Anda di halaman 1dari 6

TUGAS EKOLOGI HEWAN

“RINGKASAN MATERI”

Oleh:
NUR WAHDA
200107502016
PENDIDIKAN BIOLOGI B

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2023
1. Pengaruh Faktor air dan Kelembapan
Kelembapan adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara atau tanah. Tanah yang lembab
berpengarauh baik terhadap pertumbuhan tumbuhan. Kondisi yang lembab banyak air yang
dapat diserap oleh tumbuhan dan lebih sedikit penguapan. Kondisi ini sangat mempengaruhi
sekali terhadap pemanjangan sel. Kelembapan juga penting untuk mempertahankan stabilitas
bentuk sel.
Air merupakan salah satu komponen abiotik di bumi yang punya peran sangat penting bagi
keberlangsungan makhluk hidup. Bahkan, lebih dari 70% zat pembentuk tubuh manusia
adalah air. Karenanya, manusia diwajibkan memenuhi kebutuhan air setiap harinya. Seperti
manusia dan tumbuhan, air sangat diperlukan dalam berbagai keperluan hewan, seperti
pengaturan suhu tubuh, membantu proses pencernaan zat, dan lainnya. Adapun fungsi penting
air bagi hewan, di antaranya:
• Untuk minum. Sebagai makhluk hidup, hewan membutuhkan air untuk metabolisme dalam
tubuhnya.
• Produksi susu. Bagi hewan yang menyusui seperti kambing dan sapi, air sangat berperan
dalam proses produksi susu.
• Sebagai tempat hidup. Ada sejumlah hewan yang hidup di air, seperti ikan, udang, lumba-
lumba, dan lain-lain.
• Untuk membersihkan tubuh. Sama halnya dengan manusia, hewan juga membutuhkan air
untuk membersihkan tubuhnya. Misalnya, kerbau yang membersihkan tubuhnya dengan
cara masuk ke dalam air.
• Sebagai alat perlindungan. Contohnya kuda nil yang menghabiskan sebagian besar
waktunya di dalam air untuk menghindari terik matahari di siang hari.
• Sebagai senjata. Bagi beberapa jenis hewan, air berfungsi sebagai senjata untuk melindungi
diri dari musuh atau demi bertahan hidup. Salah satunya ikan pemanah. Ikan pemanah
menggunakan air yang disemprotkan dari mulutnya untuk mengambil serangga apapun
dalam jarak beberapa meter.
Terdapat hubungan langsung dalam keseimbangan antara jumlah air dan jumlah pakan
yang dikonsumsi oleh seekor hewan, termasuk hewan ternak, serta kenaikan berat
badannya. Asupan air yang buruk dapat menyebabkan asupan pakan yang buruk pula,
sehingga pertumbuhan suatu jenis hewan menjadi buruk secara keseluruhan.
Nutrisi hewan merupakan salah satu faktor terpenting dalam budidaya ternak. Sebab,
tingkat nutrisi yang dikandung hewan akan menentukan apakah mereka mampu mencapai
potensi genetiknya. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi asupan pakan adalah
jumlah air bersih berkualitas baik yang dapat diakses oleh ternak.
Hal ini penting untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan reproduksi semua hewan. Air
juga berkontribusi dalam sekitar 60 sampai 70 persen dari berat hidup hewan dewasa, dan
sekitar 80 persen dari berat hidup bayi yang baru lahir. Memang, air dapat diproduksi di
dalam tubuh melalui reaksi metabolisme, tetapi sebagian besar air yang diterima hewan
adalah melalui pakannya, atau meminumnya langsung dari wadah. Air juga terus-menerus
hilang dalam bentuk air liur, keringat, urin dan feses, serta melalui udara dari paru-paru
dalam proses pernapasan.
Jumlah air yang dibutuhkan hewan akan tergantung pada tahap fisiologis, aktivitas, usia,
laju pertumbuhan, laju respirasi, lingkungan, jenis pakan, sampai asupan pakannya. Hewan
yang sedang hamil atau menyusui, misalnya, akan membutuhkan lebih banyak air daripada
hewan biasa. Hal ini karena hewan ini terus-menerus memproduksi susu, yang mana sekitar
85 persennya adalah air.
Hewan yang merumput di padang rumput dengan kadar air yang tinggi tidak perlu diberi
tambahan air sebanyak hewan yang diberi pakan yang hanya mengandung air 10 persen.
Berikut contohnya:
➢ Sapi: Untuk suhu di atas 35°C, sapi harus diberi 8 hingga 15 liter air per kg dari makanan
kering yang mereka konsumsi.
➢ Domba: Domba dewasa akan membutuhkan antara 3 dan 4 liter air per hari selama bulan-
bulan musim kemarau, dan setidaknya 2 liter air per hari selama musim hujan atau musim
dingin.
Risiko saat Hewan Kekurangan Air
Sama seperti makhluk hidup lainnya, seekor hewan secara perlahan akan mati jika
kekurangan air dalam waktu yang terlalu lama baginya. Dalam kasus hewan ternak,
kehidupan orang-orang yang bergantung padanya akan segera terancam jika hewan-hewan
itu mati karena dehidrasi. Belajar dari kekeringan di Afrika, kematian manusia akan
menyusul saat hewan-hewan mulai mati. Meski begitu, hewan sebenarnya tidak mati
hanya karena kehausan. Salah satu konsekuensi dari dehidrasi pada hewan adalah sistem
kekebalan tubuh yang melemah. Apalagi, saat air langka, tak akan ada lagi lahan untuk
peternakan hewan. Binatang pun menjadi lemah dan kekurangan gizi karena manusia pun
tak bisa membantunya. Bila itu terjadi, tak heran jika hewan-hewan akan saling
menularkan penyakit dengan cepat antara satu sama lain karena minimnya tempat yang
menyediakan air, membuat mereka memadat di satu titik yang punya air.
Dampak lain dari kekurangan air adalah ternak menghasilkan lebih sedikit susu. Hal ini
karena hewan kekurangan energi yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Sumber
penting nutrisi manusia dengan demikian hilang. Untuk anak-anak balita, khususnya, susu
kambing atau unta yang kaya vitamin sangat penting.
Kesadaran akan peran yang dimainkan oleh air yang tak hanya sebagai pemberi kehidupan,
tetapi juga sebagai sumber potensial kuman yang menyebabkan penyakit pada hewan dan
manusia, sangat penting untuk mengidentifikasi risiko kesehatan. Ini tidak hanya berlaku
untuk mereka yang merawat hewan ternak, tetapi juga jutaan petani kecil dan peternak
hewan kecil di halaman belakang rumah, bahkan kita sebagai manusia secara umum.
2. Pengaruh Faktor cahaya
Energi cahaya merupakan salah satu factor lingkungan yang berperan penting dalam
pengaturan bioritme hewan. Penggunaan cahaya artifisial pada hewan model menghasilkan
respons yang sangat beragam, terutama pada metabolisme, reproduksi, dan tingkah laku.
Cahaya matahari memberikan kehidupan bagi setiap makhluk hidup di bumi. Tidak terkecuali
hewan. Melansir dari berbagai sumber di internet berikut manfaat cahaya matahari bagi
hewan.
• Sumber Vitamin D
Hewan membutuhkan vitamin D, sama layaknya manusia. Matahari memberikan asupan
vitamin ini secara gratis dengan cara yang mudah. Hewan cukup berada di bawah sinar
matahari maka vitamin D bagi tubuh akan terpenuhi. Sehingga, proses tubuh yang
digerakkan oleh kalsium dapat terbantu, misalnya pembentukan gigi dan tulang yang kuat.
• Menghangatkan Tubuh
Hewan reptil sangat membutuhkan panas matahari untk menghangatkan diri. Tujuannya
agar dapat bertahan hidup.
• Menjaga Keseimbangan Suhu
Agar suhu tubuh tetap hangat dan stabil, maka hewan-hewan akan memanfaatkan sinar
matahari dalam aktivitas sehari-harinya. Hewan dikelompokkan menjadi dua berdasarkan
pengaruh suhu pada lingkungan, yakni homoiterm dan poikiloterm. Homoiterm merupakan
hewan berdarah panas, sedangkan poikiloterm merupakan hewan berdaran dingin. Kedua
jenis hewan tersebut membutuhkan cahaya matahari. Tujuannya untuk mengembangkan
adaptasi terutama dalam mengatur suhu tubuh.
• Memperlancar Proses Pencernaan Makanan
Cahaya matahari dapat membantu hewan untuk memperlancar proses pencernaan makanan
dalam tubuh. Hal tersebut lantaran, cahaya matahari mengandung panas.
• Mempercepat Proses Adaptasi
Hewan sering kali berpindah-pindah tempat untuk bertahan hidup. Ia harus segera
beradaptasi. Dengan bantuan cahaya matahari, mereka dapat beradaptasi terhadap
lingkungannya dengan cepat.
• Menyediakan Makanan
Hewan digolongkan menjadi tiga berdasarkan jenis makanan. Ketiga jenis tersebut di
antaranya, herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan daging), dan omnivora
(pemakan daging dan tumbuhan).
Hwan-hewan herbivora paling membutuhkan energi matahari. Hal tersebut dikarenakan
matahari membantu pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Ketika tumbuhan hidup
dengan subur maka hewan herbivora tidak akan kekurangan makanan.
• Memberikan Oksigen
Sinar matahari menjadi salah satu bahan baku untuk melakukan fotosintesis pada
tumbuhan. Jika asupan cahaya matahari cukup untuk tumbuhan berfotosintesis. Maka,
oksigen yang digunakan untuk bernapas hewan dan manusia akan terpenuhi.
Secara umum, cahaya yang berasal dari alam maupun cahaya buatan (artifisial) memiliki
tiga aspek penting yang berbeda serta dapat mempengaruhi kehidupan unggas, yakni
intensitas (iluminasi), panjang gelombang (warna cahaya), dan durasi pencahayaan
(fotoperiode atau light schedule) (Andrew dan Zimmermann, 1990; Lewis dan Morris,
1998). Ketiga aspek cahaya tersebut terlibat secara langsung dalam tingkah laku,
kenyamanan (welfare), kecepatan metabolisme, aktifitas harian, dan aktifitas fisiologis
unggas, seperti pertumbuhan dan status reproduksi.
3. Pengaruh Faktor garam-garam mineral
Mineral diperlukan oleh hewan dalam jumlah yang cukup. Mineral berfungsi sebagai
pengganti zat-zat mineral yang hilang, untuk pembentukan jaringan-jaringan pada tulang, urat
dan sebagainya serta untuk berproduksi. Terdapat 22 jenis mineral esensial yaitu tujuh mineral
makro yang mencakup Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Fosfor (P), Magnesium
(Mg), Klor (Cl), Sulfur (S) dan lima belas mineral mikro dan mineral unsur jarang (trace
mineral) yang mencakup Besi (Fe), Yodium (I), Seng (Zn), Kobalt (Co), Mangan (Mn),
Tembaga (Cu), Molibdenum (Mo), Selenium (Se), Kromium (Cr), Vanadium (V), Flourin (F),
Silikon (Si), Nikel (Ni), dan Arsen (As). Alumunium (Al), Timbal (Pb), Rubidium (Ru) hanya
bersifat menguntungkan dalam beberapa kondisi (Underwood dan Suttle, 2001)
Garam (NaCl) sangat diperlukan oleh hewan. Petani harus menyediakan garam dikandang
setiap saat sehingga hewan dapat menjilatnya. Suatu campuran yang terdiri dari 50 % garam
dan 50 % dicalcium phosphat harus disediakan setiap saat. Sapi dan kerbau akan
menghabiskan 2 kg campuran ini selama satu bulan. Kambing dan domba memerlukan sekitar
200 gr/ekor setiap bulan. Juga beberapa mineral harus disediakan di kandang.
Mineral tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh ternak, akan tetapi didapat dari pakan seperti
hijauan yang dimakan ternak. Jika pakan yang dimakan ternak sedikit mengandung atau
bahkan tidak mengandung mineral sehingga ternak kekurangan mineral padahal seperti kita
ketahui setiap hari ternak memerlukan mineral. Bila ternak kekurangan mineral maka
pertumbuhan ternak akan terhambat sehingga berefek kepada terganggunya proses reproduksi
dan produksi. Alasan itulah yang mendasari betapa pentingnya mineral bagi ternak.
Adapun faktor penyebab ternak kekurangan mineral adalah akibat dari kurangnya kandungan
mineral pada tanaman pakan ternak. Hal ini diakibatkan oleh tanah tempat tumbuh hijauan
ternak tersebut hanya mengandung sedikit unsure mineral sehingga cuma sedikit yang bisa
diserap oleh tanaman yang kita berikan untuk ternak.
Fungsi mineral dalam tubuh ternak:
• Tanpa adanya mineral vitamin tidak akan berfungsi dengan sempurna karena salah satu
fungsi mineral adalah membantu pembentukan vitamin dalam tubuh ternak. Jadi percuma
saja kita memberikan vitamin untuk ternak bila kebutuhan mineral ternak tidak cukup.
• Membantu pembentukan enzim dalam tubuh ternak. Seperti halnya vitamin, enzim pun
membutuhkan mineral untuk bisa terbentuk.
• Ternak bisa mengatasi atau mentolerir kekurangan vitamin dalam waktu yang relative
lama, tetapi tidak untuk kekurangan mineral.
• Fungsi mineral yang sangat penting ini terkadang tidak dipahami atau malah dianggap
remeh oleh petani maupun orang-orang yang terlibat dalam dunia peternakan. Hal ini
mungkin dikarenakan kebutuhan mineral yang memang tidak sebanyak kebutuhan nutrisi
Kebutuhan Mineral-Mineral dibutuhkan oleh hewan dalam jumlah yang cukup. Bagi
ternak ruminansia, mineral selain digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri juga
digunakan untuk mendukung dan memasok kebutuhan mikroba rumen. Pada ternak
ruminansia, selama siklus laktasi terdapat perbedaan antara beberapa periode dalam
metabolisme mineral. Pada awal laktasi terjadi pengurasan mineral dari dalam tubuh, hal
ini disebabkan mineral diperlukan untuk sintesis air susu. Intensitas pengurasan akan
semakin berkurang dengan menurunnya produksi susu sehingga terdapat periode
penimbunan mineral dalam tubuh (Toharmat dan Sutardi, 1985). Unsur mineral makro
seperti Ca, P, Mg, Na dan K berperan penting dalam aktivitas fisiologis dan metabolisme
tubuh, sedangkan unsur mineral mikro seperti Fe, Cu, Zn, Mn, dan Co diperlukan dalam
sistem enzim (McDowell, 1992).
4. Pengaruh Faktor gas-gas atmosfer
Karbon merupakan salah satu unsur penting di bumi dan termasuk dalam 4 unsur terbanyak
di semesta (Balaubramanian, 2017). Karbon merupakan unsur penyusun hampir seluruh
makhluk hidup (Gambar 1), pada tubuh manusia unsur karbon menyusun sekitar 18%
(National Institute of Education, 2016). Selain itu, aktivitas makhluk hidup juga
membutuhkan karbon dalam berbagai bentuk, di antaranya pada proses respirasi, makan,
fotosintesis, transportasi dan banyak aktivitas lainnya. Proses perpindahan karbon dalam
berbagai proses tersebut disebut dengan siklus karbon (Balaubramanian, 2017). Siklus karbon
yang berlangsung cepat disebut dengan siklus karbon pendek, sementara siklus karbon yang
berlangsung dalam rentang waktu yang lama dan melalui proses geologis disebut dengan
siklus karbon panjang.
Siklus Pendek
Proses fotosintesis, pembentukan humus, perpindahan karbon di udara dan laut berperan
dalam siklus karbon pendek (Berner, 2003). Tumbuhan dan fitoplankton merupakan
komponen utama yang berperan dalam siklus karbon pendek. Tumbuhan dan fitoplankton
menyerap karbon dioksida di atmosfer untuk berfotosintesis membentuk karbohidrat dan
oksigen. Tumbuhan memanfaatkan gula yang dihasilkan untuk menghasilkan energi dalam
proses pertumbuhan. Selain itu, hewan dan juga manusia memakan tumbuhan dan
fitoplankton untuk mendapatkan energi dari gula yang tersimpan pada keduanya. Selanjutnya,
tumbuhan dan plankton yang mati akan mengalami penguraian, sehingga karbon terurai
membentuk humus ataupun endapan karbonat di laut. Hewan dan manusia melakukan proses
respirasi, di mana dalam proses tersebut keduanya memerlukan oksigen dan kemudian
melepaskan karbon dioksida ke atmosfer. Karbon dioksida di atmosfer nantinya akan
dimanfaatkan oleh tumbuhan dan fitoplankton dan seterusnya membentuk suatu siklus.
Siklus Panjang
Pada siklus panjang, karbon berpindah dalam berbagai bentuk dari batuan, tanah, laut dan
atmosfer dalam rentang waktu 100-200 juta tahun. Perpindahan karbon dari atmosfer ke
permukaan bumi terjadi salah satunya melalui proses pelapukan batuan. Batuan yang
tersingkap ke permukaan selanjutnya bereaksi dengan berbagai gas di atmosfer, salah satunya
gas karbon dioksida
Manusia dan Hewan memenuhi kebutuhan unsur karbon (C) dengan proses transfer dari
tumbuhan. Adapun hal tersebut dapat terjadi melalui siklus karbon. CO2 hasil respirasi
manusia dan hewan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis.

Anda mungkin juga menyukai