Anda di halaman 1dari 6

VII.

Pembahasan
1. Uji Gugus Alkena
Pada tabung 1, uji gugus alkena dengan menggunakan heksana,
etanol, dan larutan KMnO4 2%, campuran ini menghasilkan warna
coklat, itu menunjukkan adanya alkana atau senyawa jenuh dalam sampel
organik yang diuji. Reaksi ini adalah contoh dari reaksi oksidasi alkana
oleh KMnO4. Larutan KMnO4 digunakan sebagai agen oksidasi kuat, dan
jika ada alkana dalam sampel, mereka dapat dioksidasi menjadi senyawa
yang mengandung gugus fungsi beroksigen, seperti alkohol. Dalam hal
ini, etanol adalah alkohol yang dihasilkan dari oksidasi heksana. Warna
coklat yang muncul adalah hasil dari reaksi oksidasi ini. Jadi, reaksi ini
memberikan indikasi adanya alkana dalam sampel organik yang diuji,
karena alkana akan menghasilkan warna coklat saat dioksidasi oleh
KMnO4. Gugus alkena (rangkap dua) dalam sampel tidak terlibat dalam
reaksi ini, karena KMnO4 tidak akan secara efisien mengoksidasi alkana
menjadi senyawa lain yang mengandung ikatan rangkap dua.

Gambar 1. Tabung 1 alkena


Pada tabung 2, Reaksi yang Anda sebutkan dengan ibuprofen,
etanol, dan larutan KMnO4 2% yang menghasilkan warna coklat adalah
hasil dari oksidasi ibuprofen oleh KMnO4. Oksidasi ini dapat mengubah
gugus fungsi dalam ibuprofen
Ibuprofen adalah senyawa dengan gugus fungsi asam karboksilat (-
COOH) yang bisa teroksidasi oleh KMnO4. Saat terjadi oksidasi, gugus
fungsi asam karboksilat (-COOH) dapat berubah menjadi gugus fungsi
yang mengandung oksigen seperti gugus keton (-CO-) atau gugus
aldehida (-CHO). Warna coklat yang Anda amati adalah hasil dari reaksi
oksidasi ini.
Gambar 2. Tabung 2 alkena
2. Uji Gugus Alkohol
Pada tabung 1, Pada uji gugus alkohol, penambahan 2 tetes
heksana ke dalam campuran reaksi yang terdiri dari 1 tetes etanol, 1 ml
aseton, dan asam kromat dapat menghasilkan warna kecoklatan karena
adanya reaksi antara heksana dengan asam kromat.Heksana adalah
senyawa hidrokarbon tak bercabang yang tidak memiliki gugus alkohol.
Ketika heksana ditambahkan ke dalam campuran reaksi, ia tidak akan
bereaksi dengan aseton atau asam kromat. Namun, heksana dapat bereaksi
dengan asam kromat melalui reaksi oksidasi yang menghasilkan senyawa
aldehida.
Dalam reaksi tersebut, heksana akan dioksidasi menjadi aldehida
oleh asam kromat. Aldehida yang terbentuk memiliki warna kecoklatan,
sehingga menyebabkan perubahan warna pada campuran reaksi menjadi
kecoklatan. Jadi, penambahan heksana ke dalam campuran reaksi pada uji
gugus alkohol dapat menghasilkan warna kecoklatan karena adanya reaksi
oksidasi heksana menjadi aldehida oleh asam kromat.

Gambar 3. Tabung 1 Alkohol


Pada tabung 2, umumnya, reaksi antara etanol, aseton, dan asam kromat
dalam uji gugus alkohol menghasilkan warna hijau atau hijau biru. Namun, jika
warnanya menjadi coklat, beberapa kemungkinan penyebabnya bisa mencakup:

 Kontaminasi: Terdapat kontaminan atau zat lain yang masuk ke dalam


percobaan, yang dapat mengganggu hasil reaksi dan menghasilkan
warna yang tidak diharapkan.

 Pemakaian bahan yang kualitasnya buruk: Bahan kimia yang


digunakan mungkin tidak berkualitas baik atau sudah kadaluarsa, yang
bisa memengaruhi hasil reaksi.

 Kondisi percobaan: Variabel seperti suhu, pH, atau waktu reaksi dapat
mempengaruhi hasil reaksi. Pastikan bahwa semua parameter
percobaan dijaga sesuai dengan prosedur yang benar.

 Kesalahan dalam pengukuran: Kesalahan dalam pengukuran volume


bahan kimia atau konsentrasi dapat memengaruhi hasil percobaan.

Gambar 4. Tabung 2 Alkohol

3. Uji Gugus Keton


Pada uji gugus keton, penambahan 5 tetes Fehling A dan 5 tetes
NaOH ke dalam campuran reaksi yang terdiri dari 10 tetes Fehling B dan
1 ml aseton menghasilkan warna biru karena adanya reaksi oksidasi
antara aseton (sebagai senyawa keton) dengan Fehling A dan Fehling B.
Fehling A terdiri dari larutan CuSO4 (sulfat tembaga) yang berwarna
biru, sedangkan Fehling B terdiri dari larutan NaOH (natrium hidroksida)
dan larutan KNaC4H4O6 (tartrat natrium kalium) yang berwarna bening.
Ketika Fehling A dan Fehling B dicampurkan, tidak terjadi reaksi
oksidasi karena senyawa keton seperti aseton tidak bereaksi dengan
Fehling A atau Fehling B.

Namun, ketika aseton ditambahkan ke dalam campuran reaksi,


reaksi oksidasi terjadi antara aseton dengan Fehling A dan Fehling B.
Senyawa keton akan dioksidasi menjadi senyawa aldehida oleh ion
tembaga (Cu2+) dalam Fehling A. Aldehida yang terbentuk akan bereaksi
dengan ion tembaga (Cu2+) dalam Fehling B, membentuk endapan
tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah bata. Namun, jika aseton
digunakan dalam jumlah yang lebih besar daripada yang diperlukan untuk
bereaksi dengan Fehling A dan Fehling B, maka endapan tembaga(I)
oksida (Cu2O) yang terbentuk akan terlarut kembali dalam larutan,
sehingga campuran reaksi akan tetap berwarna biru.

Jadi, penambahan 5 tetes Fehling A dan 5 tetes NaOH ke dalam


campuran reaksi yang terdiri dari 10 tetes Fehling B dan 1 ml aseton
menghasilkan warna biru karena adanya reaksi oksidasi aseton menjadi
senyawa aldehida yang membentuk endapan tembaga(I) oksida (Cu2O).

Gambar 5. Tabung Keton

4. Uji Gugus Aldehida


Pada saat uji gugus aldehida, jika glukosa ditambahkan ke dalam
campuran reaksi yang terdiri dari aseton dan asam kromat, seharusnya
terjadi reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukonat oleh asam kromat.
Reaksi ini akan menghasilkan endapan chromium(III) oksida hijau yang
memberikan warna hijau pada campuran reaksi.
Namun, pada praktikum menghasilkan warna oranye,
kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses praktikum atau ada faktor
lain yang mempengaruhi hasil. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi warna hasil uji gugus aldehida antara lain:
 Ketidakmurnian bahan kimia yang digunakan dalam praktikum.
Jika bahan kimia yang digunakan tidak murni, dapat
mempengaruhi reaksi oksidasi dan menghasilkan warna yang
berbeda.
 Kesalahan dalam pengukuran atau penambahan bahan kimia. Jika
takaran bahan kimia yang digunakan tidak tepat, dapat
mempengaruhi reaksi dan menghasilkan warna yang berbeda.
 Kontaminasi dari bahan kimia lain. Jika ada kontaminasi dari
bahan kimia lain, seperti zat-zat yang mengandung pigmen
oranye, dapat mempengaruhi warna hasil reaksi.

Gambar 6. Tabung Aldehida

5. Uji Gugus Alkil Halida

Pada uji gugus alkil halida, kawat Ni-Cr dipanaskan dan kemudian
dicelupkan pada heksana. Warna biru yang dihasilkan merupakan indikasi
adanya alkil halida dalam heksana.

Kawat Ni-Cr digunakan sebagai katalis dalam reaksi ini. Ketika


dipanaskan, kawat Ni-Cr akan mengalami reaksi dengan alkil halida yang
ada dalam heksana. Reaksi ini menghasilkan kompleks biru yang
terbentuk antara kawat Ni-Cr dan alkil halida. Kompleks biru ini
merupakan indikator adanya alkil halida, karena reaksi ini khas untuk
senyawa tersebut. Jika tidak ada alkil halida dalam heksana, maka warna
biru tidak akan terbentuk.

Pada uji gugus alkil halida, kawat Ni-Cr dipanaskan dan kemudian
dicelupkan pada heksana. Warna biru yang dihasilkan merupakan indikasi
adanya alkil halida dalam heksana.

Kawat Ni-Cr digunakan sebagai katalis dalam reaksi ini. Ketika


dipanaskan, kawat Ni-Cr akan mengalami reaksi dengan alkil halida yang
ada dalam heksana. Reaksi ini menghasilkan kompleks biru yang
terbentuk antara kawat Ni-Cr dan alkil halida.

Kompleks biru ini merupakan indikator adanya alkil halida, karena


reaksi ini khas untuk senyawa tersebut. Jika tidak ada alkil halida dalam
heksana, maka warna biru tidak akan terbentuk.

Gambar 7. Uji Gugus Alkil Halida

Anda mungkin juga menyukai