Anda di halaman 1dari 13

lOMoARcPSD|301 909 37

MAKALAH SEJARAH PANCASILA DAN


PERKEMBANGANNYA

KAFRA WIRAHIM
23041460124

PRODI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2023
lOMoARcPSD|301 909 37

DAFTAR ISI
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
C. Tujuan Makalah.................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2
B. Nilai yang Terkandung dalam Sila Pancasila ....................................................................... 7
A. Kesimpulan ..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................12
lOMoARcPSD|301 909 37

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan Dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan oleh


PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, nilai-nilainya sudah ada dalam diri bangsa
Indonesia sejak dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negaranya, berupa
tradisi, budaya dan agama. nilai-nilai.
Nilai-nilai tersebut secara hakiki ada dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
pedoman hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain
adalah bangsa Indonesia itu sendiri, sehingga bangsa Indonesialah satu-satunya
obyeknya. Sebab-sebab Pancasila Nilai-nilai tersebut kemudian dianut oleh para pendiri
negara dan dirumuskan secara resmi sebagai landasan falsafah negara Indonesia.
Penjabaran formal dokumen Pancasila dilakukan pada sidang pertama BPUPKI, rapat
panitia “9”, sidang kedua BPUPKI dan akhirnya disahkan secara yuridis sebagai landasan
falsafah Negara Republik Indonesia.
Pancasila bukan hanya sekedar ideologi negara tetapi juga merupakan falsafah hidup
bangsa yang bersumber dari nilai-nilai luhur dan budaya leluhur bangsa Indonesia
sebelum terbentuknya negara Indonesia. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara seluruh rakyat Indonesia. Dengan Pancasila bangsa
mempunyai harkat dan martabat suatu bangsa karena kelima sila yang dikandungnya
berlaku secara universal, baik dalam kehidupan rohani maupun materil. Lima sila pokok
yang membentuk Pancasila adalah ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, solidaritas Indonesia, demokrasi yang berlandaskan kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial.Majelis untuk seluruh rakyat
Indonesia. Kelima sila tersebut tercantum dalam Pasal 4 Pembukaan UUD 1945.

Untuk memahami Pancasila secara utuh dan menyeluruh, khususnya tentang jati diri
bangsa Indonesia, maka perlu dipahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia mendirikan
negara berdasarkan asas hidup bersama demi hidup bersama. , khususnya negara yang
berdasarkan Pancasila. Selain itu, dari sudut pandang epistemologi dan tanggung jawab
keilmuan, Pancasila tidak hanya menjadi dasar negara Indonesia tetapi juga sebagai
pedoman hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta persatuan. seluruh rakyat
Indonesia pada saat negara ini memperoleh kemerdekaan.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perumusan Pancasila?
2. Apa saja Nilai yang terkandung dalam Sila Pancasila?

B. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Sejarah Perumusan Pancasila
2. Untuk Mengetahui Nilai yang terkandung dalam Sila Pancasila.

1
lOMoARcPSD|301 909 37

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perumusan Pancasila


1. Istilah Pancasila sudah dikenal sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit, dimana prinsip-prinsip dalam Pancasila diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat maupun dalam kehidupan kerajaan,
meskipun Pancasila sendiri tidak disahkan atau dikonstruksi secara khusus.
2. Proses pembangunan Pancasila dimulai ketika pada sidang pertama BPUPKI,
Dr. Radjiman Widyodiningrat mengajukan suatu persoalan khusus untuk
dibahas dalam sidang tersebut oleh tiga orang pembicara, yakni Mohammad
Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam
persidangan, Ir. Soekarno memberikan pidato lisan tentang pencalonannya
sebagai dasar pembangunan negara Indonesia. Kemudian menurut Soekarno
ia menamakannya “Pancasila” yang berarti lima asas, berdasarkan usulan
salah seorang temannya yang ahli bahasa anonim. Kemudian pada tanggal 17
Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian
keesokan harinya tanggal 18 Agustus disahkan UUD 1945 yang memuat
pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut: Kelima asas tersebut
merupakan salah satu asas pokok negara. : disebut Pancasila. Sejak saat itu,
kata Pancasila menjadi kata dan istilah umum dalam bahasa Indonesia.
Padahal dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945 ditetapkan bahwa Dasar
Negara Republik Indonesia disebut Pancasila. Hal ini didasarkan pada
penafsiran sejarah dalam konteks diklat calon menurut rumusan keadaan
dasar yang diterima secara aklamasi dan spontan oleh peserta tes.1Proses
Perumusan Pancasila
Proses Perumusan dasar negara berlangsung dalam sidang-sidang
Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan,

1
Sarinah, Muhtar Dahri & Harmani, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(Yogyakarta: Deepublish, 2017). hlm. 2-4.

2
lOMoARcPSD|301 909 37

selanjutnya disebut BPUPKI) dilanjutkan dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (PPKI).
Impian untuk mendirikan negara komunis resmi pupus pada tahun 1927 ketika PKI
ditindas oleh pemerintah kolonial Belanda, setelah partai tersebut melancarkan
pemberontakan. Dengan demikian, ketika BPUPKI berdiri pada tahun 1945, hanya kaum
nasionalis dan Islamis yang menduduki kursi bandan yang bertugas menyelidiki
persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Anggota BPUPKI mula-mula berjumlah 63 orang (termasuk seorang wakil presiden
Jepang), namun kemudian bertambah menjadi 68 orang sebelum rapat tanggal 10 Juli
1945 (karena adanya penambahan enam anggota baru dan pengurangan satu orang,
khusus wakil presiden) . orang Jepang). ). Secara sosiologis, komposisi anggota BPUPKI
meliputi kelompok fungsional birokrasi sebanyak 23 orang, kelompok pergerakan
nasional sebanyak 17 orang, kelompok “mandiri” atau swasta sebanyak 11 orang, dan
kelompok tradisional (guru dan misionaris) sebanyak 7 orang.2
SATU. Sidang BPUPKI dan usulan pembangunan Pancasila
Sidang pertama BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.
Pada tanggal 28 Mei sidang dibuka dengan pidato perwakilan Tentara Dai Nippon.
Dalam sambutannya, perwakilan Dai Nippon berpesan kepada BPUPKI untuk mengkaji
secara cermat landasan yang akan menjadi landasan Indonesia merdeka.
Pada tanggal 29 Mei 1945, sidang yang bertujuan untuk menetapkan dasar kemerdekaan
Indonesia dimulai dengan pidatonya. Berbagai usulan diajukan Merdeka terkait
pembentukan negara Indonesia. Rincian lengkap pidato anggota BPUPKI pada sidang
tersebut tidak jelas. Hanya terlihat 3 teks pidato, yaitu teks pidato Muhammad Yamin,
Supomo dan Sukarno.
2
Bambang Suteng Sulasmo, Dasar Negara Pancasila (Depok: PT Kanisus, 2015), hlm.
10-12

3
lOMoARcPSD|301 909 37

Setelah kemunculan Muh. Barulah Yamin, Supomo, dan Sukarno, Ketua


BPUPKI, menghentikan persidangan. Sidang diakhiri dengan pembentukan panitia kecil
yang bertugas membangun fondasi negara.
Antara Supomo, Muh. Baik Yamin maupun Sukarno mengusulkan lima prinsip
negara. Namun, apa yang ditawarkan masing-masing berbeda. Dasar negara yang
dikemukakan Supomo dapat diringkas sebagai berikut:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan batin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat.
Dasar negara yang diusulkan Moh. Yamin adalah sebagai berikut:
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat
Dasar negara yang diusulkan oleh Soekarno, yaitu:
1) Kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme
2) Peri Kemanusiaan (Internasionalisme)
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan yang Maha Esa
Lima dasar tersebut Sokarno kemudian menyebutkan sebagai Pancasila. Panca
berarti Lima, sedangkan sila berarti asas atau dasar.
b. Proses Perumusan Pancasila Setelah Pidato Soekarno
Setelah Sukarno berpidato mengusulkan usulan dasar negara pada
tanggal 1 Juni 1945, sidang pertama BPUPKI berakhir. Pada hari yang
sama, Ketua BPUPKI memperkenalkan diri dan membentuk panitia
kecil.

Tugas panitia kecil tersebut adalah merekonstruksi pidato Sukarno dengan


menggunakan nama Pancasila sebagai dasar negara.
lOMoARcPSD|301 909 37

Di antara anggota subkomite tersebut, terdapat dua kelompok penting yang berbeda
pandangan mengenai konstruksi Pancasila sebagai dasar negara. Ada kelompok yang
menginginkan Islam menjadi dasar negara. Sedangkan kelompok lain menjadi landasan
negara. Sementara kelompok lain menginginkan nasionalisme menjadi inti fundamental
negara. Akibat perbedaan pendapat tersebut, rapat Panitia Kecil dengan anggota
BPUPKI yang berjumlah 38 orang terhambat. Ketika sidang terhenti, panitia kecil ini
kemudian menunjuk sembilan orang untuk merumuskan apa yang kemudian dikenal
dengan nama Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan adalah 1) Ki Bagus
Hadikusuma, 2) Kyai Haji Wakhid Hasyim, 3) Muhammad Yamin, 4) Ahmad SubarjO,
Bapak Un A. Maramis, 5) Abdul Kahar Muzakir, 6) Abikusno Cokrosuyoso, 7) Moh.
Hatta, 8) H. Agus Salim dan 9) Sukarno sebagai presiden.
Pada sidang kedua BPUPKI tanggal 10 Juli 1945, Soekarno melaporkan bahwa
sidang Panitia Sembilan (22 Juni 1945) telah berhasil merumuskan Pancasila,
kesepakatan antara kelompok Islam dan pihak nasional. Rumusan Pancasila Komite
Sembilan disebut Piagam Jakarta (Piagam Jakarta). Isi Piagam Jakarta adalah 1)
keimanan kepada Tuhan dengan kewajiban menegakkan hukum Islam bagi umat-Nya,
2) kemanusiaan yang adil dan beradab,
3) Indonesia bersatu, 4) demokrasi yang berpedoman pada kebijaksanaan
permusyawaratan perwakilan, 5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Terkait
Piagam Jakarta, Soekarno selaku Ketua Komite Sembilan mengatakan bahwa “beriman
kepada Tuhan dengan menerapkan syariat Islam kepada pemeluknya” merupakan jalan
tengah yang diambil karena adanya perbedaan pandangan antara kelompok dan bangsa
Islam. Faktanya, banyak yang menolak Piagam Jakarta. Misalnya saja keberatan
Latuharhary 6) didukung oleh Wongsonegoro dan Husin Joyodiningrat pada rapat
redaksi UUD tanggal 11 Juli 1945. Keberatan serupa juga disampaikan Ki Bagus
Hadikusumo pada rapat presiden BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Rancangan pertama
Pembukaan UUD 1945 yang diberi nama Piagam Jakarta kemudian menjadi Pembukaan
UUD 1945 dengan beberapa perubahan di sana-sini.
Ketika para pemimpin Indonesia sibuk mempersiapkan kemerdekaan sesuai
skenario Jepang, peta politik global mengalami perubahan yang tidak terduga. Salah
satu penyebab perubahan peta politik dunia adalah menyerahnya Jepang kepada
sekutunya. Peristiwa ini ditandai dengan dijatuhkannya bom atom di kota Hiroshima
pada tanggal 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa iyu, yaitu pada tanggal 7 Agustus
1945, pemerintah Jepang yang berkedudukan di Jakarta mengumumkan informasi
berisi:
1) Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan
lOMoARcPSD|301 909 37

Kemerdekaan bagi Indonesia (PPKI).


2) Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai
bersidang 19 Agustus 1945.
3) Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dikemerdekakan.3
c. Pengesahan Rumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Tanggal 18 Agustus ini merupakan perjalanan sejarah paling
menentukan bagi rumusan Pancasila. Hari itu akan disahkan Undang-
Undang Dasar untuk negara Indonesia merdeka. Sementara rumusan
Pancasila menjadi bagian dari preambul (pembukaan) Undang-Undang
Dasar negara tersebut. Namun demikian sehari sebelum tanggal ini ada
peristiwa penting.
Peristiwa penting yang dimaksud adalah seperti ini. Sore harisetelah kemerdekaan
Negara Indonesia diproklamirkan, Moh. Hatta menerima Nisyijima (pembantu
Laksamana Mayda/Angkatan Laut

3
Paristiyanti Nurwardani, Pendidikan Pancasila (Jakarta: Ristekdikti, 2016), hlm. 53-54

7
lOMoARcPSD|301 909 37

Jepang) yang memberitahukan bahwa ada pesan berkaitan dengan Indonesia Merdeka.
Pesan tersebut, kaitannya berasal dari wakil-wakil Indonesia bagian Timur di bawah
penguasaan Angkatan Laut Jepang. Isi pesannya menyatakan bahwa wakil-wakil
Protestan dan Katolik dari daerah-daerah yang dikuasai Angkatan Laut Jepang keberatan
dengan rumusan sila pertama (Piagam Jakarta) “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Sikap Moh. Hatta menyadari bahwa penolakan terhadap pesan tersebut akan
mengakibatkan pecahnya negara Indonesia Merdeka yang baru saja dicapai. Oleh karena
itu, Hatta mengatakan kepada opsir pembawa pesan tersebut, bahwa pesan penting itu
akan disampaikan dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) esok
hari(tanggal 18 agustus 1945).
Keesokan harinya, sebelum sidang BPUPKI dimulai, Hatta mengajak Ki Bagus
Hadikusumo, Wakhid Hasyim, Kasman Singodimejo dan Teuku Hasan untuk rapat
pendahuluan. Mereka membicarakan pesan penting tentang keberatan terhadap
rumusan Pancasila Piagam Jakarta. Hasilnya, mereka sepakat agar Indonesia tidak
pecah, maka sila pertama (dalam rumusan Piagam Jakarta) diubah menjadi “Ketuhanan
Yang Maha Esa”.4

B. Nilai yang Terkandung dalam Sila Pancasila


Nilai-nilai Pancasila Senantiasa diterapkan dala kehidupan sehari-hari oleh rakyat
Indonesia, baik dalam keyakinan maupun tingkah laku. Di antara bentuk penerapannya
adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.

4
Sarinah, Muhtar Dahri & Harmani... ,hlm. 9-16

)
lOMoARcPSD|301 909 37

b. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan


penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayannya.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a. Mewujudkan persamaan derajad, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain.5
3. Sila Persatuan Indonesia
Bangsa harus tetap menjunjung tinggi azas Bhinneka Tunggal Ika. Menolak
paham yang menyimpang dari Pancasila. Memperjuangkan kepentingan
Nasional. Bangga sebagai bangsa Indonesia. Menetang kolonialisme dan
mengembangkan pergaulan antar bangsa.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan.
Mengakui dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Meningkatkan
partisipasi dalam proses pembangunan untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Mendengarkan dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Menghormati
perbedaan pendapat, menjamin kebebasan berserikat dan berkumpul.

5
H.A.W. Widjaja, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2002), hlm. 125

)
lOMoARcPSD|301 909 37

5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakya indonesia


Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan, baik materi maupun spritual. Seluruh rakyat Indonesia
berhak mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan.6

6
Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn di SD/MI (Medan: Akasha Sakti, 2018),
hlm. 45

10
lOMoARcPSD|301 909 37

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pembangunan Pancasila dimulai ketika pada sidang pertama BPUPKI, Dr.
Radjiman Widyodiningrat mengajukan suatu persoalan khusus untuk dibahas dalam
sidang tersebut oleh tiga orang pembicara, yakni Mohammad Yamin, Soepomo, dan
Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam persidangan, Ir. Soekarno memberikan pidato
lisan tentang pencalonannya sebagai dasar pembangunan negara Indonesia. Kemudian
menurut Soekarno ia menamakannya “Pancasila” yang berarti lima asas, berdasarkan
usulan salah seorang temannya yang ahli bahasa anonim.
Proses pembentukan dasar negara berlangsung pada sidang Dokurizu Zyunbi Tyoosakai
(Badan Penyidik Upaya Kemerdekaan yang selanjutnya disebut BPUPKI) dan
dilanjutkan pada sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Nilai-nilai
yang terkandung dalam Prinsip Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa antara lain:
Kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sejalan dengan semua agama
berdasarkan landasan kemanusiaan yang adil dan beradab. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Asas Keadilan dan Keadaban Manusia adalah:
Mencapai kesetaraan, persamaan hak dan persamaan kewajiban antar manusia. Nilai
yang terkandung dalam Asas Persatuan Indonesia adalah bangsa harus tetap menjunjung
tinggi asas Bhinneka Tunggal Ika. Tolak gagasan-gagasan yang menyimpang dari
Pancasila.
Nilai yang terkandung dalam prinsip musyawarah/perwakilan rakyat yang berpedoman
secara intelektual adalah pengakuan dan pemeliharaan kedaulatan rakyat. Kemudian,
nilai yang terkandung dalam Asas Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah
keadilan sosial berarti keadilan yang diterapkan dalam masyarakat dalam segala bidang
kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia mempunyai hak
untuk diperlakukan secara adil dalam masalah hukum, politik, sosial, ekonomi dan
budaya.

11
lOMoARcPSD|301 909 37

DAFTAR PUSTAKA

H.A.W. Widjaja, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada, 2002.

Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Medan: Akasha Sakti,


2018.

Sarinah, Muhtar Dahri & Harmani, Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Sulasmo, Bambang Suteng, Dasar Negara Pancasila, Depok: PT Kanisus, 2015.

Paristiyanti Nurwardani, Pendidikan Pancasila, Jakarta: Ristekdikti, 2016.

Anda mungkin juga menyukai