya Development Planning mendefinisikan
perencanaan pembangunan sebagai suatu kumpulan kebijakan dan
program pembangunan untuk merangsang masyarakat dan swasta untuk
menggunakan sumberdaya lebih produktif. Perencanaan pembangunan
daerah harus memperhatikan hal-hal yang bersifat kompleks, sehingga
prosesnya harus memperhitungkan kemampuan sumber daya yang
ada, baik sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya fisik,
dan sumber daya lainnya. Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004)
perencanaan pembangunan adalah suatu proses prumusan alternatif-
alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan
fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan
suatu rangkaian kegiatan.
Tujuan dan fungsi pokok perencanaan pembangunan tersebut
adalah untuk: (1) mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;
(2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar
daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; (4) mengoptimalkan
partisipasi dan peran masyarakat dalam perencanaan; (5) menjamin
tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif dan adil.
Secara umum Perencanaan Pembangunan adalah cara atau teknik
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembangunan
menuju masyarakat maju sejahtera.
2.1.4. MANAJEMEN PENDIDIKAN
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola
sumber daya (Atmodiwirio, 2000). Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa
manajemen pendidikan adalah proses untuk melakukan perencanaan,

11
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

melakukan organisasi untuk memimpin dan untuk melakukan pengen-


dalian. Karena menejemen ini dilakukan dalam dunia kependidikan,
maka fokusnya dilakukan oleh para tenaga pendidik serta sumber daya
dari pendidikan itu sendiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Ba­nyak
ahli mengemukakan berbagai pengertian manajemen pendidikan, na-
mun inti dari penjelasan tersebut adalah sama yakni sebuah pengor-
ganisasian pendidikan yang meliputi semua elemen-elemen pendidikan
tersebut. Hasil akhirnya adalah tercapainya sebuah tujuan pendidikan
yang diharapkan.
Pada dasarnya manajemen pendidikan merupakan penerapan
prinsip-prinsip manajemen dalam bidang pendidikan. Menurut Kima-
ni (2011) bahwa administrasi pendidikan dan manajemen pendidikan
adalah bidang studi yang diterapkan. Manajemen pendidikan adalah
bidang manajemen terapan. Oleh karena itu, seseorang dapat menyim-
pulkan bahwa manajemen pendidikan mengacu pada penerapan teori
dan praktik manajemen pada bidang pendidikan atau lembaga pendi-
dikan. Administrasi pendidikan adalah proses memperoleh dan meng­
alokasikan sumber daya untuk pencapaian tujuan pendidikan yang
telah ditentukan. Dapat disimpulkan bahwa, manajemen pendidikan
disebut sebagai ilmu atau proses yang bertumpu pada pengelolaan sum-
ber daya untuk mencapai tujuan pendidikan yang produktif sesuai de­
ngan perencanaan secara efektif dan efisien.
Fungsi Manajemen Pendidikan
Proses manajemen pendidikan terdiri dari tiga fungsi dasar,
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Seorang manajer
menggunakan fungsi-fungsi ini untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi pendidikan.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah awal dari manajemen pendi-
dikan. Kimani (2011) menyebutkan bahwa perencanaan adalah cara
yang rasional dan sistematis untuk meramalkan masa depan suatu
organisasi. Ini adalah proses mempersiapkan perubahan dengan
merumuskan tindakan di masa depan. Perencanaan pendidikan

12
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

adalah fungsi manajemen yang melibatkan proses merumuskan tu-


juan organisasi pendidikan, menetapkan strategi keseluruhan untuk
mencapai tujuan tersebut dan mengembangkan seperangkat rencana
yang komprehensif untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan
pekerjaan organisasi.
Perencanaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan
dan bertahap yang berpedoman pada tujuan yang ingin dicapai.
Bisa berupa kegiatan tunggal atau jamak, dan saling mendukung.
Perencanaan harus merumuskan tindakan apa yang akan dilakukan.
Ini adalah kegiatan inti yang berisi keputusan tentang tindakan yang
akan dilaksanakan. Perumusan rencana mengandung beberapa
unsur ketidakpastian karena tidak semua hambatan yang akan terjadi
di masa depan dapat diramalkan secara pasti dalam menentukan
teknik apa yang paling tepat untuk dilakukan. Masa depan tidak
dapat diprediksi secara pasti dan pasti karena kemungkinan selalu
ada. Optimalisasi ke depan kemungkinan akan terjadi untuk menjaga
kegagalan minimum.
Perencanaan harus adaptabilitas, fleksibilitas, dan ilmiah. Peren-
canaan pendidikan merupakan titik awal untuk membuat manaje-
men pendidikan yang sempurna (Satori, 2007). Harus disesuaikan
dan diadopsi oleh semua orang, fleksibel untuk mengantisipasi segala
kemungkinan, dan berdasarkan kebutuhan dan informasi yang di-
peroleh dan akurat. Perencanaan merupakan salah satu fungsi ma-
najemen yang sangat penting, karena dapat membantu dalam mene-
tapkan tujuan. Melalui rencana, manajer dapat mempelajari apa yang
ingin dicapai oleh organisasi, dapat membuat keputusan untuk me-
mastikan bahwa kebijakan internal, peran, kinerja, struktur, produk
dan pengeluaran akan sesuai dengan hasil yang diinginkan.
2. Implementasi
Implementasi sama dengan melakukan atau penerapan. Artinya
kita harus mengimplementasikan rencana tersebut ke dalam
tindakan nyata. Banyak fungsi-fungsi pendidikan yang memiliki
karakteristik yang mirip dengan tindakan nyata dapat kita susun
setelah kita membuat rencana menjadi fungsi pelaksana. Mereka

13
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

mengorganisir, mengomunikasikan, mengatur staf, mengarahkan,


menampung, mengoordinasikan, memotivasi, dan sebagainya. Jika
berbicara tentang manajemen fasilitas pendidikan, itu tidak berarti
bahwa harus mengkomunikasikan atau memotivasi fasilitas, tetapi
hanya pemeliharaan. Selain itu penting untuk berkomunikasi,
mengarahkan, mengkoordinasikan, dan memotivasi orang yang
bertanggung jawab sebagai petugas fasilitas.
a. Pengorganisasian
Pengorganisasian mirip dengan kepegawaian yang merupakan
fungsi manajemen pendidikan untuk mengumpulkan sumber
daya, menetapkan penggunaan yang teratur untuk sumber daya
tersebut dan menyusun tugas untuk memenuhi tujuan organisasi.
Ini mencakup penentuan tugas apa yang harus dilakukan,
bagaimana tugas dikelompokkan, siapa yang bertanggung
jawab untuk melakukan tugas ini dan siapa yang akan membuat
keputusan tentang tugas tersebut. Pengorganisasian adalah
proses menyatukan sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan organisasi. Dalam situasi sekolah mungkin melibatkan
mengumpulkan guru, staf non-pengajar, bangunan, bahan
pengajaran dan pembelajaran untuk memastikan siswa belajar
secara efektif. Untuk mencapai keberhasilan yang maksimal,
kegiatan perlu diatur dengan baik (Kimani, 2011).
b. Pengarahan
Pengarahan sama dengan memimpin, memotivasi dan
mengoordinasikan, yaitu pengintegrasian orang-orang dengan
organisasi pendidikan untuk mendapatkan kerja samanya
demi pencapaian tujuannya. Pengarahan adalah proses tenaga
kependidikan dimotivasi untuk memberikan kontribusi yang
efektif dan efisien untuk realisasi tujuan organisasi. Pengarahan
membutuhkan beberapa komitmen organisasi, perlu integrasi
tujuan organisasi dengan tujuan individu dan kelompok. Secara
eksklusif berhubungan dengan elemen manusia. Oleh karena
itu, fungsi yang sangat halus dan sensitif ini harus sangat
diperhatikan oleh para manajer. Ada banyak jenis pengarahan,

14
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

pertama, kepemimpinan demokratis atau pengarahan konsultatif.


Kedua, free-rein directing/laissez faire. Pemimpin, direktur, atau
supervisor tidak berpartisipasi secara aktif dalam memberikan
keputusan. Ketiga, pengarahan yang otokratis atau dictator,
pemimpin menjaga seluruh otoritas dan kendali bersamanya.
c. Pengawasan
Pengawasan adalah fungsi manajemen yang memantau berjalan
atau tidaknya kegiatan. Seperti yang kita ketahui bahwa kegiatan
harus sesuai dengan perencanaan. Jika ada yang tidak sesuai,
perlu adanya penyesuaian. Pengendalian melibatkan menentukan
apa yang dicapai mengevaluasi kinerja dan menerapkan tindakan
korektif untuk memungkinkan maksud dan tujuan dilaksanakan
sesuai dengan rencana semula. Oleh karena itu, pengendalian
berarti membandingkan kinerja sehubungan dengan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya dan membuat penyesuaian dan
koreksi yang diperlukan.
Bidang Studi Manajemen Pendidikan
Pada dasarnya manajemen pendidikan memperhatikan tiga fungsi
utama, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Sehingga
diperlukan kerjasama yang harmonis antara fungsi manajemen
pendidikan dengan bidang studinya. Menurut Engkoswara (2001)
manajemen pendidikan memiliki tiga bidang studi utama, yaitu: (1)
sumber daya manusia, melalui siswa, tenaga kependidikan, dan pemangku
kepentingan dan masyarakat sebagai pengguna layanan pendidikan;
(2) sumber belajar, berupa alat-alat melalui perencanaan yang akan
digunakan sebagai media atau kurikulum; (3) fasilitas dan sumber dana,
sebagai faktor pendukung yang membuat pendidikan terselenggara
dengan baik. Fungsi dan wilayah studi manajemen pendidikan harus
dijadikan pedoman bagi kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
pendidikan yang produktif. Diperlukan keselarasan yang baik antara
kebutuhan individu dan organisasi. Manajemen pendidikan berusaha
mewujudkan pendidikan produktif yang efektif dan efisien. Manajemen
pendidikan secara komprehensif mencakup kepemimpinan pendidikan,
supervisi pendidikan, organisasi pendidikan, kurikulum manajemen,

15
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

manajemen siswa, manajemen tenaga kependidikan, manajemen fasilitas


pendidikan, manajemen keuangan pendidikan, arsip pendidikan dan
sistem informasi manajemen.
2.2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Dalam perspektif the United Nations Development Programme
(UNDP) pembangunan manusia (human development) dirumuskan
sebagai perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people),
yang dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah „perluasan pilihan”
dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Pada saat
yang sama, pembangunan dapat dilihat juga sebagai pembangunan
(formation) kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan,
pengetahuan, dan ketrampilan; sekaligus sebagai pemanfaatan
(utilization) kemampuan/ketrampilan mereka tersebut. Karena konsep
pembangunan manusia UNDP mengandung empat unsur yaitu
produktivitas (productivity), pemerataan (equity), kesinambungan
(sustainability), dan pemberdayaan (empowerment).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Tengah
selama periode Tahun 2015-2019, dengan status kategori tingkat
pembangunan manusia menengah ke atas. Pada Tahun 2015, IPM
Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 69,55 poin naik pada Tahun 2018
menjadi sebesar 68,88 poin, meningkat pada tahun 2019 menjadi 69,50
poin. Sedangkan, capaian IPM secara nasional pada Tahun 2015 sebesar
69,55 poin naik Tahun 2018 menjadi sebesar 71,39 poin. Kemudian
meningkat pada tahun 2019 menjadi 71,92 poin. Capaian IPM Provinsi
Sulawesi Tengah selama kurun waktu 5 (lima) Tahun 2015-2019 lebih
rendah dari capaian IPM nasional.
Beberapa isu strategi terkait Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
di Provinsi Sulawesi Tengah yakni sebagai berikut.
1. Capaian IPM di Sulawesi Tengah yang lebih rendah dari capaian IPM
nasional, karena rendahnya capaian pada komponen kesehatan (usia
harapan hidup/UHH rendah) dan komponen pendidikan (angka
rata-rata lama sekolah/RLS rendah);

16
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

2. Adanya anak putus sekolah pada daerah-daerah terpencil di


pegunungan dan kepulauan (pulau-pulau).

Gambar 2.1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Te-


ngah, Indonesia Tahun 2015-2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Selanjutnya IPM Provinsi Sulawesi Tengah dibandingkan dengan


provinsi di wilayah Sulampua. Berdasarkan tabel di bawah ini, diketahui
bahwa Provinsi Sulawesi Tengah berada pada peringkat ke-empat.
Tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Utara, kemudian tertinggi kedua
Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan yang terendah adalah Provinsi
Papua. Data terkait dapat dilihat pada tabel berikut ini.

17
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Tabel 2.1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulampua


Tahun 2015-2019
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Sulawesi Utara 70,39 71,05 71,66 72,20 72,99
2 Sulawesi Selatan 69,15 69,76 70,34 70,90 71,66
3 Sulawesi Tenggara 68,75 69,31 69,86 70,61 71,20
4 Sulawesi Tengah 66,76 67,47 68,11 68,88 69,50
5 Maluku 67,05 67,60 68,19 68,87 69,45
6 Maluku Utara 65,91 66,63 67,20 67,76 68,70
7 Gorontalo 65,86 66,29 67,01 67,71 68,49
8 Sulawesi Barat 62,96 63,6 64,30 65,10 65,73
9 Papua Barat 61,73 62,21 62,99 63,74 64,70
10 Papua 57,25 58,05 59,09 60,06 60,84
Indonesia 69,55 70,18 70,81 71,39 71,92
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Dalam konteks Sulawesi Tengah, angka IPM Kabupaten dan kota


dengan metode perhitungan baru ternyata hanya kota Palu yang masuk
dalam kategori tinggi menurut skala internasional (IPM lebih dari 80).
Untuk daerah Kabupaten dan kota, tahun 2019 pada umumnya termasuk
dalam tingkat pembangunan manusia menengah ke atas. Kota Palu
tercatat sebagai penyumbang IPM tertinggi yang mencapai 81,50 pada
tahun 2019. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Morowali sebesar 72,02
dan berikutnya secara berturut-turut adalah Kabupaten Poso (71,40
poin), Kabupaten Banggai (70,36), Kabupaten Morowali Utara (68,45),
Kabupaten Buol (67,69), Kabupaten Sigi (68,18), Kabupaten Donggala
(65,49), Kabupaten Parigi Moutong (65,57), Kabupaten Toli-Toli (65,42),
Kabupaten banggai Laut (65,27) Kabupaten Banggai Kepulauan (65,13),
dan Kabupaten Tojo Una-una (64,52). Sementara itu, Tahun 2019 IPM
tertinggi masih berada pada Kota Palu sebesar (81,50) dan IPM terendah
berada pada Kabupaten Tojo Una-Una sebesar (64,25). Seperti yang
ditampilkan pada gambar berikut ini.

18
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Gambar 2.2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Sulteng Ta-


hun 2019 - Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Capaian rata-rata lama sekolah Tahun 2015-2019 di Provinsi Sulawesi


Tengah cenderung meningkat, Pada Tahun selama 7,97 tahun naik pada
Tahun 2018 menjadi 8,52 tahun, kemudian pada tahun 2019 meningkat
menjadi 8,34 tahun. Capaian rata-rata lama sekolah bagi penduduk usia
sekolah telah mencapai kelas 2 (dua) pada jenjang pendidikan tingkat
pertama (SLTP). Hal ini sejalan dengan capaian nasional pada waktu
yang sama dari 7,84 tahun pada Tahun 2015 lebih rendah dari Provinsi
Sulawesi Tengah menjadi 8,52 tahun pada Tahun 2018 dan tahun 2019
sebesar 8,75 tahun. Secara lengkap disajikan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.3. Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Sulawesi Tengah, In-


donesia Tahun 2015-2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

19
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Selanjutnya rata-rata lama sekolah Provinsi Sulawesi Tengah


dibandingkan dengan provinsi di wilayah Sulampua, yang dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Wilayah Sulampua Ta-
hun 2015-2019
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Maluku 9,16 9,27 9,38 9,58 9,81
2 Sulawesi Utara 8,88 8,96 9,14 9,24 9,43
3 Maluku Utara 8,37 8,52 8,61 8,72 9
4 Sulawesi Tenggara 8,18 8,32 8,46 8,69 8,91
5 Sulawesi Tengah 7,97 8,12 8,29 8,52 8,75
6 Sulawesi Selatan 7,64 7,75 7,95 8,02 8,26
7 Sulawesi Barat 6,94 7,14 7,31 7,5 7,73
8 Gorontalo 7,05 7,12 7,28 7,46 7,69
9 Papua Barat 7,01 7,06 7,15 7,27 7,44
10 Papua 5,99 6,15 6,27 6,52 6,65
Indonesia 7,84 7,95 8,1 8,17 8,34
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa angka RLS Provinsi


Sulawesi Tengah berada pada peringkat kelima dengan angka rata-rata
lama sekolah yakni 8,75 tahun. Provinsi Maluku tertinggi pertama,
kemudian provinsi Sulawesi Utara. Sedangkan yang terendah adalah
Provinsi Papua.

p ai li o la toli uol mo na Sig


i
lu
t ut alu en
g
ke ngg owa Pos gga i ri ou Ba or
an
g a r n Tol B
Pa T M ta P Sult
B B Mo Do Ko
Gambar 2.4. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota di Sulawesi
Tengah Tahun 2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

20
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Merujuk pada gambar di atas, angka RLS Provinsi Sulteng sebesar


8,75 tahun. Kabupaten yang memiliki RLS berada di atas kondisi Provinsi
Sulawesi Tengah yakni Kota Palu, Kabupaten Poso, dan Kabupaten
Morowali.
Harapan Lama Sekolah (HLS)
Angka HLS pada periode 2015-2019, juga menunjukan tren
peningkatan yakni dari kondisi 12,72 tahun pada Tahun 2015 menjadi
13,14 tahun pada Tahun 2018 dan hingga tahun 2019 sebesar 13,14 tahun.
Sementara capaian Nasional pada periode yang sama berada dibawah
capian Provinsi Sulawesi Tengah bahkan pada tahun 2018 capaian
nasional, mengalami degradasi (penurunan) tajam dari capain tahun
2017. Dimana, HLS Provinsi Sulawesi Tengah dan nasional yakni masing-
masing pada tahun 2015 12.72, 2016 selama 12,92 tahun dan 12,72 tahun
pada Tahun 2017 selama 13,04 tahuh dan selama 12, 85 tahun; dan pada
tahun 2018 selama 13,13 tahun dan tahun 2019 meningkat menjadi 13,14
tahun. Secara lengkap data pada gambar sebagai berikut.

Gambar 2.5. Harapan Lama Sekolah Sulawesi Tengah, Indonesia Tahun


2015-2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Selanjutnya, angka HLS Provinsi Sulawesi Tengah di wilayah


Sulampua, Provinsi Sulawesi Tengah berada pada urutan kelima dengan

21
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

harapan lama sekolah 13,14 tahun. Provinsi dengan HLS tertinggi adalah
Provinsi Maluku. Sedangkan yang terendah adalah Provinsi Papua. Di
wilayah Pulau Sulawesi angka HLS Provinsi Sulawesi Tengah berada
pada urutan ketiga, setelah Provinsi Sulawesi Tengggara dan Sulawesi
Selatan. Data terkait dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.3. Perkembangan Harapan Lama Sekolah Wilayah Sulampua Tahun
2015-2019
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Maluku 13,56 13,73 13,91 13,92 13,94
2 Maluku Utara 13,1 13,45 13,56 13,62 13,63
3 Sulawesi Tenggara 13,07 13,24 13,36 13,53 13,55
4 Sulawesi Selatan 12,99 13,16 13,28 13,34 13,36
5 Sulawesi Tengah 12,72 12,92 13,04 13,13 13,14
6 Gorontalo 12,7 12,88 13,01 13,03 13,06
7 Sulawesi Utara 12,43 12,55 12,66 12,68 12,73
8 Papua Barat 12,06 12,26 12,47 12,53 12,72
9 Sulawesi Barat 12,22 12,34 12,48 12,59 12,62
10 Papua 9,95 10,23 10,54 10,83 11,05
INDONESIA 12,55 12,72 12,85 12,91 12,95
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Angka HLS tertinggi di wilayah provinsi Sulawesi Tengah adalah


Kota Palu, kemudian Kabupaten Buol, dan Kabupaten Poso. Disusul
kabupaten lainnya, angka HLS di atas rata-rata Provinsi adalah
Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai. Sedangkan, Kabupaten
yang lainnya di bawah rata-rata Provinsi Sulawesi Tengah, dan paling
terendah adalah Kabupaten Morowali Utara, seperti yang ditampilkan
pada gambar berikut ini.

22
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

i i t
p ga li so ala i-Tol ol o a Sig
i Lu ut alu
g
ke g wa Po gg Bu im un ai or en
an
g
an or
o n To
l
Pa
r
To gg M ta P Sult
B B M Do Ba
n Ko
Gambar 2.6. Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten/Kota Sulteng Tahun
2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

2.3. PENDIDIKAN PRA SEKOLAH


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memegang peranan yang pen­
ting bagi perkembangan seorang anak. Pada masa pemerintahan Re-
publik Indonesia Tahun 2019-2024 disebutkan pada Tujuan Pembangu-
nan Berkelanjutan keempat, yakni; “memastikan pendidikan bermutu
yang inklusif dan berkesetaraan dan menyediakan kesempatan belajar
sepanjang hayat untuk semua”, secara spesifik mencantumkan kese-
taraan akses terhadap layanan PAUD berkualitas sebagai sebuah indi­
kator pembangunan bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan
akan pentingya PAUD dalam pembangunan nasional, terkait dengan
pembangunan SDM.
Dalam konteks ini, pembangunan pendidikan dipandang sebagai
usaha sadar untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan
perkembangan optimal dari potensi yang dibawa lahir peserta didik
sejak dini. Pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai bagian dari
seluruh usaha sadar melaksanakan pembangunan manusia seutuhnya,
sejak dekade terakhir telah memposisikan diri dalam membangun
masyarakat Indonesia sebagai hal strategis.
Dalam paradigma pendidikan kini, PAUD bukan lagi hanya
terbatas pada konseling pendidikan anak usia dini oleh orang tuanya,
sebagai bagian dari pendidikan informal, melainkan sudah mengalami

23
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

perubahan signifikan. Paradigma PAUD kini mencakup usaha sadar dari


seluruh masyarakat, sekolah, pemerintah dan berbagai lembaga swasta
dalam melakukan tugas pendidikan. Saat ini, pendidikan anak usia
dini dihadapkan pada berbagai permasalahan yang cukup luas, namun
harus ditangani secara spesifik dan profesional. Pendidikan Anak Usia
Dini adalah layanan yang diberikan pada anak sedini mungkin sejak
anak dilahirkan kedunia ini sampai lebih kurang anak berusia enam-
delapan tahun.
Pendidikan pada masa-masa ini merupakan sesuatu hal yang penting
untuk mendapatkan perhatian dari semua pihak yang bertanggung
jawab terhadap tumbuh kembang anak, terutama orangtua dan atau
orang dewasa lainnya yang berada dekat dengan anak.
Secara konseptual, tujuan utama pendidikan anak usia dini dicirikan
dari pembelajaran dengan prinsip belajar melalui bermain. Hal ini
ditunjukan dengan upaya seoptimal mungkin menumbuhkembangkan
semua potensi anak yang dibawa sejak lahir. Proses pembelajaran pada
anak usia dini diharapkan dapat mengembangkan kebermaknaan
melalui pengalaman nyata yang beranfaat bagi anak di kehidupan
sehari-hari.
Pembangunan PAUD di Provinsi Sulawesi tenga dalam waktu 5
tahun terakhir (2015-2019) mengalami perkembangan yang baik dan
menggembirakan. Dalam hal kategori PAUD formal, lembaga taman
kanak-kanak dan raudhatul athfal (RA) mengalamai perkembangan
yang baik dan cukup memuaskan dari aspek jumlah. Sedangkan pada
PAUD nonformal meliputi kelompok bermain (KB), tempat penitipan
anak (TPA), dan satuan PAUD sejenis (SPS) juga mengalami kemajuan
yang cukup memuaskan.

24
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Gambar 2.7. Jumlah Sekolah TK di Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019


Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

Dengan menyimak gambar di atas, dapat dikemukakan bahwa


fasilitas TK yang tersedia di Provinsi Sulawesi Tengah berkembang
dengan baik, meskipun apabila dikaitkan dengan mutu layanan masih
perlu untuk ditingkatkan. Oleh karena itu, akan menjadi penting untuk
diperhatikan bahwa pembelajaran pada anak usia dini sangat potensial
untuk segera dilakukan sejak sedini mungkin, karena pada masa ini
terdapat masa peka atau masa sensitif dimana anak mudah menerima
beragam rangsangan dan pengaruh dari luar diri yang diterimanya
melalui panca inderanya.
Selain itu, perkembangan kemampuan kognitif, bahasa, fisik motorik
dan emosional anak juga mengalami kematangan dan perubahan yang
cepat seiring dengan pengaruh dari lingkungan. Pada masa ini peran
orangtua dan guru menjadi sangat penting, karena pada mulanya setiap
anak memiliki kebergantungan yang tinggi, hal ini merupakan suatu
hal yang wajar akibat dari ketidakberdayaan anak manusia ketika
dlahirkan. Namun seiring dengan berjalannya waktu ada saatnya anak
harus menjadi lebih mandiri. Untuk itu perlu adanya keseimbangan
peran orang tua dan guru.

25
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Dalam penyelenggaraan PAUD berkualitas, Pemerintah Provinsi


Sulawesi Tengah, nampak telah berupaya keras untuk menyerasikan
layanan dengan standar nasional PAUD, dan berusaha untuk mengikuti
regulasi yang ada yakni; Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Republik Indonesia, Nomor 137/2014. Dan terus berusaha untuk
mewujudkan kebijakan wajib satu tahun pendidikan pra-sekolah dasar
untuk semua anak Indonesia (Peraturan Presiden Nomor 59/2017).

Gambar 2.8. Jumlah Siswa TK di Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019


Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

Gambar di atas menunjukan bahwa perkembangan setiap tahun


siswa TK di Provinsi Sulawesi Tengah terjadi fluktuatif setiap tahunnya.
Dapat dilihat bahwa penyelenggaraan TK di Sulawesi Tengah, masih
didominasi oleh penyelenggara TK swasta. Bahkan siswa TK di swasta
lebih banyak di sekolah TK negeri. Hal ini menunjukan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan TK di Sulawesi Tengah mengalami
perkembangan yang baik.
Jumlah anak yang menikmati layanan PAUD terus bertambah setiap
tahun. Hal ini tercermin dari tingkat angka partisipasi kasar (APK), atau
jumlah anak yang menikmati layanan PAUD di beberapa kabupaten/
Kota di Sulawesi Tengah. Capaian ini merupakan kerja bersama antara
pemerintah, masyarakat dan swasta.

26
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Gambar 2.9. Jumlah Kepala Sekolah dan Guru TK di Sulawesi Tengah Ta-
hun 2015-2019
Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

Gambar di atas menunjukkan bahwa terjadi penambahan jumlah


kepala sekolah dan Guru TK di Propinsi Sulawesi Tengah dari tahun
2015–2019. Penambahan jumlah ini dapat diduga karena tingkat
partisipasi siswa untuk bersekolah TK berkembang pesat di Sulawesi
Tengah. Dampak nya antara lain, pola rekrutmen guru TK semakin
bertambah. Inisiatif pihak swasta dalam penyelenggraaan TK semakin
berkembang.

Gambar 2.10. Jumlah Siswa TK di Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019


Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

27
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar di atas menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah


siswa di TK dan bahkan dari segi usia siswa anak, banyak masyarakat
yang semakin peduli untuk menyekolahkan anak di usia <4 tahun untuk
sekolah di TK. Partisipasi masyakarat untuk menyekolahkan anak ke
sekolah TK yang meningkat akan berkontribusi terhadap upaya yang
keras dalam mendidik anak di sekolah oleh guru. Padahal usia tersebut,
lebih baik dibimbing dan didik oleh orangtua.

Gambar 2.11. Jumlah Siswa TK Kelas A dan B di Sulawesi Tengah Tahun


2015-2019
Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menunjukan upaya untuk


terus mendorong setiap kota/kabupaten memiliki Lembaga PAUD
terpadu pembina holistik integratif (PAUD HI), yang bekerja sama
dengan Posyandu agar pelayanan kepada anak usia dini memenuhi
kebutuhan akan pendidikan, pengasuhan, perlindungan, kesehatan,
dan gizi. Dorongan ini sesuai dengan Perpres No. 60 Tahun 2013,
dan Permen Kemenko PMK sebagai Ketua Pokja PAUD HI. Dalam
kaitan ini, Nampak bahwa wujud konkret adanya penambahan jumlah
penyelenggara PAUD di Sulawesi Tengah memang baik.

28
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Gambar 2.12. Jumlah Siswa TK Kelas A dan B Menurut Jenis Kelamin di


Sulawesi Tengah Tahun 2015-21019
Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

Namun demikian upaya tersebut masih belum seimbang dengan


jumlah desa yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, sehingga
terlihat bahwa angka partisipasi PAUD masih belum proporsional
dengan jumlah penduduk usia 3-6 tahun. Beberapa hal yang dapat
dianalisis dari kondisi perkembangan PAUD di Sulawesi Tengah antara
lain; Pertama, kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan
bagi anak usia dini (golden years) masih terus berkembang. Ini artinya
masih perlu terus diberikan dorongan kepada masyarakat untuk
menyekolahkan anak usia dini ke PAUD. Kedua, akses layanan PAUD
di wilayah Sulawesi Tengah saat ini masih terbatas. Masih banyak desa
di Sulawesi tengah yang belum memiliki lembaga PAUD. Ini merupakan
tantangan tersendiri dalam rangka peningkatan dan pemerataan akses
layanan PAUD.

29
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar 2.13. Jumlah Kepala Sekolah dan Guru TK di Sulawesi Tengah


Tahun 2015-2019
Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

Hingga tahun 2019, jumlah pendidik TK di wilayah Provinsi


Sulawesi Tengah yang secara resmi tercatat mengalami perkembangan
baik. Banyak guru semakin berminat menjadi guru TK. Ini merupakan
tantangan besar, karena sesuai Standar Nasional PAUD, pendidik PAUD
mestinya berpendidikan S-1 atau D-4.
Tabel di bawah ini menunjukan jumlah kepala sekolah dan guru
di TK di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan golongan kepegawaian.
Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan dari jumlah, namun
semakin berkurang yang menduduki pangkat golongan IV. Masih
banyak jumlah kepala sekolah dan guru non PNS. Hal ini menjadi
tantangan dari aspek kompetensi dan profesionalisme kepala sekolah
dan guru TK.

30
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tabel 2.4. Jumlah kepala Sekolah dan guru TK di Sulteng tahun 2015-2018
Berdasarkan Golongan Kepangkatan
2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019
Jumlah KS + Gr PNS 2619 1314 1355 1727
Gol II 850 421 388 502
Gol III 1019 519 482 841
Gol IV 750 374 485 384
Jumlah KS + Gr NonPNS 3426 4954 5110 5461
Total 6045 6268 6465 7188
Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

Gambar 2.14. Jumlah Kepala Sekolah dan Guru TK Menurut Ijasah


Tertinggi Tahun 2015-2019
Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

Kepala sekolah dan Guru TK di Sulawesi Tengah seperti terlihat


pada gambar di atas, menunjukan bahwa kepala sekolah dan Guru TK
semakin meningkat kualifikasi sarjana atau pascasarjana. Dibandingkan
dengan yang bukan sarjana. Hal ini menunjukan hal positif dan baik.

31
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar 2.15. Rasio Siswa TK Per Sekolah di Sulawesi Tengah Tahun 2015-
2019
Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

Gambar di atas menunjukan bahwa rasio siswa yang bersekolah di


TK negeri dan di TK swasta tidak jauh berbeda. Demikian pula pada
rasio antara kepala sekolah dan guru dengan sekolah.

Gambar 2.16. Rasio Siswa TK Per Kepala Sekolah dan Guru di Sulawesi
Tengah Tahun 2015-2019
Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)

32
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Gambar 2.17. Persentase Kepala Sekolah dan Guru TK yang Layak dan
Tetap di Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019
Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

Gambaran umum keadaan PAUD Non formal (kelompok bermain,


Tempat Penitipan anak (TPA) dan satuan PAUD Sejenis (SPS) di Provinsi
Sulawesi tengah tahun 2015-2019 terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.18. Keadaan PAUD di Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019


Sumber: diolah kembali dari:
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2015/2016 S.d 2018/2019 Pusat Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Setjen, Kemdikbud, (diolah kembali)
• Statistik Pendidikan Anak Usia Dini 2019/2020 Pusat Data dan Teknologi Informasi, Jakarta:
Setjen, Kemdikbud, 2020

33
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Dari gambar di atas dapat dikemukakan bahwa jumlah peserta


didik PAUD non formal menunjukan fluktuatif yang signifikan. Hal
ini diduga karena antusias orangtua untuk pendidikan anak demikian
berkembang pada tahun 2015-2017 dan menurun tajam pada tahun
2018. Dapat terjadi hal ini dikarenakan animo masyarakat untuk
mengantarkan anak bersekolah di lembaga PAUD non formal karena
sudah ada TK di desa masing-masing yang berkembang pesat tahun
2018-2019.
Namun demikian yang patut dicatat adalah bahwa program
pendidikan anak usia dini di Sulawesi Tengah pada tahun 2015 – 2019
cukup baik dan berkembang dengan baik. Hal ini sudah sejalan dengan
upaya pada mewujudkan Pendidikan Anak Usia Dini yang relevan dan
berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan, didukung oleh infrastruktur
dan teknologi. Selain itu, berupaya untuk mengoptimalkan peran serta
seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung transformasi dan
reformasi pengelolaan pendidikan anak usia dini.
2.4. PENDIDIKAN DASAR
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9
(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak. Pendidikan dasar
menjadi dasar bagi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan sangat
penting untuk perkembangan ke depan bagi bangsa Indonesia. Terutama
pendidikan dasar, karena pada jenjang pendidikan dasar peserta didik
akan dibentuk karakter untuk menjadi seperti apa di masa mendatang.
Gambaran mengenai konidisi pendidikan dasar di Provinsi Sulawesi
Tengah dijelaskan sebagai berikut.
a. Angka Partisipsi Murni
Angka Partisipasi Murni (APM) sering digunakan untuk
menunjukan berapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan
tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia
pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah. APM pada
sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) mengalami perkembangan
yang cukup berarti. Namun, APM ini masih harus ditingkatkan,
mengingat masih relatif kecilnya jika dihubungkan dengan program
wajib belajar 9 tahun (wajar Sembilan tahun). Data memperlihatkan
34
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

terus tumbuhnya kesempatan belajar sehinga mencapai angka


tertinggi pada pendidikan SD. Perluasan SD ini secara langsung
memberi pengaruh positif terhadap perluasan kesempatan pada
jenjang-jenjang lebih tinggi. Banyaknya penduduk yang berstatus
masih sekolah pada kelompok usia sekolah tertentu merupakan
indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat partisipasi
pendidikan penduduk atau kesempatan penduduk dalam memperoleh
pendidikan. Besarnya daya serap penduduk usia sekolah dalam
pendidikan sebagai gambaran tingkat partisipasi penduduk usia
sekolah. APM Penduduk Berumur 7-12 dan 13-15 Tahun di Provinsi
Sulawesi Tengah disajikan sebagaimana gambar berikut.

Gambar 2.19. Angka Partisipiasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan SD/MI


Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Berdasarkan gambar di atas, secara jelas terlihat bahwa


proporsi penduduk yang masih sekolah mengalami peningkatan
perekonomian baik di Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk jenjang
pendidikan lebih tinggi persentase yang melanjutkan masih sedikit,
disini program wajib belajar 9 (wajar sembilan tahun) dicanangkan
sejak 1994, maupun program umum lainnya menjadi tantangan
ke depan. Peningkatan SDM selama ini lebih diutamakan dengan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengenyam
pendidikan yang seluas- luasnya, khususnya penduduk usia sekolah
(7-24 tahun). Ketersediaaan fasilitas pendidikan secara lengkap baik
sarana maupun prasarana pendidikan akan semakin meningkatkan
mutu pendidikan yang pada akhirnya juga akan meningkatkan
kualitas SDM yang dihasilkan.

35
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Perkembangan APM jenjang pendidikan SD/MI di Provinsi


Sulawesi tengah tahun 2015 s/d tahun 2019 tidak terjadi perkembangan
yang signifikan cenderung melandai. Dimana pada tahun 2015
sebesar 92,35 dan hingga tahun 2019 sebesar 93,17. Namun capaian
provinsi Sulawesi Tengah pada periode tersebut masih dibawah
rata-rata kondisi nasional. Kondisi APM jenjang pendidikan SD/MI
Nasional sebesar sebesar 96,70 persen, dan tahun 2019 sebesar 97,64
persen.
Selanjutnya capaian Provinsi Sulawesi tengah dilihat di wilayah
SULAMPUA, masih sangat jauh dari daerah-daerah Provinsi Lainnya.
Posisi Provinsi Sulawesi tengah berada pada peringkat kesembilan,
hanya berada di atas Provinsi Papua. Provinsi dengan APM jenjang
pendidikan SD/MI tertinggi adalah Provinsi Gorontalo. Data terkait
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.5. Perkembangan APM SD/MI Wilayah Sulampua Tahun 2015-2019
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Sulawesi Tenggara 75,43 75,54 76,49 76,64 76,95
2 Maluku Utara 75,38 75,68 76,26 76,31 76,20
3 Sulawesi Selatan 73,51 73,67 74,36 75,13 75,82
4 Maluku 73,29 73,4 73,99 74,08 74,68
5 Sulawesi Utara 73,02 73,15 73,87 74,18 74,30
6 Sulawesi Tengah 71,1 71,25 72,25 73,2 73,82
7 Gorontalo 68,71 68,89 69,15 69,33 70,28
8 Papua Barat 68,29 68,58 68,92 69,11 69,92
9 Sulawesi Barat 68,92 69,1 69,4 69,43 69,36
10 Papua 54,21 54,26 56,13 57,09 57,19
Indonesia 77,82 77,95 78,4 78,84 79,40
Sumber: BPS, Tahun 2020

Selanjutnya untuk jenjang pendidikan dasar jenjang pendidikan


SMP/MTs Provinsi Sulawesi Tengah dalam periode tahun 2015 s/d
tahun 2019 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dimana, pada
tahun 2015 sebesar 71,10, meningkat hingga tahun 2019 menjadi
73,82. Capaian Provinsi Sulawesi Tengah, masih di bawah rata-rata

36
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

nasional, capaian APM jenjang pendidkan SMP/MTs Nasional pada


tahun 2015 sebesar 77,82 meningkat hingga tahun 2019 menjadi
79,40. Data terkait dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.20. Angka Partisipiasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan SMP/


MTs Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Selanjutnya capaian Provinsi Sulawesi tengah dilihat di wilayah


SULAMPUA, sudah cukup baik dibanding dari daerah-daerah
Provinsi Lainnya. Posisi Provinsi Sulawesi tengah berada pada
peringkat kedua, hanya berada di bawah Provinsi Sulawesi Utara.
Provinsi dengan APM jenjang pendidikan SD/MI terendah adalah
Provinsi Papua. Data terkait dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.6. Perkembangan APM SMP/MTs Wilayah Sulampua Tahun 2015-
2019
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Sulawesi Utara 73,02 73,15 73,87 74,18 74,30
2 Sulawesi Tengah 71,10 71,25 72,25 73,20 73,82
3 Sulawesi Selatan 73,51 73,67 74,36 75,13 75,82
4 Sulawesi Tenggara 75,43 75,54 76,49 76,64 76,95
5 Gorontalo 68,71 68,89 69,15 69,33 70,28
6 Sulawesi Barat 68,92 69,10 69,40 69,43 69,36
7 Maluku 73,29 73,40 73,99 74,08 74,68
8 Maluku Utara 75,38 75,68 76,26 76,31 76,20
9 Papua Barat 68,29 68,58 68,92 69,11 69,92
10 Papua 54,21 54,26 56,13 57,09 57,19
Indonesia 77,82 77,95 78,40 78,84 79,40
Sumber: BPS, 2020

37
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Selanjutnya pendidikan dasar di Kabupaten/kota Provinisi


Sulawesi Tengah, untuk pendidikan jenjang SD/Mi menunjukan
Kabupaten dengan APM tertinggi adalah Kota Palu, kemudian
Kabupaten Banggai, dan Kabupaten Poso, sedangkan yang terendah
adalah Kabupaten Morowali dan Kabupaten Donggala. Sendangkan
untuk jenjang pendidikan SMP/MTs tertinggi adalah Kabupaten
Poso, Kemudian Kabupaten Banggai dan Kota Palu. Sebaliknya yang
terendah adalah Kabupaten Tojo Una-una dan Kab Donggala. Data
terkait dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.7. APM Kabupaten/Kota Jenjang Pendidikan Dasar Provinsi Su-
lawesi Tengah Tahun 2015-2019
Jenjang Pendidikan
No Kabupaten/Kota
SD/MI SMP/MTs
1 Bangkep 91,04 80,53
2 Donggala 85,66 74,57
3 Poso 92,56 87,42
4 Banggai 94,17 87,19
5 Buol 91,42 82,56
6 ToliToli 91,02 80,56
7 Morowali 76,84 77,36
8 Parimo 92,48 79,46
9 Touna 91,15 73,32
10 Sigi 90,62 79,41
11 Balut 87,85 82,75
12 Morut 89,07 78,98
13 Kota Palu 95,03 83,87
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

b. APK (SD, SMP)


Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan proporsi jumlah
penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan
terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang
pendidikan. Jika jumlah populasi siswa yang bersekolah pada suatu
jenjang tertentu melebihi jumlah anak pada batas usia sekolah sesuai
jenjang yang bersesuaian, maka nilai APK jenjang tersebut akan lebih

38
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

dari 100. Fenomena ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya
siswa yang masuk suatu jenjang sekolah terlalu dini dibandingkan
usianya, atau sebaliknya, lebih lambat dibandingkan usianya, serta
adanya pengulangan kelas oleh siswa. Secara umum, APK digunakan
untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan
yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan
bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. Data APK jenjang
pendidikan SD/MI dijelaskan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.21. Angka Partisipiasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan SD/MI


Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Berdasarkan pada gambar di atas, diketahui bahwa APM untuk


jenjang pendidikan SD/MI di Provinsi Sulawesi Tengah dari tahun
2015 s/d tahun 2019 masih berada di di atas 100 tepatnya di tahun
2019 sebesar 105,13. Sedangkan capaian Nasional juga masih berada
di atas 100, namun masih lebih rendah dari Provinsi Sulawesi Tengah.
APK pada jenjang pendidikan SD/sederajat di Provinsi Sulawesi
Tengah melebihi angka 100 persen yang menunjukkan bahwa usia
anak yang mengenyam pendidikan dasar masih ada yang berada di
luar kelompok umur 7-12 tahun. Dengan kata lain, murid SD yang
bersekolah lebih banyak dibandingkan jumlah anak pada usia 7-12
tahun. Banyak hal bisa menjadi alasan, antara lain beberapa orang tua
terkadang mendaftarkan anaknya yang belum mencapai usia 7 tahun

39
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

langsung ke sekolah dasar tanpa melewati PAUD terlebih dahulu,


angka mengulang kelas yang masih tinggi, dan sebagainya. Semakin
tinggi jenjang pendidikan, nilai APK juga akan semakin rendah.
Selanjutnya kondisi APM jenjang pendidikan dasar SD/MI
Provinsi Sulawesi Tengah dibandingkan dengan Provinsi di Wilayah
SULAMPUA, untuk mengetahui kinerja Provinsi Sulawesi Tengah
diwilayah tersebut. Data dapat disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 2.8. Perkembangan APK SD/MI Wilayah Sulampua Tahun 2015-2019
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Maluku 112,99 110,3 112,07 112,25 112,19
2 Papua Barat 113,46 111,49 110,21 110,72 111,24
3 Gorontalo 110,58 108,34 111,3 111,95 110,88
4 Maluku Utara 115,41 113,7 113,14 113,74 109,73
5 Sulawesi Tenggara 111,56 109,96 112,1 110,81 109,25
6 Sulawesi Selatan 111,33 109,71 109,63 110,28 108,46
7 Sulawesi Utara 111,23 110,26 108,74 109,02 108,17
8 Sulawesi Barat 105,92 106,23 110,19 108,56 107,32
9 Sulawesi Tengah 107,28 105,78 104,19 105,28 105,13
10 Papua 95,15 94,74 92,94 94,47 91,94
Indonesia 110,5 109,31 108,5 108,61 107,46
Sumber: BPS, 2020

Di wilayah Sulampua APK SD/MI Provinsi Sulawesi Tengah


berada pada peringkat ke-9 dari atau terendah kedua. Sedangkan
yang tertinggi adalah Provinsi Maluku. Maluku Barat dan Provinsi
Gorontalo. Sebaliknya yang terendah adalah Provinsi Papua.
Selanjutnya untuk APK pendidikan dasar SMP/MTs di Provinsi
Sulawesi Tengah, menunjukan perkembangan yang berfluktuatif.
Dimana pada tahun 2015 APK SMP/MTs sebesar 90,73 persen,
menurun pada tahun 2016 menjadi 89,84 persen, dan hingga tahun
2019 meningkat sebesar 90,63 persen. APM jenjang pendidikan
SMP/MTs Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2015 masih berada
di bawah rata-rata Nasional, dimana pada tahun 2015 sebesar 91,17
persen, namun pada tahun 2019 lebih tinggi dari Nasional. Dimana,

40
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

APM SD/MTs Nasional di tahun 2019 sebesar 90,57 persen. Dengan


demikian, pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah perlu ditingkatkan
lagi, agar target APK di setiap jenjang pendidikan terpenuhi. Butuh
kerja keras dan komitmen kuat antara pemerintah dan masyarakat,
demi tercapainya visi-misi membangun SDM Sulawesi Tengah yang
unggul di bidang pendidikan. Data terkait dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 2.22. Angka Partisipiasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan SMP/


MTs Provinsi Sulawesi Tengah, Nasional Tahun 2015-2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Kondisi APM jenjang pendidikan dasar SMP/MTs Provinsi


Sulawesi Tengah dibandingkan dengan Provinsi di Sulampua, untuk
mengetahui kinerja Provinsi Sulawesi Tengah diwilayah tersebut. Pada
tahun 2019 APK jenjang pendidikan SMP/MTs Provinsi Sulawesi
Tengah adalah yang tertinggi di Sulampua, tertinggi kedua adalah
Provinsi Maluku. Sedangkan, terendah adalah Provinsi Gorontalo
dan Provinsi Papua. Data dapat disajikan pada tabel berikut ini.

41
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Tabel 2.9. Perkembangan APK SMP/MTs Wilayah Sulampua Tahun 2015-


2019
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Sulawesi Tengah 90,73 89,48 91,86 92,88 90,63
2 Maluku 88,92 90,61 94,99 95,58 90,4
3 Sulawesi Utara 91,06 89,5 88,52 88,47 89,22
4 Papua Barat 90,33 92,44 90,96 89,68 88,49
5 Maluku Utara 93,9 89,13 87,05 91,1 86,53
6 Sulawesi Tenggara 87,39 86,7 88,06 85,23 85,34
7 Sulawesi Selatan 85,56 83,38 83,97 86,97 84,22
8 Sulawesi Barat 80,25 81 83,02 82,36 82,71
9 Gorontalo 81,87 83,71 81,7 80,17 78,95
10 Papua 73,59 72,07 82,2 87,81 78,11
Indonesia 91,17 90,12 90,23 91,52 90,57
Sumber: BPS, 2020

Selanjutnya APK pendidikan dasar di Kabupaten/kota Provinisi


Sulawesi Tengah, untuk pendidikan jenjang SD/MI menunjukan
Kabupaten dengan APK tertinggi adalah Parigi Moutong, Kemudain
Kabupaten Tojo Una-una kemudian dan Kabupaten Kota Palu,
sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Morowali dan Kabupaten
Banggai Laut. Sendangkan APK untuk jenjang pendidikan SMP/
MTs tertinggi di antara Kabupaten/Kota adalah Kabupaten Banggai,
Kemudian Kabupaten Sigi dan Kabupaten Buol. Sebaliknya yang
terendah adalah Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Donggala. Data
terkait dapat dilihat pada tabel berikut ini.

42
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tabel 2.10. APK Kabupaten/Kota Jenjang Pendidikan Dasar Provinsi Su-


lawesi Tengah Tahun 2015-2019
Jenjang Pendidikan
No Kabupaten/Kota
SD/MI SMP/MTs
1 Banggai Kepulauan 102,13 114,6
2 Donggala 101,99 107,57
3 Poso 101,53 110,44
4 Banggai 104,4 116,28
5 Buol 104,63 113,22
6 ToliToli 101,6 107,88
7 Morowali 87,87 110,54
8 Parigi Moutong 111,62 110,82
9 Tojo Una-Una 107,16 109,53
10 Sigi 105,1 111,82
11 Banggai Laut 97,93 115,07
12 Morowali Utara 103,25 109
13 Kota Palu 105,85 109,71
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

APK pada jenjang pendidikan SD/sederajat dan jenjang pendidikan


SMP/MTs di hampir seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi
Sulawesi Tengah melebihi angka 100 persen yang menunjukkan
bahwa usia anak yang mengenyam pendidikan dasar masih ada yang
berada di luar kelompok umur 7-12 tahun. Dengan kata lain, murid
SD yang bersekolah lebih banyak dibandingkan jumlah anak pada
usia 7-12 tahun. Banyak hal bisa menjadi alasan, antara lain beberapa
orang tua terkadang mendaftarkan anaknya yang belum mencapai
usia 7 tahun langsung ke sekolah dasar tanpa melewati PAUD terlebih
dahulu, angka mengulang kelas yang masih tinggi, dan sebagainya.
Semakin tinggi jenjang pendidikan, nilai APK juga akan semakin
rendah.
c. APS (SD, SMP)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menggambarkan ukuran daya
serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS
merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada

43
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Indikator ini juga


dapat digunakan untuk melihat struktur kegiatan penduduk yang
berkaitan dengan sekolah. APS yang tinggi menunjukkan tingginya
partisipasi sekolah penduduk usia tertentu. APS pendidikan dasar
Provinsi Sulawesi Tengah periode tahun 2015 s/d tahun 2019 tidak
mengalami perkembangan yang signifikan. Pada tahun 2015 APS
Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 98,02 persen, meningkat namun
tidak signifikan hingga tahun 2019 menjadi 98,40 persen. Kondisi
Provinsi Sulawesi Tengah masih di bawah rata-rata Nasional. Rata
APS nasional pada tahun 2015 sebesar 99,09 persen, meningkat pada
tahun 99,24 persen. Regulasi dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan
bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
Salah satu strategi dalam agenda pembangunan bidang pendidikan
di Provinsi Sulawesi Tegah adalah melaksanakan peningkatan
pemerataan akses layanan pendidikan di semua jenjang dan
percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun (Permendikbud No
22 Tahun 2020). Dengan adanya program wajib belajar 12 tahun,
diharapkan penduduk Provinsi Sulawesi Tengah setidaknya dapat
menyelesaikan pendidikan sampai jenjang sekolah menengah atas.
Data APS pendidikan dasar di Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional
dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.23. Angka Partisipiasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan SD/MI


Provinsi Sulawesi Tengah, Nasional Tahun 2015-2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

44
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Angka partisipasi sekolah jenjang pendidikan sekolah dasar di


provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2015 s/d tahun 2019 masih
dibawah rata-rata Nasional. Dimana pada tahun 2015 APS pendidikan
dasar Sulawesi tengah sebesar 98,02 persen, sedangkan nasional
sebesar 99,09 persen. Hingga tahun 2019 APS jenjang pendidikan
dasar Sulawesi Tengah sebesar 98,40 persen, sedangkan Nasional
sebesar 99,24 persen.
Selanjutnya perkembangan APS sekolah dasar SD/MI untuk
wilayah Sulampua menunjukan bahwa Provinsi Sulawesi Tengah
pada tahun 2019 berada pada urutan ketujuh. Provinsi di Sulampua
dengan APS pendidikan dasar tertinggi adalah Provinsi Maluku,
sedangkan yang terendah adalah Provinsi Papua.
Tabel 2.11. Perkembangan APS SD/MI Wilayah Sulampua Tahun 2015-
2019
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Maluku 99,38 99,39 99,72 99,71 99,61
2 Sulawesi Utara 99,33 99,36 99,37 99,36 99,39
3 Sulawesi Selatan 99,03 99,12 99,16 99,25 99,23
4 Sulawesi Tenggara 99,3 99,28 99,32 99,28 99,13
5 Maluku Utara 99,08 99,14 99,19 99,08 98,97
6 Gorontalo 98,69 98,71 98,76 98,76 98,96
7 Sulawesi Tengah 98,02 98 98,15 98,24 98,4
8 Sulawesi Barat 98 98,08 98,1 98,25 98,34
9 Papua Barat 96,74 96,85 97,27 97,31 97,68
10 Papua 81,04 81,11 81,8 82,43 82,67
Indonesia 99,09 99,09 99,14 99,22 99,24
Sumber: BPS, 2020

Selanjutnya untuk APS jenjang pendidikan SMP/MTs Provinsi


Sulawesi tengah juga masih di bawah rata-rata nasional. Persentase
APS jenjang pendidikan SMP/MTs Sulawesi Tengah tahun 2019
sebesar 93,01 persen, dibawha rata-rata Nasional. Data mengenai APS
jenjang pendidikan SMP/MTS dapat dilihat pada gambar berikut ini.

45
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar 2.24. Angka Partisipiasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan SMP/


MTs Provinsi Sulawesi Tengah, Nasional Tahun 2015-2019
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Posisi APS jenjang pendidikan SMP/MTs Provinsi Sulawesi Tengah


tahun 2019 berada pada urutan ketujuh. Provinsi dengan APS jenjang
pendidikan SMP/MTs adalah Provinsi Maluku, sedangkan yang
terendag adalah Provinsi Papua. Data mengenai APS jenjang pendidikan
SMP/MTs di wilayah SULAMPUA dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.12. Perkembangan APS SMP/MTs Wilayah Sulampua Tahun 2015-
2019
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Maluku 96,44 96,6 96,86 97,05 97,29
2 Maluku Utara 96,68 96,9 97,24 97,47 96,97
3 Papua Barat 96,58 96,86 96,92 97,08 96,58
4 Sulawesi Utara 94,59 94,89 94,91 95 95,18
5 Sulawesi Tenggara 93,67 93,94 94,08 94,29 94,78
6 Sulawesi Selatan 92,66 92,85 93,09 93,13 93,22
7 Sulawesi Tengah 91,8 92,08 92,41 92,74 93,01
8 Gorontalo 90,75 91,01 91,23 91,38 91,64
9 Sulawesi Barat 89,84 89,93 89,88 89,95 89,92
10 Papua 78,14 78,86 79,09 80,00 80,13
Indonesia 94,72 94,88 95,08 95,36 95,51
Sumber: BPS, 2020

46
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

d. Sarana prasarana
Ketersediaan sarana prasarana pendidikan merupakan hal yang
mutlak tersedia disetiap wilayah. Jumlah sarana dan prasarana
sekolah pendidikan dasar bertambah setiap tahunnya. Dimana
hingga tahun 2019 jumlah sekolah SD/MI sebanyak 3.117 sekolah
bertambah sebanyak 68 sekolah dari tahun 2015. Selanjutnya untuk
jenjang pendidikan SMP/MTs ditahun 2015 sebanyak1.203 sekolah,
meningkat sampai tahun 2019 sebanyak 1.131 sekolah.
Tabel 2.13. Perkembangan Sarana dan Prasaran Jenjang Pendidikan Sekolah
Dasar Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019
Tahun
Tingkat Pendidikan
2015 2016 2017 2018 2019
SD/MI 3.049 3.057 3.125 3.101 3.117
SMP/MTs 1.203 1.085 1.137 1.123 1.131
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

e. Rasio guru dan siswa


Kualitas dan distribusi guru yang merata menjadi tantangan
tersendiri dalam pembangunan di sektor pendidikan. Salah
satu indikator untuk melihat pemerataan sarana dan prasarana
pendidikan adalah rasio murid-guru. Angka ini mencerminkan
rata-rata jumlah murid yang menjadi tanggung jawab seorang
guru. Semakin tinggi nilai rasio murid-guru dalam sebuah sekolah,
berarti semakin mengurangi efektivitas proses pembelajaran karena
tingkat pengawasan dan perhatian guru terhadap murid menjadi
berkurang sehingga mutu pengajaran cenderung lebih rendah.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 17
menyebutkan bahwa pada jenjang SD, SMP, dan SMA idealnya satu
guru bertanggung jawab terhadap 20 murid.
Rasio guru terhadap jumlah murid pendidikan dasar pada tahun
2015 sebesar 15 dan sampai dengan tahun 2019 menurun menjadi
11. Kondisi ini telah ideal dan dibawah yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 74 tahun 2008. Lebih jauh dijelaskan bahwa rasio
guru terhadap murid untuk jenjang pendidikan SD/MI ditahun 2019

47
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

sebesar 12, sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs sebesar


11. Rasio guru dan murid jenjang pendidikan dasar di Provinsi
Sulawesi tengah masuk kategri ideal. Namun fakta dilapangan bahwa
guru tidak terdistribusi dengan merata disetaiap sekolah di Provinsi
Sulawesi Tengah. Sehingga rasio ini belum menujukan kondisi yang
sebenarnya ideal. Permasalahan yang perlu ditangani kedepan oleh
Provinsi Sulawesi Tengah adalah mendistribusikan guru dengan
merata pada setiap sekolah seluruh wilayah provinsi Sulawesi tengah
melalui kerja sama denga Pemerintah daerah Kabupaten/kota yang
memiliki kewenangan tersebut.
Tabel 2.14. Rasio Guru dan Murid Pendidikan Sekolah Dasar Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019
Tahun
Tingkat Pendidikan
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Guru 43.159 43.334 48.141 40.893 43.990
SD/MI 29.489 30.541 34.596 26.629 28.867
SMP/MTs 13.670 12.793 13.545 14.264 15.123
Jumlah Siswa 642.169 580.226 541.311 521.121 516.368
SD/MI 435.509 416.550 371.090 352.295 347.035
SMP/MTs 206.660 163.676 170.221 168.826 169.333
Rasio Guru terhadap Murid 14,88 13,39 11,24 12,74 11,74
SD/MI 14,77 13,64 10,73 13,23 12,02
SMP/MTs 15,12 12,79 12,57 11,84 11,20
Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2020

Rasio murid-guru bukanlah faktor mutlak keberhasilan anak


dalam proses belajar. Rasio murid-guru yang ideal akan bervariasi
tergantung pada beberapa faktor. Rasio murid-guru di kelas
tentunya akan memengaruhi manajemen kelas, proses belajar di
kelas, tapi bukan satu atunya faktor penentu untuk meningkatkan
kualitas belajar di kelas. Keterampilan dan pengalaman guru
juga perlu dipertimbangkan karena guru yang lebih terampil dan
berpengalaman, misalnya, mungkin bias menangani kelas yang lebih
besar daripada yang kurang berpengalaman.

48
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

f. Akreditasi Sekolah
Akreditasi dapat dipandang sebagai hasil penilaian dalam bentuk
sertifikasi formal terhadap kondisi suatu sekolah yang telah memenuhi
standar layanan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Akreditasi sejatinya adalah suatu pengakuan formal yang diberikan
oleh badan akreditasi terhadap kompetensi suatu lembaga atau
organisasi. Gambaran mengenai akreditasi sekolah pendidikan dasar
di Provinsi Sulawesi Tengah ditampilkan pada gambar berikut.

Gambar 2.25. Persentase Akreditas Sekolah Pendidikan Dasar Provinsi Su-


lawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: Neraca Pendidikan, 2020

Akreditasi sekolah untuk jenjang pendidikan SD/sederajat di


provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas Sekolah terakterditasi A sebesar
12,30 persen, terakreditas B sebesar 51,90 persen, dan terakreditasi
C sebesar 29,10 persen, sedangkan belum terakreditasi sebesar 6,80
persen. Selanjutnya untuk pendidikan SMP/MTs sekolah dengan
predikat akreditas A sebesar 13,70 persen, terakreditas B sebesar
44,90 persen, dan terakreditasi C sebesar 32,40 persen, sedangkan
belum terakreditasi sebesar 9,0 persen.
g. Pemetaan Mutu Pendidikan Sekolah
Pemetaan mutu pendidikan (PMP) merupakan serangkaian proses
kegiatan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan

49
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

pendidikan pada satuan pendidikan pendidikan dasar dan menengah


untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu untuk memenuhi
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pengumpulan data peta mutu
pendidikan dasar dan menengah, diperlukan agar setiap satuan
pendidikan dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan masing-
masing berkaitan dengan delapan Standar Nasional Pendidikan,
hal ini merupakan upaya yang dilakukan untuk penjaminan dan
peningkatan mutu pendidikan guna mencapai SNP.
SNP mengacu pada 8 (delapan) standar yakni standar kompetensi
lulusan, satndar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana pendidikan, standar pengelolaan pendidikan, dan standar
pembiayaan. Terdapat 5 (lima) kategori capaian SNP PMP yaitu
menuju SNP 1 (0-2,04), menuju SNP 2 (2,05-3,7), menuju SNP 3
(3,71-5,06), menuju SNP 4 (5,07-6,66), dan SNP (6,67-7).
Skor PMP jenjang pendidikan SD di Provinsi Sulawesi Tengah
sebesar 5,46 atau masuk dalam ketegori SNP 4, sedangkan untuk
jenjang pendidikan SMP/sederajat sebesar 5,45 yang juga berada
pada kategori SNP 4. Capaian skor PMP pendidikan menengah di
Sulawesi Tengah dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.26. Capaian skor PMP Pendidikan Dasar di Sulawesi Tengah


Tahun 2018
Sumber: Neraca Pendidikan, 2020

50
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

2.5. PENDIDIKAN MENENGAH


Pendidikan adalah salah satu aspek penting dari pembangunan
manusia. Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan
oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan
salah satu cara meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh karena
itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai
dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk
menempuh pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas
sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari
persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat
partisipasi sekolah dalam suatu wilayah biasa dikenal beberapa indikator
untuk mengetahuinya, antara lain: Angka Partisipasi Murni (APM) dan
Angka Partisipasi Kasar (APK)
a. Angka Partisipasi Murni
APM pendidikan menengah adalah perbandingan antara siswa
usia sekolah pada jenjang pendidikan menengah dengan penduduk
usia yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi
APM berarti makin banyak anak usia sekolah yg bersekolah sesuai
usia resmi di jenjang pendidikan tertentu. Nilai idealnya 100%. APM
digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang
bersekolah pada jenjang yang sesuai.
APM pendidikan menengah (SMA/SMK) di Sulawesi Tengah
mengalami kenaikan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
dengan rata-rata kenaikan sekitar 4,01 persen. Pada Tahun 2015
APM pendidikan menengah di Sulawesi Tengah sebesar 59,7 persen
meningkat 1,54 persen menjadi 61,24 persen pada Tahun 2016.
Selanjutnya, pada Tahun 2016, APM pendidikan menengah Sulawesi
Tengah mengalami kenaikan yang lebih baik yaitu 3,08 persen menjadi
64,32 persen Tahun 2017 dan meningkat lagi 3,57 persen menjadi
67,89 persen Tahun 2018. Kenaikan paling tinggi terjadi pada Tahun
2019 yaitu sebesar 7,91 persen dari 67,8 dari tahun sebelumnya
menjadi 75,8 persen Tahun 2019. Trend kenaikan APM di Sulawesi

51
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Tengah dalam kurun waktu lima tahun terakhir dari Tahun 2015
hingga 2019 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.27. Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Menengah


Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Kemdikbud, 2020

b. Angka Partisipasi Kasar


APK pendidikan menengah adalah perbandingan antara siswa
pada jenjang pendidikan menengah dengan penduduk usia sekolah
dan dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi APK berarti makin
banyak anak usia sekolah yang bersekolah di jenjang pendidikan
menengah. APK pendidikan menengah di Sulawesi Tengah mengalami
kenaikan yang menggembirakan selama lima tahun terakhir.
Rata-rata kenaikan APK pendidikan di Sulawesi Tengah sebesar
6,44 persen selama lima tahun dari Tahun 2015 hingga 2019. Pada
Tahun 2015 APK pendidikan menengah di Sulawesi Tengah sebesar
75,47 persen meningkat 6,51 persen menjadi 81,98 persen pada Tahun
2016. Kemudian pada Tahun 2016, APK pendidikan menengah
Sulawesi Tengah mengalami kenaikan yang lebih tinggi yaitu 7,82
persen menjadi 89,80 persen Tahun 2017 dan meningkat lagi 2,02
persen menjadi 91,82 persen Tahun 2018. Kenaikan paling tinggi
terjadi pada Tahun 2019 yaitu sebesar 7,91 persen dari 67,8 persen

52
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tahun 2018 menjadi 75,8 persen Tahun 2019. Upaya peningkatan


APK menunjukkan kenaikan yang paling tinggi dalam waktu satu
terakhir ini, yaitu Tahun 2019 mengalami kenaikan 9,42 persen.
Capaian APK pendidikan menengah di Sulawesi Tengah pada Tahun
2015 hingga 2019 disajikan pada gambar berikut.

Gambar 2.28. Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Menengah


Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Kemdikbud, 2020

c. Jumlah Peserta Didik


Jumlah peserta didik pendidikan menengah di Sulawesi Tengah
secara keseluruhan berjumlah 124.141 siswa yang tersebar di 13
kabupaten/kota. Jumlah ini terdiri dari 78.833 atau 63,5 persen
siswa SMA dan 45.308 atau 36,5 persen siswa SMK. Data tersebut
menunjukkan bahwa jumlah siswa pada jenjang pendidikan
menengah di Sulawesi Tengah didominasi oleh siswa yang bersekolah
di SMA dan SMK negeri daripada di sekolah swasta. Secara lebih jelas,
jumlah peserta didik pada jenjang pendidikan menengah di Sulawesi
Tengah dapat dilihat pada gambar berikut.

53
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar 2.29. Jumlah Peserta Didik Pendidikan Menengah di Sulawesi


Tenga Tahun 2020
Sumber: Dapodikmen, Tahun 2020

Jumlah peserta didik tersebut di atas mengalami kenaikan dari


tahun sebelumnya. Pada tahun 2019 jumlah peserta didik pendidikan
menengah di Sulawesi Tengah berjumlah 120.465 siswa. Jumlah ini
terdiri dari 76.129 siswa SMA dan 44.336 siswa SMK. Jumlah peserta
didik paling banyak terdapat di Kota Palu yaitu 21.805 siswa atau 18,10
persen dari total siswa pendidikan menengah di Provinsi Sulawesi
Tengah. Urutan kedua terbanyak adalah Kabupaten Banggai dengan
jumlah siswa 15.438 orang atau sebesar 12,82 persen dari total siswa
pendidikan menengah di provinsi ini. Jumlah siswa dengan urutan
ketiga terbanyak diduduki oleh Kabupaten Parigi Moutong yaitu
sebanyak 14.125 siswa atau 11,73 persen.
Kabupaten yang memiliki jumlah siswa pendidikan menengah
paling sedikit adalah Kabupaten Banggai Laut dengan jumlah siswa
3.138 terdiri dari 1.617 siswa SMA dan 1.521 siswa SMK. Kondisi
sangat kontras dengan jumlah siswa yang ada di Kota Palu yaitu
11.238 siswa SMA dan 10.567 siswa SMK. Selanjutnya, kabupaten
dengan jumlah siswa pendidikan menengah kedua terendah adalah
Morowali Utara dengan jumlah siswa sebanyak 4.647 yang terdiri
dari 2.625 siswa SMA dan 2.022 siswa SMK. Kabupaten Morowali
tercatat sebagai kabupaten yang memiliki jumlah siswa pendidikan
menengah ketiga terendah, yaitu 5.320 siswa dengan rincian 3.830
siswa SMA dan 1.490 siswa SMK. Jumlahsiswa pendidikan menengah
di Sulawesi Tengah menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel
berikut.

54
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tabel 2.15. Jumlah Peserta Didik Pendidikan Menengah di Sulawesi Tengah


Tahun 2019
Kabupaten SMA SMK Total
Banggai Kepulauan 3.609 1.887 5.496
Donggala 7.529 3.299 10.828
Poso 6.365 3.980 10.345
Banggai 10.641 4.797 15.438
Buol 4.676 2.721 7.397
Tolitoli 4.739 3.701 8.440
Morowali 3.830 1.490 5.320
Parigi Moutong 10.145 3.980 14.125
Tojo Unauna 3.619 2.472 6.091
Sigi 5.497 1.899 7.396
Banggai Laut 1.617 1.521 3.138
Morowali Utara 2.625 2.022 4.647
Kota Palu 11.238 10.567 21.805
Sulawesi Tengah 76.129 44.336 120.465
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020

d. Guru dan Tenaga Kependidikan


Jumlah guru pada jenjang pendidikan menengah di Sulawesi
Tengah Tahun 2020 sebanyak 8.714 yang terdiri dari 5.092 guru SMA
dan 3.622 guru SMK. Baik guru SMA maupun SMK sebagian besar
adalah guru di sekolah negeri yaitu sebanyak 7.185 atau 82,45 persen
dari total guru yang ada. Jumlah guru SMA dan SMK di Sulawesi
Tengah secara jelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.30. Jumlah Guru Pendidikan Menengah di Sulawesi Tengah


Tahun 2020
Sumber: Dapodikmen, Tahun 2020

55
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Kondisi tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya,


dimana pada Tahun 2019 jumlah guru pada jenjang pendidikan
menengah di Sulawesi Tengah secara keseluruhan berjumlah 8.669
orang. Jumlah ini terdiri dari 5.035 orang adalah guru SMA dan
3.634 orang adalah guru SMK. Guru pendidikan menengah yang
PNS jumlahnya hampir berimbang dengan guru non PNS atau bukan
PNS, seperti guru honorer yang diperbantukan. Guru pendidikan
menengah (SMA dan SMK) yang berstatus PNS sebanyak 4.276 orang
dan 4.393 orang berstatus bukan PNS.
Guru merupakan salah satu pilar utama dalam pendidikan.
Berbagai studi menunjukkan lebih dari 50 persen hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh guru. Untuk meningkatkan mutu pendidikan
harus diupayakan agar setiap sekolah memiliki guru yang memadai
dan berkualitas (profesional). Lebih lanjut, guru merupakan unsur
penting dalam menghasilkan peserta didik yang berkompeten. Laju
penambahan guru tidak sebanding dengan laju pertumbuhan guru
yang pensiun setiap tahunnya.
Jika diperinci menurut usia, maka sebagian besar guru SMA
berusia dibawah 30 tahun yaitu 1.659 orang atau sebesar 32,95 persen
dari total guru SMA yang ada di Sulawesi Tengah. Jumlah tersebut
didominasi oleh mereka yang berstatus sebagai guru non PNS yaitu
sebanyak 1.624 orang, dan hanya 35 orang yang berstatus PNS. Kondisi
ini sangat mengkhawatirkan dan membutuhkan intervensi khusus
agar permasalahan kekurangan guru dapat segera diatasi. Salah satu
program yang akan dilakukan oleh Pemerintah Pusat adalah semua
guru non PNS dapat mengajukan permohonan menjadi guru PNS
pada Tahun 2021. Sulawesi Tengah saat ini mengalami kekurangan
guru SMA sebanyak 983 orang dengan rincian 722 orang guru SMA
negeri dan 261 orang guru SMA swasta. Uraikan tentang kekurangan
guru ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab “permasalahan
pendidikan menengah” pada Bab III.
Selanjutnya jumlah guru menurut usia yang paling sedikit adalah
guru dengan usia lebih dari 55 tahun yaitu berjumlah 247 orang yang
terdiri dari 230 guru PNS dan 17 guru bukan PNS. Tentunya guru

56
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

tersebut akan purna tugas atau pensiun 5 (lima) tahun kedepan,


sehingga kekurangan guru SMA di Sulawesi Tengah akan semakin
banyak jika tidak segera diimbangi dengan rekruitmen guru baru.
Sebaran guru SMA di Sulawesi Tengah menurut usia disajikan pada
gambar berikut.

Gambar 2.31. Jumlah Guru SMA Menurut Usia di Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2019

Menurut data Kemdikbud, jumlah guru SMK di Sulawesi Tengah


sebanyak 3.634 orang dengan rincian 1.724 guru PNS dan 1.910 guru
non PNS. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius karena
jumlah guru SMK yang PNS lebih sedikit dibanding yang non PNS.
Terlebih lagi, jika diidentifikasi lebih jauh soal kompetensi guru SMK
tersebut lebih banyak guru normatif, bukan guru produktif. Hal
inilah yang menjadi salah satu sebab masih rendahnya mutu lulusan
SMK di Sulawesi Tengah sehingga belum dapat terserap di pasar kerja
dan kalah bersaing dengan SMK yang dari luar.
Sama halnya dengan guru SMA, jika diperinci menurut kategori
usia, guru SMK paling banyak berusia kurang dari 30 tahun, yaitu
berjumlah 1.185 orang. Dari jumlah ini, sebanyak 1.137 berstatus
guru non PNS dan hanya 48 orang yang merupakan guru PNS.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan jika tidak segera diintervensi
dan menjadi permasalahan (akan dibahas lebih lanjut di Bab III sub
bab permasalahan pendidikan menengah). Jumlah guru SMK yang
paling sedikit adalah mereka dengan usia lebih dari 55 tahun yaitu

57
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

berjumlah 149 orang yang terdiri dari 128 guru PNS dan 21 guru
non PNS. Jumlah ini akan pensiun dalam waktu lima tahun kedepan,
sehingga akan menambah jumlah kekurangan guru SMK di Sulawesi
Tengah. Jumlah guru SMK yang diperinci menurut usia dapat dilihat
pada gambar berikut.

Gambar 2.32. Jumlah Guru SMK Menurut Usia di Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2019

Sebaran guru SMK belum merata di seluruh kabupaten/kota yang


ada di Sulawesi Tengah. Guru terkonsentrasi paling banyak di Kota
Palu yaitu berjumlah 965 orang. Sementara itu, jumlah guru paling
sedikit terdapat di Kabupaten Banggai Laut, yaitu hanya 163 orang.
Jika dikaji lebih jauh dapat diidentifikasi bahwa sebagian besar atau
67,44 persen guru SMK adalah guru normatif. Dengan demikian,
guru produktif SMK hanya 32,56 persen atau berjumlah 1.571 orang
yang terdiri dari 687 PNS dan 884 non PNS. Jumlah dan sebaran guru
SMK di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

58
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tabel 2.16. Jumlah Pendidik Pendidikan Menengah di Sulawesi Tengah


Jumlah GuruMapel
Jumlah GuruMapel
Umum
No Kabupaten/Kota Produktif Jumlah
(Kel.A & Kel.B)
PNS Non PNS PNS Non PNS
1 Kota Palu 205 140 332 288 965
2 Sigi 33 40 70 82 225
3 Donggala 29 45 88 152 314
4 Parigi Moutong 28 123 77 232 460
5 Tojo Una Una 40 26 96 37 199
6 Poso 91 84 128 146 449
7 Buol 69 40 89 69 267
8 Toli Toli 53 91 108 182 434
9 Banggai 76 127 183 264 650
10 Banggai Kepulauan 14 47 43 199 303
11 Banggai Laut 7 38 22 96 163
12 Morowali 23 48 58 91 220
13 Morowali Utara 19 35 40 82 176
Sulawesi Tengah 687 884 1334 1920 4825
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah

e. Jumlah Sekolah Menengah


Ketersediaan sekolah yang memadai merupakan salah satu upaya
agar masyarakat Sulawesi Tengah memiliki akses untuk menempuh
pendidikan. Jumlah sekolah jenjang pendidikan menengah di
Sulawesi Tengah saat ini secara keseluruhan berjumlah 412 yang
terdiri dari 225 sekolah SMA dan 187 sekolah SMK. Dari 225 sekolah
SMA, sebanyak 77,78 persen adalah sekolah negeri dan sisanya, yaitu
22,22 persen adalah sekolah swasta. Demikian halnya dengan sekolah
SMK. Sebagian besar dari sekolah SMK juga merupakan sekolah
negeri, yaitu berjumlah 106 atau 56,68 persen dan sisanya yaitu 43,32
persen adalah sekolah SMK swasta. Jumlah sekolah SMA dan SMK di
Sulawesi Tengah dapat dilihat pada gambar berikut:

59
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar 2.33. Jumlah Sekolah SMA dan SMK di Sulawesi Tengah


Sumber: Dapodikmen, Tahun 2020

Sekolah SMK yang ada di Sulawesi Tengah menawarkan beberapa


bidang keahlian yaitu teknologi dan rekayasa, teknologi informasi
dan komunikasi, agribisnis dan agroteknologi, perikanan dan
kelautan, bisnis manajemen, pariwisata, seni rupa dan kriya, serta
seni pertunjukan. Dari berbagai bidang keahlian ini, yang paling
banyak adalah bidang teknologi dan rekayasan yaitu sebesar 34,5
persen. Kedua terbanyak adalah bisnis manajemen yaitu 26,5 persen,
dan ketiga terbanyak adalah TI dan komunikasi yaitu 21,8 persen.
Sedangkan bidang keahlian yang paling sedikit peminatnya adalah
seni pertunjukan 0,2 persen dan seni rupa dan kriya 0,8 persen. Bidang
keahlian urutan ketiga paling rendah adalah kelautan dan perikanan
yaitu hanya 1,3 persen. Mengingat Sulawesi Tengah memiliki potensi
keunggulan dan daya saing sektor kelautan dan perikanan, seharusnya
SMK lebih banyak membuka bidang keahlian kelautan dan perikanan
terutama di Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan, dan Banggai
Laut. Berbagai bidang keahlian yang ditawarkan oleh sekolah SMK di
Sulawesi Tengah disajikan dalam gambar berikut.

60
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

s a si an te
k
ta
n en ta iya an
ya ka at isa Kr uk
ka ni h ro lau em j
u se A g
Ke aj riw a& un
Re m Ke an Pa rt
an ko is& a n M up
Pe
id an isn an is n iR ni
lo
g
TI
d
rib rik Bi
sn Se Se
o Ag Pe
kn
Te

Gambar 2.34. Bidang Keahlian SMK di Sulawesi Tengah


Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2020

Bidang kehalian SMK harus dipersipan sesuai dengan kebutuhan


dunia usaha dan dunia industri yang ada di Sulawesi Tengah. Potensi
dan keunggulan Sulawesi Tengah di sektor pertanian, perikanan
kelautan, pariwisata, pertambangan dan sektor-sektor lainnya harus
dikembangkan dengan cara menyiapkan SDM yang handal dibidang
tersebut. Terlebih lagi saat ini masuk pada era revolusi industri 4.0
dan menjadi society 5.0, bidang keahlian SMK harus sesuai dengan
perkembangan jaman.
f. Akreditasi Sekolah
Akreditasi ialah proses yang berkesinambungan dari evaluasi
diri, refleksi, dan perbaikan (accreditation is a continuous process
of self-evaluation, reflection, and improvement). Dalam akreditasi
terdapat kegiatan penilaian (assessment) sekolah secara sistematis
dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi internal dan evaluasi
eksternal (visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.
Akreditasi dapat dipandang sebagai instrumen regulasi diri (self-
regulation), dengan maksud agar sekolah dapat memahami kekuatan
dan kelemahan diri; dan berdasarkan atas pemahaman kekuatan dan
kelemahan diri tersebut, sekolah dapat melakukan perbaikan mutu
secara berkelanjutan (quality continues improvement). Akreditasi

61
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

juga dapat dipandang sebagai hasil penilaian dalam bentuk sertifikasi


formal terhadap kondisi suatu sekolah yang telah memenuhi standar
layanan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Akreditasi
sejatinya adalah suatu pengakuan formal yang diberikan oleh badan
akreditasi terhadap kompetensi suatu lembaga atau organisasi.
Sekolah SMA di Sulawesi Tengah yang memperoleh akreditasi A
sebanyak 26,2 persen atau berjumlah 60 sekolah dari 225 sekolah.
Sebagian besar sekolah SMA di Sulawesi Tengah mendapatkan
akreditas B, yaitu sebanyak 108 sekolah atau 48 persen. Sekolah SMA
yang memperoleh akreditasi C sebanyak 17,6 persen, dan sisanya
yaitu 8,1 persen belum diakreditasi.
Sama halnya dengan sekolah SMK dimana sebagian besar
mendapatkan akreditasi B, yaitu 44,9 persen atau berjumlah 84
sekolah. Sekolah SMK yang mendapatkan akreditasi A persentasenya
lebih sedikit dibanding dengan sekolah SMA yang mendapat nilai A,
yaitu hanya 13,9 persen. Sekolah SMK banyak yang mendapatkan
akreditasi C yaitu sebanyak 27,3 persen. Hal yang perlu mendapat
perhatian serius adalah sebanyak 13,9 persen sekolah SMK belum
diakreditasi. Rincian sekolah SMA dan SMK yang mendapat
akreditasi A, B, C, dan belum diakreditasi dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 2.35. Persentase Akreditasi Sekolah SMA dan SMK


Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020

62
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Akreditasi sekolah merupakan cara untuk mengawasi upaya


peningkatan mutu pendidikan. Mengantisipasi perubahan-
perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang makin besar dan
kompleks, pendidikan menengah di Sulawesi Tengah harus berupaya
sungguh-sungguh untuk meningkatkan daya saing lulusan serta
produk-produk akademik lainnya. Akreditasi ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tingkat kinerja sekolah yang dijadikan sebagai
alat pembinaan, pengembangan dan peningkatan sekolah baik dari
segi mutu, efektivitas, efisiensi, produktivitas dan inovasinya. De­ngan
kata lain bahwa akreditasi sekolah bertujuan untuk menentukan
tingkat kelayakan suatu sekolah dalam menyelenggarakan layanan
pendidikan. memperoleh gambaran tentang kinerja sekolah. Di
sam­ ping itu akreditasi bisa memberikan jaminan kepada publik
bahwa sekolah tersebut telah diakreditasi dan menyediakan layanan
pendidikan yang memenuhi standar akreditasi nasional serta
memberikan layanan kepada publik bahwa siswa mendapatkan
pelayanan yang baik dan sesuai dengan persyaratan standar
pendidikan nasional.
g. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang mutlak dipenuhi
untuk memberikan kemudahan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Kulitas mutu lulusan akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
sarana dan prasarana yang memadai. Sarana pendidikan adalah
semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan
pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun
atau taman sekolah, jalan menuju ke sekolah, tata tertib sekolah, dan
sebagainya.
Sarana dan prasarana SMK di Sulawesi Tengah secara umum
masih kurang memadai dan belum merata di seluruh kabupaten/
kota. Dari 187 sekolah, hanya ada 91 sekolah yang memiliki ruang
praktek. Artinya bahwa masih banyak sekolah yang tidak memiliki

63
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

ruang praktek. Untuk mengatasi kekurangan ruang praktek ini,


sekolah dapat berkerjasama dengan dunia usaha dan dunia indutri
untuk melakukan praktek kerja. Jika dianalisis lebih lanjut, sekolah
SMK masih banyak menyediakan kelas sebagai ruang teori,
sedangkan jumlah ruang praktek masih sangat kurang. Hal ini
tentunya sangat berbeda dengan tujuan utama keberadaan sekolah
SMK untuk lebih banyak praktek daripada teori. Olehnya itu, jumlah
sarana dan prasarana khususnya ruang praktek dan ruang lab perlu
untuk ditingkatkan. Jumlah sarana dan prasarana sekolah SMK yang
diperinci menurut kabupaten/kota disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.17. Sarana Prasarana SMK di Sulawesi Tengah
Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Ruang Ruang
Kab/Kota SMK Lab Perpustakaan
Praktek Teori
Kota Palu 27 4 37 18 458
Sigi 12 5 7 6 88
Donggala 13 4 18 14 142
Parigi Moutong 21 9 22 12 182
Tojo Una-Una 7 4 10 7 87
Poso 17 10 20 10 171
Buol 9 7 9 5 116
Toli-Toli 15 13 30 12 148
Banggai 25 27 19 13 223
Banggai Kepulauan 16 4 10 6 83
Banggai Laut 8 0 3 3 67
Morowali 9 1 8 9 92
Morowali Utara 8 3 10 5 78
Sulteng 187 91 203 120 1935
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2019

h. Pemetaan Mutu Pendidikan Sekolah


Pemetaan mutu pendidikan (PMP) merupakan serangkaian
proses kegiatan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan
oleh satuan pendidikan pada satuan pendidikan pendidikan dasar
dan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu

64
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

untuk memenuhi SNP. Pengumpulan data peta mutu pendidikan


dasar dan menengah, diperlukan agar setiap satuan pendidikan dapat
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan masing-masing berkaitan
dengan delapan Standar Nasional Pendidikan, hal ini merupakan
upaya yang dilakukan untuk penjaminan dan peningkatan mutu
pendidikan guna mencapai SNP.
SNP mengacu pada 8 (delapan) standar yakni standar kompetensi
lulusan, satndar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana pendidikan, standar pengelolaan pendidikan, dan standar
pembiayaan. Terdapat 5 (lima) kategori capaian SNP PMP yaitu
menuju SNP 1 (0-2,04), menuju SNP 2 (2,05-3,7), menuju SNP 3
(3,71-5,06), menuju SNP 4 (5,07-6,66), dan SNP (6,67-7). Capaian
skor PMP pendidikan menengah di Sulawesi Tengah dapat dilihat
pada gambar berikut.

Gambar 2.36. Capaian Skor PMP Pendidikan Menengah di Sulawesi Tengah


Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020

Pendidikan menengah di Sulawesi Tengah masuk dalam kategori


capaian menuju SNP 4 dengan rata-rata 5,39. Angka tersebut jika
dirinci lebih lanjut terdiri dari capaian SNP sekolah SMA adalah 5,53
dan SMK 5,25. Capaian SNP sekolah SMA di Sulawesi Tengah paling
tinggi adalah pada standar proses dengan nilai 6,49, sedangkan nilai
paling rendah adalah pada standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa SMA di Sulawesi Tengah

65
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

sangat membutuhkan peningkatan kuantitas dan kualitas guru dan


tenaga kependidikan.
Untuk sekolah SMK, skor paling tinggi sama dengan SMA yaitu
pada standar proses, sedangkan skor terendah adalah standar sarana
prasarana. Hal ini sangat krusial untuk menjadi perhatian dan perlu
solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Minimnya sarana dan
prasarana SMK akan sangat berpengaruh terhadap rendahnya mutu
kualitas lulusan. Lulusan yang mutunya rendah akan mengalami
kesulitan dalam bersaing di pasar kerja sehingga menyebabkan
tingginya angka pengangguran SMK di Sulawesi Tengah, yaitu 13, 55
persen.
Skor kedua terendah PMP SMK adalah standar pendidik dan
tenaga kependidikan dengan nilai 3,39 atau masuk dalam kategori
menuju SNP 2. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dan
kerjasama dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah kekurangan
guru SMK baik dari segi jumlah dan kualitas (kompetensi keahlian).
Saat ini Sulawesi Tengah masih kekurangan guru SMK sebanyak
1.176 yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.
i. Hasil Ujian Nasional
Meskipun ujian nasional tidak lagi menjadi syarat kelulusan,
kebijakan tersebut memiliki makna tersendiri bagi siswa dan sekolah.
Hasil ujian nasional dapat berfungsi sebagai pemetaan yang strategis
bagi sekolah untuk menentukan posisi apakah sekolah tersebut
masuk dalam kategori sangat baik, baik, cukup, atau kurang. Selain
itu hasil ujian nasional juga dapat dimanfaatkan sebagai dasar
seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, serta pembinaan dan
pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Hasil ujian nasional SMA IPA di Sulawesi Tengah 45,96. Angka
tersebut lebih rendah dari rata-rata nasional yaitu 53,00. Untuk SMA
IPS nilainya lebih rendah lagi, yaitu hanya 41,06 dan masih dibawah
rata-rata nasional yaitu 47,42. Hal yang sama juga terjadi pada hasil
ujian nasional sekolah SMK yaitu 41,05. Angka tersebut juga masih

66
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

lebih rendah dari angka nasional yaitu 46,72. Hasil ujian nasional
pendidikan di Sulawesi Tengah Tahun 2019 dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 2.37. Hasil Ujian Nasional


Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020

Hasil ujian nasional sebagaimana yang tercantum dalam gambar


tesrebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan menengah di
Sulawesi Tengah masih tertinggal oleh daerah-daerah maju lainnya yang
ada di Indonesia. Lulusan SMA yang akan melanjutkan studi ke jenjang
yang lebih tinggi di Pulau Jawa ataupun bahkan keluar negeri akan
kalah bersaing dengan lulusan lainnya dari sekolah yang lebih maju.
Jika mereka memutuskan untuk bekerja, khususnya bagi lulusan SMK,
kompetensinya belum sepenuhnya memeuhuhi kualifikasi, sehingga
kalah bersaing dengan lulusan lain dari sekolah yang lebih berkualitas.
Untuk meningkatkan kualitas lulusan pendidikan menengah, ada dua
prioritas yang mendesak untuk diintervensi yaitu ketersediaan guru
dan sarana prasarana yang memadai.
Pelaksanaan ujian nasional merupakan amanat Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 57 yang menyatakan bahwa evaluasi

67
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional


sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik,
lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal
untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Selanjutnya pada
Pasal 58 disebutkan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan
oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan. Evaluasi peserta didik,
satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga
mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk
menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Pasal 61 dinyatakan
bahwa ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan
terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan
setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi.
Pelaksanaan ujian nasional pendidikan menengah di Sulawesi
Tengah sudah 100 persen berbasis komputer atau disingkat dengan
UNBK/CBT-computer- based test. Computer-Based Test bermanfaat
untuk meningkatkan mutu, fleksibilitas dan kehandalan Ujian Nasional;
memperlancar proses pengadaan Ujian Nasional; hasil yang lebih
cepat dan detail kepada siswa, orangtua dan sekolah. Ujian nasional
dimaksudkan untuk membentuk generasi pembelajar yang berintegritas
dan menjadi kebutuhan pemetaan bagi siswa, orangtua, guru, sekolah,
pemerintah dan masyarakat. Pelaksanaan UNBK Tahun 2019-2020
dapat dilakukan secara luas dan terbentuk testing center di daerah.
UNBK dapat dilakukan dengan jadwal yang lebih fleksibel dimana
sekolah dan guru diberikan kesempatan untuk mengarahkan potensi
siswa secara lebih baik. Agar UNBK mendapatkan hasil yang optial maka
soal ujian harus didesain dan dipersipakn dengan baik, pelaksanaan
yang jujur dan kredibel. Hasil ujian nasional dapat dimanfaatkan untuk
peningkatan mutu pendidikan berkelanjutan sehingga tepat mutu, tepat
waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran. Persentase pelaksanaan UNBK
pendidikan menengah di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada gambar
berikut.

68
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Gambar 2.38. Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)


Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020

2.6. PENDIDIKAN TINGGI


Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
mendefinisikan bahwa Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma,
program sarjana, program magister, program doktor, dan program
profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Ilmu Pengetahuan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, adalah rangkaian pengetahuan yang digali,
disusun, dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan
pendekatan tertentu, yang dilandasi oleh metodologi ilmiah untuk
menerangkan gejala alam dan/atau kemasyarakatan tertentu, dan
Teknologi adalah penerapan dan pemanfaatan berbagai cabang Ilmu
Pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan dan
kelangsungan hidup, serta peningkatan mutu kehidupan manusia.

69
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi sebagai bagian yang tak terpi-


sahkan dari penyelenggaraan pendidikan nasional, tidak dapat dilepas-
kan dari amanat Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Repu­
blik Indonesia Tahun 1945. Di samping itu, dalam rangka menghadapi
perkembangan dunia yang makin mengutamakan basis Ilmu Pengeta-
huan, Pendidikan Tinggi diharapkan mampu menjalankan peran strate-
gis dalam memajukan peradaban dan kesejahteraan umat manusia.

a. Jumlah PTN dan PTS di Sulawesi Tengah


Perguruan Tinggi ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: universitas,
institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, dan akademi komunitas.
Data mengenai jumlah perguruan tinggi di Provinsi Sulawesi Tengah
menurut rumpun ilmu dan sistem pendidikannya disajikan pada
gambar berikut ini.

Gambar 2.39. Perguruan Tinggi Berdasarkan Rumpun Ilmu dan Sistem


Pendidikannya di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020

Jumlah keseluruhan perguruan tinggi di Provinsi Sulawesi Tengah


hingga tahun 2019 sebanyak 53 perguruan tinggi, yang terdiri atas
Universitas negeri sebanyak 1, universitas swasta sebanyak 2 unit,
institut sebanyak 1, politeknik 3, kemudian akademi sebanyak 12 dan
sekolah tinggi sebanyak 29.

70
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

b. Program Studi PTN dan PTS di Sulawesi Tengah


Program studi menurut jenjang pendidikan menunjukan bahwa
yang terbanyak adalah program studi sarjana (s1) yakni sebesar 208
program studi, kemudian terbanyak kedua adalah DI-D4 sebanyak
41 program studi, selanjutnya program studi S2 sebanyak 21 program
studi. Program studi lanjutan doctoral (s3) sebanyak 5 program studi
dan yang profesi sebanyak 6 program studi. Data terkait dapat dilihat
pada gambar berikut ini.

Gambar 2.40. Jumlah Program Studi Menurut Jenjang Pendidikan di


Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020

c. APS Pendidikan Tinggi


Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat struktur
kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah. APS yang tinggi
menunjukkan tingginya partisipasi sekolah penduduk usia tertentu.
APS pendidikan tinggi di provinsi Sulawesi tengah, menunjukan
perkembangan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Dimana
pada tahun 2015 sebesar 25,13% dan sampai dengan tahun 2019
sebesar 27,39%. APS pendidikan tinggi Provinsi Sulawesi Tengah
lebih baik dari rata-rata nasional. Dimana nasional hingga tahun
2019 sebesar 25,21%. Data terkait dijelaskan pada gambar berikut ini.

71
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar 2.41. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Tinggi


Provinsi Sulawesi Tengah, Nasional Tahun 2015-2019
Sumber: BPS, 2020

Data APS pendidikan tinggi di Sulampua menunjukan, Provinsi


Sulawesi Tengah berada pada urutan ketujuh, sedangkan yang
tertinggi adalah Provinsi Maluku. Sebaliknya, provinsi dengan APS
pendidikan terendah adalah Provinsi Sulawesi Utara.
Tabel 2.18. Perkembangan APS Pendidikan Tinggi Wilayah Sulampua
Tahun 2015-2019
Tahun
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Maluku 36,6 37,51 38,2 37,82 38,58
2 Sulawesi Selatan 30,64 31,48 32,16 33,72 34,44
3 Papua Barat 29,96 31,45 31,92 30,84 31,48
4 Sulawesi Tenggara 28,89 29,31 30,03 30,01 31,27
5 Maluku Utara 31,25 31,75 32,1 31,36 31,23
6 Gorontalo 28,38 28,98 29,21 30,58 30,97
7 Sulawesi Tengah 25,13 25,57 26,31 27,15 27,39
8 Sulawesi Barat 21,97 22,36 23,49 24,1 23,64
9 Papua 22,55 23,75 24,57 23,37 22,91
10 Sulawesi Utara 21,31 22,82 24,22 21,45 22,55
Indonesia 22,95 23,93 24,77 24,4 25,21
Sumber: BPS, 2020

72
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

d. Rasio dosen dan mahasiswa


Rasio jumlah dosen terhadap jumlah mahasiswa semakin
meningkat setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukan bahwa jumlah
mahasiswa meningkat cukup besar, namun penambahan jumlah
dosen masih rendah. Rasio dosen dan mahasiswa pada tahun 2015
sebesar 16,56 dan hingga tahun 2019 sebesar 24,19. Data terkait
dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 2.19. Rasio Dosen dan Mahasiswa Pendidikan Tinggi Sulawesi Tengah
Tahun 2015-2019
Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Dosen 4.275 4.535 3.312 3.858 3.541
Jumlah Mahasiswa 70.805 69.046 95.064 89.665 85.650
Rasio 16,56 15,23 28,70 23,24 24,19
Sumber: Kemendikbud, 2020

2.7. PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Pada UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, istilah
pendidikan formal, nonformal, dan informal dipergunakan lagi.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang berstruktur dan
berjenjang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan. Jika dicermati dapat dikatakan bahwa
pendidikan sekolah dilaksanakan di jalur pendidikan formal, sedangkan
pendidikan luar sekolah dilaksanakan di jalur pendidikan nonformal
dan informal.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan
majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis (UU Nomor 20
tahun 2003 pasal 26 ayat 4). Di samping itu, dalam dijelaskan pula
bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan

73
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,


usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. (UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 5).
Ditinjau dari segi pelayanan, sasaran PLS adalah melayani anak
usia pra- sekolah (0-6 tahun), anak usia sekolah dasar (7-12 tahun),
usia pendidikan menengah (13-18 tahun), dan perguruan tinggi (19-24
tahun). Ditinjau dari segi sasaran khusus, sasaran PLS adalah mendidik
anak terlantar, anak yatim-piatu, anak korban narkoba, WTS, anak
cacat mental ataupun cacat tubuh. Ditinjau dari segi pranata adalah
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di lingkungan keluarga,
pendidikan perluasan wawasan desa dan pendidikan keterampilan.
Ditinjau dari segi jenis kelamin, sasaran PLS antara lain adalah membantu
masyarakat melalui program PKK, KB, perawatan bayi, peningkatan
gizi keluarga, pengetahuan rumah tangga dan penjagaan lingkungan
sehat. Ditinjau dari segi sistem pengajaran, sasaran PLS adalah sebagai
penyelenggara dan pelaksana program kelompok, organisasi dan
lembaga pendidikan; program kesenian tradisional, ataupun kesenian
modern lainnya yaitu menjadi fasilitator bahkan turut serta dalam
program keagamaan, seperti mengisi pengajaran di majelis taklim, di
pondok pesantren dan bahkan di beberapa tempat kursus. Sasaran PLS
ditinjau dari segi pelembagaan yaitu kemitraan atau bermitra dengan
berbagai pihak penyelenggara program pemberdayaan masyarakat
berkoordinasi dengan desa atau pelaksanaan program pembangunan.
Pendidikan luar sekolah memiliki fungsi dalam kaitan dengan
pendidikan sekolah, dan dalam kaitan dengan dunia kerja serta
kehidupan. Dalam kaitan dengan kegiatan pendidikan sekolah, fungsi
pendidikan luar sekolah adalah sebagai subtitusi, komplemen, dan
suplemen. Dalam kaitan dengan dunia kerja, pendidikan luar sekolah
berfungsi sebagai kegiatan yang menjebatani seseorang masuk kedunia
kerja. Sedangkan dalam kaitan dengan kehidupan, pendidikan
luar sekolah berfungsi sebagai wahana untuk bertahan hidup dan
mengembangkan kehidupan seseorang.
Fungsi pendidikan luar sekolah sebagai subtitusi pendidikan
sekolah. Subtitusi atau pengganti disini mengandung makna bahwa

74
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

pendidikan luar sekolah sepenuhnya menggantikan pendidikan sekolah


bagi peserta didik yang karena berbagai alasan tidak bisa menempuh
pendidikan sekolah. Materi pelajaran yang dberikan adalah sama seperti
yang diberikan di pendidikan sekolah. Contohnya adalah pendidikan
kesetaraan, seperti Paket A setara dengan SD yang disajikan untuk anak
usia 7 – 12 tahun yang tidak memiliki kesempatan masuk SD. Paket B
setara dengan SLTP bagi anak usia 13 – 15 tahun, dan Paket C setara
SMU bagi remaja usia SMU. Setelah peserta didik menamatkan studinya
dan lulus ujian akhir, mereka memperoleh ijazah yang setara (SD, SLTP,
atau SMU).
Fungsi pendidikan luar sekolah sebagai komplemen pendidikan
sekolah. Komplemen berarti pelengkap. Pendidikan luar sekolah
sebagai komplemen adalah pendidikan yang materinya melengkapi apa
yang diperoleh di sekolah. Mengapa materi pendidikan di sekolah masih
harus dilengkapi? Pertama, karena tidak semua hal yang dibutuhkan
peserta didik dalam menempuh perkembangan fisik dan psikisnya
dapat dituangkan dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian,
jalur pendidikan luar sekolah merupakan wahana paling tepat untuk
mengisi kebutuhan mereka. Kedua, memang ada kegiatan-kegiatan atau
pengalaman belajar tertentu yang tidak biasa diajarkan di sekolah, seperti
misalnya olah raga prestasi, belajar bahasa asing di SD, dan sebagainya.
Untuk pemenuhan kebutuhan belajar seperti itu, pendidikan luar sekolah
merupakan saluran yang tepat. Bentuk-bentuk pendidikan luar sekolah
yang berfungsi sebagai komplemen pendidikan sekolah dapat berupa
kegiatan yang dilakukan di sekolah, seperti kegiatan ekstra kulikuler
(pramuka, latihan drama, seni suara). Atau kegiatan yang dilakukan di
luar sekolah. Kegiatan terakhir ini dilakukan oleh lembaga- lembaga
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan masyarakat dalam
bentuk berbagai kursus, kelompok belajar, dan sebagainya.
Fungsi pendidikan luar sekolah sebagai suplemen pendidikan
sekolah. Pendidikan luar sekolah sebagai suplemen berarti kegiatan
pendidikan yang materinya menberikan tambahan terhadap materi
yang dipelajari di sekolah. Sasaran populasi pendidikan luar sekolah
sebagai suplemen adalah anak-anak, remaja, pemuda, atau orang

75
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

dewasa, yang telah menyesuaikan jenjang pendidikan sekolah tertentu


(SD sampai dengan perguruan tinggi). Mengapa mereka membutuhkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap tertentu sebagai tambahan
pendidikan yang diperoleh di sekolah? Pertama, perkembangan ilmu
dan teknologi berlangsung sangat cepat, sehingga kurikulum sekolah
sering ketinggalan. Oleh karena itu, lulusan pendidikan sekolah perlu
menyesuaikan pengetahuan dan keterampilannya dengan perkembangan
ilmu dan teknologi yang terus berkembang. Hal itu dilakukan melalui
wahana pendidikan luar sekolah. Kedua, pada umumnya lulusan
pendidikan sekolah belum sepenuhnya siap terjun ke dunia kerja. Maka
untuk itu lulusan tersebut perlu dibekali dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diminta oleh dunia kerja, melalui pendidikan luar
sekolah. Ketiga, proses belajar itu sendiri berlangsung seumur hidup.
Walaupun telah menamatkan pendidikan sekolah samapai jenjang
tertinggi, seseorang masih perlu belajar untuk tetap menyelaraskan
hidupnya dengan erkembangan dan tuntutan lingkungannya.
Fungsi pendidikan luar sekolah sebagai jembatan memasuki dunia
kerja. Di atas telah disinggung bahwa pendidikan luar sekolah berfungsi
sebagai suplemen bagi lulusan pendidikan sekolah memasuki dunia
kerja. Pendidikan luar sekolah itu berfungsi sebagai jembatan bagi
seseorang memasuki dunia kerja. Seseorang yang telah menyelesaikan
pendidikan keaksaraannya di jalur pendidikan luar sekolah dan dia
belum memiliki pekerjaan, dia memerlukan jenis pendidikan sekolah
yang bisa membawanya ke dunia pekerjaan.
Fungsi pendidikan luar sekolah sebagai wahana untuk bertahan
hidup dan mengembangkan kehidupan. Bertahan hidup haruslah melalui
pembelajaran. Tidaklah mungkin seseorang bisa mempertahankan
hidupnya tanpa belajar mempertahankan hidup. Demikian pula untuk
mengembangkan mutu kehidupannya, seseorang harus melakukan
proses pembelajaran. Belajar sepanjang hayat merupakan wujud
pertahanan hidup dan pengembangan kehidupan. Pendidikan luar
sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan dan belajar sepanjang
hayat yang amat strategis untuk pengembangan kehidupan seseorang.
Dapatlah dikatakan bahwa pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.

76
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pada dasarnya, pendidikan merupakan hak yang sangat mendasar


bagi manusia. Sebagai hak bagi manusia, maka pendidikan berfungsi
untuk mengembangkan dan menjamin kelangsungan hidup suatu
bangsa atau negara. Dalam konteks ini pendidikan berfungsi untuk
pembebasan (kemerdekaan) manusia dari kebodohan, ketertinggalan,
dan eksploitasi. Dengan pendidikan dapat mengembangkan
kemampuan, mutu, dan martabat kehidupan suatu bangsa. Konsep
inilah yang kemudian melahirkan konsep pendidikan untuk semua
(education for all). Karakteristik PLS meliputi tujuan berorientasi
keterampilan, waktu penyelenggaraan singkat, metote partisipatif,
penggunaan sumber-sumber lokal.
PKBM merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh,
dan untuk masyarakat dalam rangka usaha untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan bakat warga masyarakat.
PKBM bertitik tolak dari kebermaknaan dan kebermanfaatan program
bagi warga belajar dengan menggali dan memanfaatkan potensi sumber
daya manusia dan sumber daya alam yang ada di lingkungannya. Melalui
PKBM diharapkan terjadi kegiatan pembelajaran dalam masyarakat
dengan memanfaatkan sarana, prasarana, dan potensi yang ada di
sekitar lingkungan masyarakat, agar masyarakat memiliki kemampuan
dan keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap
hidupnya. Program pembelajaran yang dapat dilaksanakan di PKBM,
diantaranya Kejar Paket A, Kejar Paket B, Kejar Paket C, KBU, PAUD,
Kelompok Pemuda Produktif.
Satuan pendidikan yang sejenis adalah satuan yang tidak termasuk
pada luar satuan yang sudah dijelaskan di atas. Satuan lainnya di
antaranya pesantren, sanggar seni, TKA/TPA.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan
yang ditujukan bagi anak usia dini (0-6 tahun) yang dilakukan
pemberian berbagai rangsangan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan
dalam memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Secara umum dari
program PAUD adalah memberikan dukungan bagi kelangsungan
hidup dan tumbuh kembangnya anak usia dini serta meningkatkan

77
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

pengetahuan,keterampilan dan kesadaran orang tua dan masyarakat


akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
Pendidikan keaksaraan yang dikembangkan saat ini adalah
program keaksaraan fungsional yang pada dasarnya merupakan
suatu pengembangan dari program keaksaraan sebelumnya.
Program keaksaraan fungsional pada dasarnya memiliki tujuan:
(a) Meningkatkan keterampilan membaca, menulis, berhitung dan
juga keterampilan berbicara, berpikir, mendengar dan berbuat; (b)
Memecahkan masalah kehidupan warga belajar melalui kebiasaannya
dalam, menulis, berhitung dan berbuat; (c) Menemukan jalan untuk
mendapatkan sumber-sumber kehidupan sehari-hari warga belajar;
(d) Meningkatkan keberanian warga masyarakat untuk berhubungan
dengan lembaga yang berkaitan dengan kebutuhan belajarnya; (e)
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pembaharuan
agar dapat berpartisipasi dalam perubahan sosial, ekonomi dan
kebudayaan di masyarakat; (f) meningkatkan kesejahteraan keluarga
melalui keterampilan dan kebudayaan di masyarakat.
Dalam menyukseskan program wajib belajar pendidikan dasar
(Wajar Dikdas) 9 tahun, pendidikan kesetaraan melalui pendidikan
nonformal mendapat perhatian cukup tinggi. Hal ini terjadi karena
program wajar dikdas 9 tahun tidak hanya bisa ditangani melalui
pendidikan formal saja. Banyak anak usia sekolah yang tidak dapat
mengikuti pendidikan karena berbagai alasan, di antaranya tidak ada
biaya, harus bekerja membantu orang tua. Mereka terpaksa putus
sekolah baik pada tingkat SD, SLTP maupun SLTA. Program kesetaraan
yang ada di masyarakat yaitu mencakup: kelompok Belajar (Kejar)
Paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C. Kejar Paket A yaitu suatu
upaya belajar dan bekerja secara sadar dan berencana dalam organisasi
kelompok untuk meningkatkan pendidikan warga belajar, sehingga
setara dengan Sekolah Dasar melalui Paket A sebagai media/bahan
belajarnya.
Kelompok Belajar Paket B diselenggarakan bagi sekumpulan warga
belajar untuk memperoleh pendidikan setara SMP. Program Kejar
Paket B, yaitu suatu kegiatan membelajarkan warga masyarakat melalui

78
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

proses belajar dengan menggunakan buku Paket B sebagai sarana belajar


utama, yang isinya terdiri atas pendidikan dasar umum dan pendidikan
keterampilan untuk mengusahakan mata pencaharian. Sementara itu,
Kejar Paket C, yaitu suatu kegiatan membelajarkan warga masyarakat
melalui proses belajar yang setara dengan SMA.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka berikut ini
dideskripsikan capaian pendidikan luar sekolah di Provinsi Sulawesi
Tengah sampai tahun 2019.
Dapat dikemukakan bahwa perkembangan lembaga pendidikan luar
sekolah/pendidikan non formal di Sulawesi Tengah telah berkembang
dengan sangat baik. Lembaga pendidikan masyarakat (Dikmas) seperti
Pusat kegiatan belajar masyaraat (PKBM), sanggar kegiatan belajar
(SKB) dan Lembaga Kursus dan pelatihan (LKP), baik yang diinisiasi
oleh pemeritah maupun oleh masyarakat telah berkembang dengan
baik. Bahkan untuk LKP sebagian besar dikembangkan dan diinisiasi
oleh masyakarat dibandingkan oleh pemerintah. Sedangkan SKB pada
umumnya dikembangkan oleh pemerintah.

Gambar 2.42. Status Lembaga Pendidikan Masyarakat di Sulawesi Tengah


Sumber: Statistika Pendidikan Kemasyarakatan (Dikmas), Kemdikbud, 2019 (diolah kembali)

79
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar 2.43. Status Kepegawaian Tenaga Pendidik Pendidikan Masyarakat


di Sulawesi Tengah
Sumber: Statistika Pendidikan Kemasyarakatan (Dikmas), Kemdikbud, 2019 (diolah kembali)

Gambar di atas menunjukan bahwa jumlah tenaga pendidikan di


lembaga pendidikan masyarakat pada PKBM lebih banyak jumlahnya
dibandingkan dengan tenaga pendidik di lembaga SKB dan LKP.
Terlihat bahwa tenaga pendidik di LKP lebih banyak dan dominan
bukan sebagai PNS (non PNS)

Gambar 2.44. Jumlah Pendidik PLS Berdasarkan Jenis Kelamin di Sulawesi


Tengah
Sumber: Statistika Pendidikan Kemasyarakatan (Dikmas), Kemdikbud, 2019 (diolah kembali)

80
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Gambar di atas menunjukan bahwa pada pendidikan masyarakat,


tenaga pendidik laki laki maupun perempuan tidak jauh berbeda
jumlahnya. Hal ini dapat diduga bahwa pelaksanaan pendidikan di
masyaraat memang aspek perbedaan gender tidak terlalu menjadi
masalah. Hal ini terlihat dari perbandingan jumlah pendidik laki-laki
maupun perempuan.

Gambar 2.45. Tenaga Pendidik PNF Berdasarkan Ijazah Tertinggi di Su-


lawesi Tengah
Sumber: Statistika Pendidikan Kemasyarakatan (Dikmas), Kemdikbud, 2019 (diolah kembali)

Gambar di atas menunjukan bahwa, perkembangan jumlah pendidik


di lembaga pendidikan masyarakat, baik di PKBM, SKB maupun di
LKP masih dominan lulusan dibawah sarjana. Hal ini mengindikasikan
bahwa tenaga pendidik di pendidikan masyarakat diambil dari warga
masyarakat setempat yang berminat mengabdikan sebagai tenaga
pendidik secara sukarela.

81
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Tabel 2.20. Jumlah Lembaga PLS di Sulawesi Tengah Tahun 2020


LKP PKBM SKB
No. Nama Lembaga TOTAL
N S JML N S JML N S JML
1 Kab. Banggai
0 2 2 0 12 12 1 0 1 15
Kepulauan
2 Kab. Donggala 0 5 5 0 33 33 2 0 2 40
3 Kab. Poso 0 8 8 0 8 8 1 0 1 17
4 Kab. Banggai 0 20 20 0 15 15 1 0 1 36
5 Kab. Buol 0 7 7 0 6 6 1 0 1 14
6 Kab. Tolitoli 0 5 5 0 10 10 1 0 1 16
7 Kab. Morowali 0 1 1 0 11 11 1 0 1 13
8 Kab. Parigi
0 14 14 0 30 30 1 0 1 45
Moutong
9 Kab. Tojo Una-Una 0 11 11 1 15 16 1 0 1 28
10 Kab. Sigi 0 61 61 1 24 25 1 0 1 87
11 Kab. Banggai Laut 0 3 3 0 8 8 1 0 1 12
12 Kab. Morowali
0 2 2 0 15 15 0 0 0 17
Utara
13 Kota Palu 0 66 66 0 9 9 2 0 2 77
TOTAL 0 205 205 2 196 198 14 0 14 417
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020

Tabel di atas menunjukan bahwa perkembangan dan kondisi


lembaga pendidikan masyarakat di tiap-tiap kabupaten dan kota di
Sulawesi Tengah pada tahun 2020, pada lembaga PKBM, SKB dan LKP
mengalami perkembangan yang menggembirakan. Inisiatif warga
masyarakat dalam mengembangkan pendidikan masyarakat (PLS)
berkembang dengan baik. Terlihat bahwa pemerintah sangat dominan
mengembangakan dikmas melalui SKB dan PKBM sedangkan
masyarakat lebih banyak mengembangkan dikmas melalui LKP dan
PKBM.

82
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tabel 2.21. Kondisi Keadaan Lembaga Pendidikan Masyakarat di Sulawesi


Tengah Tahun 2019
No Aspek Lembaga Dikmas PKBM SKB LKP
1 Satuan pendidikan 390 175 14 201
2 Warga belajar 23162 15786 2967 4409
3 Kepala sekolah 53 29 4 20
4 Pendidik 668 456 66 146
5 Tenaga kependidikan 14 9 2 3
6 PTK 735 494 72 169
7 Rombongan belajar 1290 671 219 400
8 Ruang kelas 623 398 39 186
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel 2.22. Lembaga Pendidikan Masyarakat di Sulawesi Tengah Tahun


2019/2020
PKBM SKB LKP Lembaga Dikmas
Negeri 1 14 0 15
Swasta 174 0 201 375
Jumlah 175 14 201 390
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel 2.23. Kepemilikan Lembaga Pendidikan Masyarakat di Sulawesi


Tengah Tahun 2019/2020
PKBM SKB LKP
Pemda 11 13 10
Yayasan 66 0 35
Lainnya 98 1 156
Jumlah 175 14 201
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

83
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Tabel 2.24. Akreditasi Lembaga Pendididikan Kemasyarakatan di Sulawesi


Tengah Tahun 2019
Lembaga Dikmas PKBM SKB LKP
Akreditasi A 4 1 0 3
Akreditasi B 23 5 1 17
Akreditasi C 33 11 0 22
Terakreditasi 7 1 0 6
Belum terakreditasi 0 0 0 0
Tidak terakreditasi 323 157 13 153
Jumlah 390 175 14 201
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel di atas menunjukan bahwa masih banyak lembaga dikmas


(PNF) yang tidak terakreditasi, bahkan masih dominan dari yang
ada. Hal ini mengindikasikan bahwa tatakelola PNF masih belum
terkelola dengan baik. Oleh karena itu, akan menjadi penting untuk
dikembangkan program tata kelola lembaga PNF /PLS di Sulawesi
Tengah.

Gambar 2.46. Kondisi Lembaga Pendidikan Masyarakat di Sulawesi Tengah


Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

84
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Kondisi lembaga penyelenggara PNF di Sulawesi Tengah dari tahun


2018 dan 2019 mengalami penurunan jumlah. Hal ini mengindikasikan
bahwa baik PKBM maupun LKP yang dikelola oleh masyarakat masih
memerlukan pembinaan dan dukungan pembinaan pengelolaan satuan
pendidikan.
Gambar di bawah ini menunjukan bahwa warga belajar di lembaga
PNF di Sulawesi tengah tahun 2019 menunjukan jumlah yang merata
antara warga belajar laki laki dan perempuan di ketiga lembaga yakni
PKBM, SKB dan LKP. Hal ini mengindikasikan bahwa minat warga
masyaraat Sulawesi tengah untuk aktif dan partisipasi belajar di lembaga
PNF sudah semakin membaik.

Gambar 2.47. Jumlah Warga Belajar di Lembaga Pendidikan Masyarakat di


Sulawesi Tengah
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel di bawah ini menunjukan bahwa sebaran peserta warga


belajar pada layanan pendidikan yang dilaksanakan oleh PKBM, SKB
dan LKP di Sulawesi tengah terutama pada aspek paket A, B dan C lebih
banyak PKBM yang diminati warga masyarakat. Sedangkan pada LKP,
lebih diminati warga untuk belajar aspek keterampilan hidup.

85
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Tabel 2.25. Jumlah Warga Belajar di Lembaga Dikmas di Sulawesi tengah


Tahun 2019
PKBM SKB LKP
Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

Paket A 439 385 824 90 68 158 0 0 0


Paket B 2461 1759 4220 334 235 569 0 0 0
Paket C
IPS
5577 4214 9791 785 662 1447 0 0 0

Paket C
IPA
37 37 74 0 0 0 0 0 0

PAUD 0 0 0 68 65 133 0 0 0
Kursus 195 320 515 31 209 240 961 3381 4342
TBM 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Life Skill 0 41 41 0 0 0 0 20 20
Keaksaraan 229 92 321 205 215 420 7 40 47
Jumlah 8938 6848 15786 1513 1454 2967 968 3341 4409
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel di bawah ini menunjukan bahwa paket A sangat diminati oleh


warga belajar yang tidak lulus jenjang Sekolah dasar untuk melanjutkan
belajar yang difasilitasi oleh PKBM dan SKB. Kondisi ini mengindikasikan
bahwa warga belajar mengikuti paket A lebih banyak di pedesaan.
Tabel 2.26. Warga Belajar Paket A di Lembaga Pendidikan Masyarakat di
Sulawesi Tengah Tahun 2019
PKBM SKB
Paket A
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
< 7 tahun 0 0 0 5 7 12
7 - 12 tahun 9 15 24 40 21 61
13 - 21 tahun 197 113 310 26 10 36
> 21 tahun 233 257 490 19 30 49
Jumlah 439 385 824 90 68 158
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel di bawah ini menunjukan bawa warga belajar yang ikut


paket B setara SMP lebih banyak diikuti oleh warga masyarakat yang
putus sekolah dan melanjutkan di lembaga PNF PKBM dan SKB yang
dilaksanakan oleh pemerintah atau yayasan yang ada. Usia warga belajar
lebih didominasi oleh usia di atas 13 tahun.

86
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tabel 2.27. Warga Belajar Paket B di Lembaga pendidikan Masyarakat di


Sulawesi Tengah Tahun 2019
PKBM SKB
Paket B
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
< 13 tahun 5 4 9 8 3 11
13 _ 15 tahun 212 138 350 48 24 72
16 - 21 tahun 987 595 1582 115 64 179
> 21 tahun 1257 1022 2279 163 144 307
Jumlah 2461 1759 4220 334 235 569
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel di bawah ini menunjukan bahwa warga belajar yang ikut paket
C setara SMA lebih banyak diikuti oleh warga masyarakatyang putus
sekolah di jenjang SMA karena situasi dan kondii ekonomi dan kondisi
lingkungan. Penyelenggaraan yang dilakjukan oleh PKBM dan SKB
sangat dirasakan manfaatnya oleh warga masyaraat untuk melanjutkan
belajar dengan paket C ini.
Hal ini mengindikasikan bahwa para warga belajar ikut paket c
umumnya untuk memenuhi persyaratan untuk bekerja.
Tabel 2.28. Warga Belajar Paket C di Lembaga pendidikan Masyarakat di
Sulawesi Tengah Tahun 2019
PKBM SKB
Paket C
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
< 16 tahun 38 29 67 4 1 5
16 _ 18 tahun 557 472 1029 100 70 170
19 - 21 tahun 1206 907 2113 197 179 376
> 21 tahun 3813 2843 6656 484 412 896
Jumlah 5614 4251 9865 785 662 1447
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Gambar di bawah ini menunjukan bahwa pendidik di pendidikan


masyarakat (PNF) di suteng tahun 2019 antar laki laki dna perempuan
relative tidak jauh berbeda jumlahnya. Meskipun demikian, jumlah
tenaga pendidikan PNF di PKBM jumlahnya lebih banyak daripada di
SKB dan LKP.

87
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar 2.48. Jumlah Pendidik PNF di Sulawesi Tengah


Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel di bawah menunjukan bahwa ijasah yang dimilikim oleh


pendidik di PNF di Sulteng tahun 2019 sudah didominasi oleh lulusan
sarjana. Hal ini mengindikasikan bahwa secara intelektualitas pendidik
di PNF sudah memadai. Bahkan semakin banyak yang sudah lulus
program pascasarjana (magister).
Tabel 2.29. Ijazah Terakhir Pendidik PNF/PLS di Sulawesi Tengah Tahun
2019
PKBM SKB LKP
Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

< SM 17 20 37 1 1 2 6 30 36
Diploma 14 6 20 1 0 1 4 4 8
Sarjana 99 128 227 17 26 43 14 23 37
S2/S3 5 7 12 1 1 2 6 4 10
Lainnya 95 103 198 11 13 24 33 45 78
Jumlah 230 264 494 31 41 72 63 106 169
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Status kepegawaian pendidik di PNF di Sulawesi tenga pada Tahun


2019 terlihat di table bawah ini. Ini menujukan bahwa tenaga pendidik
yayasan, non PNS dan honor masih banyak di lembaga PNF di Sulawesi
tengah. Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga pendidik di lembaga PNF
atas dorongan pribadi dan pengabdian yang baik dari para pendidik.

88
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tabel 2.30. Status Kepegawaian Tenaga Pendidik PNF di Sulawesi Tengah


Tahun 2019
Status PKBM SKB LKP
Kepegawaian Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

PNS 31 15 46 17 13 30 5 2 7
PNS
diperbantukan
0 0 0 0 0 0 0 0 0

PNS
Dep. Agama
0 0 0 0 0 0 0 0 0

Guru Tetap
Yayasan
47 67 114 0 2 2 18 26 44

Honor Daerah
Provinsi
1 0 1 0 0 0 0 0 0

Honor Daerah
Kab/Kota
21 16 37 0 2 3 2 7 9

Guru Bantu
Pusat
0 1 1 0 0 0 0 0 0

Guru Honor
Sekolah
78 113 191 9 13 22 8 21 29

Tenaga Honor
Sekolah
26 40 66 4 9 13 10 10 20

CPNS 0 0 0 0 1 1 0 0 0
Pegawai
Honor Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lainnya
Lainnya 26 12 38 0 1 1 20 40 60
Jumlah 230 264 494 31 41 72 63 106 169
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel 2.31. Status Kepegawaian Tenaga Pendidik PNF di Sulawesi Tengah


Tahun 2019
Status PKBM SKB LKP
Kepegawaian Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

PNS 31 15 46 17 14 31 5 2 7
Yayasan 47 67 114 0 2 2 18 26 44
Jumlah 78 82 160 17 16 33 23 28 51
Tidak Tetap 152 182 334 14 25 39 40 78 118
Jumlah 230 264 494 31 41 72 63 106 169
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Kategori pendidik di lembaga penyelenggara PNF di Sulawesi tenagh


tahun 2019 menunjukan bahwa antara pendidik perempuan dan laki
laki tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini mengindikasikan
bahwa layanan yang diberikan pendidik laki laki dan perempuan di
lembaga penyelenggara PNF tidak berbeda.

89
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Tabel 2.32. Kategori Pendidik dan Tenaga Kependidikan PNF di Sulawesi


Tengah Tahun 2019
Status PKBM SKB LKP
Kepegawaian Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

Kepala Sekolah 21 8 29 3 1 4 7 13 20
Pendidik 201 255 456 27 39 66 55 91 146
Tenaga
Kependidikan
8 1 9 1 1 2 1 2 3

Jumlah 230 264 494 31 41 72 63 106 169


Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Kelompok usia pendidik di lembaga PNF yang ada di Sulawesi


tengah Tahun 2019 menunjukan bahwa pendidik umumnya pada usia
produktif dan lebih banyak berusia antara 30 – 39 tahun dan 40 -49
tahun, baik di PKBM, SKB maupun di LKP. Hal ini mengindikasikan
bahwa layanan yang diberikan oleh pendidik di PNF masih memebrikan
peluang baik untuk terus dikembangkan lagi kea rah mutu pendidikan
yang lebih baik. Meskipun demikian, memang harus disadari bahwa
pendidik di PNF perlu terus didorong untuk kepangkatannya agar
memiliki kompetensi dan sertifikasi yang memadai. Karena masih
banyak pendidik yang belum disertifikasi baik di PKBM, SKB maupun
di LKP.
Tabel 2.33. Kelompok Usia dan Tenaga Kependidikan PNF di Sulawesi
Tengah Tahun 2019
Kelompok PKBM SKB LKP
Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

< 19 tahun 2 2 4 0 0 0 0 0 0
20 - 29 tahun 32 75 107 4 15 19 25 31 56
30 - 39 tahun 77 110 187 10 14 24 14 27 41
40 - 49 tahun 74 57 131 7 7 14 19 31 50
50 -59 tahun 35 18 53 10 5 15 3 14 17
> 60 tahun 10 2 12 0 0 0 2 3 5
Jumlah 230 264 494 31 41 72 63 106 169
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

90
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tabel 2.34. Kategori Golongan PTK PNF di Sulawesi Tengah Tahun 2019
PKBM SKB LKP
Golongan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

PNS Gol I 2 1 3 0 0 0 1 0 1
PNS Gol II 8 1 9 1 3 4 0 0 0
PNS Gol III 14 12 26 10 10 20 4 1 5
PNS Gol IV 7 1 8 6 1 7 0 1 1
Jumlah 31 15 46 17 14 31 5 2 7
Non PNS 199 249 449 14 27 41 58 104 162
Jumlah 230 264 494 48 55 103 63 106 169
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel 2.35. PTK Disertifikasi PNF di Sulawesi Tengah Tahun 2019


PKBM SKB LKP
Kategori
Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

Sudah
disertifikasi
1 0 1 0 0 0 0 3 3

Belum
disertifikasi
229 264 493 31 41 72 63 103 166

Jumlah 230 264 494 31 41 72 63 106 169


Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

Tabel 2.36. Masa Kerja Pendidik PNF di Sulawesi Tengah Tahun 2019
PKBM SKB LKP
Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

< 1 tahun 117 157 275 15 23 38 29 53 82


2 - 4 tahun 55 68 123 8 7 15 18 24 42
5 - 9 tahun 18 14 32 1 3 4 7 17 24
10 - 19 tahun 17 6 23 3 6 9 4 8 12
20 - 29 tahun 3 0 3 3 1 4 0 0 0
30 - 39 tahun 4 1 5 1 0 1 0 0 0
> 40 tahun 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lainnya 16 18 34 0 1 1 5 4 9
Jumlah 230 264 494 31 41 72 63 106 169
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

91
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Tabel 2.37. Rasio Pendidikan Non Formal di Sulawesi Tengah Tahun 2019
Rasio
Rasio WB Rasio
Rasio WB Rasio WB Pendidik
per Satuan Rombel per
per Rombel per Pendidik per Satuan
Pendidkan Ruan Kelas
Pendidikan
PKBM 90.21 23.53 34.62 2.61 1.69
SKB 211.93 13.55 44.95 4.71 5.62
LKP 21.94 11.02 30.2 0.73 2.15
Rata-rata 59.39 17.96 34.67 1.71 2.07
Sumber: Statistika Pendidikan Masyarakat, Kemdikbud 2019/2020

2.8. PENDIDIKAN LUAR BIASA


Pembahasan mengenai PLB di Indonesia selalu terkait dengan
pendidikan bagi peserta didik yang berkelainan, meskipun konsep luar
biasa sesungguhnya tidak hanya berkenaan dengan penyandang kelainan
semata, tetapi juga yang dikaruniai keunggulan. Oleh karena kekeliruan
persepsi mengenai peserta didik luar biasa maka PLB menjadi identik
dengan pendidikan bagi peserta didik yang menyandang cacat, dan SLB
menjadi identik dengan sekolah khusus bagi peserta didik cacat atau
yang menyandang ketunaan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 72 Tahun 1991 Tentang PLB, di Indonesia memiliki 5 jenis SLB,
yaitu SLB-A untuk tunanetra, SLB-B untuk tunarungu, SLB-C untuk
tunagrahita, SLB-D untuk tunadaksa, dan SLB-E untuk tunalaras.
Penambahan SLB oleh pemerintah, apalagi untuk saat ini sangat
tidak mungkin, karena biayanya yang mahal jika dibandingkan
dengan biaya untuk mengadakan sekolah reguler. Belum lagi kalau
pendidikannya dilaksanakan dengan pola asrama, hal ini biaya untuk
kelangsungan operasionalnya menjadi sangat tinggi. Sistem pendidikan
segregatif (SLB) pada dasarnya sangat tidak membantu perkembangan
sosial dan emosi peserta didik, sehingga tetap sulit bagi anak luar biasa
yang sudah tamat dari SLB untuk dapat diterima di masyarakat. Hal ini
merupakan akibat dari adanya penyederhanaan strategi pembelajaran
yang tidak memperhitungkan bahwa pergaulan antar peserta didik
dalam komunitasnya merupakan bentuk proses pembelajaran natural
yang seharusnya tidak boleh diabaikan.

92
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

PLB, pendidikan khusus, dan ortopedagogik memiliki makna yang


sama, yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus
anak dengan kebutuhan khusus. Dalam perkembangan selanjutnya,
konsep PLB tidak terbatas pada pendidikan bagi penyandang cacat
tetapi juga bagi anak berkelainan pada umumnya, termasuk anak gifted
and talented.
Di Indonesia sering terjadi kekacauan dalam penggunaan konsep
PLB. Konsep PLB sering disalah artikan dengan konsep SLB; seolah-
olah PLB identik dengan SLB. Kekacauan ini terjadi karena kekeliruan
persepsi tentang pendidikan (education) yang sering dipandang identik
dengan persekolahan (schooling). PLB merupakan suatu bentuk layanan
pendidikan bagi peserta didik luar biasa, baik yang diselenggarakan di
sekolah reguler, SLB, di dalam keluarga, maupun di luar sekolah seperti
di rumah sakit, di kelompok bermain, di TK, atau di tempat penitipan
anak. SLB hanya suatu sekolah khusus yang memberikan layanan PLB,
yang biasanya khusus untuk jenis anak dengan kebutuhan khusus
tertentu.
Kecenderungan baru PLB di Indonesia adalah pendidikan yang
inklusif. Persepsi orang mengenai pendidikan inklusif bermacam-
macam. Konsep pendidikan inklusif pada mulanya merupakan antitesis
dari penyelenggaraan PLB yang segregatif dan eksklusif. Dalam
konsep PLB, pendidikan inklusif diartikan sebagai penggabungan
penyelenggaraan PLB dan pendidikan reguler dalam satu sistem
pendidikan yang dipersatukan.
Dalam sistem pendidikan yang segregatif eksklusif, anak
dikelompokkan ke dalam dua kategori, normal dan berkelainan.
Anak berkelainan terbagi lagi ke dalam dua kelompok kategori, yang
menyandang ketunaan dan yang dikaruniai keunggulan. Sebagai
konsekuensi yang dikotomis semacam itu maka anak normal masuk
ke sekolah reguler sedangkan anak berkelainan yang tergolong
penyandang ketunaan (tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
dan tunalaras) masuk ke SLB. Adapun anak berkelainan yang tergolong
unggul dimasukkan ke sekolah unggul atau kelas unggulan.

93
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Dengan adanya pergeseran paradigma pendidikan khusus, dari


dominasi segregasi ke inklusif, bukan berarti SLB yang ada saat ini
ditiadakan, melainkan SLB harus merubah visinya. Pertama, keluaran
SLB memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan berintegrasi dengan
masyarakat pada umumnya. Kedua, SLB di samping tetap melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya perlu dikembangkan menjadi pusat sumber
bagi sekolah penyelenggara inklusif di sekitarnya.
Selama kurun waktu tahun 2016-2019, perkembangan pembangunan
pendidikan luar biasa di Provinsi Sulawesi Tengah sangat berkembang
dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan semakin bertambahnya jumlah
SLB, siswa rombongan beajaar dan jumlah ruang kelas yang disediakan.
Terlihat pada table di bawah ini bahwa setiap tahun dari aspek
penambahan ruang kelas terus bertambah dan dibangun. Selain itu,
jumlah SLB yang dibangun bertambah setiap tahun. Ini menunjukan
kmitemen pemerintah daerah untuk memberikan layanan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus di Sulawesi Tengah sudah baik. Namun
demikian, apabila dilihat dari kondisi tenaga pendidik dan pengelolaan
SLB, terlihat masih belum optimal dan masih banyak pendidik di SLB
yang belum berlatar belakang pendidikan luar biasa. Akibatnya, pada
proses pembelajaran yang kurang optimal.
Tabel 2.38. Capaian dan Keadaan PLB di Sulteng 2016-2019
Tahun
No.
2016/2017 2017/2018 2018/2019 2019/2020
1 Sekolah 22 23 25 28
2 Siswa baru 312 328 258 304
3 Siswa 1276 1393 1376 1424
4 Mengulang 42 31 30
5 Putus sekolah - 4 14 50
6 Lulusan 22 68 71
7 Kepala Sekolah + guru 235 241 269 260
8 Tenaga kependidikan 35 44 45 43
9 Rombongan belajar 339 309 300 333
10 Ruang kelas 220 268 268 350
Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

94
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Gambar 2.49. Jumlah Sekolah Luar Biasa di Sulawesi Tengah Tahun 2016-
2020
Sumber: Statitisk PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

Gambar di atas menunjukan bahwa jumlah sekolah luar biasa di


Sulawesi Tengah pada tahun 2017 sampai tahun 2019 tidak bertambah
sekolah negeri, tetapi untuk sekolah swasta ada penambahan 2 sekolah
pada tahun 2017 -2018. Hal ini menunjukan bahwa pasrtisipasi pihak
swasta dalam membangun SLB di Sulawesi tengah sudah baik.
Pada gambar di bawah ini, terlihat bahwa jumlah siswa baru SLB di
Sulawesi tengah dari tahun 2016- 2019 mengalami fluktuatif yang cukup
tinggi. Adanya fluktuatif siswa baru SLB ini dapat diduga karena masih
minimnya pemahaman orangtua terhadap anak berkebutuhan khusus
untuk bersekolah. Apalagi banyak ABK yang jauh dari lokasi SLB di
Sulawesi Tengah.

Gambar 2.50. Jumlah Siswa Baru SLB di Sulawesi Tengah Tahun 2016-2019
Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

95
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar di bawah ini menunjukan bahwa jumlah siswa baru di


jenjang sekolah dasar masih banyak dibandingkan dengan jumlah
siswa SLB di jenajnagn SMP dan SM. Hal ini menunjukan bahwa
anaka berkebutuhan khusus usia di bawah 12 tahun masih banyak
dan sudah memasuki usia sekolah. Namun demikian, terlihat adanya
fluktuatif kepesertaan di SLB, karena diduga keengganan orangtua
untuk menyekolahkan anak ke SLB yang ada. Menjadi tantangan bahwa
akses ke SLB di kabuoaten dan kota di Sulawesi Tengah untuk dapat
menampung anak berkebutuhan khusus yang terdata.

Gambar 2.51. Jumlah Siswa Baru PLB di Sulawesi Tengah Tahun 2016-2019
Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

Gambar di bawah ini, menunjukan bahwa jumlah siswa yang


bersekolah di SLB yang ada di Sulawesi tengah untuk jenjang usia SD
dan SMP masih tergolong banyak. Untuk jenjang usia SD, siswa yang
terdaftar sebagai siswa SLB mengalami perkembangan dari tahun 2016
yang berjumlah 1276 orang menjadi 1424 orang siswa pada tahun 2019.
Sedangkan untuk siswa SLB usia SMP dari 940 orang pada tahun 2016
menjadi 1102 pada tahun 2017 dan 1005 pada tahun 2018 dan menurun
kembali menjadi 958 orang pad tahun 2019.

96
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Gambar 2.52. Jumlah Siswa PLB di Sulawesi Tengah Tahun 2016-2019


Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

Pada gambar di bawah ini, menunjukan bahwa jumlah siswa SLB


di Sulawesi tengah dari tahun 2016 – 2019, masih didominasi oleh SLB
negeri apabila dibandingkan dengan SLB swasta. Dapat diduga bahwa
kebanyakan orangtua ABK lebih menyukai mendaftarkan anaknya
ke SLB negeri dibandingkan ke SLB swasta karena faktor biaya. SLB
negeri yang lebih lengkap fasilitasnya dibandingkan dengan SLB swasta
menjadi pertimbangan lainnya dari orangtua memilih SLB negeri.

Gambar 2.53. Jumlah Siswa SLB di Sulawesi Tengah Tahun 2016-2019


Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

97
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Tabel di bawah ini menunjukan bawa jumlah siswa berdasarkan


jenis ketunaan yang terdaftar sebagai siswa di SLB di Sulawesi Tengah
sudah mulai dapat terlayani dengan baik dengan lebih terfokus pada
layanan untuk mendorong kemandirian siswa dalam beragam ketunaan
yang diiliki. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah telah
memberikan upaya yang baik dalam memberikan layanan kepada anak
berkebutuhan khusus di SLB yang ada di Sulawsi Tengah. Jumlah siswa
yang terdaftar yang fluktuatif tiap tahunnya menunjukan bahwa aspek
pendataan anak berkebutuhan khususn di Sulawesi Tengah menjadi
penting untuk terus dilakukan agar dapat terdata dengan valid sehingga
dapat bersekolah dengan baik di SLB.
Tabel 2.39. Jenis Ketunaan Siswa SLB di Sulawesi Tengah Tahun 2016-2019
Tahun
2016/2017 2017/2018 2018/2019 2019/2020
Jumlah 52 42 58 65
Tunanetra Negeri 41 42 44 48
Swasta 11 14 17
Jumlah 227 225 251 288
Tunarungu Negeri 154 204 178 202
Swasta 73 21 73 86
Jumlah 704 321 699 736
Tuna grahita Negeri 522 249 492 490
Swasta 182 72 207 246

Jumlah 111 39 112 106


Tunadaksa Negeri 87 34 88 77
Swasta 24 5 24 29
Jumlah 101 6 4 141
Autis Negeri 70 6 3 84
Swasta 31 1 57
Jumlah 81 158 252 88
Tuna ganda Negeri 66 124 200 57
Swasta 15 34 52 31
Jumlah 1276 791 1376 1424
Jumlah Negeri 940 659 1005 958
Swasta 336 132 371 466
Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

98
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pada gambar di bawah ini menunjukan bahwa jumlah tenaga


pendidik (kepala sekolah dan guru) SLB di Provinsi Sulawesi Tengah
antara guru di SLB negeri dan guru di SLB swasta, masih terjadi
perbedaan jumlah yang signifikan. Terlihat bahwa guru SLB di SLB
negeri lebih banyak dari SLB swasta. Hal ini mengindikasikan bahwa
perkembangan SLB swasta yang ada tiap tahunnya tidak diiringi dengan
rekrutmen tenaga pendidik. Justru masih banyak guru SLB negeri yang
ikut membantu menndidik di SLB swasta yang ada.

Gambar 2.54. Jumlah Kepala Sekolah dan Guru SLB di Sulawesi Tengah
Tahun 2016-2019
Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

Gambar di bawah ini menunjukan bahwa status Guru SLB di


Sulawesi tengah tahun 2016-2019 sangat variatif, meskipun guru SLB
berstatus PNS masih lebih banyak dibandingkan dengan status guru
yayan maupun guru tidak tetap. Hal ini dapat diduga bahwa untyuk
merekrut guru oleh yayasan atau memberikan honor bagi guru tidak
tetap masih mengalami kesulitan oleh SLB swasta. Selain itu, dapat
diduga masih kesulitan dirasakan oleh SLB untuk merekrut guru SLB
yang tetap, karena latar belakang PLB yang minim di Sulawesi tengah.

99
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar 2.55. Status Guru SLB di Sulawesi Tengah Tahun 2016-2019


Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

Gambar di bawah ini menunjukan bahwa status kepegawaian guru


SLB di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh guru Non PNS. Hal ini
memang diakui bahwa untuk menjadi guru SLB berstatus PNS sangat
sulit di Sulawesi tengah. Hal ini karena pola rekrutmen baru sebagai
guru SLB masih terkendala dengan minat untuk mengabdi di SLB
masih manim, karena umumnya guru SLB yang tersedia berasal dari
wilayah Sulawesi Tengah. Sedangkan, guru SLB yang PNS umumnya
sudah memiliki golongan pangkat III dan IV sudah lebih banyak. Ini
artinya para guru SLB telah memiliki pengalaman mengabdi sebagai
PNS yang sudah lumayan lama.

Gambar 2.56. Status Kepegawaian Pendidik SLB di Sulawesi Tengah Tahun


2016-2019
Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

100
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Gambar di bawah ini menunjukan bahwa jumlah pendidika di SLB


yang ada di Sulawesi tengah baik di SLB negeri maupun swasta yang
berijasah sarjana dan pascasarajan lebih banyak dibandingkan dengan
guru SLB yang belum sarjana. Ini artinya kemampuan intelektual guru
SLB yang ada telah memadai, meskipun belum tentu berlatar belakang
pendidikan PLB. Oleh karena itu, akna lebih baik jika terus dilakukan
pembinaan melalui pelatihan-pelatihan bagi guru SLB dalam proses
pembelajaran di SLB terbaru agar tidak ketinggalan dalam mendorong
potensi siswa di SLB.

Gambar 2.57. Pendidik SLB Berdasarkan Ijasah Tertinggi di Sulawesi


Tengah Tahun 2016 - 2019
Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

Gambar di bawah ini menunjukan bahwa guru SLB di Sulawesi


Tengah dari tahun 2016 – 2019 pada umumnya berada pada kategori usia
produktif. Untuk guru yang berusia dibawah 3o tahun setiap tahunnya
meningkat. Pada tahun 2016 guru SLB yang berusia dibawah 30 tahun
berjumlah 51 orang, bertambah menjadi 64 orang pada tahun 2019.
Demikian pula guru SLB yang berusia 51-55 tahun pada tahun 2016
berjumlah 27 orang menjadi 58 orang pada tahun 2019. Dilihat dari
usia, guru SLB yang berusai lebih dari 56 tahun pun semakin bertambah
setiap tahun nya. Pada tahun 2016 ada 4 orang yang berusia lebih dari
56 tahun dan pada tahun 2019 terdapat 24 orang. Hal ini berimplikasi
terhadap pentingnya rekrutmen baru guru SLB agar yang pension akan
segera tergantikan dengan guru SLB yang baru.

101
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Gambar 2.58. Jumlah Guru SLB Berdasarkan Usia di Sulawesi Tengah


Tahun 2016-2019
Sumber: Statistik PLB Kemendikbud, 2016-2019 (diolah kembali)

102
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI
SULAWESI TENGAH

3.1. STRATEGI
Beberapa strategi yang ditawarkan sebagai solusi atas permasalahan
dan isu-isu strategis pengembangan sumber daya manusia Pendidikan
di Provinsi Sulawesi Tengah yakni sebagai berikut.
3.1.1. STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Pengembangan Pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah menjadi
langkah untuk percepatan pembangunan daerah Sulawesi Tengah.
Percepatan pengembangan Pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah
akan menerapkan pembangunan yang selaras dengan konteks Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. Grand desain transformasi
pengembangan Pendidikan di Sulawesi Tengah dilakukan secara
komprehensif di semua jenjang pendidikan, jenis pendidikan (formal
dan informal), dan sektor pendidikan yang sejalan dengan skenario
pengembangan wilayah Sulawesi Tengah ke depan.
Pengembangan pendidikan Sulawesi Tengah adalah bagian dari
proses dan tujuan dalam pembangunan pendidikan secara nasional.
Oleh karena itu, paradigma percepatan Pendidikan yang berkembang
di daerah saat ini, sangat dipengaruhi oleh kesadaran yang makin kuat
akan tidak terhindarnya keikutsertaan dalam proses global yang sedang
berlangsung.
Dalam konteks pembangunan daerah, percepatan pengembangan
Pendidikan yang bercirikan lahirnya sumber daya manusia Pendidikan

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH 103


Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

yang memiliki kemampuan profesional dan kematangan kepribadian


saling memperkuat satu sama lain. Ada hal hal penting yang perlu
diperhatikan secara serius dalam upaya percepatan pengembangan
pendidikan di Sulawesi Tengah, yaitu:
Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya
seperti jasmani dan rohani, serta kualitas kehidupannya seperti peru-
mahan dan pemukiman yang sehat; Peningkatan kualitas SDM yang
produktif dan upaya pemerataan penyebarannya; Peningkatan kualitas
SDM yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan,
dan menguasai IPTEK yang berwawasan lingkungan, Pengembangan
pranata yang meliputi kelembagaan dan peran hukum yang mendukung
upaya peningkatan kualitas SDM.
Percepatan pengembangan pendidikan Sulawesi Tengah dengan terus
menerus meningkatan kapasitas dan kualitas, melalui pembangunan
SDM yang unggul merupakan tugas Bersama. Melalui percepatan SDM
pendidikan yang unggul, tangguh, dan berkualitas baik secara fisik
dan mental akan berdampak positif tidak hanya terhadap peningkatan
daya saing dan kemandirian daerah, namun juga dalam mendukung
pendingkatan daya saing dan kemandirian secara nasional.
Dalam kaitan ini, terdapat beberapa hal yang harus menjadi
prioritas utama dalam percepatan pengembangan Pendidikan antara
lain, pertama adalah sistem pendidikan yang baik dan bermutu. Untuk
mencapai hal tersebut, maka diperlukan penataan terhadap sistem
pendidikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas
pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan
dunia kerja (pasar tenaga kerja). Pemerintah daerah Provinsi Sulawesi
Tengah dalam hal ini memiliki peran penting dalam penyelenggaran
sistem pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan pada
penguasaan iptek, serta merata di seluruh pelosok wilayah. Kedua
adalah penguatan peran agama dalam kehidupan sosial bermasyarakat
dalam rangka memperkokoh jati diri dan kepribadian (character
building). Ketiga, adalah peningkatan kapasitas SDM melalui berbagai
model magang, dan pengembangan Pendidikan lainnya. Output
(luaran) pendidikan yang dihasilkan memiliki kemampuan SDM yang

104
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

bercirikan profesional dan terampil, sesuai tuntutan/kebutuhan pasar


tenaga kerja, merupakan faktor keunggulan penting dalam menghadapi
persaingan global. Pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah
memegang peranan penting dalam menyiapkan program-program
strategis guna menghasilkan SDM pendidikan berkualitas dan siap
memasuki pasar kerja. Keempat, adalah pembinaan dan pengembangan
masyarakat terutama generasi muda. Sebagai penopang utama dalam
roda pembangunan, pemberdayaan generasi muda diharapkan dapat
menciptakan generasi yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing tinggi.
Karakteristik generasi muda seperti inilah yang diharapkan mampu
berkonstribusi dan memenangkan persaingan global.
3.1.2. STRATEGI PEMERATAAN LAYANAN PENDIDIKAN
BERKUALITAS
Pemerataan layanan Pendidikan berkualitas dimaksud ini, bukan
sekadar kesamaan cakupan materi masing-masing daerah dengan
adanya ujian tertentu, sebagai standar yang harus dicapai secara
nasional, tetapi juga memaksimalkan pengajaran sesuai dengan tujuan
yang telah dirancang secara kontekstual oleh masing-masing institusi
Pendidikan di daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Pendidikan secara
meluas yang terbuka bagi masyarakat umum dan pendidikan tersebut
dapat menjadi wadah bagi pembangunan SDM berkualitas, untuk
mendukung pembangunan daerah Sulawesi Tengah. Dalam mendukung
upaya pemerataan pendidikan layanan Pendidikan yang berkualitas.
Pemerintah daerah Sulawesi Tengah memastikan dengan terjamin
kualitas layanan Pendidikan yang merata antar wilayah. Selain itu,
perlu kerjasama dari berbagai pihak (networking), seperti meningkatkan
berbagai fasilitas pendukung Pendidikan, agar proses pendidikan dapat
berjalan dengan baik dan optimal. Berbagai faktor yang dapat mendukung
upaya pemerataan layanan pendidikan berkualitas di Provinsi Sulawesi
Tengah, seperti kualitas tenaga pendidik, biaya pendidikan, sarana dan
prasarana pendukung, sister school serta kurikulum.
Salah satu faktor kunci untuk meningkatakan pemerataan layanan
Pendidikan berkualitas adalah Pendidik. Pendidik menjadi salah satu
faktor terbesar dalam upaya meningkatkan pemerataan pendidikan serta

105
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

pemegang kualitas pendidikan para peserta didik di Provinsi Sulawesi


Tengah, khususnya peserta didik yang berada di daerah tertinggal dan
daerah terpencil. Pendidik di seluruh institusi pendidikan memegang
tongkat yang sangat besar dalam upaya mencapai keberhasilan dari
tujuan pembelajaran. Pendidik diharapkan memiliki berbagai upaya
secara kreatif maupun inovatif dalam menyampaikan pengajaran
dan mengemasnya secara menarik. Kualitas pendidik di institusi
pendidikan seharusnya menjadi fokus utama dari pemerintahan daerah
Provinsi Sulawesi Tengah dalam menunjang keberhasilan para peserta
didik di berbagai daerah. Dalam upaya meningkatkan kualitas tersebut,
pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah diharapkan secara
rutin memberikan materi yang berkualitas dan update kepada para
pendidik. Sebagai pelaksana di lapangan, kualitas seorang pendidik
harus secara berkelanjutan ditingkatkan sehingga pengetahuan para
pendidik dapat terus berkembang. Hal ini akan berdampak kepada
nilai-nilai serta pengetahuan yang diajarkan kepada para peserta
didik. Oleh karena itu para pendidik harus secara berkala dibekali
dengan pengembangan profesionalitas. Selain pemberian professional
development kepada para pendidik, perlu adanya pendampingan dan
evaluasi lapangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun
nasional terhadap berlangsungnya proses pembelajaran di sekolah-
sekolah. Hal ini akan meningkatkan pengembangan metode pengajaran
terhadap permasalahan yang dihadapi pada pelaksaanan di lapangan,
terutama daerah tertinggal dan terpencil di Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan keadaan ini, guru sebagai pelaksana, memiliki partner untuk
menemukan solusi yang tepat dan kontekstual terhadap berbagai
persoalan tersebut.
Hal lainnya yang dapat dilakukan untuk menjamin kualitas para
pendidik adalah dengan mengisyaratkan tenaga pendidik memiliki
kualifikasi minimal sarjana. Masih banyak di daerah terpencil di
Provinsi Sulawesi Tengah ditemukan tenaga pendidik lulusan SMA, dan
dengan tidak memiliki sertifikat pendidik. Walupun untuk menjamin
kualitas lulusan para sarjana sebagai pendidik, pemerintah daerah
harus bekerjasama dengan berbagai kampus di Provinsi Sulawesi

106
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

Tengah dalam penjaminan mutu yang diberikan kepada calon pendidik.


Dengan mengetahui kualitas seorang pendidik, maka pemerintah
daerah Provinsi Sulawesi Tengah, juga memiliki keyakinan terhadap
para pendidik bahwa mereka akan bekerja dengan maksimal dan
mampu menjalankan kurikulum nasional dan kurikulum sekolah yang
telah dirancang sedemikian rupa.
Sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di
dunia, Finlandia bahkan mengharuskan tenaga pendidik merupakan
lulusan program master. Selain itu seleksi sangat kompetitif juga
diberlakukan bagi mereka yang ingin menjadi pendidik. Tetapi kualitas
pendidik ini juga harus diseimbangkan dengan gaji (upah/honor) yang
diberikan kepada para pendidik tersebut, sehingga tenaga pendidik
diharapkan dapat dengan maksimal menjalankan tugas dan fungsinya
di tempat di mana mereka bertugas. Sejalan dengan peningkatan mutu
para pendidik di institusi Pendidikan tersebut, diharapkan berbanding
lurus dengan pemerataan layanan pendidikan berkualitas di Provinsi
Sulawesi Tengah, khususnya layanan Pendidikan berkualitas di daerah
tertinggal dan daerah terpencil.
Selain itu, terjadinya kesenjangan layanan Pendidikan berkualitas
di Provinsi Sulawesi Tengah antara peserta didik yang tinggal di daerah
perkotaan dan perdesaan juga cukup besar. Hal tersebut disebabkan,
antara lain, oleh ketersediaan fasilitas pelayanan pendidikan, khususnya
untuk jenjang pendidikan menengah pertama ke atas yang belum
merata khususnya di daerah tertinggal dan daerah terpencil. Di
samping itu, fasilitas dan layanan pendidikan khusus bagi anak-anak
yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belum tersedia secara
memadai. Oleh karena itu, fokus utama dari strategi pemerataan layanan
Pendidikan berkualitas tersebut ditujukkan pada hal-hal penting, yang
terutama disebabkan:
(1) kurang dan belum meratanya pendidik dan tenaga kependidikan,
baik secara kuantitas maupun kualitas; (2) belum memadainya
ketersediaan fasilitas belajar terutama buku pelajaran dan prasarana
penunjang termasuk peralatan peraga pendidikan; (3) belum berjalannya

107
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

sistem kendali mutu dan jaminan kualitas pendidikan, dan (4) belum
tersedianya biaya operasional yang diperlukan untuk pelaksanaan proses
belajar mengajar secara bermutu.
3.1.3. STRATEGI PENGEMBANGAN SDM BERDAYA SAING
Strategi pengembangan SDM berdaya saing, dapat dipandang
sebagai suatu investasi dalam modal dalam bentuk manusia (human
capital), dan keputusan untuk berpartisipasi dalam pelatihan kegiatan,
dan keterampilan yang dipandang sebagai pilihan rasional pada bagian
dari individu.
Pada umumnya pengembangan SDM memiliki inti yang sederhana,
yakni: investasi baik pelatihan formal atau informal dan pendidikan
yang meningkatkan kinerja seseorang (individual performance),
produktivitas (productivity) dan pendapatan (income). Dalam
pengembangan SDM ini, membuat perbedaan penting antara dua
jenis investasi pelatihan: umum dan spesifik. Pelatihan spesifik dari
perusahaan tidak dapat dipindah tangankan dan memiliki nilai yang
terbatas di luar organisasi. Sedangkan, pelatihan umum memiliki nilai
di pasar tenaga kerja dan memiliki nilai untuk meningkatkan karier.
Perspektif pada modal manusia mengambil titik awal bahwa manusia
adalah salah satu sumber daya yang tersedia untuk perusahaan.
Pengembangan SDM berdaya saing memberikan potensi keunggulan
yang kompetitif (competitive) dan berkelanjutan (sustainable) melalui
pengembangan SDM, untuk mengembangkan kompetensi yang spesifik
dan menghasilkan kemampuan pengetahuan strategik dan taktik untuk
menghadapi persaingan global saat ini.
Strategi pengembangan SDM berdaya saing perlu dilakukan
di era digital dan revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini. Dimana,
Pengembangan SDM berdaya saing, merupakan usaha yang dilakukan
untuk membentuk manusia yang berkualitas dengan memiliki
keterampilan, kemampuan kerja, dan loyalitas kerja yang tinggi bagi
institusi.
Era digitaliasi dan globalisasi saat ini telah memberikan percepatan
arus teknologi dan informasi, serta mobilitas sumberdaya manusia dari

108
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

satu tempat ke tempat lain. salah satu pengembangan SDM berdaya


saing yang harus dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan
sangat penting dalam mengembangkan SDM karena pengetahuan
akan diperoleh salah satunya dengan pendidikan. Orang yang tingkat
pendidikannya rendah, cenderung tidak memiliki kemampuan dalam
bekerja. Perusahaan pun pada dasarnya menyeleksi calon karyawan
dilihat dari tingkat pendidikannya.
Di Provinsi Sulawesi Tengah, angka kemiskinan yang terjadi masih
tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah rendahnya
tingkat pendidikan masyarakatnya, sehingga tidak memiliki pekerjaan
dan meningkatkan angka pengangguran. Oleh karena itu, pemerintah
daerah Provinsi Sulawesi Tengah telah mengupayakan penerapan
wajib belajar 12 tahun untuk membentuk SDM berdaya saing di masa
mendatang. Kemudian, masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah,
namun memiliki keterampilan yang baik, akan dikembangkan melalui
UMKM yang sekarang ini banyak dilakukan di daerah tertinggal dan
daerah terpencil.
Strategi pengembangan SDM berdaya saing, pada dasarnya tidak
hanya melalui pendidikan dan pengembangan keterampilan, namun
ada banyak cara untuk mengembangkannya. Strategi pengembangan
SDM berdaya saing yang dikutip dari berbagai pakar dan para
ahli pengembangan sumber daya manusia, antara lain: 1). Melalui
pelatihan. Dimana, pelatihan bertujuan untuk mengembangkan
individu dalam bentuk peningkatan keterampilan, pengetahuan, dan
sikap; 2). Pendidikan. Dimana, Pengembangan SDM berdaya saing
melalui pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja,
dalam arti pengembangan bersifat formal dan berkaitan dengan karir;
3). Pembinaan. Dimana, pembinaan bertujuan untuk mengatur dan
membina manusia sebagai sub-sistem organisasi melalui program-
program perencana dan penilaian, seperti man power planning,
performance appraisal, job analytic, job classification dan lain-
lain; 4). Rekruitmen. Dimana, pola rekruitmen ini bertujuan untuk
memperoleh SDM sesuai klasifikasi kebutuhan organisasi dan sebagai
salah satu alat organisasi dalam pembaharuan dan pengembangan; 5).

109
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Melalui Perubahan sistem. Perubahan sistem memiliki tujuan untuk


menyesuaikan sistem dan prosedur organisasi sebagai jawaban untuk
mengantisipasi ancaman dan peluang faktor eksternal. Oleh karena
itu dapat disimpulkan, dalam pengembangan SDM berdaya saing di
Provinsi Sulawesi Tengah, tidak dapat dilakukan secara sembarangan,
karena hal ini menyangkut kualitas SDM yang dihasilkan.
3.1.4. STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN MUTU
SDM
Strategi Pengembangan dan Peningkatan Mutu SDM adalah
proses mengubah SDM, dari suatu keadaan ke keadaan yang lain yang
lebih baik. Strategi ini umumnya ditempuh atau dilaksanakan dalam
dua dimensi yakni dimensi individu dan dimensi institusi. Strategi
pengembangan dan peningkatan mutu SDM Pendidikan di Sulawesi
Tengah dilaksanakan pada jenjang pendidikan pra sekolah, Pendidikan
dasar (Dikdas), Pendidikan Menengah (Dikmen), Pendidikan Tinggi
(Dikti), dan Pendidikan Non-Formal (PNF).
Munculnya kompleksitas permasalahan dalam pengembangan
SDM, khususnya pengembangan dan peningkatan mutu SDM di Provinsi
Sulawesi Tengah, maka beberapa fokus gagasan untuk pengembangan
dan peningkatan mutu SDM adalah sebagai berikut. 1). Desentralisasi.
Munculnya tren baru dalam pengelolaan institusi (organisasi)
adalah dengan mengubah pola kepemimpinan sentralisasi menjadi
desentralisasi. Dengan desentralisasi, semua elemen, terutama elemen
terbawa mempunyai kewenangan, atau andil dalam setiap kebijakan yang
berlaku di organisasi. Pola ini memberikan tanggung jawab yang besar
terhadap setiap orang, untuk bersama-sama membangun organisasi,
agar semakin berkembang dan maju. Dengan demikian, semua elemen
yang ada mempunyai tanggung jawab yang sama, sesuai dengan kapasitas
(tugas dan fungsi) masing-masing; 2). Organisasi tanpa Batas. Upaya
lain dalam pengembangan dan percepatan mutu SDM adalah dengan
mengembangkan sistem/struktur kelembagaan tanpa batas. Dengan
ada kelembagaan (organisasi), masyarakat dapat menempa potensi diri
mereka masing-masing dalam organisasi, melalui peningkatan kreativitas
dan inovasi. Oleh sebab itu, dengan merebaknya organisasi, menjadikan

110
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

indikasi bahwa kualitas SDM di Provinsi Sulawesi Tengah semakin baik;


3). Perencanaan Strategik. Untuk membangun dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia diperlukan perencanaan yang sistematis
dan taktis, sehingga perkembangan kualitas dapat dipantau secara cepat
(update) dan terintegrasi dalam satu sistem. Perencanaan strategik ini
mengedepankan bagaimana peningkatan mutu SDM dibentuk dalam
sebuah kurikulum, sehingga instrumen-instrumen yang dibutuhkan
dalam pengembangan potensi diri, indikator-indikator keberhasilan
perkembangan, serta alat evaluasi dapat tersedia dengan baik; 4).
Orientasi Visi/Misi. Untuk dapat memenuhi tujuan dari pengembangan
dan peningkatan mutu SDM tersebut, dibutuhkan visi dan misi yang
dijadikan landasan dalam mencapai tujuan. Dengan mengacu pada
visi dan misi, seluruh elemen dalam organisasi termotivasi untuk dapat
meningkatkan kapabilitas dan profesionalitasnya dalam mencapai
tujuan; 5). Team Work. Berbagai cara/metode untuk mengembangkan
dan meningkatkan mutu SDM tidak optimal, tanpa adanya kerjasama
yang baik di antara pendidik, peserta didik, dan institusi. Lebih lanjut,
team work dapat mendorong kemajuan bersama sekaligus lebih cepat
menyelesaikan berbagai permasalahan dan isu-isu strategi Sektor
Pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu, team work, setiap
individu akan terpacu untuk menjadi yang terbaik, dan untuk menjadi
yang terbaik, tentunya dibutuhkan kemampuan dan keterampilan yang
terbaik; 6). Era digitaliasi dan globalisasi. Dinamisnya perkembangan di
era digitalisasi dan globalisasi, mensyaratkan manusia untuk menguasai
teknologi, komunikasi dan informasi, karena dengan penguasaan
tersebut manusia akan menjadi unggul di berbagai bidang. Terkait dengan
pengembangan dan peningkatan mutu SDM, maka untuk menghadapi
perkembangan era digitaliasi dan industri 4.0, membutuhkan kesiapan
seluruh elemen SDM, yang memiliki kemampuan dan kapasitas untuk
beradaptasi dengan perubahan tersebut, sehingga perkembangan era
digitaliasi dan industry 4.0 tidak menyebabkan terjadinya disrupsi,
dimana mutu SDM dikendalikan atau dikontrol oleh informasi dan
teknologi yang bergerak cepat. Mutu SDM sudah harus menerapkan
prinsip masyarakat yang mampu memanfaatkan dan mengendalikan

111
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

informasi dan teknologi (society 5.0); 7). Good Governance and Clean
Government. Meski berbagai usaha dan Tindakan telah dilakukan
untuk menunjang pengembangan dan peningkatan mutu SDM, namun
tanpa didukung dengan tata Kelola pemerintahan yang baik (good
governance) dan pemerintah yang bersih (clean government), maka
hasil yang dicapai tidak akan optimal dan sustainable. Oleh karena itu,
sinergi dan kerjasama yang kuat para pihak terkait (stakeholders) dalam
mengembangkan dan meningkatkan mutu SDM.
3.2. ARAH KEBIJAKAN
Berbagai arah kebijakan dalam pengembangan SDM Pendidikan
sebagai bentuk mengimplemenasi strategi secara lebih jelas.
3.2.1. ARAH KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN SDM
PENDIDIKAN
Beberapa arah kebijakan percepatan pengembangan SDM
Pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah yakni sebagai berikut.
1. Percepatan Peningkatan IPM
Arah kebijakan ini, bertujuan untuk meningkatkan angka rata-rata
lama sekolah (RLS), Harapan Lama Sekolah (HLS), meningkatkan
angka melek huruf, serta urangi terjadinnya disparitas indek
Pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah. Arah kebijakan ini ditempuh
dengan program-program prioritas sebagai berikut.
• Gerakan Kembali Sekolah 1000 Anak Harapan Bangsa
• Dukungan Program Paket C Mandiri
2. Peningkatan Layanan Pendidikan yang Berkualitas Untuk
Pengembangan Mutu Lulusan
Arah kebijakan ini bertujuan untuk pengembangan mutu lulus
sehingga lulus memiliki kemampuan bersaing dan unggul Ketika
memasuki pasar kejar. Arah kebijakan ini ditempuh melalui program-
program prioritas sebagai berikut.
• Kompetensi dan daya saing lulusan
• Kreatifitas dan inovatif
• Karakter kewirausahaan
• Berdaya saing /unggul

112
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

3. Percepatan Pemerataan, Kompetensi dan Profesionalisme


Pendidik
Arah kebijakan ini bertujuan menyiapkan pendidik untuk memiliki
kemampuan dalam melakukan transformasi pengetahuan, keahlian
dan ketrampilan bagi peserta didik. Arah kebijakan ini ditempuh
melalui program-program prioritas sebagai berikut.
• Sertifikasi
• Pengembangan profesi
• Peningkatan karir
• Peningkatan kesejahteraan
4. Tata Kelola Penyelenggaraan Pendidikan Yang Transparan Dan
Akuntabel
Arah kebijakan ini bertujuan untuk memastikan institusi
penyelenggara Pendidikan untuk mampu melaksanakan prinsip tata
kelola, sehingga mampu menyiapkan peserta didik yang siap memasuki
kebutuhan pasar tenaga kerja. Arah kebijakan ini ditempuh melalui
program-program prioritas sebagai berikut.
• Kurikulum yang sesuai kebutuhan pasar
• Kemitraan yang saling menguntungkan
• Pemenuhan pembiayaan pendidikan untuk mutu
• Optimalisasi IT utk layanan berdaya saing/unggul
5. Revitalisasi SMK (Penataan Bidang Kompetensi SMK Yang
Diselaraskan Dengan Kebutuhan Industri)
Arah kebijakan ini bertujuan untuk mengembangkan pendidikan
kejuruan yang selaras dengan kompetensi kebutuhan pengguna
lulusan (link and match), maka perlu dilakukan penyesuaian dan
pengembangan, Jika sebelumnya menggunakan pendekatan dari
supply-driven, maka saat ini menggunakan model telah disesuaikan
menjadi demand-driven agar dunia usaha dan dunia industri (DUDI)
semakin aktif terlibat dalam proses pendidikan kejuruan di SMK. Arah
kebijakan ini ditempuh melalui program- program prioritas sebagai
berikut.
• Penyesuaian Kurikulum dan Kerja Sama Industri
• Pemenuhan Guru Produktif
• Penumbuhan Minat Kewirausahaan

113
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

3.2.2. ARAH KEBIJAKAN PEMERATAAN LAYANAN PENDIDIKAN


BERKUALITAS
Beberapa arah kebijakan Pemerataan Layanan Pendidikan
Berkualitas di Provinsi Sulawesi Tengah yang ditempuh sebagai berikut.
1. Peningkatan Tata Kelola Penyelenggaraan Pendidikan
Arah kebijakan ini bertujuan untuk meningkatan tata Kelola
penyelenggaran Pendidikan sehingga, dalam menjalankan
operasionalisasi penyelenggaran pendidikan melaksanakan prinsip
tata Kelola institusi yang baik (good governance of institute).
Tata Kelola penyelenggaran Pendidikan akan memberikan arah
bagi pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban
penyelenggaran Pendidikan yang tepat, jelas, dan nyata yang
berakar pada penyelenggaraan pendidikan yang efektif, efisien,
bersih, dan bertanggung jawab. Selain itu, penerapan tata kelola
yang baik dapat membangun sistem dalam institusi pendidikan
yang semakin baik dan maju. Penerapan tata kelola yang baik akan
membawa perubahan positif dalam dunia Pendidikan. Komitmen
yang kuat dan baik harus datang dari pihak-pihak di dalam maupun
di luar lembaga pendidikan, seperti pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Selain itu, juga dibutuhkan juga koordinasi yang baik,
integritas, profesionalisme, serta etos kerja, dan moral tinggi. Tata
kelola pendidikan, diharapkan meningkatkan kapabilitas inovasi
pendidikan melalui pelaksanaan tata kelola yang baik dan bersih di
lingkungannya. Kondisi ini dengan mengedepankan karakteristik
partisipatif, beriorientasi pada akuntabel, transparan, responsif,
efektif dan efisien serta sesuai peraturan dan hukum dengan menjaga
nilai-nilai luhur pendidikan dengan memperhatikan rapor mutu.
Arah kebijakan ini ditempuh melalui program-program prioritas
sebagai berikut.
• Penguatan Tata Kelola Pemenuhan SPM Pendidikan
• Penguatan Strategi Pembiayaan dan Efektivitas Pemanfaatan
Anggaran Pendidikan
• Peningkatan Sinkronisasi Data Pokok Pendidikan

114
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

2. Penjaminan Mutu Pendidikan


Arah kebijakan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang
pentingnya penjaminan mutu pendidikan bagi setiap lembaga
pendidikan (pra sekolah, dikdas, dikmen, dikti, dan pendidikan non
formal) sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada stakeholder atau
masyarakat.
Upaya penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan sulit
dilepaskan keterkaitannya dengan manajemen mutu, dimana semua
fungsi manajemen yang dijalankan diarahkan semaksimal mungkin
dapat memberikan layanan yang sesuai dengan atau melebihi standar
nasional pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan upaya
untuk mengendalikan mutu (quality control). Pengendalian mutu
dalam pengelolaan pendidikan tersebut dihadapkan pada kendala
keterbatasan sumber daya pendidikan. Oleh karena itu diperlukan
suatu upaya pengendalian mutu dalam bentuk jaminan atau assurance,
agar semua aspek yang terkait dengan layanan pendidikan yang
diberikan oleh sekolah sesuai dengan atau melebihi standar nasional
pendidikan. Konsep yang terkait dengan hal ini dalam manajemen
mutu dikenal dengan Quality Assurance atau penjaminan mutu.
Penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan
tanggungjawab satuan pendidikan yang harus didukung oleh
pemerintah, pemerintah daerah provinsi Sulawesi Tengah sesuai
dengan kewenangan masing- masing serta peran serta masyarakat.
Implementasi penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan
hingga saat ini masih menghadapi berbagai macam permasalahan
antara lain: (1) belum tersosialisasikannya secara utuh Standar
Nasional Pendidikan sebagai acuan mutu pendidikan; (2) pelaksanaan
penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan masih terbatas pada
pemantauan komponen mutu di satuan pendidikan; (3) pemetaan
mutu masih dalam bentuk pendataan pencapaian mutu pendidikan
yang belum terpadu dari berbagai penyelenggara pendidikan; dan
(4) tindak lanjut hasil pendataan mutu pendidikan yang belum
terkoordinir dari para penyelenggara dan pelaksana pendidikan pada

115
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

berbagai tingkatan. Arah kebijakan ini ditempuh melalui program-


program prioritas sebagai berikut.
• Penguatan Kapasitas dan Akselerasi Akreditasi
• Perluasan Budaya Mutu Pendidikan
3. Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Arah kebijakan ini bertujuan untuk perbaikan kualitas pembelajaran
menyasar pada peserta didik, guru, sumber pembelajaran, serta
strategi pembelajaran.
Untuk melakukan peningkatan kualitas pembelajaran setidaknya
ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama, peserta
didik. Proses peningkatan kualitasn pembelajaran berhadapan dengan
kondisi peserta didik dengan segala potensi yang dimiliki. Ada pesert
didik unggul dan tergolong memiliki potensi yang hebat. Namun,
juga tidak dapat dihindari terdapat peserta didik yang memiliki
keterbatasan (kendala), harus juga mendapatkan pendidikan yang
terbaik. Kedua, pendidik. Pendidik sudah diupayakan secara optimal.
Memiliki kompetensi unggul dalam hal pedagogi, profesional,
kepribadian, dan sosial. Peran dari pendidik menjadi sangat
penting, dan untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dengan pola
pendampingan sebagai model program kemitraan; Ketiga sumber
pembelajaran dan metodologi atau strategi pembelajaran. Arah
kebijakan ini ditempuh melalui program-program prioritas sebagai
berikut.
• Penerapan Kurikulum dan Pola Pembelajaran Inovatif
• Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme Pendidik
• Penguatan Kualitas Penilaian Pendidikan
• Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
• Pengintegrasian Softskill dalam Pembelajaran
4. Percepatan Akses dan Layanan Pendidikan
Arah kebijakan ini bertujuan untuk memberikan layanan layanan
dasar menjadi kewenangan wajib Pemerintah daerah. Selain itu,
Pemerintah Daerah juga wajib memberikan layanan dan kemudahan
serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi. Arah kebijakan ini ditempuh

116
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

melalui program-program prioritas sebagai berikut.


• Sarana dan Prasarana Pendidikan
• Bantuan Pendidikan bagi Anak Kurang Mampu, dari Daerah
Afirmasi dan Berbakat
• Penanganan Anak Tidak Sekolah
• Penguatan Pelayanan 1 Tahun PraSekolah
5. Peningkatan Pengelolaan dan Penempatan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
Arah kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan dan
memperbaiki distribusi sumberdaya pendidik dan tenaga
Pendidikan, sehingga penyelenggaran Pendidikan semakin baik
dan maju. Perbaikian pengelolaan dan penempatan tenaga pendidik
dan kependidikan, sekaligus juga memperbaiki layanan Pendidikan,
mutu Pendidikan dan memperluas akses kepada peserta didik
untuk mendapatkan penyelenggaran Pendidikan yang profesional
dan Maju. Arah kebijakan ini ditempuh melalui program-program
prioritas sebagai berikut.
• Revitalisasi dan Daya Dukung LPTK utk SDM Pendidikan di
Daerah
• Pendidikan Profesi Guru dan Peningkatan Kualifikasi Pendidik
• Pemenuhan dan Distribusi Tenaga Pendidik Berbasis Kebutuhan
3.2.3. ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SDM BERDAYA
SAING
Beberapa arah kebijakan Pengembangan SDM Berdaya Saing di
Provinsi Sulawesi Tengah yang ditempuh sebagai berikut.
1. Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Berbasis Kerjasama Industri
Arah kebijakan ini bertujuan untuk melahirkan lulusan (luaran)
dari pendidikan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri.
Pentingnya pendidikan dan pelatihan vokasi yang berbasis Kerjasama
industri ini juga diharapkan melalui model pelatihan, sistem magang,
sertifikasi, dan kerja sama dengan dunia industri, lulusannya nanti
memiliki kompetensi dan siap untuk bekerja di dunia industri, karena
kemampuannya sudah diakui oleh dunia industri.

117
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Penyelarasan Prodi/Bidang keahlian, dan pembelajaran inovatif,


serta Kurikulum pelatihan vokasi harus adaptif terhadap dunia
industri untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang kompeten.
Pelatihan berbasis kompetensi dengan program pemagangan adalah
pendekatan pusat pelatihan vokasi untuk memastikan tenaga kerja
dapat melakukan aktivitas di tempat kerja, sebagai hasil program
pelatihan yang diikuti dan memenuhi standar kompetensi kerja.
Sistem terpadu ini memberikan banyak keuntungan bagi pemerintah,
dunia industri dan tenaga kerja. Arah kebijakan ini ditempuh melalui
program-program prioritas sebagai berikut.
• Penyelarasan Prodi/Bidang Keahlian dan Pembelajaran Inovatif
• Peningkatan Pendidik Vokasi Berkualitas
• Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Berkualitas
• Penguatan Sistem Sertifikasi Kompetensi
2. Penguatan Pendidikan Tinggi Berkualitas
Arah kebijakan ini bertujuan untuk memberikan penguatan bagi
Pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan Pendidikan tinggi
yang berkualitas. Secara umum diketahui Penerimaan mahasiswa
baru (input ), merupakan tahap awal yang sangat krusial dalam
membangun sistem pendidikan tinggi yang berkualitas, yang
bermuara pada peningkatan mutu SDM. Dimana, peluang sekaligus
tantangan bagi perguruan tinggi di Sulawesi Tengah, mengingat
kompleksitas terkait aksesibilitas perguruan tinggi ini yang antara
lain dikaitkan beberapa faktor. Pertama, masih belum meratanya
tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yang menyebabkan
masyarakat tidak mampu mengakses pendidikan tinggi. Kedua,
pemerataan mengakses pendidikan yang berkualitas masih rendah,
sehingga dijumpai perbedaan kemampuan bersaing untuk memasuki
perguruan tinggi oleh penduduk di Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan kondisi tersebut perguruan tinggi, sebagai salah satu wahana
untuk meningkatkan kualitas SDM, perlu mengembangkan sistem
dan kultur yang mendorong peningkatan kualitas SDM. Tidak hanya
dapat diakses, tetapi juga mendorong peningkatan produktivitas
SDM Provinsi Sulawesi Tengah. Pengembangan ini terkait dengan

118
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

tahapan input, proses, dan output perguruan tinggi yang memerlukan


pendekatan komprehensif untuk mengangkat kualitas pada level yang
diinginkan. Arah kebijakan ini ditempuh melalui program- program
prioritas sebagai berikut.
• Perguruan Tinggi sebagai Produsen Iptek Inovasi dan Pusat
Keunggulan
• Kerja Sama Perguruan Tinggi dengan Industri dan Pemerintah
• Peningkatan Kualitas dan Pemanfaatan Penelitian
• Peningkatan Kualitas Lulusan PT
3. Memajukan dan Melestarikan Kebudayaan Daerah
Arah kebijakan ini bertujuan untuk mempertahankan nilai-nilai
kearifan lokal (local wisdom) yang berkembang baik, dan memberikan
prinsip- prinsip kehidupan bagi masyarakatnya. Dimana secara
umum, Kebudayaan memegang peranan penting dalam kemajuan
suatu daerah dan bangsa. Kebudayaan daerah secara otomastis
memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia dan
menjadikan Kebudayaan sebagai investasi untuk membangun masa
depan. Keberagaman Kebudayaan daerah merupakan kekayaan
dan identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah dinamika perkembangan
dunia, terutama berkembangnya sangat cepat yang didorong oleh
perkembangan era digitaliasi. Di tengah-tengah era peradaban dunia
yang semakin ketat, menjadikan budaya sebagai salah satu investasi
yang mampu membangun negara di masa depan. Beberapa cara
untuk melestarikan budaya, yakni: pertama, Mengajarkan budaya ke
orang lain. Setelah mengetahui seluk beluk budaya sendiri, sebaiknya
menyampaikan hal tersebut kepada orang lain. Salah satu caranya
adalah mengajarkan kepada orang lain, baik di lingkungan rumah
atau sekolah. Dengan mengajarkan budaya ke orang lain, maka
semakin banyak orang yang mengetahui mengenai budaya daerah
sendiri, maupun budaya daerah lain. Sehingga memperkaya diri
sendiri dan orang lain, dengan pengetahuan kebudayaan. Semakin
banyak pengetahuan budaya yang dimiliki, maka semakin besar rasa
untuk saling menghormati kebudayaan orang lain.

119
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

Kedua, memperkenalkan budaya ke negara lain. Selain


memperkenalkan budaya sendiri di dalam negeri, juga patut
memperkenalkan budaya ke luar negeri. Terlebih dengan teknologi
media sosial yang semakin canggih dan cepat. Dengan memanfaatkan
media sosial, memposting foto maupun video kesenian local, dan
budaya daerah. Dengan memposting hal tersebut, maka secara
tidak langsung sudah memperkenalkan budaya ke luar negeri. hal
ini karena yang memanfaatkan media sosial atau internet tidak
terbatas, melainkan semua orang di dunia. Memperkenalkan budaya
daerah di luar negeri juga bisa dengan menggunakan pakaian-
pakaian yang mencerminkan budaya daerah. Bagi beberapa orang
yang sedang bekerja, sekolah, atau liburan ke luar negeri bisa
menggunakan baju-baju produk hasil budaya lokal. Jika ada salah
satu produsen baju lokal di luar negeri, bisa menjadi sarana yang
baik untuk kita menggunakannya. Ketiga, Tidak terpengaruh budaya
asing Untuk melestarikan budaya sendiri,sebaiknya kita tidak
terpengaruh dengan budaya negara lain. Pada era globalisasi saat
ini, budaya asing sangat mudah masuk ke tengah-tengah masyarakat
Indonesia. Dengan banyak budaya asing yang masuk, sebaiknya kita
menjadikan budaya sendiri sebagai identitas diri. Menjadi peluang
untuk memperkenalkan budaya. Meski budaya asing dinilai lebih
modern dan lebih gaul, budaya daerah juga tidak kalah bagusnya
untuk diperkenalkan. Jika budaya asing begitu-begitu saja, budaya
daerah justru banyak ragamnya. Selain tidak terpengaruh budaya
asing, sebaiknya kita tetap memilah budaya asing untuk dipelajari.
Jangan sampai asal memilih dan menghilangkan budaya sendiri.
Prinsipnya boleh mempelajari budaya asing, namun harus dengan
cermat. Mengambil sisi positif, yang dapat mengembangkan diri,
tanpa menghilangkan jati diri kebudayaan sendiri. Arah kebijakan ini
ditempuh melalui program-program prioritas sebagai berikut.
• Revitalisasi dan aktualisasi nilai budaya dan kearifan lokal
• Pengembangan dan pemanfaatan kekayaan budaya
• Pelindungan hak kebudayaan dan ekspresi budaya
• Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan Bahasa Indonesia
dan bahasa daerah.

120
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

4. Meningkatkan Literasi, Inovasi dan Kreativitas


Arah kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan
dan keberdayaan yang memiliki dampak hasil akhir yang signifikansi
bagi penggunanya untuk meningkatkan kemampuan inovasi dan
kreativitas. Terdapat 4 (empat) tingkatan literasi yakni kemampuan
mengumpulkan sumber-sumber bacaan, mampu memahami apa
yang tersirat dari yang tersurat, mengemukakan ide atau gagasan baru,
teori baru, kreativitas dan inovasi baru serta akhirnya menciptakan
barang atau jasa yang bermutu bagi kehidupan. Dimana, penguatan
kemampuan literasi bagi setiap orang, sehingga tercipta dan terwujud
inovasi dan kreativitas. Hasilnya terjadi peningkatan kapabilitas
individu dan kesejahteraan masyarakat. Arah kebijakan ini ditempuh
melalui program-program prioritas sebagai berikut.
• Peningkatan Budaya Literasi
• Pengembangan Budaya Iptek dan Inovasi
• Peningkatan Kreativitas dan Daya Cipta
• Penguatan institusi sosial penggerak literasi dan inovasi
3.2.4. ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN
MUTU SDM
Beberapa arah kebijakan Pengembangan dan Peningkatan Mutu
SDM di Provinsi Sulawesi Tengah yang ditempuh sebagai berikut.
1. Peningkatan Partisipasi pra sekolah, Dikdas, Dikmen, Dikti, dan
PNF
Arah kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas
bagi masyarakat terhadap Lembaga pendidikan mulai dari pra
sekolah, Dikdas, Dikmen, Dikti, dan PNF.
2. Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan pra sekolah, Dikdas,
Dikmen, Dikti, dan PNF
Arah kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan
pendidikan bagi masyarakat terhadap Lembaga pendidikan mulai
dari pra sekolah, Dikdas, Dikmen, Dikti, dan PNF.

121
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

3. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


Arah Kebijakan ini bertujuan untuk menumbuhkan dan
membekali generasi penerus agar memiliki bekal karakter baik,
keterampilan literasi yang tinggi, dan memiliki kompetensi unggul
abad 21 yaitu mampu berpikir kritis dan analitis, kreatif, komunikatif,
dan kolaboratif. Tujuan dari membangun dan membekali Peserta
Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa
Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi
dinamika perubahan di masa depan; pertama, mengembangkan
platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan
karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan
bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang
dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal
dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; kedua,
merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik,
tenaga kependidikan, Peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan
keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
4. Penguatan Literasi
Arah Kebijakan ini bertujuan untuk mengembangkan literasi anak
di abad ke-21, di mana literasi menjadi salah satu keterampilan yang
sangat dibutuhkan. Literasi menjadi dasar dan fondasi bagi semua
masyarakat untuk dapat bertahan. Penguatan literasi mendasar
sangat penting untuk anak-anak. Di samping itu, diperlukan juga
kompetensi agar mampu bersaing. Oleh karena itu perlu juga
penguasaan kompetensi dengan empat dasar, yaitu kemampuan
berpikir, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas.
5. Pemerataan Mutu Tenaga Pendidik (Pra Sekolah, Dikdas, Dikmen,
Dikti, dan PNF)
Arah kebijakan ini bertujuan agar seluruh peserta didik
mendapatkan kualitas pembelajar bermutu dari tenaga pendidik
sejak pra sekolah, Dikdas, Dikmen, Dikti dan PNF.
6. Program Pendidikan Kewirausahaan di DIKMEN, DIKTI,
dan PNF Arah kebijakan ini bertujuan agar seluruh peserta didik

122
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

melahirkan perserta didik dari pendidikan Dikmen, Dikti dan PNF


yang memiliki kemampuan kerwirausahaan (entrepreneurship) yang
baik dan maju, sehingga luarannya mampu menciptakan wirausaha-
wirausaha baru dengan berbagai model.
7. Penguatan Tata Kelola Penyelenggaraan Pendidikan
Arah kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan lembaga
penyelenggaran pendidikan yang mampu melaksanakan prinsip-
prinsip tata kelola yang baik, sehingga mampu menerapkan
transparansi, dan akuntabilitas dalam mengelola Lembaga Pendidikan.
8. Pengelolaan Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan yang
Transparan dan Akuntabel
Arah kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan lembaga
penyelenggaran pendidikan yang mampu melaksanaan pembiayaan
Pendidikan yang memenuhi prinsip-prinsip tata kelola yang baik,
sehingga memndapatkan kepercayaan yang baik dari para pihak
terkait seperti pemerintah, masyarakat, media massa, lembaga swasta
dan insitusi pendidikan lainnya.

123
Terjadinya kesenjangan layanan pendidikan
berkualitas di Provinsi Sulawesi Tengah antara
peserta didik yang tinggal di daerah perkotaan
dan perdesaan juga cukup besar. Hal
tersebut disebabkan oleh ketersediaan fasilitas
pelayanan pendidikan, khususnya untuk jenjang
pendidikan menengah pertama ke atas yang
belum merata khususnya di daerah tertinggal
dan daerah terpencil.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara, dan untuk
itu setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang merata
dan bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliknya tanpa
memandang status sosial, etnis dan gender. Pemerataan dan mutu
pendidikan mendorong warga negara memiliki pengetahuan, keahlian
dan ketrampilan hidup (life skills), sehingga memiliki kemampuan
untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya,
mendorong terciptanya tatanan masyarakat madani (civil society) dan
moderen yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.
Pengembangan pendidikan berupaya merangkul semua pemangku
kepentingan pendidikan dan kebudayaan untuk terlibat secara aktif dan
berpatisipasi, antara lain keluarga, pendidik dan tenaga kependidikan,
lembaga pendidikan, industri dan pemberi kerja, serta masyarakat
(stakeholders) untuk mengelola seluruh sumber daya dan potensi
daerah untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan berkualitas
dan kebudayaan yang bermutu di Provinsi Sulawesi Tengah, untuk
mewujudkan SDM yang berdaya saing (competitiveness).
SDM berdaya saing dapat dicapai apabila direncanakan secara baik
dari tahap pendidikan pra sekolah, pendidikan sekolah dasar (Dikdas),
pendidikan menengah (Dikmen), pendidikan tinggi (Dikti), dan
pendidikan non formal (PNF). Seluruh tahapan pendidikan tersebut
telah diuraikan dan dideskripsikan serta dianalisis secara komprehensif
dan holistik dalam kajian ini. Dimana, gambaran umum tersebut
disajikan analisis capaian kinerja pembangunan pendidikan di Sulawesi
Tengah, sehingga dapat diketahui capaian atas target yang ditetapkan,

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH 125


Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

maupun capaian yang belum mencapai target yang ditetapkan. Kajian


ini juga memuat permasalahan yang penting untuk diselesaikan, dan
isu strategis yang penting diperhatikan agar tujuan pembangunan
Pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah dapat menjadi lebih baik dan
lebih maju. Terdapat 3 (tiga) aspek utama yang menjadi permasalahan
dan isu-isu strategis pengembangan SDM pendidikan, yaitu (1). Peserta
didik; (2). Pendidik dan tenaga kependidikan; dan (3). Tatakelola
penyelenggaraan pendidikan.
Kajian ini juga berhasil memetakan secara detail permasalahan
peserta didik terdiri atas asksesibilitas, kompetensi lulusan, dan
pembiayaan. Sedangkan permasalahan pendidik dan tenaga
kependidikan (PTK), mencakup ketersediaan PTK, kualitas atau
kompetensi, dan profesionalisme. Selanjutnya, terakit permasalahan
tatakelola penyelenggaraan pendidikan atau aspek manajemen
mencakup kurikulum, sarana prasarana, kerjasama atau kemitraan
dengan lembaga dan dunia usaha dunia industri, rasio peserta didik dan
tenaga pendidik, serta dana APBD yang dialokasikan untuk pendidikan.
Berdasarkan identifikasi dan analisis permasalahan dan isu strategis
pendidikan di Sulawesi Tengah, maka dapat dirumuskan berbagai
langkah strategis dan kebijakan pengembangan pendidikan. Secara
umum langkah percepatan yang dapat ditempuh adalah (1). Percepatan
pemerataan, kompetensi dan profesionalisme pendidik; (2). Peningkatan
layanan pendidikan yang berkualitas untuk pengembangan mutu
lulusan; (3) Tata kelola penyelenggaraan pendidikan yang transparan
dan akuntabel; dan (4). Revitalisasi SMK (penataan bidang kompetensi
SMK yang diselaraskan dengan kebutuhan industri).
Upaya percepatan pembangunan pendidikan tersebut dapat
difokuskan dan diprioritaskan pada dua arah kebijakan terkait dengan
(1). Pemerataan layanan pendidikan berkualitas, dan (2) pengembangan
SDM yang berdaya saing di Sulawesi Tengah. Pemerataan layanan
pendidikan berkualitas dapat ditempuh melalui peningkatan tata
kelola penyelenggaraan pendidikan, penjaminan mutu pendidikan,
peningkatan kualitas pembelajaran, percepatan akses dan layanan
pendidikan, peningkatan pengelolaan dan penempatan pendidik dan

126
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

tenaga kependidikan. Selanjutnya, pembangunan pendidikan di Sulawesi


Tengah dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan vokasi
berbasis kerjasama industri, penguatan pendidikan tinggi berkualitas,
memajukan dan melestarikan kebudayaan khas Sulawesi Tengah, serta
meningkatkan literasi, inovasi dan kreativitas.
4.2. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil kajian, dirumuskan beberapa rekomendasi
percepatan pembangunan pendidikan di Sulawesi Tengah, yaitu sebagai
berikut.
1. Meningkatkan kompetensi pendidik (guru/dosen/instruktur) de­
ngan cara memperbaiki sistem rekruitmen dan tunjangan kinerja,
meningkatkan kualitas pelatihan sesuai kebutuhan industri dan kom-
petensi, memetakan kebutuhan guru keahlian, serta mengembang-
kan komunitas/platform pembelajaran, melakukan pemagangan di
DUDI (dunia usaha dan industri) yang difasilitasi oleh OPD yaitu
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah dan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah, dan
OPD terkait lainnya;
2. Membangun platform pendidikan berbasis teknologi informasi
sejalan dengan tahapan revolusi industri 4.0 dan society 5.0 untuk
kepentingan pedagogi, penilaian dan administrasi: berpusat pada
siswa, interdisipliner, relevan, berbasis project (bukan hafalan), dan
kolaboratif;
3. Menetapkan sistem insentif atas kontribusi dan kolaborasi pihak
swasta di bidang pendidikan dengan cara meningkatkan keterlibatan
DUDI dalam pelaksanaan pendidikan vokasi, memanfaatkan dana
CSR, dan insentif pajak perusahaan-perusahaan besar yang ada di
Sulawesi Tengah antara lain PT. IMIP, PT. Vale Inco, dan PT. Dongi
Senoro-LNG;
4. Mendorong kepemilikan sekolah dan otonomi pendidikan kejuruan,
dimana pihak DUDI atau asosiasi terlibat dalam penyusunan kuri-
kulum, mendorong pembelajaran dan pembiayaan sekolah melalui
sumbangan sektor swasta atau CSR;

127
Wahyuningsih, SE, M.Sc, Ph.D; | Dr. Muzakir, SE, M.Si; | Dr. Asep Mahpudz, M.Si; | Dr. Suparman, SE, M.Si

5. Menyempurnakan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pasar kerja,


pedagogi, dan penilaian dengan cara melakukan penyederhanaan
konten materi, fokus pada ilmu terapan yang terfokus pada kebutuhan
dunia industri, pengembangan karakter berbasis kompetensi dan
fleksibel.
Upaya percepatan pembangunan pendidikan Sulawesi Tengah akan
optimal jika ada koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi program
dan kegiatan dari seluruh stakeholders pendidikan. Dengan demikian,
pola kemitraan yang baik menggunakan penta-helix approach
yakni melibatkan pemerintah, swasta, akademisi, media massa, dan
masyarakat merupakan pivotal variable dalam mewujudkan SDM
Sulawesi Tengah yang berdaya saing.

128
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, (2015). Manajemen Strategi: Teori-Konsep-Kinerja, Mitra


Wacana Media, Jakarta
Andrews, K.R. (1971). The Concept of Corporate Strategy. Dow Jones
Irwin, Homewood (ed.), New York.
Atmodiwirio, S. (2000). Manajemen Pendidikan Indonesia, Gramedia,
Jakarta
Chandler, A.D. (1962). Strategy and Structure: Chapters in The History of
The Industrial Enterprise. Cambridge Mass: Mit Press, The USA
David, F.R. (2011). Strategic Management: Concept & Cases (13th ed).
Upper Saddle River, Prentice Hall, New Jesey, The U.S.A
Massachusetts, The USA
Engkoswara. (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong
Otonomi Daerah. Yayasan Amal Keluarga, Bandung
Hery. (2018). Manajemen Strategik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Islamy, I., (1984). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi
Aksara, Jakarta
Kimani, G. N. (2011). Educational Management. Nairobi: African
Virtual University, Africa
Lubis, M.S. (2007). Kebijakan Publik, Mandar Maju. Bandung
Pearce II, J.A & Robinson, R B. (2009). Strategic Management:
Formulation, Implementation and Control. Irwin and McGraw
Hill, Boston.
Riyadi, 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah (strategi menggali
potensi dalam mewujudkan otonomi daerah). Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

129
Lawrence, R.J. & William, F.G. (1988). Strategic Management and
Business Policy. 3rd Edition, McGraw-Hill Inc, The U.S.A.
Lewis, W.A. (1965). Development Planning, Routledge, London
Rangkuti, F. (2008). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Gramedia. Jakarta
Riyadi dan Bratakusumah, D.S. (2004). Perencanaan Pembangunan
Daerah: Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi
Daerah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Satori, D. (2007). Teori Administrasi Pendidikan Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan, Imtima, Bandung
Thakur, R.R, Dutt, A.K, Thakur., S.K, & Pomery, G.M., (2020). Urban and
Regional Planning Development. Springer International Publishing.
Switzerland.

130
BIODATA PENULIS

Wahyuningsih memperoleh gelar Ph.D dari Monash


University, Melbourne Australia pada Tahun 2005.
Gelar Master (M.Sc) diperoleh dari The University of
Groningen, The Netherlands Tahun 1999, dan gelar
Sarjana Ekonomi dari Universitas Brawijaya Malang
Tahun 1995. Saat ini ia adalah dosen Universitas
Tadulako, Palu Sulawesi Tengah. Kepiawaiannya dalam
bidang ilmu manajemen tidak hanya di dunia akademis, tetapi juga
dalam praktek bisnis. Ia telah menghasilkan banyak tulisan, baik itu
artikel di jurnal berskala nasional maupun internasional. Disamping itu
ia juga aktif menjadi pembicara di beberapa seminar dan conference
baik dalam negeri maupun luar negeri.

Dr. Muzakir adalah seorang dosen di Universitas


Tadulako, Palu Sulawesi Tengah. Dr. Muzakir
memperolah gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Tadulako Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen pada
tahun 1996. Ia kemudian melanjutkan studi Magister
di Universitas Padjajaran Bandung dan memperoleh
gelar M.si pada tahun 2004. Dr. Muzakir memperolah
gelar Doktor pada tahun 2020 di Pascasarjana Universitas Tadulako. Dr.
Muzakir berperan aktif dalam penulisan karya ilmiah di bidang ilmu
manajemen dan juga beliau berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan
ilmiah.

131
Dr. Asep Mahpudz, M.Si, Lahir di Bandung 8
November 1966. Sejak tahun 1992 sebagai Dosen di
program studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) FKIP Universitas Tadulako.
Lektor Kepala Bidang Pendidikan Ilmu Sosial.
Menempuh sarjana di Jurusan PMPKN IKIP Bandung
(tahun 1991). Gelar magister sains (M.Si) pada program S2 Kajian
Ketahanan Nasional Universitas Indonesia (tahun 1996), Doktor (Dr.)
pada program studi Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) di
Universitas Pendidikan Indonesia (tahun 2002). Pernah menjadi Detaser
pada Program Detasering Kemdikbud pada tahun 2013, 2018, 2019 dan
2020. Saat ini aktif menjadi pengurus pusat di Perkumpulan Program
Studi Pendidikan IPS Indonesia (APRIPSI) (2017-2022), dan Ketua
Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (AP3KnI)
Provinsi Sulawesi Tengah (2020-2025). Selain itu, sering menjadi
pembicara pada beberapa pelatihan, lokakarya dan Seminar Nasional
dan Internasional. Alamat kontak: HP. 081342767624 email:
asepmahpudz@gmail.com.

Dr. Suparman lahir di Oloboju 01 September 1972.


Beliau adalah seorang dosen di Universitas Tadulako
Jurusan Ilmu Ekonomi yang aktif menghasilkan karya
ilmiah dan juga aktif menjadi narasumber pada
kegiatan/pertemuan ilmiah. Ia memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada tahun 1997 di Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako, kemudian memperoleh gelar Magister Sains
(M.Si) Ilmu-Ilmu Ekonomi di Universitas Gadjah Mada pada tahun
2005. Dr Suparman memperoleh gelar Doktor (S3) pada tahun 2012 di
Program Studi Ekonomika Universitas Gadjah Mada.

132
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai