Anda di halaman 1dari 2

A.

Penggelapan Dalam Jabatan


Tindakan penggelapan dalam jabatan dinyatakan pada Pasal
8 (pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan
penggelapan); Pasal 9 (pegawai negeri memalsukan buku untuk
pemeriksaan administrasi);Pasal 10 huruf b (pegaawai negeri
membantu orang lain merusakkan bukti).
Perbuatan korupsi adalah bentuk penggelapan dalam jabatan
antara lain sebagai berikut :
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus-
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan
karena jabatannya, atau uang/surat berharga tersebut diambil
atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam
melakukan perbutan tersebut.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suaru jembatan umum secara terus-
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk
pemeriksaan administrasi.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jembatan umum secara terus-
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan, merusakkan atau membuat tidak dapat
dipakai barang, aktta, surat atau daftar yang digunakan
untuk ,meyakinkan atau membuktikan di muka penjabat yang
berwenang, yang dikuasai karena jabatan.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus untuk
sementara waktu, dengan sengaja membantu orang lain
menghilangkan, meluncurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.
B. Pemerasan
Tindakan perbuatan pemerasan dinyatakan pada pasal 12 huruf
e (pegawai negeri yang memeras); pasal 12 huruf g (pegawai negeri
memeras);pasal 12 huruf f (pegawai negeri memeras pegawai negeri
yang lain).
Perbuatan korupsi dalam bentuk pemerasan,antara lain sebagai
berikut:
1) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hokum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaanya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
2) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan atau
penyerahan barang, seolah olah adalah merupakan utang
kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang.
3) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memotong
pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang lain atau kepada kas umum, seolah olah pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum
tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.

Anda mungkin juga menyukai