Anda di halaman 1dari 26

FUNGSI LUHUR DAN MEMORI

Dr. Ratna Indriawati

A. Fungsi Luhur
Fungsi luhur adalah fungsi yang
memungkinkan manusia dapat memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani sesuai dengan nilai
moral yang berlaku. Fungsi luhur terdiri atas:
 Kognisi
 Memori
 Bahasa
 Emosi
 Visuospatial

B. Fungsi kognisi
Proses mental untuk mendapatkan
pemahaman dan pengertian terhadap suatu hal
hingga melahirkan tindakan. Proses kognisi
diantaranya:

 Sensasi
 Persepsi
 Asosiasi
 Pikiran
 Perhatian
 Pertimbangan
 Memori

C. Fungsi Bahasa
Ada dua jenis Bahasa, yaitu:

a) Bahasa verbal
Hasil pemikiran/konsep/opini dengan
menggunakan simbol bahasa dan tata
bahasa melalui bentuk lisan maupun
tulisan.

b) Bahasa non-verbal
Ekspresi emosi untuk memperjelas bahasa
verbal dengan intonasi, gerakan mata,
kepala, badan, isyarat, body language/
bahasa isyarat.
Area-area bahasa:
a) Area RESEPTIF :
 Area Wernicke (area 22) untuk
bahasa yang didengar
 Area Girus angularis (area 39)
untuk bahasa yang dilihat
b) Area EKSPRESIF
 Area Broca (area 44)

D. Fungsi Memori
Memungkinkan manusia untuk mengingat
kejadian yang telah terjadi

Sensory
input

E. Fungsi Emosi
Struktur anatomi yang digunaan dalam fungsi
emosi adalah system limbik (diantara diensefalon
dan batang otak dengan cerebrum). Sistem limbik
terdiri dari:
 Amigdala;
 Septum (dinding)
 Hipokampus
 Girus singulatus
 Thalamus anterior dan hipotalamus

Menurut TEORI SIRKUIT PAPEZ (1958)


bagian otak yang mengurus emosi yaitu:

 Hipokampus
 Amigdala
 Corpus mamilare
 Nuclei anterior thalamus
 Girus singulatus
F. Fungsi Visuospatial
Fungsi visuospatial atau fungsi hemisfer
kanan, berhubungan dengan fungsi:

 Pengamatan
 Perlindungan diri dan lingkungan
 Gangguan persepsi visual
Contoh:
- Hemispatial neglect (pengabaian ruang)
Gangguan dimana manusia merasa bagian
tubuhnya di salah satu sisinya adalah
milik orang lain / tidak dianggap.
- Anosognosia
Keadaan di mana seseorang tidak
menyadari atau tidak mengakui kecacatan
yang ada pada dirinya.
Misal: pada orang lumpuh yang di
perintahkan untuk mengambil bolpen, Ia
mengatakan bahwa ia telah memberikan
bolpen tersebut ke dokter, padahal pasien
tersebut tetap lumpuh dan tidak bergerak
sedikitpun.
 Gangguan gerakan visual (integrasi visuo-
motor)
 Gangguan konstruksi (apraksia
konstruksional)
 Gangguan berpakaian (apraksia berpakaian)
G. Kognisi
Kognisi atau pola berfikir adalah
menggambarkan proses mental yang
memungkinkan seseorang menampilkan fungsi-
fungsi sehari-hari, misalnya melakukan
atensi/perhatian, mengingat, memecahkan
masalah.

Kognisi bisa diinterpretasikan sebagai:


 pemahaman dan masuk akal
 usaha untuk meraih pengetahuan

Kognisi menggambarkan perkembangan


pengetahuan yang timbul (konsep
masyarakat/sosial), pikiran dan tindakan/aksinya.

Otak Kognitif: bagian otak yang berperan


(memproses dan mengendalikan) kognisi.
 Area-Area Kognisi di Korteks

 Jenis kognisi

(2)

(1) Buttom-up
(2) Top-Down

(1)
Pemprosesan info yang menampilkan fenomena
eksternal berdasarkan proses dan struktur internal

LINGKUNGAN PANCA- OTAK


LUAR INDERA
RESEPT0R: KOMPUTASIONAL

STIMULUS  Penciuman SENSASI


(olfaksi)
FISIK  Penglihatan MEMORI
(visual) PERSEPSI
 Pendengaran
(auditoris) INTERPRETASI
 Pengecap PERILAKU
 Peraba

 Karakteristik kognisi di manusia


Lokasinya ada di korteks, untuk
konektivitasnya kebanyakan stokastik (bervariasi
secara random antar-manusia). Sitem kognisi
tidak ditentukan (spesifikasi) oleh gen-gen
sehingga tidak diwariskan. Yang bersifat innate
atau bawaan adalah system belajar.

 Domain kognisi
a) Atensi
b) Memori
c) Fungsi eksekutif

 Keterampilan Kognitive (cognitive skill)


Keterampilan kognitif diperlukan untuk
memproses info yang ada di lama otak sampai
menadi pengetahuan (kognisi). Ada 4 mental
dasar yang dipakai dala keterampilan ini, yaitu:
a) Atensi
b) Memori
c) Berpikir simbolik
d) Pengendalian diri (self-regulation)

H. Neurotransmitter
Neurotransmitterm merupakan zat kimia yang
berkomunikasi dan memberi informasi dari satu
sel ke sel yang lain. Terdapat lebih dari 100
berbagai neurotransmitter yang telah dikenali
yang ditemukan di daerah otak yang berbeda-
beda. Neurotransmitter berfungsi membedakan
fungsi dari berbagai jaringan otak.
Neurotransmitters digolongkan berdasarkan
pada ukuran-ukuran dan criteria yang dijumpai
pada molekul-molekulnya. Neurotransmitter
yang berpern dalam kognisi, emosi, mood, dan
nyeri adalah Neurotransmiter monoamin (MA):

1. Dopamin (DA)
2. Norepinefrin (NE)
3. Serotonin (5-hidroksi-triptamin/5-HT)

Neurotransmitter ini memiliki efek yang tumpeng


tindih seperti pada bagan berikut.
1. Dopamine (DA)
Berlokasi di CNS dan diproduksi dalam
substantia nigra. Dopamine (DA) dipindahkan
dari celah synaptic oleh enzim MAO. Fungsi
Utama Dopamine (DA) adalah mengatur fungsi
pikiran, pengambilan keputusan, perilaku dan
berperan dalam mengintegrasikan kognisi.

GEJALA DIFISIT GEJALA


BERLEBIHAN

Ringan: Ringan:
 Kurang control  Meningkatkan
impuls kreativitas
 Kurang spatiality  Kemampuan
 Kurang kemampuan generalisasi
berpikir abstrak.  Peningkatan
Berat: spatialitas.
 Parkinson’s Berat:
 Gangguan  Schizophrenia
Endocrine  Disorganized
 Gangguan thinking
pergerakan.  Loose association
 Substance abuse  Tic
 Stereotypic
behavior.

2. Norepinphrine
Memiliki konsentrasi tinggi di dalam locus
ceruleus serta dalam konsentrasi sekunder dalam
hippocampus, amygdala, dan kortex cerebral.
Selain itu ditemukan juga dalam konsentrasi
tinggi di saraf simpatis. Dipindahkan dari celah
synaptic dan kembali ke penyimpanan melalui
proses reuptake aktif.

Fungsi utama adalah mengatur fungsi


kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi;
mengatur “fight-flight”dan proses pembelajaran
dan memory.

GEJALA DIFISIT GEJALA BERLEBIHAN


 Ketumpulan  Anxietas
 Kurang energi (Fatique)  kesiagaan berlebih
 Depresi  Penurunan rasa awas
 Paranoia
 Kurang napsu makan.
 Paranoia

3. Serotonin (5HT)
Kelainan Serotonin (5HT) berimplikasi
terhadap beberapa jenis gangguan jiwa yang
mencakup ansietas, depresi, psikosis, migren,
gangguan fungsi seksual, tidur, kognitif, dan
gangguan makan. Banyak tindakan dalam
perawatan gangguan jiwa adalah dengan jalan
mempengaruhi sistem serotonin tersebut.

Fungsi utama dari Serotonin (5HT) adalah


dalam pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur
status mood dan temperatur tubuh serta berperan
dalam perilaku aggresi atau marah dan libido.

GEJALA DEFISIT GEJALA


BERLEBIHAN
 Irritabilitas &  Sedasi
Agresif  Penurunan sifat dan
 Depresi & Ansietas fungsi aggresi
 Psikosis  Pada kasus yang
 Migren jarang: halusinasi.
 Gangguan fungsi
seksual
 Gangguan tidur &
Gangguan kognitif
 Gangguan makan.
 Obsessive
compulsive disorder
(OCD)

4. Memori
Memori merupakan suatu proses yang
menghasilkan perubahan permanen pada
perilaku. Perilaku merupakan hasil interaksi
antara factor genetik dan lingkungan.
Lingkungan dapat berpengaruh pada perilaku
melalui pembelajaran dan memori. Pembelajaran
merupakan proses dimana pengetahuan yang
dipelajari disimpan dan digunakan kembali pada
waktu yang akan dating (Kandel et al., 2000;
Lynch, 2004; Purves et al., 2004; Bear et al.,
2007).
Jenis-jenis memori:

 Memori eksplisit (declarative memory)

Menyimpan informasi mengenai fakta,


kejadian, orang atau objek, serta lokasi untuk
lokasi spatial). Jenis memori ini dapat diakses
untuk rekoleksi (recall, retrieve, dipanggil
kembali) secara sadar dan dapat diekspresikan
dengan bahasa.

 Memori episodic

Terkait dengan kesadaran mengingat


peristiwa tertentu yang bersifat factual dan
meruopakan kejadian/pengalaman pribadi dan
mengacu pada apa, dimana dan kapan suatu
kejadian terjadi. Kontribusi hippocampus (yang
berkontribusi untuk pengkodean dan
penyimpanan memori episodic) dan struktur
cortex lobus temporalis yang terkait dengan
memori episodic masih controversial. Salah satu
bentuk memori episodic adalah memori spatial,
yaitu memori mengenai ruang dan tempat.
Memori spatial berperan penting dalam
foraging behavior (tingkah laku mencari makan)
pada hewan pengerat (rodent) dan unggas
sehingga sering dihubungkan dengan
kemampuan individu dan kelompok untuk
bertahan hidup.

 Memori sematic
Memori mengenai fakta, pengetahuan
mengenai kata, objek dan konsep.
 Memori implicit (non declarative memory)

Memori procedural disebut juga dengan


memori non deklaratif yang melibatkan
ketrampilan, perilaku, dan kebiasaan, diperoleh
dan diungkap kembali di luar kesadaran.
Termasuk dalam memori procedural adalah
belajar asosiatif, priming kata, belajar persepsi,
kebiasaan respon stimulus dan belajar motoric.
I. Proses pembentukan teori
1. Pengkodean (Encoding)
Merupakan proses dimana informasi yang
dipelajari mendapat perhatian dan
pertama kali dimasukkan dalam memori.

2. Konsolidasi (Consolidation)
Proses yang mengubah informs yang baru
disimpan dan masih labil menuju
penyimpanan jangka panjang yang lebih
stabil. Proses ini melibatkan ekspresi gen,
sintesis protein dan perubahan structural.

3. Penyimpanan (storage)
Penyimpanan jangka panjang mempunyai
kapasitas yang tidak terbatas, sedangkan
penyimpanan jangka pendek memori
kerja memiliki kapasitas yang sangat
terbatas.

4. Pengungkapan kembali (Retrieval)


Proses untuk mengungkap kembali
(recall) dan menggunakan informasi yang
telah disimpan dengan melibatkan
penggabungan berbagai informasi yang
tersimpan di berbagai daerah
penyimpanan yang terpisah.

J. Hippocampus
Merupakan daerah otak yang berperan vital
dalam fungsi kognitif termasuk learning dan
memory (Guyton & Hall, 2007). Hippocampus
bertahan pada posisi sentral pengembangan teori
tentang memori pada manusia maupun hewan
normal maupun abnormal sejak M Nestor
Schmajuk (1984) memberikan kajian
komprehensif tentang fungsi hippocampus.

Hippocampus memberikan kontribusi pada


proses memori, khususnya memori spasial
(Good, 2002). Hippocampus kanan lebih terlibat
dalam memori spasial. Hippocampus kiri lebih
terlibat dalam memori verbal.
 Memori spasial
Hippocampus penting bagi penyusunan
memori spasial, sebagai pengorganisir
sehingga informasi yang diperoleh dapat
disimpan menjadi memori jangka panjang.
Daerah di otak yang berperan dalam
penyimpanan dan pemanggilan kembali
memori spasial adalah cortex cingulum
prefrontal dan anterior

 Konsolidasi
Hippocampus berperan dalam mentransfer
memori untuk disimpan menjadi memori jangka
panjang. Proses ini disebut konsolidasi.
Konsolidasi terdapat di cortex. Pada awal proses
konsolidasi, memori berada di hippocampus.
Setelah proses konsolidasi, memori akan berada
di cortex yang ditambahkan secara perlahan agar
tidak mengganggu memori sebelumnya. Memori
dengan jejas yang kuat dapat diungkap kembali
dengan mudah, sedangkan memori dengan jejas
yang lemah lebih sulit diungkap kembali. Yang
terlibat dalam konsoliodasi memori bersama
hippocampus adalah cortex parietal dan
retrospenial. Penyimpanan memori jangka
panjang di dalam neocortex ditandai dengan
adanya perubahan struktur, termassuk di
dalamnya adalah sinaptogenesis dan reorganisasi
laminar, bersamaan dengan pelepasan fungsional
dari hippocampus dan cotex cingulum posterior.

Suatu stimulus singkat dengan frekuensi


tinggi pada sirkuit di hippocampus akan
meningkatkan amplitude excitatory postsynaptic
potentials (EPSP) pada neuron target di
hippocampus dan akan meningkatkan kekuatan
sinaps. Fasilitasi tersebut dikenal dengan long-
term potentiation (LTP) (Kandel et al., 2000), dan
dianggap merupakan mekanisme pembentukan
memori khususnya memori deklaratif. Terjadinya
LTP, sinaps harus aktif bersamaan pada saat
neuron postsinaptik CA1 mengalami
depolarisasi.
 Long-term potentiation (LTP)
Syarat terjadinya LTP:

 Sinaps harus distimulasi dengan frekuensi


tinggi untuk dapat menciptakan sumasi
temporal EPSP.
 Jumlah sinaps yang aktif harus cukup dan
simultan untuk dapat menciptakan sumasi
spasial EPSP (cooperativity).

Induksi LTP di hippocampus regio CA1


tergantung dari beberapa faktor, yaitu:

 Depolarisasipost-sinaptik.
 aktivasi reseptor NMDA (N-methyl-D-
aspartate.
 influx Ca2+ , dan aktivasi beberapa
sistem second-messenger di post-sinaptik
oleh Ca2+.

Saat LTP, terjadi peningkatan pelepasan


glutamate yang digunakan sebagai
neurotransmitter.
 Fase LTP
 LTP awal (Early LTP)
Dihasilkan oleh suatu stimulus yang
diberikan pada latihan, bersifat segera, jangka
pendek, berakhir setelah 1-3 jam.
Fase ini tidak membutuhkan suatu
sintesis protein baru, tidak terjadi perubahan
jumlah sinaps, jumlah zona yang aktif (spina
dendritik), dan tidak terjadi perubahan jumlah
vesikel yang dilepaskan pada tiap potensial
aksi.
Fase ini merupakan perubahan
fungsional, dengan peningkatan pelepasan
nurotransmitter, tanpa ada perubahan
struktural.
 LTP Lanjut (Late LTP)
Dihasilkan oleh stimulasi yang diberikan
dalam empat atau lebih latihan, bersifat lebih
jangka panjang, berakhir lebih dari 24 jam.
Fase ini membutuhkan sintesis protein
baru dan RNA. Fase ini memerlukan
perubahan seluler berupa aktivasi presinaptik
untuk pelepasan transmitter dan pertumbuhan
reseptor postsinaptik yang melibatkan “ fast-
acting plasticity processors“ (FAPPS).

Anda mungkin juga menyukai