Anda di halaman 1dari 5

KASUS

Laporan Wartawan Grid.ID, Andika Thaselia Prahastiwi dan Pengamatan dari Film
Dokumenter “Diana: Dalam Perkatannya Sendiri (National Geographic Indonesia)”

Grid.ID-Merangkum dari artikel terbitan Royal Central, Lady Diana lahir dengan nama Diana
Frances Spencer di Park House, Sandringham Estate, 1 Juli 1961.Dia adalah putri ketiga dari
pasangan John dan Frances, Viscount dan Viscountess Althorp, yang menikah di
Westminster Abbey 1954 silam. Pada hari pernikahan John dan Frances, Ratu Elizabeth II
bahkan hadir sebagai tamu kehormatan.

Dari pernikahan tersebut lahirlah Sarah (1955), Jane (1957), John (lahir dan meninggal tak
lama kemudian di 1960), Diana (1961), dan Charles (1964). Diana kecil dibaptis pada 30
Agustus 1961 di St. Mary Magdelene Church, Sandringham, dengan salah satu ibu baptisnya
adalah Lady Mary Colman yang merupakan keponakan dari Ibu Suri Ratu Elizabeth.

Masa kecil Diana ternyata tidak sebahagia itu, pernikahan orangtuanya mengalami keretakan
pada 1967 dan akhirnya resmi bercerai pada 1969. Hal tersebut sempat membuat Diana
depresi dan tumbuh menjadi seorang pemalu yang pernah dia ceritakan dalam sebuah
wawancara rahasia (Diana in Her Own Words) pada tahun 1990. Hak asuh putra-putri
keluarga Spencer jatuh pada sang Ayah, John, terlebih setelah Frances tersandung skandal
dengan Peter Shand Kydd yang menuai banyak kontroversi.

Diana kecil kemudian menjalani homeschooling bersama guru privat, Gertrude Allen,
sebelum akhirnya bersekolah di Silfield School Norfolk, kemudian menjalani sekolah asrama
di Riddlesworth Hall. Kemudian Diana remaja melanjutkan pendidikannya di West Heath
Girls' School di Kent dengan beragam catatan prestasi di bidang musik, tari, dan berenang.

Walaupun begitu, di bidang akademik Diana tidak terlalu jago bahkan ia gagal meraih level
standar pada ujian sekolah dua kali. Pada 1975, ayah Diana, John, mewarisi gelar
kebangsawanan sebagai Ealr Spencer.Keluarga Spencer kemudian pindah dari Park House,
Norfolk, ke Althorp Estate di Northamptonshire. Berkat gelar kebangsawanan ayahnya,
Diana Frances Spencer kini dikenal sebagai Lady Diana Spencer. Menjadi seorang 'Lady' di
masa remaja, Diana pernah mengalami masa sulit ketika ayahnya menikah lagi pada 1976
dengan Raine, Countess of Dartmouth.
Di sisi lain, sang Ibu, Frances, akhirnya menikah dengan Peter Shand Kydd dan lebih banyak
menghabiskan waktu di Skotlandia. Lady Diana kemudian melanjutkan pendidikannya ke
luar negeri, tepatnya di Istitut Alpin Vermanette di Rougemont, Swiss, pada 1978. Tapi tahun
1978 sebenarnya adalah tahun yang sulit bagi Lady Diana karena sang Ayah sedang mati-
matian melawan penyakit stroke dan menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah sakit.

Lady Diana kemudian pindah kembali ke Inggris, menempati apartemen milik ibunya di
London sebelum akhirnya pindah ke apartemen lain di Coleherne Court yang merupakan
kado untuk ulang tahunnya yang ke-18.

Di usia ini, Lady Diana menghabiskan waktunya untuk mencari pekerjaan termasuk jadi
instruktur tari bagi anak-anak dan asisten guru TK di Young england School di Pimlico.
Menjadi asisten guru TK adalah pekerjaan terakhir Lady Diana sebelum akhirnya menikah
dengan Pangeran Charles. Pada tahun 1979, Lady Diana menghadiri sebuah pesta yang juga
turut dihadiri oleh Pangeran Charles.

Keduanya sebenarnya sudah pernah bertemu sebelumnya.Tapi momen ini dipercaya sebagai
awal mula kedekatan mereka. Hingga akhirnya pada tahun 1980, Lady Diana dan Pangeran
Charles dikabarkan menjalani hubungan istimewa setelah serangkaian acara di Cowes,
Balmoral, dan beberapa kencan romantis di London. Semenjak itu, kehidupan Lady Diana di
luar gerbang Kerajaan Inggris kemudian berakhir pada 29 Juli 1981 ketika akhirnya ia
menikah dengan Pangeran Charles. Sebuah perhelatan royal wedding yang begitu akbar,
menyedot perhatian ratusan ribu pasang mata dari seluruh dunia. Dan semenjak tanggal itu
pula, Lady Diana menjadi wanita yang paling banyak diabadikan gambarnya oleh awak
media sepanjang sejarah. (*)

ANALISA TEORI

Analisis kasus ini akan menekan kan pada teori perkembangan psikososial dari Erikson.
Erikson menyatakan bahwa delapan tahap perkembangan berkembang sepanjang kehidupan
seperti ;

a. Masa bayi: Rasa percaya vs Rasa tidak percaya

Pada tahap ini, ketika anak memiliki rasa percaya lebih besar dari pada rasa tidak percaya,
kebijakan berupa harapan yang akan muncul. Hubungan interpersonal yang paling signifikan
pada masa bayi adalah dengan pengasuh utama mereka yaitu ibu mereka, sehingga ketika
sang bayi mampu melewati fase ini dengan baik maka mereka memperoleh kekuatan dasar
pertama dalam fase perkembangan.

Diana kecil apabila dilihat dari kasus tersebut, memerlukan ksih saying lebih dari orang
tuanya terutama ibunya. Namun, hal tersebut tidak ia dapat karena masa bayinya sudah
diiringi dengan pertengkaran hebat kedua orang tuanya yang berujung pada perceraian
sehingga menimbulkan bayi Diana mengembangkan rasa tidak percaya diri akibat
kekurangan perhatian dari kedua orang tuanya terutama Ibu

b. Kanak-kanak: Otonomi Versus Rasa Malu (1-3 tahun)

Orang tua mengemban tugas yang tidak mudah untuk mengendalikan perilaku anak kearah
yang bisa diterima secara sosial tanpa melukai persaan anak mengontrol dirinya atau
otonominya. Dengan kata lain, orang tua harus cukup toleran namun cukup tegas untuk
memastikan prilaku yang disetujui secara sosial. Jika orang tua terlalu protektif atau tidak adil
didalam penggunaan hukuman, anak akan menjadi ragu-ragu akan dirinya dan mengalami
perasaan malu. Masa kecil Diana yang sudah diawali dengan keretakan rumah tangga orang
tuanya membuatnya mengembangkan rasa malu. Diana kecil sering disebut dengan sebutan
“Shy Di” sampai usianya menginjak 20 tahun. Ego anak menjadi cukup kuat untuk
mengahadapi secara tepat pengalaman-pengalam malu dan ragu yang tak terelakan datangnya
dari pengalaman masa kecil.

c. Usia Prasekolah: Inisiatif versus Rasa Bersalah (3-5 tahun)

Konflik antara inisiatif versus rasa bersalah menghasilkan kekuatan dasar tujuan. Ketika hak
asuh putra-putri keluarga Spencer jatuh pada sang Ayah, John, terlebih setelah Frances
tersandung skandal dengan Peter Shand Kydd yang menuai banyak kontroversi. Diana kecil
kemudian menjalani homeschooling bersama guru privat, Gertrude Allen, sebelum akhirnya
bersekolah di Silfield School Norfolk, kemudian menjalani sekolah asrama di Riddlesworth
Hall. Diana menunjukkan ketertarikannya dengan musik, tari dan berenang.

d. Usia Sekolah: Kegigihan versus Inverioritas (masa kanak-kanak tengah dan akhir usia
SD, 6 tahun-remaja)

Tahap perkembangan yang keempat, terjadi di sekitar tahun sekolah dasar. Inisiatif anak
membawa mereka berhubungan dengan banyak pengalaman baru. Saat mereka berpindah ke
masa kanak-kanak tengah dan akhir, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan
pengetahuan dan keterampilan intelektual. Diana remaja melanjutkan pendidikannya di West
Heath Girls' School di Kent dengan beragam catatan prestasi di bidang musik, tari, dan
berenang. Walaupun begitu, di bidang akademik Diana tidak terlalu jago bahkan ia gagal
meraih level standar pada ujian sekolah dua kali.

e. Remaja: Identitas versus kebingungan identitas (10-20 tahun)

Fase perkembangan selanjutnya menurut Erikson adalah bahwa pencarian akan ego identitas
mencapai puncaknya selama remaja sebagai anak muda yang berjuang untuk mencari tahu
siapa dirinya dan bukan dirinya. Di tahap ini anak harus berhati-hati mempertimbangkan
semua informasi yang sudah dikumpulkan tentang diri dan masyarakat mereka, dan akhirnya
mengingatkan diri mereka pada komitmen sejumlah strategi untuk menjalani hidup.

Erikson berpendapat bahwa anak-anak muda harus mengalami sedikit keraguan dan
kebingungan akan diri mereka sebelum dapat mengembangkan identitas yang tetap mereka
mungkin meninggalkan rumah untuk berkelana melakukan pencarian diri; bereksperimen,
mengidentifikasikan diri, bergabung dengan suatu kelompok atau secara sederhana dan
tenang memikirkan di mana tempat mereka di dunia dan nilai-nilai apa yang mereka pegang
teguh.

Ketika Diana berusia 17 tahun (tahun 1978), dia melanjutkan pendidikannya ke luar negeri,
tepatnya di Istitut Alpin Vermanette di Rougemont, Swiss. Tapi tahun 1978 sebenarnya
adalah tahun yang sulit bagi Lady Diana karena sang Ayah sedang mati-matian melawan
penyakit stroke dan menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah sakit.

Lady Diana kemudian pindah kembali ke Inggris, menempati apartemen milik ibunya di
London sebelum akhirnya pindah ke apartemen lain di Coleherne Court yang merupakan
kado untuk ulang tahunnya yang ke-18. Di usia ini, Lady Diana menghabiskan waktunya
untuk mencari pekerjaan .Menurut Erikson, Sebuah krisis tidak harus menandakan ancaman
atau malapetaka, melainkan “titik balik, periode krusial akan meningkatnya kerapuhan dan
memuncaknya potensi”.

Meskipun Diana tidak terlalu pandai dalam akademik dan baru saja melewati masa krisis
karena ayahnya sakit, potensinya dalam menari mengantarkannya menjadi instruktur tari bagi
anak-anak dan asisten guru TK di Young England School di Pimlico. Menurut Erikson,
apabila anak berhasil menemukan identitasnya anak akan menjadi orang dewasa. Namun, bila
anak tidak memperoleh sebuah identitas anak akan kebingungan peran dalam kehidupannya.
Diana berhasil menemukan identitasnya sebelum menjadi Princess Of Wales sebagai seorang
instruktur tari dan asisten guru TK.

f. Dewasa Muda: Keintiman versus Isolasi (20-30 tahun)

Pada masa ini, individu menghadapi tugas perkembangan membentuk hubungan akrab
dengan orang lain. Erikson menggambarkan keintiman sebagai menemukan diri dan
sekaligus kehilangan diri dalam diri orang lain. Jika para dewasa muda membentuk
persahabatan yang sehat dan hubungan akrab dengan orang lain, keintiman akan tercapai

Pada tahun 1980, Lady Diana dan Pangeran Charles dikabarkan menjalani hubungan
istimewa setelah serangkaian acara di Cowes, Balmoral, dan beberapa kencan romantis di
London. Sampai pada tahun 1981 Pangeran Charles dan Lady Diana akhirnya menikah. Lady
Diana mengembangkan sebuah kapasitas yang lebih besar bagi keintiman daripada isolasi
ditahap ini. Lady Diana memasuki hubungan percintaan dengan Pangeran Charles dan
mereka menikah ketika Lady Diana berusia 20 tahun.

Menurut Erikson, meski dia sepakat dengan Freud tentang pentingnya cinta, dia yakin hanya
individu yang memiliki identitas yang aman yang berani mengambil resiko untuk memasuki
sebuah hubungan cinta. Seorang dewasa muda dengan identitas yang kuat sangat ingin
mencari hubungan intim dengan orang lain. Lady Diana termasuk memiliki identitas yang
aman sehingga berani mengambil resiko untuk memasuki sebuah hubungan cinta di usianya
yang baru 20 tahun dan akhirnya memiliki gelar Princess Of Wales.

Anda mungkin juga menyukai