Anda di halaman 1dari 1

KEADAAN MASYARAKAT DAN KEHIDUPAN SOSIAL POLITIK

Sumber sejarah kerajaan Kutai yang dapat mengungkap kehidupan politik kerajaan ini
adalah dari 7 buah Yupa. Yupa merupakan prasasti yang dipahatkan pada tiang batu.
Yupa ini dikeluarkan pada masa raja Mulawarman. Prasasti ini juga menyebutkan silsilah
Mulawarman yang merupakan raja terbesar di Kerajaan Kutai. Pada isi Yupa dijelaskan
bahwa Mulawarman merupakan cucu dari Kudungga.Dalam Yupa ini juga dijelaskan
Kudungga memiliki putra yang mashur, bernama Sang Aswawarmman. Putranya ini di
ibaratkan sebagai Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarmman mempunyai 3 orang putra.
Putra yang paling terkemuka bernama Sang Mulawarmman, ia merupakan raja yang
berpendidikan baik, kuat dan kuasa.

Dalam isi Yupa ini juga menyebutkan bahwa Aswawarmman lah pendiri keluarga
kerajaan dan bukan Kudungga yang dianggap sebagai pendiri kerajaan. Namun para ahli
berpendapat keluarga yang dimaksud dalam hal ini adalah keluarga yang sudah berbau
India. Hal ini jelas dibuktikan dari namanya, Kudungga bukan lah nama India. Walaupun
ia disebutkan sebagai ayah dari Aswawarmman, dan otomatis pernah menjadi penguasa
atau raja, namun tidak dianggap sebagai pendiri keluarga raja.

Sejak muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi


perubahan dalam tata pemerintahan, yatu dari sistem pemerintahan
kepala suku menjadi sistem pemerintahan Raja atau feodal. Masyarakat
dipimpin oleh seorang raja, dalam Yupa terdapat nama-nama pemimpin yakni Kudungga
(kepala suku), Aswawarman dan Mulawarman.

Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah
Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa
juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan
dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman
sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam
agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan
masih sebagai kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai.

Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman
dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam yupa, bahwa raja Mulawarman
memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci
bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara–tempat suci untuk memuja Dewa Siwa di
pulau Jawa disebut Baprakewara.

Anda mungkin juga menyukai