Anda di halaman 1dari 245

LAPORAN KAJIAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KAPASITAS


APARATUR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN KALURAHAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Fatih Gama Abisono N., S.IP., MA. (Tenaga Ahli Bidang Kebijakan Publik)
Melani Jayanti, S.Psi., M.A. (Tenaga Ahli Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia)
Mlathi Anggayuh Jati, S.Psi. (Asisten Tenaga Ahli)

HALAMAN JUDUL

BIRO TATA PEMERINTAHAN


SETDA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................0
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 2
A. Latar Belakang................................................................................................................ 2
B. Dasar Hukum................................................................................................................... 3
C. Maksud & Tujuan............................................................................................................ 4
D. Keluaran Kajian..............................................................................................................4
BAB II KAJIAN PAMONG KALURAHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.........5
A. Kajian Konseptual Tentang Pamong Kalurahan Daerah Istimewa Yogyakarta.............. 5
B. Analisis Peraturan Perundangan Tentang Pamong Kalurahan di DIY.......................... 12
C. Kajian Empirik Pamong Desa di DIY: Isu Strategis dan Agenda................................ 22
BAB III METODOLOGI KAJIAN..........................................................................................42
A. Desain Kajian................................................................................................................ 42
B. Kerangka Operasional Kajian........................................................................................45
C. Rancangan Pengumpulan Data...................................................................................... 48
D. Analisis Data................................................................................................................. 49
E. Tata Kala Kajian............................................................................................................ 51
BAB IV STANDAR KOMPETENSI JABATAN PAMONG KALURAHAN........................52
A. Standar Kompetensi Jabatan......................................................................................... 52
BAB V KEBUTUHAN DAN DESAIN PENINGKATAN KAPASITAS PAMONG
KALURAHAN.......................................................................................................................156
A. Kebutuhan peningkatan kapasitas............................................................................... 157
B. Desain peningkatan kapasitas...................................................................................... 160
BAB VI PROFILING DAN PENILAIAN KOMPETENSI PAMONG KALURAHAN...... 182
A. Profiling.......................................................................................................................182
C. Penilaian Kompetensi.................................................................................................. 188
D. Tindaklanjut hasil Profiling dan Penilaian Kompetensi.............................................. 201
BAB VII SIMPULAN & REKOMENDASI......................................................................... 203
A. Simpulan......................................................................................................................203
B. Rekomendasi............................................................................................................... 205
BAB VIII PENUTUP.............................................................................................................210
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 211
LAMPIRAN........................................................................................................................... 212
A. Instrumen Wawancara................................................................................................. 212
B. Daftar Narasumber...................................................................................................... 214
C. Catatan Wawancara..................................................................................................... 215
D. Dokumentasi Pengambilan Data................................................................................. 244

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2023 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2022-2027
menjadikan Kalurahan sebagai salah satu prioritas pembangunan DIY selama kurun
waktu 2022 — 2027. Arah pembangunan DIY tahun 2022 — 2027 yang berpusat pada
Kalurahan tersebut harus ditopang oleh kapasitas pemerintahan kalurahan dalam
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan yang memadai. Kapasitas
Pemerintahan Kalurahan tentunya terkait dengan kemampuan Pemerintahan Kalurahan
dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta kewenangannya.
Saat ini secara umum kapasitas pemerintahan kalurahan masih memiliki keterbatasan
dalam beberapa aspek sehingga perlu dikembangkan. Strategi pengembangan kapasitas
(capacity building) dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan menurut Merilee
S.Grindle (dalam Mayahayati Kusumaningrum, dkk. 2016:25) terdiri dari 3 (tiga)
dimensi yaitu pengembangan sumber daya manusia (development of the human
resource), memperkuat organisasi (strengthening organization), reformasi institusi
(reformation of institutions).
Secara spesifik, dalam konteks pengembangan sumber daya manusia (development of
the human resource), pengembangan kapasitas dilakukan pada level individu yakni pada
peningkatan kompetensi penyelenggara pemerintahan kalurahan. Strategi peningkatan
kapasitas penyelenggara pemerintahan kalurahan merupakan aspek utama yang harus
dikedepankan. Dalam salah satu riset yang dilakukan oleh BPS pada 2021, salah satu
faktor utama penyebab kegagalan penyaluran dana desa di Provinsi Jambi adalah
ketidaksiapan pemerintah desa yang berangkat dari keterbatasan sumber daya manusia
pamongnya. Dengan demikian kompetensi yang dimiliki dari pemerintahan kalurahan
sangat berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
sehingga pemerintahan kalurahan harus memiliki kompetensi yang memadai.
Sebagai sebuah profesi, pamong pemerintahan kalurahan yang terdiri lurah, perangkat
kalurahan, dan perangkat Badan Permusyawaratan Kalurahan perlu dirumuskan standar
kompetensi yang merupakan rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan/atau keahlian serta perilaku kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan. Dalam konteks strategi

2
pengembangan kapasitas pamong pemerintahan kalurahan, standar kompetensi yang
disusun menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam meningkatkan kompetensi
lurah, perangkat kalurahan dan pamong Badan Permusyawaratan Kalurahan.
Disamping penyusunan standar kompetensi, perlu dirumuskan pula jenis-jenis
pelatihan yang dibutuhkan pamong pemerintahan kalurahan dalam meningkatkan
kecakapan pelaksanaan tugas jabatannya. Setelah disusun standar kompetensi, telah
dirumuskan kebijakan pengembangan kompetensi melalui jenis-jenis pelatihan yang
dibutuhkan, strategi pengembangan kapasitas pamong pemerintahan kalurahan kemudian
mengarah pada kebutuhan untuk merumuskan kebijakan penilaian kompetensi
(assessment) lurah, perangkat kalurahan dan Badan Permusyawaratan Kalurahan
berdasarkan standar kompetensi jabatan yang telah ditetapkan. Penilaian kompetensi
melihat kesenjangan atau gap kompetensi sehingga akan terpetakan dengan jelas
rangkaian intervensi pengembangan kompetensi yang dibutuhkan dalam suatu rumusan
kebutuhan dan rencana pengembangan kompetensi pamong Pemerintahan Kalurahan
yang berbasis pada pemanfaatan TIK. Rencana pengembangan kompetensi akan menjadi
menjadi pedoman pelaksanaan pengembangan kompetensi yang nantinya akan dilakukan
baik oleh Pemerintah Daerah DIY, pemerintah kabupaten, maupun oleh pemerintah
kalurahan sendiri.

B. Dasar Hukum
Dasar hukum kajian pedoman pengembangan kompetensi pamong penyelenggara
Pemerintahan Kalurahan berbasis TIK adalah:

1. UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY


2. UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
4. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
5. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 83 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Perangkat Desa

3
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 Tentang Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa
9. Peraturan Daerah DIY No. 1 Tahun 2018 Tentang Kelembagaan Pemerintah Daerah
DIY
10. Peraturan Gubernur DIY No. 25 Tahun 2019 tentang Pedoman Kelembagaan Urusan
Keistimewaan pada Pemerintah Kabupaten, Kota dan Kalurahan
11. Peraturan Gubernur DIY No. 2 Tahun-2020 tentang Pedoman Pemerintahan
Kalurahan
12. Peraturan Gubernur DIY No.19 Tahun 2022 tentang Budaya Pemerintahan

C. Maksud & Tujuan


Maksud penyusunan pedoman pengembangan kompetensi pamong penyelenggara
Pemerintahan Kalurahan berbasis TIK dimaksudkan untuk:
1. Merumuskan standar kompetensi pamong penyelenggara Pemerintah Kalurahan;
2. Merumuskan jenis-jenis pelatihan yang dibutuhkan mengacu pada standar
kompetensi yang telah disusun;
3. Merumuskan materi kebijakan profiling dan penilaian kompetensi pamong
penyelenggara pemerintah kalurahan.

Tujuan penyusunan pedoman rencana pengembangan kompetensi pamong


penyelenggara Pemerintahan Kalurahan berbasis TIK dimaksudkan untuk:
1. Memberikan arah kebijakan peningkatan kapasitas pamong penyelenggara
Pemerintah Kalurahan di DIY;
2. Peningkatan kualitas implementasi dalam peningkatan kapasitas pamong
penyelenggara Pemerintah Kalurahan yang dimaksudkan oleh Pemerintah Daerah
DIY, pemerintah kabupaten, maupun oleh pemerintah kalurahan.

D. Keluaran Kajian
Keluaran kajian Pedoman pengembangan kompetensi pamong penyelenggara
pemerintahan kalurahan berbasis TIK yakni:
1. Penyusunan standar kompetensi
2. Pemetaan kebutuhan pelatihan
3. Penyusunan materi profiling dan penilaian kompetensi

4
BAB II
KAJIAN PAMONG KALURAHAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

A. Kajian Konseptual Tentang Pamong Kalurahan Daerah Istimewa Yogyakarta


Bagian ini akan menyajikan kajian literatur tentang pamong kalurahan (sebutan desa
di DIY). Kajian ini didahului dengan kajian tentang kedudukan dan kewenangan desa di
bawah pengaturan UU No. 6/2014 tentang Desa serta UU No. 13/2012 tentang
Keistimewaan DIY. Pembacaan tentang kedudukan dan kewenangan kalurahan di DIY
diperlukan untuk menghantarkan diskusi tentang bagaimana mendudukkan pamong
kalurahan baik terkait kedududukan, status, kewenangan, tugas, dan fungsinya di DIY.
Bagian ini ditutup dengan upaya menimbang konsep pamong sebagai konsep hybrid
dalam menjawab tantangan dan kebutuhan memperkuat kapasitas pamong desa di DIY.
a. Kedudukan dan Kewenangan Pemerintahan Desa di DIY
Di masa lalu, desain kelembagaan pemerintahan Desa belum dapat menjawab visi
membangun kemandirian, demokrasi dan kesejahteraan Desa. Isu keragaman desa,
misalnya, selalu mengundang pertanyaan tentang format dan desain kelembagaannya.
Bahkan pada masa Orde Baru, format kelembagaan desa diseragamkan dengan UU No.
5/1979. Pasca reformasi, meskipun UU No. 22/1999 dan UU No. 32/2004
mengedepankan keragaman, tetapi banyak kalangan menilai bahwa desain yang
diambil tetap desa baku (default village), sehingga kurang memberi ruang bagi secara
optional bagi desa sesuai dengan keragaman lokal. Format baku desa pasca reformasi
adalah desa administratif (the local state government). Format semacam ini berbeda
dengan format otonomi asli (self governing community) dan bukan juga format desa
otonom (local self government) seperti daerah otonom.
Baik UU No. 22/1999 maupun UU No. 32/2004 tidak menempatkan Desa pada
posisi yang otonom, dan tidak membolehkan terbentuknya Desa adat sendirian tanpa
kehadiran Desa administratif. Kedua regulasi tersebut menempatkan Desa sebagai
bagian (subsistem) pemerintahan kabupaten/kota. Posisi Desa administratif itu
membawa konsekuensi atas keterbatasan kewenangan Desa, terutama pada proses
perencanaan dan keuangan. Kewenangan asli sulit diterjemahkan dan diidentifikasi
karena keberagamannya. Kewenangan dalam bidang-bidang pemerintahan yang
diserahkan oleh/dari kabupaten lebih banyak bersifat kewenangan residu yang tidak

5
dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota dan hanya menjadi beban bagi desa karena
tidak disertai dengan pendanaan yang semestinya.
Keterbatasan kewenangan itu juga membuat fungsi Desa menjadi terbatas dan
tidak memberikan ruang gerak bagi Desa untuk mengurus tata pemerintahannya
sendiri. Demikian juga dalam hal perencanaan pembangunan. Desa hanya menjadi
bagian dari perencanaan daerah yang secara normatif-metodologis ditempuh secara
partisipatif dan berangkat dari bawah (bottom up). Setiap tahun Desa diwajibkan untuk
menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes)
untuk mengusulkan rencana kepada kabupaten/kota. Praktik empiriknya proses itu tidak
menjadikan perencanaan yang partisipatif, dimana perencanaan Desa yang tertuang
dalam Musrenbang, hanya menjadi dokumen kelengkapan pada proses perencanaan
kabupaten/kota.
Lahirnya UU No. 6/2014 tentang Desa, menjadi fase awal transformasi regulasi
untuk membangun otonomi dan kemandirian desa. Sebagai bentuk afirmasi politis,
lahirnya UU Desa menyediakan peluang untuk memperbesar akses, kontrol, dan
manfaat bagi desa guna membangun tata kelola pemerintahan demokratis yang
diorientasikan bagi tercapainya kesejahteraan warga desa (Abisono, 2018). UU Desa
telah menegaskan pengakuan negara atas hak-hak konstitusional desa sebagai satuan
sosial dan pemerintahan yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional, tidak lagi
diperlakukan sebagai bagian dari pemerintah supra desa. Implikasi dari konstruksi ini,
negara mengakui otonomi desa untuk mengurus urusannya, termasuk kewenangan yang
didapatkan dari asal-usul desa seperti hak ulayat yang diwadahi dalam format desa
adat, serta mengelola (bukan menerima) berbagai urusan yang diberikan atau
ditugaskan oleh pemerintah supra desa di wilayahnya. Ringkanya, desa tidak lagi
ditempatkan sebagai alas kaki pemerintahan supra desa, yang memungkinkan bagi desa
membangun keberdayaan dengan spirit otonomi dan kemandirian lokal.
Kedudukan desa dalam UU No. 6/2014 jelas menempatkan desa dalam format
kelembagaan hybrid yakni self governing community dan local self government. Self
governing community adalah komunitas yang memiliki hak untuk mengatur dan
mengurus kepentingannya sendiri secara bebas, lepas dari pengaturan pihak luar desa.
Konsekuensinya, desa tidak dijadikan bagian dari birokrasi negara, tetapi desa masih
dapat menjalankan penugasan urusan pemerintahan dari supra desa (pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten/kota). Dalam format self governing community, negara mengakui
hak asal-usul desa diakui (rekognisi) oleh negara.

6
Sedangkan format self local government ditunjukkan dengan adanya ruang
kewenangan yang luas bagi desa untuk mengatur dan mengurus kewenangan
berdasarkan prakarsa lokal (subsidiaritas). Local self government diartikan sebagai
pemerintahan sendiri berskala lokal, yakni kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, serta
diakui oleh otoritas negara. “Ruang” berupa kewenangan yang luas tersebut diikuti
dengan “Uang” berupa pengembangan berbagai sumber dana penerimaan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa.[1]
Bagaimana pengaturan desa-desa di DIY? Pengaturan desa-desa di DIY sebetulnya
tidak berbeda dengan desa-desa di seluruh nusantara. Hanya saja pengaturan desa-desa
di DIY disesuaikan dengan konteks asimetris DIY sebagai daerah yang ditata dengan
pengaturan khusus. Terbitnya UU No.13/2012 tentang Keistimewaan DIY
mengandung konsekuensi pengaturan tentang desa sedikit berbeda dengan desa-desa di
daerah lain. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, dalam
konteks kelembagaan, desa-desa di DIY mengalami perubahan nomenklatur
menjadikan kelembagaan desa di DIY berubah nama menjadi Kalurahan. Kedua, meski
diakui sebagai masyarakat hukum oleh sistem pemerintahan Indonesia, desa-desa di
DIY juga melaksanakan urusan keistimewaan. Hal itu semakin menegaskan bahwa
Kalurahan merupakan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
menjadi bagian dari Kasultanan/Kadipaten. Dengan demikian, selain memiliki
kewenangan sebagaimana diatur dalam UU No. 6/2014 tentang Desa, kalurahan juga
memiliki kewenangan penugasan di bidang keistimewaan yakni urusan kelembagaan,
kebudayaan, pertanahan, dan tata ruang.
Pengaturan secara khusus desa di DIY dalam konteks keistimewaan didasarkan
pada argumen bahwa kalurahan mempunyai sejarah dan asal usul yang bersamaan
dengan sejarah dan asal-usul Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalurahan merupakan
bagian pemerintahan dalam sistem pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta dan
Kadipaten Pakualaman (Lihat Soemardjan, 2009). Oleh karena itu, kalurahan
merupakan susunan pemerintahan asli desa di DIY. Sebagai bagian dari Sistem
Pemerintahan Kasultanan dan Kadipaten, saat itu desa memiliki hak yakni memilih
sendiri kepala desa dan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (Sudarwo
dalam Yudahadiningrat, 2019). Di masa pasca reformasi, eksistensi kalurahan
dihidupkan kembali untuk mewujudkan Kalurahan yang berdikari, berbudaya, rukun,

7
berketahanan, demokratis, maju, dan makmur (Penjelasan Pergub No. 2 Tahun 2020
tentang Pedoman Pemerintahan Kalurahan).
Merujuk pada desain kelembagaan tersebut, pengaturan tentang kedudukan dan
kewenangan desa dalam konteks keistimewaan masih sejalan dengan UU No. 6 tahun
2014 Tentang Desa yang memberikan ruang keragaman bagi desa-desa di Indonesia
berdasarkan hak asal-usul. Dengan demikian pengaturan desa di DIY menegaskan pola
hybrid yakni perpaduan antara format self governing community serta local self
government. Dalam konteks ini, penyesuaian format kelembagaan desa di DIY menjadi
kalurahan sesungguhnya justru memperkuat kedudukan desa di DIY sebagai susunan
pemerintahan asli di DIY yang diakui dihormati kedudukannya dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.[2]

b. Kedudukan, Kewenangan, dan Status Perangkat Desa


Dalam UU Desa, desa atau yang disebut dengan nama lain dikonstruksikan sebagai
masyarakat hukum atau perpaduan komunitas sosial dengan organisasi formal
pemerintahan (Tjondronegoro, 1985). Hal ini membawa konsekuensi Kedudukan
perangkat desa di Indonesia hingga saat ini masih ambivalen, karena ketidakjelasan
posisi kelembagaan desa (Wasistiono, 2019). Perangkat desa yang bekerja pada desa
sebagai self governing community, berarti bekerja dalam sebuah lembaga dalam
konteks komunitas sosial, bukan berada dalam konteks administrasi. Sedangkan
perangkat desa yang bekerja pada desa sebagai local self government, berarti bekerja
dalam logika organisasi formal.
Dengan menempatkan desa sebagai self governing community, mengandung
konsekuensi perangkat desa atau dengan nama lain yang sejenis bukan bagian dari
birokrasi negara. Para pemangku desa bekerja untuk komunitasnya secara sukarela.
Mereka yang duduk sebagai perangkat desa adalah orang terhormat karena
pengabdiannya. Oleh karena itu, mereka tidak menerima gaji namun diberikan
semacam imbalan kehormatan atau sebagai imbalan sosial (social reward) yang
bermakna penghargaan atau kehormatan (wawancara pengurus Pawiyatan, Fajar
Sudarwo, tanggal 1 November 2023). Penghargaan tersebut berupa kedudukan
protokoler dalam pertemuan kelompok, atau pemberian hak istimewa tertentu
(privilege) sesuai tradisi setempat. Tradisi di Jawa, penghargaan tersebut diberikan
dalam bentuk tanah jabatan (tanah bengkok) selama mereka menjabat. Ringkasnya,
secara sosiologis mereka adalah pemimpin lokal (local leader) di masyarakatnya.

8
Pada satu sisi, perubahan kedudukan desa menjadi local self government terjadi
setelah kemerdekaan Indonesia. Perubahan tersebut mempengaruhi kedudukan
perangkat desa. Dalam konteks ini, desa diposisikan sebagai organisasi formal yang
dibentuk oleh sebuah “society” untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini artinya,
perangkat desa bertransformasi menjadi birokrasi (Wasistiono, 2019). Sebelum
terbitnya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, hak-hak perangkat desa belum jelas.
Mereka tidak menerima gaji atau tunjangan, meski perangkat desa menjadi organisasi
berwatak birokratis. Lahirnya UU Desa No.6 tahun 2014 tentang Desa, mengukuhkan
hak-hak kepala desa dan perangkat desa dengan memperoleh imbalan tetap. Mereka
menerima penghasilan tetap (Siltap), bukan gaji. Besarnya penghasilan tetap tergantung
pada besarnya Alokasi Dana Desa (ADD) pada masing-masing kabupaten/kota. Pada
titik ini, semakin menegaskan bahwa perangkat desa merupakan birokrasi pemerintahan
lokal dan tidak menjadi bagian dari birokrasi negara.
Karena bukan menjadi bagian dari birokrasi negara, perangkat desa tidak dapat
disebut sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) meski menjadi bagian dari
penyelenggara negara. Sebagai konsekuensi logis dari kedudukan kelembagaan
semacam itu, maka kedudukan perangkat desa adalah perangkat dari sebuah komunitas
yang diatur menurut tata cara mereka sendiri. Mereka sudah pasti bukan ASN, sehingga
mereka tidak perlu lagi memakai seragam seperti ASN (Wasistiono, 2019).
Kelembagaan desa diharapkan memunculkan keragaman budaya sehingga setiap desa
memiliki ciri khas tersendiri sebagaimana ruang yang disediakan oleh UU No. 6 Tahun
2014 tentang Desa.
Di DIY upaya untuk menghidupkan susunan pemerintahan asli desa dilakukan
dalam konteks keistimewaan DIY. Terbitnya Peraturan Gubernur No. 25 Tahun 2019
mengatur tentang susunan asli tersebut yang ditandai dengan perubahan nomenklatur
desa beserta perangkat desa. Hal itu juga diikuti dengan penugasan bagi lurah dan
pamong desa dalam melaksanakan urusan keistimewaan. Perubahan tersebut diikuti
dengan perubahan nomenklatur kepala desa, perangkat desa, dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD).

c. Konsep Pamong Kalurahan


Dengan desain kelembagaan demikian, kajian ini mengajukan konsep pamong
kalurahan untuk mewadahi kebutuhan kelembagaan hybrid semacam itu. Konsep
pamong sesungguhnya berakar dari tata nilai masyarakat Jawa. Berasal dari kata

9
“among” yang bermakna mengasuh. Secara filosofis pamong merupakan pemangku
yang memiliki tugas mengasuh. Konsep ini lekat dengan konsep pendidikan karena
pada hakikatnya, desa adalah komunitas belajar (school community) untuk menemukan
cara hidup yang sesuai dengan konteks ruang (kondisi alam) dan waktu (zamannya)
(Wawancara pengurus Pawiyatan, Fajar Sudarwo, tanggal 1 November 2023). Oleh
karena itu, Pamong yang ideal adalah pamong yang sadar ruang dan waktu yakni
memiliki pengetahuan yang baik mengenai lanskap serta asal-usul (sejarah) desanya.
Untuk itu, mandat yang dapat diberikan kepada pamong adalah untuk meningkatkan
kapasitas dirinya sehingga dapat menjalankan peran “pamomong” (pengasuhan) yang
dapat menghidupkan desa sebagai sekolah kehidupan (community school).
Pada era UU No. 6 Tahun 2014, pamong kalurahan memiliki tugas dan fungsi yang
cukup berat. Pamong dituntut untuk dapat “ngemong” warga atau menjadi pemimpin
yang melayani warganya, “ngemong” lingkungan dan alam” atau menjaga dan
melestarikan alam, serta “ngemong” pemerintah yakni bertugas mengawal kebijakan
dan program pemerintah supra kalurahan (Wawancara pengurus Pawiyatan, Fajar
Sudarwo, tanggal 1 November 2023). Oleh karena itu, pamong perlu mengasah
kepekaan agar dapat mengenali dan memahami karakteristik semua pihak. Pamong
juga dituntut untuk bisa menguasai banyak "bahasa". Dalam hal ini, pamong
diharapkan mampu menyesuaikan diri ketika menjalankan tugas untuk memenuhi
ekspektasi supra desa, harapan masyarakat, dan menjaga keseimbangan alam. Hal ini
dapat sangat membantu pamong dalam memahami mandat yang diberikan dari semua
pihak dan membuat kinerjanya lebih efektif.
Konsep pamong dalam kajian ini merujuk bukan hanya pada perangkat desa namun
juga para pihak yang memiliki tugas mengawal penyelenggaraan pemerintahan desa.
Pamong kalurahan dalam hal ini mencakup Lurah, Perangkat Kalurahan, serta Badan
Permusyawaratan Kalurahan (Bamuskal). Ketiga pihak inilah yang secara formal
menjalankan pemerintahan kalurahan. Hal ini dapat dilacak dari formasi pemerintahan
kalurahan di DIY manakala Sri Sultan Hamengku Buwono IX melakukan reformasi
desa sekira tahun 1946-1948. Dalam studi Soemardjan (2009), ketiga pihak yakni,
Lurah, Dewan Perwakilan Kalurahan, serta Pembantu Lurah (Perangkat desa, termasuk
Kepala Dusun yang disebut Dukuh) adalah wali desa. Mereka dipilih secara langsung
oleh kepala keluarga dalam satu desa. Di atas kelembagaan tersebut terdapat Majelis
Desa sebagai lembaga pengambil keputusan tertinggi di kalurahan.[3]

10
Pada era Orde Baru, struktur pemerintahan desa, ditata ulang dengan menempatkan
desa sebagai struktur pemerintahan terendah di bawah camat. Hal ini memiliki
konsekuensi berupa perampingan pemerintahan desa dengan menghapuskan Dewan
Perwakilan Kalurahan. Struktur pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat
desa saja. Hal ini dilakukan sebagai bentuk memastikan kepatuhan terhadap pemerintah
Orde Baru untuk mengontrol politik pedesaan dengan menjadikan kepala desa aktor
utama dalam pemerintahan desa. Pada masa reformasi, kelembagaan pemerintahan
desa dipulihkan dengan menghidupkan kembali lembaga perwakilan yang dikenal
dengan sebutan Badan Perwakilan Desa (BPD) dengan terbitnya UU No. 22/1999
tentang Otonomi Daerah. Konstruksi BPD sedikit berubah menjadi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dengan lahirnya UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Keberadaan BPD semakin kuat dengan diundangkannya UU No. 6/2014
tentang Desa.
Merujuk paparan tersebut, menegaskan bahwa cakupan tentang pamong kalurahan
dalam kajian ini perlu diperluas. Tidak saja menunjuk pada perangkat desa, namun
juga termasuk lurah selaku kepala desa dan Badan Permusyawaratan Kelurahan.
Mereka menjalankan fungsi-fungsi tidak saja fungsi birokratis yang bersifat
administratif juga menjalankan fungsi kepemimpinan di masyarakatnya (local leader).
Mereka adalah representasi kepentingan masyarakat setempat yang mewadahi
kalurahan baik sebagai self governing community maupun local self government.
Berangkat dari posisi demikian kajian ini mengajukan dua catatan penting tentang
konsep pamong desa yakni: pertama, konstruksi dualitas pamong yakni menjalankan
fungsi kepemimpinan masyarakat dan fungsi birokrasi lokal tidak dapat ditempatkan
sebagai bagian dari birokrasi negara. Oleh karena itu pamong desa tidak dapat
diperlakukan seperti Aparatur Sipil Negara (ASN). Meski demikian, pamong desa
merupakan bagian dari penyelenggara pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Kedua, mengingat dualitas tersebut cara kerja pamong
desa tidak dapat diletakkan sebagai kerja individual namun dirajut dalam kerja-kerja
kolektif dan organik yang tumbuh dari konteks sosial historis masyarakat desa. Setiap
desa memiliki cara hidup yang organik termasuk dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakatnya.

Oleh karena itu, kajian ini mengambil posisi standar kecakapan pamong ini dimaknai
sebagai panduan untuk mencapai profil pamong yang ideal. Terkait dengan profil ideal

11
pamong, kajian ini memang mengadaptasi prinsip-prinsip dari model standar
kompetensi ASN. Hal ini dilakukan sebagai jawaban atas tantangan masa depan bagi
pemerintahan desa yang semakin kompleks yang membutuhkan birokrasi yang adaptif
terhadap perubahan, agile (lincah), serta berorientasi pelayanan. Namun demikian,
tidak seluruh standar kecakapan ASN digunakan untuk membangun panduan
kecakapan pamong desa. Standar kompetensi ASN untuk penyusunan panduan
kecakapan pamong ini perlu penyederhanaan agar sesuai dengan konteks keragaman
desa, termasuk di DIY.

B. Analisis Peraturan Perundangan Tentang Pamong Kalurahan di DIY


Bagian ini menyajikan analisis regulasi terkait peraturan perundangan tentang pamong
kalurahan yang terdiri dari lurah selaku kepala desa, perangkat kalurahan desa dan Badan
Permusyawaratan Kalurahan (sebutan BPD di DIY). Kajian terhadap regulasi dilakukan
dengan melakukan review atau timbangan yuridis terkait beragam regulasi dari tingkat
Undang-undang hingga Peraturan Daerah beserta peraturan pelaksananya. Materi
regulasi yang dievaluasi terkait regulasi yang mengatur secara langsung serta regulasi
yang tidak terkait secara langsung namun memiliki relevansi yang kuat dengan
pengaturan tentang pamong kalurahan di DIY. Berikut ini rincian ragam regulasi yang
mengatur tentang pamong di DIY:
1. UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY
Undang-undang ini mengukuhkan bentuk dan susunan pemerintahan dan
kewenangan asimetris bagi DIY sebagai daerah yang diatur secara khusus. Peraturan
perundangan ini selanjutnya merupakan bentuk pengakuan pemerintah pusat terhadap
DIY dimana secara historis eksistensi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
Kadipaten Pakualaman telah hadir sebelum lahirnya NKRI berperan dan memberikan
sumbangsih yang besar dalam mempertahankan, mengisi, dan menjaga keutuhan NKRI
dalam masa revolusi kemerdekaan maupun masa pasca kemerdekaan.
Regulasi tersebut memuat 5 (lima) kewenangan khusus yang diberikan kepada DIY
yakni: pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur DIY, pertanahan, kelembagaan,
tata ruang dan kebudayaan. Sedangkan bentuk pemerintahan di DIY diatur secara
khusus dengan status keistimewaan dimana Gubernur dan wakil Gubernur DIY
menyelenggarakan urusan pemerintahan dan urusan keistimewaan. Susunan
pemerintahan DIY dengan status istimewa menetapkan gubernur adalah bertahta

12
sebagai Sultan Hamengku Buwono untuk Gubernur dan bertahta sebagai Adipati Paku
Alam untuk calon Wakil Gubernur.
Undang-undang ini memiliki konsekuensi terhadap desa di DIY sebagai entitas
masyarakat hukum adat. Dalam sejarahnya, susunan pemerintahan asli desa-desa di
DIY merupakan bagian dari sistem pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Dengan demikian, desa-desa di DIY adalah
bagian dari birokrasi pemerintahan Kasultanan dan Kadipaten sebelum adanya NKRI.
Pasca terbitnya UU No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY, pengaturan tentang desa
di DIY juga diatur di bawah rezim keistimewaan DIY. Hal ini ditandai dengan
dikukuhkannya desa sebagai pemangku urusan keistimewaan.

2. UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa


Regulasi ini merupakan peraturan perundangan yang memberikan otonomi untuk
mencapai kemandirian bagi desa. Namun demikian, otonomi yang dimiliki desa
berbeda dengan otonomi daerah. Dalam UU tersebut ditegaskan desa adalah kesa­tuan
masyarakat hukum yang berwenang untuk mengatur dan mengurus uru­san
pe­merintahan, kepen­tingan ma­syarakat setempat berda­sar­kan prakarsa masyarakat,
hak-asal usul dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pe­me­rintahan NKRI. Peraturan ini menegaskan bahwa desa tidak lagi sebagai bagian
dari kabupaten/kota namun berkedudukan di dalam wilayah kabupaten/kota. Hal ini
memiliki konsekuensi desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
sendiri kepentingan masyarakat setempat dalam wilayahnya. Dengan dua asas utama
yakni asas rekognisi atau pengakuan dan asas subsidiaritas, keberadaan desa dengan
segala kewenangannya diakui dalam sistem pemerintahan NKRI.
Studi regulasi oleh Musyaddad (2015: 6) mencatat ada 6 aspek pokok
pembaharuan desa yang patut dicermati dalam UU Desa yang dapat dibaca sebagai
peluang perubahan bagi desa dalam membangun kemandiriannya. Keenam aspek
pokok pembaharuan desa yang patut dicermati dalam UU Desa. 1) kedudukan dan jenis
desa; 2) relasi antara desa dan supra desa; 3) kewenangan desa; 4) keuangan desa; 5)
pelembagaan demokrasi dalam tata kelola pemerintahan desa; dan 6) kebijakan
pembangunan desa dan perdesaan. Pengaturan desa pada keenam isu ini dijiwai oleh 13
asas, yaitu: rekognisi, subsidiaritas, keberagaman, kebersamaan, kegotongroyongan,
kekeluargaan, musyawarah, demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan,

13
pemberdayaan, dan keberlanjutan. Inti arah transformasi yang ditata melalui UU Desa
dapat disarikan sebagai berikut (Musyaddad, 2015:7):

Tabel 2.1. Transformasi Pembaharuan Desa dalam UU No. 6 Tahun 2014

Aspek Muatan Pokok Implikasi & Peluang


Perubahan
Kedudukan dan § Desa berkedudukan di wilayah
jenis desa Kab/Kota sehingga Desa Pengakuan atas self governing
bukan merupakan bagian dari community dari desa yang
Pemerintah Kabupaten. sejajar dengan local self
§ Desa terdiri atas desa dan desa government dalam relasi
adat. dengan pemerintah supra
desa.
Relasi antara desa § Desa adalah satuan
dan supra desa pemerintahan tersendiri yang Eksistensi desa diakui,
diakui dalam sistem dijamin, dan didukung
pemerintahan nasional. keberlangsungannya oleh
§ Penyelenggaraan pemerintahan pemerintah supra desa.
desa didukung sekaligus dibina
Pembinaan dan pengawasan
dan diawasi oleh pemerintahan
penyelenggaraan
supra desa.
pemerintahan desa secara
berjenjang oleh Pemerintah,
Pemprov dan Pemkab/Pemkot
terhadap desa.
Kewenangan desa § Kewenangan berdasar asal-usul
desa (warisan maupun Otonomi desa diakui dan
prakarsa) dan berskala desa dijamin (kewenangan
diakui serta pelaksanaannya asal-usul dan skala lokal), dan
diatur dan diurus oleh desa. didesain sebagai
Kewenangan mengurus juga pemberdayaan dan
berlaku untuk kewenangan kemandirian desa
penugasan pemerintah supra (kewenangan terhadap
desa. penugasan)

14
Keuangan dan § Penambahan sumber
Aset desa penerimaan desa dari alokasi Dana Desa dari APBN
APBN (Dana Desa) sebagai melengkapi sumber
bentuk pengakuan atas penerimaan lainnya: PADes,
kedudukan desa. ADD (bagian dari Dana
§ Pengakuan aset desa sebagai Perimbangan Kab/Kota),
kekayaan desa untuk dikelola, Bagian pajak dan retribusi
sekaligus pengembalian aset daerah, hibah, lain-lain
desa yang diambil Pemerintah pendapatan.
Kab/Kota (kec. fasilitas
Aset desa dapat diusahakan
umum).
untuk menambah PADes dan
kesejahteraan masyarakat
desa.
Pelembagaan § Pemerintahan Desa
demokrasi dalam diselenggarakan oleh Demokrasi langsung dan
tata kelola Pemerintah Desa yang deliberatif dijamin
pemerintahan dikepalai Kepala Desa dan keberadaannya. Tata relasi
desa dipilih secara langsung antar aktor desa
§ Akses & kontrol warga atas memungkinkan akses dan
pengambilan keputusan kontrol warga pada setiap fase
strategis desa dijamin melalui kebijakan bagi akuntabilitas
musyawarah desa (forum penyelenggaraan
tertinggi pengambilan pemerintahan desa.
kebijakan)
§ BPD: perwakilan penduduk
sebagai penyalur aspirasi dan
mengawasi kinerja Kepala
Desa
§ Penataan partisipasi warga
dibuka melalui berbagai
lembaga kemasyarakatan
sebagai mitra Pemerintah
Desa.
Kebijakan § Sinkronisasi, harmonisasi, dan
Pembangunan integrasi perencanaan desa Pembangunan desa
desa dan dalam SPPD dan SPPN. berlangsung integratif,
perdesaan § RPJMDes dan RKPDes sebagai terkonsolidasi, dan
satu-satunya dokumen partisipatoris.
perencanaan di desa. Potensi “alienasi” otonomi
§ Kerjasama antar desa serta desa ditekan melalui
antara desa dan supra desa pembangunan kawasan.
dalam membangun

15
keterpaduan pembangunan
kawasan.

Sumber: diolah dari UU No. 32/2004, UU No. 6/2014, PP No. 72/2005, PP No.
43/2014, serta PP No. 60/2014

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Regulasi ini menjadi landasan pelaksanaan UU Desa termasuk mengatur secara
langsung kepala desa, perangkat desa dan BPD. Pada Bab IV Bagian 1 (satu) tentang
kepala desa, Pemerintahan Desa pengaturan regulasi mencakup pengaturan tentang tata
cara pemilihan kepala desa, pemilihan kepala desa antar waktu, masa jabatan kepala
desa, laporan kepala desa, serta pemberhentian kepala desa.
Sedangkan pengaturan tentang perangkat desa diatur pada Bagian 2 (dua) yang
memuat unsur-unsur perangkat desa terdiri dari sekretariat desa, pelaksana
kewilayahan, dan pelaksana teknis. Pada bagian ini juga merinci ketentuan tentang
jumlah jabatan pada masing-masing unsur perangkat desa beserta tugas dan fungsi
masing-masing unsur perangkat. Sekretariat desa dipimpin oleh sekretaris desa dengan
staf sekretariat paling banyak membawahi 3 urusan. Sedangkan unsur kewilayahan
ditentukan secara proporsional antara jumlah pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan
dengan kemampuan keuangan desa. Untuk unsur pelaksana teknis dibatasi dengan
paling banyak 3 seksi. Bagian ini juga mengatur tentang syarat pengangkatan perangkat
desa baik dari segi pendidikan minimal, batasan umur, terdaftar sebagai penduduk
setempat, serta syarat-syarat lain yang ditetapkan dalam peraturan daerah
kabupaten/kota. Selain itu bagian ini mengatur pula tentang mekanisme pengangkatan
serta pemberhentian perangkat desa. Pada Bagian 3 (tiga) mengatur tentang
penggunaan atribut dan seragam bagi kepala desa dan perangkat desa.
Sedangkan pengaturan tentang BPD diatur pada Bagian 4 (empat) yang memuat
mekanisme pengisian keanggotaan BPD yang ditetapkan melalui mekanisme pemilihan
langsung atau musyawarah secara demokratis dengan memperhatikan keterwakilan
perempuan. Pada bagian ini pula diatur tata cara pemilihan anggota BPD, pengisian
keanggotaan BPD antar waktu, pemberhentian keanggotaan BPD, pengaturan tata tertib
BPD, serta hak pimpinan dan anggota BPD. Sedangkan pada Bagian 5 (lima), mengatur
tentang musyawarah desa yang menjadi tugas pokok BPD dalam menyelenggarakan
musyawarah desa.

16
4. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Perubahan pengaturan regulasi ini dengan PP 47/2015 lebih banyak memastikan
mandat pengaturan lebih lanjut kepada kementerian yang mengurus urusan
pemerintahan dalam negeri yakni kementerian dalam negeri. Materi pengaturan yang
diatur lebih lanjut dengan peraturan kementerian dalam negeri yakni mengenai:
pemilihan kepala Desa; laporan penyelenggaraan pemerintahan desa; kebijakan
penundaan pelaksanaan pemilihan kepala Desa; tata cara pemberhentian kepala Desa;
tiga bidang urusan di bawah sekretariat desa; tiga seksi oleh pelaksana teknis; kepala
Desa dan perangkat Desa; pakaian dinas dan atribut; tugas, fungsi, kewenangan, hak
dan kewajiban, pengisian keanggotaan, pemberhentian anggota, serta peraturan tata
tertib BPD. Sedangkan untuk Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa
dan perangkat Desa dan besaran dan persentase penghasilan tetap kepala Desa dan
perangkat Desa diatur dan ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

5. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas


Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Regulasi ini secara spesifik mengubah ketentuan dalam PP No. 43/2014 tentang
Penghasilan Tetap (Siltap) kepala desa dan perangkat desa serta komposisi alokasi
belanja desa. Perubahan terkait dengan sumber pembiayaan Siltap yang berasal dari
ADD yang besarannya setara dengan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan
ruang II/a. Terkait dengan komposisi alokasi belanja desa, pengaturan ini menetapkan
belanja siltap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa serta tunjangan dan
operasional BPD sebesar paling banyak 30 % dari total belanja desa.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 83 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan


dan Pemberhentian Perangkat Desa
Regulasi ini merupakan penjabaran teknis operasional PP No, 43/2014 yang
mengatur rincian tentang pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa. Dalam
regulasi ini, selain secara substansi sama dengan PP tersebut, juga menambahkan
pengaturan tentang persyaratan khusus pengangkatan perangkat desa dengan

17
memperhatikan hak asal usul dan nilai sosial budaya masyarakat setempat dan syarat
lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Selain itu juga menambahkan
pengaturan tentang rincian kelengkapan persyaratan administrasi. Penambahan juga
terkait pengaturan secara rinci mekanisme pengangkatan. Regulasi ini juga memuat
pengaturan tentang pemberhentian perangkat desa yang menjangkau tentang
persyaratan tentang alasan berhenti, diberhentikan, diberhentikan sementara karena
terlibat persoalan hukum beserta tahapan-tahapan pelaksanaannya.
Selain pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa, regulasi ini juga mengatur
tentang kekosongan jabatan perangkat desa, pengangkatan staf desa, penggunaan
atribut dan pakaian dinas perangkat desa, serta peningkatan kapasitas perangkat desa.
Khusus pengaturan tentang peningkatan kapasitas perangkat desa mewajibkan
perangkat desa mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dengan biaya yang
bersumber dari APBN, APBD, APBDes, serta sumber-sumber lain yang sah. Peraturan
menteri ini juga memastikan jaminan kesejahteraan bagi perangkat desa berupa jaminan
kesehatan dan tunjangan tambahan penghasilan dan penerimaan yang sah dengan
memperhatikan masa kerja dan jabatan perangkat desa yang bersumber dari APB Desa.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 Tentang Susunan


Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa
Peraturan ini mengatur tentang struktur organisasi pemerintah desa yaitu kepala
desa dibantu oleh perangkat desa yang terdiri dari sekretariat desa, pelaksana
kewilayahan, dan pelaksana teknis. Dalam peraturan ini, jenis jabatan pada
masing-masing unsur pembantu kepala desa dirinci. Untuk sekretariat desa sebagai
pembantu kepala desa dalam bidang administrasi pemerintahan dipimpin sekretaris
desa. Sekretariat desa terdiri dari paling banyak 3 (tiga) jabatan yang membawahi
urusan tata laksana dan umum, urusan perencanaan, dan keuangan dan minimal 2 (dua)
jabatan yakni urusan tata laksana dan umum serta urusan perencanaan dan keuangan.
Untuk unsur pelaksana kewilayahan yang dikepalai kepala dusun, pengaturan
ditujukan untuk menyediakan norma tentang jumlah pelaksana kewilayahan. Jumlah
pelaksana kewilayahan mepertimbangkan kemampuan keuangan desa serta
memperhatikan luas wilayah kerja, karakteristik, geografis, jumlah kepadatan
penduduk, serta sarana prasarana penunjang tugas. Sedangkan untuk pelaksana teknis
dipimpin kepala seksi dengan paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi yaitu seksi

18
pemerintahan, seksi kesejahteraan dan seksi pelayanan, serta paling sedikit 2 (dua)
seksi yakni pemerintahan dan seksi kesejahteraan dan pelayanan.
Regulasi ini juga mengatur tugas dan fungsi masing-masing jabatan secara rinci.
Peraturan ini mengatur pula besaran organisasi pemerintahan desa sesuai dengan
tingkat perkembangan desa swasembada, desa swakarya, dan desa swadaya. Guna
menjalankan roda organisasi dalam peraturan ini menjangkau pula pengaturan tentang
tata kerja, pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah supra desa.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa
Peraturan perundangan ini mengatur secara khusus tentang BPD untuk
memberikan kepastian bagi BPD sebagai lembaga desa yang menjalankan fungsi
pemerintahan desa. Kehadiran regulasi ini diharapkan dapat mempertegas peran BPD
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa; mendorong BPD agar mampu menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; serta mendorong BPD dalam mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik di Desa. Ruang lingkup pengaturan regulasi ini
mencakup: keanggotaan dan kelembagaan BPD; fungsi, tugas, hak, kewajiban dan
kewenangan BPD; peraturan tata tertib BPD; pembinaan dan pengawasan; dan
pendanaan BPD. .
Terkait dengan keanggotaan, regulasi ini mengatur afirmasi bagi keterwakilan
perempuan, jumlah maksimal dan minimal anggota BPD dengan memperhatikan
jumlah penduduk, kemampuan Keuangan Desa, dan keterwakilan satuan wilayah dalam
desa. Selain itu, peraturan ini juga mengatur persyaratan, mekanisme pemilihan,
pemberhentian, pemberhentian sementara, serta pemilihan anggota antar waktu, hingga
larangan anggota BPD. Secara kelembagaan, dalam peraturan ini juga diatur tentang
struktur BPD yakni terdiri dari pimpinan dan bidang. Bidang terdiri dari bidang
pemerintahan desa dan pembinaan kemasyarakatan serta bidang pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat.
Peraturan perundangan ini mengatur secara rinci fungsi dan tugas BPD. Dalam
regulasi ini yang dimaksud fungsi BPD yakni membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa; serta melakukan pengawasan kinerja kepala desa. Sedangkan tugas
BPD memuat: menggali, menampung, mengelola, menyalurkan aspirasi masyarakat;
menyelenggarakan musyawarah BPD dan musyawarah Desa; membentuk panitia

19
pemilihan Kepala Desa; menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan
Kepala Desa antar waktu; membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa; melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa;
melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan lembaga
Desa lainnya; dan melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan. Terkait dengan hak, kewajiban, dan kewenangan BPD diatur
secara khusus dalam pengaturan ini yang dibedakan antara hak, kewajiban, dan
kewenangan kelembagaan dan anggota BPD.

9. Peraturan Daerah Istimewa DIY No. 1 Tahun 2018 Tentang Kelembagaan


Pemerintah Daerah DIY
Peraturan perundangan ini menjadi landasan hukum bagi Pemerintah Daerah DIY
untuk: pertama, menyelaraskan kelembagaan pemerintah kabupaten/kota dan
pemerintah desa di DIY dengan perangkat daerah. Dengan demikian, pemerintah
Daerah DIY dapat melakukan perubahan kelembagaan pemerintahan desa. Kedua,
Pemerintah Daerah DIY dapat memberikan penugasan urusan keistimewaan bagi
kabupaten/kota dan desa di DIY. Sebagai konsekuensinya, desa mendapat kewenangan
penugasan berupa pelaksanaan urusan keistimewaan yaitu urusan kelembagaan,
pertanahan, tata ruang dan kebudayaan. Regulasi ini juga memandatkan pengaturan
lebih lanjut mengenai penugasan urusan keistimewaan diatur dengan Peraturan
Gubernur.

10. Peraturan Gubernur DIY No. 25 Tahun 2019 tentang Pedoman Kelembagaan
Urusan Keistimewaan pada Pemerintah Kabupaten, Kota dan Kalurahan
Regulasi ini mengatur tentang perubahan kelembagaan pemerintah kabupaten/kota
dan desa di DIY dalam konteks pelaksanaan urusan keistimewaan DIY yang ditandai
dengan perubahan nomenklatur. Sebagai konsekuensi hadirnya regulasi ini secara
implisit memberikan kewenangan penugasan bagi desa-desa di DIY untuk
melaksanakan urusan keistimewaan. Hal itu ditunjukkan dengan didelegasikannya
sejumlah urusan keistimewaan yakni pertanahan, tata ruang, dan kebudayaan pada
lurah dan perangkat kalurahan. Untuk perubahan kelembagaan desa yang menjadi
kalurahan dapat dilihat dalam Tabel 2.2. sebagaimana tersaji dalam tabel sebagai
berikut:

20
Tabel 2.2. Perubahan Nomenklatur Pamong Desa di DIY

No Nomenklatur Lama Nomenklatur Baru Urusan Keistimewaan

1 Kepala Desa Lurah Pelaksana urusan


keistimewaan di wilayah

2 Perangkat Desa Pamong Kalurahan

a Sekretaris Desa Carik Penatausahaan kegiatan


urusan Keistimewaan

b Kepala Urusan Umum Tata Laksana Urusan tata usaha dan


umum

c Kepala Urusan Pangripta Urusan Perencanaan


Perencanaan

d Kepala Urusan Keuangan Danarta Urusan keuangan

e Kepala Seksi Jagabaya Urusan Keistimewaan


Pemerintahan bidang pertanahan dan tata
ruang.

f Kepala Seksi Ulu-Ulu Urusan Keistimewaan


Pembangunan bidang kebudayaan

g Kepala Seksi Kamituwo -


Kesejahteraan
Pemantauan penggunaan
h Kepala Dusun Dukuh tanah Kasultanan dan
Kadipaten di wilayahnya
Pemantauan tata ruang di
wilayahnya
Melestarikan kebudayaan di
wilayahnya

11. Peraturan Gubernur DIY No. 2 Tahun 2020 tentang Pedoman Pemerintahan
Kalurahan
Regulasi ini semakin mengukuhkan peran desa (kalurahan) dalam penyelenggaraan
urusan keistimewaan. Hal itu ditunjukkan dengan dikukuhkannya lurah sebagai
pemangku keistimewaan. Terkait dengan pengaturan tentang perangkat desa, materi

21
pengaturan regulasi ini masih sama dengan Pergub No. 25 Tahun 2019. Regulasi ini
juga lebih rinci mengatur tentang nomenklatur baru yakni Badan Permusyawaratan
Kalurahan (Bamuskal) sebagai sebutan lain dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
untuk desa-desa di DIY. Sebagai konsekuensinya, Bamuskal juga mendapatkan
kewenangan pelaksanaan urusan keistimewaan terutama terkait dengan fungsi
pengawasan.

12. Peraturan Gubernur DIY No.19 Tahun 2022 tentang Budaya Pemerintahan
Peraturan perundangan ini bertujuan mengarusutamakan nilai-nilai budaya
pemerintahan pada penyelenggara pemerintahan dengan menyediakan pedoman
implementasi budaya pemerintahan dalam rangka perbaikan tata kelola pemerintahan.
Budaya pemerintahan yang dimaksud dalam peraturan ini berakar dari kekhasan
nilai-nilai kearifan lokal DIY dipadukan dengan nilai-nilai birokrasi pemerintahan yang
profesional. Nilai-nilai budaya pemerintahan khas DIY bersandar pada nilai filosofi
hamemayu hayuning bawana, dan ajaran moral sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh
serta semangat golong-gilig. Sedangkan nilai budaya pemerintahan profesional berupa
nilai dasar berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif,
kolaboratif. Dalam regulasi ini, pemerintah kalurahan didudukkan sebagai salah satu
penyelenggara pemerintahan bersama dengan pegawai pada Pemerintah Daerah DIY,
Pemerintahan Kabupaten/Kota, baik sebagai Pejabat Negara, ASN dan Pegawai Non
ASN.

C. Kajian Empirik Pamong Desa di DIY: Isu Strategis dan Agenda


Bagian ini akan menyajikan sketsa tentang profil pamong di DIY yang dipotret
dari kajian empirik tentang kondisi pamong di DIY. Terdapat empat isu strategis yang akan
dipotret untuk mendapatkan sketsa tersebut yakni terkait: pengaturan dan beban
kewenangan pamong, kecakapan/kompetensi pamong, upaya peningkatan kapasitas
pamong yang telah dilakukan, serta upaya profiling pamong yang telah dilakukan.
Pembacaan terhadap empat isu strategis tersebut diharapkan dapat menyediakan
bahan-bahan kebijakan secara memadai dalam kerangka upaya penataan dan peningkatan
tata kelola pamong di DIY guna mewujudkan pamong yang cakap, handal, lincah,
berintegritas, serta mampu menjawab berbagai tantangan di masa mendatang berbasis
nilai-nilai kearifan lokal DIY.

22
Pengaturan dan Beban Kewenangan Pamong di DIY
Studi empirik kajian ini menemukan sejumlah isu-isu strategis terkait dengan kewenangan
pamong yakni:
Pertama, kewenangan penugasan oleh supra kalurahan di DIY dipandang sebagai beban
oleh pamong kalurahan. Alhasil, kewenangan penugasan yang dilimpahkan kepada
kalurahan membuat pamong kalurahan lebih sibuk melayani supra kalurahan, sedangkan
tugas melayani masyarakat menjadi terbengkalai (Wawancara Lurah Pagerharjo, Kulon
Progo, Widayat, tanggal 10 Oktober 2023). Dalam menjalankan kewenangan yang
diberikan, pamong memiliki kedudukan yang terhimpit dan kompleks karena berada di
tengah pemerintah supra kalurahan (dari kabupaten hingga pemerintah pusat) serta
masyarakat. (wawancara Kamituwo Kalurahan Kemadang, Gunungkidul Nurwahyudin,
tanggal 10 Oktober 2023).
Hal tersebut menyebabkan pamong kesulitan menjalankan fungsinya dengan
keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki. Ketika pamong fokus mengerjakan tugas
yang dimandatkan oleh supra kalurahan, fungsi sosial dan pengayoman masyarakat
menjadi terbengkalai. Akibatnya, pelaksanaan tugas pengayoman masyarakat menjadi
tidak terlaksana dengan baik. Sebaliknya, ketika fungsi sosial dan pengayoman
masyarakat dijadikan prioritas, tugas yang diberikan pusat jadi terbengkalai. Kedua
kondisi tersebut sama-sama tidak ideal. . Seringkali kondisi yang diinginkan tidak sejalan
antara perintah supra kalurahan dengan aspirasi masyarakat, sehingga pamong diposisikan
menjadi jembatan bagi pemerintah di atas dengan masyarakat (Wawancara Dukuh
Kalurahan Canden, Bantul Rizza Utami Putri, tanggal 19 Oktober 2023).
Keluhan serupa dirasakan oleh seorang staf kalurahan Sriharjo, Bantul, Zakia Safitri,
yang menyatakan staff terlalu sibuk melayani urusan supra desa. Apalagi dengan
banyaknya aplikasi yang harus dikelola staf, sehingga pekerjaan utamanya dalam
menjalankan program-program kalurahan menjadi dinomorduakan (wawancara staf
Kalurahan Sriharjo, Bantul, Zakia Safitri, tanggal 20 Oktober 2023). Para Pamong harus
berbagi tugas utama yakni melayani supra kalurahan dengan pelayanan masyarakat
dimana hal ini sangat menyita waktu.“Pekerjaan sebagai staff ini overload, siang
pelayanan, malam diundang warga, banyak kegiatan”, ujar Zakia.

Kedua, pelaksanaan kewenangan baik kewenangan asli maupun kewenangan penugasan


desa acap kali diatur sangat teknokratis dan sektoral yang semakin memberatkan desa.
Secara normatif, desa mendapatkan kewenangan yang begitu luas. Namun, dalam

23
praktiknya, pelaksanaan kewenangan tersebut begitu terbatas karena diatur sangat
teknokratis. Kamituwo Kalurahan Kemadang, Gunungkidul, Nurwahyudin menyatakan
dalam melaksanakan kewenangan tersebut membuat pamong kalurahan tidak memiliki
keleluasaan untuk melakukan penyesuaian berbagai program. Program yang diberikan
pada umumnya memiliki aturan baku dan tidak memiliki celah untuk disesuaikan dengan
kondisi masyarakat. Hal tersebut menjadi tantangan bagi pamong karena dalam
pelaksanaannya program dari pusat seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan masyarakat setempat (Wawancara Kamituwo Kalurahan Kemadang,
Gunungkidul Nurwahyudin, tanggal 10 Oktober 2023). Program-program titipan tersebut
acapkali menimbulkan polemik di masyarakat.
Kewenangan penugasan berupa titipan program supra kalurahan acap kali
dilaksanakan secara sektoral. Sebagai gambaran, saat ini tiap-tiap dinas daerah memiliki
titipan program yang dilimpahkan tanggung jawab dan kewenangannya kepada perangkat
kalurahan. Dalam prosesnya, masing-masing dinas tidak saling mengkoordinasikan perihal
pelaksanaan programnya. Misalnya, kasi pelayanan atau Kamituwo memiliki pelimpahan
kewenangan dari dinas sosial, dinas kesehatan, dan dinas pendidikan untuk melaksanakan
program di waktu yang bersamaan. Ringkasnya, perangkat kalurahan memiliki
kewenangan yang terbatas di tengah banyaknya mandat yang diberikan oleh pusat. Dalam
hal ini, pamong merasa tidak mendapatkan dukungan yang cukup dan tidak mendapatkan
ruang yang cukup leluasa untuk melaksanakan kewenangannya (Wawancara dengan Carik
Kalurahan Mangunan, Dwi Eko, tanggal 10 Oktober 2023).
Demikian pula dengan pelaksanaan kewenangan asal-usul/asli dan kewenangan lokal
berskala desa kerap kali diatur secara teknokratis-administratif yang justru
memprioritaskan program-program supra kalurahan. Sejumlah pamong desa
menyampaikan kewenangan asal-usul acapkali tidak dapat dilaksanakan karena prioritas
penggunaan Dana Desa (DD) yang ditetapkan oleh Kementerian Desa acapkali tidak
sebangun dengan aspirasi masyarakat setempat. Program titipan tersebut acakali tidak
disertai pendanaan yang kemudian dibebankan pada kalurahan. Alhasil, usulan
masyarakat setempat tidak terakomodasi karena banyaknya titipan program supra
kalurahan (Wawancara Lurah Pagerharjo, Kulon Progo, Widayat, tanggal 10 Oktober
2023). Ringkasnya, pemerintah pusat telah menyetir penggunaan DD terkait dengan
program-program pemerintah pusat. “Kalau program titipan, ini dimaknai dimaknai
sebagai perintah, sistemnya jadi manut (patuh) pada atasan”, tambah Lurah Pacarejo,
Gunungkidul, Suhadi pada 12 Oktober 2023.

24
Titipan-titipan program seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada masa Covid-19,
penanganan stunting, dan lain sebagainya, seharusnya diserahkan ke desa bukan
ditetapkan alokasi maupun prioritasnya oleh pemerintah pusat. (Wawancara Lurah
Kalurahan Pacarejo, Suhadi, tanggal 12 Oktober 2023). Jika pengaturan prioritas
diserahkan ke desa, desa menjadi wadah bagi penghidupan bagi warganya dengan
menerapkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa. Sehingga, pamong bisa
merumuskan regulasi yang tepat sesuai potensi desa yang ada.
Beban kewenangan tersebut semakin berat, manakala penyelesaian tugas pamong
menuntut pemanfaatan teknologi informasi yang serba digital. Pemanfaatan teknologi
serba digital seharusnya dapat memudahkan penyelesaian tugas-tugas administrasi.
Namun, secara faktual justru menjadi beban baru bagi kalurahan. Hal ini berakar dari cara
kerja sektoral, dimana masing-masing instansi supra kalurahan yang menitipkan program
ke desa membuat aplikasi sendiri yang tidak terintegrasi. Carik Sendangsari, Bantul, Zuhri
Saren Satrio menuturkan kalurahan di Bantul mengoperasikan 25 aplikasi dari berbagai
instansi yang ada. Banyaknya aplikasi yang harus dijalankan oleh desa, menjadi beban di
tengah keterbatasan kapasitas yang dimiliki oleh kalurahan.

Ketiga, beratnya beban kewenangan desa tidak diimbangi dengan kapasitas pamong
kalurahan yang begitu terbatas. Beratnya beban kewenangan kepada desa, tidak diikuti
dengan peningkatan kapasitas pamong kalurahan secara memadai. Kekuatan personil yang
ada harus melayani dari segala penjuru baik dari atas ke bawah. (Wawancara Lurah
Pagerharjo, Kulon Progo, Widayat, tanggal 10 Oktober 2023). Apalagi, terdapat kondisi
obyektif bahwa kapasitas kalurahan dalam menjalankan kewenangan sangat beragam.
Terdapat sedikit desa yang memiliki dukungan kapasitas yang cukup, namun lebih banyak
desa yang memiliki kapasitas yang sangat terbatas baik terkait dengan jumlah dan
kompetensi personel, dukungan anggaran, hingga dukungan manajemen pemerintahan
yang handal. Rentang kapasitas kelurahan sangat tinggi di DIY.
Staf Kalurahan Sriharjo, Bantul, Zakia Safitri menuturkan beban pekerjaan antar
pamong memang sudah diplot, tetapi kapasitas kalurahan tidak cukup memadai untuk
melaksanakan kewenangan yang ada. Di Sriharjo, jumlah personel kalurahan yang ada
sangat terbatas meski telah mendapat tambahan staf kalurahan. Sebagai gambaran
Kamituwo ada mendapat tambahan satu staf, sedangkan Jogoboyo, Tatalaksana mendapat
tambahan dua staf, dan Ulu-Ulu terdapat tambahan tiga staf. Namun tambahan staf
tersebut dirasa belum cukup, mengingat banyaknya beban penugasan kepada desa.

25
Ditambah lagi, lembaga-lembaga desa yang ada belum dapat menangani kegiatan-kegiatan
yang telah didelegasikan oleh pemerintah kalurahan. Akibatnya, beban administrasi dari
perencanaan hingga pelaporan kembali ditangani seluruhnya oleh perangkat kalurahan.
“Banyaknya beban tugas, membuat kami harus kuat secara fisik, karena agenda kerja
harus diselesaikan sampai malam. Pekerjaan kita kalau dari pendanaan selalu bertambah,
tetapi tidak diimbangi dengan penambahan SDM ”, tambah Zakia Safitri.
Sayangnya, keterbatasan kapasitas kalurahan dalam menjalankan kewenangan yang
ada tidak disertai dukungan fasilitasi oleh pemerintah supra kalurahan. Dalam beberapa
kondisi, pamong desa merasa kebingungan ketika melihat Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) terdekat yakni kapanewon (sebutan kecamatan di tingkat kabupaten di DIY) malah
tidak menjalankan fungsinya dengan baik (Wawancara Carik Kalurahan Mangunan, Dwi
Eko). Manakala kalurahan mendapat permasalahan, kapanewon tidak dapat menyediakan
solusi. Padahal sejumlah regulasi memberi mandat pelaksanaan kewenangan pembinaan
dan pengawasan kepada kapanewon. Hal ini menunjukkan, problem kapasitas bukan
hanya terjadi pada kalurahan, namun juga terjadi pada perangkat daerah yang mengurus
desa.
Ilustrasi menarik disampaikan Lurah Sriharjo, Bantul, Titik Iswayatun, yang
menuturkan pengalamannya terkait lemahnya pemahaman supra desa terhadap regulasi
yang mengatur tentang desa. Pertama, dalam kasus pendirian BUM Desa terkait
penyertaan modal BUMDes di Sriharjo, pihak kapanewon mengharuskan adanya evaluasi
kapanewon. Padahal, dalam regulasi tentang BUMDesa tidak ada klausul tentang
kewajiban evaluasi dari Kapanewon. Kedua, dalam kasus pengelolaan pariwisata, pihak
dinas setempat tidak berkoordinasi dengan kalurahan, namun langsung ke kelompok sadar
wisata (Pokdarwis).

Keempat, kondisi tersebut menyebabkan penilaian terhadap buruknya kualitas kinerja


pamong kalurahan. Desa memiliki tuntutan yang besar karena mendapatkan titipan tugas
dari berbagai supra kalurahan mana-mana. Mandat yang diberikan kepada desa seringkali
saling menumpuk satu sama lain. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan ketugasan pamong kalurahan tidak terselesaikan dengan baik (Wawancara
Carik Kalurahan Srimulyo, Bantul, Nurjayanto). Kondisi tersebut juga membuat pamong
kalurahan tidak fokus mengerjakan tugas pokok fungsinya (Wawancara DPMD
Gunungkidul, Kriswantoro, 29 Oktober 2023).

26
Kapasitas Kinerja Pamong Kalurahan di DIY
Dalam konteks kapasitas kinerja Pamong Kalurahan di DIY, terdapat sejumlah isu strategis
yang menjadi temuan dalam kajian empirik ini sebagaimana desa-desa lain di Indonesia:
Pertama, desain kebijakan pengelolaan pamong yang belum menimbang kekhasan
kewenangan, tugas pokok dan fungsi, serta beban kerja masing-masing jabatan. Hal ini
dapat dicermati dari berbagai kebijakan operasional terutama di level daerah. Dalam
berbagai regulasi daerah di DIY, konstruksi pamong kalurahan sebagai pemimpin di
masyarakatnya kurang mendapat tempat dalam penataan dan pengelolaan pamong.
Penguasaan kecakapan sosio-kultural seorang pamong kelurahan kurang mendapat porsi
yang sesuai dengan pengelolaan kinerja Pamong. Sedangkan sebagian besar regulasi
tersebut, memberi porsi terkait kecakapan-kecakapan bersifat general dengan penekanan
pada kecakapan manajerial dan teknikal.
Padahal, masing-masing jabatan perangkat mengandung komposisi kecakapan yang
berbeda-beda. Jabatan kepala kewilayahan seperti dukuh di DIY misalnya, seharusnya
lebih banyak menuntut kerja-kerja pemberdayaan dan pembinaan kemasyarakatan yang
menuntut penguasaan kecakapan sosio-kultural lebih besar ketimbang kecakapan
manajerial-teknis. Demikian pula dengan Jabatan sekretariat desa dan kepala seksi,
kendatipun lebih banyak menuntut kecakapan manajerial dan teknikal, juga membutuhkan
kecakapan sosio-kultural, meski dengan porsi yang lebih terbatas. Masyarakat masih
menganggap bahwa pamong ini harus banyak berada di tengah-tengah masyarakat.
Berbeda dengan kondisi sekarang, pamong seperti diharuskan lebih banyak bekerja di
kantor untuk melakukan tugas-tugas administrasi (Wawancara Lurah Pagerharjo, Kulon
Progo, Widayat, tanggal 10 Oktober 2023). Desain kebijakan pengelolaan pamong lebih
menekankan pada penguasaan kecakapan manajerial dan teknikal ketimbang yang lahir
dari tuntutan kerja-kerja bersifat tekno- administratif. Para pamong berharap agar dapat
lebih fokus untuk melayani masyarakat. Dinas terkait dari kabupaten maupun DIY
harusnya ada kesamaan. untuk mengurangi tekanan beban kerja tekno-administratif.

Kedua, besaran organisasi di kalurahan yang kecil, hampir tidak menyediakan jenjang
karir di organisasi pemerintahan kalurahan. Tidak seperti birokrasi pemerintah pusat atau
daerah, pemerintah kalurahan hanya memiliki sedikit celah untuk penataan karir perangkat
kalurahan dengan melakukan mutasi dan promosi.Nyaris tidak ada jenjang karir bagi
perangkat kelurahan sehingga karir perangkat kalurahan cenderung mengalami stagnasi.
Seorang perangkat kalurahan, biasanya menduduki jabatan yang sama hingga pensiun.

27
Beberapa jabatan perangkat kalurahan bahkan tugas pokok dan fungsinya sangat khas
yakni seperti kepala kewilyahan atau dukuh di DIY, tidak dapat digantikan oleh perangkat
kalurahan yang lain. Kepala kewilayahan seperti dukuh, di samping menjadi birokrasi
pemerintahan kalurahan, juga lebih diposisikan sebagai pemimpin di masyarakatnya.
Fungsi-fungsi sosial perangkat semacam ini agak sulit digantikan oleh perangkat
kalurahan yang lain.
Akibatnya, banyak kalurahan belum dapat menempatkan SDM pada tempatnya karena
tidak mudah melakukan mutasi atau promosi. Lurah Pacarejo Gunungkidul, Suhadi
menuturkan mutasi perangkat kalurahan hanya dapat dilakukan apabila terjadi kekosongan
jabatan. Pamong yang sudah tua tetap melekat, karena tidak bisa digeser kalau tidak ada
kekosongan. Di Pacarejo pernah terjadi mutasi karena terjadi kekosongan jabatan
tatalaksana yang kemudian digantikan pejabat pangripta, sedangkan pangripto ditarik dari
dukuh yang memahami pekerjaan pangripto.“Lurah ini tidak seperti presiden, yang dapat
me-reshuffle. Sehingga harus menggunakan SDM opo anane”, tambah Suhadi.

Ketiga, rendahnya pemahaman pamong kalurahan terhadap tugas pokok dan fungsi
jabatannya. Persoalan ini menjadi gejala tentang kualitas pamong kalurahan yang belum
menguasai kecakapan dasar berupa pengetahuan dan pemahaman tentang apa saja yang
menjadi lingkup tugas, kewenangan, hak serta kewajiban yang melekat pada jabatannya.
Banyak pamong kalurahan di DIY yang belum memahami hal itu. Idealnya mereka
mampu menjalankan job desknya dan tupoksi masing-masing sesuai dengan regulasi.
Tetapi dalam praktiknya, memang belum banyak Pamong menguasai kompetensi yang
ideal terutama kecakapan manajerial dan teknikal. Menurut Kamituwo Kelurahan
Kemadang, Gunungkidul Nurwahyudin, kecakapan sosial, teknikal, dan managerial perlu
untuk dikuasai oleh semua pamong sebab tiap-tiap pamong memiliki peran untuk
menjalankan tugas end-to-end dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelaporan.
Demikian pula Lurah Pacarejo, Gunungkidul, Suhadi menyatakan seharusnya pamong ini
harus hangabehi (dapat diandalkan) yang mampu secara administrasi dan mengayomi
masyarakat (Wawancara Lurah pacarejo, Gunungkidul, Suhadi).
Lebih jauh, Lurah Sriharjo, Bantul, Titik Iswayatun, menyatakan, perangkat kalurahan
terutama harus menguasai kecakapan manajerial, terutama untuk jabatan sekretaris, kepala
seksi dan kepala urusan. Pekerjaan pada posisi ini menuntut porsi kecakapan manajerial
yang lebih besar karena mereka mengelola program dan kegiatan sehingga berfungsi
menjadi manajer program. Tetapi kondisi saat ini beberapa kepala seksi malah sulit diajak

28
diskusi terkait ketugasan mereka. “Yang bisa diajak diskusi justru staf dan siap diajak lari
kencang, “ tambah Titik Iswayatun.
Di samping penguasaan tentang hal yang menjadi ketugasan masing-masing, para
perangkat kalurahan juga dituntut untuk dapat memahami irisan pekerjaan dengan bidang
lain yang dituntut dapat bekerja dalam tim. Pada praktiknya, perangkat kalurahan acapkali
terjebak dalam cara kerja sektoral. Hal ini dikeluhkan oleh Lurah Pagerharjo, Kulon
Progo, Widayat yang mengeluhkan terkadang untuk berkoordinasi saja sulit, karena
masing-masing perangkat lebih memilih berkoordinasi dalam jalur koordinasi sektoral
dengan dinas daerah. Mereka lebih mengutamakan rapat-rapat koordinasi dengan dinas
yang menaunginya, ketimbang melakukan koordinasi dengan lintas unit kerja di dalam
pemerintah kalurahan.
Untuk membangun team work yang handal Lurah Pacarejo, Gunungkidul, Suhadi
memiliki kiat tersendiri dengan membuat terobosan dengan menyelenggarakan apel pagi.
Dalam apel pagi lurah memberikan evaluasi, arahan, serta motivasi kerja para perangkat
kalurahan. Di samping itu lurah sebagai top leader juga membangun kepedulian antar
sesama pamong untuk memupuk bonding antar perangkat, agar para pamong lebih mudah
membangun kerja sama dalam tim. Untuk memudahkan komunikasi, dia juga
memanfaatkan WA group yang sekaligus untuk memudahkan kontrol kinerja para
perangkat kalurahan. Sedangkan menurut Carik Kemadang Gunungkidul, Suminto, untuk
mendukung kecakapan yang bersifat teknis-managerial, juga perlu didukung dengan
penguasaan soft skill, seperti regulasi diri, problem solving, dan decision making. Softskill
lain yang terkait dengan etos kerja dan profesionalitas (time management, task
management) juga perlu diasah oleh perangkat kalurahan untuk melakukan pelayanan dan
memberikan manfaat kepada masyarakat.
Lemahnya kapasitas juga disumbang oleh tingkat dan latar belakang pendidikan yang
tidak sesuai dengan ketugasannya. Secara regulasi, persyaratan pamong adalah lulusan
SMA, namun dalam praktiknya, perangkat kalurahan dengan tingkat dan latar belakang
pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyelesaikan
tugas-tugas mereka. Carik Srimulyo, Bantul, Muljayanto menuturkan, pengalaman saat
melakukan seleksi pengisian jabatan Ulu-ulu yang mensyaratkan penguasaan software
autocad sebagai materi tes seleksi. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa Ulu-ulu
memiliki bahwa yang terpilih menguasai kecakapan membaca Detail Engineering Design
(DED) untuk mendukung ketugasan Ulu-Ulu. Kecakapan semacam itu, biasanya dimiliki
calon perangkat dengan latar belakang sarjana teknik sipil atau arsitek. Untuk itu,

29
Muljayanto mengusulkan mengkaji ulang apakah standar minimal pendidikan SMA pada
pamong masih relevan untuk digunakan saat ini. Secara umum, problem lemahnya
kapasitas perangkat kalurahan yakni jabatan diisi oleh pejabat yang tidak tepat (the right
man on the right place) ditambah dengan minimnya penguasaan kecakapan perangkat
kalurahan terhadap penyelesaian hal yang menjadi ketugasannya.
Salah satu unsur pamong kalurahan yakni Badan Permusyawaratan Kalurahan
(Bamuskal) juga dinilai belum sepenuhnya memiliki kapasitas yang memadai dalam
menjalankan kewenangannya. Acapkali relasi Bamuskal dengan lurah mengalami
ketegangan. Sebagaimana disampaikan oleh Lurah Pagerharjo, Kulon Progo, Widayat
terkadang ada perbedaan pandangan yang cukup tajam diantara keduanya. “Bamuskal
kami maklum, karena mereka belum terbiasa dalam kerja-kerja ini sehingga harus belajar
bersama, “ tambah Widayat. Perbedaan tersebut sesungguhnya merupakan hal yang wajar.
Namun demikian, perbedaan pandangan tersebut acap kali gagal dikelola melalui
mekanisme yang tersedia dan menjadi konflik berkepanjangan. Lurah Sriharjo, Titik
Iswayatun, menyampaikan terkadang ada perbedaan informasi yang bersumber dari aduan
masyarakat dengan kelurahan menjadi picu konflik. “Yang namanya mitra kan harusnya
kita pecahkan bersama, bukan mencari permasalahan di masyarakat,“

Salah satu musabab persoalan tersebut disumbang oleh lemahnya pemahaman Bamuskal
terhadap tugas pokok dan fungsi sebagai institusi demokrasi pemerintahan desa. Bamuskal
juga membutuhkan arahan untuk melaksanakan tugas. Selama ini, setelah dilantik menjadi
anggota Bamuskal, Bamuskal tidak mendapatkan pemahaman yang proporsional
mengenai kewenangan, tugas, dan fungsinya karena mendapat pembinaan atau pelatihan
yang memadai. Sejumlah pamong dalam kajian ini mengusulkan adanya kecakapan yang
seharusnya dikuasai Bamuskal dengan tujuan untuk memastikan agar tiap pamong
melakukan perannya masing-masing sesuai wewenang,tugas pokok, dan fungsinya.

Keempat, terdapat kesenjangan kecakapan antar personil pamong kalurahan, terutama


terkait dengan isu kesenjangan antar generasi pamong kalurahan. Penugasan bersifat
administratif yang menuntut kecakapan manajerial dan teknikal terasa sangat
memberatkan bagi pamong kalurahan yang telah berusia lanjut. Mereka juga acakali
dinilai kurang mampu mengikuti regulasi dan kompetensi baru. Penguasaan keterampilan
pengoperasian teknologi informasi untuk menunjang penyelesaian tugas administrasi
misalnya, acap kali tidak dapat dipenuhi oleh pamong berusia lanjut. Kondisi tersebut

30
memang tidak banyak terjadi pada pamong kalurahan yang termasuk generasi milenial.
Mereka tidak banyak mengalami hambatan berarti dalam menyelesaikan tugas
administrasi dan pelaksanaan program. Mereka dengan cepat mampu mengoperasikan
berbagai aplikasi digital untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi terkait dengan
ketugasannya. Pamong muda memiliki kemampuan lebih untuk mempelajari hal baru,
mengikuti ketentuan baru, dan melaksanakan tugas sesuai yang dimandatkan pemerintah
Akan tetapi pamong yang lebih senior ini dianggap memiliki kompetensi
sosio-kultural lebih baik dengan mampu mengarahkan dan menjalin hubungan lebih baik
dengan masyarakatnya. Sebaliknya, pamong muda mengalami kesulitan untuk
mengarahkan masyarakat. Sebagai contoh ketika terdapat perubahan regulasi, pamong
mengetahui apa yang harus dilakukan dan cepat beradaptasi dengan perubahan. Namun,
ketika mereka menyampaikan hal tersebut ke masyarakat, seringkali tidak didengar.
Menurut Carik Kemadang, Gunungkidul, Suminto, kesenjangan kecakapan tersebut karena
adanya perbedaan kemampuan individu untuk mempelajari hal baru, perbedaan latar
belakang SDM, perbedaan kondisi pekerjaan, serta digitalisasi yang dirasa terlalu cepat.
Oleh karena itu, terdapat kebutuhan bagi pamong yang masih muda untuk menguasai
berbagai kompetensi tersebut.
Sejumlah lurah memiliki cara untuk mengatasi kesenjangan kapasitas antar perangkat
kalurahan. Lurah Sriharjo, Bantul, Titik Iswayatun, mengungkapkan dia lebih
mengoptimalkan kinerja staf pada masing-masing seksi maupun urusan. Sementara Lurah
Pacarejo, Suhadi akan memerintahkan perangkat yang lain untuk mem-backup pamong
yang kedodoran dalam penyelesaian pekerjaannya. Kiat serupa, juga ditempuh oleh Lurah
Pagerharjo, Kulon Progo, dengan memaksimalkan kinerja SDM yang potensial. Meski
demikian, berbagai kiat tersebut tidak menjawab problem dasar kesenjangan kecakapan
yang menghambat kinerja organisasi karena beban kerja tidak terdistribusi secara
proporsional.
Para pamong berharap agar pengaturan standar kinerja secara teknokratis
disederhanakan selama tidak melanggar peraturan perundangan. Misalnya, prosedurnya
pengadaan barang itu juga dipersingkat. Pengaturan berbagai standar kinerja seharusnya
tidak terlalu rumit. Sebab kapasitas personil di kalurahan memiliki standar kompetensi
yang tidak sama. Dengan kesederhanaan standar ini, desa-desa bisa mewadahi
keberagaman kapasitas desa.

31
Kelima, kesejahteraan pamong yang yang tidak memadai di tengah tuntutan beban kerja
dan beban sosial yang tinggi. Sejauh ini, standar kesejahteraan perangkat berupa
penghasilan tetap (siltap) disetarakan dengan gaji PNS golongan/ruang II/a, ditambah
dengan jaminan kesehatan, serta tambahan penghasilan lain-lain yang sah yang mengikuti
kemampuan keuangan desa. Untuk DIY, tambahan penghasilan lurah dan perangkat
kalurahan berupa tanah pelungguh (tanah jabatan). Para pamong di DIY mengeluhkan
pendapatan mereka tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan domestik mereka. Dalam
pandangan perangkat kalurahan beban kerja yang demikian berat tidak diimbangi dengan
reward yang sebanding. Disamping itu, posisi mereka sebagai pemimpin lokal justru
menciptakan beban berupa biaya sosial yang tinggi. “Pamong ini tokoh masyarakat,
mindset masyarakat sudah terbangun pamong harus cucul duit,” kata Lurah Sriharjo,
Bantul, Titik Iswayatun pada 16 Oktober 2023.
Upaya untuk menstandarkan kinerja pamong berpotensi menghadapi hambatan
dengan tingkat kesejahteraan yang tidak memadai. Menurut Titik, dengan “amunisi” yang
terbatas memang dilematis manakala pamong dituntut dengan kapasitas kinerja baik tetapi
tidak sebanding dengan reward yang diterima. Padahal pekerjaan yang ditangani sangat
berat tetapi tidak didukung dengan penghasilan yang memadai. Titik menuturkan APBDes
Sriharjo defisit sebesar 500 juta pada tahun 2022 ini. Sementara PADes juga tidak
memadai. Beberapa program titipan dari supra desa juga tidak menyertakan biaya
operasional, termasuk program-program Danais. Hal ini menjadi beban desa sehingga
“amunisi” harus ditambah sejalan dengan beban yang bertambah. Ringkasnya, sampai
saat ini belum ada skema pemberian reward yang menyebabkan rendahnya etos kerja
pamong. Dengan demikian, kesejahteraan menjadi salah satu isu demotivasi perangkat
kalurahan.

Upaya Peningkatan Kapasitas Pamong


Studi empirik kajian ini menemukan sejumlah isu pokok terkait dengan upaya peningkatan
kapasitas pamong kalurahan yakni:
Pertama, upaya peningkatan kapasitas pamong masih bersifat normatif, sangat general,
namun minimalis. Dalam kemasan bimbingan teknis (bimtek) maupun pelatihan yang
diselenggarakan pemerintah supra desa, upaya peningkatan kapasitas pamong kalurahan di
DIY dinilai oleh sejumlah pamong kalurahan tidak efektif. Materi pelatihan yang
diselenggarakan masih sangat teoritis (normatif) dan hanya bersifat sosialisasi. Menurut
Carik Kemadang, Gunung Kidul, Suminto, pelatihan yang bersifat normatif tidak dapat

32
dicerna dengan baik oleh seluruh pamong karena cara menyampaikan materi tidak
menyentuh praktik yang dialami sehari-hari para pamong. Akibatnya, banyak pamong
yang tidak mampu menangkap dan menafsirkan informasi-informasi baru tersebut. Belum
lagi, materi yang disampaikan masih bersifat sangat umum padahal pamong membutuhkan
materi spesifik sesuai dengan tugas pokok fungsinya.
Dari sisi metode, pelatihan yang diselenggarakan bersifat satu arah seperti ceramah
dan kemudian tanya jawab sekadarnya yang dinilai membosankan. Format pengelolaan
kelas semacam ini dinilai sangat konvensional dan tidak menarik.Umumnya para pamong
di DIY hanya mendapatkan pelatihan sekali saja, ketika menjabat untuk pertama kalinya.
Di luar itu, pamong tidak mendapatkan pelatihan yang memang ditujukan untuk
meningkatkan kecakapan pamong kalurahan. Ringkasnya, fasilitasi yang dilakukan untuk
meningkatkan kecakapan para pamong masih sangat minimal.

Kedua, upaya peningkatan kapasitas pamong tidak berorientasi pada peserta dan tidak
terukur. Para pamong biasanya mendapatkan pelatihan pada saat akan ada program atau
regulasi baru. Pelatihan semacam ini tentu saja tidak diorientasikan secara khusus untuk
membangun kecakapan pamong. Pelatihan atau bimtek semacam itu lebih diniatkan untuk
mengawal keberhasilan program atau kebijakan, bukan untuk meningkatkan keterampilan
pamong. Hal ini menunjukkan tidak banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
supra kalurahan untuk meningkatkan kecakapan pamong.
Selain itu, hasil-hasil pelatihan tidak dapat diukur. Seluruh pamong kalurahan yang
menjadi narasumber dalam kajian ini menyatakan tidak ada proses monitoring dan
evaluasi yang dilakukan oleh penyelenggara pelatihan atau bimtek. Pelatihan atau bimtek
yang diselenggarakan oleh pemerintah supra desa acapkali hanya berhenti pada saat
pelatihan. Pasca pelatihan tidak ada upaya untuk memantau sejauh mana misi pelatihan
atau bimtek telah dicapai yang ditandai dengan perubahan perilaku peserta setelah
mengikuti pelatihan. Untuk memastikan materi telah terdeliver dengan baik pasca
pelatihan perlu ada proses monitoring dan evaluasi yang jelas. “Saat ini, pamong
seringkali memberikan tafsir masing-masing dari pelatihan yang telah didapatkan,“ ujar
Carik Sendangsari, Bantul, Zuhri Saren Satrio. Selanjutnya Satrio mengusulkan pelatihan
yang diberikan untuk pamong harapannya bisa diberikan berjenjang dengan skor sehingga
proses monitoring dan evaluasi yang diberikan lebih terpantau dan dapat dicek

33
Ketiga, belum ada upaya untuk melembagakan hasil-hasil peningkatan kapasitas oleh
penyelenggara pelatihan dalam bentuk pendampingan pasca pelatihan. Pelatihan maupun
bimtek masih belum memastikan bagaimana hasil-hasil pelatihan dilembagakan oleh
peserta. Menurut Lurah Pacarejo, Gunungkidul, Suhadi, menyatakan seharusnya dalam
setiap pelatihan peserta diminta untuk membuat Rencana Tidak Lanjut (RTL). Dari RTL
tersebut, kemudian penyelenggara melakukan fungsi mentoring. “Penyelenggara perlu
ngaruhke ke kalurahan sehingga bisa memastikan apakah hasil-hasil pelatihan
dipraktikkan oleh peserta,“ ujar Suhadi.
Dalam konteks ini sebetulnya, setiap pelatihan perlu dikombinasikan dengan proses
mentorship pasca pelatihan. Proses ini dalam bentuk pendampingan dalam jangka waktu
tertentu pasca pelatihan. Para pamong menyatakan pola semacam ini lebih efektif karena
pendampingan yang dilakukan dari awal hingga akhir pelaksanaan program. Hal ini dirasa
dapat membantu pamong dalam memahami pekerjaannya secara menyeluruh dan
mendapatkan sense penugasan yang dibutuhkan.
Pola semacam ini juga baik diterapkan terutama untuk pamong baru. Setelah dilantik,
pamong baru sebaiknya disiapkan dahulu untuk bertugas dengan proses pendampingan
selama 3-6 bulan. Pendampingan ini tidak hanya digunakan untuk melatih cara
menyelesaikan tugas saja tetapi juga untuk menyesuaikan diri dengan iklim kerja di
wilayah desa. Selama ini pamong yang baru saja dilantik, tidak diberi pelatihan di awal
yang memadai dan langsung dituntut untuk bekerja. Padahal, pamong baru seringkali
belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang tugas yang perlu dilakukan. “Selain itu,
pamong juga seringkali hanya diberi pengetahuan akan tugasnya sendiri sehingga
koordinasi yang dapat dilakukan antar pamong terbatas, “ tambah Carik Sendangsari,
Bantul Zuhri Saren Satrio.
Metode pendampingan (mentoring) dirasa lebih efektif dalam meningkatkan kualitas
kerja pamong. Metode pendampingan adalah adanya mentor langsung yang ditugaskan
oleh stakeholders pemilik program kerja yang akan memberikan arahan langsung dan
membersamai pamong dalam melaksanakan end-to-end program secara intensif. Proses
mentoring ini diharapkan dapat berlangsung dalam jangka waktu tertentu hingga pamong
menguasai kecakapan sesuai dengan tujuan pelatihan. Apabila dirasa sudah menguasai
kecakapan tersebut, mentor cukup melakukan pemantauan saja.

Keempat, upaya peningkatan kapasitas lebih banyak memenuhi aspek kecakapan teknikal,
namun belum banyak menyentuh aspek kecakapan manajerial dan kecakapan

34
sosiokultural. Kamituwo Kalurahan Kemadang, Gunungkidul, Nurwahyudin
mengungkapkan bahwa pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah supra desa tidak
tepat sasaran dan hanya menyasar kemampuan teknis saja, padahal materi yang dilatihkan
bukan hanya perkara teknis, namun bersifat manajerial atau sosio kultural.
Senada dengan hal itu, dukuh muda di Bantul, Rizza Putri Utami menuturkan
pengalamannya bahwa dukuh-dukuh muda pernah dapat bimtek mengenai ketugasan
dukuh dan tugas keistimewaan di awal penugasan oleh pemerintah kabupaten. Namun
materi utama yang diberikan dalam pelatihan tersebut justru mengenai teknis penggunaan
dana keistimewaan yang kurang relevan dengan misi membekali para dukuh muda dengan
nilai-nilai keistimewaan. Padahal dalam menjalankan ketugasan desa, dukuh merasa lebih
membutuhkan mengasah kecakapan sosiokultural dan kemasyarakatan. “Selama ini,
pelatihan yang diberikan hanya tentang teknis dan cara menyelesaikan tugas ke atas, “
tambah Rizza.
Sedikit berbeda dengan Rizza, Lurah Triharjo, Sleman, Irawan, menyatakan bahwa
dahulu, lurah mendapatkan pelatihan dan pendampingan mengenai kondisi sosio kultural,
termasuk mengenai kondisi geografis, hingga manajemen konflik di wilayah. Namun,
pelatihan hanya diberikan untuk lurah saja sedangkan pamong tidak mendapatkan
pendampingan di luar pendampingan teknikal. Padahal, pamong-pamong muda yang baru
saja dilantik seringkali tidak memiliki kecakapan sosiokultural yang memadai. Oleh
karena itu, idealnya, pelatihan diberikan pemerintah supra kalurahan bisa memenuhi
seluruh aspek kecakapan baik sosio kultural, manajerial serta teknikal.

Kelima, telah ada prakarsa kalurahan untuk mengembangkan kapasitas perangkat


kalurahan meski masih sangat terbatas. Sejumlah kalurahan telah memiliki inisiatif untuk
melakukan pelatihan, bimtek, workshop secara mandiri. Di Kemadang misalnya, pernah
mengadakan pelatihan terkait Keistimewaan DIY bekerjasama dengan Pawiyatan serta
pernah bekerja sama dengan Satpol PP setempat untuk mengadakan pelatihan manajemen
konflik yang diletakkan dalam konteks pembinaan kemasyarakatan.Mereka menilai, pola
semacam ini cukup efektif dan membantu karena berangkat dari kebutuhan desa sendiri
terkait peningkatan kapasitas pamong. Mereka mengidentifikasi kebutuhan secara mandiri
dan mencari jalan keluar sendiri atas permasalahan yang mereka hadapi. Selain lebih
intensif, adanya waktu untuk melakukan praktik juga membuat pemahaman pamong
bertahan lebih lama.

35
Bahkan, inisiatif juga muncul dari pamong-pamong muda untuk mengembangkan diri.
Seperti penuturan dukuh muda di Bantul, Rizza Putri Utami, dia berinisiatif mengikuti
kursus Pranatacara Basa Jawa, untuk memperkuat kompetensi sosialnya sebagai seorang
dukuh. Di mata masyarakat, seorang dukuh dinilai luwes dan dapat diterima masyarakat
apabila dapat memberikan sambutan dalam bahasa Jawa sesuai dengan tata krama Jawa
dalam setiap peristiwa sosial di desa. Selain itu, dukuh-dukuh muda di beberapa daerah
juga berinisiatif untuk menjadikan pamong-pamong yang bertugas sebelumnya atau
pamong yang sudah purna tugas menjadi mentornya. Hal ini dilakukan para pamong untuk
menyerap pengalaman sebagai pengetahuan yang mendukung pelaksanaan tugas mereka
selama menjabat.

Hanya saja, desa juga menghadapi sejumlah kendala dalam mengembangkan


kapasitas pamong secara mandiri. Problem ketersediaan anggaran sebagai contoh. Pada
dasarnya desa dapat mengalokasikan anggaran untuk meningkatkan kompetensi pamong.
Sayangnya, di samping program peningkatan kapasitas belum dikelola dengan baik, juga
menghadapi keterbatasan alokasi anggaran “Sehingga, program-program kompetensi
pamong belum optimal mendongkrak kemampuan pamong,” tambah Lurah Triharjo,
Sleman, Irawan.

Keenam, telah ada potensi horizontal learning antar pamong, meski belum efektif. Saat
ini, masing-masing pamong telah memiliki paguyuban di tingkat kabupaten untuk
melakukan diskusi dan belajar bersama. Paguyuban ini melakukan pertemuan rutin untuk
membagikan pengetahuan baru juga pengalaman satu sama lain. Dengan memanfaatkan
media sosial dengan platform Whatsapp (WA), forum-forum WA Grup (WAG) yang
dibentuk oleh paguyuban pamong semestinya dapat menjadi wadah belajar bersama.
Namun dalam praktiknya, forum WAG lebih banyak menjadi ajang hiburan semata, karena
bahasan yang ada di dalam paguyuban seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan belajar
Sehingga, pembelajaran dalam paguyuban ini seringkali berlangsung kurang efektif
(Wawancara Kamituwo Kemadang, Gunungkidul Nurwahyudin).

Proses horizontal learning dalam bentuk kunjungan studi antar kelurahan yang sempat
marak juga dinilai kurang efektif. Pasalnya, banyak kegiatan studi semacam itu, lebih
banyak dimanfaatkan oleh pamong kalurahan untuk melakukan sekedar refreshing
ketimbang misi untuk meningkatkan kapasitas pamong. Oleh karena itu, jika horizontal
learning semacam ini perlu formula khusus. Misalnya, horizontal learning dilakukan

36
dengan mengadopsi metode belajar “nyantrik” yaitu dengan turut mengikuti kegiatan kerja
selama beberapa hari di desa lain yang memiliki praktik baik (Wawancara dengan Carik
Sendangsari, Bantul, Zuhri Saren Satrio).

Ketujuh, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam kerangka peningkatan


kapasitas pamong kalurahan dinilai kurang efektif. Sejumlah pamong menyatakan
pelatihan maupun bimtek yang diselenggarakan untuk meningkatkan kompetensi acapkali
kurang memadai untuk men-deliver pengetahuan dan keterampilan. Penggunaan platform
seperti zoom meeting untuk keperluan pelatihan membuat peserta tidak fokus. “Kalau
lewat zoom terkadang bisa disambi. Malah tidak fokus.,” kata Lurah Pagerharjo, Widayat.
Selain itu penggunaan platform semacam itu mensyaratkan penguasaan keterampilan
penggunanya serta terikat dengan etika forum daring yang menuntut penggunaannya
beradaptasi dengan kebiasaan baru. Hal itu menjadi kendala bagi pamong kalurahan,
terutama yang berusia sepuh.Oleh karena itu, mereka mengusulkan program peningkatan
kapasitas sebaiknya dilaksanakan secara tatap muka langsung. “Konsepnya jangan online,
tetapi ketemu langsung dan jika mereka digodok dalam kawah candradimuka akan lebih
efektif, “ Kata lurah Pacarejo, Suhadi.

Para Pamong kalurahan sesungguhnya tidak anti pada kemajuan teknologi digital yang
serba cepat. Namun yang dibutuhkan oleh para pamong adalah adanya proses fasilitasi
transisi ke era digital secara memadai, terutama mempersiapkan perubahan kultur terkait
pemanfaatan teknologi serba digital. Dalam beberapa kondisi, mereka juga menilai tidak
semua urusan terkait aspek komunikasi dapat diselesaikan dengan media digital. Ada
sejumlah perkara yang lebih efektif jika diselesaikan dengan cara-cara tatap muka
langsung karena tidak mungkin diselesaikan melalui media digital.

Kedelapan, ekosistem belajar bagi peningkatan kapasitas pamong kalurahan tidak


kondusif. Hal ini ditunjukkan dengan gejala kemampuan untuk mempelajari hal baru dan
motivasi untuk mengembangkan diri yang rendah. Terdapat sejumlah faktor yang
menciptakan kecakapan tersebut dirasa tidak berkembang pada saat pamong sudah
menjalankan tugasnya. Minimnya waktu dan kesempatan untuk mengembangan diri
karena beban tugas yang menumpuk menjadi faktor pertama. Proses pengembangan
kecakapan pamong yang dilakukan sekarang dirasa terlalu cepat. Pamong hanya diberi
waktu 1 hingga 3 hari untuk mempelajari suatu hal baru dengan tetap menjalankan tugas

37
rutin lainnya. Jebakan rutinitas pekerjaan karena tekanan pekerjaan yang berat membuat
pamong kalurahan berpikir bahwa yang terpenting target pekerjaan selesai dan sebenarnya
kurang maksimal. Alhasilnya, motivasi bekerja hanya untuk menggugurkan kewajiban dan
bukan dilambari motif untuk mengembangkan diri. Padahal beberapa pamong memiliki
kesulitan untuk dapat meng-update diri dalam waktu yang cepat. Akibatnya, peningkatan
kecakapan pamong menjadi berbeda antar pamong. Hal itu juga dikeluhkan staf kalurahan
Sriharjo, Zakia Safitri, karena terlalu banyak pekerjaan.“Kita dituntut laporan, setiap
bulan, sehingga terkadang output berdasarkan target sehingga belum bisa meningkatkan
skill, “ tambah Safitri. Hal ini menurut Kamituwo Kalurahan Kemadang, Nurwahyudin,
menurunkan kinerja pamong dalam jangka panjang.
Persoalan mindset berupa etos kerja juga menyumbang tidak berkembangnya
ekosistem belajar yang kondusif. Pamong seringkali melakukan sesuatu berdasarkan
kebiasaan sehingga tidak terbuka akan inovasi dan pembaruan Jikalau pamong
memandang jabatan sebagai tanggung jawab maka pamong itu akan berusaha
meningkatkan kecakapannya. Peningkatan kecakapan bisa dilakukan secara berkelanjutan
apabila dalam diri pamong telah memiliki etos kerja “ Meski pintar tapi keset (malas)
nyambut gawe ini buat apa? Tapi meski pas-pasan tapi sregep (rajin) bekerja akan lebih
baik bagus., “ tambah Lurah Pagerharjo, Kulon Progo, Widayat.
Faktor berikutnya, lemahnya dukungan sistemik berupa fasilitasi belajar di kalangan
pamong oleh pemerintah supra kalurahan. Setelah menjabat, pamong tidak difasilitasi
dengan proses pembinaan dan pembelajaran yang cukup. Pendampingan yang ada
sekarang ini belum maksimal, karena pendampingan belum dilakukan secara
berkelanjutan. Biasanya, proses pembimbingan hanya diberikan sekali pada awal
menjabat. Padahal menjadi jabatan pamong memuat peran dalam waktu yang panjang dan
perlu pembimbingan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, fasilitasi peningkatan
kapasitas seharusnya tidak hanya sesekali saja.
Ekosistem belajar bagi pamong kalurahan perlu diperkuat untuk memampukan setiap
pamong dalam menumbuhkan kapasitas guna membekali dirinya dengan berbagai
kecakapan. Tantangan pamong di masa mendatang lebih sulit dibandingkan hari ini.
Beberapa kecakapan yang perlu dikembangkan untuk menjawab tantangan masa depan
terkait dengan keterampilan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan; mampu
mempelajari hal baru dengan cepat; mampu membagi fokus ke beberapa hal
(multitasking); mampu melakukan manajemen secara umum; mampu menjalin komunikasi
yang positif berbagai pihak (komunikasi, termasuk public speaking), mampu

38
menyelesaikan masalah (problem solving); mampu bekerja sama atau kolaborasi dalam
skema jejaring kerja; mampu memahami budaya dan kebiasaan masyarakat setempat,
termasuk keterampilan mengelola konflik; serta penguasaan terhadap teknologi informasi
komunikasi.
Ekosistem belajar yang kondusif dimungkinkan apabila kepemimpinan lurah juga
mampu menumbuhkan potensi pada setiap perangkat kalurahan. Dalam membangun iklim
belajar di desa, lurah memiliki andil dalam proses pengembangan diri pamong. Lurah
dituntut mampu memimpin, mengembangkan inovasi, open minded, dan juga kemampuan
untuk mengkoordinasi tiap-tiap pamong. Lurah harus mampu melepaskan muatan
kepentingan pribadi agar fokus menjalankan tugasnya sebagai pemimpin pamong. “Untuk
memaksimalkan SDM, lurah harus pasang mata dan telinga, hati harus peka agar dapat
menangkap potensi sebagai dasar pengambil keputusan peningkatan kapasitas pamong,”
kata lurah Pacarejo, Gunungkidul, Suhadi. Berbeda dengan iklim kerja ASN yang
cenderung seragam, desa memiliki iklim kerja yang sangat beragam. Sayangnya, beberapa
iklim kerja kalurahan tersebut diketahui tidak mendukung adanya etos kerja yang baik
pada diri pamong.
Ekosistem belajar yang tangguh juga disumbang dengan adanya kolaborasi dengan
pihak-pihak yang memiliki sumber daya keahlian seperti akademisi dan praktisi desa.
Proses percepatan pembelajaran pamong kalurahan akan terjadi apabila kolaborasi dengan
pihak-pihak tersebut mendorong adanya pertukaran pengetahuan antar pihak dan transfer
keterampilan. Disamping itu juga diperlukan upaya memperkuat horizontal learning antar
pamong melalui wadah belajar bersama untuk memperkuat ekosistem belajar bagi
pamong. Di DIY, inisiasi horizontal learning telah dimulai dengan dibentuknya beragam
wadah berupa paguyuban pamong yang memungkinkan adanya proses diskusi maupun
proses pertukaran pengetahuan di kalangan pamong kalurahan.

Profiling Pamong Kalurahan


Kajian ini juga menemukan isu pokok tentang profiling pamong kalurahan di DIY: belum
ada upaya untuk melakukan profiling tentang pamong kalurahan di DIY. Profiling sendiri
merupakan perangkat untuk memetakan kapasitas pamong yang bermanfaat guna
mendapatkan gambaran objektif tentang kondisi pamong kalurahan. Piranti berupa
profiling ini dapat diorientasikan untuk menjawab beberapa kebutuhan sekaligus yakni:
untuk membuat perencanaan pengembangan kapasitas pamong kalurahan; untuk

39
peningkatan kinerja pamong kalurahan; serta kebutuhan penataan organisasi pemerintahan
kalurahan.
Keberadaan profiling sangat membantu pemerintah kalurahan untuk mendapatkan
gambaran tentang kebutuhan peningkatan kapasitas pamong. Dalam profiling tersebut
memuat informasi tentang informasi dasar: informasi pribadi termasuk memuat informasi
tentang umur pamong; tingkat pendidikan dan latar belakang pendidikan; kursus atau
pelatihan untuk meningkatkan kompetensi yang pernah diikuti pamong; pengalaman
organisasi di kalurahan terkait dengan ketugasan pamong maupun pengalaman organisasi
di luar pemerintahan kalurahan yang mendukung kinerja pamong; serta pengalaman kerja
dalam lingkup ketugasan pamong. .
Pemanfaatan profiling untuk kepentingan peningkatan kompetensi dapat dilakukan
misalnya dengan mengecek antara ruang lingkup tugas pamong dengan kesesuaian latar
belakang pendidikan dan atau kursus atau pelatihan kompetensi yang pernah diikuti.
Misalnya, seorang kaur keuangan atau danarta, ternyata tidak memiliki latar belakang
pendidikan terkait dengan bidang keuangan, maka pamong tersebut harus mengikuti
kursus atau pelatihan terkait dengan keuangan desa. Jika sudah pernah mengikuti kursus
atau pelatihan keuangan desa, maka diarahkan untuk mengambil kursus tingkat lanjut di
bidang keuangan desa.
Sedangkan pemanfaatan profiling untuk kepentingan peningkatan kinerja dapat
dilakukan dengan membandingkan antara capaian kinerja dengan target kinerja pamong
yang menjadi lingkup tugasnya. Profiling juga dapat digunakan untuk keperluan penataan
organisasi pemerintahan kalurahan terutama untuk kebutuhan pengisian jabatan pamong
maupun penyegaran melalui mekanisme promosi dan mutasi. Profiling akan
menghindarkan tindakan berbasis selera lurah manakala melakukan rotasi dan mutasi.
Dengan pemetaan yang baik, keputusan lurah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
kebutuhan organisasi saat mengambil keputusan melakukan mutasi dan promosi.
Sejumlah pamong kalurahan menilai piranti profiling pamong sangat dibutuhkan bagi
pengembangan organisasi pemerintahan kalurahan. Lurah Sriharjo, Bantul, Titik
Iswayatun melihat piranti ini justru dibutuhkan sebelum melakukan peningkatan
kompetensi pamong. Ketika sudah dipetakan kapasitasnya, pemerintah kalurahan dengan
mudah merancang peningkatan kapasitas yang dibutuhkan masing-masing pamong sesuai
dengan profil mereka. Selain itu, profiling dapat digunakan untuk membaca kebutuhan
organisasi dengan rotasi jabatan sesuai dengan profil pamong yang tersedia.

40
Senada dengan Titik, Carik Kemadang, Gunungkidul, Suminto menyatakan hal ini
dapat digunakan sebagai dasar pengangkatan dan pemberhentian pamong atau promosi
dan mutasi pamong. Adanya profiling juga dirasa mampu meningkatkan semangat
pamong untuk dapat meningkatkan kapasitas diri. Suminto juga memberi usulan profiling
pamong dilakukan tidak hanya di akhir atau di tengah masa jabatan pamong tetapi juga di
awal sehingga proses rekrutmen juga masuk ke dalam pertimbangan. Hal itu juga
ditegaskan Lurah Triharjo, Sleman, Irawan, dimana profiling bisa digunakan untuk
menjadi dasar evaluasi kinerja yang selanjutnya bisa menjadi dasar mengambil keputusan
untuk melakukan rotasi jabatan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, profiling
juga bisa dijadikan dasar untuk memberikan pembinaan, pelatihan, dan peningkatan
kapasitas pamong.

Lebih jauh lagi, Carik Sendangsari, Bantul, Zuhri Saren Satrio, profiling perlu
dilakukan, salah satu tujuannya adalah untuk menjadi landasan dalam penambahan staf.
Saat ini, pamong yang sudah sepuh seringkali sudah sulit untuk diajak mempelajari hal
yang baru. Manakala kinerja pamong tersebut tidak sesuai dengan standar kinerja,
sementara pemerintah kalurahan tidak memiliki dasar untuk memberhentikan pamong
tersebut, pemerintah kalurahan bisa melakukan penambahan staf. Hal ini diharapkan dapat
menambal kinerja pamong tersebut ketika pamong tersebut masih bertugas. Selain itu
dapat dimanfaatkan sebagai sebagai pintu pengkaderan untuk regenerasi ketika pamong
tersebut purna tugas. Adanya profiling diharapkan mampu mendasari
pengambilan-pengambilan keputusan tersebut yakni menakar kompetensi, melakukan
rotasi, maupun menambah jumlah staf.

41
BAB III
METODOLOGI KAJIAN

A. Desain Kajian
Penyusunan kajian ini merupakan upaya untuk menjawab tantangan kapasitas pamong
kalurahan di DIY. Berangkat dari latar belakang sebagaimana paparan di atas, kajian ini
mengajukan kerangka kerja sebagai berikut:

Gambar 3.1. Skema Kajian Panduan

42
Penjelasan tentang desain kajian sebagai berikut:
1. Kajian ini dimulai dengan melakukan pembacaan terhadap desa dalam konteks
pengaturan berdasarkan UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa dan irisannya dengan UU
No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Kedua peraturan perundangan
tersebut menjadi landasan hukum yang menentukan pengaturan tentang desa di DIY.

2. Berdasarkan UU Desa dan UU Keistimewaan tersebut maka selanjutnya, kajian


ini memetakan kedudukan dan kewenangan desa di bawah rezim pengaturan kedua
peraturan perundangan tersebut. Pemetaan kedudukan dalam konteks kedua regulasi
tersebut akan bermanfaat untuk memahami posisi desa atau kalurahan sebagai sebutan
desa di DIY. Sedangkan pemetaan kewenangan diperlukan untuk menakar
kewenangan desa-desa di DIY. Pembacaan terhadap kedudukan dan kewenangan
terhadap desa berdasar UU Desa dan UU Keistimewaan juga dilakukan terhadap
produk regulasi operasional kedua peraturan perundangan tersebut.

3. Berdasar pemetaan kedudukan desa/kalurahan, berikutnya dilakukan pemetaan


kedudukan kewenangan, tugas, dan fungsi pamong desa/kalurahan berdasarkan kedua
regulasi tersebut. Kedudukan pamong desa di DIY membawa konsekuensi pengertian
pamong desa diperluas. Pamong tidak hanya terbatas pada perangkat desa/kalurahan,
namun juga menjangkau kepala desa/lurah serta Badan Permusyawaratan
Desa/Kalurahan. Konstruksi definisi pamong yang diperluas ini sebagai konsekuensi
historis-sosiologis di DIY yakni susunan asli pemerintahan desa di DIY sebagai
bagian dari struktur pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
Kadipaten Pakualaman. Pamong kalurahan dikonstruksi bukan hanya menjadi
birokrasi lokal namun merupakan local leader di masyarakatnya.
Konstruksi kedudukan pamong demikian, membawa konsekuensi kewenangan,
tugas, dan fungsi pamong di DIY diatur secara khusus, terutama adanya kewenangan
penugasan urusan keistimewaan. Selain kedudukan pamong diatur secara generik
sebagaimana diatur dalam UU Desa, setidaknya terdapat empat kewenangan urusan
keistimewaan yang diampu oleh desa di DIY yakni: urusan pertanahan, tata ruang,
kelembagaan, dan kebudayaan. Dengan pengaturan semacam itu rumusan tugas dan
fungsi pamong kalurahan di DIY bertambah dengan adanya urusan keistimewaan.

43
4. Berdasarkan rumusan kewenangan, tugas, dan fungsi pamong desa/kalurahan
yang khas di DIY dibutuhkan standar kompetensi pamong yang menjangkau:
kompetensi sosio kultural, kompetensi manajerial dan kompetensi teknikal. Ketiga
jenis kompetensi ini, merupakan kompetensi baku (default) sebagaimana digunakan
dalam berbagai manajemen SDM tentang penyelenggara negara, termasuk Aparatur
Sipil Negara (ASN). Namun demikian, adaptasi terhadap masing-masing jenis
kompetensi ini, membutuhkan kontekstualisasi sesuai dengan kondisi
sosio-kultural-historis desa/kalurahan di DIY. Oleh karena itu, proses adaptasi
jenis-jenis kecakapan tersebut dilakukan dengan melokalkan norma-norma pengaturan
tentang kecakapan pamong untuk konteks desa-desa di DIY.

5. Standar kompetensi yang ditetapkan memuat tuntutan kecakapan pamong


desa/kalurahan yang memuat pelaksanaan kewenangan, tugas dan fungsi yang telah
dirumuskan. Disamping itu standar kompetensi yang dirumuskan juga
mempertimbangkan: menjawab kepentingan lokal (bersifat kontekstual) dan
menjawab kebutuhan masa depan dalam menghadirkan pamong kalurahan yang
berorientasi pada pelayanan, cakap, adaptif terhadap perubahan (agile), serta berbasis
nilai-nilai kearifan lokal. Standar kompetensi dirumuskan dengan melakukan analisis
jabatan dan membuat kamus jabatan untuk masing-masing unsur pamong yakni:
Lurah, Perangkat Kalurahan, serta Badan Permusyawaratan Kalurahan (Bamuskal).

6. Setelah merumuskan standar kompetensi pamong kalurahan, kajian ini juga


menjangkau tentang rumusan kebutuhan peningkatan kapasitas pamong kalurahan.
Output dari sub aktivitas dalam kajian ini adalah adanya desain peningkatan kapasitas
pamong kalurahan. Desain tersebut memuat jenis dan ragam aktivitas peningkatan
kapasitas pamong kalurahan (pelatihan, workshop, bimbingan teknis, dan sebagainya),
beserta kombinasi metode yang digunakan, dan pelembagaan hasil-hasil program
peningkatan kapasitas pamong kalurahan.

7. Selain itu, kajian ini juga didorong menjangkau untuk menyusun rumusan
kebijakan tentang profiling pamong kalurahan. Profiling pamong kalurahan
merupakan pemetaan terhadap kondisi obyektif pamong kalurahan yang
diorientasikan sebagai dasar pengambilan kebijakan pemerintah kalurahan dalam:
merancang kebutuhan peningkatan kapasitas pamong kalurahan, meningkatkan

44
kinerja pamong kalurahan, serta penataan organisasi pemerintah kalurahan melalui
manajemen pamong kalurahan (misal untuk rotasi jabatan, mutasi, promosi dan
sebagainya).

B. Kerangka Operasional Kajian


Tujuan kajian ini adalah untuk merumuskan pengembangan kompetensi pamong
kalurahan dengan tiga strategi pengembangan yaitu penyusunan standar kompetensi,
pemetaan kebutuhan pelatihan, dan penyusunan materi profiling dan penilaian
kompetensi. Kerangka operasional pada masing-masing strategi akan dipaparkan pada
penjelasan dibawah ini:
Penyusunan Standar Kompetensi
Secara teori, kompetensi merupakan kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa
membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam
suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan
(Boyatzis, 2008). Kompetensi sebagai suatu konsep, meliputi karakteristik seseorang
yang mencakup keterampilan, pendidikan, latihan dan pengalaman, yang dapat
mempengaruhi proses berpikir, bertingkah laku, berinteraksi dengan orang lain dalam
rangka pelaksanaan tugas jabatannya (Rohmadin & Batubara, 2019). Selain itu
kompetensi dapat berfungsi sebagai dasar dalam melakukan analisis jabatan seseorang.
Kesesuaian analisis jabatan dan kompetensi yang dimiliki seorang pegawai, akan sangat
menentukan keberhasilan dan menduduki dan melaksanakan tugas jabatannya. Adanya
standarisasi kompetensi diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pemberian
peningkatan kapasitas. Standar ini namun tidak bisa digunakan untuk mutasi, rotasi, dan
pemberhentian tugas.
Temuan LAN menunjukkan bahwa penetapan standar kompetensi dan
pengukuran kompetensi menjadi salah satu cara menuju tersedianya kapasitas dan
kompetensi SDM pemerintah yang sesuai dengan jabatannya (Sumanti, 2018). Kajian
ini meminjam kategorisasi kompetensi dari UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN pada
pasal 69 ayat 3 yang membagi kompetensi menjadi tiga yaitu:
1. Kompetensi teknis, yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan,
pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.
2. Kompetensi manajerial, yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural
atau manajemen dan pengalaman kepemimpianan.

45
3. Kompetensi sosial kultural, yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki
wawasan kebangsaan.
Kajian ini mengadopsi tiga kategorisasi kompetensi dari UU No. 5 tahun 2014
tentang ASN tersebut dengan melakukan penyesuaian berdasarkan UU No.6 tahun
2014 yang mengatur kewenangan, kedudukan, tugas dan fungsi perangkat desa serta
menambahkan konteks lokal Yogyakarta dengan pertimbangan UU Keistimewaan dan
konteks khusus Pamong Kalurahan dan peraturan-peraturan turunannya. Perumusan
standar kompetensi akan diuraikan berdasarkan jabatan sesuai struktur organisasi
Pamong Kalurahan yang ada pada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 25 Tahun 2019 meliputi: Lurah, Carik, Kaur (Tata Laksana, Danarta,
Pangripta), Kasi (Jagabaya, Ulu-ulu, Kamituwa), dan Pelaksana Kewilayahan
(Dukuh), serta Badan Musyawarah Kalurahan (Bamuskal).

Pemetaan Kebutuhan Pelatihan


Standar kompetsi jabatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya
dapat digunakan untuk pengadaan pegawai, pengangkatan dalam jabatan, promosi
jabatan, perpindahan antar jabatan, pengembangan karier serta penghargaan untuk
para pamong kalurahan. Kajian ini juga mengidentifikasi kebutuhan dan desain
peningkatan kapasitas pamong kalurahan. Sebab SDM yang telah diperoleh melalui
seleksi memerlukan pengembangan sampai pada taraf tertentu sesuai dengan
kemampuannya dan kepentingan organisasi (Rohmadin & Batubara, 2019).
Pengembangan SDM ini dapat dilaksanakan dengan mendesain peningkatan kapasitas
yang sesuai kebutuhan melalui program pendidikan dan pelatihan yang
bersinambungan.
Praktik di lapangan saat ini, menurut paparan Kemendagri dalam FGD yang
diselenggarakan oleh Biro Tata Pemerintahan DIY tanggal 25 September 2023,
pengembangan kapasitas aparatur Desa sudah banyak pihak yang terlibat, namun
belum terintegrasi dan terarah dalam memenuhi standar kompetensi aparatur Desa.
Padahal pengembangan kapasitas sumber daya manusia merupakan salah satu strategi
untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan desa yang baik. Hal ini dapat ditempuh
melalui peningkatan pengetahuan dan wawasan, keterampilan dan keahlian,
pembetukan sikap perilaku penyelenggaraan pemerintahan desa dan dilakukan melalui
pelatihan, bimbingan teknis, kursus, seminar, pendampingan. Oleh sebab itu perlu

46
pengembangan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan, misal dalam konteks DIY
pengembangan kapasitas pamong kalurahan tidak bisa meninggalkan ranah
keistimewaan.
Untuk memetakan kebutuhan peningkatan kapasitas, sebaiknya dilakukan analisis
kebutuhan peningkatan kapasitas terlebih dahulu. Hal inin dilakukan mengingat
kebutuhan kapasitas tiap pamong kelurahan tidaklah sama. Analisis kebutuhan
peningkatan kapasitas merupakan salah satu proses dalam rangka mencari gap
kompetensi pada suatu jabatan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi
jabatannya, yang kemudian dibandingkan dengan kompetensi pamong yang
bersangkutan (Prasetyo, 2019). Untuk mencapai tujuan pengembangan kualitas
pamong kalurahan, sebelum melakukan peningkatan kapasitas, organisasi pengampu
harus menentukan terlebih dulu kebutuhan peningkatan kapasitas (Training Need
Analysis).
Training need analysis (TNA) dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
efektivitas training. Penilaian efektivitas training, tidak hanya dilihat dari output,
tetapi outcome, yaitu peningkatan kinerja karyawan. Tanpa menentukan kebutuhan
training, organisasi tidak dapat menjamin bahwa training akan memberikan hasil
sesuai dengan tujuan (Prasetyo, 2019). Hasil yang diharapkan adalah menghasilkan
telaah kebutuhan peningkatan kapasitas yang disesuaikan dengan kondisi terbaru
organisasi dalam rangka memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.
Pengembangan kapasitas yang baik akan mengacu pada standar kompetensi yang
telah ditentukan sebelumnya. Oleh sebab itu, menu-menu pengembangan kapasitas
akan lebih mengacu pada daftar standar kompetensi pada masing-masing jabatan.

Penyusunan Materi Profiling Dan Penilaian Kompetensi


Kegiatan ketiga yaitu penyusunan materi profiling merupakan bagian dari proses
pencatatan dan pemetaan SDM yang menghasilkan berbagai informasi tentang
pegawai yang dilengkapi dengan data dan informasi yang lengkap mengenai SDM
tersebut (Kemenkeu, 2013). Profiling dapat sebagai dasar untuk memelihara,
memperkuat, mengembangkan potensi dan kompetensi SDM. Dalam kajian ini
profiling merupakan perangkat untuk memetakan kapasitas dan kondisi objektif
pamong kalurahan. Profiling ini dapat diorientasikan untuk menjawab beberapa
kebutuhan sekaligus yaitu untuk membuat perencanaan pengembangan kapasitas

47
pamong kalurahan; meningkatkan kinerja pamong kalurahan; serta kebutuhan
penataan organisasi pemerintahan kalurahan.
Penilaian Kompetensi dilakukan untuk mengetahui profil kompetensi pamong
kalurahan guna memperoleh gambaran kompetensi umum, teknis, managerial,
sosiokultural, dan kompetensi terkait keistimewaan. Nilai yag diperoleh berdasarkan
pemberian rating pada skala yang telah disiapkan dapat menggambarkan kompetensi
yang berhasil dimiliki oleh pamong yang ditunjukkan/ditampilkan dalam bentuk
perilaku kerja yang nyata, yang dapat diobservasi dan perilaku tersebut dapat
dikembangkan. Perilaku kerja dimaksud adalah perilaku kerja yang relevan dengan
kompetensi yang dinilai, untuk dibandingkan dengan standar kompetensi yang
dipersyaratkan pada jabatan tertentu (Kementerian PUPR, 2022).

C. Rancangan Pengumpulan Data


Data kajian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikoleksi
sebagai data pokok yang berbentuk catatan lapangan yang didapat melalui FGD dan
wawancara mendalam baik secara luring maupun daring. FGD dilakukan dua putaran
sepanjang pelaksanaan kajian ini. FGD pertama dilakukan untuk mendapatkan gambaran
kondisi eksisting terkait masalah, tantangan, potensi, isu dan agenda strategis secara
cepat terkait topik kajian. FGD juga dilakukan secara daring untuk memudahkan
menjaring pemangku kepentingan dari berbagai lokasi secara bersama-sama. Sedangkan
FGD putaran kedua dimaksudkan untuk mengkonfirmasi dan memvalidasi hasil
sementara kajian yang diekspos pada FGD kedua.
Wawancara mendalam dilakukan kepada sejumlah key informan yang terkait dengan
tema kajian baik unsur baik pamong kalurahan, pemerintah kabupaten melaui Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, serta unsur Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
melalui lembaga Pawiyatan. Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali informasi
dan data lebih jauh sekaligus untuk menggali pendapat/gagasan key informan terkait isu
terkait kapasitas pamong kalurahan. Wawancara mendalam dilakukan dengan mengikuti
panduan wawancara yang memuat daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
Selain itu, secara teknis wawancara mendalam dilakukan secara daring untuk
memudahkan secara teknis. Penetapan key informan merupakan hasil pengembangan dari
FGD pertama sebagai berikut ini:

48
Tabel 3.1. Key Informan

Unsur

Pamong Kalurahan Pemerintah Supra Kraton


Kalurahan Yogyakarta

Lurah pada kalurahan di 4 Dinas Pemberdayaan Pawiyatan Kraton


Kabupaten di DIY Masyarakat dan Kalurahan di Yogyakarta
Kabupaten:
Perangkat Kalurahan pada -Bantul
kalurahan di 4 Kabupaten di - KulonProgo
DIY yang terdiri dari: - Sleman
1. Carik, - Gunungkidul
2. Kepala Urusan
(danarta, pangripta,
tatalaksana)
3. Kepala Seksi
(jagabaya, ulu-ulu,
Dukuh)

BPD pada kalurahan di 4


Kabupaten di DIY

Sedangkan dokumentasi data sekunder dilakukan untuk memudahkan saat nantinya


digunakan untuk memperkuat data-data primer maupun memperkuat studi literatur. Data
sekunder dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dengan menggunakan sumber berupa
dokumen-dokumen tertulis. Dokumen tertulis yang dicari berupa data artikel media,
publikasi resmi pemerintah (termasuk data statistikal), dokumen kebijakan (regulasi dan
peraturan perundangan terkait), serta studi terdahulu (termasuk jurnal ilmiah) terkait
gambaran kapasitas pamong kalurahan di DIY.

D. Analisis Data
Secara prosedural teknik analisis data pada studi kasus dimulai dari melakukan
pengagregasian, menjadi kelompok data yang dapat dikelola. Agregasi merupakan
proses mengabstraksikan berbagai temuan yang berkarakter khusus menjadi hal yang
umum guna menemukan pola umum data. Tahap selanjutnya adalah pengorganisasian
atau pengklasifikasian data. Pengorganisasian data dapat dilakukan dengan membuat
time line secara kronologis, kategorikal atau diorganisasikan dalam tipologi-tipologi
tertentu bergantung pada hasil temuan di lapangan. Analisis data dilakukan sepanjang

49
pelaksanaan kajian, sejak peneliti masih berada lapangan, manakala pengumpulan data
selesai dilakukan dan setelah selesai dari proses penarikan data di lapangan.
Setelah rangkaian proses tersebut dilakukan tahapan analisis menginjak pada proses
verifikasi data dengan melakukan perbaikan dan pembaharuan data. Hal ini dilakukan
untuk memastikan kecukupan data dalam melakukan interpretasi. Ini akan membantu
untuk mengecek apakah data yang ada telah mencukupi atau masih perlu dilengkapi.
Dalam interpretasi juga diperlukan cross checking seperti dengan mengkonfrontir data
ataupun mengeceknya pada argumentasi empiris tertentu yang terbangun bertahap sejak
tahap pengumpulan data. Pada dasarnya, proses koreksi data ini secara berkelanjutan
telah berlangsung sejak tahap pengumpulan sampai proses analisis final/penarikan
simpulan (lihat Miles dan Hubermen, 1995: 73-74). Ringkasnya, meskipun semua data
telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan untuk penguatan
(reinforcement) terhadap klasifikasi yang telah ditemukan melalui temuan atau data baru.
Selanjutnya, penarikan simpulan dapat dilakukan terhadap data-data yang telah
terverifikasi dengan menarik suatu hubungan tertentu di dalamnya yang logis. Penarikan
simpulan bisa didasarkan pada analisis kausalitas untuk menemukan hubungan sebab
akibat, analisis deskriptif untuk memberikan gambaran yang utuh terhadap persoalan,
analisis komponensial untuk melihat kekontrasan antar elemen data, analisis untuk
menemukan benang merah antara data, sampai dengan menemukan hubungan konseptual
terhadap data.

Gambar 3. 2. Teknik Analisis Data

50
E. Tata Kala Kajian
Sedangkan timeline pelaksanaan kajian dapat dicermati dari tabel berikut ini;

Tabel 3.2. Timeline Kajian

September 2023 Oktober 2023 November 2023 Desember 2023


Minggu 2-3: Desk Minggu 1-3: Minggu 1-2: Minggu 1:
study & penyiapan wawancara Analisis dan Hasil FGD Ekspos dan
instrumen FGD & penyempurnaan
wawancara hasil kajian
Minggu 4: FGD 1 Minggu 4: Minggu 3 & 4:
dan persiapan Pengolahan Data Diskusi Konsolidasi
pencarian data Hasil Kajian dan
primer penulisan hasil
(wawancara) kajian

51
BAB IV
STANDAR KOMPETENSI JABATAN
PAMONG KALURAHAN

A. Standar Kompetensi Jabatan


Reformasi birokrasi pemerintah kalurahan yang sedang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi DIY mensyaratkan adanya penataan dan penguatan sumber daya
pamong, salah satunya melaui standar kompetensi jabatan. Pentingnya perumusan
standar kompetensi Pamong Kalurahan ini tidak hanya dirasakan oleh Biro Tata
Pemerintahan sebagai organisasi supra desa yang menaungi seluruh kalurahan di DIY.
Hasil kajian ini menemukan bahwa informan baik lurah maupun pamong lain
membutuhkan adanya standar kompetensi jabatan. Kebutuhan ini muncul berkaitan
dengan pemenuhan tuntutan kewenangan baik kewenangan asli maupun kewenangan
yang dilimpahkan kepada kalurahan. Kewenangan kalurahan yang cukup luas, kemudian
adanya anggaran dan belanja desa yang harus berfokus pada pembangunan di kalurahan
untuk peningkatan kesejahteraan maryarakat, serta banyaknya regulasi yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pemerintahan desa menuntut pemenuhan kapasitas.
Para pamong kalurahan membutuhkan kompetensi yang terstandar sebab adanya
kepemilikan latar belakang yang berbeda-beda, baik berasal dari latar belakang
pendidikan, kemampuan dasar, maupun kecakapan kompetensi bidang masing-masing
pamong. Padahal tuntutan kewenangan tersebut memiliki acuan baku yang telah diatur
melalui regulasi maupun aturan yang mengikat untuk mencapai derajat keberhasilan
sebuah program dan kegiatan yang berbasis di kalurahan.
Secara teori, kompetensi merupakan kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa
membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam
suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan
(Boyatzis, 2008). Kompetensi sebagai suatu konsep, meliputi karakteristik seseorang
yang meliputi keterampilan, pendidikan, latihan dan pengalaman, yang kesemuanya itu
dapat mengarahkannya dalam berpikir, bertingkah laku, berinteraksi dengan orang lain
dalam rangka pelaksanaan tugas jabatannya (Rohmadin & Batubara, 2019). Selain itu
kompetensi dapat berfungsi sebagai dasar dalam melakukan analisis jabatan seseorang.
Kesesuaian analisis jabatan dan kompetensi yang dimiliki seorang pegawai, akan sangat
menentukan keberhasilan dan menduduki dan melaksanakan tugas jabatannya. Adanya
standarisasi kompetensi diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pemberian

52
peningkatan kapasitas. Standar ini namun tidak bisa digunakan untuk mutasi, rotasi, dan
pemberhentian tugas.
Temuan LAN menunjukkan bahwa penetapan standar kompetensi dan pengukuran
kompetensi menjadi salah satu cara menuju tersedianya kapasitas dan kompetensi SDM
pamong pemerintah yang sesuai dengan jabatannya (Sumanti, 2018). Kajian ini
meminjam kategorisasi kompetensi dari UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN pada pasal
69 ayat 3 yang membagi kompetensi menjadi tiga yaitu:
1. Kompetensi teknis, yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan
teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.
2. Kompetensi manajerial, yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau
manajemen dan pengalaman kepemimpianan.
3. Kompetensi sosial kultural, yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan
kebangsaan.
Kajian ini mengadopsi tiga kategorisasi kompetensi dari UU No. 5 tahun 2014 tentang
ASN tersebut dengan melakukan penyesuaian berdasarkan konteks lokal Yogyakarta
dengan pertimbangan UU Keistimewaan dan konteks khusus Pamong Kalurahan.
Perumusan standar kompetensi akan diuraikan berdasarkan jabatan sesuai struktur
organisasi Pamong Kalurahan yang ada pada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 25 Tahun 2019 meliputi: Lurah, Carik, Kaur (Tata Laksana, Danarta,
Pangripta), Kasi (Jagabaya, Ulu-ulu, Kamituwa), dan Pelaksana Kewilayahan (Dukuh),
serta Badan Musyawarah Kalurahan (Bamuskal). Sementara itu, proses penamaan,
pengkodean, serta pemberian definisi dan indikator kompetensi pada kajian ini
mengadaptasi konsep yang digunakan pada Kamus Kompetensi Jabatan Kementerian
Agama Republik Indonesia Tahun 2015, Kamus Kompetensi Jabatan Kementerian
Koperasi & Usaha Kecil Menengah Tahun 2016, dan Kamus Kompetensi Jabatan
Kementerian Agraria & Tata Ruang Tahun 2019.
Berikut ini rumusan standar kompetensi jabatan Pamong Kalurahan:

STANDAR KOMPETENSI JABATAN PAMONG KALURAHAN


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Standar Kompetensi Jabatan Lurah

I. Ikhtisar Jabatan

53
Ikhtisar Jabatan Lurah: Memimpin penyelenggaraan pemerintah kalurahan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pelaksanaan urusan
keistimewaan yang ditugaskan oleh Pemerintah Daerah
DIY.

II. Ringkasan Tugas Jabatan & Kompetensi Terkait

Ringkasan Tugas Jabatan Kompetensi

Memimpin penyelenggaraan 1. Kepemimpinan (KP)


pemerintahan kalurahan 2. Pengembangan diri dan orang lain (PDO)
3. Kerjasama (KS)
4. Pengambilan Keputusan (PK)
5. Pengelolaan konflik (KO)

Melaksanakan tata praja 1. Pengetahuan produk hukum serta peraturan


pemerintahan perundang-undangan regional dan nasional (HK)
2. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
(SP)

Melaksanakan tugas 1. Berpikir Analisis (BA)


pembangunan 2. Berpikir konseptual (BK)
3. Perencanaan & Pengorganisasian (PP)
4. Pengambilan keputusan (PK)

Melaksanakan penugasan 1. Pengetahuan produk hukum serta peraturan


urusan keistimewaan perundang-undangan regional dan nasional (HK)
2. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
(SP)

Membuat peraturan/produk 1. Pengetahuan produk hukum serta peraturan


hukum di tingkat kalurahan perundang-undangan regional dan nasional (HK)
2. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
(SP)
3. Penyusunan produk hukum serta peraturan (PR)

Mengurus pengadaan, 1. Berpikir Analisis (BA)


pengelolaan, dan 2. Berpikir Inovatif (BI)
pengembangan keuangan, 3. Berpikir Wirausaha (BW)
aset desa, serta sumber 4. Perencanaan dan pengorganisasian (PP)
pendapatan desa 5. Pengambilan keputusan (PK)

Menyusun rancangan 1. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja


Peraturan Kalurahan tentang (SP)
Susunan Organisasi dan Tata 2. Manajemen kepegawaian dan sumber daya
Kerja Pemerintah Kalurahan manusia (SDM)

Menyusun laporan 1. Pemantauan dan evaluasi (PE)


penyelenggaraan 2. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan

54
pemerintahan kalurahan kegiatan (LKK)
3. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)

Menyampaikan laporan 1. Komunikasi efektif (KE)


penyelenggaraan 2. Teknik presentasi (TK)
pemerintahan kalurahan
kepada Bupati/Walikota,
Badan Permusyawaratan
Kalurahan, dan Masyarakat

Mewakili Desa di dalam dan 1. Komunikasi efektif (KE)


di luar pengadilan atau 2. Pengelolaan forum (PF)
menunjuk kuasa hukum 3. Pengetahuan produk hukum serta peraturan
untuk mewakilinya sesuai perundang-undangan regional dan nasional (HK)
dengan ketentuan peraturan 4. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
perundang-undangan (SP)

Melakukan pembinaan dan 1. Komunikasi efektif (KE)


pemberdayaan masyarakat 2. Kemampuan bahasa daerah (BD)
3. Pengetahuan budaya daerah (BUD)
4. Berpikir analisis (BA)
5. Berpikir inovatif (BI)
6. Pemberdayaan masyarakat (PM)

Mengembangkan kehidupan 1. Komunikasi efektif (KE)


sosial budaya masyarakat 2. Kemampuan bahasa daerah (BD)
Desa 3. Pengetahuan budaya daerah (BUD)
4. Berpikir analisis (BA)
5. Berpikir inovatif (BI)

Menjaga hubungan kemitraan 1. Komunikasi efektif (BA)


dengan lembaga masyarakat 2. Manajemen relasi (MR)
dan lembaga lainnya

III. Standar Kompetensi Jabatan

Kompetensi Kode Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Umum

Integritas I Sikap individu yang ● Memiliki sikap


mempriotitaskan menjunjung tinggi
profesionalitas, profesionalitas kerja
kejujuran, keadilan, dan ● Mampu menyampaikan
ketaatan akan peraturan, informasi sesuai dengan
norma, dan etika kerja kondisi faktual
yang berlaku di wilayah ● Mampu melaksanakan
desa. tugas dengan penuh
keterbukaan dan
transparansi
● Mampu melaksanakan

55
tugas secara netral
dengan memprioritaskan
keadilan bagi semua
pihak
● Menghormati kesetaraan
● Mampu menaati
peraturan, norma, dan
etika kerja sesuai dengan
regulasi atau kesepakatan
yang telah disetujui di
wilayah desa

Berorientasi pada BP Sikap individu yang ● Memiliki visi akan


pelayanan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat
kepentingan masyarakat desa
dan kualitas pelayanan ● Memprioritaskan
publik di atas kepentingan publik di
kepentingan pribadi atas kepentingan pribadi
atau kelompok atau kelompok tertentu
● Melakukan tugas dengan
semangat pelayanan
kepada masyarakat desa

B. Teknikal

Pengetahuan produk HK Pengetahuan akan ● Mengetahui hukum dan


hukum serta produk hukum serta peraturan
peraturan peraturan perundang-undangan
perundang-undangan perundang-undangan yang berlaku, khususnya
regional dan nasional yang mengatur tentang yang mengatur
pelaksanaan pemerintahan desa
pemerintahan desa, baik ● Memahami intepretasi
secara langsung maupun hukum dan peraturan
tidak langsung, dan perundang-undangan
berlaku secara regional yang berlaku, khususnya
maupun nasional. yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami implementasi
hukum dan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya
yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami rencana
penyelesaian masalah
berdasarkan hukum dan
peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya
yang mengatur

56
pemerintahan desa

Pengetahuan sistem, SP Pengetahuan akan ● Mengetahui sistem,


prosedur, dan tata sistem, prosedur dan prosedur, dan tata cara
cara kerja tata cara kerja dalam kerja yang berlaku dalam
pelaksaan pemerintahan proses operasional desa
desa, baik yang ● Memahami implementasi
mengatur pelaksanaan sistem, prosedur, dan tata
pemerintahan secara cara kerja yang berlaku
internal maupun yang dalam pelaksanaan
berkaitan dengan penugasan desa
supradesa dan lembaga ● Memahami standar
lain, menurut peraturan pelaksanaan sistem,
yang berlaku. prosedur, dan tata cara
kerja yang berlaku dalam
proses operasional desa
● Memahami mekanisme
penggunaan alat atau
media pendukung guna
mengimplementasikan
sistem, prosedur, dan tata
cara kerja yang berlaku
dalam pelaksanaan
penugasan desa

Penyusunan produk PR Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


hukum serta menyusun produk penyusunan produk
peraturan hukum serta peraturan hukum serta peraturan
yang akan mengatur sesuai regulasi yang
pelaksanaan berlaku, khususnya yang
pemerintahan serta mengatur pemerintahan
kehidupan desa
kemasyarakatan di ● Mengetahui pihak-pihak
tingkat desa. yang terlibat dalam
penyusunan produk
hukum serta peraturan
sesuai regulasi yang
berlaku, khususnya yang
mengatur pemerintahan
desa
● Memiliki kemampuan
untuk menyusun dan/atau
mengembangkan produk
hukum serta peraturan
guna menyelesaikan
permasalahan di
lingkungan desa

Penyusunan laporan LKK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


kinerja dan dapat menyusun laporan dan prosedur penyusunan

57
pelaksanaan kegiatan kinerja dan pelaksanaan laporan kinerja dan
kegiatan secara pelaksanaan kegiatan,
sistematis, terarah, dan khususnya yang
terstruktur sesuai berkaitan dengan
dengan peraturan yang operasional desa
berlaku. ● Mampu mengoperasikan
perangkat dan aplikasi
digital yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan
kinerja dan pelaksanaan
kegiatan
● Mampu menuliskan
informasi serta data-data
dalam laporan kinerja
dan pelaksanaan kegiatan
secara efektif, rinci, dan
terstruktur dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan

Penggunaan AD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


perangkat dan menggunakan perangkat operasi perangkat dan
aplikasi digital dan aplikasi digital aplikasi digital,
secara efektif, efisien, khususnya yang
dan tepat guna untuk berkaitan dengan
menyelesaikan tugas operasional desa
sesuai dengan peraturan ● Mampu mengoperasikan
yang berlaku. perangkat dan aplikasi
digital secara efektif dan
efisien guna mendukung
penyelesaian penugasan
desa
● Mampu melakukan
trouble-shooting dasar
guna saat menghadapi
gangguan perangkat
maupun aplikasi

C. Teknikal Keistimewaan

Pengelolaan tanah TK Kemampuan untuk ● Mengetahui regulasi


kasultanan mengawasi, mengelola, serta peraturan
dan memanfaatkan perundang-undangan
tanah kasultanan di yang mengatur
wilayah desa guna penggunaan dan
mendukung pemanfaatan Tanah
kesejahteraan Kasultanan
masyarakat desa sesuai ● Mengetahui mekanisme
dengan peraturan yang penggunaan dan
berlaku pemanfaatan Tanah

58
Kasultanan
● Mampu mengawasi
penggunaan dan
pemanfaatan Tanah
Kasultanan di wilayah
desa
● Mampu menyusun
strategi penyelesaian
masalah yang berkaitan
dengan isu penggunaan
dan pemanfaatan Tanah
Kasultanan di wilayah
desa

Pelestarian GY Keterampilan untuk ● Mengetahui


kebudayaan memelihara, aturan-aturan baku
Yogyakarta melestarikan, dan terkait kebudayaan
mengembangkan nilai, Yogyakarta
norma, tradisi, dan adat ● Memahami nilai, norma,
istiadat sebagai hasil dan regulasi terkait
olah cipta, rasa, karsa, kebudayaan Yogyakarta
serta karya yang ● Mampu menyusun
mengakar pada strategi guna
masyarakat memanfaatkan,
memelihara,
melestarikan, dan
mengembangkan
kebudayaan Yogyakarta,
khususnya di wilayah
desa
● Mampu mendorong
motivasi dan semangat
masyarakat untuk
memanfaatkan,
memelihara,
melestarikan, dan
mengembangkan
kebudayaan Yogyakarta,
khususnya di wilayah
desa

D. Managerial

Kepemimpinan KP Keterampilan untuk ● Mampu melakukan


dapat meyakinkan, tindakan persuasif guna
mengelola, mengarahkan kelompok
mempengaruhi, dan individu dan masyarakat
mendorong orang lain ● Mampu meyakinkan
untuk mencapai tujuan kelompok individu dan
bersama. masyarakat akan ide dan

59
gagasan yang
dikemukakan
● Mampu mengkoordinir
pembagian kerja sesuai
dengan kesesuaian kerja
dan indikator kinerja
● Mampu menyelaraskan
kondisi sumber daya dan
lingkungan untuk
mewujudkan ekosistem
yang kondusif dan positif

Pengembangan diri PDO Keterampilan untuk ● Mampu menganalisis


dan orang lain dapat menganalisis kelebihan dan
kemampuan diri dan kekurangan diri sendiri
orang lain serta serta orang lain secara
melakukan upaya guna objektif
mendorong peningkatan ● Mampu mengidentifikasi
kapasitas diri dan orang kebutuhan
lain. pengembangan diri untuk
peningkatan diri sendiri
dan orang lain
● Mampu memberikan
motivasi kepada orang
lain untuk
mengembangkan
kapasitas diri
● Mampu memberikan
umpan balik kepada
orang lain

Kerjasama KS Sikap dan keterampilan ● Mampu menunjukkan


untuk dapat menjunjung sikap dan perilaku
tinggi keputusan menghargai perbedaan
bersama dan melibatkan pendapat
partisipasi pihak lain ● Mampu menunjukkan
dan upaya penyelesaian sikap dan perilaku
tugas. menerima masukan
maupun kritik secara
positif
● Mampu menunjukkan
sikap dan perilaku
menjunjung tinggi
keputusan kelompok dan
hasil musyawarah
bersama
● Mampu bersinergi
dengan pihak lain guna
mencapai tujuan bersama

60
Pengambilan PK Kemampuan untuk ● Mampu
keputusan dapat memahami mengintegrasikan
kondisi dan menentukan berbagai ide, sudut
keputusan yang dapat pandang, dan gagasan
menjadi solusi terbaik menjadi satu solusi yang
bagi semua pihak. strategis
● Mampu melihat berbagai
opsi solusi secara
objektif dan
komprehensif dengan
memerhatikan berbagai
kelebihan dan
kekurangan dari
masing-masingg opsi
● Mampu melihat opsi
solusi yang dapat
memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan
mendukung pelaksanaan
program pemerintah desa
● Mampu mengambil
keputusan dengan dasar
pemikiran yang jelas dan
dapat
dipertanggungjawabkan

Pengelolaan konflik KO Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikasi


dapat memahami inti inti permasalahan dan
permasalahan, melihat sumber-sumber
hubungan sebab-akibat permasalahan
dari berbagai informasi ● Mampu memahami
yang diperlukan, serta persoalan dari berbagai
mengembangkan perspektif yang berbeda
alternatif solusi untuk secara objektif
dapat meregulasi ● Mampu memberikan
permasalahan. alternatif penyelesaian
masalahan yang solutif
● Mampu merancang
strategi operasional dari
alternatif penyelesaian
masalah dengan
memanfaatkan sumber
daya yang ada

Manajemen SDM Kemampuan untuk ● Mengetahui metode serta


kepegawaian dan melakukan pengelolaan prosedur perencanaan,
sumber daya manusia sumber daya manusia pengelolaan,
dalam lingkup pengawasan, dan
perangkat desa yang penilaian yang berkaitan
termasuk namun tidak dengan kinerja

61
terbatas pada profesional sumber daya
kemampuan untuk manusia dalam susunan
menilai kinerja SDM, pamong desa
kemampuan untuk ● Mampu melakukan
merencanakan penilaian objektif kepada
peningkatan kualitas sumber daya manusia
SDM, serta kemampuan dalam susunan pamong
untuk dapat mengatur desa dengan berdasarkan
kinerja SDM. instrumen yang berlaku
● Mampu mengarahkan
dan/atau memfasilitasi
sumber daya manusia
dalam susunan pamong
desa dengan kegiatan
pengembangan kapasitas
sesuai dengan
kebutuhannya
masing-masing
● Mampu mengelola
dan/atau
mengembangkan
lingkungan kerja yang
positif dan mendukung
peningkatan kapasitas
sumber daya manusia
dalam susunan pamong
desa

Berpikir Analisis BA Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat mengidentifikasi, situasi dan kondisi yang
mengurai, dan terjadi secara
memahami suatu komprehensif
kondisi secara ● Mampu menganalisis
komprehensif dengan hubungan sebab akibat
berdasarkan informasi, serta keuntungan
asumsi, dan logika yang kelemahan dari situasi
dimiliki. dan kondisi yang terjadi
● Mampu melakukan
pendalaman situasi
dengan berdasarkan
fakta, asumsi, logika, dan
data yang dimiliki

Berpikir Konseptual BK Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat merumuskan situasi dan kondisi yang
suatu rencana dengan terjadi dengan
berdasarkan informasi berdasarkan aturan dasar
yang tersedia. logika (keabsahan dan
konsistensi informasi)
● Mampu melakukan

62
pengintegrasian dan
penyederhanaan
informasi yang
didapatkan dari berbagai
sumber
● Mampu
mengidentifikasikan isu
kunci yang signifikan
dalam situasi yang
kompleks
● Mampu
memformulasikan
konsep, teori, maupun
model yang dapat
digunakan untuk
menyelesaikan
permasalahan

Perencanaan & PP Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikan


Pengorganisasian dapat menyusun dan menganalisis
rencana dan tahapan kebutuhan desa dan
kerja yang strategis masyarakat
serta mengelola sumber ● Mampu menyusun
daya guna mendukung rencana kerja jangka
pelaksanaan rencana pendek maupun jangka
tersebut. panjang untuk menjawab
kebutuhan desa dan
masyarakat
● Mampu menguraian
kebutuhan pelaksanaan
rencana kerja secara rinci
serta menyusun strategi
penerapannya

Berpikir Inovatif BI Kemampuan untuk ● Mampu mengkreasikan


merumuskan ide program, regulasi,
maupun solusi dengan strategi, maupun
strategi yang berbeda mekanisme yang telah
dan lebih optimal dari ada dengan lebih kreatif
yang pernah guna meningkatkan
diaplikasikan efektivitas dan efisiensi
sebelumnya. penerapannya
● Mampu mencetuskan ide
dan gagasan baru untuk
menjadi landasan
perumusan solusi dalam
penyelesaian masalah di
wilayah desa
● Mampu menerapkan pola
pikir kreatif dan inovatif

63
dalam melihat suatu
situasi dan kondisi

Berpikir Wirausaha BW Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikasi


merumuskan ide dan menganalisis potensi
wirausaha dengan wirausaha yang dapat
memanfaatkan sumber dilakukan dengan
daya yang ada guna memanfaatkan sumber
mendapatkan manfaat daya desa
dan keuntungan yang ● Mampu merumuskan
dapat meningkatkan konsep dasar wirausaha
kesejahteraan bersama. yang dapat
dioperasionalkan dengan
memanfaatkan sumber
daya desa
● Mampu menyusun
rencana dan strategi
wirausaha secara rinci
dan sistematis

Pemantauan dan PE Kemampuan untuk ● Mampu melakukan


Evaluasi melakukan observasi penilaian program dan
hasil serta melakukan kinerja secara objektif
penilaian kerja dengan melalui berbagai metode
tujuan mengetahui berbeda
celah, kekurangan, serta ● Mampu mengidentifikasi
kelebihan dari kinerja kelebihan dan
yang telah dilakukan. kekurangan dari objek
yang dinilai secara
objektif
● Mampu memberikan
saran serta arahan untuk
memperbaiki program
serta kinerja yang telah
dilakukan pada
pelaksanaan selanjutnya

Komunikasi efektif KE Keterampilan untuk ● Mampu menyampaikan


mengomunikasikan informasi dengan runtut
informasi secara efektif menggunakan bahasa
dan tepat sehingga yang mudah dimengerti
mampu dipahami oleh ● Mampu menjelaskan
pihak lain. suatu hal kepada pihak
lain tanpa menyinggung,
merendahkan, dan/atau
menyulut permasalahan
● Mampu menyesuaikan
gaya bahasa dan gaya
bicara dengan situasi dan
kondisi serta kelompok

64
audiens
● Mampu membangun
ekosistem komunikasi
yang positif dan
berlangsung secara dua
arah

Teknik presentasi TP Kemampuan untuk ● Mampu menyusun


dapat menyajikan material atau bahan yang
informasi, data, serta dibutuhkan untuk
laporan secara efektif mendukung proses
dan efisien hingga dapat presentasi dengan efektif
dipahami pihak lain dan efisien
dengan baik. ● Mampu menyajikan
informasi, data, dan
laporan dengan
menggunakan berbagai
metode presentasi
dengan menyesuaikan
kebutuhan dan ketentuan
yang berlaku

Pengelolaan forum PF Kemampuan untuk ● Mampu memimpin


dapat mengelola berjalannya forum
individu yang berada dengan memastikan
dalam sebuah forum kondusivitas forum
serta menciptakan iklim ● Mampu mengarahkan
forum yang kondusif diskusi dan interaksi
dan saling menghargai. dalam forum agar tetap
berjalan pada topik yang
telah disepakati dengan
menekankan pada nilai
inklusivitas dan
penghargaan terhadap
semua anggota forum
● Mampu mengarahkan
diskusi untuk mencapai
kemufakatan

Manajemen relasi MR Kemampuan untuk ● Mampu menjalin


mengelola hubungan hubungan positif dan
baik dengan berbagai suportif dengan anggota
pihak dan membentuk internal pamong desa
kerjasama demi ● Mampu menjalin
kepentingan bersama. hubungan positif dan
suportif dengan
masyarakat dan seluruh
lembaga, organisasi,
maupun perkumpulan di
wilayah desa

65
● Mampu menjalin
hubungan positif dan
suportif dengan
supradesa serta
pihak-pihak lain yang
bersinggungan langsung
maupun tidak langsung
dengan desa

E. Sosiokultural

Keterampilan bahasa BD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


daerah dapat menggunakan penggunaan bahasa Jawa
bahasa daerah secara ● Mampu berinteraksi
fasih dengan menggunakan bahasa
menyesuaikan kegiatan, Jawa secara fasih dan
situasi, dan target tepat
audiens. ● Mampu menyesuaikan
penggunaan gaya bahasa
ketika berinteraksi
menggunakan bahasa
Jawa dalam situasi dan
kondisi yang berbeda

Pengetahuan budaya BUD Pengetahuan akan ● Memahami kondisi sosial


daerah sumber daya sosial dan budaya masyarakat
budaya yang menjadi sekitar
bagian dari kehidupan ● Memahami budaya yang
masyarakat. dimiliki masyarakat di
lingkungan sekitar
● Memahami nilai-nilai
dasar dan arti filosofis
yang terkandung dalam
budaya masyarakat
● Mampu melaksanakan
praktik yang berkaitan
dengan budaya
masyarakat

Pengelolaan LB Keterampilan untuk ● Memahami keberagaman


keragaman mengelola keragamanan lingkungan di berbagai
lingkungan budaya lingkungan budaya di wilayah desa
wilayah desa untuk ● Mampu mengidentifikasi
dapat diintegrasikan potensi sumber daya
demi kepentingan lingkungan di berbagai
bersama. wilayah desa
● Mampu memanfaatkan
potensi sumber daya
lingkungan di berbagai
wilayah desa secara

66
optimal guna mendukung
kesejahteraan masyarakat
dengan tetap
memperhatikan prinsip
ekoefisien

Empati sosial ES Sikap individu yang ● Mampu memahami


menghargai keragaman situasi dan perasaan
kondisi masyarakat dan orang lain
memiliki kepekaan akan ● Mampu memahami
isu-isu di masyarakat kondisi orang lain yang
memiliki latar belakang
maupun kebutuhan
berbeda
● Memiliki kepekaan akan
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain
● Mampu mengendalikan
diri dan menunjukkan
perilaku responsif pada
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain

Pemberdayaan PM Keterampilan untuk ● Mengetahui prinsip


masyarakat dapat mengembangkan pemberdayaan
kemandirian masyarakat masyarakat dan
dengan meningkatkan kebijakan yang mengatur
pengetahuan, sikap, proses pemberdayaan
keterampilan, dan masyarakat di wilayah
perilaku masyarakat desa
dalam pengelolaan ● Mampu menyusun
sumber daya guna strategi pemberdayaan
meningkatkan masyarakat dengan
kesejahteraan memanfaatkan sumber
masyarakat daya yang tersedia di
wilayah desa guna
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
● Mampu menyelenggaran
kegiatan yang
mendukung peningkatan
pengetahuan, sikap, dan
keterampilan masyarakat
guna mencapai kondisi
masyarakat mandiri dan
berdaya
● Mampu mengawal dan
membantu masyarakat

67
dalam melaksanakan
strategi pemberdayaan

Standar Kompetensi Jabatan Carik

I. Ikhtisar Jabatan

Ikhtisar Jabatan Carik: Membantu lurah dalam melaksanakan administrasi


pemerintahan desa serta memimpin pelaksanaan urusan
kesekretariatan dan rumah tangga yang dilakukan oleh
Kepala Urusan.

II. Ringkasan Tugas Jabatan & Kompetensi Terkait

Ringkasan Tugas Jabatan Kompetensi

Unsur pimpinan sekretariat 1. Kepemimpinan (KP)


kalurahan yang berada di 2. Pengembangan diri dan orang lain (PDO)
bawah dan bertanggungjawab 3. Kerjasama (KS)
kepada Lurah 4. Pengambilan Keputusan (PK)
5. Pengelolaan konflik (KO)

Melaksanakan tugas dan 1. Manajemen kepegawaian dan sumber daya


kewajiban Kepala Desa manusia (SDM)
apabila Kepala Desa 2. Komunikasi efektif (KE)
diberhentikan sementara 3. Teknik presentasi (TK)
4. Pengetahuan produk hukum serta peraturan
perundang-undangan regional dan nasional (HK)

Melaksanakan urusan 1. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja


administrasi pemerintah (SP)
kalurahan serta penugasan 2. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan
urusan keistimewaan kegiatan (LKK)
3. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)
4. Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan
(AKP)

Melaksanakan umum dan 1. Pengelolaan forum (PF)


urusan ketatausahaan 2. Pengelolaan rumah tangga (PRT)
pemerintah kalurahan serta 3. Pengelolaan sumber data (PSD)
penugasan urusan
keistimewaan

Melaksanakan urusan 1. Manajemen keuangan (MK)


keuangan pemerintah 2. Penyusunan Anggaran (AN)
kalurahan serta penugasan 3. Laporan Keuangan (LK)
urusan keistimewaan 4. Kas dan Perbendaharaan (KBD)
5. Akuntansi (AK)

68
6. Perpajakan (PJK)

Melaksanakan urusan 1. Pemantauan dan evaluasi (PE)


perencanaan dan pelaporan 2. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan
pemerintah kalurahan serta kegiatan (LK)
penugasan urusan 3. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)
keistimewaan 4. Berpikir analisis (BA)
5. Berpikir konseptual (BK)
6. Perencanaan & pengorganisasian (PP)

Memberikan pelayanan 1. Komunikasi efektif (KE)


umum kepada masyarakat 2. Kemampuan bahasa daerah (BD)

III. Standar Kompetensi Jabatan

Kompetensi Kode Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Umum

Integritas I Sikap individu yang ● Memiliki sikap


mempriotitaskan menjunjung tinggi
profesionalitas, profesionalitas kerja
kejujuran, keadilan, dan ● Mampu menyampaikan
ketaatan akan peraturan, informasi sesuai dengan
norma, dan etika kerja kondisi faktual
yang berlaku di wilayah ● Mampu melaksanakan
desa. tugas dengan penuh
keterbukaan dan
transparansi
● Mampu melaksanakan
tugas secara netral
dengan memprioritaskan
keadilan bagi semua
pihak
● Menghormati kesetaraan
● Mampu menaati
peraturan, norma, dan
etika kerja sesuai dengan
regulasi atau kesepakatan
yang telah disetujui di
wilayah desa

Berorientasi pada BP Sikap individu yang ● Memiliki visi akan


pelayanan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat
kepentingan masyarakat desa
dan kualitas pelayanan ● Memprioritaskan
publik di atas kepentingan publik di
kepentingan pribadi atas kepentingan pribadi
atau kelompok atau kelompok tertentu
● Melakukan tugas dengan

69
semangat pelayanan
kepada masyarakat desa

B. Teknikal

Pengetahuan produk HK Pengetahuan akan ● Mengetahui hukum dan


hukum serta produk hukum serta peraturan
peraturan peraturan perundang-undangan
perundang-undangan perundang-undangan yang berlaku, khususnya
regional dan nasional yang mengatur tentang yang mengatur
pelaksanaan pemerintahan desa
pemerintahan desa, baik ● Memahami intepretasi
secara langsung maupun hukum dan peraturan
tidak langsung, dan perundang-undangan
berlaku secara regional yang berlaku, khususnya
maupun nasional. yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami implementasi
hukum dan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya
yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami rencana
penyelesaian masalah
berdasarkan hukum dan
peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya
yang mengatur
pemerintahan desa

Pengetahuan sistem, SP Pengetahuan akan ● Mengetahui sistem,


prosedur, dan tata sistem, prosedur dan prosedur, dan tata cara
cara kerja tata cara kerja dalam kerja yang berlaku dalam
pelaksaan pemerintahan proses operasional desa
desa, baik yang ● Memahami implementasi
mengatur pelaksanaan sistem, prosedur, dan tata
pemerintahan secara cara kerja yang berlaku
internal maupun yang dalam pelaksanaan
berkaitan dengan penugasan desa
supradesa dan lembaga ● Memahami standar
lain, menurut peraturan pelaksanaan sistem,
yang berlaku. prosedur, dan tata cara
kerja yang berlaku dalam
proses operasional desa
● Memahami mekanisme
penggunaan alat atau
media pendukung guna
mengimplementasikan

70
sistem, prosedur, dan tata
cara kerja yang berlaku
dalam pelaksanaan
penugasan desa

Penyusunan laporan LKK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


kinerja dan dapat menyusun laporan dan prosedur penyusunan
pelaksanaan kegiatan kinerja dan pelaksanaan laporan kinerja dan
kegiatan secara pelaksanaan kegiatan,
sistematis, terarah, dan khususnya yang
terstruktur sesuai berkaitan dengan
dengan peraturan yang operasional desa
berlaku. ● Mampu mengoperasikan
perangkat dan aplikasi
digital yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan
kinerja dan pelaksanaan
kegiatan
● Mampu menuliskan
informasi serta data-data
dalam laporan kinerja
dan pelaksanaan kegiatan
secara efektif, rinci, dan
terstruktur dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan

Penggunaan AD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


perangkat dan menggunakan perangkat operasi perangkat dan
aplikasi digital dan aplikasi digital aplikasi digital,
secara efektif, efisien, khususnya yang
dan tepat guna untuk berkaitan dengan
menyelesaikan tugas operasional desa
sesuai dengan peraturan ● Mampu mengoperasikan
yang berlaku. perangkat dan aplikasi
digital secara efektif dan
efisien guna mendukung
penyelesaian penugasan
desa
● Mampu melakukan
trouble-shooting dasar
guna saat menghadapi
gangguan perangkat
maupun aplikasi

Administrasi, AKP Keterampilan dalam ● Mengetahui prosedur


kesekretariatan, dan mengelola, menyusun, administrasi dan
pengarsipan dan memelihara kesekretariatan sesuai
administrasi ketentuan yang berlaku
surat-menyurat, ● Mampu menyusun surat

71
pengarsipan, serta tugas masuk dan surat keluar
kesekretariatan sesuai yang dibutuhkan untuk
peraturan yang berlaku mendukung kegiatan
operasional desa
● Mampu menyusun daftar
periksa arsip dan
memberikan penomoran
arsip secara sistematis
● Mampu mengelola dan
menyimpan surat, arsip,
dan produk administrasi
lain secara teratur sesuai
dengan prinsip
manajemen administrasi

Pengelolaan rumah PRT Keterampilan dalam ● Mengetahui prosedur


tangga mengelola, menyusun, pengelolaan rumah
dan memelihara sarana tangga dan urusan umum
prasarana maupun berdasarkan ketentuan
fasilitas yang berkaitan yang berlaku
dengan kebutuhan ● Mampu melakukan
rumah tangga atau inventarisasi kebutuhan
umum dan diperlukan rumah tangga dan urusan
untuk mendukung umum
aktivitas operasional ● Mampu melakukan
desa dan optimalisasi evaluasi, perbaikan, dan
pelayanan masyarakat perawatan rutin rumah
tangga serta urusan
umum dalam lingkup
desa

Pengelolaan sumber PSD Kemampuan untuk ● Mengetahui teknik


data mengelola, pengelolaan sumber data
mengoperasikan, dan secara manual maupun
memelihara data, baik digital
yang tersedia secara ● Mampu mengoperasikan
manual maupun telah perangkat lunak dan
terkomputerisasi keras yang dipergunakan
untuk melakukan
pengelolaan sumber data
● Mampu melakukan
inventarisasi dan
pengarsipan data secara
sistematis dengan
memberikan pengkodean
sesuai dengan prinsip
manajemen data
● Mampu memindahkan
data secara aman dengan
memastikan tidak ada

72
kebocoran sumber data

Manajemen MK Kemampuan untuk ● Mengetahui ketentuan


keuangan mengelola keuangan pelaksanaan keuangan di
organisasi sesuai dengan tingkat desa sesuai
peraturan dan prosedur ketentuan yang berlaku
pelaksanaan keuangan ● Memahami prinsip
yang berlaku pengelolaan keuangan
yang transparan, efektif,
dan tepat guna
● Mampu mengamati
pelaksanaan keuangan
desa dan menilai
kesesuaiannya dengan
rencana anggaran yang
telah disusun
● Mampu mengevaluasi
pelaksanaan keuangan
desa dan menilai dampak
penggunaannya bagi
kinerja desa

Penyusunan AN Kemampuan untuk ● Mengetahui komponen


anggaran menyusun rencana penyusun anggaran,
anggaran yang capaian realisasi
sistematis dan realistis anggaran, serta prosedur
dengan memerhatikan penyusunan serta
keseimbangan anggaran penggunaan anggaran
organisasi sesuai ketentuan yang
berlaku
● Memahami konsep dasar
penganggaran dana
● Mampu menyusun
rencana anggaran yang
realistis sesuai dengan
rincian program dan
kegiatan yang dapat
dipertanggungjawabkan

Laporan keuangan LK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme,


menyusun laporan prosedur, dan persyaratan
penggunaan anggaran dalam penyusunana
secara sistematis, laporan keuangan sesuai
terarah, dan terstruktur ketentuan yang berlaku
sesuai dengan peraturan ● Mampu menuliskan
yang berlaku rincian transaksi masuk
dan keluar dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan
secara rinci dan

73
sistematis
● Mampu menggunakan
perangkat lunak dan
keras yang dapat
dimanfaatkan untuk
proses penyusunan
laporan keuangan

Kas dan KBD Kemampuan untuk ● Mengetahui prinsip serta


perbendaharaan mengelola dan mekanisme penggunaan
mengendalikan arus kas dan perbendaharaan
penggunaan kas dan sesuai ketentuan yang
pembendaharaan guna berlaku
mendukung pelaksanaan ● Memahami peraturan dan
kegiatan organisasi perhitungan kas serta
dengan memerhatikan perbendaharaan
ketentuan serta rencana ● Mampu melakukan
anggaran yang telah pengelolaan kas dan
disusun perbendaharaan guna
mendukung program dan
kegiatan desa
● Mampu melakukan
penguaraian dan
penyelesaian masalah
yang berkaitan dengan
penggunaan serta
pencatatan kas dan
perbendaharaan

Akuntansi AK Kemampuan untuk ● Mengetahui prinsip dan


melaksanakan proses teknik pencatatan
pencatatan, pendataan, akuntansi
pengelompokan, dan ● Memahami mekanisme
penganalisisan pencatatan transaksi
informasi keuangan masuk dan keluar serta
setiap terjadi transaksi transaksi lain dengan
keuangan dalam lingkup menggunakan prinsip
organisasi akuntansi
● Mampu melakukan
identifikasi,
pengelompokan, serta
penganalisisan transaksi
● Mampu menyusun
neraca keuangan secara
sistematis

Perpajakan PJK Kemampuan untuk ● Mengetahui jenis-jenis


melaksanakan pajak serta peraturan
perencanaan pajak, terkait pajak utamanya
pelaksanaan kewajiban yang berkaitan dengan

74
pembayaran pajak, dan operasional desa
pelaporan pajak ● Mampu melakukan
perhitungan pajak sesuai
dengan ketentuan
perpajakan nasional
● Mampu mengawasi dan
mengendalikan
perhitungan pajak yang
berkaitan dengan
operasional desa

C. Teknikal Keistimewaan

Pengelolaan tanah TK Kemampuan untuk ● Mengetahui regulasi


kasultanan mengawasi, mengelola, serta peraturan
dan memanfaatkan perundang-undangan
tanah kasultanan di yang mengatur
wilayah desa guna penggunaan dan
mendukung pemanfaatan Tanah
kesejahteraan Kasultanan
masyarakat desa sesuai ● Mengetahui mekanisme
dengan peraturan yang penggunaan dan
berlaku pemanfaatan Tanah
Kasultanan
● Mampu mengawasi
penggunaan dan
pemanfaatan Tanah
Kasultanan di wilayah
desa
● Mampu menyusun
strategi penyelesaian
masalah yang berkaitan
dengan isu penggunaan
dan pemanfaatan Tanah
Kasultanan di wilayah
desa

Pelestarian GY Keterampilan untuk ● Mengetahui


kebudayaan memelihara, aturan-aturan baku
Yogyakarta melestarikan, dan terkait kebudayaan
mengembangkan nilai, Yogyakarta
norma, tradisi, dan adat ● Memahami nilai, norma,
istiadat sebagai hasil dan regulasi terkait
olah cipta, rasa, karsa, kebudayaan Yogyakarta
serta karya yang ● Mampu menyusun
mengakar pada strategi guna
masyarakat memanfaatkan,
memelihara,
melestarikan, dan
mengembangkan

75
kebudayaan Yogyakarta,
khususnya di wilayah
desa
● Mampu mendorong
motivasi dan semangat
masyarakat untuk
memanfaatkan,
memelihara,
melestarikan, dan
mengembangkan
kebudayaan Yogyakarta,
khususnya di wilayah
desa

D. Managerial

Kepemimpinan KP Keterampilan untuk ● Mampu melakukan


dapat meyakinkan, tindakan persuasif guna
mengelola, mengarahkan kelompok
mempengaruhi, dan individu
mendorong orang lain ● Mampu meyakinkan
untuk mencapai tujuan kelompok individu akan
bersama. ide dan gagasan yang
dikemukakan
● Mampu mengkoordinir
pembagian kerja sesuai
dengan kesesuaian kerja
dan indikator kinerja
● Mampu menyelaraskan
kondisi sumber daya dan
lingkungan untuk
mewujudkan ekosistem
yang kondusif dan positif

Pengembangan diri PDO Keterampilan untuk ● Mampu menganalisis


dan orang lain dapat menganalisis kelebihan dan
kemampuan diri dan kekurangan diri sendiri
orang lain serta serta orang lain secara
melakukan upaya guna objektif
mendorong peningkatan ● Mampu mengidentifikasi
kapasitas diri dan orang kebutuhan
lain. pengembangan diri untuk
peningkatan diri sendiri
dan orang lain
● Mampu memberikan
motivasi kepada orang
lain untuk
mengembangkan
kapasitas diri
● Mampu memberikan

76
umpan balik kepada
orang lain

Kerjasama KS Sikap dan keterampilan ● Mampu menunjukkan


untuk dapat menjunjung sikap dan perilaku
tinggi keputusan menghargai perbedaan
bersama dan melibatkan pendapat
partisipasi pihak lain ● Mampu menunjukkan
dan upaya penyelesaian sikap dan perilaku
tugas. menerima masukan
maupun kritik secara
positif
● Mampu menunjukkan
sikap dan perilaku
menjunjung tinggi
keputusan kelompok dan
hasil musyawarah
bersama
● Mampu bersinergi
dengan pihak lain guna
mencapai tujuan bersama

Pengambilan PK Kemampuan untuk ● Mampu


Keputusan dapat memahami mengintegrasikan
kondisi dan menentukan berbagai ide, sudut
keputusan yang dapat pandang, dan gagasan
menjadi solusi terbaik menjadi satu solusi yang
bagi semua pihak. strategis
● Mampu melihat berbagai
opsi solusi secara
objektif dan
komprehensif dengan
memerhatikan berbagai
kelebihan dan
kekurangan dari
masing-masingg opsi
● Mampu melihat opsi
solusi yang dapat
memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan
mendukung pelaksanaan
program pemerintah desa
● Mampu mengambil
keputusan dengan dasar
pemikiran yang jelas dan
dapat
dipertanggungjawabkan

Pengelolaan konflik KO Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikasi


dapat memahami inti inti permasalahan dan

77
permasalahan, melihat sumber-sumber
hubungan sebab-akibat permasalahan
dari berbagai informasi ● Mampu memahami
yang diperlukan, serta persoalan dari berbagai
mengembangkan perspektif yang berbeda
alternatif solusi untuk secara objektif
dapat meregulasi ● Mampu memberikan
permasalahan. alternatif penyelesaian
masalahan yang solutif
● Mampu merancang
strategi operasional dari
alternatif penyelesaian
masalah dengan
memanfaatkan sumber
daya yang ada

Manajemen SDM Kemampuan untuk ● Mengetahui metode serta


kepegawaian dan melakukan pengelolaan prosedur perencanaan,
sumber daya manusia sumber daya manusia pengelolaan,
dalam lingkup pengawasan, dan
perangkat desa yang penilaian yang berkaitan
termasuk namun tidak dengan kinerja
terbatas pada profesional sumber daya
kemampuan untuk manusia dalam susunan
menilai kinerja SDM, pamong desa
kemampuan untuk ● Mampu melakukan
merencanakan penilaian objektif kepada
peningkatan kualitas sumber daya manusia
SDM, serta kemampuan dalam susunan pamong
untuk dapat mengatur desa dengan berdasarkan
kinerja SDM. instrumen yang berlaku
● Mampu mengarahkan
dan/atau memfasilitasi
sumber daya manusia
dalam susunan pamong
desa dengan kegiatan
pengembangan kapasitas
sesuai dengan
kebutuhannya
masing-masing
● Mampu mengelola
dan/atau
mengembangkan
lingkungan kerja yang
positif dan mendukung
peningkatan kapasitas
sumber daya manusia
dalam susunan pamong
desa

78
Komunikasi efektif KE Keterampilan untuk ● Mampu menyampaikan
mengomunikasikan informasi dengan runtut
informasi secara efektif menggunakan bahasa
dan tepat sehingga yang mudah dimengerti
mampu dipahami oleh ● Mampu menjelaskan
pihak lain. suatu hal kepada pihak
lain tanpa menyinggung,
merendahkan, dan/atau
menyulut permasalahan
● Mampu menyesuaikan
gaya bahasa dan gaya
bicara dengan situasi dan
kondisi serta kelompok
audiens
● Mampu membangun
ekosistem komunikasi
yang positif dan
berlangsung secara dua
arah

Teknik presentasi TP Kemampuan untuk ● Mampu menyusun


dapat menyajikan material atau bahan yang
informasi, data, serta dibutuhkan untuk
laporan secara efektif mendukung proses
dan efisien hingga dapat presentasi dengan efektif
dipahami pihak lain dan efisien
dengan baik. ● Mampu menyajikan
informasi, data, dan
laporan dengan
menggunakan berbagai
metode presentasi
dengan menyesuaikan
kebutuhan dan ketentuan
yang berlaku

Pengelolaan forum PF Kemampuan untuk ● Mampu memimpin


dapat mengelola berjalannya forum
individu yang berada dengan memastikan
dalam sebuah forum kondusivitas forum
serta menciptakan iklim ● Mampu mengarahkan
forum yang kondusif diskusi dan interaksi
dan saling menghargai. dalam forum agar tetap
berjalan pada topik yang
telah disepakati dengan
menekankan pada nilai
inklusivitas dan
penghargaan terhadap
semua anggota forum
● Mampu mengarahkan
diskusi untuk mencapai

79
kemufakatan

Pemantauan dan PE Kemampuan untuk ● Mampu melakukan


evaluasi melakukan observasi penilaian program dan
hasil serta melakukan kinerja secara objektif
penilaian kerja dengan melalui berbagai metode
tujuan mengetahui berbeda
celah, kekurangan, serta ● Mampu mengidentifikasi
kelebihan dari kinerja kelebihan dan
yang telah dilakukan. kekurangan dari objek
yang dinilai secara
objektif
● Mampu memberikan
saran serta arahan untuk
memperbaiki program
serta kinerja yang telah
dilakukan pada
pelaksanaan selanjutnya

Berpikir analisis BA Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat mengidentifikasi, situasi dan kondisi yang
mengurai, dan terjadi secara
memahami suatu komprehensif
kondisi secara ● Mampu menganalisis
komprehensif dengan hubungan sebab akibat
berdasarkan informasi, serta keuntungan
asumsi, dan logika yang kelemahan dari situasi
dimiliki dan kondisi yang terjadi
● Mampu melakukan
pendalaman situasi
dengan berdasarkan
fakta, asumsi, logika, dan
data yang dimiliki

Berpikir konseptual BK Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat merumuskan situasi dan kondisi yang
suatu rencana dengan terjadi dengan
berdasarkan informasi berdasarkan aturan dasar
yang tersedia. logika (keabsahan dan
konsistensi informasi)
● Mampu melakukan
pengintegrasian dan
penyederhanaan
informasi yang
didapatkan dari berbagai
sumber
● Mampu
mengidentifikasikan isu
kunci yang signifikan
dalam situasi yang

80
kompleks
● Mampu
memformulasikan
konsep, teori, maupun
model yang dapat
digunakan untuk
menyelesaikan
permasalahan

Perencanaan & PP Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikan


pengorganisasian dapat menyusun dan menganalisis
rencana dan tahapan kebutuhan desa dan
kerja yang strategis masyarakat
serta mengelola sumber ● Mampu menyusun
daya guna mendukung rencana kerja jangka
pelaksanaan rencana pendek maupun jangka
tersebut. panjang untuk menjawab
kebutuhan desa dan
masyarakat
● Mampu menguraian
kebutuhan pelaksanaan
rencana kerja secara rinci
serta menyusun strategi
penerapannya

E. Sosiokultural

Kemampuan bahasa BD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


daerah dapat menggunakan penggunaan bahasa Jawa
bahasa daerah secara ● Mampu berinteraksi
fasih dengan menggunakan bahasa
menyesuaikan kegiatan, Jawa secara fasih dan
situasi, dan target tepat
audiens ● Mampu menyesuaikan
penggunaan gaya bahasa
ketika berinteraksi
menggunakan bahasa
Jawa dalam situasi dan
kondisi yang berbeda

Standar Kompetensi Jabatan Tata Laksana

I. Ikhtisar Jabatan

Ikhtisar Jabatan Tata Membantu carik dalam melaksanakan urusan tata


Laksana:
usaha dan umum pemerintahan desa

II. Ringkasan Tugas Jabatan & Kompetensi Terkait

81
Ringkasan Tugas Jabatan Kompetensi

Membantu carik dalam 1. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
urusan pelayanan (SP)
administrasi pendukung 2. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan
pelaksanaan tugas-tugas kegiatan (LKK)
pemerintahan 3. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)
4. Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan
(AKP)
5. Kerjasama (KS)

Membantu Carik dalam 1. Pengelolaan forum (PF)


melaksanakan urusan 2. Pengelolaan rumah tangga (PRT)
ketatausahaan, umum, dan 3. Pengelolaan sumber data (PSD)
perencanaan 4. Perencanaan & Pengorganisasian (PP)

Memberikan pelayanan 1. Komunikasi efektif (KE)


umum kepada masyarakat 2. Kemampuan bahasa daerah (BD)

III. Standar Kompetensi Jabatan

Kompetensi Kode Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Umum

Integritas I Sikap individu yang ● Memiliki sikap


mempriotitaskan menjunjung tinggi
profesionalitas, profesionalitas kerja
kejujuran, keadilan, dan ● Mampu menyampaikan
ketaatan akan peraturan, informasi sesuai dengan
norma, dan etika kerja kondisi faktual
yang berlaku di wilayah ● Mampu melaksanakan
desa. tugas dengan penuh
keterbukaan dan
transparansi
● Mampu melaksanakan
tugas secara netral
dengan memprioritaskan
keadilan bagi semua
pihak
● Menghormati kesetaraan
● Mampu menaati
peraturan, norma, dan
etika kerja sesuai dengan
regulasi atau kesepakatan
yang telah disetujui di
wilayah desa

Berorientasi pada BP Sikap individu yang ● Memiliki visi akan


pelayanan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat
kepentingan masyarakat desa

82
dan kualitas pelayanan ● Memprioritaskan
publik di atas kepentingan publik di
kepentingan pribadi atas kepentingan pribadi
atau kelompok atau kelompok tertentu
● Melakukan tugas dengan
semangat pelayanan
kepada masyarakat desa

B. Teknikal

Pengetahuan sistem, SP Pengetahuan akan ● Mengetahui sistem,


prosedur, dan tata sistem, prosedur dan prosedur, dan tata cara
cara kerja tata cara kerja dalam kerja yang berlaku dalam
pelaksaan pemerintahan proses operasional desa
desa, baik yang ● Memahami implementasi
mengatur pelaksanaan sistem, prosedur, dan tata
pemerintahan secara cara kerja yang berlaku
internal maupun yang dalam pelaksanaan
berkaitan dengan penugasan desa
supradesa dan lembaga ● Memahami standar
lain, menurut peraturan pelaksanaan sistem,
yang berlaku. prosedur, dan tata cara
kerja yang berlaku dalam
proses operasional desa
● Memahami mekanisme
penggunaan alat atau
media pendukung guna
mengimplementasikan
sistem, prosedur, dan tata
cara kerja yang berlaku
dalam pelaksanaan
penugasan desa

Penyusunan laporan LKK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


kinerja dan dapat menyusun laporan dan prosedur penyusunan
pelaksanaan kegiatan kinerja dan pelaksanaan laporan kinerja dan
kegiatan secara pelaksanaan kegiatan,
sistematis, terarah, dan khususnya yang
terstruktur sesuai berkaitan dengan
dengan peraturan yang operasional desa
berlaku. ● Mampu mengoperasikan
perangkat dan aplikasi
digital yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan
kinerja dan pelaksanaan
kegiatan
● Mampu menuliskan
informasi serta data-data
dalam laporan kinerja
dan pelaksanaan kegiatan

83
secara efektif, rinci, dan
terstruktur dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan

Penggunaan AD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


perangkat dan menggunakan perangkat operasi perangkat dan
aplikasi digital dan aplikasi digital aplikasi digital,
secara efektif, efisien, khususnya yang
dan tepat guna untuk berkaitan dengan
menyelesaikan tugas operasional desa
sesuai dengan peraturan ● Mampu mengoperasikan
yang berlaku. perangkat dan aplikasi
digital secara efektif dan
efisien guna mendukung
penyelesaian penugasan
desa
● Mampu melakukan
trouble-shooting dasar
guna saat menghadapi
gangguan perangkat
maupun aplikasi

Administrasi, AKP Keterampilan dalam ● Mengetahui prosedur


kesekretariatan, dan mengelola, menyusun, administrasi dan
pengarsipan dan memelihara kesekretariatan sesuai
administrasi ketentuan yang berlaku
surat-menyurat, ● Mampu menyusun surat
pengarsipan, serta tugas masuk dan surat keluar
kesekretariatan sesuai yang dibutuhkan untuk
peraturan yang berlaku mendukung kegiatan
operasional desa
● Mampu menyusun daftar
periksa arsip dan
memberikan penomoran
arsip secara sistematis
● Mampu mengelola dan
menyimpan surat, arsip,
dan produk administrasi
lain secara teratur sesuai
dengan prinsip
manajemen administrasi

Pengelolaan rumah PRT Keterampilan dalam ● Mengetahui prosedur


tangga mengelola, menyusun, pengelolaan rumah
dan memelihara sarana tangga dan urusan umum
prasarana maupun berdasarkan ketentuan
fasilitas yang berkaitan yang berlaku
dengan kebutuhan ● Mampu melakukan
rumah tangga atau inventarisasi kebutuhan

84
umum dan diperlukan rumah tangga dan urusan
untuk mendukung umum
aktivitas operasional ● Mampu melakukan
desa dan optimalisasi evaluasi, perbaikan, dan
pelayanan masyarakat perawatan rutin rumah
tangga serta urusan
umum dalam lingkup
desa

Pengelolaan sumber PSD Kemampuan untuk ● Mengetahui teknik


data mengelola, pengelolaan sumber data
mengoperasikan, dan secara manual maupun
memelihara data, baik digital
yang tersedia secara ● Mampu mengoperasikan
manual maupun telah perangkat lunak dan
terkomputerisasi keras yang dipergunakan
untuk melakukan
pengelolaan sumber data
● Mampu melakukan
inventarisasi dan
pengarsipan data secara
sistematis dengan
memberikan pengkodean
sesuai dengan prinsip
manajemen data
● Mampu memindahkan
data secara aman dengan
memastikan tidak ada
kebocoran sumber data

C. Managerial

Kerjasama KS Sikap dan keterampilan ● Mampu menunjukkan


untuk dapat menjunjung sikap dan perilaku
tinggi keputusan menghargai perbedaan
bersama dan melibatkan pendapat
partisipasi pihak lain ● Mampu menunjukkan
dan upaya penyelesaian sikap dan perilaku
tugas. menerima masukan
maupun kritik secara
positif
● Mampu menunjukkan
sikap dan perilaku
menjunjung tinggi
keputusan kelompok dan
hasil musyawarah
bersama
● Mampu bersinergi
dengan pihak lain guna
mencapai tujuan bersama

85
Komunikasi efektif KE Keterampilan untuk ● Mampu menyampaikan
mengomunikasikan informasi dengan runtut
informasi secara efektif menggunakan bahasa
dan tepat sehingga yang mudah dimengerti
mampu dipahami oleh ● Mampu menjelaskan
pihak lain. suatu hal kepada pihak
lain tanpa menyinggung,
merendahkan, dan/atau
menyulut permasalahan
● Mampu menyesuaikan
gaya bahasa dan gaya
bicara dengan situasi dan
kondisi serta kelompok
audiens
● Mampu membangun
ekosistem komunikasi
yang positif dan
berlangsung secara dua
arah

Pengelolaan forum PF Kemampuan untuk ● Mampu memimpin


dapat mengelola berjalannya forum
individu yang berada dengan memastikan
dalam sebuah forum kondusivitas forum
serta menciptakan iklim ● Mampu mengarahkan
forum yang kondusif diskusi dan interaksi
dan saling menghargai. dalam forum agar tetap
berjalan pada topik yang
telah disepakati dengan
menekankan pada nilai
inklusivitas dan
penghargaan terhadap
semua anggota forum
● Mampu mengarahkan
diskusi untuk mencapai
kemufakatan

Perencanaan & PP Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikan


pengorganisasian dapat menyusun dan menganalisis
rencana dan tahapan kebutuhan desa dan
kerja yang strategis masyarakat
serta mengelola sumber ● Mampu menyusun
daya guna mendukung rencana kerja jangka
pelaksanaan rencana pendek maupun jangka
tersebut. panjang untuk menjawab
kebutuhan desa dan
masyarakat
● Mampu menguraian
kebutuhan pelaksanaan
rencana kerja secara rinci

86
serta menyusun strategi
penerapannya

D. Sosiokultural

Kemampuan bahasa BD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


daerah dapat menggunakan penggunaan bahasa Jawa
bahasa daerah secara ● Mampu berinteraksi
fasih dengan menggunakan bahasa
menyesuaikan kegiatan, Jawa secara fasih dan
situasi, dan target tepat
audiens ● Mampu menyesuaikan
penggunaan gaya bahasa
ketika berinteraksi
menggunakan bahasa
Jawa dalam situasi dan
kondisi yang berbeda

Standar Kompetensi Jabatan Danarta

I. Ikhtisar Jabatan

Ikhtisar Jabatan Danarta: Membantuk carik dalam melaksanakan urusan


keuangan pemerintah desa

II. Ringkasan Tugas Jabatan & Kompetensi Terkait

Ringkasan Tugas Jabatan Kompetensi

Membantu carik dalam 1. Manajemen keuangan (MK)


melaksanakan administrasi 2. Penyusunan Anggaran (AN)
urusan keuangan desa dan 3. Laporan Keuangan (LK)
penugasan keistimewaan 4. Kas dan Perbendaharaan (KBD)
5. Akuntansi (AK)
6. Perpajakan (PJK)

Membantu carik dalam 1. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
melaksanakan urusan (SP)
pelayanan administrasi 2. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan
pendukung pelaksanaan kegiatan (LKK)
tugas-tugas pemerintahan 3. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)
4. Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan
(AKP)
5. Kerjasama (KS)

Mengelola pelaksanaan 1. Perencanaan & pengorganisasian (PP)


Anggaran Pendapatan dan
Belanja Kalurahan

87
Menggali dan mengelola 1. Berpikir analisis (BA)
sumber pendapatan 2. Berpikir konseptual (BK)
Kalurahan 3. Berpikir wirausaha (BW)

III. Standar Kompetensi Jabatan

Kompetensi Kode Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Umum

Integritas I Sikap individu yang ● Memiliki sikap


mempriotitaskan menjunjung tinggi
profesionalitas, profesionalitas kerja
kejujuran, keadilan, dan ● Mampu menyampaikan
ketaatan akan peraturan, informasi sesuai dengan
norma, dan etika kerja kondisi faktual
yang berlaku di wilayah ● Mampu melaksanakan
desa. tugas dengan penuh
keterbukaan dan
transparansi
● Mampu melaksanakan
tugas secara netral
dengan memprioritaskan
keadilan bagi semua
pihak
● Menghormati kesetaraan
● Mampu menaati
peraturan, norma, dan
etika kerja sesuai dengan
regulasi atau kesepakatan
yang telah disetujui di
wilayah desa

Berorientasi pada BP Sikap individu yang ● Memiliki visi akan


pelayanan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat
kepentingan masyarakat desa
dan kualitas pelayanan ● Memprioritaskan
publik di atas kepentingan publik di
kepentingan pribadi atas kepentingan pribadi
atau kelompok atau kelompok tertentu
● Melakukan tugas dengan
semangat pelayanan
kepada masyarakat desa

B. Teknikal

Manajemen MK Kemampuan untuk ● Mengetahui ketentuan


keuangan mengelola keuangan pelaksanaan keuangan di
organisasi sesuai dengan tingkat desa sesuai
peraturan dan prosedur ketentuan yang berlaku

88
pelaksanaan keuangan ● Memahami prinsip
yang berlaku pengelolaan keuangan
yang transparan, efektif,
dan tepat guna
● Mampu mengamati
pelaksanaan keuangan
desa dan menilai
kesesuaiannya dengan
rencana anggaran yang
telah disusun
● Mampu mengevaluasi
pelaksanaan keuangan
desa dan menilai dampak
penggunaannya bagi
kinerja desa

Penyusunan AN Kemampuan untuk ● Mengetahui komponen


anggaran menyusun rencana penyusun anggaran,
anggaran yang capaian realisasi
sistematis dan realistis anggaran, serta prosedur
dengan memerhatikan penyusunan serta
keseimbangan anggaran penggunaan anggaran
organisasi sesuai ketentuan yang
berlaku
● Memahami konsep dasar
penganggaran dana
● Mampu menyusun
rencana anggaran yang
realistis sesuai dengan
rincian program dan
kegiatan yang dapat
dipertanggungjawabkan

Laporan keuangan LK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme,


menyusun laporan prosedur, dan persyaratan
penggunaan anggaran dalam penyusunana
secara sistematis, laporan keuangan sesuai
terarah, dan terstruktur ketentuan yang berlaku
sesuai dengan peraturan ● Mampu menuliskan
yang berlaku rincian transaksi masuk
dan keluar dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan
secara rinci dan
sistematis
● Mampu menggunakan
perangkat lunak dan
keras yang dapat
dimanfaatkan untuk
proses penyusunan

89
laporan keuangan

Kas dan KBD Kemampuan untuk ● Mengetahui prinsip serta


perbendaharaan mengelola dan mekanisme penggunaan
mengendalikan arus kas dan perbendaharaan
penggunaan kas dan sesuai ketentuan yang
pembendaharaan guna berlaku
mendukung pelaksanaan ● Memahami peraturan dan
kegiatan organisasi perhitungan kas serta
dengan memerhatikan perbendaharaan
ketentuan serta rencana ● Mampu melakukan
anggaran yang telah pengelolaan kas dan
disusun perbendaharaan guna
mendukung program dan
kegiatan desa
● Mampu melakukan
penguaraian dan
penyelesaian masalah
yang berkaitan dengan
penggunaan serta
pencatatan kas dan
perbendaharaan

Akuntansi AK Kemampuan untuk ● Mengetahui prinsip dan


melaksanakan proses teknik pencatatan
pencatatan, pendataan, akuntansi
pengelompokan, dan ● Memahami mekanisme
penganalisisan pencatatan transaksi
informasi keuangan masuk dan keluar serta
setiap terjadi transaksi transaksi lain dengan
keuangan dalam lingkup menggunakan prinsip
organisasi akuntansi
● Mampu melakukan
identifikasi,
pengelompokan, serta
penganalisisan transaksi
● Mampu menyusun
neraca keuangan secara
sistematis

Perpajakan PJK Kemampuan untuk ● Mengetahui jenis-jenis


melaksanakan pajak serta peraturan
perencanaan pajak, terkait pajak utamanya
pelaksanaan kewajiban yang berkaitan dengan
pembayaran pajak, dan operasional desa
pelaporan pajak ● Mampu melakukan
perhitungan pajak sesuai
dengan ketentuan
perpajakan nasional
● Mampu mengawasi dan

90
mengendalikan
perhitungan pajak yang
berkaitan dengan
operasional desa

Pengetahuan sistem, SP Pengetahuan akan ● Mengetahui sistem,


prosedur, dan tata sistem, prosedur dan prosedur, dan tata cara
cara kerja tata cara kerja dalam kerja yang berlaku dalam
pelaksaan pemerintahan proses operasional desa
desa, baik yang ● Memahami implementasi
mengatur pelaksanaan sistem, prosedur, dan tata
pemerintahan secara cara kerja yang berlaku
internal maupun yang dalam pelaksanaan
berkaitan dengan penugasan desa
supradesa dan lembaga ● Memahami standar
lain, menurut peraturan pelaksanaan sistem,
yang berlaku. prosedur, dan tata cara
kerja yang berlaku dalam
proses operasional desa
● Memahami mekanisme
penggunaan alat atau
media pendukung guna
mengimplementasikan
sistem, prosedur, dan tata
cara kerja yang berlaku
dalam pelaksanaan
penugasan desa

Penyusunan laporan LKK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


kinerja dan dapat menyusun laporan dan prosedur penyusunan
pelaksanaan kegiatan kinerja dan pelaksanaan laporan kinerja dan
kegiatan secara pelaksanaan kegiatan,
sistematis, terarah, dan khususnya yang
terstruktur sesuai berkaitan dengan
dengan peraturan yang operasional desa
berlaku. ● Mampu mengoperasikan
perangkat dan aplikasi
digital yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan
kinerja dan pelaksanaan
kegiatan
● Mampu menuliskan
informasi serta data-data
dalam laporan kinerja
dan pelaksanaan kegiatan
secara efektif, rinci, dan
terstruktur dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan

91
Penggunaan AD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar
perangkat dan menggunakan perangkat operasi perangkat dan
aplikasi digital dan aplikasi digital aplikasi digital,
secara efektif, efisien, khususnya yang
dan tepat guna untuk berkaitan dengan
menyelesaikan tugas operasional desa
sesuai dengan peraturan ● Mampu mengoperasikan
yang perangkat dan aplikasi
berlaku.Keterampilan digital secara efektif dan
untuk menggunakan efisien guna mendukung
perangkat dan aplikasi penyelesaian penugasan
digital secara efektif, desa
efisien, dan tepat guna ● Mampu melakukan
untuk menyelesaikan trouble-shooting dasar
tugas sesuai dengan guna saat menghadapi
peraturan yang berlaku. gangguan perangkat
maupun aplikasi

Administrasi, AKP Keterampilan dalam ● Mengetahui prosedur


kesekretariatan, dan mengelola, menyusun, administrasi dan
pengarsipan dan memelihara kesekretariatan sesuai
administrasi ketentuan yang berlaku
surat-menyurat, ● Mampu menyusun surat
pengarsipan, serta tugas masuk dan surat keluar
kesekretariatan sesuai yang dibutuhkan untuk
peraturan yang berlaku mendukung kegiatan
operasional desa
● Mampu menyusun daftar
periksa arsip dan
memberikan penomoran
arsip secara sistematis
● Mampu mengelola dan
menyimpan surat, arsip,
dan produk administrasi
lain secara teratur sesuai
dengan prinsip
manajemen administrasi

C. Managerial

Kerjasama KS Sikap dan keterampilan ● Mampu menunjukkan


untuk dapat menjunjung sikap dan perilaku
tinggi keputusan menghargai perbedaan
bersama dan melibatkan pendapat
partisipasi pihak lain ● Mampu menunjukkan
dan upaya penyelesaian sikap dan perilaku
tugas. menerima masukan
maupun kritik secara
positif
● Mampu menunjukkan

92
sikap dan perilaku
menjunjung tinggi
keputusan kelompok dan
hasil musyawarah
bersama
● Mampu bersinergi
dengan pihak lain guna
mencapai tujuan bersama

Perencanaan & PP Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikan


pengorganisasian dapat menyusun dan menganalisis
rencana dan tahapan kebutuhan desa dan
kerja yang strategis masyarakat
serta mengelola sumber ● Mampu menyusun
daya guna mendukung rencana kerja jangka
pelaksanaan rencana pendek maupun jangka
tersebut. panjang untuk menjawab
kebutuhan desa dan
masyarakat
● Mampu menguraian
kebutuhan pelaksanaan
rencana kerja secara rinci
serta menyusun strategi
penerapannya

Berpikir analisis BA Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat mengidentifikasi, situasi dan kondisi yang
mengurai, dan terjadi secara
memahami suatu komprehensif
kondisi secara ● Mampu menganalisis
komprehensif dengan hubungan sebab akibat
berdasarkan informasi, serta keuntungan
asumsi, dan logika yang kelemahan dari situasi
dimiliki dan kondisi yang terjadi
● Mampu melakukan
pendalaman situasi
dengan berdasarkan
fakta, asumsi, logika, dan
data yang dimiliki

Berpikir konseptual BK Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat merumuskan situasi dan kondisi yang
suatu rencana dengan terjadi dengan
berdasarkan informasi berdasarkan aturan dasar
yang tersedia. logika (keabsahan dan
konsistensi informasi)
● Mampu melakukan
pengintegrasian dan
penyederhanaan
informasi yang

93
didapatkan dari berbagai
sumber
● Mampu
mengidentifikasikan isu
kunci yang signifikan
dalam situasi yang
kompleks
● Mampu
memformulasikan
konsep, teori, maupun
model yang dapat
digunakan untuk
menyelesaikan
permasalahan

Berpikir wirausaha BW Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikasi


merumuskan ide dan menganalisis potensi
wirausaha dengan wirausaha yang dapat
memanfaatkan sumber dilakukan dengan
daya yang ada guna memanfaatkan sumber
mendapatkan manfaat daya desa
dan keuntungan yang ● Mampu merumuskan
dapat meningkatkan konsep dasar wirausaha
kesejahteraan bersama. yang dapat
dioperasionalkan dengan
memanfaatkan sumber
daya desa
● Mampu menyusun
rencana dan strategi
wirausaha secara rinci
dan sistematis

D. Sosiokultural

Keterampilan bahasa BD Keterampilan untuk Memahami dasar-dasar


daerah dapat menggunakan penggunaan bahasa Jawa
bahasa daerah secara Mampu berinteraksi
fasih dengan menggunakan bahasa
menyesuaikan kegiatan, Jawa secara fasih dan
situasi, dan target tepat
audiens. Mampu menyesuaikan
penggunaan gaya bahasa
ketika berinteraksi
menggunakan bahasa
Jawa dalam situasi dan
kondisi yang berbeda

94
Standar Kompetensi Jabatan Pangripta

I. Ikhtisar Jabatan

Ikhtisar Jabatan Pangripta: Membantu carik dalam melaksanakan urusan


perencanaan pemerintahan desa

II. Ringkasan Tugas Jabatan & Kompetensi Terkait

Ringkasan Tugas Jabatan Kompetensi

Membantu Carik dalam 1. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
urusan pelayanan (SP)
administrasi pendukung 2. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)
pelaksanaan tugas-tugas 3. Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan
pemerintahan (AKP)
4. Kerjasama (KS)

Membantu Carik dalam 1. Berpikir analisis (BA)


melaksanakan urusan 2. Berpikir konseptual (BK)
perencanaan, baik dalam 3. Pengetahuan produk hukum serta peraturan
Rencana Kerja Pembangunan perundang-undangan regional dan nasional (HK)
Kalurahan dan Rencana 4. Pengetahuan budaya daerah (BUD)
Pembangunan Jangka 5. Empati sosial (ES)
Menengah Kalurahan
maupun rencana anggaran
pendapatan dan belanja
kalurahan

Mengoordinasikan urusan 1. Perencanaan & pengorganisasian (PP)


perencanaan dengan pamong 2. Pengambilan Keputusan (PK)
dan lurah

Menyiapkan bahan 1. Pengelolaan sumber data (PSD)


penyusunan kebijakan dan 2. Pengetahuan produk hukum serta peraturan
perencanaan kerja perundang-undangan regional dan nasional (HK)
pemerintahan Kalurahan dan
urusan keistimewaan

Menyusun laporan 1. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


pelaksanaan tugas pemerintah kegiatan (LKK)
kalurahan dan 2. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)
pertanggungjawaban Lurah 3. Pemantauan dan evaluasi (PE)

Melaksanakan fasilitasi 1. Komunikasi efektif (KE)


administrasi keSekretariatan 2. Teknik presentasi (TK)
Badan Permusyawaratan 3. Manajemen relasi (MR)
Kalurahan

95
III. Standar Kompetensi Jabatan

Kompetensi Kode Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Umum

Integritas I Sikap individu yang ● Memiliki sikap


mempriotitaskan menjunjung tinggi
profesionalitas, profesionalitas kerja
kejujuran, keadilan, dan ● Mampu menyampaikan
ketaatan akan peraturan, informasi sesuai dengan
norma, dan etika kerja kondisi faktual
yang berlaku di wilayah ● Mampu melaksanakan
desa. tugas dengan penuh
keterbukaan dan
transparansi
● Mampu melaksanakan
tugas secara netral
dengan memprioritaskan
keadilan bagi semua
pihak
● Menghormati kesetaraan
● Mampu menaati
peraturan, norma, dan
etika kerja sesuai dengan
regulasi atau kesepakatan
yang telah disetujui di
wilayah desa

Berorientasi pada BP Sikap individu yang ● Memiliki visi akan


pelayanan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat
kepentingan masyarakat desa
dan kualitas pelayanan ● Memprioritaskan
publik di atas kepentingan publik di
kepentingan pribadi atas kepentingan pribadi
atau kelompok atau kelompok tertentu
● Melakukan tugas dengan
semangat pelayanan
kepada masyarakat desa

B. Teknikal

Pengetahuan sistem, SP Pengetahuan akan ● Mengetahui sistem,


prosedur, dan tata sistem, prosedur dan prosedur, dan tata cara
cara kerja tata cara kerja dalam kerja yang berlaku dalam
pelaksaan pemerintahan proses operasional desa
desa, baik yang ● Memahami implementasi
mengatur pelaksanaan sistem, prosedur, dan tata
pemerintahan secara cara kerja yang berlaku
internal maupun yang dalam pelaksanaan

96
berkaitan dengan penugasan desa
supradesa dan lembaga ● Memahami standar
lain, menurut peraturan pelaksanaan sistem,
yang berlaku. prosedur, dan tata cara
kerja yang berlaku dalam
proses operasional desa
● Memahami mekanisme
penggunaan alat atau
media pendukung guna
mengimplementasikan
sistem, prosedur, dan tata
cara kerja yang berlaku
dalam pelaksanaan
penugasan desa

Penggunaan AD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


perangkat dan menggunakan perangkat operasi perangkat dan
aplikasi digital dan aplikasi digital aplikasi digital,
secara efektif, efisien, khususnya yang
dan tepat guna untuk berkaitan dengan
menyelesaikan tugas operasional desa
sesuai dengan peraturan ● Mampu mengoperasikan
yang berlaku. perangkat dan aplikasi
digital secara efektif dan
efisien guna mendukung
penyelesaian penugasan
desa
● Mampu melakukan
trouble-shooting dasar
guna saat menghadapi
gangguan perangkat
maupun aplikasi

Administrasi, AKP Keterampilan dalam ● Mengetahui prosedur


kesekretariatan, dan mengelola, menyusun, administrasi dan
pengarsipan dan memelihara kesekretariatan sesuai
administrasi ketentuan yang berlaku
surat-menyurat, ● Mampu menyusun surat
pengarsipan, serta tugas masuk dan surat keluar
kesekretariatan sesuai yang dibutuhkan untuk
peraturan yang berlaku mendukung kegiatan
operasional desa
● Mampu menyusun daftar
periksa arsip dan
memberikan penomoran
arsip secara sistematis
● Mampu mengelola dan
menyimpan surat, arsip,
dan produk administrasi
lain secara teratur sesuai

97
dengan prinsip
manajemen administrasi

Pengetahuan produk HK Pengetahuan akan ● Mengetahui hukum dan


hukum serta produk hukum serta peraturan
peraturan peraturan perundang-undangan
perundang-undangan perundang-undangan yang berlaku, khususnya
regional dan nasional yang mengatur tentang yang mengatur
pelaksanaan pemerintahan desa
pemerintahan desa, baik ● Memahami intepretasi
secara langsung maupun hukum dan peraturan
tidak langsung, dan perundang-undangan
berlaku secara regional yang berlaku, khususnya
maupun nasional. yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami implementasi
hukum dan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya
yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami rencana
penyelesaian masalah
berdasarkan hukum dan
peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya
yang mengatur
pemerintahan desa

Pengelolaan sumber PSD Kemampuan untuk ● Mengetahui teknik


data mengelola, pengelolaan sumber data
mengoperasikan, dan secara manual maupun
memelihara data, baik digital
yang tersedia secara ● Mampu mengoperasikan
manual maupun telah perangkat lunak dan
terkomputerisasi keras yang dipergunakan
untuk melakukan
pengelolaan sumber data
● Mampu melakukan
inventarisasi dan
pengarsipan data secara
sistematis dengan
memberikan pengkodean
sesuai dengan prinsip
manajemen data
● Mampu memindahkan
data secara aman dengan
memastikan tidak ada
kebocoran sumber data

98
Penyusunan laporan LKK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme
kinerja dan dapat menyusun laporan dan prosedur penyusunan
pelaksanaan kegiatan kinerja dan pelaksanaan laporan kinerja dan
kegiatan secara pelaksanaan kegiatan,
sistematis, terarah, dan khususnya yang
terstruktur sesuai berkaitan dengan
dengan peraturan yang operasional desa
berlaku.Kemampuan ● Mampu mengoperasikan
untuk dapat menyusun perangkat dan aplikasi
laporan kinerja dan digital yang dibutuhkan
pelaksanaan kegiatan untuk menyusun laporan
secara sistematis, kinerja dan pelaksanaan
terarah, dan terstruktur kegiatan
sesuai dengan peraturan ● Mampu menuliskan
yang berlaku. informasi serta data-data
dalam laporan kinerja
dan pelaksanaan kegiatan
secara efektif, rinci, dan
terstruktur dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan

C. Managerial

Kerjasama KS Sikap dan keterampilan ● Mampu menunjukkan


untuk dapat menjunjung sikap dan perilaku
tinggi keputusan menghargai perbedaan
bersama dan melibatkan pendapat
partisipasi pihak lain ● Mampu menunjukkan
dan upaya penyelesaian sikap dan perilaku
tugas. menerima masukan
maupun kritik secara
positif
● Mampu menunjukkan
sikap dan perilaku
menjunjung tinggi
keputusan kelompok dan
hasil musyawarah
bersama
● Mampu bersinergi
dengan pihak lain guna
mencapai tujuan bersama

Berpikir analisis BA Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat mengidentifikasi, situasi dan kondisi yang
mengurai, dan terjadi secara
memahami suatu komprehensif
kondisi secara ● Mampu menganalisis
komprehensif dengan hubungan sebab akibat
berdasarkan informasi, serta keuntungan

99
asumsi, dan logika yang kelemahan dari situasi
dimiliki dan kondisi yang terjadi
● Mampu melakukan
pendalaman situasi
dengan berdasarkan
fakta, asumsi, logika, dan
data yang dimiliki

Berpikir konseptual BK Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat merumuskan situasi dan kondisi yang
suatu rencana dengan terjadi dengan
berdasarkan informasi berdasarkan aturan dasar
yang tersedia. logika (keabsahan dan
konsistensi informasi)
● Mampu melakukan
pengintegrasian dan
penyederhanaan
informasi yang
didapatkan dari berbagai
sumber
● Mampu
mengidentifikasikan isu
kunci yang signifikan
dalam situasi yang
kompleks
● Mampu
memformulasikan
konsep, teori, maupun
model yang dapat
digunakan untuk
menyelesaikan
permasalahan

Perencanaan & PP Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikan


pengorganisasian dapat menyusun dan menganalisis
rencana dan tahapan kebutuhan desa dan
kerja yang strategis masyarakat
serta mengelola sumber ● Mampu menyusun
daya guna mendukung rencana kerja jangka
pelaksanaan rencana pendek maupun jangka
tersebut. panjang untuk menjawab
kebutuhan desa dan
masyarakat
● Mampu menguraian
kebutuhan pelaksanaan
rencana kerja secara rinci
serta menyusun strategi
penerapannya

100
Pengambilan PK Kemampuan untuk ● Mampu
Keputusan dapat memahami mengintegrasikan
kondisi dan menentukan berbagai ide, sudut
keputusan yang dapat pandang, dan gagasan
menjadi solusi terbaik menjadi satu solusi yang
bagi semua pihak. strategis
● Mampu melihat berbagai
opsi solusi secara
objektif dan
komprehensif dengan
memerhatikan berbagai
kelebihan dan
kekurangan dari
masing-masingg opsi
● Mampu melihat opsi
solusi yang dapat
memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan
mendukung pelaksanaan
program pemerintah desa
● Mampu mengambil
keputusan dengan dasar
pemikiran yang jelas dan
dapat
dipertanggungjawabkan

Pemantauan dan PE Kemampuan untuk ● Mampu melakukan


evaluasi melakukan observasi penilaian program dan
hasil serta melakukan kinerja secara objektif
penilaian kerja dengan melalui berbagai metode
tujuan mengetahui berbeda
celah, kekurangan, serta ● Mampu mengidentifikasi
kelebihan dari kinerja kelebihan dan
yang telah dilakukan. kekurangan dari objek
yang dinilai secara
objektif
● Mampu memberikan
saran serta arahan untuk
memperbaiki program
serta kinerja yang telah
dilakukan pada
pelaksanaan selanjutnya

Komunikasi efektif KE Keterampilan untuk ● Mampu menyampaikan


mengomunikasikan informasi dengan runtut
informasi secara efektif menggunakan bahasa
dan tepat sehingga yang mudah dimengerti
mampu dipahami oleh ● Mampu menjelaskan
pihak lain. suatu hal kepada pihak
lain tanpa menyinggung,

101
merendahkan, dan/atau
menyulut permasalahan
● Mampu menyesuaikan
gaya bahasa dan gaya
bicara dengan situasi dan
kondisi serta kelompok
audiens
● Mampu membangun
ekosistem komunikasi
yang positif dan
berlangsung secara dua
arah

Teknik presentasi TK Kemampuan untuk ● Mampu menyusun


dapat menyajikan material atau bahan yang
informasi, data, serta dibutuhkan untuk
laporan secara efektif mendukung proses
dan efisien hingga dapat presentasi dengan efektif
dipahami pihak lain dan efisien
dengan baik. ● Mampu menyajikan
informasi, data, dan
laporan dengan
menggunakan berbagai
metode presentasi
dengan menyesuaikan
kebutuhan dan ketentuan
yang berlaku

Manajemen relasi MR Kemampuan untuk ● Mampu menjalin


mengelola hubungan hubungan positif dan
baik dengan berbagai suportif dengan anggota
pihak dan membentuk internal pamong desa
kerjasama demi ● Mampu menjalin
kepentingan bersama. hubungan positif dan
suportif dengan
masyarakat dan seluruh
lembaga, organisasi,
maupun perkumpulan di
wilayah desa
● Mampu menjalin
hubungan positif dan
suportif dengan
supradesa serta
pihak-pihak lain yang
bersinggungan langsung
maupun tidak langsung
dengan desa

D. Sosiokultural

102
Pengetahuan budaya BUD Pengetahuan akan ● Memahami kondisi sosial
daerah sumber daya sosial dan budaya masyarakat
budaya yang menjadi sekitar
bagian dari kehidupan ● Memahami budaya yang
masyarakat. dimiliki masyarakat di
lingkungan sekitar
● Memahami nilai-nilai
dasar dan arti filosofis
yang terkandung dalam
budaya masyarakat
● Mampu melaksanakan
praktik yang berkaitan
dengan budaya
masyarakat

Empati sosial ES Sikap individu yang ● Mampu memahami


menghargai keragaman situasi dan perasaan
kondisi masyarakat dan orang lain
memiliki kepekaan akan ● Mampu memahami
isu-isu di masyarakat kondisi orang lain yang
memiliki latar belakang
maupun kebutuhan
berbeda
● Memiliki kepekaan akan
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain
● Mampu mengendalikan
diri dan menunjukkan
perilaku responsif pada
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain

Standar Kompetensi Jabatan Jagabaya

I. Ikhtisar Jabatan

Ikhtisar Jabatan Jagabaya: Membantu lurah dalam melaksanakan urusan


operasional pemerintahan desa dan urusan
keistimewaan di bidang pertanahan dan tata ruang.

II. Ringkasan Tugas Jabatan & Kompetensi Terkait

Ringkasan Tugas Jabatan Kompetensi

Melaksanakan tugas 1. Manajemen pertanahan dan tata ruang (PT)


operasional di bidang

103
pemerintahan, dan urusan 2. Perumusan kebijakan pertanahan dan tata ruang
keistimewaan bidang (KPT)
pertanahan dan bidang tata 3. Pemetaan potensi (PTS)
ruang. 4. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
(SP)
5. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)

Melaksanakan administrasi 1. Survei, penelitian, dan analisis data (SPA)


kependudukan dan 2. Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan
pertanahan (AKP)
3. Pengelolaan sumber data (PSD)

Melakukan pembinaan 1. Komunikasi efektif (KE)


politik, wawasan kebangsaan 2. Pengetahuan produk hukum serta peraturan
dan kesatuan masyarakat perundang-undangan regional dan nasional (HK)
kalurahan serta upaya 3. Pengetahuan budaya daerah (BUD)
perlindungan masyarakat 4. Empati sosial (ES)

Merencanakan, 1. Pemberdayaan masyarakat (PM)


melaksanakan, mengevaluasi 2. Perencanaan & pengorganisasian (PP)
dan melaporkan kegiatan 3. Pengambilan Keputusan (PK)
pemeliharaan ketentraman, 4. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan
ketertiban dan perlindungan kegiatan (LKK)
masyarakat 5. Pemantauan dan evaluasi (PE)

Melaksanakan pemilihan 1. Manajemen kepegawaian dan sumber daya


Lurah, pengisian Pamong manusia (SDM)
Kalurahan, dan pemilihan
Badan Permusyawaratan
Kalurahan

Mengkoordinasi pelaksanaan 1. Kerjasama (KS)


pemilihan umum legislatif, 2. Pengelolaan forum (PF)
pemilihan presiden, dan
pemilihan kepala daerah di
tingkat kalurahan

Memfasilitasi kerjasama 1. Manajemen relasi (MR)


Pemerintah Kalurahan

III. Standar Kompetensi Jabatan

Kompetensi Kode Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Umum

Integritas I Sikap individu yang ● Memiliki sikap


mempriotitaskan menjunjung tinggi
profesionalitas, profesionalitas kerja
kejujuran, keadilan, dan ● Mampu menyampaikan

104
ketaatan akan peraturan, informasi sesuai dengan
norma, dan etika kerja kondisi faktual
yang berlaku di wilayah ● Mampu melaksanakan
desa. tugas dengan penuh
keterbukaan dan
transparansi
● Mampu melaksanakan
tugas secara netral
dengan memprioritaskan
keadilan bagi semua
pihak
● Menghormati kesetaraan
● Mampu menaati
peraturan, norma, dan
etika kerja sesuai dengan
regulasi atau kesepakatan
yang telah disetujui di
wilayah desa

Berorientasi pada BP Sikap individu yang ● Memiliki visi akan


pelayanan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat
kepentingan masyarakat desa
dan kualitas pelayanan ● Memprioritaskan
publik di atas kepentingan publik di
kepentingan pribadi atas kepentingan pribadi
atau kelompok atau kelompok tertentu
● Melakukan tugas dengan
semangat pelayanan
kepada masyarakat desa

B. Teknikal

Manajemen PT Kemampuan untuk ● Mengetahui kebijakan


pertanahan dan tata mengelola, regional dan nasional
ruang mengoperasikan, yang berkaitan dengan
memanfaatkan, dan pertanahan dan tata ruang
memelihara sumber ● Mampu
daya pertanahan dan mengidentifikasikan
tata ruang di wilayah kondisi, potensi, serta isu
desa demi kepentingan yang berkaitan dengan
bersama pertanahan dan tata ruang
di wilayah desa
● Mampu merancang
strategi guna
menyelesaikan
permasalahan pertanahan
dan tata ruang di wilayah
desa
● Mampu mengarahkan
pelaksanaan urusan

105
pertanahan dan tata ruang
di wilayah desa sesuai
dengan peraturan yang
berlaku

Perumusan kebijakan KPT Kemampuan untuk ● Mampu memahami


pertanahan dan tata mengidentifikasi, prinsip dasar pengelolaan
ruang merencanakan, dan pertanahan dan tata ruang
merumuskan kebijakan ● Mampu
mengenai pengelolaan, mengidentifikasikan dan
pemanfaatan, serta menganalisis isu
penyelenggaraan pertanahan dan tata ruang
pertanahan dan tata di wilayah desa
ruang ● Mampu mengobservasi
kelebihan dan
kekurangan serta menilai
efektivitas kebijakan
pertanahan dan tata ruang
yang telah ditetapkan
● Mampu merumuskan
kebijakan pertanahan dan
penataan ruang
berdasarkan rekomendasi
penanganan isu
pertanahan dan penataan
ruang yang tepat

Pengetahuan sistem, SP Pengetahuan akan ● Mengetahui sistem,


prosedur, dan tata sistem, prosedur dan prosedur, dan tata cara
cara kerja tata cara kerja dalam kerja yang berlaku dalam
pelaksaan pemerintahan proses operasional desa
desa, baik yang ● Memahami implementasi
mengatur pelaksanaan sistem, prosedur, dan tata
pemerintahan secara cara kerja yang berlaku
internal maupun yang dalam pelaksanaan
berkaitan dengan penugasan desa
supradesa dan lembaga ● Memahami standar
lain, menurut peraturan pelaksanaan sistem,
yang berlaku. prosedur, dan tata cara
kerja yang berlaku dalam
proses operasional desa
● Memahami mekanisme
penggunaan alat atau
media pendukung guna
mengimplementasikan
sistem, prosedur, dan tata
cara kerja yang berlaku
dalam pelaksanaan
penugasan desa

106
Penggunaan AD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar
perangkat dan menggunakan perangkat operasi perangkat dan
aplikasi digital dan aplikasi digital aplikasi digital,
secara efektif, efisien, khususnya yang
dan tepat guna untuk berkaitan dengan
menyelesaikan tugas operasional desa
sesuai dengan peraturan ● Mampu mengoperasikan
yang berlaku. perangkat dan aplikasi
digital secara efektif dan
efisien guna mendukung
penyelesaian penugasan
desa
● Mampu melakukan
trouble-shooting dasar
guna saat menghadapi
gangguan perangkat
maupun aplikasi

Survei, penelitian, SPA Kemampuan untuk ● Memiliki pengetahuan


dan analisis data merancang dan akan prinsip dan
mengoperasikan desain mekanisme dasar survei,
survei, penelitian, dan penelitian, dan analisis
analisis data guna data
menghimpun informasi ● Mampu menyusun desain
kuantitatif maupun survei, penelitian, dan
kualitatif yang analisis data secara
dibutuhkan organisasi sistematis untuk
mendapatkan informasi
kualitatif dan kuantatif
yang dibutuhkan dalam
operasional desa
● Mampu mengoperasikan
perangkat keras dan
lunak yang dibutuhkan
untuk melaksanakan
survei, penelitian, dan
analisis data

Administrasi, AKP Keterampilan dalam ● Mengetahui prosedur


kesekretariatan, dan mengelola, menyusun, administrasi dan
pengarsipan dan memelihara kesekretariatan sesuai
administrasi ketentuan yang berlaku
surat-menyurat, ● Mampu menyusun surat
pengarsipan, serta tugas masuk dan surat keluar
kesekretariatan sesuai yang dibutuhkan untuk
peraturan yang berlaku mendukung kegiatan
operasional desa
● Mampu menyusun daftar
periksa arsip dan
memberikan penomoran

107
arsip secara sistematis
● Mampu mengelola dan
menyimpan surat, arsip,
dan produk administrasi
lain secara teratur sesuai
dengan prinsip
manajemen administrasi

Pengelolaan sumber PSD Kemampuan untuk ● Mengetahui teknik


data mengelola, pengelolaan sumber data
mengoperasikan, dan secara manual maupun
memelihara data, baik digital
yang tersedia secara ● Mampu mengoperasikan
manual maupun telah perangkat lunak dan
terkomputerisasi keras yang dipergunakan
untuk melakukan
pengelolaan sumber data
● Mampu melakukan
inventarisasi dan
pengarsipan data secara
sistematis dengan
memberikan pengkodean
sesuai dengan prinsip
manajemen data
● Mampu memindahkan
data secara aman dengan
memastikan tidak ada
kebocoran sumber data

Pengetahuan produk HK Pengetahuan akan ● Mengetahui hukum dan


hukum serta produk hukum serta peraturan
peraturan peraturan perundang-undangan
perundang-undangan perundang-undangan yang berlaku, khususnya
regional dan nasional yang mengatur tentang yang mengatur
pelaksanaan pemerintahan desa
pemerintahan desa, baik ● Memahami intepretasi
secara langsung maupun hukum dan peraturan
tidak langsung, dan perundang-undangan
berlaku secara regional yang berlaku, khususnya
maupun nasional. yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami implementasi
hukum dan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya
yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami rencana
penyelesaian masalah
berdasarkan hukum dan

108
peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya
yang mengatur
pemerintahan desa

Penyusunan laporan LKK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


kinerja dan dapat menyusun laporan dan prosedur penyusunan
pelaksanaan kegiatan kinerja dan pelaksanaan laporan kinerja dan
kegiatan secara pelaksanaan kegiatan,
sistematis, terarah, dan khususnya yang
terstruktur sesuai berkaitan dengan
dengan peraturan yang operasional desa
berlaku. ● Mampu mengoperasikan
perangkat dan aplikasi
digital yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan
kinerja dan pelaksanaan
kegiatan
● Mampu menuliskan
informasi serta data-data
dalam laporan kinerja
dan pelaksanaan kegiatan
secara efektif, rinci, dan
terstruktur dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan

C. Teknikal Keistimewaan

Pengelolaan tanah TK Kemampuan untuk ● Mengetahui regulasi


kasultanan mengawasi, mengelola, serta peraturan
dan memanfaatkan perundang-undangan
tanah kasultanan di yang mengatur
wilayah desa guna penggunaan dan
mendukung pemanfaatan Tanah
kesejahteraan Kasultanan
masyarakat desa sesuai ● Mengetahui mekanisme
dengan peraturan yang penggunaan dan
berlaku pemanfaatan Tanah
Kasultanan
● Mampu mengawasi
penggunaan dan
pemanfaatan Tanah
Kasultanan di wilayah
desa
● Mampu menyusun
strategi penyelesaian
masalah yang berkaitan
dengan isu penggunaan

109
dan pemanfaatan Tanah
Kasultanan di wilayah
desa

D. Managerial

Pemetaan potensi PTS Kemampuan untuk ● Mampu


mengidentifikasi, mengidentifikasi,
menganalisis, dan menganalisis, dan
melakukan pendataan mendata potensi sumber
akan potensi sumber daya di wilayah desa
daya milik desa yang ● Mampu
dapat dimanfaatkan mengklasifikasikan
demi kepentingan sumber daya potensial di
bersama wilayah desa ke dalam
kategorisasi sesuai
dengan pemanfaatannya
● Mampu menggali potensi
sumber daya yang belum
pernah dimanfaatkan
sebelumnya di wilayah
desa
● Mampu menyusun
strategi pemanfaatan
potensi sumber daya di
wilayah desa untuk
kepentingan bersama

Komunikasi efektif KE Keterampilan untuk ● Mampu menyampaikan


mengomunikasikan informasi dengan runtut
informasi secara efektif menggunakan bahasa
dan tepat sehingga yang mudah dimengerti
mampu dipahami oleh ● Mampu menjelaskan
pihak lain. suatu hal kepada pihak
lain tanpa menyinggung,
merendahkan, dan/atau
menyulut permasalahan
● Mampu menyesuaikan
gaya bahasa dan gaya
bicara dengan situasi dan
kondisi serta kelompok
audiens
● Mampu membangun
ekosistem komunikasi
yang positif dan
berlangsung secara dua
arah

Perencanaan & PP Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikan


pengorganisasian dapat menyusun dan menganalisis

110
rencana dan tahapan kebutuhan desa dan
kerja yang strategis masyarakat
serta mengelola sumber ● Mampu menyusun
daya guna mendukung rencana kerja jangka
pelaksanaan rencana pendek maupun jangka
tersebut. panjang untuk menjawab
kebutuhan desa dan
masyarakat
● Mampu menguraian
kebutuhan pelaksanaan
rencana kerja secara rinci
serta menyusun strategi
penerapannya

Pengambilan PK Kemampuan untuk ● Mampu


Keputusan dapat memahami mengintegrasikan
kondisi dan menentukan berbagai ide, sudut
keputusan yang dapat pandang, dan gagasan
menjadi solusi terbaik menjadi satu solusi yang
bagi semua pihak. strategis
● Mampu melihat berbagai
opsi solusi secara
objektif dan
komprehensif dengan
memerhatikan berbagai
kelebihan dan
kekurangan dari
masing-masingg opsi
● Mampu melihat opsi
solusi yang dapat
memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan
mendukung pelaksanaan
program pemerintah desa
● Mampu mengambil
keputusan dengan dasar
pemikiran yang jelas dan
dapat
dipertanggungjawabkan

Pemantauan dan PE Kemampuan untuk ● Mampu melakukan


evaluasi melakukan observasi penilaian program dan
hasil serta melakukan kinerja secara objektif
penilaian kerja dengan melalui berbagai metode
tujuan mengetahui berbeda
celah, kekurangan, serta ● Mampu mengidentifikasi
kelebihan dari kinerja kelebihan dan
yang telah dilakukan. kekurangan dari objek
yang dinilai secara
objektif

111
● Mampu memberikan
saran serta arahan untuk
memperbaiki program
serta kinerja yang telah
dilakukan pada
pelaksanaan selanjutnya

Manajemen SDM Kemampuan untuk ● Mengetahui metode serta


kepegawaian dan melakukan pengelolaan prosedur perencanaan,
sumber daya manusia sumber daya manusia pengelolaan,
dalam lingkup pengawasan, dan
perangkat desa yang penilaian yang berkaitan
termasuk namun tidak dengan kinerja
terbatas pada profesional sumber daya
kemampuan untuk manusia dalam susunan
menilai kinerja SDM, pamong desa
kemampuan untuk ● Mampu melakukan
merencanakan penilaian objektif kepada
peningkatan kualitas sumber daya manusia
SDM, serta kemampuan dalam susunan pamong
untuk dapat mengatur desa dengan berdasarkan
kinerja SDM. instrumen yang berlaku
● Mampu mengarahkan
dan/atau memfasilitasi
sumber daya manusia
dalam susunan pamong
desa dengan kegiatan
pengembangan kapasitas
sesuai dengan
kebutuhannya
masing-masing
● Mampu mengelola
dan/atau
mengembangkan
lingkungan kerja yang
positif dan mendukung
peningkatan kapasitas
sumber daya manusia
dalam susunan pamong
desa

Kerjasama KS Sikap dan keterampilan ● Mampu menunjukkan


untuk dapat menjunjung sikap dan perilaku
tinggi keputusan menghargai perbedaan
bersama dan melibatkan pendapat
partisipasi pihak lain ● Mampu menunjukkan
dan upaya penyelesaian sikap dan perilaku
tugas. menerima masukan
maupun kritik secara
positif

112
● Mampu menunjukkan
sikap dan perilaku
menjunjung tinggi
keputusan kelompok dan
hasil musyawarah
bersama
● Mampu bersinergi
dengan pihak lain guna
mencapai tujuan bersama

Pengelolaan forum PF Kemampuan untuk ● Mampu memimpin


dapat mengelola berjalannya forum
individu yang berada dengan memastikan
dalam sebuah forum kondusivitas forum
serta menciptakan iklim ● Mampu mengarahkan
forum yang kondusif diskusi dan interaksi
dan saling menghargai. dalam forum agar tetap
berjalan pada topik yang
telah disepakati dengan
menekankan pada nilai
inklusivitas dan
penghargaan terhadap
semua anggota forum
● Mampu mengarahkan
diskusi untuk mencapai
kemufakatan

Manajemen relasi MR Kemampuan untuk ● Mampu menjalin


mengelola hubungan hubungan positif dan
baik dengan berbagai suportif dengan anggota
pihak dan membentuk internal pamong desa
kerjasama demi ● Mampu menjalin
kepentingan bersama. hubungan positif dan
suportif dengan
masyarakat dan seluruh
lembaga, organisasi,
maupun perkumpulan di
wilayah desa
● Mampu menjalin
hubungan positif dan
suportif dengan
supradesa serta
pihak-pihak lain yang
bersinggungan langsung
maupun tidak langsung
dengan desa

E. Sosiokultural

113
Pengetahuan budaya BUD Pengetahuan akan ● Memahami kondisi sosial
daerah sumber daya sosial dan budaya masyarakat
budaya yang menjadi sekitar
bagian dari kehidupan ● Memahami budaya yang
masyarakat. dimiliki masyarakat di
lingkungan sekitar
● Memahami nilai-nilai
dasar dan arti filosofis
yang terkandung dalam
budaya masyarakat
● Mampu melaksanakan
praktik yang berkaitan
dengan budaya
masyarakat

Empati sosial ES Sikap individu yang ● Mampu memahami


menghargai keragaman situasi dan perasaan
kondisi masyarakat dan orang lain
memiliki kepekaan akan ● Mampu memahami
isu-isu di masyarakat kondisi orang lain yang
memiliki latar belakang
maupun kebutuhan
berbeda
● Memiliki kepekaan akan
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain
● Mampu mengendalikan
diri dan menunjukkan
perilaku responsif pada
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain

Pemberdayaan PM Keterampilan untuk ● Mengetahui prinsip


masyarakat dapat mengembangkan pemberdayaan
kemandirian masyarakat masyarakat dan
dengan meningkatkan kebijakan yang mengatur
pengetahuan, sikap, proses pemberdayaan
keterampilan, dan masyarakat di wilayah
perilaku masyarakat desa
dalam pengelolaan ● Mampu menyusun
sumber daya guna strategi pemberdayaan
meningkatkan masyarakat dengan
kesejahteraan memanfaatkan sumber
masyarakat daya yang tersedia di
wilayah desa guna
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
● Mampu menyelenggaran

114
kegiatan yang
mendukung peningkatan
pengetahuan, sikap, dan
keterampilan masyarakat
guna mencapai kondisi
masyarakat mandiri dan
berdaya
● Mampu mengawal dan
membantu masyarakat
dalam melaksanakan
strategi pemberdayaan

Standar Kompetensi Jabatan Kamituwa

I. Ikhtisar Jabatan

Ikhtisar Jabatan Kamituwa: Membantu lurah dalam melaksanakan urusan


operasional desa di bidang kemasyarakatan serta
urusan keistimewaan di bidang kebudayaan.

II. Ringkasan Tugas Jabatan & Kompetensi Terkait

Ringkasan Tugas Jabatan Kompetensi

Melaksanakan tugas 1. Pemetaan potensi (PTS)


operasional di bidang 2. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
kemasyarakatan dan urusan (SP)
keistimewaan bidang 3. Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan
kebudayaan (AKP)
4. Pengelolaan sumber data (PSD)

Melaksanakan kegiatan 1. Pengetahuan budaya daerah (BUD)


kemasyarakatan di bidang 2. Empati sosial (ES)
pendidikan, pemuda dan 3. Perencanaan & pengorganisasian (PP)
olahraga, kesehatan, keluarga 4. Pengambilan Keputusan (PK)
berencana, pemberdayaan 5. Pengelolaan konflik (KO)
keluarga, perempuan, dan
perlindungan anak guna
membina kesejahteraan
masyarakat

Mengoordinasikan kegiatan 1. Komunikasi efektif (KE)


pemberdayaan masyarakat 2. Pemberdayaan masyarakat (PM)
sesuai bidang tugasnya 3. Pengelolaan forum (PF)
4. Kerjasama (KS)

Melaksanakan pendataan 1. Survei, penelitian, dan analisis data (SPA)


potensi budaya 2. Pengelolaan sumber data (PSD)

115
kalurahan

Melakukan upaya pelestarian 1. Keterampilan bahasa daerah (BD)


nilai sosial budaya 2. Pengetahuan budaya daerah (BUD)
masyarakat, keagamaan, dan 3. Pengelolaan keragaman lingkungan budaya (LB)
ketenagakerjaan

Merencanakan, 1. Perencanaan & pengorganisasian (PP)


melaksanakan, mengevaluasi 2. Pengambilan Keputusan (PK)
dan melaporkan kegiatan 3. Pengetahuan nilai, norma, dan ketentuan agama
pembinaan mental spiritual, (NA)
keagamaan, nikah, talak, 4. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan
cerai dan rujuk, sosial, kegiatan (LKK)
pendidikan, kebudayaan, olah 5. Pemantauan dan evaluasi (PE)
raga, kepemudaan, kesehatan 6. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)
masyarakat, kesejahteraan
keluarga, pemberdayaan
perempuan dan perlindungan
anak

III. Standar Kompetensi Jabatan

Kompetensi Kode Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Umum

Integritas I Sikap individu yang ● Memiliki sikap


mempriotitaskan menjunjung tinggi
profesionalitas, profesionalitas kerja
kejujuran, keadilan, dan ● Mampu menyampaikan
ketaatan akan peraturan, informasi sesuai dengan
norma, dan etika kerja kondisi faktual
yang berlaku di wilayah ● Mampu melaksanakan
desa. tugas dengan penuh
keterbukaan dan
transparansi
● Mampu melaksanakan
tugas secara netral
dengan memprioritaskan
keadilan bagi semua
pihak
● Menghormati kesetaraan
● Mampu menaati
peraturan, norma, dan
etika kerja sesuai dengan
regulasi atau kesepakatan
yang telah disetujui di
wilayah desa

116
Berorientasi pada BP Sikap individu yang ● Memiliki visi akan
pelayanan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat
kepentingan masyarakat desa
dan kualitas pelayanan ● Memprioritaskan
publik di atas kepentingan publik di
kepentingan pribadi atas kepentingan pribadi
atau kelompok atau kelompok tertentu
● Melakukan tugas dengan
semangat pelayanan
kepada masyarakat desa

B. Teknikal

Pengetahuan sistem, SP Pengetahuan akan ● Mengetahui sistem,


prosedur, dan tata sistem, prosedur dan prosedur, dan tata cara
cara kerja tata cara kerja dalam kerja yang berlaku dalam
pelaksaan pemerintahan proses operasional desa
desa, baik yang ● Memahami implementasi
mengatur pelaksanaan sistem, prosedur, dan tata
pemerintahan secara cara kerja yang berlaku
internal maupun yang dalam pelaksanaan
berkaitan dengan penugasan desa
supradesa dan lembaga ● Memahami standar
lain, menurut peraturan pelaksanaan sistem,
yang berlaku. prosedur, dan tata cara
kerja yang berlaku dalam
proses operasional desa
● Memahami mekanisme
penggunaan alat atau
media pendukung guna
mengimplementasikan
sistem, prosedur, dan tata
cara kerja yang berlaku
dalam pelaksanaan
penugasan desa

Administrasi, AKP Keterampilan dalam ● Mengetahui prosedur


kesekretariatan, dan mengelola, menyusun, administrasi dan
pengarsipan dan memelihara kesekretariatan sesuai
administrasi ketentuan yang berlaku
surat-menyurat, ● Mampu menyusun surat
pengarsipan, serta tugas masuk dan surat keluar
kesekretariatan sesuai yang dibutuhkan untuk
peraturan yang berlaku mendukung kegiatan
operasional desa
● Mampu menyusun daftar
periksa arsip dan
memberikan penomoran
arsip secara sistematis
● Mampu mengelola dan

117
menyimpan surat, arsip,
dan produk administrasi
lain secara teratur sesuai
dengan prinsip
manajemen administrasi

Pengelolaan sumber PSD Kemampuan untuk ● Mengetahui teknik


data mengelola, pengelolaan sumber data
mengoperasikan, dan secara manual maupun
memelihara data, baik digital
yang tersedia secara ● Mampu mengoperasikan
manual maupun telah perangkat lunak dan
terkomputerisasi keras yang dipergunakan
untuk melakukan
pengelolaan sumber data
● Mampu melakukan
inventarisasi dan
pengarsipan data secara
sistematis dengan
memberikan pengkodean
sesuai dengan prinsip
manajemen data
● Mampu memindahkan
data secara aman dengan
memastikan tidak ada
kebocoran sumber data

Survei, penelitian, SPA Kemampuan untuk ● Memiliki pengetahuan


dan analisis data merancang dan akan prinsip dan
mengoperasikan desain mekanisme dasar survei,
survei, penelitian, dan penelitian, dan analisis
analisis data guna data
menghimpun informasi ● Mampu menyusun desain
kuantitatif maupun survei, penelitian, dan
kualitatif yang analisis data secara
dibutuhkan organisasi sistematis untuk
mendapatkan informasi
kualitatif dan kuantatif
yang dibutuhkan dalam
operasional desa
● Mampu mengoperasikan
perangkat keras dan
lunak yang dibutuhkan
untuk melaksanakan
survei, penelitian, dan
analisis data

Pengetahuan nilai, NA Pengetahuan akan nilai, ● Mengetahui nilai, norma,


norma, dan ketentuan norma, dan ketentuan dan ketentuan
agama agama yang dianut oleh keagamaan yang dianut

118
masyarakat setempat oleh masyarakat di
dan menjadi nilai yang wilayah desa
mendasari pelaksanaan ● Mengetahui mekanisme
kegiatan, praktik adat, serta persyaratan dalam
maupun praktik melakukan praktik
peribadatan masyarakat pelaksanaan nilai, norma,
dan keagamaan di
wilayah desa
● Mampu memimpin
pelaksanaan praktik
keagamaan, khususnya
yang menjadi tradisi
masyarakat di wilayah
desa

Penyusunan laporan LKK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


kinerja dan dapat menyusun laporan dan prosedur penyusunan
pelaksanaan kegiatan kinerja dan pelaksanaan laporan kinerja dan
kegiatan secara pelaksanaan kegiatan,
sistematis, terarah, dan khususnya yang
terstruktur sesuai berkaitan dengan
dengan peraturan yang operasional desa
berlaku. ● Mampu mengoperasikan
perangkat dan aplikasi
digital yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan
kinerja dan pelaksanaan
kegiatan
● Mampu menuliskan
informasi serta data-data
dalam laporan kinerja
dan pelaksanaan kegiatan
secara efektif, rinci, dan
terstruktur dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan

Pemantauan dan PE Kemampuan untuk ● Mampu melakukan


evaluasi melakukan observasi penilaian program dan
hasil serta melakukan kinerja secara objektif
penilaian kerja dengan melalui berbagai metode
tujuan mengetahui berbeda
celah, kekurangan, serta ● Mampu mengidentifikasi
kelebihan dari kinerja kelebihan dan
yang telah dilakukan. kekurangan dari objek
yang dinilai secara
objektif
● Mampu memberikan
saran serta arahan untuk
memperbaiki program

119
serta kinerja yang telah
dilakukan pada
pelaksanaan selanjutnya

Penggunaan AD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


perangkat dan menggunakan perangkat operasi perangkat dan
aplikasi digital dan aplikasi digital aplikasi digital,
secara efektif, efisien, khususnya yang
dan tepat guna untuk berkaitan dengan
menyelesaikan tugas operasional desa
sesuai dengan peraturan ● Mampu mengoperasikan
yang berlaku. perangkat dan aplikasi
digital secara efektif dan
efisien guna mendukung
penyelesaian penugasan
desa
● Mampu melakukan
trouble-shooting dasar
guna saat menghadapi
gangguan perangkat
maupun aplikasi

C. Teknikal Keistimewaan

Pelestarian GY Keterampilan untuk ● Mengetahui


kebudayaan memelihara, aturan-aturan baku
Yogyakarta melestarikan, dan terkait kebudayaan
mengembangkan nilai, Yogyakarta
norma, tradisi, dan adat ● Memahami nilai, norma,
istiadat sebagai hasil dan regulasi terkait
olah cipta, rasa, karsa, kebudayaan Yogyakarta
serta karya yang ● Mampu menyusun
mengakar pada strategi guna
masyarakat memanfaatkan,
memelihara,
melestarikan, dan
mengembangkan
kebudayaan Yogyakarta,
khususnya di wilayah
desa
● Mampu mendorong
motivasi dan semangat
masyarakat untuk
memanfaatkan,
memelihara,
melestarikan, dan
mengembangkan
kebudayaan Yogyakarta,
khususnya di wilayah
desa

120
D. Managerial

Pemetaan potensi PTS Kemampuan untuk ● Mampu


mengidentifikasi, mengidentifikasi,
menganalisis, dan menganalisis, dan
melakukan pendataan mendata potensi sumber
akan potensi sumber daya di wilayah desa
daya milik desa yang ● Mampu
dapat dimanfaatkan mengklasifikasikan
demi kepentingan sumber daya potensial di
bersama wilayah desa ke dalam
kategorisasi sesuai
dengan pemanfaatannya
● Mampu menggali potensi
sumber daya yang belum
pernah dimanfaatkan
sebelumnya di wilayah
desa
● Mampu menyusun
strategi pemanfaatan
potensi sumber daya di
wilayah desa untuk
kepentingan bersama

Perencanaan & PP Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikan


pengorganisasian dapat menyusun dan menganalisis
rencana dan tahapan kebutuhan desa dan
kerja yang strategis masyarakat
serta mengelola sumber ● Mampu menyusun
daya guna mendukung rencana kerja jangka
pelaksanaan rencana pendek maupun jangka
tersebut. panjang untuk menjawab
kebutuhan desa dan
masyarakat
● Mampu menguraian
kebutuhan pelaksanaan
rencana kerja secara rinci
serta menyusun strategi
penerapannya

Pengambilan PK Kemampuan untuk ● Mampu


Keputusan dapat memahami mengintegrasikan
kondisi dan menentukan berbagai ide, sudut
keputusan yang dapat pandang, dan gagasan
menjadi solusi terbaik menjadi satu solusi yang
bagi semua pihak. strategis
● Mampu melihat berbagai
opsi solusi secara
objektif dan
komprehensif dengan

121
memerhatikan berbagai
kelebihan dan
kekurangan dari
masing-masingg opsi
● Mampu melihat opsi
solusi yang dapat
memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan
mendukung pelaksanaan
program pemerintah desa
● Mampu mengambil
keputusan dengan dasar
pemikiran yang jelas dan
dapat
dipertanggungjawabkan

Pengelolaan konflik KO Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikasi


dapat memahami inti inti permasalahan dan
permasalahan, melihat sumber-sumber
hubungan sebab-akibat permasalahan
dari berbagai informasi ● Mampu memahami
yang diperlukan, serta persoalan dari berbagai
mengembangkan perspektif yang berbeda
alternatif solusi untuk secara objektif
dapat meregulasi ● Mampu memberikan
permasalahan. alternatif penyelesaian
masalahan yang solutif
● Mampu merancang
strategi operasional dari
alternatif penyelesaian
masalah dengan
memanfaatkan sumber
daya yang ada

Komunikasi efektif KE Keterampilan untuk ● Mampu menyampaikan


mengomunikasikan informasi dengan runtut
informasi secara efektif menggunakan bahasa
dan tepat sehingga yang mudah dimengerti
mampu dipahami oleh ● Mampu menjelaskan
pihak lain. suatu hal kepada pihak
lain tanpa menyinggung,
merendahkan, dan/atau
menyulut permasalahan
● Mampu menyesuaikan
gaya bahasa dan gaya
bicara dengan situasi dan
kondisi serta kelompok
audiens
● Mampu membangun
ekosistem komunikasi

122
yang positif dan
berlangsung secara dua
arah

Pengelolaan forum PF Kemampuan untuk ● Mampu memimpin


dapat mengelola berjalannya forum
individu yang berada dengan memastikan
dalam sebuah forum kondusivitas forum
serta menciptakan iklim ● Mampu mengarahkan
forum yang kondusif diskusi dan interaksi
dan saling menghargai. dalam forum agar tetap
berjalan pada topik yang
telah disepakati dengan
menekankan pada nilai
inklusivitas dan
penghargaan terhadap
semua anggota forum
● Mampu mengarahkan
diskusi untuk mencapai
kemufakatan

Kerjasama KS Sikap dan keterampilan ● Mampu menunjukkan


untuk dapat menjunjung sikap dan perilaku
tinggi keputusan menghargai perbedaan
bersama dan melibatkan pendapat
partisipasi pihak lain ● Mampu menunjukkan
dan upaya penyelesaian sikap dan perilaku
tugas. menerima masukan
maupun kritik secara
positif
● Mampu menunjukkan
sikap dan perilaku
menjunjung tinggi
keputusan kelompok dan
hasil musyawarah
bersama
● Mampu bersinergi
dengan pihak lain guna
mencapai tujuan bersama

E. Sosiokultural

Pengetahuan budaya BUD Pengetahuan akan ● Memahami kondisi sosial


daerah sumber daya sosial dan budaya masyarakat
budaya yang menjadi sekitar
bagian dari kehidupan ● Memahami budaya yang
masyarakat. dimiliki masyarakat di
lingkungan sekitar
● Memahami nilai-nilai
dasar dan arti filosofis

123
yang terkandung dalam
budaya masyarakat
● Mampu melaksanakan
praktik yang berkaitan
dengan budaya
masyarakat

Empati sosial ES Sikap individu yang ● Mampu memahami


menghargai keragaman situasi dan perasaan
kondisi masyarakat dan orang lain
memiliki kepekaan akan ● Mampu memahami
isu-isu di masyarakat kondisi orang lain yang
memiliki latar belakang
maupun kebutuhan
berbeda
● Memiliki kepekaan akan
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain
● Mampu mengendalikan
diri dan menunjukkan
perilaku responsif pada
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain

Pemberdayaan PM Keterampilan untuk ● Mengetahui prinsip


masyarakat dapat mengembangkan pemberdayaan
kemandirian masyarakat masyarakat dan
dengan meningkatkan kebijakan yang mengatur
pengetahuan, sikap, proses pemberdayaan
keterampilan, dan masyarakat di wilayah
perilaku masyarakat desa
dalam pengelolaan ● Mampu menyusun
sumber daya guna strategi pemberdayaan
meningkatkan masyarakat dengan
kesejahteraan memanfaatkan sumber
masyarakat daya yang tersedia di
wilayah desa guna
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
● Mampu menyelenggaran
kegiatan yang
mendukung peningkatan
pengetahuan, sikap, dan
keterampilan masyarakat
guna mencapai kondisi
masyarakat mandiri dan
berdaya
● Mampu mengawal dan

124
membantu masyarakat
dalam melaksanakan
strategi pemberdayaan

Keterampilan bahasa BD Keterampilan untuk Memahami dasar-dasar


daerah dapat menggunakan penggunaan bahasa Jawa
bahasa daerah secara Mampu berinteraksi
fasih dengan menggunakan bahasa
menyesuaikan kegiatan, Jawa secara fasih dan
situasi, dan target tepat
audiens. Mampu menyesuaikan
penggunaan gaya bahasa
ketika berinteraksi
menggunakan bahasa
Jawa dalam situasi dan
kondisi yang berbeda

Pengetahuan budaya BUD Pengetahuan akan ● Memahami kondisi sosial


daerah sumber daya sosial dan budaya masyarakat
budaya yang menjadi sekitar
bagian dari kehidupan ● Memahami budaya yang
masyarakat. dimiliki masyarakat di
lingkungan sekitar
● Memahami nilai-nilai
dasar dan arti filosofis
yang terkandung dalam
budaya masyarakat
● Mampu melaksanakan
praktik yang berkaitan
dengan budaya
masyarakat

Pengelolaan LB Keterampilan untuk ● Memahami keberagaman


keragaman mengelola keragamanan lingkungan di berbagai
lingkungan budaya lingkungan budaya di wilayah desa
wilayah desa untuk ● Mampu mengidentifikasi
dapat diintegrasikan potensi sumber daya
demi kepentingan lingkungan di berbagai
bersama. wilayah desa
● Mampu memanfaatkan
potensi sumber daya
lingkungan di berbagai
wilayah desa secara
optimal guna mendukung
kesejahteraan masyarakat
dengan tetap
memperhatikan prinsip
ekoefisien

125
Standar Kompetensi Jabatan Ulu-ulu

I. Ikhtisar Jabatan

Ikhtisar Jabatan Ulu-ulu: Membantu lurah dalam melaksanakan urusan urusan


operasional di bidang pembangunan serta urusan
keistimewaan di bidang tata ruang dan kebudayaan.

II. Ringkasan Tugas Jabatan & Kompetensi Terkait

Ringkasan Tugas Jabatan Kompetensi

melaksanakan tugas 1. Pemetaan potensi (PTS)


operasional di bidang 2. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
pembangunan dan (SP)
kemakmuran serta 3. Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan
melaksanakan urusan (AKP)
Keistimewaan bidang tata 4. Pengelolaan sumber data (PSD)
ruang dan kebudayaan

melakukan pendataan potensi 1. Survei, penelitian, dan analisis data (SPA)


budaya kalurahan dan 2. Pengelolaan sumber data (PSD)
penyelenggaraan serta 3. Pemetaan potensi (PTS)
pengelolaan kalurahan 4. Pengetahuan budaya daerah (BUD)
budaya dan/atau kawasan 5. Pengelolaan keragaman lingkungan budaya (LB)
budaya

merencanakan, 1. Perencanaan & pengorganisasian (PP)


melaksanakan, mengevaluasi 2. Pengambilan Keputusan (PK)
dan melaporkan kegiatan 3. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan
pembangunan Kalurahan kegiatan (LKK)
4. Pemantauan dan evaluasi (PE)
5. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)

melakukan pembinaan usaha 1. Manajemen badan usaha dan sumber pendapatan


perdagangan, perindustrian, (MBU)
koperasi, dan usaha mikro 2. Berpikir Wirausaha (BW)
kecil dan menengah serta
badan usaha milik kalurahan

mengelola sarana dan 1. Berpikir analisis (BA)


prasarana perekonomian 2. Berpikir konseptual (BK)
masyarakat Kalurahan dan
sumber-sumber pendapatan
Kalurahan

melakukan pembinaan 1. Pengelolaan forum (PF)


Lembaga Pemberdayaan 2. Kerjasama (KS)
Masyarakat Kalurahan 3. Manajemen relasi (MR)

126
mengoordinasikan kegiatan 1. Empati sosial (ES)
pemberdayaan masyarakat 2. Perencanaan & pengorganisasian (PP)
serta meningkatkan peran 3. Pengambilan Keputusan (PK)
serta masyarakat dalam 4. Pengelolaan konflik (KO)
pelestarian lingkungan hidup 5. Komunikasi efektif (KE)
6. Pemberdayaan masyarakat (PM)
7. Keterampilan bahasa daerah (BD)
8. Pengelolaan keragaman lingkungan budaya (LB)

III. Standar Kompetensi Jabatan

Kompetensi Kode Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Umum

Integritas I Sikap individu yang ● Memiliki sikap


mempriotitaskan menjunjung tinggi
profesionalitas, profesionalitas kerja
kejujuran, keadilan, dan ● Mampu menyampaikan
ketaatan akan peraturan, informasi sesuai dengan
norma, dan etika kerja kondisi faktual
yang berlaku di wilayah ● Mampu melaksanakan
desa. tugas dengan penuh
keterbukaan dan
transparansi
● Mampu melaksanakan
tugas secara netral
dengan memprioritaskan
keadilan bagi semua
pihak
● Menghormati kesetaraan
● Mampu menaati
peraturan, norma, dan
etika kerja sesuai dengan
regulasi atau kesepakatan
yang telah disetujui di
wilayah desa

Berorientasi pada BP Sikap individu yang ● Memiliki visi akan


pelayanan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat
kepentingan masyarakat desa
dan kualitas pelayanan ● Memprioritaskan
publik di atas kepentingan publik di
kepentingan pribadi atas kepentingan pribadi
atau kelompok atau kelompok tertentu
● Melakukan tugas dengan
semangat pelayanan
kepada masyarakat desa

B. Teknikal

127
Manajemen badan MBU Kemampuan untuk ● Mengetahui badan usaha
usaha dan sumber merencanakan, serta sumber pendapatan
pendapatan mengoperasikan, dan yang dimiliki oleh desa
mengelola badan usaha serta regulasi yang
serta sumber mengaturnya
pendapatan lain yang ● Mampu menyusun
yang dimiliki desa rencana strategi
dengan tujuan untuk operasional badan usaha
memaksimalkan hasil serta sumber pendapatan
atau target yang ingin yang dimiliki oleh desa
dicapai untuk mendapatkan hasil
yang maksimal
● Mampu mengawasi dan
membantu kegiatan
operasional badan usaha
serta sumber pendapatan
lain milik desa
● Mampu menilai dan
mengevaluasi efektivitas
kerja badan usaha serta
sumber pendapatan lain
milik desa
● Mampu memberikan
saran dan arahan guna
mengoptimalkan kinerja
badan usaha serta sumber
pendapatan lain milik
desa

Pengetahuan sistem, SP Pengetahuan akan ● Mengetahui sistem,


prosedur, dan tata sistem, prosedur dan prosedur, dan tata cara
cara kerja tata cara kerja dalam kerja yang berlaku dalam
pelaksaan pemerintahan proses operasional desa
desa, baik yang ● Memahami implementasi
mengatur pelaksanaan sistem, prosedur, dan tata
pemerintahan secara cara kerja yang berlaku
internal maupun yang dalam pelaksanaan
berkaitan dengan penugasan desa
supradesa dan lembaga ● Memahami standar
lain, menurut peraturan pelaksanaan sistem,
yang berlaku. prosedur, dan tata cara
kerja yang berlaku dalam
proses operasional desa
● Memahami mekanisme
penggunaan alat atau
media pendukung guna
mengimplementasikan
sistem, prosedur, dan tata
cara kerja yang berlaku

128
dalam pelaksanaan
penugasan desa

Administrasi, AKP Keterampilan dalam ● Mengetahui prosedur


kesekretariatan, dan mengelola, menyusun, administrasi dan
pengarsipan dan memelihara kesekretariatan sesuai
administrasi ketentuan yang berlaku
surat-menyurat, ● Mampu menyusun surat
pengarsipan, serta tugas masuk dan surat keluar
kesekretariatan sesuai yang dibutuhkan untuk
peraturan yang berlaku mendukung kegiatan
operasional desa
● Mampu menyusun daftar
periksa arsip dan
memberikan penomoran
arsip secara sistematis
● Mampu mengelola dan
menyimpan surat, arsip,
dan produk administrasi
lain secara teratur sesuai
dengan prinsip
manajemen administrasi

Pengelolaan sumber PSD Kemampuan untuk ● Mengetahui teknik


data mengelola, pengelolaan sumber data
mengoperasikan, dan secara manual maupun
memelihara data, baik digital
yang tersedia secara ● Mampu mengoperasikan
manual maupun telah perangkat lunak dan
terkomputerisasi keras yang dipergunakan
untuk melakukan
pengelolaan sumber data
● Mampu melakukan
inventarisasi dan
pengarsipan data secara
sistematis dengan
memberikan pengkodean
sesuai dengan prinsip
manajemen data
● Mampu memindahkan
data secara aman dengan
memastikan tidak ada
kebocoran sumber data

Survei, penelitian, SPA Kemampuan untuk ● Memiliki pengetahuan


dan analisis data merancang dan akan prinsip dan
mengoperasikan desain mekanisme dasar survei,
survei, penelitian, dan penelitian, dan analisis
analisis data guna data
menghimpun informasi ● Mampu menyusun desain

129
kuantitatif maupun survei, penelitian, dan
kualitatif yang analisis data secara
dibutuhkan organisasi sistematis untuk
mendapatkan informasi
kualitatif dan kuantatif
yang dibutuhkan dalam
operasional desa
● Mampu mengoperasikan
perangkat keras dan
lunak yang dibutuhkan
untuk melaksanakan
survei, penelitian, dan
analisis data

Penggunaan LB Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


perangkat dan menggunakan perangkat operasi perangkat dan
aplikasi digital dan aplikasi digital aplikasi digital,
secara efektif, efisien, khususnya yang
dan tepat guna untuk berkaitan dengan
menyelesaikan tugas operasional desa
sesuai dengan peraturan ● Mampu mengoperasikan
yang berlaku. perangkat dan aplikasi
digital secara efektif dan
efisien guna mendukung
penyelesaian penugasan
desa
● Mampu melakukan
trouble-shooting dasar
guna saat menghadapi
gangguan perangkat
maupun aplikasi

Penyusunan laporan LKK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


kinerja dan dapat menyusun laporan dan prosedur penyusunan
pelaksanaan kegiatan kinerja dan pelaksanaan laporan kinerja dan
kegiatan secara pelaksanaan kegiatan,
sistematis, terarah, dan khususnya yang
terstruktur sesuai berkaitan dengan
dengan peraturan yang operasional desa
berlaku. ● Mampu mengoperasikan
perangkat dan aplikasi
digital yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan
kinerja dan pelaksanaan
kegiatan
● Mampu menuliskan
informasi serta data-data
dalam laporan kinerja
dan pelaksanaan kegiatan
secara efektif, rinci, dan

130
terstruktur dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan

C. Teknikal Keistimewaan

Pengelolaan tanah TK Kemampuan untuk ● Mengetahui regulasi


kasultanan mengawasi, mengelola, serta peraturan
dan memanfaatkan perundang-undangan
tanah kasultanan di yang mengatur
wilayah desa guna penggunaan dan
mendukung pemanfaatan Tanah
kesejahteraan Kasultanan
masyarakat desa sesuai ● Mengetahui mekanisme
dengan peraturan yang penggunaan dan
berlaku pemanfaatan Tanah
Kasultanan
● Mampu mengawasi
penggunaan dan
pemanfaatan Tanah
Kasultanan di wilayah
desa
● Mampu menyusun
strategi penyelesaian
masalah yang berkaitan
dengan isu penggunaan
dan pemanfaatan Tanah
Kasultanan di wilayah
desa

D. Managerial

Komunikasi efektif KE Keterampilan untuk ● Mampu menyampaikan


mengomunikasikan informasi dengan runtut
informasi secara efektif menggunakan bahasa
dan tepat sehingga yang mudah dimengerti
mampu dipahami oleh ● Mampu menjelaskan
pihak lain. suatu hal kepada pihak
lain tanpa menyinggung,
merendahkan, dan/atau
menyulut permasalahan
● Mampu menyesuaikan
gaya bahasa dan gaya
bicara dengan situasi dan
kondisi serta kelompok
audiens
● Mampu membangun
ekosistem komunikasi
yang positif dan
berlangsung secara dua

131
arah

Berpikir konseptual BK Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat merumuskan situasi dan kondisi yang
suatu rencana dengan terjadi dengan
berdasarkan informasi berdasarkan aturan dasar
yang tersedia. logika (keabsahan dan
konsistensi informasi)
● Mampu melakukan
pengintegrasian dan
penyederhanaan
informasi yang
didapatkan dari berbagai
sumber
● Mampu
mengidentifikasikan isu
kunci yang signifikan
dalam situasi yang
kompleks
● Mampu
memformulasikan
konsep, teori, maupun
model yang dapat
digunakan untuk
menyelesaikan
permasalahan

Berpikir analisis BA Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat mengidentifikasi, situasi dan kondisi yang
mengurai, dan terjadi secara
memahami suatu komprehensif
kondisi secara ● Mampu menganalisis
komprehensif dengan hubungan sebab akibat
berdasarkan informasi, serta keuntungan
asumsi, dan logika yang kelemahan dari situasi
dimiliki dan kondisi yang terjadi
● Mampu melakukan
pendalaman situasi
dengan berdasarkan
fakta, asumsi, logika, dan
data yang dimiliki

Berpikir Wirausaha BW Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikasi


merumuskan ide dan menganalisis potensi
wirausaha dengan wirausaha yang dapat
memanfaatkan sumber dilakukan dengan
daya yang ada guna memanfaatkan sumber
mendapatkan manfaat daya desa
dan keuntungan yang ● Mampu merumuskan
dapat meningkatkan konsep dasar wirausaha

132
kesejahteraan bersama. yang dapat
dioperasionalkan dengan
memanfaatkan sumber
daya desa
● Mampu menyusun
rencana dan strategi
wirausaha secara rinci
dan sistematis

Pemetaan potensi PTS Kemampuan untuk ● Mampu


mengidentifikasi, mengidentifikasi,
menganalisis, dan menganalisis, dan
melakukan pendataan mendata potensi sumber
akan potensi sumber daya di wilayah desa
daya milik desa yang ● Mampu
dapat dimanfaatkan mengklasifikasikan
demi kepentingan sumber daya potensial di
bersama wilayah desa ke dalam
kategorisasi sesuai
dengan pemanfaatannya
● Mampu menggali potensi
sumber daya yang belum
pernah dimanfaatkan
sebelumnya di wilayah
desa
● Mampu menyusun
strategi pemanfaatan
potensi sumber daya di
wilayah desa untuk
kepentingan bersama

Perencanaan & PP Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikan


pengorganisasian dapat menyusun dan menganalisis
rencana dan tahapan kebutuhan desa dan
kerja yang strategis masyarakat
serta mengelola sumber ● Mampu menyusun
daya guna mendukung rencana kerja jangka
pelaksanaan rencana pendek maupun jangka
tersebut. panjang untuk menjawab
kebutuhan desa dan
masyarakat
● Mampu menguraian
kebutuhan pelaksanaan
rencana kerja secara rinci
serta menyusun strategi
penerapannya

Pengambilan PK Kemampuan untuk ● Mampu


Keputusan dapat memahami mengintegrasikan
kondisi dan menentukan berbagai ide, sudut

133
keputusan yang dapat pandang, dan gagasan
menjadi solusi terbaik menjadi satu solusi yang
bagi semua pihak. strategis
● Mampu melihat berbagai
opsi solusi secara
objektif dan
komprehensif dengan
memerhatikan berbagai
kelebihan dan
kekurangan dari
masing-masingg opsi
● Mampu melihat opsi
solusi yang dapat
memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan
mendukung pelaksanaan
program pemerintah desa
● Mampu mengambil
keputusan dengan dasar
pemikiran yang jelas dan
dapat
dipertanggungjawabkan

Pengelolaan forum PF Kemampuan untuk ● Mampu memimpin


dapat mengelola berjalannya forum
individu yang berada dengan memastikan
dalam sebuah forum kondusivitas forum
serta menciptakan iklim ● Mampu mengarahkan
forum yang kondusif diskusi dan interaksi
dan saling menghargai. dalam forum agar tetap
berjalan pada topik yang
telah disepakati dengan
menekankan pada nilai
inklusivitas dan
penghargaan terhadap
semua anggota forum
● Mampu mengarahkan
diskusi untuk mencapai
kemufakatan

Kerjasama KS Sikap dan keterampilan ● Mampu menunjukkan


untuk dapat menjunjung sikap dan perilaku
tinggi keputusan menghargai perbedaan
bersama dan melibatkan pendapat
partisipasi pihak lain ● Mampu menunjukkan
dan upaya penyelesaian sikap dan perilaku
tugas. menerima masukan
maupun kritik secara
positif
● Mampu menunjukkan

134
sikap dan perilaku
menjunjung tinggi
keputusan kelompok dan
hasil musyawarah
bersama
● Mampu bersinergi
dengan pihak lain guna
mencapai tujuan bersama

Manajemen relasi MR Kemampuan untuk ● Mampu menjalin


mengelola hubungan hubungan positif dan
baik dengan berbagai suportif dengan anggota
pihak dan membentuk internal pamong desa
kerjasama demi ● Mampu menjalin
kepentingan bersama. hubungan positif dan
suportif dengan
masyarakat dan seluruh
lembaga, organisasi,
maupun perkumpulan di
wilayah desa
● Mampu menjalin
hubungan positif dan
suportif dengan
supradesa serta
pihak-pihak lain yang
bersinggungan langsung
maupun tidak langsung
dengan desa

Pengelolaan konflik KO Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikasi


dapat memahami inti inti permasalahan dan
permasalahan, melihat sumber-sumber
hubungan sebab-akibat permasalahan
dari berbagai informasi ● Mampu memahami
yang diperlukan, serta persoalan dari berbagai
mengembangkan perspektif yang berbeda
alternatif solusi untuk secara objektif
dapat meregulasi ● Mampu memberikan
permasalahan. alternatif penyelesaian
masalahan yang solutif
● Mampu merancang
strategi operasional dari
alternatif penyelesaian
masalah dengan
memanfaatkan sumber
daya yang ada

Pemantauan dan PE Kemampuan untuk ● Mampu melakukan


evaluasi melakukan observasi penilaian program dan
hasil serta melakukan kinerja secara objektif

135
penilaian kerja dengan melalui berbagai metode
tujuan mengetahui berbeda
celah, kekurangan, serta ● Mampu mengidentifikasi
kelebihan dari kinerja kelebihan dan
yang telah dilakukan. kekurangan dari objek
yang dinilai secara
objektif
● Mampu memberikan
saran serta arahan untuk
memperbaiki program
serta kinerja yang telah
dilakukan pada
pelaksanaan selanjutnya

E. Sosiokultural

Keterampilan bahasa BD Keterampilan untuk Memahami dasar-dasar


daerah dapat menggunakan penggunaan bahasa Jawa
bahasa daerah secara Mampu berinteraksi
fasih dengan menggunakan bahasa
menyesuaikan kegiatan, Jawa secara fasih dan
situasi, dan target tepat
audiens. Mampu menyesuaikan
penggunaan gaya bahasa
ketika berinteraksi
menggunakan bahasa
Jawa dalam situasi dan
kondisi yang berbeda

Pengetahuan budaya BUD Pengetahuan akan ● Memahami kondisi sosial


daerah sumber daya sosial dan budaya masyarakat
budaya yang menjadi sekitar
bagian dari kehidupan ● Memahami budaya yang
masyarakat. dimiliki masyarakat di
lingkungan sekitar
● Memahami nilai-nilai
dasar dan arti filosofis
yang terkandung dalam
budaya masyarakat
● Mampu melaksanakan
praktik yang berkaitan
dengan budaya
masyarakat

Pengelolaan LB Keterampilan untuk ● Memahami keberagaman


keragaman mengelola keragamanan lingkungan di berbagai
lingkungan budaya lingkungan budaya di wilayah desa
wilayah desa untuk ● Mampu mengidentifikasi
dapat diintegrasikan potensi sumber daya
lingkungan di berbagai

136
demi kepentingan wilayah desa
bersama. ● Mampu memanfaatkan
potensi sumber daya
lingkungan di berbagai
wilayah desa secara
optimal guna mendukung
kesejahteraan masyarakat
dengan tetap
memperhatikan prinsip
ekoefisien

Empati sosial ES Sikap individu yang ● Mampu memahami


menghargai keragaman situasi dan perasaan
kondisi masyarakat dan orang lain
memiliki kepekaan akan ● Mampu memahami
isu-isu di masyarakat kondisi orang lain yang
memiliki latar belakang
maupun kebutuhan
berbeda
● Memiliki kepekaan akan
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain
● Mampu mengendalikan
diri dan menunjukkan
perilaku responsif pada
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain

Pemberdayaan PM Keterampilan untuk ● Mengetahui prinsip


masyarakat dapat mengembangkan pemberdayaan
kemandirian masyarakat masyarakat dan
dengan meningkatkan kebijakan yang mengatur
pengetahuan, sikap, proses pemberdayaan
keterampilan, dan masyarakat di wilayah
perilaku masyarakat desa
dalam pengelolaan ● Mampu menyusun
sumber daya guna strategi pemberdayaan
meningkatkan masyarakat dengan
kesejahteraan memanfaatkan sumber
masyarakat daya yang tersedia di
wilayah desa guna
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
● Mampu menyelenggaran
kegiatan yang
mendukung peningkatan
pengetahuan, sikap, dan
keterampilan masyarakat

137
guna mencapai kondisi
masyarakat mandiri dan
berdaya
● Mampu mengawal dan
membantu masyarakat
dalam melaksanakan
strategi pemberdayaan

Standar Kompetensi Jabatan Dukuh

I. Ikhtisar Jabatan

Ikhtisar Jabatan Dukuh: Membantu lurah dalam memimpin urusan kewilayahan


di tingkat padukuhan.

II. Ringkasan Tugas Jabatan & Kompetensi Terkait

Ringkasan Tugas Jabatan Kompetensi

Membantu lurah dan pamong 1. Pemantauan dan evaluasi (PE)


kalurahan dalam 2. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan
melaksanakan kegiatan kegiatan (LKK)
bidang pemerintahan di 3. Penggunaan perangkat dan aplikasi digital (AD)
tingkat padukuhan

Membantu lurah dan pamong 1. Pengetahuan produk hukum serta peraturan


kalurahan dalam perundang-undangan regional dan nasional (HK)
melaksanakan urusan 2. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
keistimewaan bidang (SP)
pertanahan, tata ruang dan
kebudayaan di tingkat
padukuhan

Membantu lurah dan pamong 1. Keterampilan bahasa daerah (BD)


kalurahan dalam melakukan 2. Pengetahuan budaya daerah (BUD)
upaya-upaya pemberdayaan 3. Pengelolaan keragaman lingkungan budaya (LB)
masyarakat serta 4. Empati sosial (ES)
pembangunan 5. Pemberdayaan masyarakat (PM)
kemasyarakatan dan 6. Berpikir Analisis (BA)
kebudayaan 7. Berpikir Inovatif (BI)
8. Berpikir Wirausaha (BW)
9. Perencanaan dan pengorganisasian (PP)

Melaksanakan pembinaan 1. Komunikasi efektif (KE)


ketentraman dan ketertiban, 2. Manajemen relasi (MR)
pelaksanaan upaya 3. Kepemimpinan (KP)
perlindungan masyarakat 4. Pengelolaan forum (PF)
5. Pengembangan diri dan orang lain (PDO)
6. Kerjasama (KS)

138
7. Pengambilan Keputusan (PK)
8. Pengelolaan konflik (KO)

III. Standar Kompetensi Jabatan

Kompetensi Kode Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Umum

Integritas I Sikap individu yang ● Memiliki sikap


mempriotitaskan menjunjung tinggi
profesionalitas, profesionalitas kerja
kejujuran, keadilan, dan ● Mampu menyampaikan
ketaatan akan peraturan, informasi sesuai dengan
norma, dan etika kerja kondisi faktual
yang berlaku di wilayah ● Mampu melaksanakan
desa. tugas dengan penuh
keterbukaan dan
transparansi
● Mampu melaksanakan
tugas secara netral
dengan memprioritaskan
keadilan bagi semua
pihak
● Menghormati kesetaraan
● Mampu menaati
peraturan, norma, dan
etika kerja sesuai dengan
regulasi atau kesepakatan
yang telah disetujui di
wilayah desa

Berorientasi pada BP Sikap individu yang ● Memiliki visi akan


pelayanan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat
kepentingan masyarakat desa
dan kualitas pelayanan ● Memprioritaskan
publik di atas kepentingan publik di
kepentingan pribadi atas kepentingan pribadi
atau kelompok atau kelompok tertentu
● Melakukan tugas dengan
semangat pelayanan
kepada masyarakat desa

B. Teknikal

Penyusunan laporan LKK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


kinerja dan dapat menyusun laporan dan prosedur penyusunan
pelaksanaan kegiatan kinerja dan pelaksanaan laporan kinerja dan
kegiatan secara pelaksanaan kegiatan,
sistematis, terarah, dan khususnya yang

139
terstruktur sesuai berkaitan dengan
dengan peraturan yang operasional desa
berlaku. ● Mampu mengoperasikan
perangkat dan aplikasi
digital yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan
kinerja dan pelaksanaan
kegiatan
● Mampu menuliskan
informasi serta data-data
dalam laporan kinerja
dan pelaksanaan kegiatan
secara efektif, rinci, dan
terstruktur dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan

Penggunaan AD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


perangkat dan menggunakan perangkat operasi perangkat dan
aplikasi digital dan aplikasi digital aplikasi digital,
secara efektif, efisien, khususnya yang
dan tepat guna untuk berkaitan dengan
menyelesaikan tugas operasional desa
sesuai dengan peraturan ● Mampu mengoperasikan
yang berlaku. perangkat dan aplikasi
digital secara efektif dan
efisien guna mendukung
penyelesaian penugasan
desa
● Mampu melakukan
trouble-shooting dasar
guna saat menghadapi
gangguan perangkat
maupun aplikasi

Pengetahuan produk HK Pengetahuan akan ● Mengetahui hukum dan


hukum serta produk hukum serta peraturan
peraturan peraturan perundang-undangan
perundang-undangan perundang-undangan yang berlaku, khususnya
regional dan nasional yang mengatur tentang yang mengatur
pelaksanaan pemerintahan desa
pemerintahan desa, baik ● Memahami intepretasi
secara langsung maupun hukum dan peraturan
tidak langsung, dan perundang-undangan
berlaku secara regional yang berlaku, khususnya
maupun nasional. yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami implementasi
hukum dan peraturan
perundang-undangan

140
yang berlaku, khususnya
yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami rencana
penyelesaian masalah
berdasarkan hukum dan
peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya
yang mengatur
pemerintahan desa

Pengetahuan sistem, SP Pengetahuan akan ● Mengetahui sistem,


prosedur, dan tata sistem, prosedur dan prosedur, dan tata cara
cara kerja tata cara kerja dalam kerja yang berlaku dalam
pelaksaan pemerintahan proses operasional desa
desa, baik yang ● Memahami implementasi
mengatur pelaksanaan sistem, prosedur, dan tata
pemerintahan secara cara kerja yang berlaku
internal maupun yang dalam pelaksanaan
berkaitan dengan penugasan desa
supradesa dan lembaga ● Memahami standar
lain, menurut peraturan pelaksanaan sistem,
yang berlaku. prosedur, dan tata cara
kerja yang berlaku dalam
proses operasional desa
● Memahami mekanisme
penggunaan alat atau
media pendukung guna
mengimplementasikan
sistem, prosedur, dan tata
cara kerja yang berlaku
dalam pelaksanaan
penugasan desa

C. Teknikal Keistimewaan

Pengelolaan tanah TK Kemampuan untuk ● Mengetahui regulasi


kasultanan mengawasi, mengelola, serta peraturan
dan memanfaatkan perundang-undangan
tanah kasultanan di yang mengatur
wilayah desa guna penggunaan dan
mendukung pemanfaatan Tanah
kesejahteraan Kasultanan
masyarakat desa sesuai ● Mengetahui mekanisme
dengan peraturan yang penggunaan dan
berlaku pemanfaatan Tanah
Kasultanan
● Mampu mengawasi
penggunaan dan

141
pemanfaatan Tanah
Kasultanan di wilayah
desa
● Mampu menyusun
strategi penyelesaian
masalah yang berkaitan
dengan isu penggunaan
dan pemanfaatan Tanah
Kasultanan di wilayah
desa

Pelestarian GY Keterampilan untuk ● Mengetahui


kebudayaan memelihara, aturan-aturan baku
Yogyakarta melestarikan, dan terkait kebudayaan
mengembangkan nilai, Yogyakarta
norma, tradisi, dan adat ● Memahami nilai, norma,
istiadat sebagai hasil dan regulasi terkait
olah cipta, rasa, karsa, kebudayaan Yogyakarta
serta karya yang ● Mampu menyusun
mengakar pada strategi guna
masyarakat memanfaatkan,
memelihara,
melestarikan, dan
mengembangkan
kebudayaan Yogyakarta,
khususnya di wilayah
desa
● Mampu mendorong
motivasi dan semangat
masyarakat untuk
memanfaatkan,
memelihara,
melestarikan, dan
mengembangkan
kebudayaan Yogyakarta,
khususnya di wilayah
desa

D. Managerial

Kepemimpinan KP Keterampilan untuk ● Mampu melakukan


dapat meyakinkan, tindakan persuasif guna
mengelola, mengarahkan kelompok
mempengaruhi, dan individu dan masyarakat
mendorong orang lain ● Mampu meyakinkan
untuk mencapai tujuan kelompok individu dan
bersama. masyarakat akan ide dan
gagasan yang
dikemukakan
● Mampu mengkoordinir

142
pembagian kerja sesuai
dengan kesesuaian kerja
dan indikator kinerja
● Mampu menyelaraskan
kondisi sumber daya dan
lingkungan untuk
mewujudkan ekosistem
yang kondusif dan positif

Pengembangan diri PDO Keterampilan untuk ● Mampu menganalisis


dan orang lain dapat menganalisis kelebihan dan
kemampuan diri dan kekurangan diri sendiri
orang lain serta serta orang lain secara
melakukan upaya guna objektif
mendorong peningkatan ● Mampu mengidentifikasi
kapasitas diri dan orang kebutuhan
lain. pengembangan diri untuk
peningkatan diri sendiri
dan orang lain
● Mampu memberikan
motivasi kepada orang
lain untuk
mengembangkan
kapasitas diri
● Mampu memberikan
umpan balik kepada
orang lain

Kerjasama KS Sikap dan keterampilan ● Mampu menunjukkan


untuk dapat menjunjung sikap dan perilaku
tinggi keputusan menghargai perbedaan
bersama dan melibatkan pendapat
partisipasi pihak lain ● Mampu menunjukkan
dan upaya penyelesaian sikap dan perilaku
tugas. menerima masukan
maupun kritik secara
positif
● Mampu menunjukkan
sikap dan perilaku
menjunjung tinggi
keputusan kelompok dan
hasil musyawarah
bersama
● Mampu bersinergi
dengan pihak lain guna
mencapai tujuan bersama

Pemantauan dan PE Kemampuan untuk ● Mampu melakukan


evaluasi melakukan observasi penilaian program dan
hasil serta melakukan kinerja secara objektif

143
penilaian kerja dengan melalui berbagai metode
tujuan mengetahui berbeda
celah, kekurangan, serta ● Mampu mengidentifikasi
kelebihan dari kinerja kelebihan dan
yang telah dilakukan. kekurangan dari objek
yang dinilai secara
objektif
● Mampu memberikan
saran serta arahan untuk
memperbaiki program
serta kinerja yang telah
dilakukan pada
pelaksanaan selanjutnya

Pengelolaan forum PF Kemampuan untuk ● Mampu memimpin


dapat mengelola berjalannya forum
individu yang berada dengan memastikan
dalam sebuah forum kondusivitas forum
serta menciptakan iklim ● Mampu mengarahkan
forum yang kondusif diskusi dan interaksi
dan saling menghargai. dalam forum agar tetap
berjalan pada topik yang
telah disepakati dengan
menekankan pada nilai
inklusivitas dan
penghargaan terhadap
semua anggota forum
● Mampu mengarahkan
diskusi untuk mencapai
kemufakatan

Pengambilan PK Kemampuan untuk ● Mampu


keputusan dapat memahami mengintegrasikan
kondisi dan menentukan berbagai ide, sudut
keputusan yang dapat pandang, dan gagasan
menjadi solusi terbaik menjadi satu solusi yang
bagi semua pihak. strategis
● Mampu melihat berbagai
opsi solusi secara
objektif dan
komprehensif dengan
memerhatikan berbagai
kelebihan dan
kekurangan dari
masing-masingg opsi
● Mampu melihat opsi
solusi yang dapat
memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan
mendukung pelaksanaan

144
program pemerintah desa
● Mampu mengambil
keputusan dengan dasar
pemikiran yang jelas dan
dapat
dipertanggungjawabkan

Pengelolaan konflik KO Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikasi


dapat memahami inti inti permasalahan dan
permasalahan, melihat sumber-sumber
hubungan sebab-akibat permasalahan
dari berbagai informasi ● Mampu memahami
yang diperlukan, serta persoalan dari berbagai
mengembangkan perspektif yang berbeda
alternatif solusi untuk secara objektif
dapat meregulasi ● Mampu memberikan
permasalahan. alternatif penyelesaian
masalahan yang solutif
● Mampu merancang
strategi operasional dari
alternatif penyelesaian
masalah dengan
memanfaatkan sumber
daya yang ada

Komunikasi efektif KE Keterampilan untuk ● Mampu menyampaikan


mengomunikasikan informasi dengan runtut
informasi secara efektif menggunakan bahasa
dan tepat sehingga yang mudah dimengerti
mampu dipahami oleh ● Mampu menjelaskan
pihak lain. suatu hal kepada pihak
lain tanpa menyinggung,
merendahkan, dan/atau
menyulut permasalahan
● Mampu menyesuaikan
gaya bahasa dan gaya
bicara dengan situasi dan
kondisi serta kelompok
audiens
● Mampu membangun
ekosistem komunikasi
yang positif dan
berlangsung secara dua
arah

Manajemen relasi MR Kemampuan untuk ● Mampu menjalin


mengelola hubungan hubungan positif dan
baik dengan berbagai suportif dengan anggota
pihak dan membentuk internal pamong desa
● Mampu menjalin

145
kerjasama demi hubungan positif dan
kepentingan bersama. suportif dengan
masyarakat dan seluruh
lembaga, organisasi,
maupun perkumpulan di
wilayah desa
● Mampu menjalin
hubungan positif dan
suportif dengan
supradesa serta
pihak-pihak lain yang
bersinggungan langsung
maupun tidak langsung
dengan desa

E. Sosiokultural

Keterampilan bahasa BD Keterampilan untuk Memahami dasar-dasar


daerah dapat menggunakan penggunaan bahasa Jawa
bahasa daerah secara Mampu berinteraksi
fasih dengan menggunakan bahasa
menyesuaikan kegiatan, Jawa secara fasih dan
situasi, dan target tepat
audiens. Mampu menyesuaikan
penggunaan gaya bahasa
ketika berinteraksi
menggunakan bahasa
Jawa dalam situasi dan
kondisi yang berbeda

Pengetahuan budaya BUD Pengetahuan akan ● Memahami kondisi sosial


daerah sumber daya sosial dan budaya masyarakat
budaya yang menjadi sekitar
bagian dari kehidupan ● Memahami budaya yang
masyarakat. dimiliki masyarakat di
lingkungan sekitar
● Memahami nilai-nilai
dasar dan arti filosofis
yang terkandung dalam
budaya masyarakat
● Mampu melaksanakan
praktik yang berkaitan
dengan budaya
masyarakat

Pengelolaan LB Keterampilan untuk ● Memahami keberagaman


keragaman mengelola keragamanan lingkungan di berbagai
lingkungan budaya lingkungan budaya di wilayah desa
wilayah desa untuk ● Mampu mengidentifikasi
dapat diintegrasikan potensi sumber daya

146
demi kepentingan lingkungan di berbagai
bersama. wilayah desa
● Mampu memanfaatkan
potensi sumber daya
lingkungan di berbagai
wilayah desa secara
optimal guna mendukung
kesejahteraan masyarakat
dengan tetap
memperhatikan prinsip
ekoefisien

Empati sosial ES Sikap individu yang ● Mampu memahami


menghargai keragaman situasi dan perasaan
kondisi masyarakat dan orang lain
memiliki kepekaan akan ● Mampu memahami
isu-isu di masyarakat kondisi orang lain yang
memiliki latar belakang
maupun kebutuhan
berbeda
● Memiliki kepekaan akan
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain
● Mampu mengendalikan
diri dan menunjukkan
perilaku responsif pada
perasaan dan pengalaman
tidak menyenangkan
yang dirasakan orang lain

Pemberdayaan PM Keterampilan untuk ● Mengetahui prinsip


masyarakat dapat mengembangkan pemberdayaan
kemandirian masyarakat masyarakat dan
dengan meningkatkan kebijakan yang mengatur
pengetahuan, sikap, proses pemberdayaan
keterampilan, dan masyarakat di wilayah
perilaku masyarakat desa
dalam pengelolaan ● Mampu menyusun
sumber daya guna strategi pemberdayaan
meningkatkan masyarakat dengan
kesejahteraan memanfaatkan sumber
masyarakat daya yang tersedia di
wilayah desa guna
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
● Mampu menyelenggaran
kegiatan yang
mendukung peningkatan
pengetahuan, sikap, dan

147
keterampilan masyarakat
guna mencapai kondisi
masyarakat mandiri dan
berdaya
● Mampu mengawal dan
membantu masyarakat
dalam melaksanakan
strategi pemberdayaan

Standar Kompetensi Jabatan Bamuskal

I. Ikhtisar Jabatan

Ikhtisar Jabatan Bamuskal: Mewakili masyarakat desa dalam melaksanakan fungsi


pengawasan atas pelaksanaan pemerintahan desa yang
demokratis.

II. Ringkasan Tugas Jabatan & Kompetensi Terkait

Ringkasan Tugas Jabatan Kompetensi

Menampung dan 1. Pengelolaan forum (PF)


menyalurkan aspirasi 2. Teknik presentasi (TP)
masyarakat Desa 3. Komunikasi efektif (KE)
4. Manajemen relasi (MR)

Menyusun produk hukum 1. Pengetahuan produk hukum serta peraturan


kalurahan perundang-undangan regional dan nasional (HK)
2. Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja
(SP)
3. Penyusunan produk hukum serta peraturan (PR)

Merencanakan dan turut serta 1. Berpikir Analisis (BA)


melaksanakan urusan 2. Berpikir Inovatif (BI)
keistimewaan bersama Lurah 3. Berpikir Wirausaha (BW)
4. Perencanaan dan pengorganisasian (PP)

Melakukan pengawasan 1. Pemantauan dan evaluasi (PE)


kinerja Lurah 2. Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan
kegiatan (LKK)

III. Standar Kompetensi Jabatan

Kompetensi Kode Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Umum

Integritas I Sikap individu yang ● Memiliki sikap


mempriotitaskan menjunjung tinggi

148
profesionalitas, profesionalitas kerja
kejujuran, keadilan, dan ● Mampu menyampaikan
ketaatan akan peraturan, informasi sesuai dengan
norma, dan etika kerja kondisi faktual
yang berlaku di wilayah ● Mampu melaksanakan
desa. tugas dengan penuh
keterbukaan dan
transparansi
● Mampu melaksanakan
tugas secara netral
dengan memprioritaskan
keadilan bagi semua
pihak
● Menghormati kesetaraan
● Mampu menaati
peraturan, norma, dan
etika kerja sesuai dengan
regulasi atau kesepakatan
yang telah disetujui di
wilayah desa

Berorientasi pada BP Sikap individu yang ● Memiliki visi akan


pelayanan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat
kepentingan masyarakat desa
dan kualitas pelayanan ● Memprioritaskan
publik di atas kepentingan publik di
kepentingan pribadi atas kepentingan pribadi
atau kelompok atau kelompok tertentu
● Melakukan tugas dengan
semangat pelayanan
kepada masyarakat desa

B. Teknikal

Pengetahuan produk HK Pengetahuan akan ● Mengetahui hukum dan


hukum serta produk hukum serta peraturan
peraturan peraturan perundang-undangan
perundang-undangan perundang-undangan yang berlaku, khususnya
regional dan nasional yang mengatur tentang yang mengatur
pelaksanaan pemerintahan desa
pemerintahan desa, baik ● Memahami intepretasi
secara langsung maupun hukum dan peraturan
tidak langsung, dan perundang-undangan
berlaku secara regional yang berlaku, khususnya
maupun nasional. yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami implementasi
hukum dan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya

149
yang mengatur
pemerintahan desa
● Memahami rencana
penyelesaian masalah
berdasarkan hukum dan
peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, khususnya
yang mengatur
pemerintahan desa

Pengetahuan sistem, SP Pengetahuan akan ● Mengetahui sistem,


prosedur, dan tata sistem, prosedur dan prosedur, dan tata cara
cara kerja tata cara kerja dalam kerja yang berlaku dalam
pelaksaan pemerintahan proses operasional desa
desa, baik yang ● Memahami implementasi
mengatur pelaksanaan sistem, prosedur, dan tata
pemerintahan secara cara kerja yang berlaku
internal maupun yang dalam pelaksanaan
berkaitan dengan penugasan desa
supradesa dan lembaga ● Memahami standar
lain, menurut peraturan pelaksanaan sistem,
yang berlaku. prosedur, dan tata cara
kerja yang berlaku dalam
proses operasional desa
● Memahami mekanisme
penggunaan alat atau
media pendukung guna
mengimplementasikan
sistem, prosedur, dan tata
cara kerja yang berlaku
dalam pelaksanaan
penugasan desa

Penyusunan produk PR Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


hukum serta menyusun produk penyusunan produk
peraturan hukum serta peraturan hukum serta peraturan
yang akan mengatur sesuai regulasi yang
pelaksanaan berlaku, khususnya yang
pemerintahan serta mengatur pemerintahan
kehidupan desa
kemasyarakatan di ● Mengetahui pihak-pihak
tingkat desa. yang terlibat dalam
penyusunan produk
hukum serta peraturan
sesuai regulasi yang
berlaku, khususnya yang
mengatur pemerintahan
desa
● Memiliki kemampuan

150
untuk menyusun dan/atau
mengembangkan produk
hukum serta peraturan
guna menyelesaikan
permasalahan di
lingkungan desa

Penyusunan laporan LKK Kemampuan untuk ● Mengetahui mekanisme


kinerja dan dapat menyusun laporan dan prosedur penyusunan
pelaksanaan kegiatan kinerja dan pelaksanaan laporan kinerja dan
kegiatan secara pelaksanaan kegiatan,
sistematis, terarah, dan khususnya yang
terstruktur sesuai berkaitan dengan
dengan peraturan yang operasional desa
berlaku. ● Mampu mengoperasikan
perangkat dan aplikasi
digital yang dibutuhkan
untuk menyusun laporan
kinerja dan pelaksanaan
kegiatan
● Mampu menuliskan
informasi serta data-data
dalam laporan kinerja
dan pelaksanaan kegiatan
secara efektif, rinci, dan
terstruktur dengan
disertai bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan

C. Managerial

Pengelolaan forum PF Kemampuan untuk ● Mampu memimpin


dapat mengelola berjalannya forum
individu yang berada dengan memastikan
dalam sebuah forum kondusivitas forum
serta menciptakan iklim ● Mampu mengarahkan
forum yang kondusif diskusi dan interaksi
dan saling menghargai. dalam forum agar tetap
berjalan pada topik yang
telah disepakati dengan
menekankan pada nilai
inklusivitas dan
penghargaan terhadap
semua anggota forum
● Mampu mengarahkan
diskusi untuk mencapai
kemufakatan

Teknik presentasi TP Kemampuan untuk ● Mampu menyusun


dapat menyajikan material atau bahan yang

151
informasi, data, serta dibutuhkan untuk
laporan secara efektif mendukung proses
dan efisien hingga dapat presentasi dengan efektif
dipahami pihak lain dan efisien
dengan baik. ● Mampu menyajikan
informasi, data, dan
laporan dengan
menggunakan berbagai
metode presentasi
dengan menyesuaikan
kebutuhan dan ketentuan
yang berlaku

Komunikasi efektif KE Keterampilan untuk ● Mampu menyampaikan


mengomunikasikan informasi dengan runtut
informasi secara efektif menggunakan bahasa
dan tepat sehingga yang mudah dimengerti
mampu dipahami oleh ● Mampu menjelaskan
pihak lain. suatu hal kepada pihak
lain tanpa menyinggung,
merendahkan, dan/atau
menyulut permasalahan
● Mampu menyesuaikan
gaya bahasa dan gaya
bicara dengan situasi dan
kondisi serta kelompok
audiens
● Mampu membangun
ekosistem komunikasi
yang positif dan
berlangsung secara dua
arah

Manajemen relasi MR Kemampuan untuk ● Mampu menjalin


mengelola hubungan hubungan positif dan
baik dengan berbagai suportif dengan anggota
pihak dan membentuk internal pamong desa
kerjasama demi ● Mampu menjalin
kepentingan bersama. hubungan positif dan
suportif dengan
masyarakat dan seluruh
lembaga, organisasi,
maupun perkumpulan di
wilayah desa
● Mampu menjalin
hubungan positif dan
suportif dengan
supradesa serta
pihak-pihak lain yang
bersinggungan langsung

152
maupun tidak langsung
dengan desa

Berpikir Analisis BA Kemampuan untuk ● Mampu memahami


dapat mengidentifikasi, situasi dan kondisi yang
mengurai, dan terjadi secara
memahami suatu komprehensif
kondisi secara ● Mampu menganalisis
komprehensif dengan hubungan sebab akibat
berdasarkan informasi, serta keuntungan
asumsi, dan logika yang kelemahan dari situasi
dimiliki dan kondisi yang terjadi
● Mampu melakukan
pendalaman situasi
dengan berdasarkan
fakta, asumsi, logika, dan
data yang dimiliki

Berpikir Inovatif BI Kemampuan untuk ● Mampu mengkreasikan


merumuskan ide program, regulasi,
maupun solusi dengan strategi, maupun
strategi yang berbeda mekanisme yang telah
dan lebih optimal dari ada dengan lebih kreatif
yang pernah guna meningkatkan
diaplikasikan efektivitas dan efisiensi
sebelumnya. penerapannya
● Mampu mencetuskan ide
dan gagasan baru untuk
menjadi landasan
perumusan solusi dalam
penyelesaian masalah di
wilayah desa
● Mampu menerapkan pola
pikir kreatif dan inovatif
dalam melihat suatu
situasi dan kondisi

Berpikir Wirausaha BW Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikasi


merumuskan ide dan menganalisis potensi
wirausaha dengan wirausaha yang dapat
memanfaatkan sumber dilakukan dengan
daya yang ada guna memanfaatkan sumber
mendapatkan manfaat daya desa
dan keuntungan yang ● Mampu merumuskan
dapat meningkatkan konsep dasar wirausaha
kesejahteraan bersama. yang dapat
dioperasionalkan dengan
memanfaatkan sumber
daya desa
● Mampu menyusun

153
rencana dan strategi
wirausaha secara rinci
dan sistematis

Perencanaan dan PP Kemampuan untuk ● Mampu mengidentifikan


pengorganisasian dapat menyusun dan menganalisis
rencana dan tahapan kebutuhan desa dan
kerja yang strategis masyarakat
serta mengelola sumber ● Mampu menyusun
daya guna mendukung rencana kerja jangka
pelaksanaan rencana pendek maupun jangka
tersebut. panjang untuk menjawab
kebutuhan desa dan
masyarakat
● Mampu menguraian
kebutuhan pelaksanaan
rencana kerja secara rinci
serta menyusun strategi
penerapannya

Pemantauan dan PE Kemampuan untuk ● Mampu melakukan


evaluasi melakukan observasi penilaian program dan
hasil serta melakukan kinerja secara objektif
penilaian kerja dengan melalui berbagai metode
tujuan mengetahui berbeda
celah, kekurangan, serta ● Mampu mengidentifikasi
kelebihan dari kinerja kelebihan dan
yang telah dilakukan. kekurangan dari objek
yang dinilai secara
objektif
● Mampu memberikan
saran serta arahan untuk
memperbaiki program
serta kinerja yang telah
dilakukan pada
pelaksanaan selanjutnya

D. Sosiokultural

Keterampilan bahasa BD Keterampilan untuk ● Memahami dasar-dasar


daerah dapat menggunakan penggunaan bahasa Jawa
bahasa daerah secara ● Mampu berinteraksi
fasih dengan menggunakan bahasa
menyesuaikan kegiatan, Jawa secara fasih dan
situasi, dan target tepat
audiens. ● Mampu menyesuaikan
penggunaan gaya bahasa
ketika berinteraksi
menggunakan bahasa
Jawa dalam situasi dan

154
kondisi yang berbeda

BAB V
KEBUTUHAN DAN DESAIN PENINGKATAN
KAPASITAS PAMONG KALURAHAN

Standar kompetsi jabatan yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya dapat
digunakan untuk pengadaan pegawai, pengangkatan dalam jabatan, promosi jabatan,
perpindahan antar jabatan, pengembangan karier serta penghargaan untuk para pamong
kalurahan. Kajian ini juga mengidentifikasi kebutuhan dan desain peningkatan kapasitas
pamong kalurahan. Sebab SDM yang telah diperoleh melalui seleksi memerlukan
pengembangan sampai pada taraf tertentu sesuai dengan kemampuannya dan
kepentingan organisasi (Rohmadin & Batubara, 2019). Pengembangan SDM ini dapat
dilaksanakan dengan mendesain peningkatan kapasitas yang sesuai kebutuhan melalui
program pendidikan dan pelatihan yang bersinambungan.
Praktik di lapangan saat ini, menurut laporan Kemendagri (2023), pengembangan
kapasitas pamong Desa sudah banyak pihak yang terlibat, namun belum terintegrasi dan
terarah dalam memenuhi standar kompetensi pamong Desa. Padahal pengembangan
kapasitas sumber daya manusia merupakan salah satu strategi untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan desa yang baik. Hal ini dapat ditempuh melalui peningkatan
pengetahuan dan wawasan, keterampilan dan keahlian, pembetukan sikap perilaku
penyelenggaraan pemerintahan desa dan dilakukan melalui pelatihan, bimbingan teknis,
kursus, seminar, pendampingan. Oleh sebab itu perlu pengembangan kapasitas yang
sesuai dengan kebutuhan, misal dalam konteks DIY pengembangan kapasitas pamong
kalurahan tidak bisa meninggalkan ranah keistimewaan.
Peningkatan kapasitas pamong memiliki tujuan untuk mencapai kecakapan kerja
seorang pamong. Peningkatan kapasitas dilakukan untuk mendukung terciptanya
pelayanan publik yang baik oleh pamong kalurahan yang berkompeten serta
pengurangan gap kompetensi yang dimiliki oleh antar pamong kalurahan. Hasil kajian ini
menunjukkan beberapa faktor penghambat dan pendukung tercapainya kecakapan kerja
pamong.
Faktor penghambat kecakapan kerja pamong:

155
Internal:
● Kemampuan, dorongan dan kesadaran belajar
● Etos kerja yang kurang baik
● Mindset bekerja dengan standar minimal
● Skill dan latar belakang pendidikan tidak mendukung jabatan yang diemban
● Kurang komitmen terhadap jabatan, institusi tempat bekerja, dan masyarakat
Eksternal:
● Reward dan punishment yang tidak diterapkan dengan baik sehingga kurang
mendorong etos kerja
● Perangkat/alat kerja yang tidak mendukung
● Banyaknya pekerjaan mandat dari supra desa menyita waktu untuk pelayanan
kepada masyarakat
● Kendala pekerjaan dan teknis di lapangan
● Digitalisasi yang terlalu cepat
● Iklim kerja yang tidak mendukung etos kerja yang baik
Faktor pendukung kecakapan kerja pamong:
Internal:
● Pengalaman kerja yang mendukung kemampuan menyelesaikan tugas
● Background pendidikan yang mendukung kemampuan menyelesaikan tugas
● Mindset menuju penyelesaian tujuan besar kalurahan
● Penguasaan IT dan kemampuan digital
● Etos kerja yang terampil
Eksternal:
● Mengikuti pelatihan dari pihak luar yang sejalan dengan tupoksi
● Kerjasama tim dilakukan antar pamong dengan baik
● Koordinasi antar pamong yang berjalan lancar
● Amunisi/reward yang sepadan dengan beban yang bertambah, dan standar kerja
yang tinggi
● Pemimpin (Lurah) yang mendukung peningkatan potensi
● Pelibatan seluruh elemen pamong dalam mencari solusi dan evaluasi

156
A. Kebutuhan peningkatan kapasitas
Untuk memetakan kebutuhan peningkatan kapasitas, sebaiknya dilakukan analisis
kebutuhan peningkatan kapasitas terlebih dahulu. Hal inin dilakukan mengingat
kebutuhan kapasitas tiap pamong kelurahan tidaklah sama. Analisis kebutuhan
peningkatan kapasitas merupakan salah satu proses dalam rangka mencari gap
kompetensi pada suatu jabatan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi jabatannya,
yang kemudian dibandingkan dengan kompetensi pamong yang bersangkutan (Prasetyo,
2019). Untuk mencapai tujuan pengembangan kualitas pamong kalurahan, sebelum
melakukan peningkatan kapasitas, organisasi pengampu harus menentukan terlebih dulu
kebutuhan peningkatan kapasitas (Training Need Analysis).
Training need analysis (TNA) dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
efektivitas training. Penilaian efektivitas training, tidak hanya dilihat dari output, tetapi
outcome, yaitu peningkatan kinerja karyawan. Tanpa menentukan kebutuhan training,
organisasi tidak dapat menjamin bahwa training akan memberikan hasil sesuai dengan
tujuan (Prasetyo, 2019). Hasil yang diharapkan adalah menghasilkan telaah kebutuhan
peningkatan kapasitas yang disesuaikan dengan kondisi terbaru organisasi dalam rangka
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Pengembangan kapasitas yang
baik akan mengacu pada standar kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh
sebab itu, menu-menu pengembangan kapasitas akan lebih mengacu pada daftar standar
kompetensi pada masing-masing jabatan.
Dalam kajian ini telah didapatkan telaah makro kebutuhan peningkatan kapasitas
pamong kelurahan yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Peningkatan kapasitas umum


Peningkatan kapasitas umum merupakan peningkatan kemampuan dasar yang
meliputi kemampuan dasar penyusunan regulasi, kemampuan dasar pengetahuan
pemerintah Desa/Kalurahan, dan kemampuan dasar memahami tugas dan pokok. Hasil
kajian ini menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas umum seharusnya menjadi
modalitas yang mendukung ketugasan sesuai dengan jabatan yang diemban. Mayoritas
informan menyampaikan pentingnya pembangunan soft skill yang berhubungan dengan
karakter diri seperti integritas, kerja yang berorientasi pada pelayanan, etos kerja yang
baik, skill regulasi emosi dan regulasi diri, mampu beradaptasi dan mempelajari hal baru
dengan cepat, serta multitasking, dan mindset yang menuju penyelesaian tujuan besar

157
kalurahan. Namun informan juga menyampaikan pentingnya iklim kerja positif yang
terbangun di lingkungan kalurahan.

b. Peningkatan kapasitas teknikal


Peningkatan kapasitas teknikal meliputi kemampuan teknis administrasi desa,
perencanaan dan anggaran, dan pelayanan publik. Hasil dari kajian ini informan
menyampaikan bahwa peningkatan kapasitas sudah seharusnya menunjang kinerja.
Informan juga menyampaikan bahwa penting juga pamong meningkatkan kapasitanya
untuk mengawal outcome dan output yang hendak dicapai oleh desa/kalurahan.
Kapasitas yang tidak kalah penting harus ditingkatkan oleh pamong adalah kapasitas
membangun jaringan, kemitraan, mengorganisir masyarakat, dan mendorong kelompok
masyarakat untuk maju. Untuk menuju hal tersebut dibutuhkan kemampuan teknis
berupa kultur, pola komunikasi, dan kemampuan public speaking yang baik yang dapat
menyesuaikan kondisi masyarakat yang dihadapi. Terkait dengan administrasi untuk
kebutuhan saat ini kapasitas yang berhubungan dengan IT, komputerisasi, dan digitalisasi
menjadi hal yang harus dimiliki oleh para pamong yang akan berguna pada proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelaporan. Seperti kemampuan autoCAD
yang seyogyanya dimiliki oleh Ulu-ulu.

c. Peningkatan kapasitas manajerial


Peningkatan kapasitas managerial untuk meningkatkan kemampuan managerial
meliputi kemampuan manajemen SDM, kemampuan manajemen pelayanan publik, dan
manajemen keuangan dan aset. Hasil studi ini mencatat bahwa manajemen SDA,
manajemen waktu, management konflik di masyarakat dan di lingkungan kantor juga
tidak kalah penting. Dibutuhkan juga peningkatan soft skill terkait dengan problem
solving, decesion making, terkait etos kerja dan profesionalitas seperti time dan task
management. Selain itu kemampuan leadership, inovasi, open minded, dan juga
kemampuan untuk berkoordinasi dengan tiap-tiap pamong.

d. Peningkatan kapasitas sosiokultural


Peningkatan kapasitas sosiokultural untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, sikap/perilaku terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang jabatan untuk memperoleh hasil
kerja sesuai dengan peran, fungsi, dan jabatannya sehingga dalam bekerja dapat berjalan

158
efektif. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pola kerja pamong kalurahan berbeda dengan
ASN. Pada pamong kalurahan masyarakat masih menganggap bahwa pamong ini harus
banyak berada di tengah-tengah masyarakat, bukan hanya bekerja menyelesaikan
administrasi di kantor, selain itu juga sembari tetap mengawal outcome yang sudah
menjadi perencanaan kalurahan. Selain itu, pamong juga masih dianggap sebagai
pelapengayom masyararakat sehingga dibutuhkan peningkatan kemampuan menjalin
interaksi yang positif dengan masyarakat, termasuk mampu berdiskusi, menyelesaikan
masalah, menjadi penasihat bagi masyarakat, memiliki pemahaman yang baik akan
budaya dan kebiasaan masyarakat setempat sehingga mampu memimpin dan
mengarahkan masyarakat (contoh: Kamituwa harus mampu memimpin upacara adat dan
keagamaan) kemampuan di bidang agama menjadi hal yang penting untuk dikuasai
pamong.

e. Peningkatan kapasitas terkait keistimewaan


Peningkatan kapasitas terkait keistimewaan ini menjadi penting dilakukan untuk
konteks DIY, yaitu terkait dengan urusan keistimewaan di bidang kelembagaan,
kebudayaan, pertanahan, dan tata ruang dalam Kalurahan berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, adat istiadat, dan nilai-nilai kearifan lokal. Hal ini
disampaikan oleh informan bahwa para pamong kalurahan merasa perlu wawasan yang
menjawab tantangan masa depan yang sesuai dengan kebutuhan prioritas kalurahan
terkait dengan keistimewaan atau dana keistimewaan untuk menjadi desa mandiri
budaya, desa preneur, lumbung mataraman, dll. yang memerlukan banyak kegiatan
sebelumnya.
Selain itu dalam melaksanakan mandat keistimewaan, terdapat beberapa kompetensi
yang penting untuk dimiliki pamong, antara lain: kemampuan menggunakan bahasa Jawa
gagrag Yogyakarta, pemahaman akan nilai-nilai dan budaya Jawa untuk
diimplementasikan dalam penyusunan program, kemampuan sosiokultural yang sesuai
akan budaya Jawa. Kemampuan untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa daerah dapat
mempermudah proses komunikasi antara pamong dengan masyarakat, dan dapat
memberikan legitimasi akan posisi pamong di tengah masyarakat sehingga memberikan
dampak yang positif bagi pelaksanaan ketugasan.

159
B. Desain peningkatan kapasitas
Peningkatan kapasitas dalam rangka pengembangan kompetensi dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu pengembangan secara formal dan pengembangan secara informal.
Pengembangan secara formal yaitu pegawai ditugaskan organisasi untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan baik yang dilakukan oleh organisasi maupun yang dilaksanakan
oleh lembaga diklat, sedangkan pengembangan secara informal berarti pegawai atas
keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari
buku-buku literatur yang ada hubungannya dengan pekerjaan (Sumati, 2018). Namun
pada praktiknya di lapangan untuk pengembangan secara informal sangat jarang terjadi
karena ini berkaitan dengan motivasi seorang. Senada dengan temuan Sumati (2018) data
kajian ini menunjukkan bahwa informan menganggap bahwa metode peningkatan
kapasitas secara informal dengan belajar mandiri itu tidak memungkinkan. Hal ini
disebabkan penyelesaian tugas yang kompleks mmengakibatkan pamong tidak memiliki
banyak waktu untuk melakukan pengembangan diri. Bahkan mereka menganggap bahwa
banyaknya tugas yang harus diselesaikan menjadi faktor yang dapat menghambat
pengembangan kecakapan pamong dan menurunkan kecakapan pamong.
Oleh sebab itu, dapat dipungkiri bahwa peningkatan kapasitas secara formal melalui
pendidikan dan pelatihan memberi kontribusi pada peningkatan produktivitas kerja.
Diselenggarakannya pendidikan dan pelatihan biasanya difokuskan pada upaya dalam
meningkatakan produktivitas kerja pamong, dengan melalui cara menyediakan
pembelajaran mengenai keahlian-keahlian yang disesuaikan bidang kerjanya.
Informan menilai proses pengembangan kecakapan pamong yang dilakukan sekarang
dirasa terlalu cepat, karena pamong hanya diberi waktu 1-3 hari saja untuk mempelajari
suatu hal baru dengan tetap menjalankan tugasnya di kalurahan. Padahal beberapa
pamong memiliki kesulitan untuk dapat mengupdate diri dengan mengikuti materi
pelatihan dalam waktu yang cepat. Akibatnya, kemampuan pamong setelah
pendidikan/pelatihan menjadi berbeda antarpamong. Menurut informan, idealnya
peningkatan kapasitas dilakukan selama 3-6 bulan secara intensif. Setelah menjabat,
pamong seharusnya difasilitasi dengan proses pembinaan dan pembelajaran yang cukup,
tidak hanya diberikan di awal saja, sebab menjadi pamong adalah peran yang panjang
dan perlu untuk terus dibimbing.
Tabel berikut ini adalah alternatif ragam jenis dan jalur pengembangan kapasitas
pamong yang dapat dilakukan:

160
Jenis dan Jalur Keterangan

Pendidikan 1. Jenis peningkatan kapasitas atau pengembangan


kompetensi ini dilakukan melalui jalur pemberian tugas
belajar pada jenjang pendidikan formal tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang
berlaku.
2. Mekanisme yang perlu diperhatikan oleh stakeholder yang
mengelola penyelenggaraan urusan di bidang peningkatan
kapasitas pamong kalurahan, harus sesuai dengan rencana
pengembangan kompetensi yang telah ditetapkan.

Pelatihan Jenis peningkatan kapasitas atau pengembangan kompetensi ini


terdiri atas:
A. Pelatihan Klasikal
Jenis pelatihan ini merupakan proses pembelajaran tatap
muka di dalam kelas dengan mengacu kurikulum dan
dilaksanakan melalui jalur:
1. Pelatihan kepemimpinan/struktural/manajerial;
2. Pelatihan untuk tujuan tertentu di tingkat nasional;
3. Pelatihan teknis berjenjang;
4. Pelatihan fungsional;
5. Pelatihan terkait kompetensi sosial kultural;
6. Seminar atau konferensi;
7. Workshop atau lokakarya;
8. Sarasehan;
9. Kursus;
10. Penataran;
11. Bimbingan teknis;
12. Sosialisasi;
13. Jalur lain yang memenuhi ketentuan pelatihan klasikal.

B. Pelatihan Nonklasikal
Jenis pelatihan ini merupakan proses praktik kerja dan/atau
pembelajaran di luar kelas dan dilaksanakan melalui jalur:
1. Pertukaran pamong;
2. Magang/praktik kerja;
3. Benchmarking atau study visit;
4. Pelatihan jarak jauh;
5. Coaching;
6. Mentoring/penampingan;
7. Detasering;
8. Penugasan terkait program prioritas;

161
9. E-learning (contoh: LMS);
10. Belajar mandiri/self development;
11. Team building; dan
12. Jalur lain yang memenuhi ketentuan pelatihan non klasikal.

Tahapan : Pelaksanaan
Kegiatan pengembangan kompetensi pamong kalurahan dapat dilakukan melalui
pendidikan dan/atau pelatihan.

Jenis Jalur Pelaksanaan Monitoring Pembina


Kompetensi dan Evaluasi

Umum Pelatihan/pe ● Jenis pengembangan ● Monitoring Biro


mbekalan kompetensi umum : Pembina Tapem,
ditetapkan oleh instansi ● Evaluasi: Dinas
pembina yang Peserta terkait,
bersangkutan. dan Kabupaten
● Penyelenggara adalah Pembina
dinas terkait, atau dapat
diselenggarakan oleh
lembaga pelatihan
pemerintah
terakreditasi.
● Tujuannya untuk
mencapai persyaratan
standar kompetensi
jabatan.

Teknis Pelatihan ● Jenis dan jenjang ● Monitoring Biro


berjenjang pengembangan : Pembina Tapem,
kompetensi teknis ● Evaluasi: Dinas
ditetapkan oleh instansi Peserta terkait
teknis dan instansi dan
pembina yang Pembina
bersangkutan.
● Penyelenggara adalah
dinas terkait.
● Tujuannya untuk
mencapai persyaratan
standar kompetensi
jabatan.

Managerial Pelatihan ● Jenis pengembangan ● Monitoring Biro

162
struktural kompetensi teknis : Pembina Tapem,
ditetapkan oleh instansi ● Evaluasi: Dinas
teknis dan instansi Peserta terkait
pembina yang dan
bersangkutan. Pembina
● Penyelenggara adalah
dinas terkait, atau dapat
diselenggarakan oleh
lembaga pelatihan
pemerintah
terakreditasi.
● Tujuannya untuk
mencapai persyaratan
standar kompetensi
jabatan.

Sosiokultural Pelatihan ● Jenis pengembangan ● Monitoring Biro


kompetensi kompetensi teknis : Pembina Tapem,
sosiokultural ditetapkan oleh instansi ● Evaluasi: Dinas
pembina yang Peserta terkait
bersangkutan. dan
● Penyelenggara adalah Pembina
dinas terkait, atau dapat
diselenggarakan oleh
lembaga pelatihan
pemerintah
terakreditasi.
● Tujuannya untuk
mencapai persyaratan
standar kompetensi
jabatan.

Keistimewaan Pelatihan ● Jenis dan jenjang ● Monitoring Biro


struktural pengembangan : Pembina Tapem,
kompetensi teknis ● Evaluasi: Dinas
ditetapkan oleh instansi Peserta terkait
teknis dan instansi dan
pembina yang Pembina
bersangkutan.
● Penyelenggara adalah
dinas atau organisasi
terkait.
● Tujuannya untuk

163
mencapai persyaratan
standar kompetensi
jabatan.

Untuk lebih jelasnya pelaksanaan pengembangan kompetensi melalui


pendidikan/pelatihan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

164
a. Kapasitas umum
Materi Metode
Jabatan/Peserta Kompetensi Pengembangan Pengembangan Penyelenggara Monitoring Evaluasi
Kapasitas Kapasitas
1. Lurah; Integritas Revolusi mental: ● Pelatihan/pemb Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; ● karakter diri, ekalan klasikal, Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Tata Laksana; ● regulasi emosi ● horizontal terkait) terkait), dan
4. Danarta; dan regulasi learning peserta
5. Pangripta; diri,
6. Jagabaya; ● adaptasi,
7. Kamituwa; ● belajar dengan
8. Ulu-Ulu; efektif.
9. Dukuh;
10. Bamuskal
1. Lurah; Berorientasi ● motivasi, ● Pelatihan/pemb Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; pada pelayanan ● etos kerja, ekalan klasikal, Kabupaten Kabupaten Kabupaten, dan
3. Tata Laksana; ● etika kerja, ● horizontal peserta
4. Danarta; ● multitasking, learning
5. Pangripta; ● mindset
6. Jagabaya; berorientasi
7. Kamituwa; pada visi misi
8. Ulu-Ulu; kalurahan
9. Dukuh;
10. Bamuskal

165
b. Kapasitas teknikal
Materi Metode
Jabatan/Peserta Kompetensi Pengembangan Pengembangan Penyelenggara Monitoring Evaluasi
Kapasitas Kapasitas
1. Lurah; Pengetahuan ● UU Desa dan ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; produk hukum regulasi berjenjang secara Kabupaten Kabupaten Kabupaten, dan
3. Pangripta; serta peraturan turunannya klasikal, peserta
4. Jagabaya; perundang-undang ● regulasi daerah ● Pendampingan
5. Dukuh; an regional dan terkait kalurahan ● horizontal
6. Bamuskal nasional learning
1. Lurah; Pengetahuan ● Pemahaman ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; sistem, prosedur, tupoksi berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Tata Laksana; dan tata cara kerja berdasarkan non klasikal terkait) terkait), dan
4. Danarta; regulasi melalui peserta
5. Pangripta; modul/LMS
6. Jagabaya; ● horizontal
7. Kamituwa; learning
8. Ulu-Ulu;
9. Dukuh;
10. Bamuskal
1. Lurah; Penyusunan ● Prinsip dan ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; produk hukum teknik berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Bamuskal serta peraturan penyusunan klasikal terkait) terkait), dan
produk hukum ● Praktik peserta
dan peraturan ● Pendampingan/m
kalurahan entoring

166
● Horizontal
learning
1. Lurah; Penyusunan ● Prinsip dan ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; laporan kinerja dan teknik berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Tata Laksana; pelaksanaan penyusunan LPJ klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Danarta; kegiatan klasikal peserta
5. Pangripta; ● Praktik
6. Jagabaya; ● Pendampingan/m
7. Kamituwa; entoring
8. Ulu-Ulu; ● Horizontal
9. Dukuh; learning
10. Bamuskal
1. Lurah; Penggunaan ● Teknik ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; perangkat dan penggunaan berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Tata Laksana; aplikasi digital perangkat dan klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Danarta; aplikasi digital klasikal peserta
5. Pangripta; (IT) terkait ● Praktik
6. Jagabaya; dengan ● Pendampingan/m
7. Kamituwa; perencanaan, entoring
8. Ulu-Ulu; pelaksanaan, dan ● Horizontal
9. Dukuh pelaporan learning
program
kalurahan
1. Carik; Administrasi, ● Prinsip, sistem ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Tata Laksana; kesekretariatan, dan teknik berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Danarta; dan pengarsipan administrasi, non klasikal terkait) terkait), dan

167
4. Pangripta; kesekretariatan, ● Modul/LMS peserta
5. Jagabaya; pengarsipan ● Horizontal
6. Kamituwa; kantor learning
7. Ulu-Ulu (persuratan dan
dokumen)
1. Carik; Pengelolaan rumah ● Prinsip, sistem ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Tata Laksana tangga dan teknik berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
pengelolaan non klasikal terkait) terkait), dan
rumah tangga ● Modul/LMS peserta
perkantoran (tata ● Horizontal
ruang, fasilitas, learning
inventaris)
1. Carik; Pengelolaan ● Prinsip, sistem ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Tata Laksana; sumber data dan teknik berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Pangripta; pengelolaan klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Jagabaya; sumber data klasikal peserta
5. Kamituwa; kalurahan ● Praktik
6. Ulu-Ulu (menyimpan, ● Pendampingan/m
mengolah, entoring
menyajikan) ● Horizontal
learning
1. Carik; Manajemen ● Prinsip, sistem, ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Danarta keuangan teknik, dan berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
penerapan klasikal dan non terkait) terkait), dan
aplikasi klasikal peserta
pengelolaan ● Praktik

168
keuangan ● Pendampingan/m
Desa/Kalurahan entoring
● Horizontal
learning
1. Carik; Penyusunan ● Prinsip, sistem, ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Danarta anggaran teknik, dan berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
penerapan klasikal dan non terkait) terkait), dan
aplikasi klasikal peserta
penyusunan ● Praktik
anggaran ● Pendampingan/m
Desa/Kalurahan entoring
● Horizontal
learning
1. Carik; Laporan keuangan ● Prinsip, sistem, ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Danarta teknik, dan berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
penerapan klasikal dan non terkait) terkait), dan
aplikasi laporan klasikal peserta
keuangan ● Praktik
Desa/Kalurahan ● Pendampingan/m
entoring
● Horizontal
learning
1. Carik; Kas dan ● Prinsip, sistem, ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Danarta perbendaharaan teknik, dan berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
penerapan klasikal dan non terkait) terkait), dan
pengelolaan kas klasikal peserta

169
dan ● Praktik
perbendaharaan ● Pendampingan/m
Desa/Kalurahan entoring
● Horizontal
learning
1. Carik; Akuntansi ● Prinsip, sistem, ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Danarta teknik, dan berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
penerapan klasikal dan non terkait) terkait), dan
akuntansi klasikal peserta
Desa/Kalurahan ● Praktik
● Pendampingan/m
entoring
● Horizontal
learning
1. Carik; Perpajakan ● Prinsip, sistem, ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Danarta teknik, dan berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
penerapan klasikal dan non terkait) terkait), dan
perpajakan klasikal peserta
Desa/Kalurahan ● Praktik
● Pendampingan/m
entoring
● Horizontal
learning
1. Jagabaya Manajemen ● Prinsip, sistem, ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
pertanahan dan teknik berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
tata ruang pengelolaan non klasikal terkait) terkait), dan

170
pertanahan dan ● Modul/LMS peserta
tata ruang ● Horizontal
Desa/Kalurahan learning
● penetapan dan
penegasan batas
desa
1. Jagabaya Perumusan ● Prinsip, sistem, ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
kebijakan teknik berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
pertanahan dan Perumusan klasikal dan non terkait) terkait), dan
tata ruang kebijakan klasikal peserta
pertanahan dan ● Praktik
tata ruang ● Pendampingan/m
Desa/Kalurahan entoring
● Horizontal
learning
1. Jagabaya; Survei, penelitian, ● Prinsip, sistem, ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Kamituwa; dan analisis data teknik survei, berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Ulu-Ulu penelitian, dan klasikal dan non terkait) terkait), dan
analisis data klasikal peserta
sebagai bahan ● Praktik
perumusan ● Pendampingan/m
kebijakan dan entoring
perencanaan ● Horizontal
Desa/Kalurahan learning
1. Kamituwa Pengetahuan nilai, ● Pengetahuan dan ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
norma, dan penerapan nilai, berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas

171
ketentuan agama norma, dan klasikal dan non terkait) terkait), dan
ketentuan agama klasikal peserta
di masyarakat ● Praktik
sekitar ● Pendampingan/m
Desa/Kalurahan entoring
● Horizontal
learning
1. Ulu-Ulu Manajemen badan ● Prinsip, sistem, ● Pelatihan teknis Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
usaha dan sumber teknik berjenjang secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
pendapatan pengelolaan klasikal dan non terkait) terkait), dan
badan usaha dan klasikal peserta
sumbe ● Praktik
pendapatan ● Pendampingan/m
Desa/Kalurahan entoring
● Horizontal
learning

c. Kapasitas manajerial
Materi Metode
Jabatan/Peserta Kompetensi Pengembangan Pengembangan Penyelenggara Monitoring Evaluasi
Kapasitas Kapasitas
1. Lurah; Kepemimpinan ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Dukuh kepemimpinan klasikal dan non terkait) terkait), dan

172
pejabat publik klasikal peserta
● Pendampingan/m
entoring
● Horizontal
learning
1. Lurah; Pengembangan ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik: Diri Dan Orang prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Dukuh Lain pengembangan klasikal dan non terkait) terkait), dan
diri dan orang klasikal peserta
lain (rekan ● Pendampingan/m
sejawat, dan entoring
masyarakat ● Horizontal
Kalurahan) learning
1. Lurah; Kerja Sama ● Dasar, prinsip, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; teknik penguatan struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Tata Kerja Sama klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Laksana; untuk klasikal peserta
5. Danarta; pengembangan ● Pendampingan/m
6. Pangripta; Desa/Kalurahan entoring
7. Jagabaya; ● Horizontal
8. Kamituwa; learning
9. Ulu-Ulu;
10. Dukuh
1. Lurah; Pengambilan ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; Keputusan prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Pangripta; pengambilan klasikal dan non terkait) terkait), dan

173
4. Jagabaya; keputusan pada klasikal peserta
5. Kamituwa; organisasi ● Pendampingan/m
6. Ulu-Ulu; pelayanan entoring
7. Dukuh masyarakat ● Horizontal
learning
1. Lurah; Pengelolaan ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; Konflik prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Kamituwa; pengelolaan klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Ulu-Ulu; konflik pada klasikal peserta
5. Dukuh masyarakat ● Pendampingan/m
Desa/Kalurahan entoring
● Horizontal
learning
1. Lurah; Manajemen ● Dasar, prinsip, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; Kepegawaian Dan teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Jagabaya Sumber Daya pengelolaan klasikal dan non terkait) terkait), dan
Manusia kepegawaian dan klasikal peserta
SDM ● Praktik
● Pendampingan/m
entoring
● Horizontal
learning
1. Lurah; Berpikir Analisis ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Danarta; berpikir analitis klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Pangripta; klasikal peserta

174
5. Ulu-Ulu ● Pendampingan/m
entoring
● Horizontal
learning
1. Lurah; Berpikir ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik Konseptual prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Danarta; berpikir klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Pangripta; konseptual klasikal peserta
5. Ulu-Ulu ● Pendampingan/m
entoring
● Horizontal
learning
1. Lurah; Perencanaan & ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; Pengorganisasian prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Tata melakukan klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Laksana; pengorganisasian klasikal peserta
5. Danarta; masyarakat dan ● Praktik
6. Pangripta; menyusun ● Pendampingan/m
7. Jagabaya; perencanaan entoring
8. Kamituwa; pembangunan, ● Horizontal
9. Ulu-Ulu; dan learning
10. Bamuskal pengembangan
1. Lurah; Berpikir Inovatif ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Bamuskal berpikir inovatif klasikal dan non terkait) terkait), dan
untuk menjawab klasikal peserta

175
tantangan dan ● Pendampingan/m
permasalahan entoring
Desa/Kalurahan ● Horizontal
learning
1. Lurah; Berpikir ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; Wirausaha prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Danarta; berpikir klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Ulu-Ulu; pembentukan, klasikal peserta
5. Bamuskal perencanaan, dan ● Praktik
pengembangan ● Pendampingan/m
wirausaha sosial entoring
Desa/Kalurahan ● Horizontal
learning
1. Lurah; Pemantauan Dan ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; Evaluasi prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Pangripta; monitoring/pema klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Jagabaya; ntauan dan klasikal peserta
5. Kamituwa; evaluasi kerja ● Praktik
6. Ulu-Ulu; dan program ● Pendampingan/m
7. Dukuh; entoring
8. Bamuskal ● Horizontal
learning
1. Lurah; Komunikasi ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; Tata Efektif prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Laksana; komunikasi klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Pangripta; efektif pada klasikal peserta

176
5. Jagabaya; pekerjaan ● Praktik
6. Kamituwa; pelayanan publik ● Pendampingan/m
7. Ulu-Ulu; entoring
8. Dukuh; ● Horizontal
9. Bamuskal learning
1. Lurah; Teknik Presentasi ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Pangripta; mengolah, klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Jagabaya; menyusun, dan klasikal peserta
5. Kamituwa; menyampaikan ● Praktik
6. Ulu-Ulu; gagasan dan ● Pendampingan/m
7. Dukuh; presentasi entoring
8. Bamuskal ● Horizontal
learning
1. Lurah; Pengelolaan ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; Forum prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Tata Laksana; pengelolaan klasikal dan non terkait) terkait), dan
4. Jagabaya; forum (rapat) klasikal peserta
5. Kamituwa; ● Praktik
6. Ulu-Ulu; ● Pendampingan/m
7. Dukuh; entoring
8. Bamuskal ● Horizontal
learning
1. Lurah; Manajemen Relasi ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Pangripta; prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Jagabaya; pengelolaan dan klasikal dan non terkait) terkait), dan

177
4. Ulu-Ulu; pengembangan klasikal peserta
5. Dukuh; relasi ● Pendampingan/m
6. Bamuskal entoring
● Horizontal
learning
1. Jagabaya; Pemetaan Potensi ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Kamituwa; Kalurahan prinsip, teknik struktural secara Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Ulu-Ulu pemetaan potensi klasikal dan non terkait) terkait), dan
dan pengelolaan klasikal peserta
aset kalurahan ● Praktik
● Pendampingan/m
entoring
● Horizontal
learning

d. Kapasitas sosiokultural
Materi Metode
Jabatan/Peserta Kompetensi Pengembangan Pengembangan Penyelenggara Monitoring Evaluasi
Kapasitas Kapasitas
1. Lurah; Keterampilan ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; Bahasa Daerah teknik kompetensi Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Tata Laksana; penggunaan secara klasikal terkait) terkait), dan
4. Danarta; bahasa daerah dan non klasikal peserta
5. Kamituwa; untuk pejabat ● Praktik
6. Ulu-Ulu; pelayanan ● Pendampingan/m
7. Dukuh; masyarakat entoring

178
8. Bamuskal ● Horizontal
learning
1. Lurah; Pengetahuan ● Pengetahuan dan ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Pangripta; Budaya Daerah keterampilan kompetensi Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Jagabaya; pengelolaan secara klasikal terkait) terkait), dan
4. Kamituwa; sumber daya dan non klasikal peserta
5. Ulu-Ulu; sosial dan ● Pendampingan/m
6. Dukuh; budaya entoring
7. Bamuskal masyarakat ● Horizontal
setempat learning
1. Lurah; Pengelolaan ● Pengetahuan dan ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Pangripta; Keragaman keterampilan kompetensi Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Jagabaya; Lingkungan pengelolaan secara klasikal terkait) terkait), dan
4. Kamituwa; Budaya keragamanan dan non klasikal peserta
5. Ulu-Ulu; lingkungan ● Pendampingan/m
6. Dukuh; budaya di entoring
7. Bamuskal wilayah ● Horizontal
Desa/Kalurahan learning
1. Lurah; Empati Sosial ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Pangripta; prinsip, teknik kompetensi Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Jagabaya; mengelola sikap secara klasikal terkait) terkait), dan
4. Kamituwa; menghargai dan non klasikal peserta
5. Ulu-Ulu; keragaman, ● Pendampingan/m
6. Dukuh; kondisi dan entoring
7. Bamuskal kepekaan ● Horizontal
terhadap learning

179
masyarakat
1. Lurah; Pemberdayaan ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Pangripta; Masyarakat prinsip, teknik kompetensi Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Jagabaya; mengembangkan secara klasikal terkait) terkait), dan
4. Kamituwa; kemandirian dan non klasikal peserta
5. Ulu-Ulu; masyarkat untuk ● Praktik
6. Dukuh; meningkatkan ● Pendampingan/m
7. Bamuskal kesejahteraan entoring
masyarakat ● Horizontal
learning

e. Kapasitas keistimewaan
Materi Metode
Jabatan/Peserta Kompetensi Pengembangan Pengembangan Penyelenggara Monitoring Evaluasi
Kapasitas Kapasitas
1. Lurah; Pengelolaan tanah ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,
2. Carik; kasultanan prinsip, dan kompetensi Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Jagabaya; teknik secara klasikal terkait) terkait), dan
4. Ulu-ulu; melakukan dan non klasikal peserta
5. Dukuh pengawasan, ● Praktik
pengelolaan, dan ● Pendampingan/m
pemanfaatan entoring
tanah kasultanan ● Horizontal
di wilayah desa learning
1. Lurah; Pelestarian ● Dasar, skill, ● Pelatihan Biro Tapem dan Biro Tapem dan Biro Tapem,

180
2. Carik; kebudayaan prinsip, dan kompetensi Kabupaten Kabupaten (dinas Kabupaten (dinas
3. Kamituwa; Yogyakarta teknik secara klasikal terkait) terkait), dan
4. Dukuh memelihara, dan non klasikal peserta
melestarikan, ● Praktik
dan ● Pendampingan/m
mengembangkan entoring
nilai, norma, ● Horizontal
tradisi, dan adat learning
istiadat
Yogyakarta

Tahapan : Pelaksanaan
Seluruh proses pelaksanaan pengembangan kompetensi, dilakukan pemantauan/monitoring oleh unit kerja yang mengelola penyelenggaraan
urusan di bidang pengembangan kompetensi SDM Pamong Kalurahan. Unit kerja tersebut selanjutnya menyampaikan hasil monitoring
secara berkala kepada unit penyelenggara, unit di atasnya, serta kepada peserta. Monitoring dilakukan dengan tujuan untuk memastikan
seluruh proses pengembangan kompetensi berjalan sesuai perencanaan dan tujuan awal hingga mencapai target yang diinginkan.

Tahapan : Pelaksanaan
Seluruh proses pelaksanaan pengembangan kompetensi, dilakukan penilaian dan evaluasi pembelajaran, baik evaluasi secara administratif
maupun subtantif. Evaluasi administratif dilakukan untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan pengembangan
kompetensi. Evaluasi subtantif untuk melihat kesesuaian antara pemenuhan kebutuhan kompetensi dengan standar kompetensi jabatan.

181
BAB VI
PROFILING DAN PENILAIAN
KOMPETENSI PAMONG KALURAHAN

A. Profiling
Kegiatan ketiga yaitu penyusunan materi profiling merupakan bagian dari proses
pencatatan dan pemetaan SDM yang menghasilkan berbagai informasi tentang pegawai
yang dilengkapi dengan data dan informasi yang lengkap mengenai SDM tersebut
(Kemenkeu, 2013). Profiling dapat sebagai dasar untuk memelihara, memperkuat,
mengembangkan potensi dan kompetensi SDM. Dalam kajian ini profiling merupakan
perangkat untuk memetakan kapasitas dan kondisi objektif pamong kalurahan. Profiling
ini dapat diorientasikan untuk menjawab beberapa kebutuhan sekaligus yaitu untuk
membuat perencanaan pengembangan kapasitas pamong kalurahan; meningkatkan
kinerja pamong kalurahan; serta kebutuhan penataan organisasi pemerintahan kalurahan.
Dalam profiling tersebut memuat informasi tentang informasi dasar: informasi pribadi
termasuk memuat informasi tentang umur pamong; tingkat pendidikan dan latar belakang
pendidikan; kursus atau pelatihan untuk meningkatkan kompetensi yang pernah diikuti
pamong; pengalaman organisasi di kalurahan terkait dengan ketugasan pamong maupun
pengalaman organisasi lain yang mendukung kinerja pamong; pengalaman kerja dalam
lingkup ketugasan pamong maupun pengalaman organisasi di luar pemerintahan
kalurahan.
Pemanfaatan profiling untuk kepentingan peningkatan kompetensi dapat dilakukan
misalnya dengan mengecek antara ruang lingkup tugas pamong dengan keseuaian latar
belang pendidikan dan atau kursus atau pelatihan kompetensi yang pernah diikuti.
Sedangkan pemanfaatan profiling untuk kepentingan peningkatan kinerja dapat
dilakukan dengan membandingkan antara capaian kinerja dengan target kinerja pamong
yang menjadi lingkup ketugasannya. Profiling juga dapat digunakan untuk keperluan
penataan organisasi pemerintahan kalurahan terutama untuk kebuthan pengisian jabatan
pamong maupun penyegaran melalui mekanisme promosi dan mutasi.

Tata Cara Pengisian Profil Dasar


Profil pamong kalurahan dapat diinput oleh pamong kalurahan yang melaksanakan
urusan mengpengelolaan SDM seperti Jagabaya, yang didampingi oleh Carik dan atas

182
persetujuan Lurah. Pengisian dan penggunaan form profiling ini dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Form isian profil dasar pamong kalurahan yang harus diisi oleh pamong yang
melaksanakan urusan SDM
2. Form diisi sesuai dengan data yang dibutuhkan, yang memuat informasi mengenai
informasi dasar yaitu mengenai informasi diri pamong; tingkat pendidikan dan
latar belakang pendidikan; kursus atau pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
yang pernah diikuti pamong; pengalaman organisasi di kalurahan terkait dengan
ketugasan pamong maupun pengalaman organisasi lain yang mendukung kinerja
pamong; dan pengalaman kerja.
3. Form isian profil ini dapat menjadi data awal untuk melakukan pengembangan
kapasitas dengan melihat kesesuaian antara background pendidikan, riwayat
pelatihan/kursus, dan pengalaman kerja.
4. Profil dasar ini kemudian digabungkan dengan profil kompetensi yang didapatkan
dari penilaian kompetensi yang selanjutnya dapat menjadi rujukan dan
rekomendasi peningkatan kapasitas pamong kalurahan.

Form Isian Profil Dasar Pamong Kalurahan

Nama :

Jabatan :

Informasi Dasar

Nama Pamong

Gelar Depan

Gelar Belakang

Tempat Tanggal Lahir

Umur

Jenis Kelamin

Status Keluarga

Agama

183
Pendidikan Akhir

Nama Sekolah Terakhir

Tahun Lulus

Jurusan / Program Studi

Status Kepegawaian

Nama Jabatan

Alamat Rumah

Nomor Telepon

Alamat Email

Tingkat dan Latar Belakang Pendidikan

Tingkat Pendidikan Tinggi

Nama Sekolah/Universitas

Jurusan / Program Studi

Tahun Masuk

Tahun Lulus

Lokasi

Nomor Ijazah

Tingkat Pendidikan Tinggi

Nama Sekolah/Universitas

Jurusan / Program Studi

Tahun Masuk

Tahun Lulus

Lokasi

Nomor Ijazah

184
Tingkat Pendidikan Tinggi

Nama Sekolah/Universitas

Jurusan / Program Studi

Tahun Masuk

Tahun Lulus

Lokasi

Nomor Ijazah

Tingkat Pendidikan Menengah

Nama Sekolah

Tahun Masuk

Tahun Lulus

Lokasi

Nomor Ijazah

Tingkat Pendidikan Dasar

Nama Sekolah

Tahun Masuk

Tahun Lulus

Lokasi

Nomor Ijazah

Kursus atau Pelatihan

Nama Kursus/Pelatihan Umum

Tempat Belajar

185
Lokasi

Penyelenggara

Tanggal Mulai

Tanggal Selesai

Jumlah Jam

Angkatan

Predikat

Nama Kursus/Pelatihan Teknikal

Tempat Belajar

Lokasi

Penyelenggara

Tanggal Mulai

Tanggal Selesai

Jumlah Jam

Angkatan

Predikat

Nama Kursus/Pelatihan Managerial

Tempat Belajar

Lokasi

Penyelenggara

Tanggal Mulai

Tanggal Selesai

Jumlah Jam

Angkatan

Predikat

186
Nama Kursus/Pelatihan Sosiokultural

Tempat Belajar

Lokasi

Penyelenggara

Tanggal Mulai

Tanggal Selesai

Jumlah Jam

Angkatan

Predikat

Nama Kursus/Pelatihan Keistimewaan

Tempat Belajar

Lokasi

Penyelenggara

Tanggal Mulai

Tanggal Selesai

Jumlah Jam

Angkatan

Predikat

Pengalaman Organisasi

Tahun

Nama Organisasi

Bidang Organisasi

Kedudukan Dlm Organisasi

Tanggal Mulai

Tanggal Selesai

187
Nomor SK

Jabatan Pembuat SK

Pengalaman Kerja

Tahun

Nama Organisasi/Lembaga

Bidang Pekerjaan

Jabatan

Tanggal Mulai

Tanggal Selesai

Nomor SK

Jabatan Pembuat SK

C. Penilaian Kompetensi
Penilaian kompetensi dilakukan untuk mengetahui profil kompetensi pamong
kalurahan guna memperoleh gambaran kompetensi umum, teknis, managerial,
sosiokultural, dan kompetensi terkait keistimewaan. Nilai yag diperoleh berdasarkan
pemberian rating pada skala yang telah disiapkan dapat menggambarkan kompetensi
yang berhasil dimiliki oleh pamong yang ditunjukkan/ditampilkan dalam bentuk perilaku
kerja yang nyata, yang dapat diobservasi dan perilaku tersebut dapat dikembangkan.
Perilaku kerja dimaksud adalah perilaku kerja yang relevan dengan kompetensi yang
dinilai, untuk dibandingkan dengan standar kompetensi yang dipersyaratkan pada jabatan
tertentu (Kementerian PUPR, 2023).
Pengukuran kompetensi bahan dalam menentukan arah pengembangan kompetensi
pamong kalurahan, hasil dari pengukuran ini akan menunjukkan pada aspek mana
pengembangan kompetensi perlu untuk dilakukan. Salah satu pengukuran kompetensi
bisa dilakukan dengan “Rating” (Zainal, 2015), yang dapat diakukan oleh atasan, rekan
kerja, bawahan, atau pun spesialis SDM/assesor. Metode ini sering disebut sebagai “360°
assessment”. Dalam hal ini, pengukuran kompetensi dapat dilakukan dengan
menggunakan Skala Kompetensi Pamong dengan panduan pengisian sebagai berikut:

188
Skala Definisi Indikator

5 Sangat Baik Pamong menunjukkan sikap, pengetahuan,


keterampilan, dan perilaku yang memenuhi seluruh
indikator kompetensi (100%) secara konsisten

4 Baik Pamong menunjukkan sikap, pengetahuan,


keterampilan, dan perilaku yang memenuhi
sebagian besar indikator perilaku (>75%) secara
konsisten

3 Rata-rata Pamong menunjukkan sikap, pengetahuan,


keterampilan, dan perilaku yang memenuhi
sebagian indikator perilaku (>50%) secara
konsisten

2 Kurang Pamong menunjukkan sikap, pengetahuan,


keterampilan, dan perilaku yang memenuhi
sebagian kecil indikator perilaku (<50%) secara
konsisten

1 Sangat Kurang Pamong mampu menunjukkan sikap, pengetahuan,


keterampilan, dan perilaku yang memenuhi
sebagian kecil indikator perilaku (<50%) di
waktu-waktu tertentu saja/tidak konsisten

Pamong yang mendapatkan skor 5 dinilai telah memiliki kecakapan yang dibutuhkan
untuk memenuhi tugasnya. Sementara itu, pamong yang mendapatkan skor di bawah 5
dinilai masih membutuhkan program upaya peningkatan kapasitas dengan level yang
berbeda.

Tata Cara Pengukuran Kompetensi Pamong


1. Pengukuran kompetensi dapat dilakukan oleh atasan, rekan kerja, bawahan, atau pun
spesialis SDM/assesor yang telah disepakati atau ditugaskan dengan mengunakan
Skala Kompetensi Pamong Kalurahan Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Pengisian skala ini dapat dilakukan dengan memberikan tanda pada skala 1 sampai 5
pada masing-masing kompetensi sesuai dengan jabatan pamong.
3. Hasil pengukuran kompetensi ini menjadi profil kompetensi pamong yang dapat
menjadi rujukan dan rekomendasi peningkatan kapasitas pamong kalurahan.
4. Semakin besar nilainya, artinya pamong tersebut semakin mendekati kecakapan yang
dibutuhkan untuk memenuhi tugasnya.

189
5. Pamong yang mendapatkan nilai rendah pada kecakapan tertentu, artinya pamong
tersebut masih membutuhkan peningkatan kapasitas pada kecakapan tersebut.

Skala Kompetensi Pamong Kalurahan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk


masing-masing jabatan pamong adalah sebagai berikut:

SKALA KOMPETENSI PAMONG KALURAHAN DAERAH ISTIMEWA


YOGYAKARTA

Skala Kompetensi Jabatan Lurah

Skala
Kompetensi
1 2 3 4 5

A. Umum

Integritas

Berorientasi pada pelayanan

B. Teknikal

Pengetahuan produk hukum serta peraturan


perundang-undangan regional dan nasional

Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja

Penyusunan produk hukum serta peraturan

Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


kegiatan

Penggunaan perangkat dan aplikasi digital

C. Teknikal Keistimewaan

Pengelolaan tanah kasultanan

Pelestarian kebudayaan Yogyakarta

D. Manajerial

Kepemimpinan

Pengembangan diri dan orang lain

Kerjasama

190
Pengambilan keputusan

Pengelolaan konflik

Manajemen kepegawaian dan sumber daya


manusia

Berpikir Analisis

Berpikir Konseptual

Perencanaan & Pengorganisasian

Berpikir Inovatif

Berpikir Wirausaha

Pemantauan dan Evaluasi

Komunikasi efektif

Teknik presentasi

Pengelolaan forum

Manajemen relasi

E. Sosiokultural

Keterampilan bahasa daerah

Pengetahuan budaya daerah

Pengelolaan keragaman lingkungan budaya

Empati sosial

Pemberdayaan masyarakat

Skala Kompetensi Jabatan Carik

Skala
Kompetensi
1 2 3 4 5

A. Umum

Integritas

Berorientasi pada pelayanan

B. Teknikal

191
Pengetahuan produk hukum serta peraturan
perundang-undangan regional dan nasional

Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja

Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


kegiatan

Penggunaan perangkat dan aplikasi digital

Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan

Pengelolaan rumah tangga

Pengelolaan sumber data

Manajemen keuangan

Penyusunan anggaran

Laporan keuangan

Kas dan perbendaharaan

Akuntansi

Perpajakan

C. Teknikal Keistimewaan

Pengelolaan tanah kasultanan

Pelestarian kebudayaan Yogyakarta

D. Manajerial

Kepemimpinan

Pengembangan diri dan orang lain

Kerjasama

Pengambilan Keputusan

Pengelolaan konflik

Manajemen kepegawaian dan sumber daya


manusia

Komunikasi efektif

Teknik presentasi

Pengelolaan forum

192
Pemantauan dan evaluasi

Berpikir analisis

Berpikir konseptual

Perencanaan & pengorganisasian

E. Sosiokultural

Kemampuan bahasa daerah

Skala Kompetensi Jabatan Tata Laksana

Skala
Kompetensi
1 2 3 4 5

A. Umum

Integritas

Berorientasi pada pelayanan

B. Teknikal

Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja

Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


kegiatan

Penggunaan perangkat dan aplikasi digital

Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan

Pengelolaan rumah tangga

Pengelolaan sumber data

C. Manajerial

Kerjasama

Komunikasi efektif

Pengelolaan forum

Perencanaan & pengorganisasian

D. Sosiokultural

Kemampuan bahasa daerah

193
Skala Kompetensi Jabatan Danarta

Skala
Kompetensi
1 2 3 4 5

A. Umum

Integritas

Berorientasi pada pelayanan

B. Teknikal

Manajemen keuangan

Penyusunan anggaran

Laporan keuangan

Kas dan perbendaharaan

Akuntansi

Perpajakan

Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja

Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


kegiatan

Penggunaan perangkat dan aplikasi digital

Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan

C. Manajerial

Kerjasama

Perencanaan & pengorganisasian

Berpikir analisis

Berpikir konseptual

Berpikir wirausaha

D. Sosiokultural

Kemampuan bahasa daerah

194
Skala Kompetensi Jabatan Pangripta

Skala
Kompetensi
1 2 3 4 5

A. Umum

Integritas

Berorientasi pada pelayanan

B. Teknikal

Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja

Penggunaan perangkat dan aplikasi digital

Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan

Pengetahuan produk hukum serta peraturan


perundang-undangan regional dan nasional

Pengelolaan sumber data

Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


kegiatan

C. Manajerial

Kerjasama

Berpikir analisis

Berpikir konseptual

Perencanaan & pengorganisasian

Pengambilan Keputusan

Pemantauan dan evaluasi

Komunikasi efektif

Teknik presentasi

Manajemen relasi

D. Sosiokultural

Pengetahuan budaya daerah

Empati sosial

195
Skala Kompetensi Jabatan Jagabaya

Skala
Kompetensi
1 2 3 4 5

A. Umum

Integritas

Berorientasi pada pelayanan

B. Teknikal

Manajemen pertanahan dan tata ruang

Perumusan kebijakan pertanahan dan tata ruang

Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja

Penggunaan perangkat dan aplikasi digital

Survei, penelitian, dan analisis data

Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan

Pengelolaan sumber data

Pengetahuan produk hukum serta peraturan


perundang-undangan regional dan nasional

Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


kegiatan

C. Teknikal Keistimewaan

Pengelolaan tanah kasultanan

D. Manajerial

Pemetaan potensi

Komunikasi efektif

Perencanaan & pengorganisasian

Pengambilan Keputusan

Pemantauan dan evaluasi

Manajemen kepegawaian dan sumber daya


manusia

Kerjasama

196
Pengelolaan forum

Manajemen relasi

E. Sosiokultural

Pengetahuan budaya daerah

Empati sosial

Pemberdayaan masyarakat

Skala Kompetensi Jabatan Kamituwa

Skala
Kompetensi
1 2 3 4 5

A. Umum

Integritas

Berorientasi pada pelayanan

B. Teknikal

Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja

Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan

Pengelolaan sumber data

Survei, penelitian, dan analisis data

Pengetahuan nilai, norma, dan ketentuan agama

Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


kegiatan

Pemantauan dan evaluasi

Penggunaan perangkat dan aplikasi digital

C. Teknikal Keistimewaan

Pelestarian kebudayaan Yogyakarta

D. Manajerial

Pemetaan potensi

Perencanaan & pengorganisasian

197
Pengambilan Keputusan

Pengelolaan konflik

Komunikasi efektif

Pengelolaan forum

Kerjasama

E. Sosiokultural

Pengetahuan budaya daerah

Empati sosial

Pemberdayaan masyarakat

Keterampilan bahasa daerah

Pengetahuan budaya daerah

Pengelolaan keragaman lingkungan budaya

Skala Kompetensi Jabatan Ulu-ulu

Skala
Kompetensi
1 2 3 4 5

A. Umum

Integritas

Berorientasi pada pelayanan

B. Teknikal

Manajemen badan usaha dan sumber pendapatan

Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja

Administrasi, kesekretariatan, dan pengarsipan

Pengelolaan sumber data

Survei, penelitian, dan analisis data

Penggunaan perangkat dan aplikasi digital

Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


kegiatan

198
C. Teknikal Keistimewaan

Pengelolaan tanah kasultanan

D. Manajerial

Komunikasi efektif

Berpikir konseptual

Berpikir analisis

Berpikir Wirausaha

Pemetaan potensi

Perencanaan & pengorganisasian

Pengambilan Keputusan

Pengelolaan forum

Kerjasama

Manajemen relasi

Pengelolaan konflik

Pemantauan dan evaluasi

E. Sosiokultural

Keterampilan bahasa daerah

Pengetahuan budaya daerah

Pengelolaan keragaman lingkungan budaya

Empati sosial

Pemberdayaan masyarakat

Skala Kompetensi Jabatan Dukuh

Skala
Kompetensi
1 2 3 4 5

A. Umum

Integritas

Berorientasi pada pelayanan

199
B. Teknikal

Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


kegiatan

Penggunaan perangkat dan aplikasi digital

Pengetahuan produk hukum serta peraturan


perundang-undangan regional dan nasional

Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja

C. Teknikal Keistimewaan

Pengelolaan tanah kasultanan

Pelestarian kebudayaan Yogyakarta

D. Manajerial

Kepemimpinan

Pengembangan diri dan orang lain

Kerjasama

Pemantauan dan evaluasi

Pengelolaan forum

Pengambilan keputusan

Pengelolaan konflik

Komunikasi efektif

Manajemen relasi

E. Sosiokultural

Keterampilan bahasa daerah

Pengetahuan budaya daerah

Pengelolaan keragaman lingkungan budaya

Empati sosial

Pemberdayaan masyarakat

Skala Kompetensi Jabatan Bamuskal

Kompetensi Skala

200
1 2 3 4 5

A. Umum

Integritas

Berorientasi pada pelayanan

B. Teknikal

Pengetahuan produk hukum serta peraturan


perundang-undangan regional dan nasional

Pengetahuan sistem, prosedur, dan tata cara kerja

Penyusunan produk hukum serta peraturan

Penyusunan laporan kinerja dan pelaksanaan


kegiatan

C. Manajerial

Pengelolaan forum

Teknik presentasi

Komunikasi efektif

Manajemen relasi

Berpikir Analisis

Berpikir Inovatif

Berpikir Wirausaha

Perencanaan dan pengorganisasian

Pemantauan dan evaluasi

D. Sosiokultural

Keterampilan bahasa daerah

D. Tindaklanjut hasil Profiling dan Penilaian Kompetensi

Laporan Profiling dan Penilaian

Nama :

Jabatan :

201
Tanggal Asesmen :

Tujuan Asesmen :

Rangkuman Hasil Profiling

“bagian ini berisi tentang ingkasan/rangkuman profil dasar yang memuat


pendidikan, kursus atau pelatihan, pengalaman organisasi, dan pengalaman kerja
yang mendukung ketugasan pamong”

Rangkuman Hasil Penilaian Kompetensi

“bagian ini berisi tentang ingkasan/rangkuman hasil penilaian kompetensi”

Rekomendasi Peningkatan Kapasitas

“bagian ini berisi tentang rekomendasi peningkatan kapasitas seorang pamong


berdasarkan pertimbangan rangkuman profiling dan penilaian kompetensi”

202
BAB VII
SIMPULAN & REKOMENDASI

Bagian ini menyajikan simpulan dan rekomendasi dari kajian ini. Simpulan memuat
sejumlah butir-butir refleksi dan abstraksi terhadap temuan-temuan dalam kajian ini.
Sedangkan rekomendasi memuat arah kebijakan tentang pedoman kecakapan pamong
kalurahan yang dituangkan sebagai berikut ini:

A. Simpulan
Kajian ini menghasilkan sejumlah simpulan sebagai berikut Pertama, konstruksi
dualitas pamong yakni menjalankan fungsi kepemimpinan masyarakat dan fungsi
birokrasi lokal tidak dapat didudukkan sebagai bagian dari birokrasi negara. Oleh karena
itu pamong kalurahan tidak dapat diperlakukan seperti Aparatur Sipil Negara (ASN).
Meski demikian, pamong desa merupakan bagian dari penyelenggara pemerintahan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mengingat dualitas
tersebut, cara kerja pamong dirajut dalam kerja-kerja kolektif yang bersifat organik
termasuk dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.
Kedua, adanya anggapan tentang buruknya kinerja pamong kalurahan sesungguhnya
berakar dari perspektif yang keliru tentang pemerintahan kalurahan yang mana masih
didudukkan sebagai bagian dari birokrasi negara. Konsekuensi dari perspektif ini,
kalurahan terlalu banyak menanggung beban kewenangan penugasan dari pemerintah
supra desa yang sangat teknokratis dan sektoral. Pendekatan teknokratis dan sektoral ini
semakin menambah kerumitan sehingga menambah beban bagi kalurahan. Padahal
pemerintah kalurahan masih memikul tanggung jawab mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri. Seluruh beban kewenangan tersebut dilimpahkan tanpa menimbang
kapasitas pemerintah kalurahan yang sangat terbatas. Alhasil, desa selalu dinilai tidak
mampu melaksanakan kewenangannya dan dianggap berkinerja buruk.
Ketiga, kebijakan pengelolaan pamong kalurahan masih sangat teknokratis-birokratis
sehingga belum sesuai dengan konteks kebutuhan dan kepentingan pengembangan
kapasitas pemerintah kalurahan. Hal ini ditunjukkan dengan pengelolaan pamong belum
menimbang kekhasan masing-masing jabatan pamong. Disamping itu, kebijakan
pengelolaan pamong tidak menimbang kondisi bahwa besaran organisasi pemerintah
kalurahan hampir-hampir tidak menyediakan jenjang karir. Ketiadaan jenjang karir
menjadi symptom lambatnya regenerasi dalam tubuh pemerintah kalurahan, sehingga

203
menciptakan kesenjangan kecakapan antar generasi pamong. Situasi ini menciptakan
iklim yang tidak kondusif bagi pengembangan kapasitas pamong. Hal ini menjadi
demotivasi bagi pamong yang ditunjukkan dengan kecakapan pamong yang dinilai buruk
karena beban kerja yang sangat berat. Demotivasi juga terjadi juga karena skema
pengembangan pamong agak mengabaikan aspek kesejahteraan pamong yang tidak
memadai di tengah tuntutan beban kerja dan beban sosial pamong begitu tinggi.
Keempat, upaya pemerintah supra kalurahan meningkatkan kapasitas pamong belum
menyentuh tindakan membangun ekosistem belajar yang kondusif dan masih berkutat
pada intervensi teknikal, namun sangat minimal. Upaya semacam ini, belum menjawab
problem peningkatan kapasitas pamong sesuai dengan kebutuhan pamong kalurahan.
Upaya yang minimal tersebut ditunjukkan dengan berbagai pelatihan atau bimtek baik
dari sisi materi, metode, serta pelembagaan hasil-hasil peningkatan kapasitas. Dari sisi
materi, materi yang disampaikan masih bersifat normatif, general (belum spesifik
menyesuaikan dengan kebutuhan), dan bersifat teknikal (belum banyak memberikan
porsi pada kecakapan manajerial dan kecakapan sosio-kultural). Dari sisi metode, masih
bersifat konvensional yakni dengan ceramah dan tanya jawab sekadarnya dengan nuansa
sosialisasi. Model semacam ini dinilai kurang efektif karena acap kali tidak bersifat
interaktif dan tidak menumbuhkan minat pamong untuk mengembangkan diri
berdasarkan relevansi pengalaman yang dialami para pamong. Pelembagaan hasil-hasil
pelatihan juga tidak terlihat yang ditandai dengan absennya pendampingan pasca
pelatihan serta tidak terukur karena tidak ada upaya monitoring dan evaluasi secara
substansial. Hal ini berakar dari desain pelatihan lebih berorientasi pada capaian misi
kebijakan ketimbang memperkuat kecakapan pamong. Potensi membangun ekosistem
belajar yang kondusif sebetulnya dimungkinkan karena sesungguhnya telah muncul
prakarsa kalurahan untuk mengembangkan kapasitas perangkat kalurahan meski masih
sangat terbatas. Hal itu ditunjukkan dengan adanya proses belajar mandiri para pamong
serta horizontal learning antar pamong meski belum sepenuhnya efektif. Potensi
membangun ekosistem melalui platform digital dimungkinkan meski tidak selalu efektif
sehingga program peningkatan kapasitas dapat dilakukan secara hybrid.
Kelima, belum ada upaya untuk melakukan profiling pamong kalurahan di DIY.
Profiling ini sangat membantu pemerintah kalurahan untuk membuat perencanaan
pengembangan kapasitas pamong kalurahan; untuk peningkatan kinerja pamong
kalurahan; serta kebutuhan penataan organisasi pemerintahan kalurahan.

204
B. Rekomendasi
Berangkat dari paparan di atas kajian penyusunan pedoman pengembangan kapasitas
pamong kalurahan melahirkan sejumlah rekomendasi sebagai berikut:
Pertama, penyusunan pedoman pengembangan kapasitas pamong kalurahan diperlukan
dengan sejumlah catatan terkait prinsip-prinsip berikut ini:
1. Sebagai Pedoman
Pedoman pengembangan kapasitas pamong perlu dimaknai sebagai panduan untuk
mencapai profil pamong yang ideal. Pedoman jangan sampai diletakkan dalam makna
sebagai “standar” yakni nilai utama yang harus dicapai oleh pamong. Jebakan sebagai
standar justru akan membelenggu kalurahan. Namun, pedoman diletakkan sebagai
cara berproses mencapai profil pamong yang ideal.
2. Kesederhanaan
Pedoman pengembangan kapasitas pamong perlu disusun dengan prinsip
kesederhanaan menyesuaikan dengan kemampuan kalurahan dalam melaksanakan
kewenangan kalurahan. Prinsip kesederhanaan perlu ditegaskan agar standar ini dapat
dicapai (do-able) secara bertahap dan tidak menjadi beban baru bagi kalurahan.
Pemenuhan standar kecakapan secara bertahap akan membangun konfidensi bagi
pamong untuk mencapai profil pamong yang ideal.
3. Kontekstual
Pedoman pengembangan kapasitas pamong kalurahan perlu menimbang konteks
keragaman kalurahan di DIY. Kalurahan-kalurahan di DIY memiliki keragaman
kapasitas, masalah, dan tantangan yang berbeda. Oleh karena itu pemenuhan standar
ini didasarkan pada kebutuhan dan kepentingan pengembangan kapasitas organisasi
pemerintahan masing-masing kalurahan (open menu) baik untuk menjawab tantangan
masa depan maupun menjawab kebutuhan lokal. Dengan demikian, pedoman ini
harus bertumbuh menyesuaikan dengan perubahan konteks ruang dan waktu.
4. Berbasis Learning
Pedoman pengembangan kapasitas pamong perlu diletakkan dalam konteks
pembelajaran. Standar kecakapan pamong harus menumbuhkan ekosistem yang
memampukan setiap pamong untuk terus mengembangkan diri dengan proses belajar.

Kedua, pedoman pengembangan kapasitas pamong perlu dipastikan untuk menjawab


kebutuhan sebagaimana tujuan dari kajian ini yakni adanya rumusan standar kecakapan

205
pamong itu sendiri, desain peningkatan kapasitas, serta profiling. Rumusan detail
rekomendasi adalah sebagai berikut sebagaimana tertuang dalam tabel 7.1. berikut ini.

Tabel 7.1. Rekomendasi Kebijakan tentang


Pedoman Peningkatan Kapasitas Pamong Kalurahan

Output Aspek Arah Kebijakan Operasionalisasi


Standar Proporsi ● Standar kecakapan ● Perumusan standar
kecakapan kecakapan pamong yang kecakapan bersifat
Pamong dirumuskan umum dan kecakapan
menyesuaikan porsi bersifat khusus sesuai
kewenangan, tugas dengan tingkat
pokok dan fungsi, kewenangan
serta beban kerja masing-masing jabatan
masing-masing pamong.
jabatan pamong. ● Perumusan standar
● Standar kecakapan kecakapan yang bersifat
pamong dirumuskan proporsional antara
secara proporsional kecakapan sosiokultural,
pada masing-masing manajerial, dan teknikal
jenis kompetensi. pada masing-masing
jabatan pamong
Lokalitas ● Standar kecakapan ● Adanya penambahan
pamong memenuhi rumusan standar
keragaman kondisi terhadap kecakapan
kalurahan di DIY lokal.
● Standarisasi terhadap ● Adanya perumusan
kecakapan pamong standar terhadap
terkait pelaksanaan kecakapan terkait
urusan keistimewaan pelaksanaan urusan
keistimewaan.
Kesenjangan ● Standar kecakapan ● Perumusan standar
Generasi pamong mengatasi kecakapan menimbang
kesenjangan pemetaan kecakapan
kecakapan antar antara generasi pamong
generasi pamong sepuh dengan pamong
muda.

206
Peningkatan Materi ● Materi pelatihan ● Fasilitasi penyusunan
Kapasitas didesain lebih hand book (buku saku)
operasional untuk untuk masing-masing
menjawab misi jabatan pamong maupun
pelatihan materi tematik (misal
● Materi pelatihan tentang keuangan desa,
didesain sesuai pengelolaan aset, dsb)
dengan kebutuhan yang dirancang dengan
pamong prinsip sederhana, mudah
● Pemanfaatan dipahami, menarik, dan
teknologi digital operasional (user
untuk mengemas friendly).
materi pelatihan ● Fasilitasi penyusunan
lebih menarik dan hand book dalam format
distribusi lebih e-book (buku elektronik)
meluas (open acces). yang dapat diunduh
● Perlu memperkaya melalui platform
menu materi untuk Learning Management
kecakapan System (LMS).
manajerial maupun ● Perlu memperkuat
kecakapan materi-materi kecakapan
sosio-kultural. manajerial dan
sosio-kultural dalam
hand book untuk
masing-masing jabatan
pamong.

207
Metode ● Metode pelatihan ● Desain Pelatihan untuk
perlu disesuaikan kecakapan teknikal
dengan misi dengan format
pelatihan. bimbingan teknis yang
● Perlu pengayaan dan mengkombinasikan
kombinasi metode metode simulasi terapan,
pelatihan yang game, dsb.
disesuaikan dengan ● Desain pelatihan untuk
misi pelatihan. kecakapan manajerial
● Pemanfaatan dalam konsep workshop
teknologi digital dengan metode
untuk mengemas kombinasi diskusi
metode belajar lebih terbatas, game, studi
menarik dan kasus, dsb.
menjangkau lebih ● Desain pelatihan dapat
banyak peserta. dilaksanakan secara
hybrid (offline & online)
dengan mengaktivasi
LMS sebagai kelas
daring. Catatan: metode
hybrid perlu dikemas
dengan menarik dan
menyesuaikan dengan
kondisi.
Pelembagaan ● Adanya penugasan ● Penyusunan Rencana
Hasil kepada peserta pasca Tindak Lanjut (RTL) di
kegiatan pelatihan akhir sesi pelatihan yang
● Adanya proses dipantau pasca pelatihan.
mentoring pasca ● Penambahan aktivitas
kegiatan pelatihan. pendampingan
● Pelembagaan (mentorship) dalam
monitoring dan jangka waktu tertentu
evaluasi pada setiap sebagai bagian dari
program pelatihan aktivitas pelatihan baik
secara daring maupun
luring.
● Monev dilakukan untuk
mengukur dan
memastikan tingkat
pelembagaan hasil-hasil
pelatihan

208
Pengembangan ● Mengaktivasi ● Fasilitasi aktivitas
Ekosistem ruang-ruang belajar berdasar prakarsa lokal
belajar yang telah desa maupun paguyuban
diprakarsai oleh pamong dalam kerangka
kalurahan maupun peningkatan kapasitas
pamong (mis: penyediaan
● Kolaborasi dengan narasumber
pihak-pihak yang ● Inisiasi kolaborasi
memiliki sumber dengan akademisi dan
daya keahlian dalam praktisi desa dalam
pengembangan pendampingan kalurahan
kapasitas pamong. melalui skema pilot
project, kerja sama
pendampingan,
pengembangan sistem
inovasi, dsb.
Profiling ● Perlu panduan teknis ● Fasilitasi panduan teknis
Pamong penyusunan profiling penyusunan profiling
pamong untuk pamong untuk
pemerintah peningkatan kecakapan
kalurahan pamong, peningkatan
● Perlu penyusunan kinerja pamong, serta
profiling pamong penataan organisasi
dan mendorong pemerintah kalurahan
pemanfaatan hasil ● Fasilitasi penyusunan
profiling profiling pamong dan
pemanfaatan hasil
profiling oleh
pemerintah kalurahan.

209
BAB VIII
PENUTUP

Kajian ini merupakan riset kebijakan yang selanjutnya digunakan sebagai basis
penyusunan kebijakan tentang pedoman pengembangan kapasitas pamong kalurahan di
DIY. Tujuan kegiatan ini adalah merumuskan nasihat kebijakan sebagai panduan dalam
penyusunan standar kecakapan pamong kalurahan, pemetaan kebutuhan pengembangan
kapasitas pamong melalui aktivitas pelatihan, serta penyusunan rumusan materi
kebijakan profiling dan penilaian kecakapan pamong kalurahan.

Kajian ini dilaksanakan dengan serangkaian aktivitas yakni identifikasi berbagai


aspek untuk memetakan permasalahan, tantangan, potensi, dan isu strategis; melakukan
analisis esensi, urgensi dan evaluasi terhadap kebijakan dan program daerah di DIY
tentang pengembangan kapasitas pamong kalurahan, serta menjaring aspirasi dan
menggalang komitmen multipihak tentang arah desain pengembangan kapasitas pamong
kalurahan di DIY. Dalam pelaksanaannya kajian ini juga mempertimbangkan
sinkronisasi dengan berbagai peraturan perundangan serta memperhatikan kearifan lokal
DIY.

Proses penyusunan kajian ini melibatkan sejumlah pihak yang telah berkontribusi
secara aktif sejak awal. Dalam kesempatan ini, tim tenaga ahli menghaturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak baik OPD terkait, lurah, perangkat
kalurahan, Bamuskal dan pemangku kepentingan lainnya, atas kontribusi yang telah
diberikan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami haturkan pula penghargaan yang
sebesar-besarnya atas kerjasama yang telah terjalin selama ini. Kajian ini bukanlah kajian
yang sempurna, oleh karena itu kami membuka diri terhadap saran dan kritik guna
peningkatan kualitas hasil kajian agar dapat memberi dampak kontributif bagi
pengembangan kapasitas pamong kalurahan di DIY. Semoga, kajian yang telah hadir di
hadapan sidang pembaca ini dapat memberi manfaat yang berarti bagi para pemangku
kepentingan kalurahan di DIY.

210
DAFTAR PUSTAKA

Abisono, FG. (2018). Mengawal Implementasi Pembaruan Desa dengan Manajemen


Perubahan Berbasis Learning. Jurnal Pembangunan Masyarakat dan Desa, Volume
27, No.2
Boyatzis, R.E. (2008), "Competencies in the 21st century", Journal of Management
Development, Vol. 27 No. 1, pp. 5-12. https://doi.org/10.1108/02621710810840730
Kemenkeu. (2013 Desember 06). Profiling Pegawai Merupakan Proses Pencatatan dan
Pemetaan SDM. djkn.kemenkeu.go.id.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/4147/Profiling-Pegawai-Merupakan-
Proses-Pencatatan-dan-Pemetaan-SDM.html
Kementerian PUPR. (2022). Penilaian Potensi Dan Kompetensi. Jakarta: Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Musyaddad, Achmad. (2015) Mengawal Implementasi UU Desa. Makalah, disampaikan
dalam Seminar Nasional Refleksi Satu Tahun UU Desa,Sinjai: STISIP
Muhammadiyah Sinjai- Centre for LEAD.
Prasetyo, A. W. (2019). Telaah pengembangan kompetensi aparatur pemerintah desa.
Journal of Public Administration and Local Governance, 3(2), 105-115.
Rohmadin, S., & Batubara, Y. E. (2019). Standar Kompetensi Jabatan Asn (Studi Pada
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Di Lingkungan Inspektorat Kabupaten
Majalengka Provinsi Jawa Barat). Jurnal MSDA (Manajemen Sumber Daya
Aparatur), 7(2), 147-172.
Soemardjan, Selo (2009). Perubahan Sosial di Yogyakarta. Cetakan ke-2, Jakarta:
Komunitas Bambu
Sumanti, R. (2018). Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Di Daerah:
Tantangan dan Peluang. Jurnal Transformasi Administrasi, 8(2), 115-129
Tjondronegoro, Sediono, M.P; dalam suntingan Koentjaraningrat; 1984.
Masalah-Masalah Pembangunan - Bunga Rampai Antropologi Terapan; Penerbit
LP3ES, Jakarta
Wasistiono, Sadu (2019). Sejarah, Kedudukan, Serta Prospek Perangkat Desa Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol 9., No. 1
Yudahadiningrat dkk (2019). Ilmu Kaweruh: pawiyatan Pamong Jogja untuk Indonesia.
Cetakan ke-2. Yogyakarta: Pawiyatan Pamong Yogyakarta

211
LAMPIRAN
A. Instrumen Wawancara

Kewenangan 1. Bagaimana pendapat anda tentang posisi pamong dalam


mengemban kewenangan yang dilimpahkan oleh supra desa
seperti sebagai pemangku keistimewaan dan pemangku
kewenangan asli?
2. Bagaimana pendapat anda mengenai kewenangan yang
dimandatkan UU Desa terkait dengan tugas dan fungsi
pamong desa atau bamuskal?
3. Apa saja kompetensi khusus yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kewenangan sebagai pemangku
keistimewaan? (misal pengetahuan tentang prosedur
mengurus pertanahan, tata ruang, dan kebudayaan)

Kecakapan Pamong 1. Bagaimana pendapat anda mengenai kondisi kualitas kerja


(profesionalitas) pamong di tengah tuntutan penugasan yang semakin
kompleks?
2. Mengapa kondisi tersebut dapat terjadi?
3. Apakah modalitas kerja yang saat ini dimiliki sudah
mendukung ketugasan yang diampu oleh pamong kalurahan?
4. Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat
pemenuhan kecakapan kerja pamong?
5. Bagaimana menurut anda mengenai standar kompetensi
pamong?
6. Apa saja standar kompetensi yang dibutuhkan oleh pamong?
7. Future skill dan kecakapan apa yang dibutuhkan untuk
menjawab tantangan masa depan?
8. Kecakapan apa yang dibutuhkan untuk menjawab konteks
lokal?

Kecakapan Pamong 1. Apakah relevan mengadaptasi standar kompetensi ASN


Pertanyaan untuk terhadap pamong kalurahan?
Kabupaten (DPMKal) 2. Seberapa jauh relevansi standar kompetensi ASN diadaptasi
ke dalam standar kompetensi pamong kalurahan?
3. Hal apa saja yang dianggap relevan dan tidak relevan
diadaptasi ke dalam standar kompetensi pamong kalurahan?
Mengapa?
4. Future skill dan kecakapan apa yang dibutuhkan untuk
menjawab tantangan masa depan?
5. Kecakapan apa yang dibutuhkan untuk menjawab konteks
lokal?

Desain Peningkatan 1. Bagaimanakah peningkatan kapasitas yang dilakukan selama

212
Kompetensi untuk ini? (metode, efektivitas, efisiensi)
Kabupaten (DPMKal) 2. Apa saja dasar untuk menentukan jenis dan ragam
peningkatan kompetensi yang relevan? dan Mengapa?
(sosio kultural, manajerial, teknikal;
pengetahuan-keterampilan-perilaku; teknokratis-future
skill-lokal; dll).
3. Bagaimana mekanisme dan prosedur menyusun skema
peningkatan kompetensi pamong kalurahan?
4. Bagaimana hasil evaluasi atas peningkatan kapasitas yang
telah dilakukan?
5. Bagaimana bentuk desain peningkatan kompetensi yang
dianggap relevan dan mampu menjawab tuntutan dan
kebutuhan pamong?
6. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan penyelenggara
setelah kegiatan peningkatan kapasitas? (monitoring,
evaluasi)

Desain Peningkatan 1. Bagaimanakah peningkatan kapasitas yang dilakukan selama


Kompetensi untuk ini? (metode, efektivitas, efisiensi)
Pamong 2. Apa saja dasar untuk menentukan jenis dan ragam
peningkatan kompetensi yang relevan? dan Mengapa?
(sosio kultural, manajerial, teknikal;
pengetahuan-keterampilan-perilaku; teknokratis-future
skill-lokal; dll).
3. Bagaimana mekanisme dan prosedur menyusun skema
peningkatan kompetensi pamong kalurahan?
4. Bagaimana hasil evaluasi atas peningkatan kapasitas yang
telah dilakukan?
5. Apakah peningkatan kompetensi tersebut sudah cukup
membantu dan dibutuhkan oleh pamong? Peningkatan
kompetensi apa yang dibutuhkan?
6. Bagaimana ekosistem belajar yang terbentuk di desa tersebut
maupun dengan desa yang lain? (koordinasi, horizontal
learning)
7. Menurut anda apa saja bentuk jenis dan ragam peningkatan
kompetensi yang relevan (pelatihan, fasilitasi, coaching, self
learning, mentoring)?
8. Metode peningkatan kapasitas apa yang dibutuhkan?
9. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan penyelenggara
setelah kegiatan peningkatan kapasitas? (monitoring,
evaluasi)

Profiling kompetensi 1. Apa saja orientasi dalam menyusun profiling kompetensi

213
untuk Kabupaten pamong kalurahan (mis: penataan karir, peningkatan kinerja,
(DPMKal) rotasi jabatan, acuan peningkatan kapasitas).
2. Informasi apa saja yang dibutuhkan dalam menyusun
profiling kompetensi pamong kalurahan yang disesuaikan
dengan orientasinya?
3. Bagaimana mekanisme dan prosedur untuk menyusun
profiling?

B. Daftar Narasumber

No. Jabatan Kabupaten Kategori Desa Nama

Desa
1 Lurah Sleman Triharjo Irawan, S.I.P
Urban/Suburban

Desa Pertanian Titik Iswatun


2 Lurah Bantul Sriharjo
Dataran Hasanah, S.Pd.

Desa Pertanian
3 Lurah Gunungkidul Pacarejo Suhadi
Perbukitan

Desa Pertanian
4 Lurah Kulon Progo Pagerharjo Widayat
Perbukitan

Desa
5 Carik Bantul Karangtalun Ilham Saputrojati
Urban/Suburban

Desa Pertanian Zuhri Saren Satrio,


6 Carik Bantul Sendangsari
Dataran S.Sos.

Desa Pertanian
7 Carik Bantul Mangunan Dwi Eko
Perbukitan

Desa Pertanian
8 Carik Bantul Srimulyo Nurjayanto, ST.
Perbukitan

9 Carik Gunungkidul Desa Pesisir Kemadang Suminto

Nur Wahyudin,
10 Kamituwa Gunungkidul Desa Pesisir Kemadang
A.Md.

Staff Desa Pertanian


11 Bantul Sriharjo Nur Zakiah, S.M.
Pangripta Dataran

Desa Pertanian Intan Safitri Sejati,


12 Staff Ulu-ulu Bantul Sriharjo
Dataran S.Ak.

214
Desa Pertanian Ikhwan Dwi Ashari,
13 Staff Ulu-ulu Bantul Sriharjo
Dataran S.Pd.

14 Dukuh Bantul Guwosari Ahmad Khalim

Rizza Utami Putri,


15 Dukuh Bantul Canden
S.IP

Muhaimin, S.Th.I,
16 Bamuskal Bantul Guwosari
M.H

Kriswantoro,
17 DPMKal Gunungkidul
S.Stp.,MM.

18 Pawiyatan Fajar Sudarwo

19 Pawiyatan Paulus Y Samino

C. Catatan Wawancara
Tema: Kewenangan
Nama
No. Catatan Wawancara
Narasumber
1 Widayat 1) Kewenangan yang dilimpahkan saat ini pamong jadi sibuk
melayani supra desa jadi untuk melayani masyarakat itu hanya sisa2.
Apalagi mereka maunya cepat. Kita juga harus berbagi tugas utama
dengan pelayanan. Dan ini sangat menyita waktu.
Sehingga kita harus mencari waktu lain, kita melakukannya pada
malam hari. Kalau pelayanan dan kewajiban.

Kewenangan keistimewaan sudah jalan, tetapi ada hal2 yang harus


menyisihkan waktu yang lebih. Kalau berkaitan dengan urusan
kantor tidak masalah seperti pertanahan, kalau budaya banyak di
masyarakat. BKK ini ternyata juga menyita waktu karena ternyata
tidak sederhana. Kita banyak meeting2 dari dinas terkait.

Selama ini kendalanya ada di SDM harus meladeni dari segala penjur
dari atas ke bawah. Apalagi terkait laporan, kami berharap agar ini
disederhanakan selam tidak melanggar aturan. Apalagi banyak
kegiatan2 tradisi di sini ada 20 pedukuhan sehingga harus hadir di
tengah masyarakat.

2) Tugas dan fungsi di Pagerharjo sudah jalan tetapi kembali ke SDM

215
lagi. Kami berusaha memaksimalkan yang sudah ada.
Terkadang ada perbedaan kami dengan bamuskal.
Bamuskal kami maklum, karena mereka belum terbiasa dalam
kerja-kerja ini sehingga harus belajar bersama.
Perbedaan dari informasi2 yang miss terkait aduan dari masyarakat.
Yang namanya mitra kan harusnya kita pecahkan bersama, bukan
mencari permasalahan di masyarakat.
Titipan2 program dari teman2 kalurahan terkait dengan dana desa,
seperti BLT, stunting, dll., harusnya itu diserahkan ke desa bukan
ditetapkan prosentase dari pusat. Padahal kalurahan sudah memiliki
prioritas sendiri. BLT sendiri sebenarnya juga program yang
terkadang menimbulkan polemik di masyarakat. Titipan program ini
terkadang membebani, harusnya jika ada titipan program ini disertai
dengan pendanaan. Terkadang efeknya usulan masyarakat menjadi
tidak dikabulkan karena banyaknya titipan program ini.

3) Peningkatan kapasitas, di sisi lain kami harus memperluas jaringan


kepada masyarakat dan tokoh2 tentang apa yang diinginkan
keistimewaan, selain itu juga dengan bamuskal, dan juga pamong
sendiri.
Bamuskal banyak yang belum paham. Di pagerharjo ungul di seni
pertunjukan. Terkait dengan tata ruang dan pertanahan masih perlu
untuk dilakukan peningkatan kapasitas untuk pamong, bamuskal, dan
masyarakat.
Dulu ada kulituwo itu apakah bisa diangkat kembali ke masyarakat.
Di tiap padukuhan ada. Ini terkait dengan saksi atau orang kedua
terkait dengan persoalan pertanahan di padukuhan. Dia yang
mengerti sejarah tentang tanah tersebut. Biasanya mereka adalah
tokoh masyarakat yang punya kemampuan.
2 Titik Iswatun 1) Perangkat kalurahan itu membantu lurah dalam menjalankan UU
Hasanah, S.Pd. Desa berarti harus ada distribusi kewenangan kepada perangkat.
Namun terkadang ada rancu terutama terkait dengan pengaturan
Dana Desa yang terkesan mendrive terkait dengan program2
pemerintah pusat yang telah menetapkan prosentase.
Kewenangan terkait dengan kedudukan desa dengan supra desa, kita
sudah terbiasa selama 32 tahun dengan sistem yang sentralisasi, saat
ini dengan bahasa pembinaan dan monitoring. Terkait dengan
penyertaan modal BUMDes yang harus naik sampai Kapanaewon.
Padahal tidak ada aturan untuk evaluasi dari Kapanewon.
Yang penting untuk diberikan kapasitas itu bukan hanya pamong
tetapi juga supradesa yang mengurusi tentang desa.
Keistimewaan itu juga agak rancu, misalkan tentang pengelolaan
pariwisata, pokdarwis ini jadi seperti organnya dinas, kemudian

216
seringkali desa ini dilewati.

Banyak desa mendapatkan tigas dan tanggung jawab. Terutama


kewajiban administratratif.

3) Terkait dengan pemberdayaan harus ada desain besar. Harus


berpikir hingga keberlanjutan program. Desa (merdikorejo) harus
memastikan keberlanjutannya, dengan memberikan pendidikan
kepada masyarakat dan menyiapkan sarprasnya.
Dalam kerangka perangkatnya mereka sudah punya perspektif yang
berbeda, yg hanya menggugurkan tugas, tetapi juga tercapai outcome
dan keberlanjutan. Perubahan apa yang diterima masyarakat dengan
program ini.
3 Suhadi 1) Dalam konteks teori sangat luas, tetapi ketika dalam praktik
ternyata belum full secara kewenangan. Yang kita kehendaki,
regulasi wajib ada, tetapi seharusnya tidak terlalu rumit dan
dikekang. Kewenangan terkait hak asal-usul dan kewenangan
bersekala desa ini perlu adanya penyederhanaan. Kementrian yang
menaungi harusnya membuat regulasi bersama. Sebab SDM di
kalurahan ini standar kompetensinya berbeda2. Sehingga desa bisa
menjadi wadah bagi penghidupan bagi warganya dengan menerapkan
hak asal-usul berskala desa. Sehingga pamong bisa merumuskan
regulasi yang tepat sesuai potensi desa yang ada.
Dengan kesedarhanaan sistem ini teman2 bisa mengeksplain kepada
lain.
Kalau program titipan, ini dimaknai dimaknai sebagai titipan. Tapi
kalau saya ya karena pemerintah ini sistem jadi manut atasan.

2) Saat ini kita berada di era reformasi kalurahan. Kami sedang


membangun sistem. Reformasi kalurahan ada 2: reformasi birokrasi
kalurahan dan reformasi masyarakat. Reformasi masyarakat akan
berjalan ketika reformasi birokrasi sudah berjalan.
Dalam praktiknya SDM terbatas, tetapi ketika sudah roto maka akan
berjalan.
Nomenklatur yang ramping akan membuat kerja lebih efektif.
SDM yang terbatas itu maksudnya, right man on the right place.
Kalau basic study tidak match ya mungkin ada kelebihan yang
menunjang kinerja.
Kalurahan saat ini tidak main2 karena dana transfer dari berbagai
sumber. Desa sebagai basic kemajuan negara, sistem yg
menggerakkan roda harus support.

3) Sama saja, seperti kemampuan IT karena terkait dengan reformasi

217
kalurahan yang telah dimandatkan oleh Sri Sultan.
Pemangku keistimewaan ini sebuah rumah, tetapi harus juga
disertakan dana keistimewaan. Seharusnya ada transfer khusus dana
keistimewaaan terkait dengan status desa seperti desa enterpreneur,
desa budaya, dll…
Tes kiesnya seperti transfer dana desa, yg transfer dan desa dapat
mengelolanya.
Pancarejo desa wisata, desa preneur, kami sedang mempersiapkan
untuk desa mandiri budaya.
4 Nur Zakiah, 1)Staff terlalu sibuk melayani urusan supra desa, dengan banyaknnya
S.M. aplikasi, sehingga pekerjaan utamanya menjadi ternomorduakan.
Intan Safitri Pekerjaan sebagai staff ini overload, siang pelayanan, malam
Sejati, S.Ak. diundang warga, banyak kegiatan. Dari personil yang juga terbatas.
Ikhwan Dwi Yg ditangani banyak sekali, dari danais, pkk, dll.
Ashari, S.Pd.
2) Kalau pembagian tugas sudah jelas, tetapi kalau yg ulu2 terlalu
banyak yg dikerjakan.
Beban pekerjaan memang sudah diplot, tetapi load kerjanya tidak
sama.
SDM yang ada terbatas, Kamituwo ada 1 staff, minimal 2, ada yang
harus menghadle lapangan dan data2. Jogoboyo 2, tatalaksana 2, dll,
ulu2 banyak staff.

3) Kompetensi untuk menjadi pamong: banyaknya beban jadi harus


kuat secara fisik, agenda sampai malam, management waktu.
Ulu2 kerjaannya banyak, kelembagaannya yg dibawahnya belum
terbentuk, lembaga2nya belum bisa menghandle kegiatan. Pariwisata
(lomba2 menyita waktu banyak), TPK (pelaksana kegiatan
pembangunan, mulai dari proposal-lpj), TPBJ, yg desa
preneur-UMKM.
Pekerjaan kita kalau dari pendanaan selalu bertambah, tetapi tidak
diimbangi dengan penambahan SDM.
Sebenarnya perlu peningkatan kompetensi dan standarisasi terkait
urusan keistimewaan, sebab latar belakang pendidikan berbeda dan
case by case tiap hari ini berbeda2 dan variasinya banyak. Dan waktu
pamong untuk belajar sudah habis untuk pelayanan.
Beberapa masalah sebenernya ada yg mengurusi sendiri ada
adminnya. Tetapi karena orangnya hanya itu2 saja jadi terkadang,
tlisipan dalam melayani.
5 Nur Wahyudin, 1) Dalam menjalankan tupoksi dan kewenangan, pamong memiliki
A.Md. kedudukan yang terhimpit dan kompleks karena berada di tengah
pemerintah di tingkat kabupaten dan pusat serta masyarakat. Hal

218
tersebut menyebabkan pamong kesulitan untuk dapat menjalankan
fungsinya dengan keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki.
Ketika pamong fokus mengerjakan tugas yang dimandatkan oleh
pusat, fungsi sosial dan pengayoman masyarakat menjadi
terbengkalai. Sebaliknya, ketika fungsi sosial dan pengayoman
masyarakat dijadikan prioritas, tugas yang diberikan pusat jadi
terbengkalai. Kedua kondisi tersebut sama-sama tidak ideal dan
menyebabkan penilaian akan kualitas pamong menjadi kurang baik.

2) Kewenangan yang dilimpahkan untuk pamong di desa dirasa


terlalu berat. Sebagai gambaran, saat ini tiap-tiap dinas memiliki
titipan tanggung jawab dan kewenangan kepada pamong dimana
dalam prosesnya, masing-masing dinas tidak saling
mengkoordinasikan perihal pelaksanaan programnya. Contohnya,
saat ini Kamituwa memiliki pelimpahan kewenangan dari dinas
sosial, dinas kesehatan, dan dinas pendidikan untuk melaksanakan
program di waktu yang bersamaan. Akibatnya, pelaksanaan tugas
pengayoman masyarakat menjadi tidak terlaksana dengan baik.

3) Pamong memiliki tugas untuk melaksanakan tugas dari hulu ke


hilir (perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, monitoring & evaluasi).
Namun, dalam melaksanakan tugas tersebut pamong tidak memiliki
keleluasaan untuk melakukan penyesuaian. Program yang diberikan
pada umumnya memiliki aturan baku dan tidak memiliki celah untuk
disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Hal tersebut menjadi
tantangan bagi pamong karena dalam pelaksanaannya program dari
pusat seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat setempat.

4) Pamong memang memiliki tupoksi yang tertulis dalam regulasi


secara jelas. Namun demikian, tupoksi tersebut dirasa masih terlalu
general dan dalam pelaksanaannya seringkali memiliki
tambahan-tambahan. Hal tersebut menyebabkan pamong fokus
menyelesaikan pekerjaan secara kuantitas saja dan seringkali tidak
memiliki cukup waktu dan tenaga untuk meningkatkan kualitas.
6 Suminto 1) Pamong memiliki tugas utama untuk menjadi pemomong
masyarakat. Oleh karena itu, segala tugas dan tanggung jawab yang
diberikan orientasinya harus untuk masyarakat. Apabila dalam
perjalannya terdapat tuntutan dari supradesa, tetap yang menjadi
orientasi utama adalah masyarakat

2) Adanya mandat keistimewaan yang dilimpahkan ke desa


dipandang oleh Pak Minto sebagai proses pengembalian sistem kerja

219
dan pola kerja yang sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
keistimewaan Yogyakarta sehingga dalam pelaksanaannya, hal yang
paling penting untuk diperhatikan adalah pelestarian budaya Jogja
dan pengembalian citra budaya Jogja.

3) Pada dasarnya, adanya mandat keistimewaan tidak mengubah


terlalu banyak program maupun tugas dari pamong. Namun
demikian, kondisi ini akan lebih menuntut perubahan kompetensi
pamong, khususnya yang berkaitan dengan sosiokultural.
7 Ilham Pak Rio:
Saputrojati 1) Kalurahan yang maju memiliki lurah yang maju atau perangkat
Zuhri Saren yang maju (atau keduanya). Dalam hal ini, menjadi penting untuk
Satrio, S.Sos. melakukan peningkatan kualitas lurah sebab lurah adalah pemimpin
Dwi Eko dalam suatu tim perangkat desa (Reformasi utama adalah terkait
Nurjayanto, ST. lurah).
2) Pamong memiliki banyak tuntutan dari supradesa. Untuk dapat
menyelesaikan tuntutan tersebut dengan baik, lurah selaku pemimpin
pemerintah perlu untuk menjadi kreatif dan inovatif sehingga dapat
menyusun program yang efektif dan efisien.

Pak Eko
1) Pamong desa memiliki kewenangan yang terbatas di tengah
banyaknya mandat yang diberikan oleh pusat. Dalam hal ini, pamong
merasa tidak mendapatkan dukungan yang cukup dan tidak
mendapatkan ruang yang cukup leluasa untuk melaksanakan
kewenangannya.
2) Dalam beberapa kondisi, pamong desa merasa kebingungan ketika
melihat OPD yang menaunginya, salah satunya karena OPD terdekat
malah tidak menjalankan fungsinya dengan baik. (Lebih banyak
membahas terkait reformasi desa)

Pak Nurje
1) Desa memiliki tuntutan yang besar karena mendapatkan titipan
tugas dari mana-mana hingga dapat dibilang bahwa desa adalah
negara kecil. Kaitannya dengan ketugasan, mandat yang diberikan
kepada desa seringkali saling menumpuk satu sama lain. Hal tersebut
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketugasan desa tidak
terselesaikan dengan baik.
8 Ahmad Khalim Pamong harus paham masyarakat maunya seperti apa dan pemerintah
Rizza Utami di atas desa maunya seperti apa. Seringkali yang diinginkan tidak
Putri, S.IP sejalan, sehingga tugas pamong untuk menjadi jembatan bagi
pemerintah di atas dengan masyarakat

220
Sebagai Dukuh, menjadi penting untuk bisa berkomunikasi secara
efektif dengan masyarakat dan mampu menyampaikan mandat dari
pemerintah di atas
Meskipun mandat yang diberikan besar tetapi hal tersebut tidak
dirasa membebani (Beban administrasi tidak dirasa memberatkan
untuk Dukuh baru yang sudah familiar dengan IT)
Dukuh yang masih muda tidak merasa kesulitan untuk mengerjakan
tugas adminitrasi dan pelaksanaan program akan tetapi dukuh yang
lebih senior dianggap lebih kharismatik dan mampu mengawasi dan
menjalin hubungan yang baik dengan masyarakatnya
Dukuh yang lebih senior memiliki kemampuan sosial budaya yang
lebih baik tetapi seringkali kurang mampu mengikuti ketentuan,
regulasi, dan kompetensi baru. Sedangkan dukuh yang masih muda
memiliki kemampuan lebih untuk mempelajari hal baru, mengikuti
ketentuan baru, dan melaksanakan tugas sesuai yang dimandatkan
pemerintah
Dukuh yang masih mudah mengalami kesulitan untuk mengarahkan
masyarakat. Contohnya ketika ada perubahan regulasi, dukuh
mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak. Namun,
ketika menyampaikan hal tersebut ke masyarakat, seringkali tidak
didengar
Ada kebutuhan yang berbeda sehingga untuk membentuk strategi
yang optimal, harus menggabungkan kinerja keduanya
9 Irawan, S.I.P 1) Kedudukannya kompleks dan rumit karena memiliki mandat dari
berbagai pihak (Pemerintah pusat, pemerintah DIY, dan dinas-dinas
lain). Namun demikian, Irawan menyatakan bahwa tugas penugasan
yang diberikan tidak dianggap sebagai beban karena dari
instansi-instansi pemberi juga memberi dukungan dan bantuan dalam
proses pelaksanaannya.

2) Kompetensi khusus yang perlu dimiliki pamong untuk dapat


melaksanakan kewenangan keistimewaan antara lain untuk dapat
memahami aturan baru dan mengaplikasikan aturan tersebut.
Banyaknya perubahan dan penyesuaian regulasi kaitannya
kewenangan keistimewaan menuntut pamong untuk dapat cermat dan
giat untuk mempelajari hal-hal tersebut agar dapat menyesuaikan
diri.

3) Birokrasi kerja yang ada di desa saat ini sangat sektoral sehingga
koordinasi antara satu stakeholder dengan stakeholder lain sulit untuk
terbentuk. Padahal satu kegiatan dengan kegiatan lain sebenarnya
bisa dikaitkan sehingga akan membuat kinerja pamong desa lebih
efektif dan efisien. Salah satu cara untuk mengubah kondisi ini

221
adalah dengan menanamkan kemampuan koordinasi pada diri
pamong, hal tersebut dapat dimulai dari koordinasi perencanaan pada
pamong contohnya kasi dan kaur.

4) Pamong seringkali menyatakan bahwa jam kerjanya adalah 24


jam. Namun demikian, yang sering terjadi adalah waktu produktifnya
tidak sebanding. Mindset tersebut yang seringkali membentuk etos
kerja yang kurang baik pada pamong.
10 Kriswantoro, Sekarang, menjadi pamong dinilai sebagai mata pencaharian atau
S.Stp.,MM. pekerjaan. Sayangnya, beberapa pamong tidak mampu mengelola
benefit yang diberikan dengan baik sehingga pada proses
penugasannya, pamong menjadi tidak fokus mengerjakan tupoksinya
Kondisi yang terbentuk saat ini, seringkali membuat pamong malas
berpikir dan cenderung hanya menduplikasi kinerja yang sudah ada.
Beberapa juga melakukan pekerjaan tanpa memahami substansi,
hanya sekadar menggugurkan kewajiban saja
Saat ini pelaksanaan tugas di desa memiliki keterbatasan SDM dan
anggaran. Adanya pengurangan SDM menyebabkan beberapa tugas
tidak bisa diselesaikan dengan baik. Di sisi lain, koordinasi dengan
pihak lain untuk menutupi kebutuhan SDM tidak dapat dilakukan
karena desa tidak memiliki anggaran
Job grading dalam pamong sudah ada sejak dahulu namun dengan
bahasa lokal, contohnya dengan membedakan tanah yang diberikan
pada masing-masing pamong

Tema: Kecakapan
Nama
No. Catatan Wawancara
Narasumber
1 Widayat 1) Masyarakat masih menganggap bahwa pamong ini harus
banyakberada di tengah2 masyarakat. Berbeda dengan sekarang
pamong harus banyak di kantor untuk melakukan tugas2
administrasi. Kemampuan yang harus dimiliki adalah yang harus
menunjang kinerja.
Kalau dukuh harus memiliki 2 kemampuan, administrasi dan sosial
masyarakat. Perekrutan dukuh saat ini melalui tes terkadang kurang
memiliki keterampilan sosial.
Seharusnya kita ini momong masyarakat, tetapi malah diamog oleh
masyarakat. Karena kita bekerjasama dengan pihak ketiga sehingga
terkadang memberatkan pada nilai administrasi, sehingga calon yang
digadang2 masyarakat. Apakah kemudian pengalaman menjadi
pengurus organisasi kemasyarakatan itu juga bisa menyumbang nilai.

222
Kalau masalah SDM pamong ini memandang jabatan sebagai
tanggung jawab makanya orang itu akan berusaha. Pamong ada
sekolah pawiyatan. Namun pawiyatan ini kan sekali saja.
Peningkatan kapasitas harusnya tidak hanya sekali. Apalagi dukuh,
yang seringkali bekerja sendiri. Ini diperparah ketika dukuhnya tidak
menjadi kehendak masyarakt.

3) Sudah mendukung. Tetapi memang lagi2 yang modalitasnya


belum mendukung ketugasan adalah dukuh. jad i kadang pamong di
kalurahan ini jadi dobel tugas mengerjakan tugas padukuhan karena
“njaluk tulung”
Padahal sudah dilakukan pelatihan, tetapi terkadang ada yang
karakternya malesan. Akhirnya tetap dibackup oleh pamong lain
sesuai bidangnya.

4) Pendukung:
Background pendidikan ada pengaruh tetapi tidak besar
Kerjasama sudah dilakukan antar pamong dengan benar
Tapi terkadang kita untuk ngumpul saja sulit. Karena masing2
pamong memiliki chanel sendiri dengan dinas terkait.

Penghambat:
Perangkat kerja yang tidak mendukung
Pekerjaan2 sampingan dari supra desa dan perminataan masyarakat,
terkadangan kita harus membagi antara ada di masyarakat dan supra
desa yang seringkali membuat pertemuan jadi keteteran
Kendala teknis di lapangan

5) Setuju saja terkait dengan standar kompetensi tetapi pasti akan ada
kendala terkait dengan karakter.
Harapan kami biar kami lebih fokus untuk melayani masyarakat, dari
dinas terkait dari daerah maupun DIY harusnya ada kesamaan.
Semua instansi banyak yang mengundang kami. Sehingga kami
banyak waktu yang terbuang. Kalau bisa lewat WA atau telepon ini
mengapa harus diundang? Selama ini kita juga harus berbagi dengan
SDM dan waktu.

6) Pendidikan itu relatif harusnya menjadi pilihan bukan hal yang


wajib, pendidikan yang setingat S1 atau apa itu pilihan
Lebih pada karakter, mindset, pintero nek keset nyambut gawe ini
kan ngapain. Pas-pasan tapi sregep kerja kan bagus. Jadi peningkatan
kapasitas ini bisa dilakukan terus menerus ketika ada modalitasnya
etos kerja.

223
Future skill dan kecakapan apa yang dibutuhkan untuk menjawab
tantangan masa depan?

7) Future skill:
Ada pendampingan yang ada sekarang ini belum maksimal. Karena
yg sekarang tidak memberikan pendampingan secara terus-menerus,
dan kita ketika terpojok dengan keadaan ini harus kemana larinya.
Perlu wawasan yang menjawab tantangan yang menjawab kondisi ke
depan sangat kita butuhkan. Ini harus disesuaikan dengan kebutuhan
prioritas kalurahan.

8)Wadah2 tertentu untuk diskusi bersama untuk memcahkan


permasalahan di lingkungan lokal kita. Dan juga metode yang tidak
membosankan. Misal ada guyon waton sebagai metode.

2 Titik Iswatun 1) Perangkat saat ini kewowogen terutama terkait kesejahteraan.


Hasanah, S.Pd. Pengembangan UMKM di sriharjo berorientasi pada output.
Bagusnya dana Keistimewaaan, bukan Dana Desa yang banyak
dibagi ke pos2 lain. Danais ini bisa menutup kekurangan DD, yang
bisa dikelola dengan satu kerangka besar.
Kami dapat 400 juta untuk desapreneur, ini harus dikawal prosesnya.
Ini terkait dengan kapasitas pamong, untuk mengawal outcome
tercapai, output tercapai, dan pekerjaan administratif. Dan kegiatan
di desa terkait danais ini tidak semudah yang dibayangkan. Ex:
membuat lumbung mataraman, yang memerlukan banyak kegiatan
pra.
Tuntutan pamong tidak hanya administratif, tetapi juga harus bekerja.
Sebelum ada program harus ada evaluasi. Kalau pemerintah desa
mempunyai outcome, tetapi kapasitas untuk mengawal program
sampai ke kerangka besar tujuan desa.
Apakah perlu satu perangkat yang bertugas sebagai community
organizer. Dan tidak ada honor. Tenaga pendamping ahli.

3) Kapasitas perangkat, kerja2 pemberdayaan, sehingga kapasitas


yang dimiliki tidak hanya administrasi tetapi juga mengawal
outcome.
Kasi Kaur mereka seharusnya paham juga menjadi menager
program, tetapi posisi saat ini kasi ini malah susah diajak diskusi. Yg
bisa diajak diskusi malah staff yang bisa diajak diskusi dan diajak
lari kenang.
Di pucuk pimpinan harus punya kerangka besarnya, yang tercapai
dan terukur.
Kasi-Kaur harus diberikan pelatihan yang bisa linier dengan visi misi

224
lurah dan tujuan besar kalurahan.
Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat pemenuhan
kecakapan kerja pamong?

4) Pendukung:
Amunisi terbatas, pekerjaan banyak tetapi tidak didukung dengan
ADD, kita harus mencari 500 juta. PAD juga tidak ada. Danais tidak
ada operasionalnya. Amunisi harus ditambah sejalan dengan beban
yang bertambah.
Sekian banyak pekerjaan di Sriharjo tetapi siltap paling rendah
se-kapanewon.
Mind set menuju penyelesaian tujuan besar kalurahan

Penghambat:
Mind set pamong yang bekerja hanya menggugurkan kewajiban
Terpengaruh dengan desa2 lain yang kinerjanya gitu2 saja.

5) Standar kompetensi pamong, bahwa itu satu indikator penilaian.


Memang dilematis di bawah, kalau menuntut kapasitas bagus tetapi
tidak sembodo. Padahal mereka kerjaan mereka banyak banget.
Tetapi kalau untuk evaluasi peningkatan kapasitas itu dibutuhkan.
Memperbesar partisipasi ini juga menjadikan kantongnya tipis.
Berkurangnya logistik.
Sementara pamong ini tokoh masyarakat, tetapi mindset masyarakat
pemangku wilayah seringkali harus cucul duit.

7) Future skill:
Kapasitas membangun jaringan, kemitraan,
Mengawal outcome
Mengorganisir
Mendorong kelompok untuk maju

8) Sosial kemasyarakatan, harus cucul


3 Suhadi 1) Semua desa belum menempatkan SDM pada tempatnya dan ini
sulit sekali. Lurah ini tidak seperti presiden, yang dapat meresufle.
Sehingga harus menggunakan SDM opo anane. Cakap itu: sat-set ora
minggrang-minggring dan sigap. Strandarisasinya kalau cakap ini
masih jauh.

2) Karena perekrutan.
Kalau kecakapan dihitung per personel ya probelm. Akhirnya pola
kerjanya harus timwork. Lurah harus greteh agar tepat waktu. Ada
pasukan getok tular, care dengan yang lain. Karena kita harus bekerja

225
sama. Harus ada juga evaluasi yang terus menurus dan briefing tiap
waktu. Untung saat ini ada WA group yang dapat memudahkan
komunikasi yang memudahkan kontril dan check and balance.
Dan juga ada web desa yang dapat mengkontrol banyak hal untuk
reformasi birokrasi.
Danarto yang sudah tua ini tetap melekat. Karena tidak bisa digeser
kalau tidak ada kekosongan.
Harusnya pamong ini harus ngabehi yang mampu secara administrasi
dan ngayomi masyarakat.

3) Ada yang sudah mendukung ada yang belum.


Idealnya mereka mampu menjalankan jobdesknya dan tupoksinya
masing2 sesuai dengan regulasi.
Tetapi saat ini pada dasarnya saat ini.
Sosio kultural itu lebih pada fungsi sebagai pamomong, kalau
pamong2 di Pancarejo kaitan dengan hal itu sudah tidak diragukan
lagi, apalagi dukuh, lurah, carik sudah punya kemampuan yang
ditokohkan. Keberadaan kami sudah wajib mampu menjadi contoh di
masyarakat.
Tapi memang yang sangat kurang itu lebih ke kompetensi managerial
dan skill teknis.

4) Memaksimalkan SDM yang potensial, lurah harus pasang mata


dan telinga, hati harus peka agar dapat menangkap potensi sebagai
dasar pengambil keputusan
Kerja sama tim
Apel pagi ½ jam, kemudian wedangan mencari solusi untuk evaluasi
dan sesi motivasi. 28 padukuhan dimotivasi untuk mengeksplorasi
potensi.
Penghambat:
Posisi kerja yang tidak pas. Skill tidak mendukung. Tidak sesuai
dengan basic edukasi.
Danarto tidak punya kemampuan IT sedangkan dia punya
tanggungjawab IT
Pangripto harus punya kemampuan teknis yang berhubungan dengan
pembangunan.
Harusnya kalurahan punya kajian potensi masalah, skala priorotas,
pamong punya komitmen, sehingga punya rencana yang
berkelanjutan.
Pengejawantahan komitmen apa tidak tahu.
Akhirnya prangripto di geser ke tatalaksanan karena kosong,
pangripto ditarik dari dukuh yang paham teknis.

226
5) Saat ini standar kompetensi pamong saat ini secara khusus belum
ada. Tetapi dari dari UU Desa dan reformasi kalurahan ini bisa
dijadikan rujukan untuk dasar standar kompetensi pamong.

6) Rujukannnya regulasi saja.

7) SDM kalurahan untuk menjawab tantangan di depan mata saja


sudah sangat sulit. Misalnya yang terkait dengan perencanaan yang
ada di kalurahan ini saja masih butuh cambuk.
Akademisi bisa masuk ke kalurahan ini bisa menjadi solusi. Selain
memberikan motivasi juga memberikan ilmu. Sehingga mereka
bekerja sesuai dan mempercepat keberhasilan.

8) Kultur, pola komunikasi, tetap dengan SDM yang seadanya kita


tidak memberikan edukasi yang ilmiah banget, tetapi harus
disesuaikan dengan kondisi masing2 padukuhan.
Kita sangat butuh peningkatan di bidang administrasi, dan skill.
4 Nur Zakiah, 1) Karena terlalu banyak kerjaan, kemudian yang penting selesai dan
S.M. sebenarnya kurang maksimal. Kita dituntut laporan, setiap bulan,
Intan Safitri sehingga terkadang output berdasarkan tagihan. Belum bisa
Sejati, S.Ak. meningkatkan kualitas.
Ikhwan Dwi
Ashari, S.Pd. 2) Karena banyaknya tugas

3) Sudah mendukung karena sudah senior dan banyak pengalaman.


Setiap ada pengaduan sudah bisa diselesaikan.
Bisanya karena terbiasa, learning by doing, karena dari awal
perekritan tidak spesifik.

4) Pendidikan tidak begitu pengaruh dengan kinerja.


Pendukungnya: minimal bisa komputer. Etos kerja yang bagus
membuat terampil. Kalau tidak terampil nanti diprotes masyarakat
(fungsi pengawasan)
Kasi-Kaur lebih mengerjakan fungsi sosialnya dan rapat2 dari dinas
yang setiap hari ada.

5) Standar kompetensi ini sangat penting. Kalau tidak ada standar


nanti kesuiltan dalam pemenuhan kinerja.
Misal bamuskal, harus bisa juga membuat SPJ. jadi bekerjanya bisa
lebih efektif. Seperti Dukuh dan Bamuskal juga harus ada standar
kompetensinya. Karena ujung2nya nanti kita lagi yang akan
mengerjakan.

227
6) Membuat SPJ, entengan, gelem, tidak harus pinter, tapi harus aktif
di masyarakat. Administrasi harus menjadi pokok yang dikuasai,
kalau management ini lebih ke para lurah, carik, kaur, kasi.

7) Future skill:
Seputar administrasi ini paling engga ya digital dan komputerisasi
Kalau bisa kalau laporan dan proses2 ke atas itu dipersingkat.
Prosedurnya juga dipersingkat, misalnya untuk pengadaan barang itu
juga dipersingkat. PPBJ ini memberatkan pelaksanaannya di
kelurahan.

8) Konflik terkait bantuan, terkait perbedaan data, jadi butuh skill


untuk management konflik.
5 Nur Wahyudin, 1) Menurut Nurwahyudin, kecakapan sosial, teknikal, dan
A.Md. managerial perlu untuk dimiliki oleh semua pamong sebab tiap-tiap
pamong memiliki peran untuk menjalankan tugas end-to-end
(perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelaporan)

2) Saat ini, seleksi yang dilakukan dalam melakukan pemilihan


pamong dirasa sudah cukup menyaring sumber daya yang cakap dan
sesuai dengan bidangnya. Menurut Nurwahyudin, seleksi
administrasi dan praktik yang diberikan sudah cukup relevan dan
ketat. Hasilnya, SDM yang terpilih menjadi pamong pada dasarnya
sudah memiliki kemampuan awal yang cakap. Namun, kecakapan
tersebut dirasa tidak berkembang pada saat pamong sudah
menjalankan tugasnya karena minimnya waktu dan kesempatan
untuk mengembangan diri. Selain itu, banyaknya tugas yang harus
diselesaikan juga dianggap sebagai faktor yang dapat menghambat
pengembangan kecakapan pamong bahkan menurunkan kecakapan
pamong.

3) Proses pengembangan kecakapan pamong yang dilakukan


sekarang dirasa terlalu cepat karena pamong hanya diberi waktu 1-3
hari untuk mempelajari suatu hal baru dengan tetap menjalankan
tugasnya padahal beberapa pamong memiliki kesulitan untuk dapat
mengupdate diri dalam waktu yang cepat. Akibatnya, peningkatan
kecakapan pamong menjadi berbeda antarpamong.

4) Faktor-faktor yang menghambat peningkatan kualitas pamong:


sarana prasarana (zoom, sinyal, gadget), waktu belajar (tuntutan
pekerjaan), individu (niat belajar, kemampuan untuk belajar dengan
cepat)

228
5) Setelah menjabat, pamong tidak difasilitasi dengan proses
pembinaan dan pembelajaran yang cukup. Biasanya, proses itu hanya
diberikan di awal padahal menjadi pamong adalah peran yang
panjang dan perlu untuk terus dibimbing.

6) Standarisasi pamong sangat perlu untuk dilakukan. Namun


demikian, standarisasi pamong tidak bisa disamaratakan di semua
tempat. Sebagai referensi, Nurwahyudin memberikan saran bahwa
standarisasi pamong disesuaikan dengan kategorisasi desa. Contoh,
desa mandiri dan desa berkembang dapat dibedakan kompetensi
pamongnya.

7) Skill yang dibutuhkan pamong di masa depan: mampu beradaptasi


dengan cepat, mampu mempelajari hal baru dengan cepat, mampu
membagi fokus ke beberapa hal (multitasking), mampu melakukan
manajemen secara umum (SDM, SDA, waktu, dll), mampu menjalin
interaksi positif dengan masyarakat termasuk mampu berdiskusi,
menyelesaikan masalah, dan menjadi penasihat bagi masyarakat,
memiliki pemahaman yang baik akan budaya dan kebiasaan
masyarakat setempat sehingga mampu memimpin dan mengarahkan
masyarakat (contoh: Kamituwa harus mampu memimpin upacara
adat dan keagamaan), memiliki kemampuan public speaking yang
baik
6 Suminto 1) Dalam melaksanakan mandat keistimewaan, terdapat beberapa
kompetensi yang penting untuk dimiliki pamong, antara lain:
kemampuan menggunakan bahasa Jawa gagrag Yogyakarta,
pemahaman akan nilai-nilai dan budaya Jawa untuk
diimplementasikan dalam penyusunan program, kemampuan
sosiokultural yang sesuai akan budaya Jawa

2) Kemampuan-kemampuan tersebut telah dilatihkan kepada pamong


di wilayah Kemadang dengan mengadakan pelatihan mandiri
bersama narasumber-narasumber yang telah dipilih. Salah satunya
adalah pelatihan dengan pawiyatan dan kraton. Pelatihan tersebut
dirasa efektif karena dapat dilakukan secara intens dengan rumpun
pengajaran yang cukup kecil sehingga lebih interaktif.

3) Dalam menjalankan peran sebagai pamong, individu memiliki


kewajiban untuk bisa menjadi contoh yang baik untuk masyarakat
sehingga skill regulasi emosi, regulasi diri, dan kemampuan di
bidang agama menjadi hal yang penting untuk dikuasai pamong.

4) Dalam menjalankan tugas dari supradesa, kecakapan pamong

229
masih fluktuatif dan berbeda-beda (ada yang sudah cakap ada yang
belum). Salah satu faktornya adalah perbedaan kemampuan individu
untuk mempelajari hal baru, perbedaan latar belakang SDM,
perbedaan kondisi pekerjaan, serta digitalisasi yang dirasa terlalu
cepat.

5) Kebutuhan kecakapan pada carik, kaur, dan kasi kurang lebih


menyeluruh (manajemen, sosio, dan teknikal). Namun demikian,
pada dukuh kecakapannya dapat difokuskan pada sosiokultural saja.
7 Ilham Pak Rio:
Saputrojati 1) Lurah harus memiliki kemampuan untuk memimpin perangkat
Zuhri Saren desa serta menjadi contoh untuk perangkat desa yang lain. Lurah
Satrio, S.Sos. juga perlu memiliki pengetahuan terkait wewenang dan tupoksi
Dwi Eko masing-masing pamong agar dapat memanage pekerjaan pamong
Nurjayanto, ST. dengan baik serta menyusun strategi peningkatan kapasitas pamong
secara tepat
2) Softskill seperti anger management, problem solving, dan decision
making perlu untuk dilatihkan kepada seluruh pamong. Softskill lain
yang kaitannya dengan etos kerja dan profesionalitas (time
management, task management) juga perlu dilatihkan.
3) Standar kompetensi harus ada. Pun juga standar perencanaan dan
pelaksanaan program dari bamuskal. Tujuannya adalah untuk
memastikan agar tiap pamong melakukan perannya masing-masing
sesuai wewenang dan tupoksi.
4) Standar perlu mempertimbangkan juga reward yang diberikan
untuk pamong. Standar yang tinggi apabila tidak sebanding dengan
reward yang didapatkan juga akan mempengaruhi etos kerja dari
pamong desa itu sendiri.

Pak Eko:
1) Ada pamong yang tidak dapat menjalankan fungsinya dengan
baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah usia (>40 tahun),
kemampuan untuk mempelajari hal baru dan niat untuk
mengembangkan diri yang rendah
2) Iklim kerja yang terbangun di desa juga turut memiliki andil
dalam proses pengembangan diri pamong. Dalam hal ini, tokoh yang
paling berperan penting dalam penyusunan iklim yang positif adalah
lurah.

Pak Nurje:
1) Lurah memiliki tuntutan akan kemampuan leadership, inovasi,
open minded, dan juga kemampuan untuk mengkoordinasi tiap-tiap
pamong. Lurah harus mampu melepaskan muatan politik yang

230
dimiliki agar fokus menjalankan tugasnya sebagai pemimpin pamong
2) Proses pengisian pamong menjadi satu kunci yang penting dalam
pengembangan kapasitas desa sebab modalitas SDM merupakan
landasan utama dari kinerja pamong. Spesifikasi rekrutmen pamong
menjadi sangat penting untuk disesuaikan. Contohnya, saat ini
spesifikasi pemilihan ulu-ulu sudah sampai tahap harus memiliki
kemampuan membaca gambat autoCAT
3) Mental dan etos kerja menjadi hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pengangkatan pamong. Hal ini nampaknya belum cukup
dinilai dalam proses rekrutmen.
4) Secara regulasi, spesifikasi pamong adalah lulusan SMA namun
dalam perjalannya ditemukan bahwa pamong dengan background
pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam menyelesaikan tugas di desa. Untuk itu, perlu dikaji kembali
apakah standar minimal pendidikan SMA pada pamong masih
relevan untuk digunakan saat ini.

Pak Ilham:
1) Pamong seringkali melakukan sesuatu berdasarkan kebiasaan
sehingga tidak terbuka akan inovasi dan pembaruan
2) Pamong perlu meningkatkan softskill terkait attitude (kemampuan
untuk melakukan pelayanan dan memberikan manfaat kepada
masyarakat)
3) Saat ini, pamong tidak memiliki jenjang karir dan tidak memiliki
progres dalam hal karir sehingga posisinya menjadi stuck. Penilaian
standar ini penting untuk dilakukan sebagai data pengetahuan output
kinerja masing-masing pamong namun yang perlu dipertimbangkan
setelah data ini dimiliki lalu akan digunakan untuk apa.
8 Irawan, S.I.P 1) Future skill: Pamong saat ini tidak hanya dituntut untuk memiliki
kemampuan sosial kemasyarakatan saja. Lebih dari itu, pamong juga
perlu memiliki pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan
dalam menggunakan IT), serta keahlian sesuai bidang yang
dijalankan masing-masing.

2) Seleksi yang berlaku untuk pemilihan pamong saat ini dirasa


sudah cukup membantu proses pemilihan pamong sehingga memiliki
kecakapan yang baik dalam menjalankan tugas.

3) Pamong dengan kondisi usia yang berbeda memiliki kecakapan


yang berbeda dan saling melengkapi satu sama lain. Sebagai contoh,
pamong senior memiliki kecermatan yang baik. Secara umum,
pamong ini juga memiliki pengetahuan yang baik akan desa yang
dikelola. Di sisi lain, pamong muda memiliki kemampuan yang baik

231
dalam mempelajari hal baru dan mengoperasikan alat. Untuk itu,
apabila kedua kelompok pamong ini dapat berkoordinasi dalam
menyelesaikan tugas yang diampu, hasil yang didapatkan akan lebih
optimal.

4) Faktor penghambat peningkatan kecakapan pamong datang dari


internal pamong yang malas untuk mempelajari hal baru atau
memperdalam ilmunya. Seringkali pamong juga memiliki etos kerja
yang rendah akibat reward yang tidak sebanding dengan beban kerja.
Akibatnya, tidak ada semangat pamong untuk dapat meningkatkan
kompetensi dirinya dalam meningkatkan kemampuan. Selain itu,
iklim kerja dalam satu desa juga sangat mempengaruhi. Berbeda
dengan iklim kerja ASN yang cenderung seragam, desa memiliki
iklim kerja yang sangat beragam. Sayangnya, beberapa iklim kerja
tersebut diketahui tidak mendukung adanya etos kerja yang baik pada
diri pamong.

5) Kemampuan yang dibutuhkan dalam menjawab konteks lokal


utamanya adalah kemampuan untuk dapat berkomunikasi dengan
bahasa daerah. Kecakapan di bidang ini dapat mempermudah proses
komunikasi antara pamong dengan masyarakat. Selain itu,
kemampuan bahasa juga dapat memberikan legitimasi akan posisi
pamong di tengah masyarakat. Secara tidak langsung, pamong yang
memiliki kemampuan bahasa daerah yang baik dianggap memiliki
wibawa yang lebih baik oleh masyarakat sehingga hal tersebut
memberikan dampak yang positif bagi pelaksanaan ketugasan.

6) Adanya standar kompetensi sangat dibutuhkan. Meskipun tiap-tiap


desa memiliki karakteristik dan kondisi yang berbeda-beda, adanya
standar kompetensi dibutuhkan untuk dapat membantu pelaksanaan
ketugasan dari supradesa. Untuk itu, standar kompetensi ini dapat
disusun untuk melaksanakan tugas yang sifatnya sentral atau
terpusat. Namun, tugas lain yang sifatnya wilayah dapat disesuaikan
dengan karakteristik masing-masing desa.

7) Standar kompetensi ASN dirasa tidak sesuai untuk digunakan oleh


pamong desa, utamanya di awal pembuatannya. Standar ASN dirasa
terlalu tinggi dan sudah sangat terstruktur sehingga sulit untuk
langsung dapat digunakan oleh pamong desa. Salah satu solusinya
adalah dengan memodifikasi standar ASN, khususnya pada spek
kinerja dan etos kerja, dengan menyesuaikan kondisi desa saat ini.
Ke depannya, standar ASN dapat dijadikan acuan untuk penyusunan
standar pamong. Adanya standar kompetensi ini harapannya dapat

232
meningkatkan profesionalitas dan produktivitas pamong.
9 Kriswantoro, Saat ini belum ada skema pemberian reward dan punishment yang
S.Stp.,MM. menyebabkan etos kerja pamong menjadi kurang baik.
Pamong belum memiliki kesadaran untuk belajar secara mandiri.
Saat ini, seluruh tupoksi sudah dijelaskan secara rinci di dalam
regulasi. Namun demikian, pamong belum akan bekerja ketika belum
ada contoh atau template kerjanya. Beberapa pamong bahkan perlu
untuk “disuapi” terlebih dahulu untuk dapat mempelajari hal baru
sehingga proses peningkatan kapasitas menjadi terhambat
Kompetensi pamong bisa dilihat dari pengalaman kerjanya. Ketika
pamong sudah memiliki pengalaman, kemampuannya untuk
menjalankan tugas akan jauh lebih baik. Apabila ada materi-materi
baru, pamong tersebut juga memiliki kemampuan yang lebih baik
untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat
Pendidikan atau pelatihan yang sejalan dengan tupoksi juga akan
sangat bermanfaat bagi pamong dalam menjalankan tugas supaya
pamong sudah memiliki pengetahuan mengenai teori-teori dasar
pengerjaan tugas. Pengembangannya hanya perlu dilakukan dalam
hal aplikasi saja
Adanya standarisasi kompetensi diharapkan dapat digunakan sebagai
dasar pemberian peningkatan kapasitas. Standar ini namun tidak bisa
digunakan untuk mutasi, rotasi, dan pemberhentian tugas.

Tema: Desain Peningkatan Kapasitas


Nama
No. Catatan Wawancara
Narasumber
1 Widayat 1) Metode:
Ada yang dalam ruangan, mengundang pakar, diskusi, outbound.
Pelatihan secara online mungkin bisa dicoba, karena efektid secara
waktu. Karena memang perjalannya yang memakan waktu.

Efektivitas:
Outbound misalnya bisa meningkatkan kerja sama. Kalau yang
ceramah2 dan mengundang pakar ini tergantung penyampaiannya,
kalau menarik akan lebih efektif. Tetapi yang menjenuhkan tidak
efektif.

Efisiensi:
Kalau yang lebih teknis misalnya seperti komputer ya langsung
praktik. Tapi kalau yang konsep itu narasumber ya dikemas dengan
hiburan.

233
2) Dari masing2 individu pasti berbeda dan disesuaikan dengan
kebutuhan dan karakter masing2 desa. Setidaknya di wilayah
kapanewon atau mungkin kabupaten. Menjawab apa kebutuhan
masyarakat. Jadi penyelenggaraanya lebih mendekat ke kalurahan.

Bagaimana mekanisme dan prosedur menyusun skema peningkatan


kompetensi pamong kalurahan?
Jawaban:
Bisa dilakukan mekanisme diskusi untuk menjaring tetapi ketika
mengajukan itu satu suara dalam 1 wilayah kalurahan. Tidak hanya
lurah yang banyak ke lapangan, tetapi misalnya carik juga dmintai
pendapat untuk yang laebih administratif.
Bagaimana hasil evaluasi atas peningkatan kapasitas yang telah
dilakukan?
Jawaban:
Belum ada evaluasi baik dari penyelenggara maupun dari kalurahan
sendiri. Hanya lewat omongan secara informal.
Apakah peningkatan kompetensi tersebut sudah cukup membantu
dan dibutuhkan oleh pamong? Peningkatan kompetensi apa yang
dibutuhkan?
Jawaban:
Cukup membantu, cuman kembali lagi kita harus berbagi banyak pos
dan waktu sehingga ini menjadi sedikit mengurangi tanggung
jawabkarena semua harus jalan.
Bagaimana ekosistem belajar yang terbentuk di desa tersebut
maupun dengan desa yang lain? (koordinasi, horizontal learning)
Jawaban:
Berbagi ketika dibutuhkan, setelah pelatihan lebih ke koordinasi
dengan lurah tetapi untuk horizontal learning belum dilakukan.
Menurut anda apa saja bentuk jenis dan ragam peningkatan
kompetensi yang relevan (pelatihan, fasilitasi, coaching, self
learning, mentoring)?

Jawaban:
Kalau belajar sendiri ini sepertinya tidak mungkin, kalau lebih
relevan itu mentoring karena bisa bertanya sesuai dengan dengan
kendala. Sehingga ketika bekerja itu tidak ragu.
Metode peningkatan kapasitas apa yang dibutuhkan?

234
Jawaban:
Metodenya ketemu langsung akan lebih bagus kalau ada waktunya,
kalau lewat zoom terkadang bisa disambi. Malah tidak fokus.
Kalau rapat bisa lwat zoom atau telepon tetapi kalau pelatihan atau
peningkatan kapasitas lewat ketemu langsung.
Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan penyelenggara setelah
kegiatan peningkatan kapasitas? (monitoring, evaluasi)
Jawaban:
Ketika setelah pelatihan ini ada monitoring, harapannya. Untuk
memastikan yang dilatikan

2 Titik Iswatun 1) Peningkatan kapasitas oleh supra desa kecenderungannya masih


Hasanah, S.Pd. secara formal yang lebih administratif
Beda dengan LSM, yang hanya dengan metode menggunakan lembar
informasi program untuk menyusun program dan kegiatan. Dari situ
ada refleksi dari para staff. Dengan metode fasilitatif yang
melibatkan peserta secara aktif.

Efektivitas:
Metode formal tidak terlalu efektif.
Evaluasi dan monitoring tidak ada.
Pelatihan yang berkaitan dengan program lebih real menukik pada
program.
Kalau program yg dari supra desa, mungkin monitoring di grup
mereka sendiri.

Efisiensi:
3 Suhadi 1) Saat ini peningkatan kapasitas misal kunjungan ke desa2 lain, itu
kurang efektif. Sehingga perlu adanya formula khusus.
Peningkatan kapasitas harusnya bentuknya Diklat. Yang terpenting
menumbuhkan krenteg, komitmen, dan intgritas pamong.
Konsepnya jangan online, tetapi ketemu langsung dan diwadahi
dalam kawah condrodimuka.
Efektivitas:
Efisiensi:

2) Sesuai dengan kondisi desa.

3) Harusnya yang menyusun ini bukan desa tapi supradesa yang


kemudian dilakukan uji publik ke desa.

4) Setelah ada diklat, sebelum keluar harusnya diminta untuk

235
membuat rencana tindak lanjut. Kemudian dikaruhke ke kalurahan
oleh penyelenggara. Sehingga penyelenggara mengaruhke ke peserta.
Baru dievalusi.

5) Skill dan managerial

6) ekosistem belajar yang terbentuk di desa tersebut maupun dengan


desa yang lain adalah koordinasi
4 Nur Zakiah, 1) Staff belum pernah di bimtek kalau staff.
S.M. Kalau bisa ada pelatihan dari dalam.
Intan Safitri Kalau selama ini adanya sosialisasi.
Sejati, S.Ak. Belum pernah ada pelatihan yang ada pendampingannya.
Ikhwan Dwi
Ashari, S.Pd. 2) Belajar selama ini otodidak, dari youtube, atau dari kasi-kaur.

8) Excel, gambar, dll, agar pekerjaan bisa lebih efektif.


5 Nur 1) Pelatihan yang selama ini diberikan dirasa tidak tepat sasaran dan
Wahyudin, hanya menyasar kemampuan teknis saja. Lebih dari itu, kemampuan
A.Md. manajemen dan sosial tidak pernah disentuh.

2) Kemadang seringkali melakukan pelatihan mandiri dengan metode


praktik langsung dan memanggil narasumber dari pemerintah pusat.
Hal ini dirasa lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan kapasitas
pamong. Selain lebih intensif, adanya waktu untuk melakukan
praktik juga membuat pemahaman pamong bertahan lebih lama.

3) Saat ini, masing-masing pamong telah memiliki paguyuban di


tingkat kabupaten untuk melakukan diskusi dan belajar bersama.
Paguyuban ini melakukan pertemuan dalam beberapa waktu sekali
guna membagikan pengetahuan baru juga pengalaman satu sama
lain. Sayangnya, pembelajaran dalam paguyuban ini seringkali
berlangsung kurang efektif karena orang-orang di dalamnya yang
seringkali enggan untuk diajak belajar.

4) Metode pendampingan (mentoring) dirasa lebih efektif dalam


meningkatkan kualitas kerja pamong. Yang dimaksud dengan
pendampingan adalah adanya mentor langsung yang ditugaskan oleh
stakeholders pemilik program kerja yang akan memberikan arahan
langsung dan membersamai pamong dalam melaksanakan end-to-end
program secara intensif. Proses mentoring ini diharapkan dapat
berlangsung selama 1-2 periode program atau hingga pamong
memiliki kemampuan sesuai dengan harapan stakeholders tersebut.

236
Apabila dirasa sudah sesuai, pamong dapat melaksanakan
peningkatan kapasitas dengan metode pengawasan saja.
6 Suminto 1) Pelatihan yang diberikan kepada pamong selama ini dirasa masih
kurang efektif karena selama ini pelatihan yang dilakukan masih
sangat teoritis. Yang sering terjadi, pelatihan teoritis ini tidak mampu
diproses oleh seluruh pamong dengan baik karena terdapat beberapa
pamong yang kurang mampu menangkap dan menafsirkan
informasi-informasi baru.

2) Untuk mendapatkan peningkatan kompetensi pamong secara lebih


efektif, perlu diadakan pendampingan yang dilakukan dari awal
hingga akhir pelaksanaan program atau diadakan selama 6 bulan
pertama penugasan pamong. Hal ini dirasa dapat membantu pamong
dalam memahami pekerjaannya secara menyeluruh dan mendapatkan
sense penugasan yang dibutuhkan.
Mekanisme lain yang dapat dilakukan adalah pendampingan dari
supradesa yang dilakukan perprogram atau perregulasi atau dengan
kata lain ketika supradesa melimpahkan tugas dan wewenang baru,
supradesa juga bertanggungjawab melakukan pendampingan intensif
kepada pamong dalam pelaksanaan tugas tersebut.

3) Kemadang telah banyak melakukan kerjasama dengan pihak lain


untuk pengadaan pelatihan ini, contohnya dengan pawiyatan, kraton,
dan satpol PP. Hasilnya cukup efektif dan membantu. Kemadang
juga telah mengajukan pendampingan ke UNY namun hingga saat ini
belum ada jawaban sehingga belum dilaksanakan.

4) Horizontal learning sudah memiliki wadah di Gunungkidul


(melalui paguyuban). Sayangnya, tidak berjalan dengan baik karena
bahasan yang ada di dalam paguyuban seringkali tidak sesuai (lebih
banyak bercanda dan mengobrol).

5) Pamong memiliki kebutuhan akan sebuah buku panduan


sederhana (handbook) yang memuat seluruh informasi yang
dibutuhkan terkait pelaksanaan tugas pamong, termasuk di dalamnya
regulasi yang mengatur, acuan regulasi yang dapat digunakan, serta
contoh program yang dirasa sesuai. Handbook ini juga dapat
berisikan tugas dan wewenang pamong yang dapat dijadikan
panduan dalam pamong bersikap dan bertugas.
7 Ilham Pak Rio:
Saputrojati 1) Pelatihan yang diberikan seringkali berbeda untuk masing-masing
Zuhri Saren pamong untuk tugas yang sama. Hal tersebut terjadi karena pelatihan

237
Satrio, S.Sos. yang diberikan hanya berfokus pada peran masing-masing pamong
Dwi Eko saja.
Nurjayanto, 2) Pamong yang baru saja bekerja tidak diberi pelatihan di awal dan
ST. langsung dituntut untuk bekerja padahal seringkali belum memiliki
pengetahuan akan tugas yang perlu dilakukan. Selain itu, pamong
juga seringkali hanya diberi pengetahuan akan tugasnya sendiri
sehingga koordinasi yang dapat dilakukan antarpamong terbatas
3) Pelatihan yang diberikan untuk pamong harapannya bisa diberikan
berjenjang dengan skor sehingga proses monitoring dan evaluasi
yang diberikan lebih terpantau dan dapat dicek
4) Untuk memastikan agar tafsir yang didapatkan pasca pelatihan
sudah sama, perlu ada proses monitoring dan evaluasi yang jelas.
Saat ini, pamong seringkali memberikan tafsir mandiri dari pelatihan
yang telah didapatkan.
5) Kurikulum yang diberikan dalam pelatihan untuk maisng2
pamong harus disesuaikan. Contohnya: pelatihan yang diberikan oleh
kaur harus dipelajari secara keseluruhan oleh carik. Pelatihan yang
diberikan pada seluruh pamong harus dipelajari semua oleh lurah
6) Bisa mengadopsi metode belajar “nyantrik” yaitu dengan turut
mengikuti kegiatan kerja selama beberapa hari di desa lain yang
dianggap baik

Pak Eko:
1) Perlu disediakan buku panduan yang menyeluruh untuk
masing-masing pamong desa. Di dalamnya dapat dijelaskan
mengenai tupoksi, sop, dan juga informasi2 lain untuk membantu
pamong tersebut menyelesaikan permasalahan di desanya
masing-masing
2) Pamong memerlukan pendampingan. Salah satunya adalah
pendampingan untuk menyelesaikan masalah di desa sebab kondisi
di desa permasalahannya kurang lebih polanya sama sehingga cara
penyelesaiannya pun sebenarnya bisa dipelajari.
3) Desa mengusulkan adanya pendampingan dari mahasiswa atau
dari pihak lain selama beberapa waktu sehingga terjadi penularan
ilmu antarpamong. Namun, pengadaan pendampingan ini tidak dapat
dianggarkan dengan dana desa sehingga perlu dipikirkan
mekanismenya.
4) Buku saku perlu disusun untuk membuat keseragaman
pengelolaan desa di seluruh DIY. Meskipun terdapat perbedaan
antara satu desa dengan desa yang lain, adanya buku saku ini dapat
membantu menyamakan frekuensi dan tafsir antara pamong di
wilayah DIY.

238
Pak Ilham:
1) Handbook untuk masing-masing pamong ini perlu disediakan
untuk meminimalisir misinformasi antarpamong. Selain itu,
handbook ini akan membantu meminimalisir kesalahan dan proses
penyelesaian program agar masing-masing pamong mengetahui
kinerja seperti apa yang sebenarnya diinginkan dan dibutuhkan dari
para pamong
8 Ahmad Dukuh-dukuh muda pernah dapat bimtek mengenai ketugasan dukuh
Khalim dan tugas keistimewaan di awal penugasan oleh pemerintah
Rizza Utami kabupaten. Materi utama yang diberikan adalah mengenai
Putri, S.IP penggunaan dana kas desa
Pamong perlu menumbuhkan kesadaran pada dirinya sendiri
mengenai ketugasannya. Pada dukuh yang posisinya ditolak oleh
warga, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah meningkatkan
kepercayaan warga dan legitimasi dengan meningkatkan kapasitas
diri pamong
Pelatihan yang dilakukan tidak memiliki tindak lanjut dan tidak
dievaluasi hasilnya
Dalam menjalankan ketugasan desa, dukuh merasa lebih
membutuhkan pelatihan mengenai sosiokultural dan kemasyarakatan.
Namun selama ini, pelatihan yang diberikan hanya tentang teknis dan
cara menyelesaikan tugas ke atas
Antardukuh belum memiliki jaringan yang baik sehingga tidak ada
koordinasi yang positif di antaranya

Khalimi
Dukuh di beberapa daerah mendapatkan mentoring dari dukuh yang
bertugas sebelumnya atau dukuh lain yang sudah purna tugas. Hal ini
dilakukan untuk mengarahkan dukuh baru mengenai tugas dan
wewenang yang harus dilakukan selama bertugas
Bimtek dilakukan dengan metode ceramah dan dirasa tidak efektif
9 Muhaimin, Pamong perlu punya pendamping yang bertugas menjadi mentor
S.Th.I, M.H sehingga saat pamong mengalami kesulitan saat mengerjakan tugas,
ia memiliki tempat untuk berdiskusi dan belajar
Bamuskal juga membutuhkan arahan untuk melaksanakan tugas.
Selama ini setelah diresmikan, bamuskal tidak mendapatkan
informasi mengenai tupoksi serta tidak dapat pelatihan untuk dapat
melaksanakan
seringkali bimtek hanya diberikan ke ketua sedangkan sharing
information dari ketua kurang baik dan informasi yang dibagikan
tidak tersebar dengan baik sedangkan proses evaluasi tidak diadakan
Peningkatan kapasitas salah satunya bisa dilakukan melalui

239
pembelajaran di paguyuban
desa dengan lurah yang memiliki leadership yang baik cenderung
memiliki pamong yang cakap dan memiliki etos kerja tinggi
situasi belajar di dalam desa juga sangat berpengaruh bagi
ketercapaian pamong yang cakap. Lurah yang menciptakan ruang
belajar dan bekerja yang nyaman dapat membantu pamong untuk
menyelesaikan tugas dengan maksimal bahkan melibatkan orang2
lain untuk turut membantu
10 Irawan, S.I.P 1) Saat ini pelatihan hanya memberikan materi teknikal saja. Selain
itu, pemberian pelatihan hanya dilakukan dengan menggunakan
metode sosialisasi saja. Di tinjau dari segi waktu, pelatihan hanya
diberikan pada saat akan ada program atau regulasi baru saja. Di luar
itu, pamong tidak mendapatkan pelatihan di waktu lain. Di sisi lain,
pelatihan yang diberikan tidak memiliki tindak lanjut dan tidak
memiliki monitoring dan evaluasi sehingga dianggap tidak efektif.

2)Dahulu, lurah mendapatkan pelatihan dan pendampingan mengenai


kondisi sosiokultural, termasuk mengenai kondisi geografis, kondisi
budaya, hingga manajemen konflik di wilayah. Namun,
pendampingan ini hanya diberikan untuk lurah saja sedangkan
pamong tidak mendapatkan pendampingan di luar pendampingan
teknikal.

3)Pamong-pamong muda yang baru saja dilantik seringkali tidak


memiliki kemampuan sosiokultural yang baik. Memang benar bahwa
pelatihan semacam itu tidak diberikan oleh supradesa. Namun
demikian, pada dasarnya desa memiliki anggaran untuk
meningkatkan kompetensi pamong. Sayangnya, hal tersebut
seringkali tidak dikelola dengan baik sehingga kompetensi pamong
menjadi kurang.

4) Idealnya, pelatihan diberikan tidak hanya teknikal saja. Selain itu,


setelah ditugaskan, pamong sebaiknya disiapkan dahulu untuk
bertugas dengan proses pendampingan selama 3-6 bulan.
Pendampingan ini tidak hanya digunakan untuk melatih cara
menyelesaikan tugas saja tetapi juga untuk menyesuaikan diri dengan
iklim kerja di wilayah desa.

5) Untuk dapat memberikan peningkatan kapasitas yang menyeluruh,


perlu diberlakukan metode pelatihan yang komprehensif dimana
salah satu caranya adalah dengan mengkombinasikan beberapa
metode sekaligus dengan menyesuaikan materi yang diberikan.

240
11 Kriswantoro, Pemberian edukasi perlu dilakukan untuk seluruh staff, tidak hanya
S.Stp.,MM. pamong saja. Yang sering terjadi, seluruh pelatihan hanya diberikan
kepada pamong saja sedangkan informasi yang didapat tidak
dibagikan kepada staff. Akibatnya, ketika menghadapi kondisi
pelayanan yang tidak memungkinkan pamong untuk melayani
masyarakat secara langsung, staff tidak memiliki kapabilitas untuk
menggantikan. Akhirnya penilaian masyarakat kepada kinerja
pamong menjadi kurang
Pelatihan yang disiapkan oleh DPMKal memang tidak didesain
dengan adanya evaluasi dan monitoring karena adanya keterbatasan
personil dari pihak DPMKal
Pelatihan yang diberikan baiknya memang dilakukan dengan
multimetode. Namun demikian, saat ini DPMKal belum memiliki
cukup personil untuk mengelola pelatihan semacam itu
12 Fajar Sudarwo Pak Jarwo
Paulus Y 1) Desa sebenarnya adalah community school dan di situ pamong
Samino memiliki peran yang besar untuk dapat menjadi "pengajar". Untuk
itu, mandat yang dapat diberikan kepada pamong adalah untuk
meningkatkan kapasitas dirinya sehingga dapat menjalankan peran
menjadi pamomong yang kemudian dapat menghidupkan desa
sebagai sekolah kehidupan (community school)
2) Pamong perlu memiliki kepekaan untuk dapat mengenali dan
memahami karakteristik semua orang. Hal ini dapat sangat
membantu pamong dalam memahami "mandat" yang diberikan dari
semua orang dan membuat kinerjanya lebih efektif
3) Pamong juga dituntut untuk bisa menguasai banyak "bahasa".
Dalam hal ini, pamong diharapkan mampu menyesuaikan diri ketika
menjalankan tugas untuk memenuhi ekspektasi supradesa, ekspektasi
masyarakat, dan ekspektasi rekan pamong lain
4) Pamong yang baik adalah pamong yang sadar ruang dan memiliki
pengetahuan yang baik mengenai wilayahnya. Dengan adanya
kesadaran ruang ini, pamong mampu melakukan berbagai inovasi
dengan SDA yang dimilikinya dan tidak perlu repot-repot mencari
hal yang tidak ada di sekitarnya
5) Di masa yang akan datang, diperlukan adanya sistem untuk
menyusun sekolah kepemimpinan desa

Pak Paulus
1) Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas pamong perlu dilakukan
bertahap dan tidak bisa serta merta dibebankan kepada pamong.
Sebagai contoh, saat ini desa memiliki kebutuhan akan pamong yang
memiliki kemampuan IPTEK. Namun demikian, untuk mencapai hal
tersebut akan membutuhkan waktu yang lama dan SDA yang banyak

241
sehingga akan lebih efektif jika menambah SDM yang memang
sudah ahli di bidang itu untuk menjadi tambahan staff
2) Pelatihan sebaiknya dilakukan terspesialisasi atau disusun sesuai
cluster. Sebagai contoh, pelatihan untuk penulisan laporan perlu
dilakukan ke carik dan staffnya saja. Sementara pelatihan ibadah &
adat diberikan kepada kamituwo dan staff saja.
3) Pelaksanaan pelatihan baiknya tersentralisasi dan diampu oleh
lembaga yang jelas. Tidak adanya lembaga yang jelas akan berakibat
pada ketidakadaan pengampu dan ketidakadaan anggaran yang
kemudian menyebabkan program tidak berjalan.

Tema: Profiling
Nama
No. Catatan Wawancara
Narasumber
1 Widayat 1) Sebenarnya perlu dan dibutuhkan, karena masing2 pamong
kompetensinya harus menjawab tugas masing2

2) Untuk peningkatan kinerja, kalau rotasi jabatan karena akan


mental lagi. Karena kita tidak untuk uji coba, kita sebagai pamong
harus mateng dengan jabatan masing2.
Misal di bidang keuangan, kalau dia tidak bida dipercaya ya harus
dirotasi.

3) Bisa dilihat dengan kinerja masing2, misal bisa dilihat dari hasil
kerja yang tepat waktu.
Beban kerja terkadang menjadikan kerjaan tidak tepat waktu, atau
ada kendala lain yang menghambat. Paling tidak dikonfirmasi dan
digali oleh pak lurah.

2 Titik Iswatun 1) Penting, justru itu hal yang pertama dibutuhkan sebelum
Hasanah, S.Pd. melakukan peningkatan kompetensi pamong.
Apa saja orientasi/tujuan dalam menyusun profiling/pemetaan
kompetensi pamong kalurahan (mis: penataan karir, peningkatan
kinerja, rotasi jabatan, acuan peningkatan kapasitas).

2) Ketika sudah dipetaan kapasitasnya bisa dilakukan untuk


penataan karir. Bisa dirotasi sesuai dengan profil mereka. Selian itu
juga untuk peningkatan kapasitas.

3) Ketertarikan, kemampuan teknis, dan modalitas, background


pendidikan berpengaruh tetapi terkadang tidak berpengaruh,

242
pengalaman kerja, kepedulian terhadap isu tertentu.
3 Suhadi 1) Penting banget.
Pemetaan standar kompetensi pamong harus dilakukan apalagi
terkait reformasi birokrasi.

2) Untuk mendukung kinerja sat set.


4 Nur Zakiah, 1) Dibutuhkan kesepakatan untuk menyusun profiling yang
S.M. sekiranya tidak memberatkan ke desa. Mungkin diampu oleh
Intan Safitri supradesa
Sejati, S.Ak.
Ikhwan Dwi
Ashari, S.Pd.
5 Suminto 1) Profiling pamong merupakan suatu hal yang penting untuk
dilakukan. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar pengangkatan dan
pemberhentian pamong atau promosi dan mutasi pamong. Adanya
profiling juga dirasa mampu meningkatkan semangat pamong untuk
dapat meningkatkan kapasitas diri.

2) Hal yang dapat dijadikan patokan penyusunan profiling adalah


kompetensi yang dimiliki pamong. Hal lain seperti latar belakang
pendidikan dirasa tidak relevan jika digunakan untuk acuan
profiling. Namun demikian, hal ini menjadi penting untuk
digunakan dalam menyusun kualifikasi pemilihan pamong.

3) Profiling pamong diharapkan dapat dilakukan tidak hanya di


akhir atau di tengah masa jabatan tetapi juga di awal sehingga
proses rekrutmen juga masuk ke dalam pertimbangan.
6 Ilham Pak Rio:
Saputrojati 1) Profiling perlu untuk dilakukan, salah satu tujuannya adalah
Zuhri Saren untuk menjadi landasan dalam pelaksanaan mutasi tugas. Saat ini,
Satrio, S.Sos. lurah dan carik yang sudah tua seringkali sudah sulit untuk diajak
Dwi Eko mempelajari hal yang baru. Pun ketika sudah diketahui bahwa
Nurjayanto, ST. kinerjanya tidak sesuai dengan standar yang berlaku, desa tidak
memiliki kemampuan atau kewenangan untuk memberhentikan
tugas lurah dan carik atau pamong tersebut. Dalam kondisi tersebut,
yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kuantitas staff. Hal ini
diharapkan dapat membantu kinerja pamong ketika pamong tersebut
masih bertugas dan dapat menjadi regenerasi ketika pamong
tersebut purna tugas. Adanya profiling diharapkan mampu
mendasari pengambilan-pengambilan keputusan tersebut (mengukur
kompetensi, melakukan mutasi, menambah SDM, dll)

243
7 Muhaimin, memiliki pengetahuan yang linear dengan tugas yang dijalankan
S.Th.I, M.H pengalaman kerja
pengalaman bermasyarakat
testimoni atau penilaian masyarakat terhadap dukuh
8 Irawan, S.I.P 1) Profiling bisa digunakan untuk menjadi dasar evaluasi kinerja
yang selanjutnya bisa dipertimbangkan untuk mutasi jabatan. Selain
itu, profiling juga bisa dijadikan dasar untuk memberikan
pembinaan, pelatihan, dan peningkatan kapasitas.
Penilaian yang perlu: usia, pendidikan, pengalaman kerja &
pengalaman pelatihan
9 Kriswantoro, Profiling dapat mempertimbangkan aspek latar belakang
S.Stp.,MM. pendidikan, pengalaman kerja, prestasi kerja sebelumnya

D. Dokumentasi Pengambilan Data

Seluruh rekaman wawancara serta catatan wawancara bersama narasumber yang


digunakan dalam kajian ini dapat diakses melalui tautan berikut:
https://drive.google.com/drive/folders/1GB8SUXWNUB-JoDQIRIGCJi-8Xn0RKEpz?us
p=sharing

244

Anda mungkin juga menyukai