Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahap penyelesaian audit dilaksanakan setelah pelaksanaan audit atas
berbagai siklus sebelumnya (siklus pengeluaran, siklus pendapatan, siklus jasa
personalia, siklus produksi, siklus investasi dan pendanaan, dan pengauditan saldo
kas). Tahap ini sangat penting. Tahap penyelesaian audit sangat mempengaruhi
keberhasilan hasil audit. Keputusan yang diambil auditor selama tahap
penyelesaian ini sangat penting untuk mencapai hasil audit yang optimal.
Berbagai prosedur yang diterapkan dalam tahap ini dapat menghasilkan bukti
tambahan yang dapat mempengaruhi kesimpulan audit. Pengaruh tersebut
meliputi kesimpulan akhir atas saldo setiap rekening yang akan dicantumkan
dalam laporan keuangan danpendapat auditor atas laporan keuangansecara
keseluruhan.
Prosedur-prosedur audit yang diterapkan pada tahap penyelesaian audit
mempunyai beberapa karakteristik khusus yaitu:
1. Prosedur-prosedur tersebut tidak mengacu ke siklus transaksi maupun
saldo rekening tertentu.
2. Prosedur-prosedur tersebut dilaksanakan setelah tanggal neraca
3. Prosedur-prosedur tersebut sangat memerlukan pertimbangan subyektif
auditor. Oleh karena itu, pelaksanaanya semestinya tidak diserahkan
kepada sistem auditor
4. Prosedur-prosedur tersebut biasanya dilaksanakan oleh manajer audit atau
akuntan senior yang berpengalaman. Hal ini disebabkan karena
diperlukannya pertimbangan subyektif auditor.
Pada tahap penyelesaian audit, auditor bekerja dengan keterbatasan waktu.
Hal ini diakibatkan oleh keinginan klien untuk memperoleh laporan audit secepat
mungkin. Meskipun waktu tidak mendukung auditor, auditor harus menggunakan
waktu yang tersedia untuk membuat pertimbangan profesional dan menyatakan
pendapat sesuai keadaan yang sebenarnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur audit dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan
2. Bagaimana langkah-langkah dalam mengevaluasi temuan
3. Bagaimana komunikasi auditor dengan klien
4. Bagaimana tanggung jawab setelah audit

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui prosedur audit dalam menyelesaikan pekerjaan
lapangan
2. Untuk memahami langkah-langkah dalam mengevaluasi temuan
3. Untuk mengetahui serta memahami cara berkomunikasi dengan klien
4. Untuk mengetahui tanggung jawab yang harus dilakukan setelah audit

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyelesaian Pekerjaan Lapangan


Dalam mengevaluasi atau melengkapi pekerjaan lapangan, auditor
melaksanakan beberapa prosedur audit spesifik untuk menghimpun tambahan
bahan bukti audit. Ada lima prosedur yang dapat dilakukan oleh auditor, yaitu:
1. Melakukan penelaahan review peristiwa kemudian (subssequent event
review)
Periode peristiwa kemudian adalah periode yang dihitung sejak tanggal
neraca sampai dengan tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan (tanggal
laporan audit). Jadi, bukan sampai dengan tanggal dipublikasikannya atau
diserahkanya laporan audit. Dalam periode tersebut, auditor disyaratkan
untuk menemukan terjadinya peristiwa kemudian. Sedangkan terhadap
peristiwa setelah tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan auditor tedak
bertanggung jawab untuk menemukan peristiwa kemudian.
Ada dua jenis peristiwa kemudian yaitu, Tipe peristiwa kemudian I dan
tipe peristiwa kemudian II :
Tipe peristiwa kemudian I meliputi peristiwa yang memberikan
tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal
neraca dan berdampak terhadap taksiran yang tersedia sebelum laporan
keuangan diterbitkan, harus digunakan manajemen dalam mengevalasi
kondisi yang digunakan sebagai dasar estimasi keuangan. Auditor harus
meminta klien untuk menyesuaikan laporan keuangan untuk setiap
perubahan estimasi sebagai akibat dari penemuan dan penggunaan suatu
bukti yang relavan.
Beberapa peristiwa kemudian tipe pertama kadang hanya memerlukan
reklasifikasi rekening dan bukan penyesuaian. Sebagai contoh utang
jangka panjang yang harus dibayar kurang dari setahun berikutnya harus s
dipindahkan keutang jangka pendek. Contoh peristiwa yang dikelompokan

3
ke dalam tipe pertama, yang memerlukan penyesuaikan dan pengungkapan
dalam laporan keuangan, adalah :
a. Kerugian akibat piutang tak tertagih yang disebabkan adanya
pelanggan yang mengalami kesulita keuangan dan menuju
kapailitan sesudah tanggal neraca,merupakan indikasi keadaan
yang ada pada tanggal neraca
b. Penyelesaian tuntutan hukum baik yang dilakukan klien maupun
yang menunjukan pada klien, yang jumlahnya berbeda dengan
jumlah keuangan atau piutang yang dicatat, membutuhkan
penyesuaian laporan keuangan jika peristiwa yang menimbulkan
tuntutan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca.
c. Penghentian operasi perusaancabang dengan rugi terestimasi yang
diakibatkan oleh kondisi yang ada sebelum tanggal neraca.

Tipe peristiwa kemudian 2 meliputi peristiwa-peristiwa yang


memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak
ada pada tanggal neraca yang dilaporkan, tetapi kondisi tersebut ada
sebuah tanggal neraca. Peristiwa-peristiwa tersebut tidak memerukan
penyesuaian laporan keuangan. Akan tetapi, beberapa peristiwa mungkin
memerlukan pengungkapan untuk mencegah diterbitkanya laporan
keuangan yang dapat menyesat pemakaiannya. Contoh peristiwa yang
dikelompokan kedalam tipe kedua yang tidak memerlukan penyesuaian,
tetapi memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan, adalah :

a. Penjualan obligasi maupu penerbitan saham baru


b. Akuisisi pada perusahaan lain
c. Kerugian aktiva tetap yang disebabkan kebakaran yang terjadi
setelah tanggal neraca
d. Business combination misalnya perusahaan klien akan marger dapat
sebuah perusahan lain
e. Perusahaan struktur modal

4
f. Pengumuman dividen saham ataupun dividen kas yang lain dari
biasanya.

Prosedur audit dalam periode setelah tanggal neraca

Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian


sampai tanggal laporan auditor, yang biasanya merupakan akhir dari
pekerjaan lapangan. Tanggung jawab ini dapat dilaksanakan dalam dua
cara berikut: (1) dengan mewaspadai peristiwa kemudian dalam
melaksanakan pengujian substantif akhir tahun seperti pengujian pisah
batas dan mencari kewajiban yang belum tercatat serta (2) dengan
melaksanakan prosedur audit berikut yang ditetapkan dalam AU 560.12
atau mendekati akhir pekerjaan lapangan.

 Membaca laporan keuangan interim terakhir yang tersedia serta


membandingkanya dengan laporan yang sedang dilaporkan dan
melakukan perbandingan lainnya yang sesuai dalam situasi-situasi itu.
 Menanyakan kepada manajemen yang bertanggungjawab atas hal-hal
keuangan dan akuntansi mengenai:
 Setiap kewajiban kontijen atau komitmen besar yang ada pada
tanggal neraca atau tanggal pertanyaan itu diajukan.
 Setiap perusahaan yang signifikan pada modal saham, hutang
jangka panjang, atau modal kerja sampai tanggal pertanyaan
diajukan.
 Status saat ini dari pos-pos yang sebelumnya
dipertanggungjawabkan atas dasar data sementara, pendahuluan,
atau tidak konklusif.
 Apakah setiap penyesuaian yang tidak biasa telah dilakukan sejak
tanggal neraca.
 Membaca notulen rapat dewan komisaris, pemegang saham, dan komite
lainnya yang sesuai.
 Menanyakan ahli hukum klien mengenai litigasi, klaim, dan penilaian.

5
 Mendapatkan surat representasi dari klien mengenai peristiwa
kemudian yang menurut pendapatnya memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan.
 Melakukan tanya-jawab tambahan atau melaksanakan prosedur
tambahan yang dipandang perlu dalam situasi itu.

Pengaruh peristiwa kemudian terhadap laporan audit ialah kegagalan


mengungkapkan peristiwa kemudian dalam laporan keuangan akan
menyebabkan penyimpangan dari laporan audit bentuk standar

Auditor dapat mengeluarkan laporan audit sebagai berikut (tergantung


matearialitas peristiwa kemudian) :

a. Pendapat tidak wajar apabila peristiwa kemudian sangat material


b. Pendapat menolak memberikan pendapat
2. Menelaah notulen rapat
Notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya
(komite keuangan dari komite audit). Dapat berisi hal-hal yang secara
signifikan berkaitan erat dengan audit yang dilaksanakan, misalnya:
a. Otorisasi pengeluaran obligasi
b. Otorisasi pengeluaran saham baru
c. Otorisasi pembelian kembali saham sendiri
d. Otorisasi pembayaran dividen
e. Otorisasi penghentian jenis produk tertentu
Kelima hal tersebut di atas berpengaruh pada asersi-asersi manajemen
dalam laporan keuangan. Informasi yang diperoleh dari penelaahan
tersebut dapat menyebabkan auditor:
a. Melakukan pengujian substantif tambahan
b. Meminta klien mengungkapkan peristiwa kemudian dalam laporan
keuangan

6
3. Mengajukan pertanyaan atau konfirmasi kepada penasihat hukum
klien

Pengajuan pertanyaan atau konfirmasi dilakukan untuk memperoleh bukti


mengenai keberadaan tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan
yang mempengaruhi usaha dan keuangan klien dimasa datang. Kadang
kejadian ekonomi lebih mempengaruhi posisi keuangan daripada suatu
transaksi kas atau transaksi lainnya sebagai contoh adalah kewajiban
kontijensi.

Kontijensi adalah keadaan, situasi, atau kondisi yang meliputi


ketidakpastian yang mungkin melibatkan keuntungan atau kerugian
dimasa datang. Perlakuan akuntansi terhadap kontijensi kerugian dapat
berupa:

a. Dicatat sebagai kewajiban bersyarat


b. Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
c. Tidak dicatat

Kontijensi dapat timbul karena:

a. Ketidak pastian jumlah pajak hutang


b. Pemberian garansi produk
c. Adanya tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan

Auditor tidak hanya melaksanakan prosedur pengauditan untuk mencari


kewajiban bersyarat selama pelaksanaan audit (pekerjaan lapangan). Pada
tahap setelah audit, auditor harus menghimpun bahan bukti tentang
tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan. Dalam hal ini, auditor
harus menghimpun bahan bukti mengenai:

a. Keberadaan keadaan, situasi, atau kondisi yang meliputi


ketidakpastian yang mungkin mengakibatkan kerugian pada

7
perusahaan sebagai akibat adanya tuntutan hukum, klaim, dan
keputusan pengadilan.
b. Periode atau waktu terjadinya kejadian yang menyebabkan
tindakan hukum tersebut
c. Tingkat kemungkinan hasil yang tidak menguntungkan
d. Jumlah kerugian potensial

Prosedur yang dapat dilaksanakan auditor untuk itu adalah:

a. Mengajukan pertanyaan dan diskusi dengan manajemen


b. Membaca notulen rapat dewan komisaris
c. Menelaah perjanjian kontrak pinjaman
d. Konfirmasi dengan bank mengenai adanya jaminan pinjaman
e. Auditor meminta manajemen perusahaan membuat letter of inquiry
yang isinya meminta penasihat hukum klien menerangkan secara
langsung mengenai masalah hukum klien kepada auditor.
4. Menghimpun surat presentasi klien

Auditor disyaratkan untuk memperoleh representasi tertulis dari


manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai dengan
standar pengauditan. Auditor mengandalkan representasi klien untuk:

a. Mengkonfirmasi pernyataan lisan yang disampaikan pada auditor


b. Mendokumentasikan ketepatan representasi yang kontinu
c. Menurunkan kesalahpahaman mengenai representasi manajemen
Representasi klien melengkapi dan mendukung prosedur audit lainnya. Isi
representasi klien meliputi:
a. Pengakuan manajemen mengenai tanggung jawabnya untuk
menyajikan laporan keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum
b. Tersedianya catatan keuangan dan data yang berkaitan
c. Kelengkapan dan tersedianya semua notulen rapat

8
d. Tidak terdapat kesalahan dalam laporan keuangan dan transaksi
yang tidak tercatat.
e. Informasi mengenai transaksi antar pihak yang memiliki hubungan
istimewa
f. Ketidakpatuhan dengan berbagai isi perjanjian kontrak yang
mungkin berdampak pada laporan keuangan
g. Informasi mengenai peristiwa kemudian
h. Ketidakberesan yang melibatkan karyawan dan manajemen
i. Komunikasi dari instansi pemerintah mengenai ketidakpatuhan atau
kelemahan dalam praktik pelaporan keuangan
j. Rencana atau maksud yang mungkin akan mempengaruhi
Apabila auditor dapat memperoleh representasi klien, maka laporan
audit bentuk standar dapat dikeluarkan. Apabila ada pembatasan
lingkup, maka perlu dipertimbangkan dahulu materialitasnya.

5. Melaksanakan prosedur analitis komprehensif

Prosedur analitis mencakup penggunaan rasio dan teknik pembandingan


lainnya. Prosedur analitis juga digunakan dalam tahap penyelesaian audit
sebagai alat penelaahan menyeluruh atau penelaahan akhir atas laporan
keuangan. Prosedur analitis ini bertujuan untuk membantu auditor dalam
mengambil kesimpulan mengenai audit, dan dalam mengevaluasi
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.

Dalam melakukan penelaahan menyeluruh, auditor membaca dan


menganalisa laporan keuangan dan catatan atas lapooran keuangan, dan
mempertimbangkan kecukupan bukti yang dihimpun untuk mengatasi
adanya saldo yang jumlahnya tidak wajar atau tidak seperti yang
diharapkan. Prosedur analitis kemudian diterapkan pada laporan keuangan
untuk menentukan apakah ada hubungan yang tidak wajar yang masih ada.
Apabila ternyata masih ada, maka auditor melaksanakan prosedur audit
tambahan.

9
2.2 Mengevaluasi Temuan
Auditor melaksanakan pengevaluasian atas temuan dengan tujuan:
a. Untuk menentukan jenis pendapat yang akan diberikan
b. Untuk menentukan apakah standar pengauditan telah dilaksanakan dengan
baik dalam audit.
Untuk mencapai atujuan tersebut auditor melaksanakan beberapa langkah
berikut:
1. Membuat penetapan akhir mengenai materialitas dan resiko audit
2. Melakukan penelaahan teknis mengenai laporan keuangan
3. Merumuskan pendapat dan membuat draft laporan audit
4. Melakukan penelaahan akhir atas kertas kerja

2.3 Berkomunikasi Dengan Klien


Selama melaksanakan audit, auditor mungkin mengetahui persoalan yang
menyangkut struktur pengendalian klien (SPI) yang mungkin perlu diketahui oleh
komite audit. Persoalan yang diharuskan untuk dilaporkan kepada komite audit
disebut dengan repotable condition (kondisi yang akan dilaporan). Suatu
persoalan SPI perlu dilaporkan apabila menunjukkan kekurangan yang meterial
dalam rancangan atau pelaksanaan SPI, yang berakibat buruk pada efektivitas
proses dan sistem akuntansi.
Auditor tidak berkewajiban untuk mencari kondisi yang dapat dilaporkan.
Tetapi, auditor mungkin menemukan kondisi yang dapat dilaporkan melalui:
a. Pertimbangannya atau pemahamannya atas unsur-unsur SPI
b. Penerapan prosedur audit terhadap saldo maupun transaksi

Dalam menentukan permasalahan apa saja yang merupakan kondisi yang


dapat dilaporkan, auditor harus mempertimbangkan berbagai faktor yang
berhubungan dengan satuan usaha tersebut, seperti ukuran, kerumitan dan
keanekaragaman aktivitas, struktur organisasi, dan karakteristik pemilikan.

10
Komunikasi sebaiknya dilakukan dalam bentuk suatu laporan tertulis.
Distribusi tersebut harus dibatasi pada komite audit, manajemen, dan anggota
organisasi klien lain yang berwenang. Laporan tersebut harus:

a. Mengidentifikasi kegunaan audit laporan keuangan adalah memberikan


pendapat atas laporan keuangan, bukan menyediakan mengenai struktur
pengendalian intern klien.
b. Mencakup definisi reportable condition.
c. Mencakup pembatasan distribusi laporan.

Komunikasi oleh auditor dapat dilaksanakan dengan komite audit dan


manajemen.
1. Komunikasi Mengenai Pelaksanaan Audit (dengan Komite Audit)
Auditor haus menentukan bahwa masalaha-masalah tertentu yang
berkaitan dengan pelaksanaan auditor, dikomunikasikan kepada komite
audit. Auditor harus menjamin bahwa komite audit menerima dominasi
tambahan mengenai lingkup dan hasil audit yang dapat membantu komite
audit dalam mengawasi pelaporan keuangan dan proses pengungkapan
yang menjadi tanggung jawab manajemen.
Komunikasi dapat berbentuk lisan atau tertulis. Komunikasi
dengan komite audit meliputi masalah-masalah berikut:
a. Tanggung jawab auditor berdasarkan standa pengauditan yang ditetapkan
Ikatan Akuntansi Indonesia termasuk:
 Jaminan yang disediakan audit bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material.
 Konsep materialitas yang digunakan dalam audit.
 Jenis pengujian yang dilaksanakan.
b. Kebijakan akuntansi yang signifikan termasuk pilihan dan perubahan
kebijakan akuntansi serta metode akuntansi yang digunakan untuk
transaksi yang tidak biasa.
c. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi termasuk dasar
pertimbangan yang dilakukan, dan proses pembuatan estimasi. Estimasi

11
tersebut sangat sensitif karena signifikan bagi laporan keuangan dan
karena kemungkinan bahwa peristiwa di masa datang dapat berbeda
dengan peristiwa yang diestimasi manajemen. Auditor perlu
menyampaikan dasar yang dipakai auditor dalam menyimpulkan
kewajaran estimasi tersebut.
d. Penyesuaian audit yang signifikan yang berdampak signifikan atas proses
pelaporan satuan usaha
e. Ketidaksepakatan dengan manajemen. Ketidaksepakatan tersebut dapat
berupa:
 Penerapan prinsip akuntansi,
 Perlakuan akuntansi atas kejadian tertentu,
 Lingkup audit,
 Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan,
 Kata-kata auditor dalam laporan audit.
f. Konsultasi dengan akuntan lain mengenai masalah akuntansi dan
pengauditan.
g. Kesulitan yang dijumpai selama pelaksanaan audit. Kesulitan tersedia
meliputi:
 Penundaan yang tidak beralasan oleh manajemen mengenai saat
dimulainya audit
 Penyediaan informasi dan data yang diperlukan
 Tidak tersedianya karyawan klien dan kegagalan karyawan klien untuk
menyelesaikan daftar yang dibuat klien pada waktunya.

2. Menyusun Management Letter (Surat Pernyataan Manajemen)


Selama melaksanakan audit, auditor mengamati berbagai operasi dan
organisasi bisnis klien. Manajement letter berisi rekomendasi-rekomendasi yang
tidak diisyaratkan untuk dikomunikasikan dengan komite audit. Rekomendasi
tersebut biasanya berkaitan erat dengan usaha peningkatan efisiensi dan
efektivitas operasi perusahaan klien. Oleh karena itu, manajement letter

12
menunjukkan pelayanan yang diberikan auditor agar klien puas. Pelayanan ini
menunjukkan adanya perhatian auditor terhadap terhadap kesejahteraan dan masa
depan klien.
Manajement letter dapat mencakup komentar atas:
a. Struktur pengendalian intern, yang bukan termasuk reportable condition
b. Sumber daya manajemen seperti kas, persediaan, dan investasi.
c. Masalah perpajakan.

2.4 Tanggung Jawab Setelah Audit

Tanggung jawab setelah audit meliputi pertimbangan:


1. Peristiwa kemudian yang Terjadi antara Tanggal Laporan Audit dan
Tanggal diPublikasikan Laporan Audit
Sebenarnya auditor tidak bertanggung jawab untuk menemukan hal-hal
yang memperoleh laporan keuangan auditan setelah tanggal laporan audit.
Meskipun demikian, apabila kejadian tersebut timbul, auditor perlu
mempertimbangkan apakah perlu ada pengungkapan atau penyesuaian laporan
keuangan. Bila auditor menetapkan perlunya penyesuaian atau pengungkapan, dan
manajemen setuju, maka auditor dapat mengeluarkan laporan audit bentuk baku.
Sebagai alternatif, auditor dapat menggunakan penanggalan ganda (dual dating).
2. Penemuan Fakta-Fakta Baru
Auditor sebenarnya tidak bertanggung jawab (setelah audit selesai) untuk
menemukan fakta-fakta yang ada, tetapi tidak diketahui, pada tanggal laporan
audit. Meskipun demikian, auditor seharusnya memastikan keandalan informasi
jika auditor menemukan fakta yang memprengaruhi laporan yang dikeluarkan.
Apabila penyelidikan auditor menunjukkan adanya fakta tersebut, dan auditor
yakin bahwa informasi tersebut penting bagi keandalan laporan keuangan, auditor
harus mengambil lagkah-langkah untuk mencegah pengandalan (pemanfaatan) di
masa datang atas laporan audit. Langkah-langkah tersebut meliputi:
a. Memberikan (tertulis) klien bahwa laporan audit tidak dapat lagi dikaitkan
dengan laporan keuangan.

13
b. Memberitahu (tertulis) badan yang berwenang seperti BAPEPAM bahwa
laporan audit tidak dapat diandalkan lagi.
c. Memberitahu (tertulis) melalui badan berwenang (BAPEPAM) kepada
setiap individu yang diketahui mengandalkan laporan keuangan, bahwa
laporan audit tidak dapat diandalkan lagi.
3. Penemuan Adanya Prosedur yang tidak DiLaksanakan
Setelah tanggal laporan audit, ada kemungkinan auditor menyimpulkan
bawa satu atau lebih prosedur audit, yang dianggap perlu sesuai dengan keadaan,
tidak dilaksanakan selama pelaksanaan audit. Standar pengauditan tidak
mensyaratkan auditor untuk melaksanakan penelaahan pos audit (setelah audit
berakhir) atas pekerjaan lapangan. Meskipun demikian, penemuan adanya
prosedur audit yang tidak dilaksanakan dapat diketahui melalui:
a. Pelaksanaan program pengendalian kualitas kantor akuntan publik.
b. Pelaksanaan peer review.

Seperti telah dijelaskan, auditor tidak berkewajiban melaksanakan


prosedur audit setelah laporan audit dikeluarkan. Meskipun demikian, karena
adanya potensi kewajiban dan masalah hukum, auditor perlu melaksanakan
konsultasi dengan pihak berwenang untuk menentukan tindakan yang tepat.

Pada banyak kasus, auditor akan menetapkan atau menilai penting


tidaknya prosedur yang tidak dilaksanakan tersebut akan laporan keuangan secara
keseluruhan. Penetapan tersebut dilakukan dengan menelaah kertas kerja dan
mendiskusikan dengan staf auditor. Berdasar informasi tersebut, auditor dapat
mengevaluasi kembali lingkup audit secara keseluruhan. Jadi, auditor akan
menemukan apakah lingkup audit masih memadai meski ada prosedur pengujian
yang tidak dilakukan.

Sebagai contoh, auditor tidak melaksanakan penelaahan notulen rapat dan


verifikasi kesesuaian saldo. Meskipun demikian, auditor dapat menyimpulkan
bahwa konfirmasi jangka panjang adalah memadai untuk memperoleh bukti asersi
keberadaan atau keterjadian, hak dan kewajiban serta penilaian atau

14
pengalokasian utang jangka panjang. Apabila kesimpulan yang diambil adalah
negatif, auditor harus mengambil langkah-langkah untuk mencegah pengandalan
(pemanfaatan) di masa datang atas laporan audit. Langkah tersebut sama dengan
langkah yang dilakukan pada kejadian adanya penemuan fakta-fakta baru.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tahap penyelesaian audit sangat mempengaruhi keberhasilan hasil audit
tahap penyelesaian ini sangat penting untuk mencapai hasil audit yang optimal.
Prosedur-prosedur yang diterapkan dalam tahap ini memberikan bukti tambahan
yang dapat mempengaruhi kesimpulan audit. Yaitu mempengaruhi kesimpulan
akhir, atas saldo setiap rekening yang akan dicantumkan dalam laporan keuangan,
dan pendapat auditor atas laporan keuangan secara keseluruhan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan Totok Budisantoso.2004.Auditing 2: dasar-dasar prosedur


pengauditan laporan keuangan.edisi 3.UPP-AMP YKPN.Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai