Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana komputer
Disusun oleh :
Dian Indayanti
103093029668
i
PERBANDINGAN HASIL PENENTUAN IKLIM BULANANAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
Dian Indayanti NIM : 103093029668
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
PENGESAHAN UJIAN
Menurut Teori Mohr Da n Oldeman Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis” telah diuji dan d
Jakarta, 18 Agustus 2009
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Sistem In formasi
iii
PERNYATAAN
Dian Indayanti
NIM. 103093029668
iv
DIAN INDAYANTI – 103093029668, Perbandingan Hasil Penentuan Curah
Hujan Bulanan Menurut Teori Mohr Dan Oldeman Dengan Pendek atan Sistem
Informasi Geografi, Dibimbing Oleh BAKRI LA KATJONG dan NIDA’UL
HASANATI.
ABSTRAK
Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik, yang didasarkan atas tujuan
penggunaanya, misalnya untuk kegunaan di bidang pertanian , penerbangan dan
kelautan . Klasifikasi iklim hanya memilih data tentang unsur -unsur iklim yang
relevan, yang secara langsung akan mempengaruhi aktivitas atau objek dalam
bidang tersebut. Data-data unsur iklim yang sering digunakan dalam pembagian
zoana iklim adalah curah hujan. Pakar -pakar yang telah dikenal yang
menggunakan data unsur hujan sebagi dasar pembagian zona iklim adalah Mohr,
Schmidt Ferguson dan Oldeman. Meskipun dalam penentuan pembagian zona
iklim menggunakan unsure yang sama, dalam hal ini curah hujan. Namun system
pembagian zona iklim tiap pakar tersebut berbeda. Tujuan yang berbeda
menyebabkan pakar klimatologi mengembangkan k lasifikasi iklim yang berbeda
Karena adanya perbedaan sudut pandang tersebut maka pada kesempatan kali ini
Penulis tertarik untuk membandingkan hasil klasifikasi iklim bulanan menurut
teori Mohr dan Oldeman dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG).
SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya
fisik dan logika yang berkenaan dengan objek -objek yang terdapat di permukaan
bumi.
Hasil penelitian menunjukan : Hasil klasifikasi iklim bulanan menurut teori
Mohr dan Oldema n menunjukkan secara pola spasial relatif sama, namun secara
detil terdapat perbedaan. Perbedaaan ini terjadi karena interval curah hujan
kumulatif untuk menentukan iklim bulanan suatu wilayah antara teori Mohr dan
Oldeman berbeda Pola pergerakan iklim ker ing, menurut teori Oldeman dan
Mohr, dimulai dari wilayah utara dan timur kemudian bergerak meluas kearah
selatan dan barat.
Kata Kunci : Curah Hujan, Mohr, Oldeman, Bulan basah, Bulan lembab, Bulan
Kering, SIG
V Bab + xvii + 94 Halaman + 2 lampiran + 15 Daftar Pustaka (1997 -2009)
v
KATA PENGANTAR
atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah -Nya sehingga Skripsi yang berjudul
3. Dosen pembimbing Bapak Ir. Bakri La Katjong, MT, M.Kom dan Ibu
5. Bapak Nuryadi, .... selaku Kepala Sub Bidang Analisa Iklim Dan
6. Kedua Orang Tua penulis yang telah memberikan support moril dan
materil
vi
8. Keluarga kecil ku di Gd1, terimakasih untuk ukhuwah dan
pembelajarannya.
9. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyusunan
Penulis sangat menyadari bahwa dengan keterbatasan dan kemampuan yang yang penulis miliki, ban yak
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi bagi
Dian Indayanti
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................i
Lembar Pengesahan..........................................................................................ii
Pengesahan Ujian..............................................................................................iii
Pernyataan.........................................................................................................iv
Abstrak...............................................................................................................v
Kata Pengantar.................................................................................................vi
Daftar Isi............................................................................................................viii
Daftar Gambar..................................................................................................xii
Daftar Tabel.......................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.4.1 Tujuan.....................................................................................4
1.4.2 Manfaat..................................................................................4
viii
2.1.2 Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim...............................................7
2.3.1 Defenisi..................................................................................14
2.5 Peta...................................................................................................21
(UTM)...... 27
2.7.2 MySQL..................................................................................29
2.7.2.2 ODBC...................................................................................30
ix
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................32
3.5 Observasi..........................................................................................35
4.1 Peta Iklim Bulanan Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat Menurut
Teori Mohr.......................................................................................48
x
4.2 Peta Iklim Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat Menurut
Mohr.................................................. ......... 66
4.3 Peta Curah Hujan Bulanan Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat
4.4 Peta Iklim Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat Menurut Oldeman.... 89
BAB V PENUTUP 93
5.1 Kesimpulan.......................................................................................93
5.2 Saran.................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.Subsistem SIG....................................................................................15
Gambar 3.4. Halaman Untuk Membuat Basis Data Baru Pada Mysql.................35
xii
Gambar 3.14. Tampilan Proses Tabulate Area.....................................................44
Gambar 4.1. Peta Curah Hujan Bulan Januari – April Menurut Teori
Mohr.................................................................................................49
Gambar 4.3. Peta Curah Hujan Bulan Juni Menurut Teori Mohr.........................53
Gambar 4.4. Peta Curah Hujan Bulan Juli Menurut Teori Mohr..........................54
Gambar 4.5 Peta Curah Hujan Bulan Agustus Menurut Teori Mohr...................56
Gambar 4.6. Peta Curah Hujan Bulan September Menurut Teori Mohr..............59
Gambar 4.7. Peta Curah Hujan Bulan Oktober Menurut Teori Mohr..................62
Gambar 4.8. Peta Curah Hujan Bulan November Menurut Teori Mohr...............64
Gambar 4.9. Peta Curah Hujan Bulan Desember Menurut Teori Mohr...............65
Gambar 4.10.Peta Iklim Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat Menurut
Mohr.................................................................................................66
Gambar 4.11. Peta Curah Hujan Bulan Januari Menurut Teori Oldeman … 69
Gambar 4.12. Peta Curah Hujan Bulan Februari Menurut Teori Oldeman … 70
Gambar 4.1.3. Peta Curah Hujan Bulan Maret Menurut Teori Oldeman… 71
Gambar 4.14. Peta Curah Hujan Bulan April Menurut Teori Oldeman...............73
Gambar 4.16. Peta Curah Hujan Bulan Juni Menurut Teori Oldeman.................77
Gambar 4.17. Peta Curah Hujan Bulan Juli Menurut Teori Oldeman..................79
Gambar 4.18. Peta Curah Hujan Bulan Agustus Menurut Teori Oldeman… 80
Gambar 4.19. Peta Curah Hujan Bulan September Menurut Teori Oldeman . 82
Gambar 4.20. Peta Curah Hujan Bulan Oktober Menurut Teori Oldeman … 83
xiii
Gambar 4.21. Peta Curah Hujan Bulan November Menurut Teori Oldeman . 85
Gambar 4.23. Peta Curah Hujan Bulan Desember Menurut Teori Oldeman . 87
Gambar 4.22. Peta Iklim Banten,DKI Jakarta dan Jawa Barat Menurut
Oldeman
........................................................................................................
89
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Iklim Menurut Mohr...........................................................9
Tabel 4.1 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Maret Per
Tabel 4.2 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan April Per
Tabel 4.3 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Mei Per
Tabel 4.4 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Juni Per
Tabel 4.5 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Juli Per
Tabel 4.6 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Agustus Per
Tabel 4.7 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan September Per
xv
Tabel 4.8 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Oktober Per
Tabel 4.9 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan November Per
Menurut Mohr.....................................................................................68
Tabel 4.11 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Februari Per
Tabel 4.12 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Maret Per
Tabel 4.13 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan April Per
Tabel 4.14 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Mei Per
Tabel 4.15 Tabel Luas Cakupan Wila yah Curah Hujan Bulan Juni Per
Tabel 4.16 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Juli Per
Tabel 4.17 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Agustus Per
Tabel 4.18 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan September
Tabel 4.19 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Oktober Per
xvi
Kabupaten Menurut Oldeman ………………………………… 84
Tabel 4.20 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan November
Tabel 4.20 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Desember
Tabel 4.22 Tabel Luas Cakupan Wilayah Zona Ik lim Per Kabupaten
Menurut Oldeman................................................................................91
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Iklim adalah keadaan cuaca rata -rata dalam waktu satu tahun yang
meliputi wilayah yang luas (Lakitan : 1997) . Iklim terdiri dari unsur -unsur,
yaitu curah hujan, kelembapan udara, tekanan udara, dan suhu udara. Sejak
zaman yunani kuno orang -orang telah berusaha mengetahui kondisi iklim dari
suatu wilayah. Orang yunani kuno telah mengetahui bahwa terdapat hubunga n
antara suhu dan garis lintang dan membagi belahan bumi utara dan selatan
menjadi tiga zona iklim, yakni zona panas, zona sedang dan zona dingin.
pembagian zona iklim berdasarkan garis lintang adalah kurang akurat , karena
hanya menggunakan unsur suhu dan hanya menghasilkan tiga zona iklim
pakar iklim menggunakan unsur -unsur iklim sebagai dasar utama pembagian
zona iklim atau klasifikasi iklim . Data-data unsur iklim yang sering
digunakan dalam pembagian zoana iklim adalah curah hujan. Curah hujan
maupun padat yang berasal atmosfer (Ika Kurnia :2007). Curah hujan
mencakup tetes hujan,salju, batu es, embun, dan embun kristal. Embun kristal
1
adalah kristal-kristal es yang terbentuk pada permukaan, misalnya pada
curah hujan adalah salah satu unsur penting dan besar pengaruhnya te rhadap
sebagainya.
seperti data curah hujan merupakan data yang bereferensi geografi. Data -data
unsur pokok, yakni sistem, informasi dan geografis. Dengan melihat unsur -
unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi yang
sistem informasi, maka SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri
dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek -
sebagi dasar pembagian z ona iklim adalah Mohr, Schmidt Ferguson dan
unsur yang sama, dalam hal ini curah hujan. Namun s istem pembagian zona
iklim tiap pakar tersebut berbeda. Hal ini dikarenakan pembagian zona iklim
2
misalnya untuk kegunaan di bidang pertan ian , penerbangan dan kelautan.
Rumusan Masalah
Bagaimana menentukan curah hujan bulanan suatu daerah dengan menggunakan pendekatan sistem informas
Bagaimana perbandingan hasil penentuan curah hujan bulanan antara dua
1. Teori klasifikasi iklim yang digun akan adalah teori klasifikasi iklim Mohr
3. Lokasi studi penelitia n di Propinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat .
3
1.4. Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang perbandingan klasifikasi iklim men urut dua
1.4.2 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu unsur dasar me
1. Observasi
4
2. Studi Pustaka
yang ada dalam kepustakaan yang berhubungan denga n topik tugas akhir.
satu unsur iklim yakni curah hujan menggunakan software arcview 3.2
Oldeman.
secara garis besar menggambarkan keseluruhan dari isi skripsi yang terdiri
atas lima (5) bab. Adapun kelima (5) bab tersebut adalah :
Bab I : PENDAHULUAN
5
Bab III : METODE PENELITIAN
penelitian, lokasi dan temp at penelitian, pengumpulan data, dan pengolahan data.
Bab IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat hasil akhir dari rangkaian tahap demi tahap yang dilengkapi dengan pembahasan terhad
Bab V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penulisan yang telah diteliti. Selain itu sumbangsih sa
DAFTAR PUSTAKA
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka wa
Iklim adalah keadaan cuaca rata -rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu
Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi cuaca dan iklim, yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembapan uda
Suhu Udara
Fahrenheit (F).
7
2. Tekanan Udara
masa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Besar atau kecilnya
3. Kelembapan Udara
Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat
4. Curah Hujan
Curah hujan adalah endapan atau deposit air dalam bentuk cair
maupun padat yang berasal atmosfer (Ika Kurnia :2007). Curah hujan
mencakup tetes hujan,salju, batu es, embun, dan embun kristal. Embun
Informasi tentang kondisi curah hujan adalah salah satu unsur pe nting
8
seperti: keselamatan masyarakat, produksi pertanian, perkebunan,
unsur-unsur iklim ( Lakitan : 1997). Unsur – unsur iklim yang terdiri dari suhu
udara, tekanan udara , kelembapan udara, dan curah hujan. Unsur -unsur iklim
yang menunjukkan pola keragaman yang jelas merupakan dasar utama dari
klasifikasi iklim yang dilakukan oleh pakar atau institusi yang relevan. Unsur
iklim yag sering dipakai tersebut adalah s uhu dan curah hujan
Klasifikasi iklim umu mnya sangat spesifik, yang didasarkan atas tujuan
atau kelautan. Klasifikasi iklim yang spesifik sesuai dengan kegunaannya ini
tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi dengan hanya
memilih data tentang unsur atau unsur -unsur iklim yang relevan, yang secara
tersebut.
Klasifikasi iklim Mohr diusulkan oleh E.C Mohr pada tahun 1933.
iklim Mohr didasarkan atas jumlah bulan basah dan bulan kering dalan
setahun. Bulan basah dalam klasifikasi iklim Moh r adalah bulan dengan
9
kumulatif kurang dari 60 mm . Sedangkan antara bulan kering dan bulan
basah terdapat bulan lembab yang memiliki total curah hujan kumulatif antara 60 sampai dengan 100 Tabel klasif
Tabel 2.1. Klasifikasi Iklim Menurut Mohr (Lakitan:1997)
total curah hujan lebih dari 100 mm; bulan kering memiliki total curah hujan
1 1a 12 0
2 1b 7-11 0
3 II 4-11 1-2
2.2.2 Klasifikasi Iklim Oldeman
4 III 4-9 2-4
Klasifikasi iklim Oldeman juga menggunakan unsur curah h ujan sebagai dasar klasifikasi iklim. Klasifikasi iklim Oldem
5 IV 4-7 4-6
6 V 4-5 6-7
Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan
palawija. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju
karena sekaligus memperhi tungkan unsur cuaca lain seperti radiasi matahari
10
Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan
bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut -turut. Kriteria dalam
lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan pel uang
Konsepnya adalah:
1. Padi sawah membutuhkan air rata -rata per bulan 145 mm dalam musim
hujan.
kemarau.
5. Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup rapat adalah
75%.
Dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan unt uk padi atau palawija
Padi sawah:
X = 213 mm/bulan
Palawija:
11
50 = 0,75 (0,82 X - 30)
213 dan 118 dibulatkan menjadi 200 dan 100 mm/bulan yang digunakan
bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut -turut. Kriteria dalam
klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab
(BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan pel uang hujan,
klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah pada
jumlah bulan basah berturut -turut. Sedangkan sub divisinya dibagi menjadi 4
1 www.e-dukasi.net
12
Tabel 2.3. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman Berdasar kan bulan kering2
Dari lima tipe utama dan empat sub divisi tersebut Oldeman
2
www.e-dukasi.net
13
2.3 Sistem Informasi Geografis
2.3.1 Defenisi
karakteristik yang penting atau kristis untuk dian alisis. Masih dalam
Prahasta (2002) SIG adalah kimpulan yang terorganisir dari perangkat keras
geografi.
14
2.3.2 Subsistem SIG
yang saling terkait (Prahasta : 2002 ), yaitu masukan ( input) data, pengolahan
atau manajemen data, manipulasi dan analisis, serta keluaran ( output) data.
Masukan data dalam SIG biasanya dari data grafis atau data spasial dan
data atribut atau tabular. Kumpulan data tersebut disebut basis data
1. Data atribut atau numerik berasal dari data statistik, data sensus, data
2. Data grafis atau data spasial, berasal dari peta analog, foto udara dan
dari satelit. Masukan data yang belum dalam bentuk digital harus
15
masukan data. Struktur data spasial dalam SIG terdiri dari dua macam,
tertentu. Struktur data yang kedua adalah struktur data raster, yang
dalam SIG untuk menghasilkan informasi baru sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
yang dihasilkan ada tiga maca m, yaitu cetakan yang berupa peta maupun
tabel atau grafik yang dicetak dengan media kertas, film atau media
lainnya.
16
Data
Manipulation & Analysis
Data Data
Input Output
SIG
Data
Manajemen
Komponen SIG
Sistem SIG terdiri dari beberapa kom ponen berikut (Prahasta, 2003)
Perangkat keras : Perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digiti
Perankatlunak:Setiapsubsistemyangdibahasdiatas
17
lunak SIG yang lai n maupun secara langsung dengan cara
keyboard
4. Manajemen : Suatu proyek SIG akan berhasil jika di manage dengan baik dan dikerjakan oleh o
pada semua tingkatan.
Hardware
SIG Data
Software
terdapat dua jenis fungsi analisis; fungsi analisis spasial dan fungsi
18
analisis atribut (basisdata atribut) . Fungsi analisis atribut terdiri dari
atau record) dari tabel basisdata; mengubahdan meng -edit data yang
driver ODBC
2. Network (Jaringan) : fungsi ini merujuk data spasial titik -titik point
19
4. Buffering : Fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru yang
berbentuk poligon atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial
5. 3D analysis : fungsi ini terdiri dari sub -sub fungsi yang berhubungan
oleh perangkat sig yang berbasiskan raster atau data hasil perekaman
citra satelit.
Data Spasial (data keruangan) adalah data yang memiliki sifat -sifat
keruangan seperti posisi, arah, bentuk, luas atau volume yang menunjukan
dengan dua model yaitu model data raster maupun model data vektor,
pemanfaatannya tergantung dari masukan data dan hasil akhir yang akan
geografi yang terekam sehingga dapat dikenali dan diproses oleh komputer.
Model data raster mempunyai struktur data yang tersusun dalam bentuk
matriks atau piksel. Tingkat keakurasian model ini sangat tergantung pada
ukuran piksel atau biasa disebut dengan resolusi. Model data ini biasanya
20
besarnya ukuran file biasanya semakin tinggi resolusi gridnya semakin besar
Model data vektor merupakan model data yang paling banyak digunakan,
model ini berbasiskan pada titik (points) dengan nilai koordinat (x,y) untuk
bagian lagi yaitu berupa titik (point), garis (line), dan area (polygon).
a. Titik (point)
b. Garis (line)
Garis merupakan bentuk linear yang menghubungkan dua atau lebih titik
c.Area (Poligon)
2.5 Peta
yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda -benda angkasa dan
umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diper kecil atau di
21
skalakan (Hidayati, 2008). Dari defenisi peta tersebut dapat ditarik kesimpulan
simbol
Berdasarkan isinya peta dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu: peta
1. Peta Umum
umum. Peta umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu
pemukiman kota dan lainnya. Peta umum ada 2 jeni s yaitu: peta topografi
a. Peta Topografi
rendahnya)
22
permukaan bumi. Dalam peta topografi digunakan garis kontur (countur
ketinggian sama.
b. Peta Chorografi
Peta chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi dengan skal
yang luas, misalnya propinsi, negara, benua bahkan dunia. Dalam peta
jalan kereta api, batas wilayah, kota, garis p antai, rawa dan lain-lain.
23
2. Peta Khusus atau Tematik
Peta tidak sama besarnya (ukurannya). Ada peta yang berukuran besar
dan ada peta yang berukuran kecil. Besar -kecilnya peta ditentukan oleh besar-
kecilnya skala yang digunakan. Skala peta adalah perbandingan jarak antara
24
Berdasarkan skalanya peta dapat digolongkan menjadi empat jenis,
yaitu:
atau peta dalam sertifikat tanah, oleh karena itu banyak terdapat di
Nasional).
2. Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1 : 5.000 sampai 1 :
3. Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 250.000
daerah yang agak luas, misalnya peta propinsi Jawa Tengah, peta propinsi
maluku.
4. Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skala 1 : 500.000 sampai 1 :
daerah yang relatif luas, misalnya peta negara, benua bahkan dunia.
Peta dibuat orang dengan berbagai tujuan. Berikut ini contoh -contoh peta
SLTP/SMU.
25
3. Peta Informasi Umum ( General Information Map ). Contohnya: peta
pusat perbelanjaan.
PetaAplikasi (Technical Application Map ). Contohnya: peta penggunaan tanah, peta curah hujan.
Peta Perencanaan ( Planning Map). Contohnya: peta jalur hijau, peta
26
2.6.1 Sistem Proyeksi Universal Transvers e Mecator (UTM)
Salah satu sistem proyeksi peta yang terkenal dan sering digunakan adalah Universal Transverse Mecator
dengan zone 54.
27
menjawab query (baik basis data spasial maupun non spasial),
a. Project.
selama bekerja. Sebuah Project berisi pointers yang merujuk pada lokasi
b. Theme.
c. View.
28
View mengorganisasikan theme. Sebuah View merupakan representasi
d. Table.
tertentu.
e. Chart.
Chart juga merupakan representasi grafis dari suatu resume table. Bentuk
chart yang didukung oleh ArcView adalah line, bar, column, xy scatter,
f. Layout.
g. Script.
2.7.2 MYSQL
pembuat database yang bersifat open source. Karena sifatnya yang open
source , dia dapat dijalankan pada semua platform, bai k di linux maupun di
29
windows. MYSQL juga merupakan program pengakses database yang
pengguna (Multiuser).
yang dimiliki SQL (Structure Query Language). SQL adalah suatu bahasa
pengakses database.
Ms. Access, Oracle, dan atau Sybase, dan kemudian m enjalankan SQL
Query yntuk mema nggil records-nya yang diakses oleh pengguna akan
2.7.2.2 ODBC
ODBC (Open data base connectivity) merupakan salah satu cara atau
yang telah terstandarisasi . Oleh karena itu, dengan ODBC dan SQL,
30
menuliskan kode-kode (dengan menggunakan compiler bahasa
pemrograman misalnya MS. VB, VC++, Borland Delphi, C++ Builder dan
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika wilayah II yang berlokasi di Jl. H. Abdu
studi di Propinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
3
3.2 Bahan dan Alat
Perangkat keras (hardware) : Seperangk at komputer dengan spesifikasi Intel Pentium dual-core,hard d
Perangkat lunak (software) : Arc view 3.2 de ngan ekstensi spasial analyst, Mysql 3.23
Bahan yang digunakan dalam pene litian ini Meliputi peta administrasi Propinsi Banten, DKI Jakarta, da
2000).
33
Gambar 3.2.a. Tahapan Penelitian
34
proses
3.5 Observasi
dilakukan di instansi terkait dengan data iklim, yaitu Badan Meteorologi dan
Geofisika. Data unsur iklim yang digunakan adalah data c urah hujan harian
per stasiun BMG selama 30 tahun( periode 1971 -2000). Data tersebut berasal
dari 174 stasiun BMG yang ada di Propinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat.
35
3.6 Metode Pengolahan Data
Pembangunan basis data eksternal dilakukan menggunakan software MySQL. Basis data iklim ini terdiri dar
Basis data eksternal yang dibangun pada penelitian ini terdiri dari dua tabel yaitu :
Tabel stasiun penakar hujan
36
Agustus integer 5 Rata-rata curah hujan Agustus
September integer 5 Rata-rata curah hujan September
Oktober integer 5 Rata-rata curah hujan Oktober
November integer 5 Rata-rata curah hujan November
Desember integer 5 Rata-rata curah hujan Desember
Kemudian akan tampil halaman berikut untuk membuat data base baru.
Gambar 3.4. Halaman Untuk Membuat Basis Data Baru Pada Mysql
37
Setelah itu akan muncul halaman yang menghendaki kita untuk
Gambar 3.5. Tampilan halaman untuk mendefinisikan kolom -kolom pada tabel
hujan :
38
1. Mengubah Proyeksi Peta Ke UTM
Peta administrasi yang digunakan pada penelitia n ini sudah dalam bentuk digital na mun belum memilki proyeksi . M
39
A.
gunakan ”add event theme” dan pengisian kolom yang berisi koordinat x
40
Gambar 3.8. Tampilan Proses Menampilkan Stasiun Penakar Hujan
(A. Menu Add Event Theme, B. Pemilihan Kolom Koordinat)
gabungkan. Tandai kolom yang sama pada masing -masing tabel. Pada
penelitian ini kolom yang sama pada tabel stasiun penakar hujan dan
tabel rata-rata curah hujan bulanan adalah kolom nama stasiun. Setelah
41
Gambar 3.9. Menu Join
4. Interpolasi Grid
Interpolasi grid merupakan prosedur untuk membuat theme grid kontinyu dari data titik shapefile dengan
42
(IDW) adalah dalam hal membuat batasan interval, sehingga klasisfikasi
Contoh tampilan peta curah hujan yang dibuat dengan menggunakan metode inter
43
Gambar 3.11. Peta Curah Hujan Dengan Metode Interpolasi Grid
5. Reklasifikasi
Reklasifikasimerupakan proses menandai kembali data -data menjadikelompok-kelompoktertentu(MujiH
Oldeman.
Tabel 3.3 Tabel penentuan iklim bulanan teori Mohr dan Oldeman
44
Proses reklasifikasi menggunakan arcview 3.2 dengan extensions model builder ,
dengan proses : pada tampilan model builder , pilih menu add process – reclassification, dan dilanjutkan de
KODYASUKABUMI
BANDUNG
KODYABANDUNG
SUMEDANG
MAJALENGKA Kering Lembab Basah
KUNINGAN
SUKABUMI CIANJUR
TASIKMALAYA
GARUT
CIAMIS
W E
90 0 90 180 Miles
S
45
3.6.3 Menghitung Luas Cakupan Wilayah Masing -Masing Iklim di Setiap
disediakan oleh ArcView untuk membuat tabel silang ( cross tab) luasan
antar 2 field theme yang berbeda. Fasilitas ini bisa digunakan apabila
Gambar 3.14. Tampilan Proses Tabulate Area
minimal ada 2 theme pada view. Theme yang dapa t ditabulasi adalah
46
Pada penelitian ini penggunaan tabulasi area untuk mengetahui luas cakupan
system informasi geografi terhadap hasil penentuan iklim bulana n dengan teori
47
BAB IV
4.1 Peta Curah Hujan Bulanan Banten, DKI Jakarta Jawa Barat Menurut
Teori Mohr
Bulan basah dalam klasifikasi iklim Mohr adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif lebih dari 100 m
bulan dengan total curah hujan kumulatif kurang dari 60 mm .
Kabupaten Cirebon . Detil luasan curah hujan bulan April dapat dilihat pada
tabel berikut :
49
Tabel 4.1 Tabel Luas Cakupan W ilayah Curah Hujan Bulan Maret
Tabel 4.2 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan April
50
4.1.2 Peta Curah Hujan Bulan Mei
Gambar 4.2. Peta Curah Hujan Bulan Mei Menurut Teor i Mohr
bulanan, yaitu bulan lembab dan basah dengan prosentase yang tidak sama
51
di setiap Kabupaten. Kabupaten Karawang, Indramayu, Bekasi dan Cirebon
wilayahnya terbagi menjadi 3 jenis curah hujan bulanan , yaitu bulan kering,
lembab, dan basah. Detil luasan curah hujan bulan Mei pada setiap kabupaten dapat dilihat pada ta
Tabel 4.3 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Mei Per
52
4.1.3 Peta Curah Hujan Bulan Juni
Bulan Juni Propinsi Banten , DKI dan Jawa Barat berdasarkan teori
iklim Mohr dalam menentukan kondisi curah hujan bulanan, wilayahnya terbagi menjadi tiga iklim, y
sebagian wilaya h di beberapa Kabupaten di Jawa Barat, antara lain
Karawang, Bekasi. Detil luasan curah hujan bulan Juni pada setiap
53
Tabel 4.4 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Juni
Gambar 4.4. Peta Curah Hujan Bulan Juli Menurut Teori Mohr
54
Pada bulan Juli Propinsi Banten, DKI dan Jawa Barat , seperti
terlihat pada gambar diatas, mengalami bulan kering, bulan lembab dan
mengalami bulan lembab pada bulan Juli adalah sebagian wilayah dari :
Bulan basah pada bulan Juli dialami sebag ian besar Propinsi Ba nten,
sebagian Propinsi Jawa Barat , dan sebagian kecil Propinsi DKI Jakarta .
Detil luasan curah hujan bulan Juli pada setiap kabupaten dapat dilihat pada
tabel berikut :
55
Tabel 4.5 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Juli Per
Jakarta dan Jawa Barat, seperti terlihat pada gambar , m emiliki pola yang
56
hampir sama dengan bulan Juli. Yaitu, ketiga propinsi ini mengalami bulan
kering, bulan basah dan bulan lembab. Bulan kering terpusat di bagian utara
dan timur Jawa Barat. Daerah tersebu t adalah : Sebagian wilayah Karawang,
Pada Propinsi Banten dan DKI Jakarta, Bulan lembab dominan terjadi di
Lebak sebesar 100 % dari wilayahnya. Daerah bagian utara Propinsi Banten
juga mengalami bulan basah, namun dengan cakupan wilayah yang kecil ,
57
seperti di Kodya Tangeran g , Serang, Tangerang . Propinsi DKI Jakarta
Detil luasan curah hujan bulan Agustus pada setiap kabupaten dapat
58
4.1.6 Peta Curah Hujan Bulan September
Gambar 4.6. Peta Curah Hujan Bulan September Menurut Teori Mohr
wilayah pada Propinsi Jawa Barat yang mengalami bulan basah meluas dibandingkan bulan A gustus.
Cianjur, Ciamis, Bogor, Bekasi, dan Bandung.
59
Wilayah-wilayah yang mengalami bulan kering di propoinsi Jawa
60
Tabel 4.7 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan
61
4.1.7 Peta Curah Hujan bulan Oktober
Gambar 4.7. Peta Curah Hujan Bulan Oktober Menurut T eori Mohr
Peta curah hujan bulan Oktober pada Propinsi Banten, DKI Jakarta
,dan Jawa Barat menunjukkan luasan wilayah bulan basah kembali dominan. Wilayah-wilayah yang me
Bandung , Cirebon. Luasan wilayah pada Propinsi Banten, DKI Jakarta , dan
Jawa Barat yang mengalami bulan lembab dan kering jauh berkurang dari
bulan September. Wilayah yang terbagi menjadi bulan lembab dan kering
62
adalah : Kodya Tangerang , Serang , Tangerang , Jakarta barat , Jakarta
63
4.1.8 Peta Curah Hujan B ulan November
Gambar 4.8. Peta Curah Hujan Bulan November Menurut Teori Mohr
wilayah Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat mengalami bulan basah, hanya sebagian kecil
, Tangerang , Jakarta Barat , Jakarta Utara , Karawang , dan Bekasi .
64
Tabel 4.9 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan
Gambar 4.9. Peta Curah Hujan Bulan Desember Menurut Teori Mohr
65
Peta curah hujan bulan Desember menunjukkan Propinsi Banten ,
DKI Jakarta dan Jawa Barat keselu ruhan wilayahnya mengalami bulan
basah. Kondisi iklim pada bulan Desember sama seperti bulan Januari dan Februari.
4.2 Peta Ikim Banten, DKI Jakarta Jawa Barat Menurut Mohr
TASIKMALAYA
GARUT
CIAMIS
W E
80 0 80 160 Miles
S
Gambar 4.10 Peta Iklim Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat Menurut Teori Mohr
( Sumber format penulisan klasifikasi iklim mohr : Dasar Dasar Klimatologi, 1997)
Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat memiliki 4 jenis zona iklim
66
Zona iklim 1a yaitu wilayah yang memiliki jumlah bulan basah 12 bulan
dalam setahun. Zona iklim ini dialami di wilayah selatan Banten dan Jawa
Barat.
Zona iklim 1b yaitu wilayah yang memiliki jumlah bulan basah 7 -11 bulan
dalam setahun dan jumlah bulan kering tidak ada dalam setahun. Zona iklim ini
dialami di Utara Propinsi Banten dan memiliki pola yang menyebar dari
Zona iklim II yaitu wilayah yang dalam setahum memiliki jumlah bulan
basah 4-11 bulan dalam setahun dan jumlah bulan kering 1 -2 bulan dalam
setahun. Zona iklim ini dialami di bagian utara DKI Jakarta, sedikit di utara
Zona iklim III yaitu wilayah yang dalam setahun memiliki jumlah bulan
basah 4-9 bulan dalam setahun dan jumlah bulan kering 2 -4 bulan dalam
setahun. Zona iklim ini terdapat di bagian utara Propinsi Jawa Barat.
Detil Cakupan wilayah masing-masing zona iklim Mohr dapat dilihat pada
67
Tabel 4.10 Tabel Luas Cakupan Wilayah Zona Iklim Per
4.3 Peta Iklim Bulanan Banten, DKI Jakarta Jawa Barat Menurut Teori
Oldeman
Berbeda dengan Mohr , dalam klasifikasi Oldeman bulan basah adalah bulan dengan total curah hujan k
adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif antara 100 mm sampai
dengan 200 mm. Sedangkan bulan ker ing adalah bulan dengan curah hujan
68
4.3.1 Peta Curah Hujan Bulan Januari
Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat mengalami bulan basah. Hal ini menunjukkan bahwa m
basah.
69
4.3.2 Peta Curah Hujan Bulan Februari
Gambar 4.11. Peta Curah Hujan Bulan Februari Menurut Teori Oldeman
PetacurahhujanbulanFebruarimenurutteori Oldeman
menunjukkan hampir keseluruhan wilayah Propinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat mengalami
,Ciamis , Bandung ,dan Cirebon.
Detil luasan curah hujan bulan Februari pada setiap kabupaten dapat
70
Tabel 4.11 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan
Gambar 4.12. Peta Curah Hujan Bulan Maret Menurut Teori Oldeman
71
Peta Curah bulan Maret menurut teori Oldeman menunjukkan
Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat mengalami iklim basah dan
iklim lembab. Iklim basah terjadi di sebagian be sar wilayah Propinsi Banten,
DKI Jakarta dan Jawa Barat. Iklim lembab terjadi di wilayah -wilayah yang
terdapat di bagian utara ketiga propinsi ini. Wilayah – wilayah yang hanya
Cirebon .
Detil luasan curah hujan bulan Februari pada setiap kabupaten dapat
72
Tabel 4.12 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Maret
73
Peta curah hujan bulan April, menurut teori o ldeman, menunjukkan
Propinsi Banten , DKI Jakarta dan Jawa Barat sudah mulai mengalami iklim kering. Iklim basah m
wilayah dibandingkan bulan sebelumnya.
dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.13 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan April
74
4.3.5 Peta Curah Hujan Bulan Mei
luasan wilayah yang mengalami bulan basah mengalami pengurangan dibandingkan bulan April. Wilay
Jawa Barat .
lembab terletak di bagian utara dan barat dari wilayah -wilayah yang
mengalami bulan lembab pada Propinsi Banten dan Jawa Barat. Propinsi
DKI Jakarta sebagian besar wilayahnya men galami bulan lembab. Wilayah-
75
wilayah yang mengalami iklim kering terletak di bagian utara pada Propinsi
dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat p ada tabel di bawah ini.
Tabel 4.14 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Mei
76
4.3.6 Peta Curah Hujan Bulan Juni
Gambar 4.15. Peta Curah Hujan Bulan Juni Menurut Teori Oldeman
juga mengalami perluasan dibandin gkan bulan Mei. Bulan kering terjadi di
77
wilayah-wilayah bagian utara dan timur dari Propinsi Jawa Barat dan DKI
Jakarta.
Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula basah, bulan lembab, dan bulan kering beserta luasann
Tabel 4.15 Tabel Luas Cakup an Wilayah Curah Hujan Bulan Juni
78
4.3.7 Peta Curah Hujan Bulan Juli
Gambar 4.16 . Peta Curah Hujan Bulan Juli Menurut Teori Oldeman
dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
79
Tabel 4.16 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah H ujan Bulan Juli
80
Petacurah hujanbulan Agustus,menurut teori Ol deman,
menunjukkan luasan bulan kering semakin bertambah. Bulan kering terjadi disebagian besar wil
Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula basah, bulan lembab,
dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
81
4.3.9 Peta Curah Hujan Bulan September
Gambar 4.18. Peta Curah Hujan Bulan September Menurut Teori Oldeman
menunjukkan luasan wilayah yang mengalami bulan kering mengalami penguarangan. Wilayah-wilay
Tasikmalaya kemudian ke Garut. Detil wilayah-wilayah yang mengalami
bula basah, bulan lembab, dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat
82
Tabel 4.18 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan
Gambar 4.19. Peta Curah Hujan Bulan Oktober Menurut Teori Oldeman
83
Peta curah hujan bulan Oktober menurut teori Oldeman
bab kering , nampak pada gambar diatas, mengalami pengurangan luasan wilayah dibandingkan bulan September.
Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula basah, bulan lembab,
84
4.3.11 Peta Curah Hujan Bulan November
Gambar 4.20. Peta Curah Hujan Bulan November Menurut Teori Oldeman
menunjukkan Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat masih mengalami bulan basah, bulan le
dialami di bagian utara Propinsi Jawa barat. Sedangkan bulan lembab
beberapa wilayah dibagian utara dan timur laut Propinsi Jawa Barat.
dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
85
Tabel 4.19 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah H ujan Bulan
86
4.3.12. Peta Curah Hujan Bulan Desember
Gambar 4.21. Peta Curah Hujan Bulan Desember Menurut Teori Oldeman
Peta curah hujan bulan Desember Propinsi Banten, DKI Jakarta, dan
h pada ketiga propinsi ini hanya mengalami bulan lembab dan bulan basah. Wilayah – wilayah yang mengalami Bulan basah cakupan wi
Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula n basah, bulan lembab,
dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
87
Tabel 4.20 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan
88
4.4 Peta Ikim Banten, DKI Jakarta Jawa Barat Menurut O ldeman
Gambar 4.22. Peta Iklim Banten,DKI Jakarta dan Jawa Barat Menurut Oldeman
Pada Gambar diatas terlihat propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa
nurut Oldeman yakni zona iklim A1, A2, B1,B2, C1, C2, C3, C4, D1, D2, D3, dan D4 . Zona iklim A1 yaitu
wilayah-wilayah yang memiliki jumlah bulan basah berturut -turut dalam
emiliki jumlah bulan kering berturut kurang dari dua bulan. Zona iklim A2 yaitu wilayah -wilayah yang
mengalami jumlah bulan basah berturut -turut dalam setahun lebih dari 9
dan jumlah bulan kering berturut -turut 2-3 bulan atau memiliki rasio bulan
basah dan bulan kering adalah 75 % : 16% - 25%. Zona iklim B1 yaitu
setahun 7-9 bulan dan jumlah bulan kering berturut kurang dari dua bulan
atau memiliki rasio bulan basah dan bulan kering adalah 58% - 75 % : 8
89
%. Zona iklim B2 yaitu wilayah-wilayah yang mengalami jumlah bulan
basah berturut-turut 7-9 bulan dam setahun dan junlah bulan kering
berturut-turut 2-3 bulan atau memiliki rasio bulan basah dan bulan kering
wilayah yang mengalami bulan basah berturut -turut 5-6 bulan dalam
setahun ( 42% - 50 % bulan basah dalam setahun) . Zona iklim ini terbagi
sampai empat sub zona iklim. Sub zona 1 yaitu wilayah -wilayah yang
berturut 2-3 bulan ( 16% - 25 % bulan kering dalam setahun) , sub zona 3
6 (33%- 50% bulan kering dalam setahun) , dan sub zona 4 yaitu wilayah -
dari 6 bulan ( > 50% bulan basah dalam setahun) . Zona iklim D
turut dalam setahun 3 -4 bulan ( 25%- 33% bulan basah dalam setahun) ,.
Zona iklim D sama s eperti Zona iklim C juga terbagi lagi menjadi 4 sub
zona iklim. Sub zona iklim pada zona iklim D memiliki karakteristik
Pada gambar diatas juga terli hat Zona iklim yang paling dominan
adalah zona ikli m D2. Untuk detil wilayah setiap zona iklim dapat dilihat
90
Tabel 4.21 Tabel Luas Cakupan Wilayah Zona Iklim Per Kabupaten
Menurut Oldeman
4.5. Hasil Perbandingan Sistem Klasifikasi Iklim Mohr dan Oldeman Dalam
(lakitan: 2007) . Oleh karena itu dalam menentukan mana yang lebih baik
antar system klasifikasi iklim Mohr dan Oldeman harus kembali meihat
91
Indonesia sering ditekankan p ada pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya
pertanian. . Pada daerah tropik, seperti Indonesia, suhu udara jarang menjadi
pertanian khususnya budidaya padi. Hal ini pula yang menjadi dasar
mm atau lebih dengan distribusi selama empat bulan ( Warsito : 2008). Jika
klasifikasi iklim Mohr dan Oldeman yang lebih cocok diterapkan adalah
bulan basah adalah bulan dengan curah hujan kumulatif lebih dari 200 mm,
sedangkan pada system klasifikasi iklim Mohr bulan basah adalah bulan
dengan curah hujan kumulatif lebih dari 100 mm. Kriteria penentuan bulan
curah hujan untuk pertumbuhan normal pada ta naman padi yakni minimal
92
4.5 Ikhtisar Perbandingan Curah Hujan Bulanan Teori Mohr dan Oldeman
Hujan bulanan di Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat secara sp asial
menurut teori Mohr dan Oldeman agar persamaan dan perbedaan terlihat lebih
jelas.
93
Tabel 4.22. Ikhtisar Perbandingan Iklim Bulanan Menurut Teori Mohr Dan Oldeman
iklim lembab
92
Bulan Mohr Oldeman Keterangan
lembab
lembab.
iklim kering.
93
Bulan Mohr Oldeman Keterangan
kering.
kering.
kering.
94
Bulan Mohr Oldeman Keterangan
kering.
kering
kering
95
Bulan Mohr Oldeman Keterangan
basah.
kering.
kering
96
Bulan Mohr Oldeman Keterangan
kering.
97
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hujan Bulanan Menurut Teori Mohr Dan Oldeman Dengan Pendekatan Sistem
relatif sama. Hal ini terlihat jika su atu wilayah dinyatakan mengalami
bulan basah menurut teori Mohr, maka menurut teori O ldeman wilayah
3. Walaupun secara pola spasia l kedua teori klasifikasi curah huja bulan
Oldeman berbeda
hanya terjadi pada bulan Januari . Hal ini terjadi karena rata -rata
bulanan curah hujan kumulatif > 200 dan menurut teori Mohr dan
93
5. Pola pergerakan bulan kering, menurut teori Oldeman dan Mohr,
Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat terbagi menja di 12 zona
iklim menurut Oldeman yakni zona iklim A1, A2, B1,B2, C1, C2, C3, C4, D1, D2, D3, dan D4.
Dalam penerapannya di berbagai wilayah di Indonesia yang bertipe
agraris, system klasifikasi ik lim yang lebih sesuai adalah system klasifikasi iklim Oldeman.
Saran
Bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi penelitian berikutnya
94
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Baba., dan U.S. Wiradisastra. 2000. Si stem Informasi Geografi; Sarana
Haryadi, Muji. 2005. Materi Mata Kuliah GIS [ Modul Mata Kuliah]. Tidak
Hidayatullah Jakarta.
http://elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/Geo
grafi/PENGETAHUAN%20PETA.pdf .
http://www.e-dukasi.net
SipilDanPerencanaanInstitutTeknologiSepuluhNovember. Surabaya.
Prahasta, Eddy. 2002. Konsep -Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.
Informatika . Bandung.
Informatika. Bandung.
Prahasta, Eddy. 2004. Sistem Informasi Geografis: Tools dan Plug -Ins.
Informatika Bandung.
Primayuda,Aris.2006.PemetaanD aerahRawanDanResikoBanjir
Menggunakan Sistem Informasi Geografis ( Studi Kasus Kabupaten Trenggalek, Propinsi Jawa Timur) [Skrip
Institut Pertanian Bogor.