Anda di halaman 1dari 32

Afasia dan Gangguan Komunikasi

Neurogenik Terkait Lain

Hafidz Triantoro Aji Pratomo, SST.TW., MPH.


Program Studi Terapi Wicara dan Bahasa Program Sarjana Terapan
Anggota IKATWI 03.685.15
International Affiliate of ASHA
Selayang Pandang

▪ Definisi dan Pengertian


▪ Kerangka Konsep Afasia
▪ Kognitif
▪ Stroke dan Etiologi Lain
▪ Klasifikasi Afasia
▪ Gangguan Komunikasi Neurogenik Lain
▪ Peran Terapis Wicara
▪ Kerjasama Multidisipliner
Definisi dan Pengertian

▪ Chapey (2008) menyampaikan bahwa afasia merupakan gangguan


komunikasi perolehan yang disebabkan oleh kerusakan otak ditandai
adanya permasalahan pada modalitas bahasa yang terdiri dari
berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis.

▪ Afasia bukan merupakan hasil dari defisit sensoris, defisit kapasitas


intelektual, atau gangguan psikiatri lain (Brookshire, 1992;
Goodglass, 1993 dalam Chapey, 2008).
Chapey, 2008

Aphasia

Acquired

Language Problems

Not sensation, motor Function,


Neurogenic or intellect problems
Kerangka konsep Afasia

▪ Propositional Language Framework (Jackson, 1878).


Afasia lebih dilihat suatu permasalahan atau kegagalan dalam menyampaikan
keinginan.

▪ Concrete-Abstract Framework (Goldstein and Scheerer, 1948).


Kesulitan mengkorelasikan sesuatu yang nyata dan abstrak dalam prosedur
komunikasi.

▪ Thought Process Framework (Wepman, 1972a).


Afasia merupakan permasalahan yang muncul akibat adanya kegagalan
menganalisis fitur semantik sehingga menyebabkan kegagalan dalam analisis
kognitif/ pikiran.
Kerangka konsep Afasia
Kognitif

▪ Kognisi merupakan istilah generik untuk segala proses yang dilakukan oleh organisme menjadi sadar
atau mencari pengetahuan dari suatu objek (English & English dalam Chapey, 2008).
▪ Recognition/ understanding/ comprehension meliputi proses mengetahui,
kesadaran, menjelajahi atau tidak, pengenalan informasi pada berbagai
bentuk, persepsi, atensi, pemahaman (Chapey, 2008).
Executive-
Recognition/
Function ▪ Memori merupakan kekuatan, aksi, atau proses memastikan informasi yang
understanding
Abilities
baru didapat untuk disimpan dan digunakan pada waktu yang akan datang
(Guilford, 1967; Klatzky,1980; Squire, 1987 dalam Chapey, 2008)

▪ Thinking merupakan proses berpikir yang terbagi menjadi convergent


thinking, divergent thinking, dan evaluative thinking (Chapey, 2008).

▪ Executive-Function Abilities merupakan kumpulan kemampuan kognitif untuk


Thinking Memory memungkinkan melakukan aktivitas secara mandiri dan terstruktur secara
akurat (Dugbartey et al., 1999; Murray, 2002; Purdy, 2002; Ylvisaker &
Feeney, 1998 dalam Chapey, 2008) 7
8
Recognition/ understanding

▪ Aspek perilaku atensi yang mungkin diperiksa antara lain (Lezak et al., 2004;
Murray, 2002; Spreen & Strauss, 1998 dalam Chapey, 2008):
1. Sustained attention
Kemampuan untuk mempertahankan atensi serta memproduksi performa yang konsisten pada waktu yang relative
lama.
2. Focused or selective attention
Kemampuan untuk fokus dan memprioritaskan stimulus eksternal dan internal.
3. Divided attention
Kemampuan untuk melakukan dan mempertahankan lebih dari satu tugas pada proses multikompleks yang terjadi
secara berkesinambungan.

9
Memory

▪ Memori terbagi menjadi short term memory dan long term memory.
▪ Short term memory memiliki nama lain working memory (Chapey,
2008).
▪ Short term memory atau memori jangka pendek merupakan
kapasitas pada area terbatas, untuk mengingat tujuh item ditambah
dua atau dikurangi dua (Clark et al., 2005; Miller, 1956 dalam Chapey,
2008).

10
Thinking

1. Convergent thinking
Merupakan penarikan kesimpulan logis dari informasi yang diberikan yang berasal dari
hasil analisis dan keluaran yang konvensional.

2. Divergent thinking
Merupakan penarikan kesimpulan alternative dari sekumpulan informasi yang berdasar
pada variasi, kuantitas, dan relevansi keluaran dari satu sumber.

3. Evaluative thinking
Kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk keputusan atau
perbandingan atau formulasi evaluasi pada suatu kondisi seperti membenarkan,
melengkapi, identitas, relevansi, adekuasi, utilitas, keamanan, konsistensi, keputusan
logis, aplikasi logis, atau modifikasi sosial.
Chapey, 2008
11
Executive-Function Abilities

▪ Secara ringkas aspek ini memungkinkan individu untuk mampu merencanakan,


melakukan dan mengevaluasi aktivitas individual secara mandiri.

▪ Aspek ini memungkinkan kita untuk memilih, merencanakan, dan memonitor


respon (Borkowski & Burke, 1996; Denckla, 1996; Ylvisaker & Feeney, 1998 dalam
Chapey, 2008).

▪ Mekanisme fungsi eksekusi memiliki peran dalam:


1. Self awareness
2. Inhibition
3. Reasoning (Chapey, 2008).

12
Chapey, 2008

Stroke dan Etiologi lain


▪ Stroke terjadi ketika aliran darah pada pembuluh
darah atau arteri menuju area otak terputus akibat
adanya blokade pada arteri.
▪ Sroke iskemik
Stroke ini terjadi ketika aliran darah terblokade secara
partial atau penuh. Apabila penyumbatan berasal dari
gumpalan darah atau benda asing lain maka disebut
dengan emboli. Apabila penyumbatan disebabkan karena
penyempitan pembuluh darah maka disebut dengan
trombosis (Dharmaperwira-Prins, 2002).

▪ Stroke Hemoragis
Pembuluh darah pecah.

▪ Transient Ischemic Attack (TIA)


Penghentian aliran darah secara tiba-tiba. 10-20%
mengalami stroke dalam waktu satu tahun, 30-60%
mengalami stroke dalam waktu 1 s.d 5 tahun.
Shipley & McAfee, 2016
Focal neurologic findings in stroke

Middle cerebral artery Anterior cerebral artery Posterior cerebral artery Vertebral basilar artery
Hemiplegia/ hemiparesis Hemiparesis, legs more than arms Coma Paresis
Hemisensory loss Hemisensory loss, legs more than Hemiplegia Sensory loss
arms
Hemianopsia Mutism Ataxia Cranial nerve
Perceptual dysfunction Decreased spontaneity Tremor Ataxia
Aphasia Apraxia Sensory loss Diploponia
Vision loss Dysartrhria
Prosopagnosia Vertigo
Coma

Chapey, 2008
Etiologi lain

▪ Traumatic brain injury


▪ Brain tumors
▪ Brain surgery
▪ Brain infections
▪ Progressive neurological diseases
▪ Seizure

American Speech-Language Hearing Association; Manasco,


2014.
Klasifikasi Afasia

Type of Aphasia Fluency Comprehension Repetition Naming


Global Non fluent - - -
Mixed Transcortical Non fluent - + -
Broca Non fluent + - -
Motor Transcortical Non fluent + + -
Wernicke Fluent - - -
Sensory Transcortical Fluent - + -
Conduction Fluent + - -
Anomic Fluent + + -
Aphasia Post-Stroke

▪ Insidensi afasia post


stroke berkisar 40.93%.

▪ Lokalisasi dan faktor


pendidikan
mempengaruhi terjadinya
afasia fluent.

Lahiri et al., 2019


Gangguan Komunikasi Neurogenik
Lain

▪ Traumatic Brain Injury


▪ Dementia
▪ Gangguan Hemisfer Kanan
▪ Primary Progressive Aphasia
▪ Disartria
▪ Apraksia Verbal
Traumatic Brain Injury

▪ Traumatic Brain Injury (TBI)


merupakan cedera dapatan yang
merusak otak (Shipley &
McAfee, 2016).

▪ TBI merupakan bentuk


kerusakan otak dapatan
nondegenerative akibat adanya
tekanan dari luar pada kepala
atau mekanisme lain yang
menyebabkan kerusakan otak
(ASHA)

▪ Determinan TBI antara lain


usia dan jenis kelamin
(Sarno, 1998)
Sign and symtoms of TBI

▪ Physical Effects
▪ Visual Effects
▪ Auditory and Vestibular Effects
▪ Neurobehavioral Effects
▪ Cognitive-Communication Effects
▪ Dysphagia
American Speech-Language-
Hearing Association
Dementia

▪ Dementia merupakan proses penurunan kualitas mental secara umum sebagai


akibat dari berbagai faktor yang terdiri dari faktor organic atau faktor psikologis
yang ditandai adanya disorientasi, permasalahan memori, pengambilan
keputusan, intelektual dan sikap yang labil (Nicolosi et al., 2003).

▪ Dementia adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan adanya deteriorasi
pada memori dan minimal satu dari aspek kognitif sehingga berdampak pada
aktivitas sehari-hari (Chapey, 2001).

▪ Terdapat dua syarat dikatakan Dementia (DSM-IV, APA, 1994):


1. Permasalahan memori jangka panjang dan pendek
2. Minimal satu dari kondisi Afasia, Apraksia, Agnosia dan permasalahan fungsi eksekutif
Penyebab Dementia
Reversible Irreversible
Depression Alzheimer disease
Drug use Creutzfeld – Jacob disease
Infection HIV encephalopathy
Hearing loss Huntington’s disease
Neoplasm Multi infarct dementia
Normal pressure hydrochepalus Multiple sclerosis
Mental and/or sensory deprivation Parkinson’s disease
Renal failure (dialysis dementia) Pick’s disease
Thyroid disease Progressive supranuclear palsy
Toxin exposure Traumatic brain injury
Vitamin deficiency
Gangguan Hemisfer Kanan

▪ Nama lainnya adalah Right Hemisphere Disorders, Right Hemisphere Damage, dan
disfungsi hemisfer kanan.

▪ Dharmaperwira-Prins (2004) menyatakan bahwa disfungsi hemisfer kanan merupakan


gangguan di bidang-bidang bahasa, prosodi, membaca dan menulis yang diakibatkan
oleh disfungsi pada hemisfer kanan.

▪ Pasien dengan RHS tidak secara murni mengalami permasalahan bahasa melainkan
permasalahan dengan level yang lebih tinggi dan kompleks pada situasi komunikasi
(Chapey, 2008).
General Characteristics

▪ Perceptual deficits
▪ Affect and emotion
▪ Cognitive impairments
▪ Communicative deficits

Chapey, 2008.
Primary Progressive Aphasia

▪ Primary progressive aphasia dapat didefinisikan sebagai proses


penurunan kemampuan yang terjadi secara berangsur, dengan
dampak yang memanjang, adanya bukti masalah bahasa yang biasa
disamakan afasia baik karakteristik maupun etiologis atau
penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan pada area
perysylvian (Duffy, 1987).
Disartria
▪ Gangguan motorik bicara dapatan disebabkan adanya lesi neuromuskuler pada
komponen fungsional bicara.

▪ Disartria merupakan sekelompok gangguan motorik bicara neurologis yang


dihasilkan dari permasalahan control dan perubahan tonus (weakness, slowness,
imprecision, and/or incoordination) pada otot-otot bicara (Darley et al., 1975;
Duffy, 2005; Freed, 2000 dalam Chapey, 2008)

▪ Disartria:
1. Flaksid (cedera Lower Motor Neuron)
2. Spastik (cedera Upper Motor Neuron)
3. Ataksid (cedera Cerebellum Control Circuit)
4. Hipokinetik (cedera Basal Ganglia Control Circuit)
Duffy, 2005.
5. Hiperkinetik (cedera Basal Ganglia Control Circuit)
Apraksia Verbal

▪ Permasalahan perencanaan dan pemrograman bicara akibat adanya


lesi dapatan pada area supplementary motor cortex.

▪ Kesulitan mengontrol komponen fungsional bicara meliputi respirasi,


fonasi, resonansi, artikulasi, dan prosodi.

▪ Permasalahan yang ditandai kesulitan kapasitas untuk memposisikan


dan merencanakan gerakan otot untuk tujuan volisional (Darley,
1975; Duffy, 2005 dalam Chapey, 2008).
Peran Terapis Wicara

Linguistic Profiles

Data Collection Cognitive Profiles


Skrining
Other Components Profile

Asesmen Diagnosis & Prognosis


Data Analysis
Treatment Plan

Reporting Diagnostic Report

Linguistic Problems
Intervensi
Cognitive Problems
Kerjasama Multidsipliner

▪ Dokter
▪ Perawat
▪ Okupasi Terapi
▪ Fisioterapi
▪ Psikolog
▪ Ahli Gizi
▪ Pekerja Sosial
▪ Keluarga
Daftar Pustaka
▪ American Speech-language Hearing Association. n.d. Aphasia. ASHA Portal Practice. Tersedia www.asha.org.

▪ American Speech-language Hearing Association. n.d. Traumatic Brain Injury. ASHA Portal Practice. Tersedia www.asha.org.

▪ Chapey, R. 2008. Language Intervention Strategies in Aphasia and Related Neurogenic Communication Disorders (5th ed).
Philadelphia, PA: Lippincot Williams & Wilkins.

▪ Duffy, J.R. 2005. Motor speech disorders: Substrate, differential diagnosis, and management (2nd Edition). Missouri: Elsevier
Mosby.

▪ Lahiri, D., Dubey, S., Ardila, A., Sawale, V.M., Roy, B.K., Sen, S., & Gangopadhyay, G. 2019. Incidence and types of aphasia
after firstever acute stroke in Bengali speakers: age, gender, and educational effect on the type of aphasia. Aphasiology,
DOI: 10.1080/02687038.2019.1630597.

▪ Manasco, M. H. 2014. Introduction to neurogenic communication disorders. Burlington, MA: Jones & Bartlett Learning.

▪ Sarno, M.T. 1998. Aquired Aphasia 3rd edition. California: Academic Press.

▪ Shipley, K. G., & McAfee, J. G., 2016. Assessment in speech-language pathology: A resources manual 5th edition. Clifton Park,
NY:Delmar Cengange Learning.

Anda mungkin juga menyukai