Anda di halaman 1dari 5

Nama : Akhtar Malik Muzakkir

Nim : 230211501013
Kelas : Arsitektur (C)
Metode metode pengumpulan data
1. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah proses pengamatan langsung terhadap
fenomena atau objek dalam lingkungan nyata, tanpa menggunakan media
atau alat bantu seperti kamera atau instrumen lainnya. Dalam konteks
arsitektur, ini bisa berarti melakukan pengamatan langsung terhadap
bangunan, ruang, atau lingkungan untuk memahami karakteristiknya
dengan lebih baik.
Beberapa ciri khas dari observasi langsung antara lain:
1. Interaksi Langsung: Pengamat berinteraksi secara langsung dengan
objek atau fenomena yang diamati tanpa menggunakan perantara
atau alat khusus.
2. Real-time: Observasi dilakukan secara langsung pada saat objek atau
fenomena sedang terjadi, memungkinkan pengamat untuk melihat
situasi dengan cepat dan akurat.
3. Sensitivitas Sensori: Observasi langsung memungkinkan pengamat
menggunakan semua indera (penglihatan, pendengaran, penciuman,
peraba, perasa) untuk mengumpulkan informasi tentang objek atau
fenomena yang diamati.
4. Keterlibatan Emosional: Pengamat dapat merasakan dan merespons
secara langsung terhadap situasi yang diamati, memungkinkan
mereka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dan
personal.
5. Fleksibilitas: Observasi langsung dapat disesuaikan dengan situasi
dan kebutuhan, memungkinkan pengamat untuk bergerak dan
bereaksi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
6. Kredibilitas dan Keandalan: Dengan langsung mengamati fenomena,
pengamat dapat mengurangi potensi bias atau kesalahan yang
mungkin timbul dari interpretasi atau penggunaan alat.
7. Peluang untuk Pertanyaan dan Pengamatan Tambahan: Observasi
langsung memungkinkan pengamat untuk mengajukan pertanyaan
tambahan atau membuat pengamatan yang tidak terduga seiring
berjalannya waktu.
8. Pengulangan: Observasi langsung dapat diulang untuk memverifikasi
hasil atau melacak perubahan dari waktu ke waktu.
9. Keterlibatan Dalam Konteks: Observasi langsung memungkinkan
pengamat untuk memahami objek atau fenomena dalam konteks
yang luas, termasuk interaksi dengan lingkungan sekitarnya dan
faktor-faktor eksternal lainnya.
Contoh observasi Langsung
Pengamatan dengan melihat sendiri secara langsung kondisi dilokasi
sseperti serta kondisi sekitar lokasi, dan juga mendengarkan langsung
kepada orang sekitar lokasi tersebut.
2. Observasi tapak dan konteks
Metode observasi tapak dan konteks adalah pendekatan dalam
penelitian atau studi yang melibatkan pengamatan langsung terhadap
lingkungan fisik tempat suatu fenomena terjadi atau situasi terjadi.
Observasi tapak fokus pada pengamatan terhadap tempat atau lokasi fisik,
sedangkan observasi konteks melibatkan pengamatan terhadap konteks
sosial, budaya, atau situasional di sekitar tempat tersebut. Metode ini
sering digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, seperti antropologi,
arkeologi, psikologi lingkungan, dan arsitektur.
Beberapa ciri khas dari observasi tapak dan konteks meliputi:
1. Pengamatan Langsung:Melakukan pengamatan secara langsung di
lapangan untuk mengumpulkan data tentang lingkungan fisik dan
konteks sosial di tempat tersebut.
2. Non-interferensi: berusaha untuk tidak mengganggu atau
memengaruhi situasi yang diamati agar data yang diperoleh
mencerminkan keadaan alami.
3. Fleksibilitas: harus mampu beradaptasi dengan perubahan situasi
dan kondisi di lapangan serta memiliki keterampilan untuk
memperhatikan detail-detail penting.
4. Penggunaan Alat Bantu: Observasi tapak dan konteks sering
melibatkan penggunaan alat bantu seperti catatan lapangan, kamera,
atau perekam suara untuk mendokumentasikan temuan dan
mengumpulkan data yang lebih akurat.
5. Validitas Eksternal: Metode ini membantu meningkatkan validitas
eksternal penelitian dengan memungkinkan peneliti memahami
konteks yang mendasari fenomena yang diamati dengan lebih baik.
Contoh observasi tapak dan konteks
Meneliti regulasi dan peraturan setempat terkait tata ruang dan
pembangunan untuk memastikan kepatuhan dalam merancang bangunan.
Menganalisis kondisi sinar matahari dan angin untuk merancang bangunan
yang efisien secara energi.

3. Partisipatori
Metode partisipatori adalah pengumpulan data yang melibatkan pemangku
kepentingan, seperti pemilik tanah, pengguna, dan masyarakat setempat,
dalam proses perencanaan dan desain proyek arsitektur. Ini bertujuan
untuk memastikan bahwa kebutuhan dan harapan mereka
dipertimbangkan secara aktif dalam pengambilan keputusan, sehingga hasil
akhirnya lebih sesuai dengan konteks sosial, budaya, dan lingkungan
tempat proyek tersebut berada.
beberapa ciri khas metode partisipatori meliputi:
1. Keterlibatan Pemangku Kepentingan: Metode ini menempatkan
pemangku kepentingan sebagai subjek utama dalam proses
perencanaan dan desain, melibatkan mereka dalam pengambilan
keputusan dan penyusunan solusi.
2. Kolaborasi: Ada kolaborasi antara arsitek atau perencana dengan
pemilik tanah, pengguna, dan masyarakat setempat. Ini
memungkinkan pertukaran ide dan pengetahuan untuk menciptakan
solusi yang lebih holistik dan terintegrasi.
3. Komunikasi Terbuka: Komunikasi terbuka dan transparan untuk
memastikan bahwa semua pihak terlibat memiliki pemahaman yang
jelas tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan.
4. Pendekatan Bottom-Up: Metode partisipatori sering kali mendorong
pendekatan bottom-up, di mana ide dan kebutuhan masyarakat
setempat menjadi dasar perencanaan dan desain, bukan keputusan
yang dipaksakan dari atas.
5. Sensitivitas Kontekstual: Metode ini memperhatikan konteks sosial,
budaya, dan lingkungan setempat, dengan menghormati nilai-nilai
lokal dan memastikan bahwa solusi yang diusulkan sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik tempat tersebut.
6. Fleksibilitas: Metode partisipatori sering bersifat fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan kondisi dan tantangan yang berbeda,
memungkinkan untuk penyesuaian dalam prosesnya sesuai dengan
perkembangan atau perubahan yang terjadi.
Contoh metode partisipatori
Mengadakan sesi review terbuka di mana pemangku kepentingan dapat
memberikan umpan balik langsung terhadap desain yang diajukan sebelum
desain final disetujui. Mengadakan sesi perencanaan dan desain bersama
dengan pemangku kepentingan untuk mengumpulkan gagasan dan
masukan mereka tentang kebutuhan dan harapan tentang perencanaan
tersebut.

4. Mapping
Metode mapping adalah teknik yang digunakan untuk memetakan dan
memvisualisasikan informasi, data, atau konsep dalam bentuk peta atau
diagram.
Beberapa ciri khas metode mapping yaitu:
1. Fokus pada Ruang dan Lingkungan Bangunan: Metode mapping
dalam arsitektur sering kali menekankan pada pemetaan ruang fisik,
lingkungan sekitar, dan interaksi antara bangunan dengan
konteksnya. Hal ini mencakup aspek seperti tata letak
bangunan,penggunaan lahan, pola aliran udara, cahaya alami, dan
hubungan visual antara elemen-elemen bangunan.
2. Pentingnya Konteks Lokal: Dalam arsitektur, pemahaman terhadap
konteks lokal sangat penting. Oleh karena itu, metode mapping sering
kali menekankan pada pemetaan karakteristik unik dari wilayah atau
komunitas tempat bangunan akan dibangun. Ini melibatkan
pemetaan elemen-elemen seperti warisan budaya, tata ruang kota,
karakteristik alam, dan kebutuhan masyarakat lokal.
3. Integrasi Data Kualitatif dan Kuantitatif: Metode mapping dalam
arsitektur sering menggabungkan data kualitatif (misalnya, preferensi
penghuni, budaya lokal) dan data kuantitatif (misalnya, statistik
demografi, data cuaca) untuk mendapatkan pemahaman yang
komprehensif tentang lingkungan yang akan dibangun.
Contoh Mapping
Identifikasi dan pemetaan ruang untuk berbagai fungsi dalam bangunan,
seperti ruang tamu, kamar tidur, dapur, kantor, dan sebagainya. Ini
membantu dalam merencanakan tata letak yang efisien dan nyaman.
Memetakan bangunan ke lingkungannya, termasuk aspek topografi,
orientasi matahari, kondisi iklim, vegetasi, dan fitur alam lainnya. Ini
membantu dalam memanfaatkan keunikan lokasi dan menciptakan
hubungan yang harmonis antara bangunan dan lingkungannya.

5. Tracking
Merujuk pada proses pemantauan dan pelacakan perkembangan suatu
proyek bangunan dari awal hingga penyelesaiannya. Ini melibatkan
pencatatan dan evaluasi berbagai tahap dalam siklus proyek, termasuk
perencanaan, desain, konstruksi, dan penyelesaian.
Beberapa ciri khas metode tracking dalam arsitektur meliputi:
1. Integrasi dengan Siklus Hidup Bangunan: Metode tracking dalam
arsitektur mencakup pemantauan yang menyeluruh terhadap siklus
hidup bangunan, termasuk tahap perencanaan, desain, konstruksi,
operasi, dan pemeliharaan.
2. Kualitas Konstruksi dan Bahan: Fokus pada pemantauan kualitas
konstruksi dan bahan yang digunakan dalam pembangunan
bangunan, termasuk penerapan standar keselamatan dan kualitas
yang sesuai.
3. Kesesuaian Lingkungan: Metode tracking dalam arsitektur
memperhitungkan kesesuaian dengan lingkungan sekitar, termasuk
pemantauan terhadap praktik konstruksi yang berkelanjutan dan
ramah lingkungan.
4. Pengendalian Biaya dan Anggaran: Pemantauan yang ketat terhadap
pengeluaran biaya proyek dan pemastian bahwa proyek tetap sesuai
dengan anggaran yang telah ditetapkan.
5. Koordinasi Antar Tim: Metode tracking dalam arsitektur mencakup
koordinasi yang efektif antara berbagai tim proyek, termasuk arsitek,
insinyur, kontraktor, dan pemilik proyek.
6. Kepatuhan Regulasi dan Peraturan: Pemantauan terhadap kepatuhan
proyek terhadap regulasi, peraturan, dan kode bangunan yang
berlaku di wilayah tersebut.
Contoh Tracking
Menggunakan sensor untuk melacak kualitas udara, suhu, kelembaban,
dan cahaya di dalam dan di sekitar bangunan. Ini membantu dalam
mengoptimalkan kenyamanan penghuni dan kinerja bangunan secara
keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai