Anda di halaman 1dari 2

Nama :

Kelas :
Buku :
Penerbit : Erlina
Penulis : Iwan

MUNDINGLAYA DIKUSUMAH

Dahulu kerajaan pajajaran diperintah oleh seorang raja bernama prabu siliwangi. Prabu siliwangi
mempunyai dua orang putra. Yaitu guru gantangan dari permaisuri rajamantri dan mundinglaya dari
permaisuri padmawati. Permaisuri rajamantri dan guru gantangan berhati dengki pada permaisuri
padmawati dan mundinglaya. Suatu hari permaisuri Padmawati bermimpi mendapat pusaka layang salaka
domas. Ia menceritakan mimpinya pada sang prabu. Permaisuri rajamantri dan guru gantangan
menghasud prabu siliwangi. "Kanda prabu, untuk mencari pusaka layang salaka domas, sebaiknya
perintahkan saja mundinglaya, jika dia tidak berhasil, Nyi Padmawati harus dihukum karena mimpinya
bohong belaka" "dinda padmawati, usul dinda rajamantri harus kau terima, namun bila mundinglaya bisa
mendapatkan pusaka itu, ia akan menggantikan aku sebagai raja Pajajaran"

Setelah mendapat restu dari orangtuanya, mundinglaya berangkat mencari pusaka layang salaka domas.
Menyusuri gunung dan sungai, mundinglaya menempuh perjalanan jauh, hingga tiba di pulau putri. Ketika
sedang berjalan, tiba-tiba dari balik batu besar muncul seorang raksasa. Raksasa itu adalah jonggring
kalapitung. "Uahahahaha... calon mangsaku datang sendiri, uahaha...aku sudah lapar mengendus baumu
cah bagus! Uahaha..." "hei raksasa jahat, coba saja kalau kau bisa, ayo tangkap aku! " tangan raksasa
menjulur hendak menangkap mundingkaya tapi tidak berhasil. "Kau mempermainkan aku bocah? Akan
kumakan kau bulat-bulat, uahahahaha..." jonggring kalapitung jatuh bangun dalam usahanya menangkap
mundinglaya. Setelah tenaga raksasa itu terkuras, mundinglaya pura-pura mengalah dan membiarkan
dirinya ditangkap. Perlahan-lahan tubuh mundinglaya dimasukkan ke dalam mulut. Saat berada di dalam
mulut, ia melihat sebuah mustika menempel di anak lidah sang raksasa. Mundinglaya mengambil mustika
itu, seketika tubuh raksasa ambruk dan menjerit kesakitan. Mundinglaya terlontar ke udara. "Aduh...sakit!
Ampun tuanku! tanpa mustika itu, hamba tidak berdaya" "baiklah, kau kuampuni asal kau menunjukkan
jalan ke negri atas angin" "tuanku mustika itu akan menunjukkan jalannya, telanlah agar tuan bisa terbang
secepat kilat menuju ke negeri itu".

Setelah menelan mustika itu mundinglaya terbang menuju negeri atas angin. setibanya di sana, muncul
seorang bidadari "cucuku jangan kaget, aku adalah dewi pohaci, jika kau ingin mendapatkan pusaka layang
salaka domas, bertapalah tujuh hari tujuh malam karena pusaka itu dikuasai guriang tujuh" Pada hari
ketujuh, muncul benda bercahaya berputar-putar itulah layang salaka domas. Pusaka itu jatuh di hadapan
mundinglaya, iapun segera menyimpannya. Mundinglaya bersiap pulang, tapi tiba-tiba muncul tujuh
raksasa di hadapannya. Mereka adalah guriang tujuh "grrrr ternyata bocah kecil ini yang berani mengambil
pusaka milik kita" "hei, jangan sembarangan!, aku tidak pernah mencuri dari kalian! Kalaupun tadi ada
benda jatuh ke pangkuanku, itu hadiah dari dewata, sudah sepantasnya jadi milikku!" "rupanya bocah ini
pandai berkicau ya, hei bocah! kembalikan benda itu!" Pertempuranpun terjadi. Satu persatu raksasa-
raksasa itu dikalahkan oleh mundinglaya sampai tidak berdaya lagi, kemudian tubuh ketujuh raksasa
menjadi satu "tuanku, hamba titisan ketujuh guriang, nama hamba duruwiksa mundingsangkala wisesa,
hamba akan mengabdi pada tuan" "kuterima pengabdianmu, karena tugasku telah selesai kini aku akan
pulang ke pajajaran" Mundingsangkala wisesa ikut dengan mundinglaya dan membantu mundinglaya
dalam pertempuran di muara beres yang dipimpin oleh guru gantangan. Setelah pertempuran
dimenangkan oleh mundinglaya, mundinglaya menyerahkan pusaka layang salaka domas pada prabu
siliwangi. Permaisuri Rajamantri dan guru gantangan merasa malu dan menyesal atas perbuatannya.
Mereka meminta maaf pada mundinglaya. Sesuai janji, prabu siliwangi menobatkan mundinglaya menjadi
raja pajajaran.

Pesan moral yang dapat kita ambil kita tidak boleh iri dan jahat kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai