Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PENDAHULUAN FATER

Asma
1. Definisi dan klasifikasi asma
2. Patofisiologi asma
3. Alur diagnosis asma
4. Tata laksana asma (<5 thn, 6-11 thn, >12 thn)
5. Terapi farmakologi dan non farmakologi
Jawaban Asma :
1. Menurut (GINA) Global Initiative for Asthma (2018) asma merupakan penyakit
heterogen yang ditandai dengan adanya peradangan saluran napas kronis diikuti dengan
gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas dan batuk yang bervariasi dari waktu ke
waktu dengan intensitas yang berbeda dan bersamaan dengan keterbatasan aliran udara
saat ekspirasi.
Klasifikasi asma :
2. Patofisiologi asma
Menurut Yudhawati dan Krisdanti (2017) keterbatasan aliran udara pada asma bersifat
recurrent dan disebabkan oleh berbagai perubahan dalam saluran napas, meliputi:
a. Bronkokonstriksi
Kejadian fisiologis dominan yang mengakibatkan timbulnya gejala klinis asma
adalah penyempitan saluran napas yang diikuti oleh gangguan aliran udara. Pada
asma eksaserbasi akut, kontraksi otot polos bronkus (bronkokonstriksi) terjadi secara
cepat, menyebabkan penyempitan saluran napas sebagai respons terhadap paparan
berbagai stimulus termasuk alergen atau iritan. Bronkokonstriksi akut yang diinduksi
oleh alergen ini merupakan hasil IgEdependent release of mediators dari sel mast,
yang meliputi histamin, tryptase, leukotrien, dan prostaglandin yang secara langsung
mengakibatkan kontraksi otot polos saluran napas.
b. Edema Jalan Napas
Saat penyakit asma menjadi lebih persisten dengan inflamasi yang lebih progresif,
akan diikuti oleh munculnya faktor lain yang lebih membatasi aliran udara. Faktor -
faktor tersebut meliputi edema, inflamasi, hipersekresi mucus dan pembentukan
mucous plug, serta perubahan struktural termasuk hipertrofi dan hiperplasia otot
polos saluran napas.
c. Airway Hyperresponsiveness
Mekanisme yang dapat memengaruhi airway hyperresponsiveness bersifat multiple,
diantaranya termasuk inflamasi, dysfunctional neuroregulation, dan perubahan
struktur, dimana inflamasi merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat
airway hyperresponsiveness. Pengobatan yang ditujukan pada inflamasi dapat
mengurangi airway hyperresponsiveness serta memperbaiki tingkat kontrol asma.
d. Airway Remodeling
Keterbatasan aliran udara dapat bersifat partially reversible pada beberapa penderita
asma. Perubahan struktur permanen dapat terjadi di saluran napas, terkait hilangnya
fungsi paru secara progresif yang tidak dapat dicegah sepenuhnya dengan terapi yang
ada. Airway remodeling melibatkan aktivasi banyak sel yang menyebabkan
perubahan permanen dalam jalan napas. Hal ini akan meningkatkan obstruksi aliran
udara, airway hyperresponsiveness dan dapat membuat pasien menjadi kurang
responsif terhadap terapi yang diberikan. Biopsi bronkial dari pasien asma dapat
menunjukkan gambaran infiltrasi eosinofil, sel mast serta sel T yang teraktivasi.
Karakteristik perubahan struktural mencakup penebalan membran sub-basal, fibrosis
subepitel, hiperplasia dan hipertrofi otot polos saluran napas, proliferasi dan dilatasi
pembuluh darah, serta hiperplasia dan hipersekresi kelenjar mukus. Hal ini
menunjukkan bahwa epithelium saluran napas mengalami perlukaan secara kronis
serta tidak terjadi proses perbaikan yang baik, terutama pada pasien yang menderita
asma berat.
3. Alur diagnosis asma
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI (2008) tentang pedoman pengendalian
penyait asma, secara umum untuk menegakkan diagnosis asma diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a) Anamnesis
Ada beberapa hal yang harus ditanyakan kepada pasien untuk menunjang diagnosa
asma yang meliputi adanya gejala batuk di malam hari, mengi atau dada terasa berat
setelah terpejan alergen ataupun polutan, gejala yang berkepanjangan, gejala yang
timbul akibat aktivitas berat atau olahraga, gejala berkurang karena efek pemberian
obat (bronkodilator), timbulnya gejala yang dipicu karena perubahan suhu ekstrim
(cuaca), adanya penyakit alergi (rhinitis, dermatitis atopi, konjungtivitis alergi), dan
adanya riwayat keluarga yang menderita asma atau alergi
b) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatkannya kelainan.
Perlu diperhatikan tanda-tanda asma dan penyakit alergi lainnya. Pada asma yang
sangat berat, mengi dapat tidak terdengar (silent chest), biasanya pasien dalam kondisi
kesadaran yang menurun. Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan
asma dapat ditemukan cirri-ciri pasien terlihat gelisah, sesak (napas cepat), sianosis,
pada serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksus, ekspirasi memanjang, mengi, dan
suara lendir.
c) Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma meliputi pemeriksaan
faal paru denga alat spirometer, pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE) dengan alat
peak flow rate meter, uji reversibilitas (dengan bronkodilator), uji provokasi bronkus
untuk menilai ada/tidaknya hipereaktivitas bronkus, uji alergi (skin prick test) untuk
menilai ada atau tidaknya alergi (untuk menunjukkan adanya antibodi igE
hipersensitif yang spesifik dalam tubuh), pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk
menyingkirkan penyakit selain asma.
4. Tata laksana asma (<5 thn, 6-11 thn, >12 thn)
5. Terapi farmakologi dan non farmakologi
Dalam penatalaksanaannya asma memiliki dua jenis terapi diantaranya terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi terdiri atas dua golongan yaitu
pertama obat yang berguna untuk menghilangkan serangan asma yaitu mengurangi
bronkokonstriksi yang terjadi. Obat ini disebut obat pelega napas (reliever medications)
yang umumnya bekerja sebagai bronkodilator dan golongan obat kedua adalah obat yang
dapat mengontrol asma disebut sebagai controller medications. Sedangkan untuk terapi
non farmakologi adalah melakukan pola hidup sehat, berhenti merokok, melakukan
aktivitas fisik yang dapat membantu meringankan asma seperti senam asma dan olahraga
renang. (GINA, 2018).

DAFTAR PUSTAKA
Yudhawati, R., & Krisdanti, D. P. (2017). Imunopatogenesis Asma. Jurnal Respirasi (JR), 26-33
GINA (2018). ‘Global Strategy For Asthma Management And Prevention 2018’, Global Strategy for
Asthma Management and Prevention, p. 32.
Kepmenkes RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 573 Tahun 2008 Tentang Standar
Profesi Asisten Apoteker. Jakarta: DepKes RI.
Johan Indra Lukito (2023). Tata Laksana Farmakologis Asma. IAI. Jakarta, Indonesia
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
1. Perbedaan asma dan PPOK
2. Patofisiologi PPOK
3. Manifestasi klinik PPOK
4. Terapi farmakologi PPOK
5. Terapi nonfarmakologi PPOK
Jawaban PPOK :

Diabetes Melitus (DM)


1. Definisi DM tipe 1 & 2
2. Patofisiologi DM
3. Manifestasi klonin DM
4. Terapi farmakologi DM
5. Terapi non farmakologi DM
Jawaban DM :

Skizofrenia
1. Bagaimana hubungan skizofrenia dengan sistem endokrin, seperi apa mekanismenya
2. Bagaimana algoritma dalam pemilihan LAIs dan pertimbangan apa saja yang mendasari
3. Seperti apa tingkat efektifitas LAI dalam mengatasi kekambuhan berulang dan
perubahan suasana hati jika dibandingkan dengan terapi oral
4. Dari segi mekanisme kerjanya, apa yang menjadi pertimbangan penggunaan empat jenis
obat dalam terapi skizofrenia misalnya cloz+olan+rispe+halop
5. Kaji tentang penggunaan beta bloker dalam mengatasi akatisia, seperti apa cara kerjanya
dan efek apa yg dapat ditimbulkan, bandingkan dengan penggunaan placebo
Jawaban Skizofrenia :
Hipertensi
1. Definisi Hipertensi Menurut WHO Dan Kemenkes RI
2. Pembagian Tingkatan (Grade/Stage) Hipertensi Menurut AHA
3. Guidline Hipertensi Sesuai Handbook of Pharmacoteraphy 10th dan JNC 8
4. Jelaskan Pebedaan golongan ACEI dan ARB didasari pada mekanisme dan saat
penggunaannya
5. Tuliskan Semua Golongan Obat Antihipertensi lengkap dengan dosis, mekanisme kerja
serta Cara pakai
Jawaban Hipertensi :
1. Definisi hipertensi
a) Hipertensi menurut World Health Organization (WHO, 2013) adalah suatu kondisi
dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi yaitu tekanan darah sistolik
≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang menetap.
b) Hipertensi adalah peningkatan tekakan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat (Kemnenkes RI, 2014).
2. Pembagian Tingkatan (Grade/Stage) Hipertensi Menurut AHA

3. Guidline hipertensi
a) Menurut DIPIRO Edisi 10 (2020)

b) Menurut JNC 8 (2014)


4. Pebedaan golongan ACEI dan ARB didasari pada mekanisme dan saat penggunaannya
a) ACEI bertindak sebagai penghambat ACE dalam mengkonversi angiotensin I menjadi
angiotensin II, sehingga angiotensin II tidak terbentuk dan efek vasokonstriksi tidak
terjadi. ACEI dianggap lebih baik dari ARB, sehingga digunakan sebagai pengobatan
lini pertama pada seluruh spektrum penyakit kardiometabolik (Gielen et al, 2015).
b) ARB bekerja dengan memblokade reseptor angiotensin II subtipe I (AT1). ARB
bekerja sebagai antagonis kompetitif pada reseptor angiotensin II, sehingga
meniadakan ikatan antara angiotensin II dengan reseptornya. Hal ini mengakibatkan
efek angiotensin II yang dapat menginduksi vasokontriksi. ARB diberikan pada pasien
yang memiliki intoleransi terhadap ACEI (Gielen et al, 2015).
5. Golongan Obat Antihipertensi lengkap dengan dosis, mekanisme kerja serta Cara pakai
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Associaton (2017) Guideline For the Prevention, Detection, Evaluation and
Management of High Blood Pressure in Adults, Hypertension Highlights From the
2017
Dipiro dkk. 2020. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 10th ed. New York:
McGraw-Hill Education
Gielen, S., de Backer, G., Piepoli, M.F., dan Wood, D. 2015. The ESC Textbook of
Preventive Cardiology. Oxford University Press, UK.
JNC-8. 2014. The Eight Report of the Joint National Commite. Hypertension Guidelines: An
In-Depth Guide. Am J Manag Care.
Kemenkes RI. 2014. Hipertensi. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian kesehatan
RI. 2014; (Hipertensi):1-7.
Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public health crises
(World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013.
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1. Jelaskan definisi dan klasifikasi ISK
2. Jelaskan patofisiologi ISK
3. Jelaskan maksud dari ISK reccurent
4. Jelaskan penyebab kejadian ISK lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria
5. Jelaskan terapi farmakologi dan non farmakologi ISK
Jawaban ISK :

Gagal Ginjal Akut (GGA)


1. Definisi GGA (2 lit)
2. Etiologi GGA (3 lit)
(Catatan: yg di dipiro berd patofisiologi gambar tabel jgn ditempel tapi gambar sndri)
3. Patofisiologi GGA (3 lit)
4. Terapi Farmakologi GGA (2 lit)
5. Terapi non farmakologi GGA (3 lit)
Jawaban GGA :
1. Definisi GGA
a. Acute kidney injury (AKI) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Gangguan
Ginjal Akut, adalah episode gagal ginjal atau kerusakan ginjal yang terjadi secara
mendadak, dapat terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari (Rully MA Roesli,
2013).
b. Acute Kidney Injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam jam hingga 6 minggu)
laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti
kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen, dengan/ tanpa
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (KDIGO, 2012)

DAFTAR PUSTAKA
Rully MA Roesli. 2013. Diagnosis dan Pengelolaan Gangguan Ginjal Akut Edisi kedua 2013
Kidney Disease Improving Global Outcome (KDIGO). 2012. KDIGO Clinical Practice
Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney International Supplements 2012. Vol.2. 19-36

Anda mungkin juga menyukai