Anda di halaman 1dari 33

CQB

CLOSE QUARTER BATTLE BAB I


PENGERTIAN, PRINSIP-PRINSIP, UNSUR-UNSUR CQB, DAN TANGGUNG JAWAB PERSONEL.

A. Pengertian CQB.
Adalah tehnik pertempuran jarak dekat dalam ruangan dengan menerapkan unsur-unsur kecepatan,kejutan,kekerasan tindakan dan fleksibelitas .

B. PRINSIP-PRINSIP CQB
1. Kecepatan
Kecepatan berarti team bergerak dengan cepat mendekati sasaran tanpa diketahui oleh musuh.cepat bukan berarti lari,namun bergerak dengan cepat jangan melebihi
kemampuan anda menembak dengan tepat atau juga bergerak jangan melebihi kemampuan anda berfikir.

2. Kejutan
Suatu pendekatan menuju TKP yang dilakukan secara diam-diam dan utamakan disiplin suara dan cahaya.Pada saat melakukan penyerangan lebih baik dilaksanakan
secara cepat dan mempertimbangkan kondisi tersangka dalam keadaan kelelahan atau dalam waktu tidur.Kejutan bisa dilakukan dengan menggunakan cara lain
seperti kita mengalihkan perhatian kebakaraan,ledakan atau kecelakaan kendaraan.

3. Kekerasan tindakan
Kekerasan tindakan berarti perlakukan secara merata untuk semua orang yang berada di dalam atau di TKP. perintah verbal dan penanganan harus tegas dan terarah.

4. Fleksibelitas
Suatu tindakan yang dilakukan oleh anggota team dengan menyesuaikan situasi dan kondisi dalam ruangan dan masih dalam prosedur CQB
C. UNSUR-UNSUR CQB
a. Masuk melalui akses
Team pada saat melaksanakan penetrasi atau penggerebekan di dalam suatu ruangan harus masuk melalui akses
pintu,jendela maupun dapat membuka akses baru melalui dinding atau tembok.

b. Kuasai sektor primer


Seorang anggota pada saat memasuki sebuah ruangan yang di perhatikan ialah sektor primer karena sektor primer
adalah sektor yang paling mudah dilihat dan merupakan tanggung jawab sektor utama.

c. Kuasai sektor sekunder


Seorang anggota setelah menguasai sektor primer kemudian akan berputar 90 derajat kekiri maupun kekanan untuk
menguasai area tersebut.

d. Komunikasi
Dalam suatu team sangat perlu adanya komunikasi untuk pengendalian pergerakan suatu team baik komunikasi
dengan bantuan peralatan maupun isyarat .
D. TANGGUNG JAWAB PERSONEL.

1. Amankan ancaman terdekat


Tiap individu akan mengamankan area ancaman terdekat, dalam jarak dua meter, di arah dia bergerak. Para penyerang mengenali musuh dan
secara fisik mengamankan rintangan apapun yang dapat menghalangi jalan masuk bagi anggota tim yang lain. Ini dilakukan ketika penyerang
bergerak ke jalurnya.

2. Amankan sudut- sudut

Sudut-sudut yang terdekat titik masuk adalah yang paling berbahaya dalam ruangan-begitu Anda melangkah kedalam, sudut belakang sudah
dibelakang Anda. Sudut—sudut itu harus segera diamankan ketika pemasukan.

3. Bergerak ke titik terkendali

Poin-poin dominasi adalah lokasi-lokasi di dalam ruang; kamar di mana para penyerang dapat berlindung dan mengendalikan semua personil
(teroris-teroris,

sandera-sandera, tidak dikenal pesiar) di kamar tersebut. Masing-masing penyerang yang masuk kamar di pemasukan awal akan mengambul suatu
posisi dominasi setelah mengamankan sektor nya

4. Menetapkan sektor penembakan saling silang


Penembakan saling silang dicapai ketika masing-masing penyerang sudah mengamankan sektor nya, menghentikan gerakannya pada suatu titik
kendali, dan memindai mayoritas kamar tanpa mengacungkan moncong senjata ke sesama rekannya. Ini membuat para penyerang menguatkan
satu sama lain dan memberikan tambahan perlindungan di daerah-daerah ancaman.
BAB II
TEHNIK MENGUASAI RUANGAN, LORONG, TANGGA DAN PENGGUNAAN ALAT PENGALIH PERHATIAN

A. Tehnik Penguasaan Ruangan

1. Pergerakan CQB Individu.

Sebagai personel yang tergabung dalam team harus menguasai tehnik-tehnik pengamanan ruangan meliputi:
a. Silang (miring) – Petugas disisi kanan pintu masuk kedalam sisi kiri kamar. Petugas di sisi kiri pintu masuk kedalam sisi
kanan kamar.
a. Kait – Petugas dari sisi kanan pintu masuk dari sisi kanan kamar. Petugas dari sisi kiri pintu masuk dari sisi kiri kamar.
a. Mengintip – Dari posisi perlindungan di sudut pintu, petugas akan melihat secara cepat ke area lain dengan seminim
mungkin memperlihatkan dirinya ke area berbahaya.
a. Langkah Samping Tujuh Meter (pensektoran) – Dari posisi perlindungan sudut struktur, petugas melakukan suatu posisi
menembak selagi berdiri dengan mondong senjata aman dari struktur dan diarahkan ke ancaman. Petugas kemudian
bergerak menjauh perlahan dari titik perlindungan kira-kira 180 derajat untuk mendapat sudut pandang kedalam area
berbahaya.
a. Penetrasi Sebagian – Dari posisi perlindungan disudut bangunan, petugas memasuki kamar atau area cukup dengan
sebagian tubuh dan senjatanya untuk menyapu area. Petugas bertahan dalam posisi ini selama dibutuhkan.
.
2 Formasi penguasaan ruangan
a. formasi 4 orang.

Mulai dari daerah persiapan Bergerak ke garis serang (Rotasikan pendekatan dari tiap arah).
• Pada saat memulai, lemparkan granat kejut kosong
a. Masuk
a. Pintu terbuka
b. Pintu tertutup
• Masing-masing anggota akan bergerak nenurut jalurnya, menghilangkan ancaman dan
mengamankan sektor
• Melakukan perintah verbal yang benar sampai ke tahap aman
• Amankan secara internal
o Cari dan amankan orang-orang
o Hitung sandera, teroris dan anggota regu
b. Pormasi dengan 8 orang
a. Mulai dari daerah persiapanBergerak ke garis serang (Rotasikan pendekatan dari tiap arah).

a. Pada saat memulai, lemparkan granat kejut kosong

a. Masuk (Pintu terbuka dan Pintu tertutup)

a. Masing-masing anggota akan bergerak nenurut jalurnya, menghilangkan ancaman dan


mengamankan sektor

a. Melakukan perintah verbal yang benar untuk pemunduran

a. Amankan secara internal (cari dan amankan orang-orang, hitung sandera, teroris dan anggota regu)

a. Persiapkan evakuasi dengan mengelompokkan dan sandera yang hidup di tengah lokasi
c. Pormasi penguasaan ruangan dengan 12 orang
B. Tehnik Menguasai Lorong

Jenis Pergerakan dan


Pengamanan CQB di
Lorong/ Koridor

a. Jenis Pergerakan
C. Tehnik Menguasai Tangga.

1. Tehnik Pergerakan
Tangga merupakan ancaman yang besar untuk team karena adanya ancaman dari ketinggian vertikal. Dan juga,
ruangan untuk bergerak dan penglihatan sangat terbatas dan pijakan kaki tidak mantap. Taktik yang dirancang dengan
baik dan latihan secara terus menerus adalah hal yang sangat penting untuk menjamin keberhasilan penyerangan melalui
tangga.
a. CQB Secara Diam-diam di Tangga
Sama halnya dengan pengamanan lorong secara diam-diam, teknik yang digunakan dalam pengamanan tangga
secara diam-diam dapat diterapkan sampai regu berjumpa dengan musuh atau regu telah terlihat. Hal yang ditekankan
adalah gerakan tanpa suara. Maka, pendobrakan, pelemparan granat cahaya dan aba-aba lisan tidak akan digunakan.
Komunikasi bukan lisan, seperti isyarat tangan dan lengan akan digunakan.
Jenis konstruksi tangga menjadi dasar pertimbangan yang penting untuk menentukan seberapa pelannya Anda dapat
berjalan tanpa membuat suara. Misalnya, tangga kayu rentan terhadap bunyi pada saat sambungannya bergerak karena
terinjak, dan tangga besi lebih rentan terhadap bunyi dari pergerakan yang kurang hati-hati atau sepatu ber-sol berat.
Berdiri pada ujung anak tangga dan bukan pada bagian tengah anak tangga berkemungkinan mengurangi suara yang
timbul. Menginjak bagian tengah anak tangga akan menimbulkan pergeseran pada bagian-bagian sambungan, yang
dapat menimbulkan suara yang tidak diinginkan
b. CQB Dinamis di Tangga
Sebelum membahas tanggung jawab pribadi, adalah penting untuk menggambarkan ciri-ciri umum dan istilah pada semua
tangga berdasarkan lokasi regu penggerebek.
1) antara susunan tangga ke bawah.
2) Tehnik Pengamanan Tangga naik – Susunan tangga ke arah atas kepala.
3) Tangga turun – Susunan tangga ke arah bawah.
4) Bordes atas – Bordes yang terletak di akhir susunan tangga atas.
5) Bordes bawah – Bordes yang terletak di akhir susunan tangga bawah.
6) Bordes tengah – Bordes yang terletak di antara lantai.
7) Atrium atas – ruangan antara susunan tangga ke arah atas.

c. Atrium bawah – ruangan


Memasuki ruangan tangga dilakukan dengan cara yang sama seperti akan memasuki ruangan lainnya. Namun, keamanan
akan ditugaskan pada area atas apabila ada sebagaimana diperlukan. Apabila regu memulai dari lantai bawah, tangga
turun, bordes bawah dan atrium bawah jelas tidak akan ada.
Anggota yang mengawasi atrium diposisikan di ujung tangga, sejajar dengan pinggiran atrium. Apabila atrium tersebut
sempit, mereka akan berada pada posisi pelindung atrium atas berdiri di belakang pelindung atrium bawah yang dalam
posisi berlutut atau jongkok. Mereka akan tetap berada pada posisinya sampai regu telah maju ke lantai yang berada di
atas atau di bawah mereka. Apabila susunan tangga sedemikian rapatnya sehingga tidak ada pandangan ke atas
ataupun ke bawah yang jelas, maka pelindung atrium tidak dibutuhkan.
Petugas yang melindungi bordes atas dan bawah bergerak menyamping ke sisi luar tangga. Mereka bertanggung jawab
atas bordes tersebut dan susunan tangga berikutnya. Mereka juga akan menjadi bagian dari unsur 3 orang yang akan
mengamankan bordes tersebut (apabila diperlukan)
Pelindung bordes akan meningkatkan pandangannya dengan cara membagi ruangan bordesnya pada saat
ia bergerak. Rekan-rekannya akan bergerak naik sambil memutar tubuh bagian atasnya sebagaimana
diperlukan untuk melindungi bordes yang ada di lantai atas atau dan bawah.
Ketika regu yang bergerak maju telah sampai pada bordes yang berikutnya, mereka akan mengisyaratkan
anggota regu yang lainnya untuk bergerak apabila sudah aman. Sisanya akan bergerak ke depan untuk
melanjutkan penggerebekan pada saat pelindung atrium masih tetap pada tempatnya. Pelindung bordes
akan bergerak menyamping ke luar lagi untuk melindungi bordes yang berikutnya. Apabila dua orang yang
lainnya telah sampai pada posisinya mereka akan mengurangi prosedurnya.
Biasanya, orang yang bertugas melindungi akan tetap berada pada posisinya setidaknya satu lantai di
belakang regu yang maju. Apabila orang pelindung ini tidak lagi diperlukan mereka akan maju melewati
lantai atau bordes berikutnya dan dimana telah ditempatkan orang pelindung dan akan masuk ke dalam
barisan.
Saat mengamankan tangga, penggunaan perisai balistik merupakan suatu pilihan. Perisai balisitik dapat
diletakkan di bagian paling depan bagian tim yang naik atau turun.
Tehnik menguasai di tangga
2. Tehnik Pengamanan

Memasuki ruangan tangga dilakukan dengan cara yang sama seperti akan memasuki ruangan lainnya.
Namun, keamanan akan ditugaskan pada area atas apabila ada sebagaimana diperlukan. Apabila regu
memulai dari lantai bawah, tangga turun, bordes bawah dan atrium bawah jelas tidak akan ada.
Anggota yang mengawasi atrium diposisikan di ujung tangga, sejajar dengan pinggiran atrium. Apabila
atrium tersebut sempit, mereka akan berada pada posisi pelindung atrium atas berdiri di belakang pelindung
atrium bawah yang dalam posisi berlutut atau jongkok. Mereka akan tetap berada pada posisinya sampai
regu telah maju ke lantai yang berada di atas atau di bawah mereka. Apabila susunan tangga sedemikian
rapatnya sehingga tidak ada pandangan ke atas ataupun ke bawah yang jelas, maka pelindung atrium tidak
dibutuhkan.
Petugas yang melindungi bordes atas dan bawah bergerak menyamping ke sisi luar tangga. Mereka
bertanggung jawab atas bordes tersebut dan susunan tangga berikutnya. Mereka juga akan menjadi bagian
dari unsur 3 orang yang akan mengamankan bordes tersebut (apabila diperlukan).
Untuk penggerebekan dinamis, granat cahaya dilemparkan pada tiap bordes sebelum bergerak maju. 3 orang
akan maju serentak. Pergerakan mereka harus lancar dan terkoordinasi sehingga mereka dapat memberikan
perlindungan mutual. Biasanya, pelindung bordes akan memberikan perlindungan melebar pada bordes
berikutnya dan memulai pergerakan. Orang ke dua akan mempertahankan hubungan fisik yang ringan
dengan pelindung bordes dan akan mengisyaratkan pergerakannya. Orang ke tiga akan bergerak di belakang
dan sejalan dengan orang ke dua, dan membantunya melindungi atrium atas dan bawah, dan merupakan
pelindung bagi dua orang pertama.
D. Tehnik Penggunaan Alat Pengalih Perhatian

1. Metode Pengalih Perhatian


Team dapat menggunakan banyak metode untuk secara sementara mengalihkan perhatian, membingungkan dan
memusingkan tersangka dan sandera. Berikut ini adalah urutan dari beberapa metode:
a. Menghentikan Memukul satu pintu dan memasuki yang lainnya.
a. Menghancurkan jendela yang berlawanan dengan pintu masuk.
a. kendaraan di luar dari tempat kediaman (berlawanan dengan pintu masuk), dan mengalihkan perhatian
dengan cara menyetir menjauhi perhatian dari titik masuk sebenarnya.
a. Memberi penerangan dengan senter ke lokasi tersebut dan menarik perhatian ke area tersebut.

a. Terbang tepat diatas lokasi dengan helikopter, ini akan mengalihkan perhatian tersangka pada langit meskipun
tidak terlalu lama dan mengalihkan perhatian dari titik masuk.
a. Telepon tersangka dengan telephone atau megaphone.
2. Menggunakan Alat Pengalih Perhatian (Granat Kejut Flashbang)

Saat granat kejut di lemparkan, orang yang menempati ruangan mungkin akan terkejut dan terdiam.
Detik-detik berharga ini memungkinkan team untuk mengambil inisiatif yang sempat hilang pada
saat melakukan penyerangan.
Situasi dimana granat kejut sebaiknya digunakan:
a. Operasi penyelamatan sandera

a. Penggeledahan obat-obatan

a. Tersangka memiliki perlindungan / barikade dan pasukan harus masuk


3 . T e h n i k M e m b a w a D a n M e l e m p a r A l a t p e n g a l i h a n P e r h a ti a a n (G r a n a t
K e ju t/F l a s h b a n g )

a .T e k n i k M e m b a w a y a n g B e n a r

Jik a g ra n a t k e ju t d ib a w a d e n g a n te p a t o le h p e n y e ra n g , a k a n m e m b a n tu
d a la m m e n in g k a tk a n k e c e p a ta n p e le m p a ra n d a n k e s e la m a ta n p e n y e ra n g .
T e k n ik - te k n ik n y a a d a la h s e b a g a i b e rik u t:

1 ) G ra n a t k e ju t h a ru s d ib a w a d a la m k a n tu n g y a n g d ia m a n k a n .
2 ) T u a s p e n a h a n (s e n d o k ) g ra n a t k e ju t d ite m p a tk a n d i b a g ia n d a la m
k a n tu n g , m e n e m p e l p a d a tu b u h .
3 ) C in c in p e n g a m a n d ile ta k k a n d id a la m k a n tu n g d a n m e n e m p e l p a d a
tu b u h .
P e n g a n c in g k a n tu n g h a ru s te rp a s a n g s e tia p s a a t s a m p a i g ra n a t te rs e b u t h a ru s d ile m p a rk a n
b. Teknik melempar yang Benar
1) Manipulasi
a) Pegang granat kejut sehingga sudut antara jempol dan jari telunjuk menutupi tuas penarik (sendok).
b) Putarkan pin ¼ putaran searah jarum jam lalu tarik pin dengan jari telunjuk dari tangan yang bukan untuk melempar.
Berusaha keras untuk mendapatkan tarikan lurus.
c) Lemparkan granat kejut dengan lemparan bawah tangan (lemparan dari bawah, bukan dari atas)

2) Teknik
a) Orang yang akan melemparkan granat kejut, akan mengamankan senjata panjangnya atau menyarungkan
pistolnya, sehingga dapat mengendalikan alat pengalih perhatian dengan kedua tangan.
b) Melangkah (Keluar dari barisan) untuk melihat area sekitar satu meter dari ambang pintu, dimana granat kejut akan
dilemparkan.
c) Lihat ke dalam area yang akan anda lempar granat kejut.
d) Tarik Pin granat kejut setelah Anda melihat ke dalam area
e) Lempar granat kejut dengan lemparan bawah tangan sekitar satu meter ke dalam ruangan.

3). Pertimbangan Tambahan


a) Jangan coba-coba untuk melepaskan tuas penarik (sendok) sebelum dilempar.
b) Jangan coba melempar dengan lemparan belakang tangan (punggung tangan menghadap pintu).
c) Selalu lempar alat pengalih perhatian dengan tangan yang di sisi luar.
• Saat pin sudah ditarik, jangan pindahkan ke tangan yang lain
BAB III
MEMAHAMI TEHNIK PELAPORAN, EVAKUASI DAN PENGUNDURAN

A.TEHNIK PELAPORAN
Setelah seluruh ruangan di kuasai maka KATEAM penyerangan akan mengecek dan memastikan kembali bahwa situasi semua
ruangan aman. Kemudian KATEAM penyerang akan melaporkan situasi dan status ruangan tersebut ke KOMANDAN/POSKO.

CONTOH:

# KATEAM KE POSKO “LAPOR SITUASI TELAH DIKUASAI DENGAN STATUS”

“# SANDERA HIDUP/MATI”

“# TERSANGKA HIDUP/ MATI

“# ORANG TIDAK DIKENAL HIDUP/MATI”

“# BARANG BUKTI”

“ STATUS TEAM/PERSONIL”

# POSKO KE KATEAM “LAPORAN STATUS DITERIMA LAKSANAKAN EVAKUASI “

# KATEAM KE ANGGOTA “TIM LAKSANAKAN EVAKUASI DARI RUANGAN TERJAUH KE RUANGAN TERDEKAT”
B.TEHNIK EVAKUASI

Setelah KATEAM melaporkan situasi/status ruangan ke POSKO/komandan pengendali maka team akan
mendapat perintah untuk melaksanakan evakuasi sandera /tersangka / orang tidak dikenal /barang bukti
dari ruangan terjauh ke ruangan terdekat atau ruangan yang telah di tentukan oleh KATEAM. Kembali
KATEAM melaporkan ke posko bawa persiapan evakuasi dan pengunduran telah di laksanakan selanjutnya
seluruh team penetrasi melaksanakan evakuasi dan pengunduran ke titik yg telah di tentukanya sebelumnya
dalam perencanaan.

C. TEHNIK PENGUNDURAN

Yaitu Penarikan unit perlawanan teror dari TKP ke pos komando untuk melakukan kordinasi.
Setelah selesai pelaksanaan evakuasi DANTEAM akan melaporkan ke posko/komandan pengendali bahwa
evakuasi
telah di laksanakan, kemudian posko/komandan pengendali akan memberikan perintah kepada DANTEAM
untuk melaksanakan pengunduran ke titik yg telah di tentukan sebelum team kembali ke THA.
LANGKAH PENGENDALIAN OPERASI

A. Langkah Kendali Operasi


Langkah kendali operasi dapat didefinisikan sebagai struktur, prosedur, dan tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya yang dirancang untuk memastikan pengarahan, koordinasi, dan kendali
yang tepat waktu atas operasi.
Dalam situasi teroris apapun, sejumlah organisasi akan merespon insiden tersebut, masing-masing
dengan misi dan peran yang berbeda, yang seringkali dilakukan secara bersamaan. Meski team
merupakan elemen taktis utama, beberapa elemen lain sperti tim negosiasi, pemadam kebakaran, dan
unit pendukung medis, teknisi pelayanan publik, polisi dan /atau ring militer dan tim evakuasi, harus
dipertimbangkan untuk disertakan dalam perencanaan operasi.

Koordinasi atas pergerakan dan aktifitas berbagai elemen ini merupakan tugas yang kompleks. Setiap
elemen organisasi respon harus mengerti peran dan otoritasnya untuk bertindak, dan mereka harus
menerima pengarahan dari manajer insiden agar sistem dapat bekerja dengan efektif, prosedur
gabungan harus dibuat dan pelatihan gabungan harus dilaksanakan. Semua hal ini harus diselesaikan
sebelum insiden terjadi. Setelah krisis timbul, sudah terlambat untuk membagi peran dan tanggung
jwab.
B. Penujukan Menejer Insiden

Agar keseluruhan organisasi respon krisis dapat berfungsi dengan mulus saat krisis, semua orang harus memahami siapa
yang bertangung jawab. Ini merupakan prinsip kesatuan komando – satu orang yang berkuasa.
1. Bertanggung jawab atas semua keputusan dan arah tindakan.

2. Dapat mendelegasikan tindakan/ wewenang tapi tetap mempertanggung jawabkannya, sehingga menciptakan
pelaksanaan kendali terpusat dan tersebar. Bawahan hanya bertindak sesuai tugas yang ditentukan komandan.

3. Menciptakan rantai komando yang jelas dari atas hingga bawah. Seseorang telah ditunjuk sebagai pengganti jika
komandan berhalangan. Rantai komando juga dibuat dalam semua elemen bawahan organisasi respon.

C. Peran dan Tanggung Jawab Organisasi Respon

Setiap elemen organisasi respon ditugaskan pada misi dan tugas spesifik, yang harus memperhitungkan kemampuan dan
batasan elemen spesfik. Hal ini sudah tercantum dalam SOP dan lebih spesifiknya, dalam perintah operasi dalam
pernyataan misi dan konsep operasi. Kebutuhan lebih lanjut mungkin disertakan dalam bagian koordinasi instruksi dari
perintah operasi. Definisi peran dan tanggung jawab berfungsi untuk menyediakan pembagian beban kerja,
menghilangkan pekerjaan yang sama, dan menghilangkan konflikr tugas.

Tim Penindak Penanganan Situasi Krisis adalah elemen dari keseluruhan organisasi respon. Tapi sebagai elemen taktis
utama, team akan memerlukan instruksi spesifik dalam perintah operasinya untuk elemen lain yang ditugaskan
sebagai pendukung operasi taktis. team juga harus menyediakan peran dan tanggung jawab spesifik bagi elemen
bawahannya.
D. Prosedur yang Telah Direncanakan Sebelumnya dan Langkah Kendali Operasi
Prosedur yang telah direncanakan sebelumnya menspesifikasikan cara tertentu untuk melakukan sesuatu saat
operasi dan membagikan tanggung jawab umum untuk melakukannya. Prosedur yang telah direncanakan
sebelumnya ini membantu menghilangkan kebingungan dan tindakan yang berlawanan. Ada beberapa jenis
tindakan yang telah direncanakan sebelumnya yang penting untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan
berbagai elemen respon.

1. Prosedur Responder Pertama


Prosedur responder pertama yang telah direncanakan menyediakan instruksi bagi elemen polisi yang pertama kali
tiba untuk mengisolir/ memberikan parimeter lokasi insiden, mencegah menyebarnya situasi, mengevakuasi
orang sipil, dan melaporkan situasi. Tindakan yang diambil oleh responder pertama dan informasi yang mereka
laporkan sangat penting bagi perencanaan tindakan untuk mengambil alih parimeter dalam mempersiapkan
penyerangan darurat dan penyerangan terencana.

2. Prosedur Menyiagakan dan Mengerahkan


Prosedur menyiagakan dan mengerahkan menyediakan sistem untuk dengan segera memberitahu semua organisasi
respon saat peristiwa terjadi dan menggerakan berbagai elemen ke lokasi insiden.
3. Standar Operasi Prosedur
Setiap organissi respon akan memiliki SOP-nya sendiri untuk menyelesaikan misi tertentu. SOP
operasi gabungan menciptakan tanggung jawab bagi berbagai elemen organisasi respon, contohnya,
tim manajemen insiden, team, tim negosiasi, ring polisi, dan tim evakuasi, pemadam kebakaran
pendukung, medis, dan tim pengendali peralatan, dll, dan menyediakan prosedur bagi hubungan untuk
Tujuan penting SOP operasi gabungan ialah menghilangkan
saling berhubungan dan koordinasi.
konflik antara kegiatan, meyakinkan kalau satu elemen tidak menghambat atau mungkin
membahayakan elemen lain.

4. Briefing dan Latihan Operasi


Briefing dan latihan operasi adalah prosedur dari manajer insiden dan komandan unit memastikan
seluruh personilnya memahami misi dan tindakan spesifik yang perlu dilakukan, bahwa rencana
tersebut dapat dilaksanankan, dan tidak ada kebingungan dalam hal siapa yang akan melakukan apa.

Supaya efektif, prosedur yang telah direncanakan sebelumnya harus diketahui oleh semua personil
yang, dan prosedur ini harus dipatuhi. Prosedur ini harus disertakan dalam perintah operasi dan
dilatih serta diuji.
E. Langkah Kendali Wilayah
Berikut adalah langkah yang diambil untuk mengisolasi lokasi insiden, mencegah situasi
menyebar, dan mempertahankan pengamatan atas lokasi, menghindarkan orang sipil dari bahaya,
dan menyediakan ruang operasi yang bebas dari gangguan.

F. Langkah pengedalian spesifik meliputi:


a. Pembuatan perimeter dalam untuk mencegah menyebarnya insiden dan menyediakan
pengamatan jarak dekat. Pada awalnya hal ini diciptakan oleh responder pertama dan
kemudian diambil alih oleh team saat tiba di lokasi.

b. Menciptakan perimeter luar untuk mengontrol akses di daerah sekitar lokasi insiden. Hal
ini biasanya merupakan tanggung jawab kepolisian tapi diperlukan koordinasi dengan
team untuk memastikan keamanannya dan adanya ruang untuk bermanuver.
c. Mengevakuasi daerah antara perimeter dalam dan luar dengan cara enghindari
orang sipil dari bahaya dan menyediakan ruang untuk bermanuver bagi elemen taktis
dan pendukung. Evakuasi biaaanya merupakan tanggung jawab kepolisian tapi
memerlukan koordinasi dengan team untuk mencegah gangguan terhadap kegiatan
traktis. Rute evakuasi sebaiknya menghindari pengamatan langsung dengan teroris,
dan orang yang telah dievakuasi harus diperhitungkan.

d. Langkah pengendalian akses harus dilakukan untuk mengendalikan dengan ketat


siapa yang dapat memasuki daerah operasi.Hal ini biasanya diarahkan oleh tim
manajamen insiden. Penjaga perimeter luar sebaiknya menyediakan petugas untuk
menjadi petugas pemeriksa. Ijin masuk yang unik sebaiknya dikeluarkan bagi semua
pertugas yang diijinkan masuk d an tanda atau id harus dipakai di tempat yang dapat
dilihat setiap saat . Tim bertanggungjawab untuk mengendalikan akses ke pos
komandon, daerah persiapan, dan daerah persiapan pendukung.
G. Langkah Pengendalian Taktis

Langkah pengendalian taktis digunakan untuk mengendalikan pergerakan dan tindakan


beberapa elemen sehingga mereka tidak menghambat satu sama lain dan bekerjasama
dengan kompak. Hal ini juga merupakan langkah keamanan. Langkah ini termasuk kendali
pergerakan, kendali tindakan dan kendali keamanan.

H. Langkah Pengendalian Pergerakan

Tujuan pengendalian gerakan adalah untuk mengkoordianasikan pergerakan beberapa elemen


sehingga mereka dapat bergerak tanpa saling menghambat dan dapat tiba di lokasi
penyerangan secara bersamaan . Saat penyerangan, pengendalian gerakan digunakan
sehingga elemen tidak bertemu secara tidak sengaja yang dapat mengakibatkan
penembakan antar teman antara elemen yang bersahabat.

Beberapa jenis pengendalian pergerakan dapat digunakan.


a. Garis Keberangkatan Dari THA atau Titik Start
Garis ini menunjukkan titik start pergerakan taktis ke lokasi insiden. Mungkin dapat dimulai dari
keberangkatan dari daerah persiapan, atau mungkin dari titik lain yang lebih dekat ke lokasi. Bagi
operasi penyerangan yang menggunakan beberapa titik masuk ke lokasi insiden, garis
keberangkatan akan mengeleilingi lokasi insiden dari jarak jauh. Titik start yang spesifik di garis ini
mungkin dapat ditentukan bagi setiap elemen. Keberangkatan dari posisi ini mungkin berdasarkan
aba-aba, berdasarkan waktu yang telah ditentukan bagi semua elemen, atau bertahap,
berdasarkan waktu pergerakan yang dibutuhkan setiap elemen untuk bergerak ke posisi
penyerangan mereka. Tujuannya adalah mengendalikan pergerakan sehingga semua elemen tiba
di Titik Penyerangan Akhir (FAP) secara bersamaan.

b. Rute Pendekatan
Dapat berupa akses pendekatan yang luas, arah penyerangan yang lebih terbatas, atau rute spesifik
yang harus dipatuhi oleh elemen.Lebih dari satu rute biasanya digunakan urtuk memungkinkan
pasukan penyerang bergerak ke beberapa titik untuk melakukan penyerangan secara bersamaan .
Rute mungkin ditandai secara khusus di tanah dengan menggunakan lampu kimia inframerah
yang dapat dilihat dengan menggunakan alat penglihatan malam atau dengan tanda yang dapat
dilihat lainnya, seperti cat semprot atau bendaea penanda kecil. Petunjuk juga mungkin digunakan.
c. Titik Penghubung
Ini merupakan posisi yang telah ditentukan berdasrakan batasan antara elemen sebagai tempat
pertemuan jika ada kegegalan komunikasi atau situasi darurat. Sinyal untuk mengenali yang
telah direncanakan sebelumnya, seperti lampu atau spidol berwarna, digunakan di titik ini untuk
mengurangi resiko. Titik penghubung mungkin juga digunakan dalam lokasi insiden saat
pendobrakan untuk mengendalikan lorong dan membantu atau membantu tim penyerang. Titik
penghubung biasanya dirancang pada ciri bangunan yang dapat langsung dikenali, seperti
perempatan lorong di sebuah gedung.

d. Titik Penyerangan/ Daerah Terakhir Yang Terlindungi (LCC)


Ini merupupakan posisi titik penyerangan (LCC) yang ditempati setiap elemen penyerang sebelum
bergerak ke titik masuk lokasi insiden. Pendobrakan dimulai dari titik ini. Setelah elemen
berangkat dari posisi ini, mereka berpotensi berada dalam pengamatan dan ditembaki oleh
teroris. Titik penyerangan menunjukkan lokasi di mana manajer insiden mengalihkan otoritas
operasi ke komandan pasukan pendobrak untuk melakukan operasi taktis. Di titik ini semua
komunikasi penembak jitu/pengamat dialihkan ke jaringan operasi.
e. Posisi Penyerangan Terakhir / FAP
Posisi ini berada di dekat titik masuk di mana tim pendobrak memposisikan dirinya untuk perintah
pendobrakan. Tim berbaris berdasarkan urutan pendobrakan (contoh, pelindung, pendobrak, perisai,
TC, dll); ledakan perdobrak diletakkankan di depan dan diposisikan, atau pendobrak mekanis
bergerak ke posisinya. Jarak spesifik dari titik masuk aktual ditentukan berdasarkan keadaan.
Mungkin sangat dekat dengan titik masuk jika menggunakan pendobrakan mekanis atau shotgun,
atau lebih jauh supaya lebih aman jika menggunakan pendobrakan peledak.

f. Titik Pendobrakan/ Masuk


Ini merupakan pososi di mana elemen penyerang memasuki lokasi insiden secara fisik. Pendobrakan
dan masuk dilakukan berdasarkan perintah saat pelaksaan penyerangan yang direncanakan.
Beberapa titik pendobrakan/masuk biasanya digunakan untuk memenuhi lokasi insiden secepat
mungkin untuk membuat ancaman terdesak.
Langkah pengendalian pergerakan dimaksudkan untuk membantu mengkoordinasi operasi, bukan
untuk membuatnya semakin rumit. Langkah pengendalian gerakan spesifik yang akan digunakan
dalam operasi bergantung pada denah fisik lokasi insiden dan kompleksitas rencana taktis. Gunakan
langkah ini untuk memasitikan koordinasi gerakan dan keamanan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai