Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN

MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) DAN RE ORDER POINT


(ROP) STUDI KASUS PADA MEBEL PD BAROKAH LAMPUNG TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :

SANTI PRATIWI

NPM. 19630049

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2023
ii
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN
MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) DAN RE ORDER POINT
(ROP) STUDI KASUS PADA MEBEL PD BAROKAH LAMPUNG TENGAH

PROPOSAL

Diajukan :
Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Studi Sarjana Akuntansi Strata Satu (S1)

Oleh :

SANTI PRATIWI
NPM. 19630049

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2023

iii
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN


MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) DAN RE ORDER POINT
(ROP) STUDI KASUS PADA MEBEL PD BAROKA LAMPUNG TENGAH

SANTI PRATIWI
NPM. 19630049

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Metro, Januari 2023


Dosen Pembimbing I

H. Jawoto Nusantoro.,S.E.,M.Si
NIDN. 0219127001

Dosen Pembimbing II

Ana Septiani., S.E.,M.Si


NIDN. 021111910

Mengetahui :
Ketua Program Studi Akuntansi

iv
Elmira Febri Darmayanti.,S.E.,M.A.B
NIDN. 0211028002

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-
Nya kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi
ini dengan baik yang berjudul “ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN
PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE JUST IN
TIME (JIT) DAN RE ORDER POINT (ROP) STUDI KASUS PADA MEBEL PD
BAROKAH LAMPUNG TENGAH”.

Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengerjakan skripsi pada program Strata-1 Akuntansi pada Universitas
Muhammadiyah Metro. Peneliti menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini
tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. H. Jazim Ahmad, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Metro.


2. H. Suwarto, S.E.,M.M Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Metro.
3. Dr. H. Febriyanto, S.E.,M.A.B sebagai Wakil dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Metro.
4. Elmira Febri Darmayanti, S.E.,M.A.B sebagai Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Metro.
5. Bapak H. Jawoto Nusantoro, S.E.,M.Si Selaku Dosen Pembimbing I dan
Ibu Ana Septiani, S.E.,M.Si Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu serta pemikirannya untuk membimbing dan
memberikan arahan dan saran serta ide-ide dalam penyusunan proposal
skripsi sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Keluarga besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Civitas Akademik
Universitas Muhammadiyah Metro.
7. Orang tua Ayah Budi Utomo dan Ibu Suparti, Kakek Supardi (Alm.) dan
Nenek Sutarwi, keluarga, dan sahabat peneliti yang selalu mendoakan,

v
memberikan motivasi dan dukungan serta pengorbananya baik dari segi
moril maupun materil kepada peneliti selama menyelesaikan skripsi.
8. Bapak Sutrisno selaku Pemilik Mebel PD Barokah yang telah banyak
membantu dan memberikan kesempatan bagi peneliti dalam
mendapatkan pengalaman serta membantu dalam usaha memperoleh
data yang diperlukan.
9. Seluruh teman-teman seperjuangan mahasiswa program studi S1
Akuntansi Angkatan 2019 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Metro yang selalu memberikan arahan dan dukungan
kepada peneliti selama masa perkuliahan.
10. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu selama
proses pembuatan proposal skripsi ini.

Peneliti menyadari penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik yang
membangun serta saran demi perbaikan dimasa yang akan datang. Peneliti
berharap proposal skripsi ini dapat bermanfaat sebagai pengetahuan dan
ilmu-ilmu bagi para pembaca dan peneliti sendiri.

Metro, Januari 2023

Santi Pratiwi

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................

LEMBAR LOGO...................................................................................

HALAMAN JUDUL...............................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................

DAFTAR TABEL..................................................................................

DAFTAR GAMBAR..............................................................................

Bab I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah....................................................................

B. Identifikasi Masalah..........................................................................

C. Rumusan Masalah...........................................................................

D. Tujuan Penelitian.............................................................................

E. Manfaat............................................................................................

F. Sistematika Penulisan......................................................................

BAB II KAJIAN LITERATUR

A. Teori agensi.....................................................................................

1. Akuntansi Biaya........................................................................

A. Pengertian Akuntansi Biaya....................................................

B. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Biaya......................................

C. Klasifikasi Biaya......................................................................

D.Biaya Produksi.........................................................................

2. Pengertian Persediaan..............................................................
3. Persediaan Dalam Perspektif Just In Time(JIT)........................
4. Pengendalian Internal Atas Persediaan....................................
5. Metode Pengendalian bahan baku............................................

viii
B. Biaya Produksi.................................................................................

1. Pengertian Biaya Produksi........................................................


2. Jenis-Jenis Biaya Produksi.......................................................
3. Efisiensi Biaya Produksi............................................................

C. Just In Time (JIT).............................................................................

1. Pengertian Just In Time (JIT)....................................................


2. Perkembangan Just In Time (JIT).............................................
3. Tujuan Just In Time(JIT)...........................................................
4. Manfaat Metode Just In Time(JIT)............................................
5. Prinsip Dasar Just In Time (JIT)................................................
6. Jenis-Jenis Just In Time (JIT)...................................................
7. Perbedaan Sistem JIT & Si stemTradisional.............................

D. Pengertian Re Order Point (ROP)....................................................

1. Cara menentapkan Re Order Point...........................................

E. PenelitianTerdahulu.........................................................................

F. Kerangka Pikir..................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian................................................................................

B. Definisi Operasional.........................................................................

C. Jenis dan Sumber Data....................................................................

D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................

E. Teknik Analisis Data.........................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

x
DAFTAR GAMBAR

xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen persediaan menjadi salah satu tugas akuntan

manajemen dalam menyajikan informasi bagi pihak internal perusahaan

seperti manajer, pekerja, dan eksekutif. Informasi yang disajikan tersebut

berguna bagi manajemen dalam pengambilan keputusan atas kinerja

operasional perusahaan, sehingga informasi ini bersifat subjektif, valid,

akurat, dan relevan. Manajemen akuntansi dalam mengelola manajemen

persediaan sangat penting dalam penentuan besarnya persediaan yang

merupakan poin penting dalam pengelolaan persediaan yang harus

dilakukan oleh manajemen perusahaan. Hal tersebut dikarenakan

persediaan dikaitkan dengan laba perusahaan, jika terjadi kekeliruan

persediaan atas penentuan kuantitas persediaan maka akan menekan

laba yang dimiliki perusahaan.

Perlu kita ketahui, persediaan sebagai salah satu unsur aktiva lancar

yang berperan aktif dalam kinerja operasional untuk memperoleh

pendapatan sehingga sangat sensitif (Rahmiati, 2021). Persediaan tidak

lepas kaitannya dengan permintaan konsumen. Jika permintaan meningkat

dan persediaan tidak tersedia maka akan menimbulkan kelangkaan produk

sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan konsumen dan harga suatu

produk di pasar menjadi tidak stabil (Sutrisna,2021). Demikian sebaliknya

jika permintaan menurun maka akan terjadi kelebihan produk yang dapat

menimbulkan kerugian.

Pengendalian persediaan sebagai rangkaian kebijakan pengendalian

memiliki peran penting dalam aktivitas distribusi meliputi tingkatan mana

yang wajib dilindungi aman, stok yang wajib dipesan, serta stok yang wajib

diisi agar tidak terjadi kelebihan persediaan atau sebaliknya kekurangan


1
2

persediaan sehingga dapat menjaga tingkat persediaan yang optimal dan

dapat menghemat biaya persediaan. Menghadapi masalah yang mungkin

terjadi, perusahaan perlu adanya kebijakan peraturan pada penerapan

manajemen persediaan menggunakan metode Reorder Point (ROP) dalam

pengendalian persediaan untuk mengoptimalkan persediaan dengan biaya

yang efisien, menghindari kekurangan atau kelebihan stok barang (Rifandy,

2019), memenuhi jumlah pesanan agar tepat waktu yang ideal,

mengantisipasi jumlah pesanan yang over stock, dan keterlambatan barang

serta mencegah masalah yang dapat merugikan perusahaan (Olsuin,

2020).

Setiap perusahaan umumnya bertujuan untuk memaksimalkan laba.

Oleh karena itu, untuk mencapai laba yang maksimum tersebut diperlukan

suatu sistem agar kemampuan yang dimiliki suatu perusahaan dapat

mencapai tujuan tersebut. Dengan menerapkan sistem Just In Time ini

maka diharapkan perusahaan dalam proses produksinya akan memiliki

biaya yang rendah, harga jual yang murah, kualitas yang baik, dan

kemampuan ketepatan waktu pengiriman kepada pelanggan. Perusahaan

industry manufaktur, bahan baku memegang peranan penting bagi

kelangsungan hidup perusahaan, yaitu untuk mempertahankan stabilitas

ekonomi perusahaan.

Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam

suatu perusahaan karena berfungsi menghubungkan operasi berurutan

dalam membuat suatu barang hingga penyampaiannya pada konsumen.

Karena itu perusahaan perlu mengadakan perencanaan dan pengendalian

persediaan bahan baku yang baik. Agar proses produksi dalam perusahaan

dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat diperoleh kuantitas yang

optimal dan diharapkan adanya penghematan biaya yang digunakan untuk

produksi dalam perusahaan. Suatu metode yang dapat mengefisiensikan


3

biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan tanpa harus

menurunkan kualitas produk yaitu dengan metode Just In Time (JIT).

Just In Time adalah filosofi yang memusatkan pada aktivitas yang

diperlukan oleh internal lainnya dalam suatu organisasi. Empat aspek pokok

Just In Time meliputi; aktivitas yang tidak bernilai tambah harus dieliminasi,

komitmen untuk selalu meningkatkan mutu, penyempurnaan yang

berkesinambungan, dan penyederhanaan aktivitas. Sistem Just In Time

menitikberatkan pada pembelian persediaan dalam jumlah yang tepat,

waktu yang tepat dan pada tempat yang tepat. Pada sistem ini ciri yang

utama adalah tidak adanya persediaan karena persediaan dianggap hanya

merupakan pemborosan. Dalam sistem produksi Just In Time, persediaan

dibeli sangat kecil dengan pengiriman berkala dan tepat waktu saat

digunakan. Tujuan utama Just In Time adalah menghilangkan pemborosan

dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas proses produksi yang

sangat kompleks dan juga pembiayaan yang kurang efisien akan

menimbulkan pemborosan dalam penggunaan sumber daya.

Pada era teknologi canggih ini, proses produksi yang rumit harus

disederhanakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan produk-produk

yang berkualitas dalam kurun waktu yang lebih singkat dengan efisiensi

biaya yang optimal dan hasil produksi yang efektif. Untuk merealisasikan

hal tersebut, maka timbullah suatu filosofi yaitu Just In Time (JIT). JIT juga

merupakan suatu teknologi berupa sistem yang mengendalikan proses-

proses teknis dan proses sumber daya manusia dalam organisasi. JIT

merupakan salah satu konsep yang mendukung manajemen biaya untuk

mengantisipasi perubahan yang terjadi di lingkungan industri sebagai akibat

kemajuan teknologi dan otomatisasi (Rahayu, 2015).

Just In Time (JIT) dapat diterapkan di berbagai bidang fungsional,

namun bidang fungsional yang telah banyak menerapkan sistem Just In


4

Time (JIT) ini adalah bidang pembelian dan produksi pada perusahaan

manufaktur. Dalam sistem produksi Just In Time, perusahaan hanya akan

memproduksi barang sesuai dengan permintaan konsumen, sehingga

dapat meminimalisir penyimpanan persediaan di gudang bahkan sampai

tingkat zero inventory. Untuk itu, perusahaan perlu melakukan perubahan

dalam lingkungan perusahaannya diantaranya yaitu perubahan dari layout

pabrik, rancangan proses, standar kualitas dan persediaan. (Wening Galih,

2019). Keberhasilan dalam penerapan Just In Time (JIT) ini tentunya

membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik dari lingkungan internal

perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan. Dengan adanya

kerjasama yang baik diharapkan penerapan Just In Time ini memberikan

hasil yang maksimal dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi

perusahaan, (Wening Galih, 2019).

Mebel PD Barokah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

industri furnitur kayu. Mebel PD Barokah memproduksi furnitur rumah

tangga seperti meja kursi, lemari meliputi pintu, rak, mahkota, lambung,

pagar, dan kaki lemari. Komponen furnitur tersebut selanjutnya dirakit

menjadi sebuah produk furnitur, seperti lemari, meja, kursi, bufet, tolet,

dipan, dan rak. Mebel PD Barokah juga memproduksi Palet yang akan

didistribusikan ke PT SPM II. Kayu Palet sendiri lebih sering digunakan oleh

perusahaan bagian pergudangan atau perusahaan yang bergerak dibidang

Logistik, transportasi dan industry. Kayu palet ini digunakan sebagai media

yang mempermudah transit pengapalan ekspor barang sagu.

Bahan baku yang digunakan Mebel PD Barokah yaitu bahan kayu

utuh (solid wood) sebagai bahan baku utama dalam pembuatan produk

furnitur. Bahan baku tersebut berasal dari hutan rakyat yang diperoleh dari

pengusaha kayu setempat. Perusahan ini membedakan harga jual produk

berdasarkan dua jenis bahan baku kayu solid, yaitu bahan kayu jati

(Tectona grandis) dan bahan kayu non jati. Beberapa jenis kayu non-jati
5

yang biasa dimanfaatkan untuk kegiatan produksi oleh perusahaan ini

diantaranya kayu bayur (Pterospermum javanicum), kayu jengkol

(Archidendron jiringa), kayu mahoni (Swietenia macrophylla), kayu durian

(Durio zibethinus), dan kayu waru (Hibiscus macrophyllus). Berikut data

bahan baku Mebel Barokah Bulan November 2022 sebagai berikut:

Tabel 1. Data Bahan Baku Mebel Barokah Bulan November 2022

No Nama Bahan Baku Jumlah Ukuran Jumlah


Produk Bahan Produk (cm) Produk
Baku yang
dihasilkan
1. Palet Kayu Waru 2.688 80 x 100x 12 21 unit
(Hibiscus m3
Macrophyllus).
2. Lemari Kayu Mahoni 257 m3 120x50x200 1 unit
(Swietenia
Macrophylla)
3. Meja Kayu Jati 514 m3 112x60x92 2 unit
(Tectona
Grandis)
4. Kursi Kayu Mahoni 771 m3 120x60x42 3 unit
(Swietenia
Macrophylla)
5. Bufet Kayu Mahoni 190 m3 150x45x80 1 unit
(Swietenia
Macrophylla)
6 Dipan Kayu Jati 617 m3 200x120 2 unit
(Tectona
Grandis)
7 Rak Kayu Bayur 946 m3 90x29x150 5 unit
(Pterospermum
Javanicum)
Sumber: Mebel Barokah, 2022.

Mebel PD Barokah dalam persediaan bahan baku dihadapi dengan

berbagai masalah seperti bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi

yang ditentukan perusahaan dari supplier, sehingga proses selanjutnya

belum dapat dilaksanakan. Keadaan seperti itu menyebabkan

penumpukkan kayu di gudang bahan baku, sehingga membuat kualitas

komponen menjadi turun dan mengalami kerusakan atau pelapukan.

Masalah selanjutnya, persediaan kayu yang sulit ditemukan seperti kayu

Jati dan perlu di kirimkan langsung dari luar kota untuk memenuhi

kebutuhan produksi. Keadaan seperti ini membuat biaya produksi menjadi


6

meningkat. Berikut data penjualan Mebel Barokah Tahun 2022 dan

November sebagai berikut :

Tabel 2. Data Penjualan Mebel Barokah Tahun 2022

No Produk Unit Terjual Harga Satuan Total


1. Palet 250 unit Rp. 90.000 Rp. 22.500.000
2. Lemari 12 unit Rp. 3.000.000 Rp. 36.000.000
3. Meja 15 unit Rp. 1.500.000 Rp. 22.500.000
4. Kursi 20 unit Rp. 2.500.000 Rp. 50.000.000
5. Bufet 10 unit Rp. 2.000.000 Rp. 20.000.000
6 Dipan 11 unit Rp. 3.000.000 Rp. 33.000.000
7 Rak 25 unit Rp. 1.000.000 Rp. 25.000.000
Jumlah Rp.209.000.000
Sumber: Mebel Barokah, 2022

Mebel PD Barokah yang dalam kesehariannya melakukan kegiatan

produksi berdasarkan pesanan tersebut belum menerapkan akivitas

penghitungan biaya-biaya secara efektif. Perhitungan biaya masih

dilakukan secara manual. Penghitungan biaya-biaya dengan cara tersebut

dikhawatirkan dapat berimplikasi pada banyak hal, seperti kesulitan dalam

menentukan harga jual produk, kegiatan pengambilan keputusan yang tidak

tepat, bahkan kerugian secara finansial. Penelitian mengenai analisis biaya

produksi furnitur di perusahaan tersebut diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai data-data biaya produksi yang valid dan dapat

dimanfaatkan sebagai acuan dalam melakukan tindakan pengambilan

keputusan oleh perusahaan.

Penerapan metode Just in time (JIT) diharapkan dalam proses

produksinya akan memiliki biaya yang rendah, harga jual yang murah,

kualitas yang baik, dan kemampuan ketepatan waktu pengiriman kepada

konsumen. Metode just in time (JIT) merupakan suatu metode yang dapat

mengefisiensikan biaya-biaya yang berhubungan dengan biaya produksi

tanpa harus menurunkan kualitas produk. Penerapan metode Just in time

(JIT) ini sangatlah penting dalam mengendalikan biaya produksi, sehingga

memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian pada perusahaan sektor

industri. Oleh karena itu, peneliti mengangkat sebuah judul penelitian yakni

“ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU


7

DENGAN MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) DAN RE

ORDER POINT (ROP) STUDI KASUS PADA MEBEL PD BAROKAH

LAMPUNG TENGAH”.

B. Identifikasi Masalah

Mebel PD Barokah dalam persediaan bahan baku dihadapi dengan

berbagai masalah seperti bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi

yang ditentukan perusahaan dari supplier, sehingga proses selanjutnya

belum dapat dilaksanakan. Keadaan seperti itu menyebabkan

penumpukkan kayu di gudang bahan baku, sehingga membuat kualitas

komponen menjadi turun dan mengalami kerusakan atau pelapukan.

Masalah selanjutnya, persediaan kayu yang sulit ditemukan seperti kayu

Jati dan perlu di kirimkan langsung dari luar kota untuk memenuhi

kebutuhan produksi. Keadaan seperti ini membuat biaya produksi menjadi

meningkat.

Mebel Barokah belum menerapkan akivitas penghitungan biaya-biaya

secara efektif. Perhitungan biaya masih dilakukan secara manual.

Penghitungan biaya-biaya dengan cara tersebut dikhawatirkan dapat

berimplikasi pada banyak hal, seperti kesulitan dalam menentukan harga

jual produk, kegiatan pengambilan keputusan yang tidak tepat, bahkan

kerugian secara finansial.

C. Rumusan Masalah

1) Bagaimana sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan

menggunakan metode Just In Time (JIT) Pada Mebel PD Barokah

Lampung Tengah?

2) Bagaimana sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan

menggunakan metode Re Order Point (ROP) Pada Mebel PD Barokah

Lampung Tengah?

D. Tujuan Penelitian
8

1. Mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan

menggunakan metode Just In Time (JIT) Pada Mebel PD Barokah

Lampung Tengah.

2. Mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan

menggunakan metode Re Order Point (ROP) Pada Mebel PD Barokah

Lampung Tengah.

E. Manfaat
1. Peneliti
Menerapkan dan mempraktekkan teori-teori yang telah diperoleh di
bangku kuliah khususnya mengenai penerapan Just In Time (JIT) dan
Re Order Point (ROP) disuatu perusahaan.
a. Perusahaan
Membantu perusahaan dalam menerapkan sistem produksi Just In
Time (JIT) dan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang
terjadi sehingga dapat mengetahui sistem pengendalian persediaan
bahan baku dengan menggunakan metode Just In Time (JIT) dan Re
Order Point (ROP).
b. Peneliti Lain
Memberikan sumbangan pengetahuan kepada peneliti lain dan
sebagai bahan referensi apabila menghadapi dan mengatasi masalah
yang sama pada sebuah perusahaan.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, selanjutnya

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN LITERATUR

Dalam bab ini menguraikan deskripsi teori, hasil penelitian relevan,

kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN


9

Dalam bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari

jenis penelitian, obyek dan lokasi penelitian, operasional variabel,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menguraikan tentang hasil penelitian berupa gambaran

umum objek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan hasil pembahasan

peneltian dan saran.

DAFTAR LITERATUR

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II
KAJIAN LITERATUR
10

A. Teori Agensi

Agency Theory atau teori keagenan mendasari praktek

pengungkapan laporan tahunan oleh perusahaan terhadap para

pemegang saham. Teori keagenen Jensen and Meckling (1976) memiliki

asumsi bahwa para pemegang saham tidak memiliki cukup informasi

tentang kinerja dan kondisi perusahaan. Agen memiliki lebih banyak

informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan prospek

perusahaan secara keseluruhan dimasa yang akan datang dibandingkan

dengan principal (Hidayat, 2021). Inilah yang menyebabkan adanya

ketidakseimbangan informasi yang dimiliki antara prinsipal dan agen,

sehingga mengakibatkan asimetri informasi. Munculnya masalah

keagenan terjadi karena ada pihak-pihak yang memiliki perbedaan

kepentingan pribadi namun saling bekerja sama dalam pembagian

wewenang yang berbeda. Masalah keagenan ini dapat merugikan

prinsipal karena pihak prinsipal tidak mendapatkan informasi yang

memadai dan tidak memiliki cukup akses dalam mengelola perusahaan.

Meisser et al, (2006:7) mengemukakan bahwa hubungan keagenan

ini dapat mengakibatkan munculnya permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Adanya asimetri informasi (information asymmetry), yaitu

kondisi dimana manajemen memiliki lebih banyak informasi

mengenai keadaan kondisi perusahaan serta posisi

keuangan yang sebenarnya terjadi disbanding principal.

2. Munculnya konflik kepentingan (conflict of interest). Hal ini

diakibatkan karena adanya perbedaan kepentingan, dimana

manajemen bertindak tidak selalu sejalan dengan

kepentingan principal. Kepentingan tersebut salah satunya

adalah kepentingan ekonomis yang saling berbeda, sehinga

dimungkinkan manajemen mengambil keputusan yang tidak

sesuai dengan keinginan pemilik modal.


11

Untuk mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini akan

timbul biaya keagenan yang ditanggung oleh principal dan agen. Jensen

dan Meckling (1976) membagi biaya keagenan menjadi 3, yaitu sebagai

berikut:

1. Monitoring cost, yaitu biaya yang timbul dan ditanggung oleh

principal. Biaya ini dikeluarkan untuk melakukan monitoring

perilaku agen, yaitu untuk mengukur serta mengamati dan

mengontrol perilaku agen.

2. Bonding cost, yaitu biaya yang timbul dan ditanggung oleh

agen. Biaya ini dikeluarkan untuk jaminan agen bahwa agen

bertindak sesuai dengan kepentingan principal.

3. Residual loss, yaitu berkurangnya kemakmuran principal

sebagai pengorbanan akibat dari perbedaan keputusan antara

agen dan principal.

Untuk mengurangi biaya agensi, maka diperlukan alat kontrol yang

dapat mengurangi risiko terjadinya asimetri informasi dan konflik

kepentingan, yaitu laporan keuangan. Para pemilik modal menggunakan

informasi yang ada pada laporan keuangan sebagai sarana transparansi

dari akuntabilitas manajer. Diharapkan dengan adanya pengungkapan

yang luas dapat mengurangi asimetri informasi antara pihak agen dan

principal. Dalam penelitian ini agency theory sangat mendukung dengan

variabel-variabel yang diproksikan. Diantaranya variabel-variabel yang

sesuai dengan teori keagenan adalah variabel ukuran perusahaan

berperan sebagai variabel untuk mempertimbangkan tingkat agency cost

yang dibutuhkan berdasarkan besar kecilnya perusahaan (Daniel, 2013),

tingkat leverage dan likuiditas menjadi tolok ukur berdasarkan biaya

modal perusahaan, struktur kepemilikan berperan untuk

mempertimbangkan pengambilan keputusan ekonomi berdasarkan besar

kecilnya proporsi kepemilikannya (Daniel, 2013), profitabilitas menjadi


12

mekanisme monitoring yang efektif dalam pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh pihak manajemen, dan umur listing sebagai pertimbangan

tingkat control yang dilakukan, sehingga variabel-variabel yang diteliti

mempunyai dasar teori yang kuat dan sesuai.

Suatu metode yang dapat mengefisiensikan biaya-biaya yang

berhubungan dengan persediaan tanpa harus menurunkan kualitas

produk yaitu dengan metode Just In Time (JIT). Just In Time (JIT) adalah

filosofi yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh internal

lainnya dalam suatu organisasi. Empat aspek pokok Just In Time (JIT)

meliputi ; aktivitas yang tidak bernilai tambah harus dieliminasi, komitmen

untuk selalu meningkatkan mutu, penyempurnaan yang

berkesinambungan, dan penyederhanaan aktivitas.

Sistem Just In Time (JIT) adalah suatu sistem dimana dalam

proses produksi dilakukan ketika adanya permintaan dari konsumen

dengan menghilangkan atau menekan adanya biaya pemborosan dan

memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara seefisien mungkin didalam

kegiatan produksi terhadap suatu produk. Dengan ciri utama tidak

adanya persediaan karena persediaan dianggap hanya merupakan

pemborosan. Berbagai upaya dilakukan oleh pihak manajemen

perusahaan dalam menjaga efisiensi dan efektivitas perusahaan.

Efisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan untuk mencapai

tujuan, sedangkan efektif mengacu pada proses pencapaian tujuan.

Diharapkan perusahaan dapat mempertahankan kualitas produk yang

dihasilkannya. Hal ini dikarenakan fungsi produksi adalah kegiatan

terbesar dalam perusahaan manufaktur untuk menghasilkan produk.

Penerapan metode Just In Time (JIT) dalam proses produksi akan

memiliki biaya yang rendah, harga jual yang murah, kualitas yang baik,
13

dan kemampuan ketepatan waktu pengiriman kepada konsumen. Metode

Just In Time (JIT) merupakan suatu metode yang dapat

mengefisiensikan biaya-biaya yang berhubungan dengan biaya produksi

tanpa harus menurunkan kualitas produk.

1. Akuntansi Biaya

A.Pengertian Akuntansi Biaya

Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (2012;7) adalah

“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan

dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan

cara-cara tertentu, serta serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan

akuntansi biaya adalah biaya”. Adapun menurut Armanto Witjaksono

(2013;3) “Akuntansi biaya adalah salah satu dari sekian banyak disiplin

ilmu dalam akuntansi. Akuntansi biaya secara sederhana dapat di artikan

dari istilahnya sebagai akuntansi yang khusus digunakan untuk

pengukuran laporan biaya. Didefenisikan sebagai ilmu dan seni mencatat,

mengakumulasikan, mengukur serta menyajikan informasi berkenaan

dengan biaya dan beban.

Sesuai dengan defenisi tersebut ada dua macam istilah yang perlu

dipahami, yakni biaya (cost) dan beban (expense), dimana bagi sebagian

orang awam kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama, namun tidak

demikian adanya.” Sehingga dapat disimpukan bahwa akuntansi biaya

adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian

biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dalam bentuk laporan

biaya.

B. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Biaya


14

Menurut Mulyadi (2012;7) “Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan

pokok yaitu penentuan biaya produk, pengendalian biaya, dan pengambilan

keputusan khusus”. Menurut Imam Firmansyah (2015;9) “ Tujuan Akuntansi

Biaya yaitu:

1) Penentuan harga pokok produksi, yaitu mencatat, menggolongkan, dan

meringkas biaya membentuk produk.

2) Menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajeman yaitu

biaya sebagai ukuran efisiensi.

3) Alat perencanaan yaitu perencanaan bisnis pasti berkaitan dengan

penghasilan dan biaya yang merupakan perencanaan biaya akan

memudahkan dalam pengendalian biaya.

4) Pengendalian biaya yaitu membandingkan biaya yang seharusnya

dikeluarkan untuk memperoduksi satu satuan produk dengan biaya

yang sesungguhnya terjadi.

5) Memperkenalkan berbagai metode: berbagai macam metode dalam

akuntansi biaya dapat dipilih sesuai dengan kepentingan yang

diperlukan dengan hasil yang paling efektif dan efisien.

6) Pengambilan keputusan khusus: sebagai alat manajeman dalam

mengawasi dan merekam transaksi biaya secara sistematis dan

menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.

7) Menghitung laba perusahaan pada periode tertentu: untuk mengetahui

biaya merupakan salah satu komponen dalam laba.

8) Menghitung dan menganalisis terjadinya ketidakpastian dan ketidak

efisienan: membahas batas maksimum yang harus diperhatikan dalam

menetapkan biaya suatu produk, serta menganalisis dan menentukan


15

solusi terbaik jika perbedaan antara batasan maksimum tersebut

dengan yang sesungguhnya terjadi.

Manfaat Akuntansi Biaya yaitu:

1) Menyajikan informasi biaya untuk perhitungan harga pokok produksi.

Penetapan harga pokok akan dapat membantu dalam penilaian

persedian, baik persediaan barang dan jadi maupun barang dalam

proses, penetapan harga jual, terutama harga jual yang didasarkan

kontrak walaupun tidak selamanya penentuan harga jual berdasarkan

harga pokok, dan penetapan laba.

Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produksi,

akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya

pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan

disajikan adalah biaya yang telah terjadi di masa lalu atau biaya

historis.

2) Menyajikan informasi biaya untuk membantu manajemen dalam


perencanaan dan pengendalian laba.

Akuntansi biaya menyajikan informasi atau data biaya masa

lama yang diperlukan untuk menyusun perencanaan selanjutnya, atas

dasar perencanaan tersebut, biaya dapat dipakai sebagai umpan balik

perbaikan masa yang akan datang.

3) Menyajikan informasi biaya untuk pengambilan suatu keputusan.

Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan

datang. Oleh karena itu, informasi yang relevan dengan pengambilan

keputusan khusus juga selalu berhubungan dengan informasi masa

yang akan datang. Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan

akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan. Karena

keputusan khusus merupakan sebagai besar kegiatan manajemen


16

perusahaan, laporan akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan

pengambilan keputusan adalah sebagian dari akuntansi manajemen.

C. Klasifikasi Biaya

Menurut Mulyadi (2009;108) Biaya dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Objek pengeluaran

Penggolongan ini merupakan penggolangan yang paling sederhana,

yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran,

misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut “biaya

telepon”.

b. Fungsi pokok dalam perusahaan

Biaya dapat digolongan menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi

produksi, atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.

Biaya produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

2) Biaya pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melakukan

kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, promosi, dan lain

sebagainya.

3) Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya-biaya untuk

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk,

contohnya gaji bagian akuntansi, gaji bagian personalia dan lain-lain.

c. Hubungan biaya dengan sesuatu yang di biayai

Ada dua golongan, yaitu :

1) Biaya langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana

penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus di biayai.


17

Dalam kaitanya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2) Biaya tidak langsung (indirect cost) biaya yang terjadi tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubunganya dengan

produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.

d. Prilaku biaya dalam hubunganya dengan perubahan volume kegiatan

Biaya dibagi menjadi empat, yaitu :

1) Biaya tetap (fixed cost) biaya yang jumlahnya tetap tidak dipengaruhi

kegiatan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan

tertentu, contohnya : gaji direktur produksi.

2) Biaya variabel (variable cost) biaya yang jumlah totalnya berubah

secara sebanding perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh:

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

3) Biaya semi variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak

sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel

mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Contoh : biaya listrik

yang digunakan.

4) Biaya semi fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan

tertentu dan berubah dengan jumlah nilai yang konstan pada pada

volume produksi tertentu.

e. Jangka waktu manfaatnya

Biaya dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1) Pengeluaran modal (capital expenditure), yaitu pengeluaran yang akan

memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran

yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang

akan datang.
18

2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), pengeluaran yang

akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana

pengeluaran itu terjadi.

Menurut Daljono (2011;15) “biaya dapat di klasifikasikan

berdasarkan hubungannya dengan produk, waktu pengakuan, volume

produksi dan lain-lain.

1) Klasifikasi biaya menurut hubunganya dengan produk

Biaya yang terjadi di perusahaan dapat dikelompokan berdasarkan

keterkaitanya (hubunganya) dengan produk, menjadi biaya produk dan

komersial. Biaya produk adalah biaya pembuatan produk. Biaya ini

sifatnya melekat pada produk sedangkan biaya komersial, merupakan

biaya yang tidak melekat pada produk.

Berikut akan dibahas kedua jenis biaya tersebut secara lengkap.

A) Biaya pabrikasi (product cost)

Biaya pabrikasi sering di sebut juga sebagai biaya produksi

atau biaya pabrik. Biaya produksi terdiri dari Biaya Bahan, Biaya

Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead Pabrik.

(1) Biaya Bahan

Yang dimaksud dengan Biaya Bahan adalah bahan yang

digunakan untuk membuat barang jadi. Biaya bahan merupakan

nilai atau besarnya rupiah yang terkandung dalam bahan yang

digunakan untuk proses produksi. Biaya bahan dibedakan

menjadi:
19

(a) Biaya Bahan Baku (direct material)

Bahan Baku (direct material) adalah bahan mentah

yang digunakan untuk memproduksi barang jadi. Yang secara

fisik dapat di identifikasi pada barang jadi. Contoh : kayu

dalam pembuatan meja kayu, kain dalam perusahaan

konveksi, dan lain-lain.

(b)Biaya Bahan Penolong (indirect material)

Yang termasuk dalam bahan penolong adalah bahan-

bahan yang digunakan untuk menyelesaikan suatu produk,

tetapi pemakaiannya relative kecil, atau pemakaiannya sangat

rumit untuk dikenali di produk jadi. Contoh paku dan lem kayu

dalam pembuatan meja kayu, benang dalam pembuatan baju

(konfeksi).

(2) Biaya Tenaga Kerja

Biaya Tenaga Kerja (BTK) merupakan gaji/upah

karyawan bagian produksi. Biaya ini dibedakan menjadi :

(a) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) adalah

gaji/upah tenaga kerja yang di pekerjakan untuk

memproses bahan menjadi barang jadi.

(b) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (BTKL)

merupakan gaji/upah tenaga kerja bagian produksi yang tidak

terlibat secara langsung dalam proses pengerjaan bahan

menjadi produk jadi. Sebagai misal adalah gaji mandor, gaji

karyawan keamanan yang menjaga keamanan lokasi produksi

dimana tanpa penjagaan proses produksi dapat terganggu.


20

(3) Biaya Overhead pabrik (BOP)

Adalah biaya yang timbul dalam proses produksi selain

yang termasuk dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung. Yang termasuk dalam BOP antara lain adalah :

(a) Biaya pemakaian supplies pabrik

(b) Biaya pemakain minyak pelumas

(c) Biaya penyusutan bagian produksi

(d) Biaya pemeliharaan/perawatan bagian produksi

(e) Biaya listrik bagian produksi

(f) Biaya asuransi

(g) Biaya pengawasan

B) Biaya komersial

Biaya komersial meliputi biaya pemasaran dan biaya administrasi dan

umum.

(1) Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi dengan

tujuan untuk memasarkan produk.

(2) Biaya administrasi dan umum merupakan beban yang

dikeluarkan dalam rangka mengatur dan mengendalikan

organisasi.

2) Klasifikasi Biaya Menurut Waktu Pengakuan (timing of recognition)

Menurut waktu pengakuan, biaya di klasifikasikan menjadi: product

cost dan period cost.

a) Product cost (Biaya Produk)

Adalah biaya yang terjadi dalam rangka membuat produk.


21

b) Period Cost (Biaya Periode)

Adalah biaya yang terjadi dalam satu periode yang tidak ada

kaitanya dengan produk.

3) Klasifikasi biaya dikaitkan dengan volume produksi

Biaya bila dikaitkan dengan variabelitas volume produksi dapat

dibedakan menjadi: Biaya Variabel, Biaya Tetap, Biaya Semi Variabel.

a) Biaya Variabel (Variabel Cost)

Adalah biaya yang apabila dikaitkan dengan volume (pemacu

timbulnya biaya) secara per unit akan selalu tetap (tidak berubah

jumlahnya), meskipun volume produksi berubah-ubah, akan tetapi

secara total biaya tersebut jumlahnya akan berubah sesuai dengan

proposi aktivitas (volume produksi).

b) Biaya Tetap (fixed Cost)

Adalah biaya yang secara total, biaya tersebut tidak berubah

jumlahnya meskipun aktivitas (jumlah produksi) berubah.

c) Biaya Semi Variabel

Merupakan biaya campuran antara biaya Variabel dan Biaya Tetap.

4) Klasifikasi Biaya Yang Lain

a) Pengambilan keputusan

Apabila dikaitkan dengan pengambilan keputusan, biaya di

klasifikasikan menjadi biaya relevan dan biaya tidak relevan terhadap

pengambilan keputusan.

b) Dapat tidaknya di kendalikan

Maksudnya biaya dapat dikelompokan menjadi biaya terkendali dan


biaya tidak terkendali.
22

c) Data yang digunakan

Menurut data yang digunakan, biaya dapat dikelompokan menjadi:

biaya sesungguhnya, biaya standar, biaya masa yang akan datang.

d) Sunk Cost

Istilah Sunk Cost sering digunakan untuk menunjuk biaya yang terjadi

dimasa lalu. Sunk Cost merupakan biaya yang tidak relevan untuk tidak

dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dimasa berikut.

e) Opportunity Cost

Opportunity Cost merupakan biaya yang diukur dari manfaat yang

hilang karena seseorang atau perusahaan memilih suatu alternatif sehingga

tidak dapat memilih alternatif yang lain”.

D. Biaya Produksi

a. Pengertian Biaya Produksi

Berikut ini merupakan definisi biaya produksi yang di kemukakan oleh

para ahli mengenai Biaya Produksi:

Menurut Mulyadi (2012;16) “Biaya produksi merupakan biaya-biaya

yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk”.

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:11) biaya produksi

adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan

baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya

produksi ini juga disebut dengan biaya produk yaitu biaya-biaya ini

merupakan bagian dari persediaan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

biaya produksi itu sendiri mencakup semua biaya yang terkait dengan
23

pemeroleh yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan produksi menjadi

produk.

b. Unsur-Unsur Biaya Produksi

Unsur-unsur biaya dalam laporan harga pokok produksi biasanya

terbagi ke dalam tiga golongan besar biaya yaitu biaya bahan baku langsung,

biaya tenaga kerja langsung, dan biaya Overhead Pabrik.

1) Biaya Bahan Baku Langsung

Menurut Mulyadi (2012;275) “biaya bahan baku merupakan bahan

yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi”. Biaya bahan baku

langsung ini di dapat langsung dibebankan ke produk karena pengamatan

fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas oleh setiap produk. Biaya

bahan baku langsung adalah bahan yang membentuk untuk memproduksi

produk yang digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh

setiap produk.

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Menurut Mulyadi (2012:319) menyatakan bahwa biaya tenaga kerja

adalah “harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia

tersebut”. Biaya tenaga kerja langsung adalah semua biaya tenaga kerja

yang dapat didefinisikan atau ditelusuri secara fisik terhadap harga yang di

bebankan.

3) Biaya Overhead Pabrik

Menurut Mulyadi (2009:193) “secara sederhana dapat dinyatakan

bahwa biaya overhead pabrik mencakup semua biaya pabrikasi kecuali yang

dicatat sebagai biaya langsung, yaitu bahan baku langsung dan biaya tenaga

kerja langsung”. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung,

tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi,

listrik dan penerangan, pajak property, depresiasi, dan asuransi fasilitas-


24

fasilitas produksi”. Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya overhead pabrik

adalah seluruh biaya yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan bahan

kerja langsung.

Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya (2012:194)

“Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead

pabrik adalah biaya produksi selai biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk biaya overhead pabrik di

kelompokan menjadi beberapa golongan berikut ini:

(1) Biaya bahan penolong.


(2) Biaya reparasi dan pemeliharaan.
(3) Biaya tenaga kerja tidak langsung.
(4) Biaya yang timbul sebagai akibat pemeliharaan terhadap aktiva
tetap.
(5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
(6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan

pengeluaran uang tunai.

Biaya Bahan Penolong. Bahan penolong adalah bahan yang tidak

menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian

produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok

produksi tersebut.

Biaya Reparasi dan Pemeliharaan. Biaya reparasi dan pemeliharaan


berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory
supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk
keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perusahaan, bangunan
pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium, dan
aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung. Tenaga kerja tidak langsung


adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara
langsung kepada produk atau pesanan tertentu.
25

Biaya yang timbul sebagai akibat terlalunya waktu. Biaya-biaya yang


termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung
dan emplasemen, asuransi mesin ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi
kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.

Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan


pengeluaran uang tunai. Biaya overhead pabrik yang termasuk kedalam
kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi diserahkan kepada pihak luar
perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.

c. Metode Penentuan Biaya Produksi

Menurut Mulyadi (2012:17) Metode penentuan biaya produksi adalah

cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi, terdapat

dua pendekatan : full costing dan variabel costing.

1) Full costing

Merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan

semua unsur biaya produksi kedalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya

bahan baku, biaya tenga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik

yang berprilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian biaya produksi

menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :

Tabel 1.

Rumus penentuan biaya produksi metode full costing

Biaya BahanBaku xx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xx

Biaya Overhead Pabrik Tetap xx

Biaya Produksi xx
26

Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri

dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah

dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).

2) Variabel Costing

Merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel ke dalam biaya

produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian biaya produksi

menurut variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

Tabel 2.

Rumus penentuan biaya produksi metode variabel costing

Biaya BahanBaku xx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xx

Biaya Produksi xx

Biaya produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing

terdiri dari unsur biaya produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya

nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan

umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya

pemesanan tetap, biaya administrasi dan umum tetap).

Metode penentuan biaya produksi adalah cara memperhitungkan

unsur-unsur biaya kedalam biaya produksi yang terdapat pendekatan yaitu


27

full costing dan variabel costin. Full costing adalah penentuan biaya produksi

yang dihitung semua unsur biaya produksi kedalam biaya produksi, seperti

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

baik variabel maupun tetap. Dan sedangkan variabel costing adalah

penentuan biaya produksi yang hanya menghitung biaya produksi yang

berprilaku variabel saja.

Berikut ini kelebihan dari full costing dan variable costing sebagai
berikut:

a) Kelebihan Full Costing

Kelebihan yang kamu dapatkan jika menggunakan metode full costing

adalah sebagai berikut :

(1) Menampilkan jumlah biaya overhead dengan sangat komprehensif sebab

mengandung dua jenis biaya, yaitu overhead tetap dan variable.

(2) Metode ini mampu melakukan penundaan dalam beban biaya overhead
ketika produk belum laku terjual di pasaran.

(3) Pembebanan biaya overhead atas barang yang belum terjual bisa

dialihkan untuk mengurangi atau menambah harga pokok.

b) Kelebihan Metode Variable Costing

Jika kamu menggunakan metode variable costing adalah sebagai berikut ini:

(1) Cocok untuk yang hanya merencanakan untuk mendapatkan laba dalam

jangka waktu yang pendek.

(2) Biasa dipakai untuk pengendalian biaya sebab variable costing membagi

biaya tetap menjadi dua golongan, yaitu discretionary fixed cost dan

committed fixed cost.


28

(3) Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan untuk order pesanan yang sifatnya khusus, terutama yang

tidak membutuhkan banyak pesanan seperti pada metode full costing.

2. Pengertian Persediaan

Persediaan (Inventory) adalah stock atau simpanan barang – barang

yang ada di perusahaan (Stevenson, 2014:179). Bahan baku merupakan

barang - barang yang dibeli dari pemasok (Supplier) dan akan digunakan

atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan

(Sofyan, 2013:20). Tanpa persediaan bahan baku, maka suatu perusahaan

tidak akan berjalan sistem produksinya. Bahan baku di dalam perusahaan

digunakan sebagai bahan yang akan diolah menjadi barang jadi melalui

proses produksi. Di dalam sistem Just In Time (JIT) ditujukan untuk

menerapkan, membeli, persediaan barang hanya dalam kuantitas yang

dibutuhkan saja.

Kegiatan operasional perusahaan yang berhubungan dengan

persediaan, pastinyaakan ditemukan masalah biaya – biaya yang berkaitan

dengan persediaan. Biaya merupakan pengorbanan yang dilakukan

perusahaan untuk memperoleh barang / jasa. Simamora (2012:40)

mengungkapkan bahwa “biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang

dikorbankan (dibayarkan) untuk barang atau jasa yang diharapkan

memberikan manfaat (pendapatan) pada saat ini atau dimasa depan bagi

perusahaan.

Biaya - biaya persediaan meliputi:

a. Biaya pembelian

b. Biaya pemesanan

c. Biaya penyimpanan

d. Biaya kekurangan persediaan


29

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen 2009:208) meliputi:

a. Biaya pemesanan (ordering cost)

b. Biaya persiapan (setup cost)

c. Biaya penyimpanan (carrying cost)

3. Persediaan dalam Perspektif Just In Time

Menurut Firdayanti persediaan dalam Just In Time (JIT) merupakan

persediaan yang dirancang guna mendapatkan barang secara tepat

waktu(2010,224). Persediaan Just In Time (JIT) mensyaratkan untuk

menghapus kebutuhan persediaan karena tidak ada produksi yang

menyebabkan terjadinya penimbunan atau pemborosan pembelian. Dalam

sistem Just In Time (JIT) ditujukan untuk menerapkan membeli persediaan

barang hanya dalam kuantitas yang dibutuhkan saja.

Langkah – langkah penerapan Just In Time (JIT) pada persediaan

menurut hustanto, yaitu:

1) Membuat rencana kebutuhan bahan baku.

2) Menghitung biaya pembelian bahan baku.

3) Menghitung dan menetapkan biaya pemesananan.

4) Menghitung biaya penyimpanan yang terdiri dari biaya gudang

pemakaian listrik dan kebersihan.

4. Pengendalian Internal Atas Persediaan

Pengendalian internal atas persediaan mutlak diperlukan mengingat

aktiva ini tergolong cukup lancar. Kalau kita berbicara mengenai

pengendalian internal atas persediaan, sesungguhnya ada dua tujuan utama

dari diterapkannya pengendalian internal tersebut, yaitu untuk mengamankan

atau mencegah aktiva perusahaan (persediaan) dari tindakan pencurian,

penyelewengan, penyalahgunaan, dan kerusakan, serta menjamin


30

keakuratan (ketepatan penyajian persediaan dalam laporan keuangan). Di

dalamnya, termasuk pengendalian atas keabsahan tranksaksi pembelian dan

penjualan barang dagangan.

Pengendalian internal atas persediaan seharusnya dimulai pada saat

barang diterima (yang dibeli dari pemasok). Laporan penerimaan barang

yang bernomor urut tercetak seharusnya disiapkan oleh bagian penerimaan

untuk menetapkan tanggung jawab atas persediaan. Untuk memastikan

bahwa barang yang diterima sesuai dengan apa yang dipesan, maka setiap

laporan penerimaaan barang harus dicocokkan dengan formulir pesanan

pembelian yang asli. Harga barang yang dipesan, seperti yang tertera dalam

formulir pesanan pembelian, seharusnya dicocokkan dengan harga yang

tercantum dalam faktur tagihan (invoice). Setelah laporan penerimaan

barang, formulir pesanan pembelian, dan faktur tagihan dicocokkan,

perusahaan akan mencatat persediaan dalam pencatatan akuntansi.

Pengendalian internal atas persediaan juga sering kali melibatkan

bantuan alat pengaman, seperti kaca dua arah, kamera , sensor magnetik,

kartu akses gudang, pengatur suhu ruangan, dan sebagainya, termasuk

petugas keamanan. Mengenai tempat penyimpanan persediaan, persediaan

seharusnya disimpan dalam gudang yang di mana aksesnya dibatasi hanya

untuk karyawan tertentu saja. Setiap pengeluaran barang dari gudang

seharusnya dilengkapi atau didukung dengan formulir permintaan barang,

yang telah diotorisasi sebagaimana mestinya. Suhu tempat dimana barang

disimpan juga seharusnya diatur sedemikian rupa untuk menghindari

terjadinya kerusakan atas barang dagangan.

Dan ada dua tingkat pengendalian persediaan: pengendalian unit dan

pengendalian uang. Manajer pembelian dan manajer produksi terutama

tertarik pada pengendalian unit, mereka berfikir, mememasan, dan

melakukan permintaan dalam unit dan bukan dalam nilai uang. Manajemen
31

eksekutif paling berkepentingan pada pengendalian finansial dari persediaan.

Para eksekutif ini berfikir dalam hal tingkat pengembalian yang memadai atas

modal yang digunakan, yaitu nilai uang yang diinvestasikan dalam

persediaan harus digunakan secara efesien dan efektif. Pengendalian

persediaan akan beroperasi dengan berhasil apabila peningkatan atau

penurunan dalam persediaan mengikuti pola yang telah ditentukan atau

diperkirakan sebelumnya, dimana pola tersebut berkaitan erat dengan jadwal

penjulan dan produksi. Fungsi pengendalian persediaan pada suatu

perusahaan antara lain adalah:

Menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan secara financial. Tujuan

dasar dari pengendalian bahan baku adalah kemampuan untuk melakukan

pemesanan pada waktu yang sesuai dengan sumber terbaik untuk

memporoleh jumlah yang tepat pada harga dan kualitas yang tepat.

Pengendalian persediaan yang efektif sebaiknya :

• Menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang

efesien dan bebas gangguan

• Menyediakan cukup persediaan dalam periode dimana pasokan kecil

(musiman, siklus, atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi perubahan

harga

• Menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum

serta melindungi bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran,

pencurian, cuaca, dan kerusakan

• Meminimalkan item-item yang tidak aktif, berlebih, atau dengan cara

melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku.

• Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke

pelanggan
32

• Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan

berada di tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana

manajemen.

5. Metode pengendalian bahan baku

Metode pengendalian bahan baku berbeda dengan cara penanganan dan

biaya yang dikeluarkan. Item-item yang penting dan memiliki nilai tinggi

memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan item-item yang

nilainya rendah. Dua metode pengendalian bahan baku yaitu :

1) Metode siklus pesanan (order cycling method) atau metode tinjauan siklus

(cycle reveiw method) memeriksa secara periodik status jumlah bahan

baku yang tersedia untuk setiap item atau kelas. Pada setiap periode

tinjauan dalam sistem siklus pesanan, pemesanan dilakukan agar jumlah

persediaan mencapai tingkat yang diinginkan, yang dinyatakan sebagai

besarnya pasokan untuk sekian hari atau minggu.

2) Metode minimun-maksimun (min-max method) didasarkan pada

pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar item persediaan berada

pada kisaran batas tertentu. Jumlah maksimun untuk setiap item sudah

ditetapkan. Tingkat minimun sudah memasukan margin pengaman yang

diperlukan untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan selama

siklus pemesanan kembali. Tingkat minimum menentukan titik pemesanan

kembali, dan jumlah pesanan sama dengan selisih antara tingkat

maksimun dengan tingkat minimum.

B. Biaya Produksi

1. Pengertian Biaya Produksi

Biaya mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan

secara sempit. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi
33

yang diukur dalam satuan uang dalam usahanya untuk mendapatkan

sesuatu untuk mencapai tujuan dan belum terjadi atau baru direncanakan.

Sedangkan biaya dalam arti sempit adalah pengorbanan sumber ekonomi

dalam satuan uang untuk memperoleh aktiva.

2. Jenis – Jenis Biaya Produksi

a. Bahan baku, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku

utama yang dipakai untuk memproduksi barang.

Contoh: Biaya pembelian kain kaos di perusahaan konveksi.

b. Tenaga Kerja Langsung, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar

tenaga kerja utama yang langsung berhubungan dengan produk yang

diproduksi dari bahan baku mentah menjadi barang jadi.

Contoh : Biaya untuk pembayaran pegawai yang langsung membuat

kaos.

c. Biaya Overhead Pabrik, adalah biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi barang, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung. Biaya overhead pabrik terdiri dari:

a) Bahan tidak langsung, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli

bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk, namun

pemakaiannya sedikit.

Contoh : Biaya untuk membayar pembelian benang.

b) Tenaga kerja tidak langsung, adalah tenaga kerja yang dikeluarkan

untuk membayar gaji tenaga kerja namun tenaga kerja tersebut secara

tidak langsung mempengaruhi pembuatan barang jadi.

Contoh : Biaya untuk membayar pengawas produksi.


34

c) Biaya tidak langsung lainnya, adalah biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi barang yang secara tidak langsung berkaitan dengan

produksi barangnya.

Contoh : Ketika membuat kaos, dibutuhkan listrik untuk menghidupkan

mesin, dibutuhkan telepon untuk memesan bahan baku. Jadi biaya

listrik, dan biaya telepon masuk kedalam kategori ini.

3. Efisiensi Biaya Produksi

Menurut Fahmi efisiensi adalah pengukuran kinerja yang melihat dari

segi pengerjaan sesuai dengan waktu (time) yang direncanakan, bahkan

akan lebih baik jika dilakukan penghematan secara lebih intensif (2012:83).

Pengertian lain terkait efisiensi biaya produksi yaitu bagaimana sumber-

sumber daya (Input) digunakan dengan baik dan benar dalam proses

produksi tanpa adanya pemborosan biaya dalam menghasilkan sebuah

produk (Output).

Dari dua pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa efisiensi biaya

produksi adalah penggunaan sumber daya (input) dalam memproduksi

sebuah produk (output) tanpa adanya pemborosan khususnya pengerjaan

produk (time) agar dapat dilakukan penghematan dalam hal biaya.

Efisiensi biaya produksi adalah jumlah relatif input yang digunakan untuk

mencapai tingkat output tertentu. Semakin sedikit kuantitas input yang

digunakan unuk membuat sejumlah produk atau semakin banyak produk

yang dibuat dengan kuantitas input tertentu, maka semakin tinggi efisiensinya

(Horngren et al., 2008). Efisiensi biaya produksi adalah efisiensi biaya atau

menekan biaya yang digunakan atas bahan baku, tenaga kerja, dan

overhead untuk proses produksi. Efisiensi biaya produksi merupakan hal

penting bagi perusahaan untuk mencapai laba yang optimal. Tingkat efisiensi

biaya produksi suatu perusahaan dapat diukur dengan berapa biaya bahan
35

baku, tenaga kerja langsung,, dan overhead pabrik yang digunakan untuk

menghasilkan keluaran tertentu (Palupi et al., 2016).

Menghitung tingkatan efisiensi biaya produksi menggunakan

rumus :

E= O x 100%

Dimana:

E = Efisiensi

O = Output (biaya yang dikeluarkan)

I = Input (masukan/pendapatan)

Menurut Ravianto (2020) efisiensi biaya bahan baku dapat dihitung

dengan membandingkan antara anggaran biaya biaya bahan baku terhadap

realisasi b iaya bahan baku.

Dari hasil perhitungan efisiensi biaya bahan baku, kemudian ditarik

simpulan berdasarkan klasifikasi efisiensi biaya bahan baku. Adapun

klasifikasi efisiensi biaya bahan baku yang dimodifikasi dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Efisiensi

Biaya Bahan Baku

Kriteria Kategori
> 100% Sangat Efisien
= 100% Efisien
90% - 99% Cukup Efisien
75% - 89% Kurang Efisien
< 75% Tidak Efisien
Sumber: Sunandar (2012)
36

C. Just in Time (JIT)

1. Pengertian Just in Time

Witjaksono mengungkapkan Just in Time (JIT) adalah suatu filosofi

bisnis yang khusus membahas bagaimana mengurangi waktu produksi, baik

dalam proses manufaktur maupun proses non manufaktur (2013:221).

Render dan Haizer menyatakan bahwa Just in Time System adalah

“pendekatan berkelanjutan dan penyelesaian masalah secara paksa yang

berfokus pada pengeluaran dan pengurangan persediaan”(2010:314).

Hansen dan Mowen menyatakan bahwa Just in Time System adalah

“suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan yang membutuhkan barang

untuk ditarik melalui sistem oleh permintaan yang ada, bukan didorong ke

dalam sistem pada waktu tertentu berdasarkan permintaan yang diantisipasi

(2009:217).

Dari beberapa pengertian mengenai Just in Time System diatas,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian Just in Time (JIT) adalah

suatu sistem dimana dalam proses produksi dilakukan ketika adanya

permintaan dari konsumen dengan menghilangkan atau menekan adanya

biaya pemborosan dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara

seefisien mungkin didalam kegiatan produksi terhadap suatu produk.

2. Perkembangan Just in Time (JIT)

Sistem Just In Time (JIT) berkembang di negara Jepang karena

adanya keprihatinan industri-industri di Jepang. Pada saat itu Jepang

merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang terbatas,

ketergantungan pada energi dan bahan baku import, dan keadaan

geografisnya yang kurang menguntungkan (80% bagian negara terdiri dari

pegunungan). Hal ini menjadikan para produsen Jepang mempunyai posisi

yang kurang menguntungkan dibandingkan pesaing-pesaing dari negara-


37

negara barat. Oleh karena itu, Jepang melakukan berbagai macam usaha

untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan biaya produksi yang

lebih rendah dibandingkan negara lain sehingga produk Jepang menjadi

sangat kompetitif dengan produk lain di dunia internasional.

Jepang mengembangkan suatu inovasi terhadap pemborosan dalam

hal bahan baku, tempat, tenaga kerja, waktu serta biaya. Harga tanah yang

mahal akibat lahan yang sempit tidak memungkinkan untuk membangun

tempat penyimpanan persediaan sehingga mendorong perusahaan untuk

merancang tata letak pabrik dan arus bahan menjadi seefektif mungkin. Dari

keterbatasan inilah Just In Time (JIT) berkembang. Pendekatan Just In Time

(JIT) dikembangkan oleh Mr. TaiichiOhno (mantan wakil presiden Toyota

Motor Company di Jepang) bersama rekannya di pertengahan 1970.

Pengembangan Just In Time (JIT) di Jepang adalah untuk menghindari atau

mengeliminasi pemborosan, menghindari produk-produk rusak atau cacat

dengan menghasilkan produk yang bermutu tinggi, mengeliminasi

pengerjaan ulang dan penumpukan persediaan.

Keberhasilan Just In Time (JIT) pada Toyota Motor Company menarik

perhatian perusahaan lain di Jepang. Toyota telah memperoleh pengakuan

dunia industri tentang keberhasilannya mengurangi inventory sampai pada

tingkat minimum (orientasi zero inventory). Sejak saat penerapan sistem Just

In Time (JIT) terbukti manfaatnya semakin bertambah banyak perusahaan-

perusahaan di Jepang yang ikut menerapkan sistem Just In Time (JIT).

Konsep Just In Time (JIT) ini kemudian meluas di luar Jepang yaitu Ford,

Chrysler, General Motor, Hawlett Packard merupakancontoh

perusahaanperusahaan besar yang telah menerapkan sistem Just In Time

(JIT). Tempat makan siap saji seperti McDonald’s telah belajar sistem

manufaktur Just In Time (JIT) seperti Toyota, dengan menerapkan sistem

Just In Time (JIT) baru yang disebut dengan “Made For You”. Dimana tujuan
38

dari sistem Just In Time (JIT) tersebut adalah melayani setiap konsumen

dengan makanan yang sesegar mungkin dalam waktu 90 detik. Sampai saat

ini, sistem Just In Time (JIT) terus berkembang dan diterapkan bukan saja

pada perusahaan-perusahaan manufaktur, tetapi juga dikembangkan oleh

perusahaan kecil.

3. Tujuan Just In Time (JIT)

Tujuan Just in Time (JIT) adalah menghilangkan pemborosan melalui

perbaikan terus – menerus. Melalui Just in Time (JIT), segala sesuatu

material, mesin dan peralatan, sumber daya manusia, modal, informasi,

manajerial, proses dan lainnya yang tidak memberikan nilai tambah pada

produk disebut sebagai pemborosan. Nilai tambah produk diperoleh dari

aktivitas aktual yang dilakukan pada produk, tidak melalui pemindahan,

penyimpanan, penghitungan dan penyortiran.

Sedangkan Menurut Krismiaji (2011:125) tujuan utama Just in Time

(JIT) adalah untuk menghasilkan produk hanya jika diperlukan dan hanya

menghasilkan kuantitas produk yang diminta pelanggan. Dari kutipan diatas

dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Just in Time (JIT) adalah menghasilkan

suatu produk sesuai dengan kuantitas produk yang diinginkan oleh

pelanggan untuk mencegah terjadinya penumpukan barang di gudang.

4. Manfaat Metode Just In Time (JIT)

Manfaat potensial Just in Time (JIT) sangat banyak seperti, Just in

Time (JIT) mengurangi tingkat persediaan, yang berarti investasi yang lebih

rendah dalam persediaan. Karena sistem hanya memerlukan jumlah bahan

terkecil yang dibutuhkan segera, maka secara substansial akan mengurangi

keseluruhan tingkat persediaan sehingga pemborosan dalam hal persediaan

tidak terjadi serta pembelian dibawah Just in Time (JIT) memerlukan waktu

pengiriman yang jauh lebih singkat, keandalan lead-time sangat meningkat.


39

Mengurangi lead time dan meningkatkan keandalan, juga berkontribusi

terhadap penurunan yang signifikan dalam persyaratan safety cost.

Manfaat lainnya dari Just in Time (JIT) yaitu:

a. Mengurangi investasi di pabrik untuk persediaan dan proses produksi.

b. Mengurangi resiko dalam persediaan.

c. Mengurangi ruang atau gudang untuk penyimpanan barang.

d. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan


mendeteksi kesalahan pada sumbernya.

e. Mengurangi biaya bahan langsung melalui pembelian barang.

5. Prinsip Dasar Just in Time (JIT)

Untuk menghasilkan metode Just In Time (JIT) maka harus ada

delapan prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam

menentukan sistem strategi produksi, yaitu (Jaelani, 2009):

a. Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk Sistem

manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu

setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk.

Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan

sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja, untuk itu proses

produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya

dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stok

serta untuk menekan biaya penyimpanan.

b. Produksi dalam jumlah kecil

Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk menghindari

perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi

jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena

hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian


40

dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan

pasar.

c. Mengurangi pemborosan (eliminate waste)

Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.

Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin

atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang

diperlukan untuk mencapai target produksi.

d. Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow

improvement).

Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak

produktif yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.

e. Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection) Kualitas

produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem

produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect”

dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah

proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa

diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.

f. Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people) Dengan

metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja akan

diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil

keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus

dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun

kerja tertentu.
41

g. Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian

Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan

yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan

berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula

rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti

halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan

terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh

karena itu dalam perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa

dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan

ketidak-pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan

dalam pertimbangan.

h. Perhatian dalam jangka panjang

Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di

atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam

jangka waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan

dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam

jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem

produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi

proses terbentuknya kurva belajar.

6. Jenis-Jenis Just In Time

Secara umum, bidang fungsional yang banyak menerapkan sistem Just

In Time (JIT) adalah bidang pembelian dan bidang produksi. Konsep

dalam sistem Just In Time (JIT) pembelian adalah membeli barang dan

jasa yang berkualitas baik, pada sumber yang tepat dan pada waktu yang

tepat. Menurut Tunggal (1993:69-70), sistem Just In Time (JIT) pembelian

mengusulkan barang yang dibeli dalam lot kecil dengan pengiriman yang
42

lebih sering. Sedangkan dalam perusahaan dengan sistem Just In Time

(JIT) produksi, kegiatan produksi hanya akan dilakukan apabila ada

permintaan (pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi

sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas

yang diminta (Tjiptono & Diana,1995:292).

7. Perbedaan Sistem Just in Time dan Sistem Tradisional

Dengan dasar karakteristik, bagian produksi akan mempunyai

jadwal produksi yang sudah pasti. Jika barang yang diproduksi belum

didistribusikan ke pelanggan maka barang itu akan disimpan digudang.

Bagian pemasaran bertanggung jawab untuk memasarkan dengan segera

produk yang menumpuk di gudang. Sistem tradisional mendorong aktivitas

penjualan dan pemasaran. Sistem Just in Time adalah kebalikan dari

sistem tradisional. Dimana perusahaan akan melakukan aktivitas produksi

jika ada permintaan dari pelanggan yang pasti. Jadi, aktivitas produksi

dalam sistem Just in time ditarik (push) oleh pelanggan.

Tabel 1.

Perbedaan sistem Just in Time dan Tradisional

Faktor
Just in Time Tradisional
No pembeda
Push-through
1 Karakteristik Pull-through system
system
Kuantitas
2 Sedikit Banyak
persediaan
Struktur Struktur
3 Sel manufaktur
manufaktur departemene
Kualifikasi
4 Multidisplin Spesialis
karyawan
Kebijakan Toleransi produk
5 Pengendalian mutu
kualitas cacat
6 Fasilitas jasa Tersebar Terpusat

D. Pengertian Re Order Point

• Menurut Aris Passigai SE, MM ; (2012) Re Order Point adalah saat

atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikan rupa sehingga
43

kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat

pada waktu dimana persediaan diatas safety stock sama dengan nol.

• Menurut Render dan Heyzer ; (2019) titik pemesanan ulang adalah

tingkat (titik) persediaan di mana perlu di ambil tindakan untuk mengisi

kekurangan persediaan pada barang tersebut.

• Menurut Sarjono, Haryadi; (2010) adalah titik di mana harus dilakukan

pemesanan ulang.

Pemesanan kembali (Re Order Point) untuk menghindari risiko

kehabisan bahan baku (Stockout), dan kelebihan bahan baku tanpa

diperkirakan akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu perusahaan, itu semua

dapat berpengaruh bagi pembiayaan terhadap pemesanan bahan baku,

dengan begitu perlu ketelitian dan super hati-hati dalam melaksanakan

pemesanan kembali, agar bagi perusahaan dalam menentukan total biaya

yang perlu dikeluarkan perusahaan tidak mengalami kelebihan atas bahan

baku yang dipesan.

Adapun menurut Masyiah dan Yuningsih ; (2009:211) ada tiga faktor

yang mempengaruhi waktu pesanan kembali yaitu :

1) Lead time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menunggu pesanan

bahan datang atau tenggang waktu antara pesanan dan kedatangan

barang.

2) Tingkat pemakaian bahan rata-rata per hari atau satuan waktu lainnya

3) Persediaan pengamanan safety sotock adalah jumlah persediaan yang

disediakan atau disimpan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian

permintaan dan penyediaan.


44

Dalam penentuan/penetapan “Re Order Point” perlu diperhatikan

beberapa faktor sebagai berikut :

a. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang

(procurement lead time). Procurement lead time adalah waktu dimana

meliputi saat dimulainya pelaksanaann usaha-usaha yang diperlukan

untuk memesan barang, sampai barang/material tersebut diterima dan

ditempatkan dalam gudang perusahaan.

b. Besarnya safety stock

1. Cara Menetapkan “Re Order Point”

Re Order Point dapat ditetapkan dengan bebagai cara, antara lain

dengan:

a. Menetapkan jumlah pengunaan selama “lead time” dan ditambah dengan

persentase tertentu.

b. Dengan menetapkan pengunaan selama “lead time” dan ditambah

dengan pengunaan selama periode tertentu sebagai safety stock.


45

E. PenelitianTerdahulu

Tabel 1.

Penelitian terdahulu

No Judul Penelitian Peneliti Hasil Penelitian


1 Penerapan Just HeriSuke Dengan diterapkannya Just in
In Time (JIT) ndar W Time (JIT), maka masalah
Dalam Sistem (2011) dalam sistem pembelian dan
Pembelian Dan sistem produksi dapat diatasi
Sistem Produksi dan pada akhirnya terjadi
penghematan yang akan
meningkatkan laba perusahaan
2 Peranan Analisis Riki Sistem Just in time (JIT)
Biaya Kualitas Martusa, menghasilkan pembentukan sel-
Dalam dan Henri sel produksi yang didedikasikan
Meningkatkan Darmadi untuk pembuatan produk
Efisiensi Biaya Haslim tunggal atau keluarga produk
Produksi (2011) sejenis banyak dari kegiatan
dukungan dapat langsung
ditelusuri sel-sel khusus.
Dengan demikian, proporsi
biaya yang tinggi dapat
langsung ditetapkan untuk
produk
3 Penerapan Christyan Has il perhitungan secara
Metode Just In dhika tradisional sebesar
Time (JIT) Untuk Putra, dan Rp.10.892.328.903, sedangkan
Meningkatkan Farida hasil dari just in time sebesar
Efisiensi Biaya Idayati Rp.9.669.765.400, sehingga
Persediaan (2014) perusahaan dapat menghemat
Bahan Baku biaya persediaan bahan baku
sebesar Rp.1.222.563.503

Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan

peneliti sebelumnya yakni pada penelitian Heny Permata Sari,

Moch.Dzulkirom AR, dan Muhammad Saifi (2014), adapun unsur persamaan

terkait dengan penelitian ini yaitu dalam hal judul yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya yaitu Analisis Just In Time System Dalam Upaya Meningkatkan

Efisiensi Biaya Produksi, serta dalam unsur persaamaan terkait dengan

metode pengumpulan data yakni metode kualitatif. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya yakni dalam tempat penelitiannya serta

analisis data, dimana didalam penelitian ini peneliti membandingkan

kebijakan yang dipakai perusahaan di dalam menghitung biaya produksi

dengan perhitungan biaya produksi berdasarkan metode Just in Time (JIT).


46

F. Kerangka Pikir

Hansen dan Mowen menyatakan bahwa Just in Time System adalah

“suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan yang membutuhkan barang

untuk ditarik melalui sistem oleh permintaan yang ada, bukan didorong ke

dalam sistem pada waktu tertentu berdasarkan permintaan yang diantisipasi

(2009:217).

Menurut Fahmi efisiensi adalah pengukuran kinerja yang melihat dari

segi pengerjaan sesuai dengan waktu (time) yang direncanakan, bahkan

akan lebih baik jika dilakukan penghematan secara lebih intensif (2012:83).

Berdasarkan kajian teori diatas mengenai Metode Just in Time (JIT)

dan efisiensi biaya peneliti dapat mengambil suatu kerangka pikir sebagai

berikut:

Penelitian ini meneliti terkait dengan persediaan bahan baku dengan

menggunakan metode Just In Time (JIT) dan Reorder Point (ROP) untuk

melihat pengendalian persediaan biaya yang berkaitan dengan efisiensi.


47

Gambar 1.

Kerangka Pikir

Persediaan Bahan Baku

Metode Just in Metode Re Order


Time (JIT) Point (ROP)

Pengendalian
Persediaan

Efisiensi
48

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui ukuran tingkat

efisiensi Persediaan Bahan Baku dengan menggunakan metode Just in Time

(JIT).

B. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam penulisan dan penyusunan penelitian ini,

maka akan diuraikan defenisi operasional yang digunakan, antara lain:

1. Persediaan (Inventory) adalah stock atau simpanan barang – barang

yang ada di perusahaan.

Rumus:

Jumlah Pemesanan = Kebutuhan bahan baku


Frekuensi Pemesanan

TIC = C(Q/2) + D(O/Q)

2. Biaya mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan

secara sempit. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber

ekonomi yang diukur dalam satuan uang dalam usahanya untuk

mendapatkan sesuatu untuk mencapai tujuan dan belum terjadi / baru

direncanakan. Sedangkan biaya dalam arti sempit adalah pengorbanan

sumber ekonomi dalam satuan uang untuk memperoleh aktiva.

TJIT = CQN / 2n + OD / Qn = 1 / √n (T*)


49

3. Efisiensi adalah pengukuran kinerja yang melihat dari segi pengerjaan

sesuai dengan waktu (time) yang direncanakan, bahkan akan lebih baik

jika dilakukan penghematan secara lebih intensif.

Rumus:

RPW =

n.C

4. Just in Time System adalah “suatu sistem berdasarkan tarikan

permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik melalui sistem oleh

permintaan yang ada, bukan didorong ke dalam sistem pada waktu

tertentu berdasarkan permintaan yang diantisipasi.

Rumus:

Na = (Q*/2a)2

5. Re Order Point dapat ditetapkan dengan bebagai cara, antara lain

dengan :

a. Menetapkan jumlah pengunaan selama “lead time” dan ditambah

dengan persentase tertentu.

b. Dengan menetapkan pengunaan selama “lead time” dan ditambah

dengan pengunaan selama periode tertentu sebagai safety stock.

C. Jenis danSumber Data

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini kami kumpulkan dengan cara,

sebagai berikut : Dalam penyusunan laporan ini penulis memperoleh data

dari data primer dan sekunder, yaitu peneliti melakukan kunjungan langsung

ke subjek penelitian dan memperoleh data yang berasal dari laporan

anggaran dan realisasi biaya produksi dan catatan waktu proses produksi.
50

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Wawancara/Interview, peneliti akan melakukan wawancara secara

langsung kepada pegawai yang berkaitan dengan sistem produksi

pada perusahaan untuk mendapatkan data primer terkait dengan

penelitian yang dilakukan.

2. Mengumpulkan data-data sekunder yang berkaitan dengan materi

pembahasan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan pada

perusahaan.

3. Studi perpustakaan (Library Research), yaitu dilakukan untuk

memperoleh sekunder sebagai landasan teori yang digunakan

sebagai pendukung dalam pembahasan penelitian ini dengan

mencari dan membaca literatur yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti oleh penulis.

E. Teknik Analisis Data

1. Menentukan jumlah pemesanan bahan baku dan total biaya

berdasarkan kebijakan perusahaan

Jumlah Pemesanan = Kebutuhan bahan baku


Frekuensi Pemesanan

Perhitungan total biaya persediaan bahan baku berdasarkan kebijakan

perusahaan.

TIC = C(Q/2) + D(O/Q)

Keterangan :

Q = Jumlah pemesanan berdasarkan kebijakan perusahaan

O = Biaya pemesanan setiap kali pesan


51

D = Jumlah kebutuhan bahan baku

C = Biaya penyimpanan per unit

TIC = Total biaya bahan baku berdasarkan kebijakan Perusahaan

2. Menghitung jumlah pemesanan yang optimal dan total biaya

persediaan menggunakan teknik Economic Order Quantity (EOQ)

Penentuan jumlah persediaan yang optimal sangat berarti dalam

penentuan jumlahpembelian bahan baku agar kebutuhan proses

produksi dapat terpenuhi dengan biaya persediaan total yang minimal.

Kuantitas pemesanan dalam metode EOQ diformulasikan sebagai

berikut :

EOQ=√2OD
C

Frekuensi pemesanan bahan baku (N)

N = D / Q*

Perhitungan total biaya persediaan bahan baku berdasarkan

metode EOQ adalah sebagai berikut :

T* = CQ* + OD
2Q*

Keterangan : D= Kebutuhan barang dalam suatu periode tertentu


O= Biaya pemesanan setiap kali pesan
C = Biaya Penyimpanan tiap unit
Q* = Pembelian optimal berdasarkan EOQ
T* = Total biaya bahan baku atas metode EOQ

3. Menganalisis dan menentukan jumlah pemesanan yang optimal (Qn)


dan total biaya persediaan berdasarkan metode JIT / EOQ

a) JIT / EOQ optimal number delivery, digunakan untuk menentukan

jumlah pengiriman jika terdapat situasi dimana target persediaan

rata – rata yang diinginkan


52

Na = (Q*/2a)2

b) Kuantitas pengiriman yang yang optimal untuk setiap kali

melakukan pengiriman

q = Qn / na

c) JIT/EOQ order quantity digunakan untuk kuantitas pemesanan yang

optimal, maka diformulasikan :

Qn = √n Q*

d) Frekuensi pembelian bahan baku

N = D / Qn
e) Menghitung total biaya persediaan bahan baku berdasarkan :

TJIT = CQN / 2n + OD / Qn = 1 / √n (T*)

Keterangan :

Qn = kuantitas pesanan JIT dalam unit setiap “n” pengiriman

n = angka optimal pengiriman selama satu tahun

Q* = kuantitas pesanan dalam unit untuk system

EOQ q = jumlah pengiriman yang optimal dalam unit

na = jumlah pengiriman optimal dengan tingkat taget “a”dari

persediaan rata – rata ditangan dalam unit

a = rata – rata target spesifik persediaan dalam unit

O = biaya pemesanan setiap kali pesan

D = jumlah kebutuhan bahan baku

4. Menganalisis penerapan Just in Time terhadap line produksi dengan

konsep Line Balancing dengan menggunakan metode ranked

potitional weight system.

RPW =
n.C

Keterangan : Si = waktu masing – masing stasiun ke i


53

n = jumlah stasiun kerja

C = waktu siklus

Analisis Re Order Point ( ROP ) yaitu tingkat persediaan yang mana

perusahaan harus dilakukan pemesanan kembali oleh Dr. Ari Purwati.

M.Ak. dan Dr. Darsono Prawironegoro dalam bukunya Akuntansi

Manajemen , Edisi 3 Revisi ; ( 2011 : 296) berapa harus diadakan

pemesanan kembai. Berikut ini rumus pemesanan kembali ;

Tabel 1.

Rumus Perhitungan untuk Re Order Point

Besarnya permintaan

ROP = Yang diharapkan selama + Safety stock

Masa tenggang

d (LT + z LT (d)

Dimana
.

D = rata-rata tingkat pemesanan

LT = masa tenggang ( Lead Time)

(d) = standar deviasi

z = servis level
LAMPIRAN

Gambar 1.
Pengiriman kayu palet ke PT SPM II

Gambar 2.
Pengiriman kayu kepada pembeli

LIV
DAFTAR PUSTAKA

Alvy Zunariah dan Sajida Nuril. 2015. Analisis Penerapan Just In Time
Sebagai Alternatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku Untuk
Menilai Efesiensi Biaya Pada PT. Kediri Tani Sejahtera Kediri:
Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri. Jurnal

Barry,R. dan Heizer,J. 2010. Manajemen Operasi. Edisi Sembilan. Buku


Kedua.Salemba Empat: Jakarta

Hansen, D.R. dan Maryana, M.W. 2009.Akuntansi Manajerial. Edisi


Delapan.Buku 2.Salemba Empat: Jakarta.

Hansen, D.R. dan Maryana, M.W. 2009.Managerial Accounting.


SalembaEmpat: Jakarta

Husaini Achmad, dkk. 2014. Analisis JIT System Dalam Usaha


Meningkatkan Efesiensi Biaya Produksi (Studi Kasus Pada
Perusahaan Kecap Cap “Kuda” Tulungagung). Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB) Vol. 12 No. 2.

Idayanti Farida. 2014. Penerapan Metode JIT Untuk Meningkatkan


Efesiensi Biaya Persediaan Bahan Baku (Studikasus Pada CV.
Mega Jaya Gresi). Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1.

Kootane,A.V., Babu,K.,N., and Talari,A.,F. 2013. Just in Time


Manufacturing System : from Introduction to Implement.
International Journal of Economics, Business and Finance.Vol.
1,No.2. PP: 07 – 25, ISSN: 2327-8188

Krismiaji. 2011. Dasar – dasar Akuntansi Manajemen, Edisi 2. Unit


Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen: Yogyakarta
Kusumawati, R. 2008. Studi Just InTime untuk Meningkatkan Kinerja
Produktivitas Perusahaan.AKSES: Jurnal Ekonomi dan
Bisnis.Vol.4, No. 8.

Madianto,A. Dzulikrom,AR, dan Dwiatmanto. 2016. Analisis


Implementasi Sistem Just In Time (JIT) pada Persediaan Bahan
Baku untuk Memenuhi Kebutuhan Produksi.Jurnal
Administrasi Bisnis. Vol. 38.No. 1.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. UPP STIM YKPN:


Yogyakarta.

Mardianto Azhar, dkk. 2016. Analisis Implementasi Sistem JIT Pada


Persediaan Bahan Baku Untuk Memenuhi Kebutuhan Produksi
(Studikasus PT. Alianco, Karangploso, Malang).Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 38

Ningrum Esti Setyo. 2014. Analisis Implementasi JIT Terhadap


Peningkatan Produktivitas Perusahaan X (Studikasus Pada
Perusahaan Di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur). Jurnal.

Putra.2014. Penerapan Metode Just In Time untuk Menignkatkan


Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmu dan
Riset.Vol.3, No. 1. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA): Surabaya.

Pristianingrum, N. 2021.Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas


Perusahaan Manufaktur dengan Sistem JUST IN TIME,
(Online)Vol.1,No.1,(http://stiewidyagamalumajang.ac.id/journ
al/index.php/ JAS/article/view/162)

Ristono, Agus. 2010. Sistem Produksi Tepat Waktu. Graha Ilmu:


Yogyakarta.
Sari,H.P. Dzulikrom, M.A.danSaifi,M. 2014. Analisis Just In Time dalam
Upaya Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi.Jurnal
Administrasi Bisnis.Vol. 13.No. 1.

Simamora,H. 2012. Akuntansi Manajemen. Star Gate Publisher: Riau

Sofyan,D.K. 2013. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Graha


Ilmu: Yogyakarta
.
Stevenson,W.J. dan Chuong,S.C. 2014. Manajemen Operasi Perspektif
Asia. Salemba Empat: Jakarta.

Sugiyono, Bambang. Dkk. 2015.Manajemen Produksi. NN Press:Malang

Sujarweni,V.W. 2015. Akuntansi Biaya, Teori dan Penerapannya.


Pustaka Baru Press: Yogyakarta

Sari Permata Heny, dkk. 2014. Analisis JIT Dalam Upaya Meningkatkan
Efesiensi Biaya Produksi (Studikasus Pada PT. Malang Indah
Genteng Rajawali Malang).Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol.
13 No. 1.

Widilestariningtyas,O. Anggadini,S.D. dan Firdaus,D.W. 2011.


Akuntansi Biaya. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Witjaksono,A. 2013. Akuntansi Biaya (edisi revisi). Graha Ilmu:


Yogyakarta. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai