Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang health education

1. Defenisi

Pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada

masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk

memelihara dan meningkatkan taraf kesehatannya. Pendidikan kesehatan

adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi

individu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran (literacy) serta

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (life skills) demi kepentingan

kesehatannya. (Pratiwi, 2021)

2. Tujuan health education

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk merubah sikap dan tingkah laku

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam membina serta memelihara

perilaku hidup sehat berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal (Pratiwi, 2021)

3. Metode mengenai health education

Metode dari pendidikan kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi tiga

bagian berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pratiwi yaitu :

a) Metode penelitian kesehatan individual

b) Metode penelitian kesehatan kelompok, terbagi lagi menjadi 3 yaitu :


1) Metode pendidikan kesehatan untuk kelompok kecil

2) Metode pendidikan kesehatan untuk kelompok besa

3) Metode dan teknik pendidikan kesehatan massa.

4. Media atau alat peraga health education

Berdasarkan fungsinya alat peraga health education terbagi men jadi empat

(Pratiwi, 2021) yaitu :

a) Media cetak seperti booklet, leaflet, flyer, flip chart (lembar balik), poster,

dan foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

b) Media elektronik seperti televisi, radio, video, slide dan film strip.

c) Media papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi

pesan-pesan atau informasi kesehatan, mencakup pesan-pesan yang ditulis

pada lembaran seng dan ditempel di kendaraan umum.

d) Media hiburan biasanya dalam bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian

tradisional dan pameran.

5. Faktor-faktor yang memmpengaruhi keberhasilan dalam menjalankan

health education

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan health education yaitu :

a) Faktor materi atau hal yang dipelajari yang meliputi kurangnya

persiapan, kurangnya penguasaan materi yang akan dijelaskan oleh

peneliti, penampilan yang kurang meyakinkan responden, dan bahasa

yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh responden.


b) Faktor lingkungan, dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1) Lingkungan fisik yang terdiri atas suhu, kelembaban, udara dan

kondisi tempat belajar.

2) Lingkungan sosial yaitu manusia dengan segala interaksinya serta

representasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalulintas, pasar

dan sebagainya.

c) Faktor instrumen yang terdiri atas perangkat keras (hardware) seperti

perlengkapan belajar alat-alat peraga dan perangkat lunak (software)

seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar dan fasilitator

belajar, serta metode belajar mengajar.

d) Faktor kondisi individu subjek belajar yang meliputi kondisi fisiologis

seperti kondisi pasca indra (terutama pendengaran dan pengelihatan)

dan kondisi psikologis, misalnya intelegensi, pengamatan, daya tangkap,

ingatan, motivasi dan sebagainya. (Pratiwi, 2021)

B. Tinjauan umum pengetahuan

C. Faktor kondisi individu subjek belajar yang meliputi kondisi fisiologis seperti

kondisi pasca indra (terutama pendengaran dan pengelihatan) dan kondisi

psikologis, misalnya intelegensi, pengamatan, daya tangkap, ingatan, motivasi dan

sebagainya. (Pratiwi, 2021)Tinjauan umum pengetahuan


Etiologi pada penderita kanker payudara memiliki sifat multifaktor yang

melibatkan faktor genetik, lingkungan dan reproduksi yang saling berinteraksi

melalui mekanisme yang kompleks. Faktor risiko reproduksi untuk kanker

payudara termasuk tidak memiliki anak, kehamilan pertama yang terlambat,

menstruasi pertama pada remaja, dan menopause yang terlambat. Selain faktor

reproduksi yang merupakan faktor risiko kanker payudara ternyata faktor

reproduksi juga ditemukan sebagai faktor risiko untuk kanker ovarium dan

endometrium. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa hormon steroid endogen

memiliki peran penting di dalam etiologi kanker payudara (Prastiwi &

Kusumawati, 2017).

Menurut The American Cancer Society (2019), faktor resiko adalah segala

seuatu yang dapat mempengaruhi peluang terjadinya penyakit, seperti kanker

payudara. Faktor Resiko terjadinya kanker payudara, diantaranya :

a) Factor resiko yang tidak dapat dicegah meliputi :

1) Jenis kelamin

Yang menjadi factor resiko yang utama dan paling sering terkena kanker

payudara adalah pada wanita. Ca mammae sendiri kecil kemungkinan

bisa juga terjadi pada pria.

2) Usia

Seiring bertambahnya usia manusia, besar kemungkinan kanker

payudara akan semakin meningkat dan dapat ditemukan pada wanita

yang usianya lebih dari 55 tahun.

3) Radiasi
Wanita yang pernah melakukan terapi radiasi ke dada pada penyakit lain

seperti; Hodgkin atau limfoma non Hodgking yang memiliki resiko tinggi

terjadinya kanker payudara. Resiko tertinggi yaitu pada remaja dan

dewasa muda yang payudaranya masih dalam tahap berkembang.

4) Menopause

Wanita yang memiliki siklus menstruasi lebih banyak setelah usia 55

tahun mengalami menopause dan memiliki resiko lebih tinggi dari

kejadian kanker payudara.

5) Genetik

Dari 8 sampai 10 wanita sebagian besar penderita kanker payudara

memiliki resiko tinggi dengan riwayat genetik pada ibu, saudara

perempuan, atau anak perempuan yang hampir dua kali lipat memiliki

resiko terkena kanker payudara. Wanita dengan ayah atau saudara laki

laki yang pernah memiliki riwayat kanker payudara beresiko tinggi

mengalami kanker payudara, jadi jika dihitung secara keseluruhan

sekitar 15% kanker disebabkan oleh adanya faktor genetik.

6) Memiliki riwayat pribadi kanker payudara

Seorang wanita yang terkena kanker di salah satu payudaranya justru

tinggi resiko kanker baru pada payudara lain atau pada daerah lain pada

payudara yang sama.

b) Faktor resiko dilihat dari pola hidup

a. Alkohol
Dengan mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan faktor risiko

sebanyak 20% terkena kanker payudara.

b. Obesitas

Pada wanita dengan berat badan berlebih juga dapat meningkatkan risiko

terjadinya kanker payudara, maka dari pada itu sangat dianjurkan untuk

menjaga asupan nutrisi dan aktivitas fisik.

c. Tidak menyusui

Wanita yang tidak menyusui juga dapat terkena kanker, oleh karena itu

sangat dianjurkan pada ibu rumah tangga untuk pemberian ASI eksklusif

pada anaknya. hal ini dapat menurunkan risiko kanker payudara

terutama jika hal tersebut berlanjut selama 1-2 tahun.

d. Implant payudara

Pada wanita yang melakukan implant payudara silikon dapat

menyebabkan jaringan perut yang terbentuk di payudara.

7) Riwayat pemakaian konstasepsi

Ada banyak penelitian menemukan bahwa wanita yang sering

menggunakan konstrasepsi pil KB justru sangat tinggi risiko terjadinya

kanker payudara dibandingkan dengan yang tidak pernah sama sekali

menggunakannya.

5. Tanda dan gejala ca mammae

Tanda dan gejala berikut menunjukkan kanker payudara :


1. Perubahan ukuran payudara terjadi terlepas dari apakah ukuran payudara

kecil, besar, atau tampak miring secara tidak wajar ke arah tertentu

(Krisdianto, 2019).

2. Perubahan kulit terjadi, seperti berikut:

a. Permukaan kulit payudara terlihat adanya kerutan atau cekungan.

Menjadi lebih tebal dan berkerut seperti kulit jeruk.

b. Kulit kemerahan, bengkak dan lebih hangat dari biasanya.

c. Kulit terasa gatal.

3. Payudara terdapat benjolan

a. Benjolan selalu ada dan biasanya muncul bahkan setelah siklus

menstruasi.

b. Benjolan tidak mengakibatkan rasa sakit, tetapi terasa keras dan

terkadang lembut serta tidak bergerak seperti terikat pada dada.

c. Umumnya sangat kecil untuk benjolan pada ketiak, biasanya menandakan

bahwa kanker payudara telah menyebar ke sistem limfa.

4. Puting mengalami perubahan

a. Puting tertarik ke dalam dan juga terdapat adanya lekukan.

b. Cairan beserta darah keluar pada puting

c. Puting dapat mengeras, menimbulkan luka bahkan bisul dan kulit puting

bersisik.

6. Klasifikasi dan tingkatan stadium ca mammae


Menurut European Society for Medical Encology (2018), tipe ca mammae

berdasarkan cara invasi dibagi menjadi berikut :

a. Non-invasif (in situ)

Ca mammae non-invasif merupakan lesi pra malignan atau belum menjadi

kanker, tetapi dapat berkembang menjadi bentuk ca mammae yang invasif.

Lesi yang terjadi di duktus disebut Ductus Carsinoma In Situ (DCIS), yaitu

sel-sel kanker berada pada saluran payudara (duktus) tetapi belum

menyebar ke jaringan payudara yang sehat. Sedangkan Lobular Carsinoma In

Situ (LCIS) merupakan keabnormalan atau perubahan pada sel-sel yang

melapisi lobulus yang mengindikasikan adanya risiko kanker payudara. LCIS

atau neoplasialobular bukan merupakan kanker payudara, namun

dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin untuk mencegah perkembangan

lesi pra malignan.


Gambar 1.1 Ductal Carcinoma In Situ

(sumber : https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17869-ductal-

carcinoma-in-situ-dcis)

Gambar 1.2 Lobular Carcinoma In Situ

(sumber : https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-

terms/def/lobular-carcinoma-in-situ )

b. Infasif

Ca mammae invasif merupakan kanker payudara yang telah menyebar di

luar saluran (ca mammae duktal invasif) atau lobulus (ca mammae lobular

invasif).

Ca mammae invasif merupakan kanker payudara yang telah menyebar di

luar saluran (ca mammae duktal invasif) atau lobulus (ca mammae lobular

invasif).
Gambar 1.3 Invasive Ductal Carcinoma

Tipe ca mammae berdasarkan perkembangan penyakit :

1. Ca mammae awal (stadium 0 IIA), yaitu tumor yang belum menyebar di

luar payudara atau kelenjar getah bening aksila. Tipe kanker ini dapat

dioperasi untuk mengangkat sel kanker, namun juga dapat dilakukan

terapi sistemik neoadjuvant pra operasi.

2. Ca mammae lanjut-terlokalisir (stadium IIB III), yaitu tumor yang telah

menyebar dari payudara ke jaringan terdekat atau kelenjar getah bening.

Pada sebagian besar pasien, pengobatan untuk tipe kanker ini dimulai

dengan terapi sistemik. Bergantung pada seberapa jauh kanker telah

menyebar, tumor yang berkembang secara lokal mungkin dapat dioperasi

atau tidak dapat dioperasi (dalam hal ini pembedahan masih dapat

dilakukan jika tumor menyusut setelah terapi sistemik)

3. Ca mammae metastasis (stadium IV), yaitu ketika tumor telah menyebar

ke bagian lain dari tubuh, seperti tulang, hati atau paruparu. Tumor yang
menyebar ke tempat yang jauh disebut metastasis. Kanker payudara

metastasis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dilakukan tritmen

secara berkelanjutan

4. Ca mammae lanjut, yaitu istilah yang menggambarkan ca mammae local

yang tidak dapat dioperasi dan ca mammae metastasis

7. Terapi dan juga penanganan ca mammae

1. Pembedahan

Mastectomy adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastectomy,

yaitu:

a. Radical mastectomy, merupakan operasi pengangkatan sebagian dari

payudara (lumpectomy) dan operasi ini selalu diikuti dengan pemberian

radioterapi.

b. Total mastectomy, merupakan operasi pengangkatan seluruh payudara

saja bukan kelenjar di ketiak.

c. Modified radical mastectomy, merupakan operasi pengangkatan seluruh

payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka, dan tulang

iga serta benjolan di sekitar ketiak.

2. Terapi radiasi

Terapi radiasi ini dilakukan dengan sinar-x dengan intensitas tinggi untuk

membunuh kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.T. Terapi radiasi

biasanya diberikan setiap hari, lima hari dalam seminggu, selama 6-7 minggu

berturut-turut tergantung ukuran, lokasi, jenis kanker, kesehatan penderita


secara umum, dan pengobatan lain yang diberikan. Efek pengobatan ini

tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang,

3. Terapi hormon

Terapi hormonal ini dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka

hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan

atau pada stadium akhir. Tujuan dari terapi hormon ini untuk mencegah

estrogen dalam mempengaruhi atau memperparah sl kanker yang bersarang

dalam tubuh.

4. Kemoterapi

Adalah suatu proses pemberian obat-obatan anti kanker dapat secara oral

(diminum) dan intravenous (diinfuskan). Untuk oral biasanya diberikan

selama 2 minggu, istirahat 1 minggu sedangkan melalui infus 6 kali

kemoterapi jaraknya 3 minggu untuk full dosse.

5. Terapi imunologik

Ada sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu

pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,

trastuzumab antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2

dan menghambat pertumbuhan tumor dapat menjadi pilihan terapi.

8. Pencegahan ca mammae

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan pencegahan pertama yang dapat

dilakukan untuk mencegah kanker payudara. Tindakan pencegahan ini yaitu

untuk mengurangi atau menghilangkan faktor risiko potensial peningkatan


kejadian kanker payudara. Pencegahan primer terdiri dari pengetahuan

faktor risiko dan berusaha menghindari faktor-faktor yang dapat

menyebabkan hal tersebut terjadi disesuaikan.

Pencegahan (primer) adalah upaya pencegahan penyakit Ca Mammae

Pencegahan primer terdiri dari pengurangan atau menghilangkan faktor

risiko yang dianggap sangat dekat hubungan dengan peningkatan kejadian

kanker payudara. Pencegahan primer atau pencegahan penyakit kanker

Mengetahui faktor risiko kanker sangatlah mudah payudara seperti yang

disebutkan di atas dan coba Hindari itu. (ppk payudara).

Menurut pendapat dari kemenkes RI 2015, Pencegahan primer yang

dapat dilakukan untuk mengendalikan kanker payudara meliputi :

a) Pengendalian faktor risiko

b) Peningkatan komunikasi,

c) Informasi dan

d) Edukasi

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah skrining kanker payudara. Skrining

kanker payudara adalah studi atau tes menemukan penyimpangan yang

mengarah pada kangker payudara seseorang atau sekelompok orang yang

tidak memilikinya ada keluhan. Tujuan dari penyaringan adalah mengurangi

angka kejadian dan kejadian kanker payudara pencegahan sekunder menjadi

primadona pengobatan kanker secara umum.


Pencegahan sekunder dilakukan untuk individu yang memiliki faktor

risiko kanker payudara dengan melakukan deteksi dini untuk mengetahui

kemunculan kanker payudara sedini mungkin. Sementara itu, pencegahan

tersier diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker

payudara dengan penanganan yang tepat sesuai dengan stadium kanker

untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier lebih ditujukan untuk penderita kanker payudara

yang telah positif. Pengobatan kanker payudara yang tepat disesuaikan

dengan stadium untuk menurunkan kecacatan dan memperpanjang harapan

hidup penderita. Tujuan pencegahan tersier adalah untuk meningkatkan

kualitas hidup penderita, mencegah terjadinya komplikasi penyakit dan

melanjutkan pengobatan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut :

1) Berikan ASI selama itu dipercaya dapat membantu mencegah kanker

payudara.

2) Pola makan yang baik dan seimbang, rendah lemak dan gula, dan lebih

baik dilakukan pada masa kanak-kanak.

3) Beberapa ahli pun percaya jika vitamin A (beta carotene) dapat

mencegah kanker.

9. Patofisiologi

Menurut Retnaningsih (2021) kanker payudara umumnya terjadi pada

perempuan yang berusia antara 40-50 tahun. Ini merupakan penyakit


multifaktorial yang bergantung pada tempat jaringan yang terserang.

Penyebabnya tidak bisa ditemukan secara pasti. Terdapat 3 faktor yang

menyebabkan hal tersebut seperti virus, hormon dan genetik. Kanker payudara

bisa menyebar langsung ke struktur tubuh paling dekat atau lebih jauh melalui

emboli dari sel kanker dengan melalui pembuluh darah atau kelenjar getah

bening.

Kelenjar getah bening di aksila, supraklavikula atau mediastinal adalah

tempat utama penyebaran, sedangkan struktur pada tubuh yang lain seperti

hati, paru-paru, tulang belakang dan tulang pelvis. Diagnosis dini sangat berarti

bagi pengobatan agar berhasil dan prognosis penyakit ini bergantung pada luas

area yang diderita. Taufan Nugroho menyampaikan bahwa patofisiologi pada

kanker payudara antara lain : sel kanker dibentuk dari sel normal melalui proses

transformasi kompleks, yang terdiri dari 2 fase yaitu fase inisiasi dan fase

promosi

a) Fase iniasi

Pada fase ini terjadi perubahan pada materi genetik sel yang menyebabkan

sel menjadi ganas. Perubahan pada materi genetik sel tersebut diakibatkan

oleh karsinogen, yang dapat berupa materi virus, kimia, radiasi (penyinaran)

atau sinar matahari. Tidak seluruh sel memiliki sensitifitas yang sama pada

karsinogen. Kelainan pada genetik sel atau materi lainnya disebut promoter

yang mengakibatkan sel lebih sensitif terhadap karsinogen, dan bahkan

penyakit fisik kronis dapat mengakibatkan sel menjadi lebih sensisitif

terhadap keganasan.
b) Fase promosi

Pada fase promosi ini, sel yang sudah di inisiasi akan menjadi ganas.

Fase promosi ini tidak akan mempengaruhi sel yang belum melewati fase

inisiasi, karena banyak faktor yang dibutuhkan untuk munculnya tumor

ganas (kombinasi sel yang sensitif dan karsinogen).

D. Tinjauan umum pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)

1. Pengertian

Sadari merupakan upaya individu atau masing-masing wanita untuk

mengetahui bagaimana kondisi payudara juga serta untuk menemukan

ketidaknormalan yang terjadi pada payudara (Yusnilawati et al., 2019).

Pemeriksaan ini, jika dilakukan secara dini justru lebih efektif sebagai

tindakan deteksi dini ataupun deteksi awal kanker payudara. Cara melakukan

pemeriksaan SADARI adalah pada hari ke-7 sampai dengan hari ke -10 dari hari

pertama haid (Anisa et al., 2023)

SADARI perlu dilakukan ketika seorang wanita telah mencapai masa

pubertas dan mengalami perkembangan payudara. Maka deteksi dini

merupakan metode yang paling efisien dan juga efektif untuk menemukan

kanker pada stadium dini (Yusnilawati et al., 2019)


2. Siapa yang harus melakukan SADARI

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh cesia, wanita yang dianjurkan

untuk melakukan SADARI yaitu :

a. Wanita usia subur yang dilakuakan pada hari ke 7-10 hari setelah menstruasi

b. Setiap wanita yang berusia diatas 20 tahun perlu melakukan SADARI setiap

bulannya. Pada wanita usia muda, agak sedikit sulit karena payudaranya

masih berserabut, jadi angat disarankan untuk melakukan deteksi dini pada

usia 20 tahun karena jaringan payudara sudah terbentuk sempurna pada

usia tersebut.

c. Wanita yang beresiko tinggi sebelum mencapai usia 50 tahun perlu

melakukan momografi setiap tahun, pemeriksaan payudara oleh dokter

setiap 2 tahun.

d. Wanita yang berusia 20-40 tahun :

1) Mamogram awal atau dasar (35-40 tahun).

2) Melakukan pengujian payudara pada dokter setiap 3 tahun.

e. Wanita yang berusia 40-49 tahun melakukan pemeriksaan payudara pada

dokter (setiap 1-2 tahun)(Cesia, 2022).

3. Manfaat SADARI

Deteksi dini kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara

sendiri dapat membantu menemukan tanda-tanda kanker payudara secata dini

sehingga pengobatan yang diberikan memberikan keberhasialan yang tinggi.

Dengan melakukan SADARI secara rutin memainkan peran besar dalam


menemukan kelainan pada payudara contohnya seperti adanya benjolan kanker

payudara dibandingkan dengan menemukan benjolan tersebut secara

kebetulan. Melakukan SADARI secara teratur merupakan salah satu cara bagi

wanita usia subur mengetahui bagaimana payudara normalnya terlihat dan

terasa. Jika ada perubahan, penderita dapat langsung mengetahui dan

merasakannya, serta bisa segera melaporkannnya sedini mungkin (Cesia, 2022)

4. Cara melakukan SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan dengan melihat perubahan payudara di

hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Ada

beberapa cara yang dilakukan dalam melakukan SADARI :

a) Melihat perubahan dihadapan cermin

Lihat pada cermin, perhatikan bentuk, ukuran, warna payudara, dan

kesimetrisan bentuk payudara

1) Tahap 1

Gambar 1.4 Melihat bentuk payudara di cermin

Pada tahap pertama mulai dengan mengambil posisi berdiri tegak

di depan cermin, dengan posisi kedua lengan lurus ke bawah di

samping badan. Dalam pemeriksaan ini yang perlu diamati yaitu

melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting

susu, serta warna kulit di sekitar payudara di depan cermin.


Kelainan yang mungkin ditemukan seperti kulit payudara

berkerut, terdapat benjolan, terdapat lekukan, posisi puting susu yang

tidak normal, perubahan warna kulit yang tidak normal (merah,

kasar, dan berkerut), payudara terasa nyeri.

2) Tahap 2

Gambar 1.5 Periksa payudara dengan kedua lengan diangkat

Pada tahap selanjutnya periksa payudara dengan kedua lengan

diangkat di atas kepala untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan

tumor terhadap otot atau fascia di bawahnya atau melihat kelainan pada

kedua payudara.

3) Tahap 3

Gambar 1.7 Berdiri di depan cermin kedua lengan disamping

Masih dalam posisi di depan cermin dengan badan berdiri tegak,

kedua lengan berada di samping kanan dan kiri. Miringkan badan ke


kanan dan kiri secara bergantian untuk melihat perubahan pada

payudara.

4) Tahap 4

Gambar 1.8 Menegangkan otot bagian dada dengan berkacak

pinggang

Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang atau

posisi lengan menekan pinggang, dengan maksud untuk meregangkan

otot di daerah aksila. Amati kembali apakah ditemukannya kelainan pada

payudara.

b) Melihat perubahan bentuk pada payudara dengan cara berbaring

Selain dengan cara berdiri di depan cermin, pemeriksaan payudara

sendiri dapat juga dilakukan dengan posisi berbaring.

1) Tahap 1

Gambar 1.9 Persiapan melakukan SADARI


Dimulai dari payudara kanan, posisi badan berbaring mengkhadap ke

kiri dengan membengkokkan kedua lutut. Kemudian, bantal atau

handuk mandi yang sudah dilipat diletakkan di bawah bahu sebelah

kanan untuk menaikkan bagian yang akan diperiksa. Lalu, letakkan

tangan kanan di bawah kepala. Gunakan tangan kiri untuk memeriksa

payudara sebelah kanan. Gunakan telapak jari-jari untuk memeriksa

sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara dengan

menggunakan Vertical Strip dan Circular dengan membentuk sudut 90

derajat.

2) Tahap 2

Gambar 1.10 Pemeriksaan payudara dengan vertical strip

Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang

selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah

antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak. Gunakan tangan

kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan

dengan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan secara

perlahan ke bawah bra-line dengan putaran ringan dan tekan dengan

kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra-line, bergerak kurang lebih 2

cm ke kiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan


memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti

pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.

3) Tahap 3

Gambar 2.1 Pemeriksaan payudara dengan cara circular

Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara circular atau memutar.

Berawal dari bagian atas payudara dengan membuat putaran yang besar.

Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang

luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke

puting payudara. Lakukan gerakan ini sebanyak 2 kali. Sekali dengan

tekanan ringan dan sekali dengan tekanan yang kuat. Jangan lupa periksa

bagian bawah areola mammae.

4) Tahap 4
Gambar 2.2 Pemeriksan cairan di puting payudara

Dengan menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk

melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

5) Tahap 5

Gambar 2.3 Memeriksa ketiak

Letakkan tangan kanan ke samping dan rasakan ketiak dengan teliti,

apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

5. Masalah yang ditemukan saat SADARI

E. Tinjauan umum tentang pengetahuan

1. Defenisi

Pengetahuan adalah sebuah proses pengolahan informasi seseorang pada

suatu objek. Panca indera yang paling berkontribusi pada proses ini adalah mata

dan telinga. Informasi yang didapatkan ini akan mempengaruhi seseorang dalam

bertindak. Proses pengetahuan ini berhubungan erat dengan intensitas

perhatian dan persepsi seseorang terhadap objek. Oleh karena itu, pengetahuan
yang mendasari sebuah perilaku akan lebih awet bila dibandingkan dengan

perilaku tanpa dasar pengetahuan. (Viera Valencia & Garcia Giraldo, 2019)

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) “pengetahuan berarti segala

sesuatu yang diketahui; kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui

berkenaan dengan hal mata pelajaran (Purnami, 2016)

Dalam al-qur’an surah al-‘alaq : 1-5 menjelaskan tentang ilmu pengetahuan,

bunyi ayatnya yaitu

‫ َع َّلَم اِاْل ْنَس ان‬٤ ‫ اَّلِذ ْي َع َّلَم ِباْلَقَلِۙم‬٣ ‫ ِاْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَاْلْك َر ُۙم‬٢ ‫ َخ َلَق اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍۚق‬١ ‫ِاْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ْي َخ َلَۚق‬

٥ ‫َم اَلْمَيْع َل‬

Terjemahan :

“1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia, 4) Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5) Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Wahyu pertama tersebut tidak menjelaskan apa yang harus dibaca karena al-

Qur`an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi

Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Pengulangan membaca

dalam wahyu pertama ini bukan sekadar menunjukkan bahwa kecakapan

membaca tidak akan diperoleh kecuali mengulang-ulang bacaan atau dalam

bahasa lain, membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal

kemampuan, tetapi hal itu mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan

bismi Rabbik akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru, walaupun

yang dibaca masih itu-itu juga. (Tafsir & terjemahan)


2. Tingkat pengetahuan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh sukarni dalam

notoatmodjo pengetahuan dibagi menjadi 6 macam tingkatan dalam lingkup

kognitif (Sukarini, 2018) yaitu :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b) Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tenang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yag dipelajari.

c) Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian ini berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada. (Sukarini, 2018)

3. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Vinet &

Zhedanov, 2010) yaitu sebagai berikut :

a. Faktor internal

1) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.


2) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan

berfikir secara abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam

situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil dari proses belajar seseorang. Sehingga perbedaan

intelegensi seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat

pengetahuan.

3) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga

kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia.

Pengetahuan yang didapat dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang

pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan

terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk

masa yang akan datang menentukan perilaku seseorang.

4) Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni

suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih

mendalam.
b. Faktor eksternal

1) Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum orang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan seseorang yang tingkat

pendidikannya rendah.

2) Sumber informasi

Informasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber

akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Sumber informasi

adalah proses pemberitahuan yang dapat membuat seseorang

mengetahui informasi dengan mendengar atau melihat sesuatu secara

langsung ataupun tidak langsung dan semakin banyak informasi yang

didapat, akan semakin luas pengetahuan seseorang.

3) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang

buruk tergantung dari sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang

akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir

seseorang.

4) Pekerjaan

Dengan bekerja seseorang dapat berbuat yang bernilai, bermanfaat dan

memperoleh berbagai pengalaman. Selain itu pekerjaan juga

mempengaruhi daya beli seseorang, sehingga mampu memperoleh

sumber informasi yang lebih banyak untuk menambah wawasan dan

pengetahuan.

5) Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi

tingkat pengetahuan. Seseorang dengan tingkat ekonomi rendah akan

mengalami kendala untuk mendapatkan informasi, terutama sumber

informasi yang berbayar. (Vinet & Zhedanov, 2010)


F. Tinjauan umum health education

1. Defenisi pengetahuan

Pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada

masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk

memelihara dan meningkatkan taraf kesehatannya. Pendidikan kesehatan

adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi

individu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran (literacy) serta

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (life skills) demi kepentingan

kesehatannya. (Pratiwi, 2021)

2. Tujuan health education

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk merubah sikap dan tingkah laku

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam membina serta memelihara

perilaku hidup sehat berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal (Pratiwi, 2021)

3. Metode mengenai health education

Metode dari pendidikan kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi tiga

bagian berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pratiwi yaitu :

c) Metode penelitian kesehatan individual

d) Metode penelitian kesehatan kelompok, terbagi lagi menjadi 3 yaitu :

4) Metode pendidikan kesehatan untuk kelompok kecil


5) Metode pendidikan kesehatan untuk kelompok besa

6) Metode dan teknik pendidikan kesehatan massa.

4. Media atau alat peraga health education

Berdasarkan fungsinya alat peraga health education terbagi men jadi empat

(Pratiwi, 2021) yaitu :

e) Media cetak seperti booklet, leaflet, flyer, flip chart (lembar balik), poster,

dan foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

f) Media elektronik seperti televisi, radio, video, slide dan film strip.

g) Media papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi

pesan-pesan atau informasi kesehatan, mencakup pesan-pesan yang ditulis

pada lembaran seng dan ditempel di kendaraan umum.

h) Media hiburan biasanya dalam bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian

tradisional dan pameran.

6. Faktor-faktor yang memmpengaruhi keberhasilan dalam menjalankan

health education

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan health education yaitu :

a) Faktor materi atau hal yang dipelajari yang meliputi kurangnya

persiapan, kurangnya penguasaan materi yang akan dijelaskan oleh

peneliti, penampilan yang kurang meyakinkan responden, dan bahasa

yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh responden.

b) Faktor lingkungan, dikelompokkan menjadi dua yaitu :


1) Lingkungan fisik yang terdiri atas suhu, kelembaban, udara dan

kondisi tempat belajar.

2) Lingkungan sosial yaitu manusia dengan segala interaksinya serta

representasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalulintas, pasar

dan sebagainya.

c) Faktor instrumen yang terdiri atas perangkat keras (hardware) seperti

perlengkapan belajar alat-alat peraga dan perangkat lunak (software)

seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar dan fasilitator

belajar, serta metode belajar mengajar.

d) Faktor kondisi individu subjek belajar yang meliputi kondisi fisiologis

seperti kondisi pasca indra (terutama pendengaran dan pengelihatan)

dan kondisi psikologis, misalnya intelegensi, pengamatan, daya tangkap,

ingatan, motivasi dan sebagainya. (Pratiwi, 2021)

Daftar pustaka
Anisa, D. N., Tirta, I., Prodi, S., Profesi, K.-P., Fakultas, N. /, Kesehatan, I., Aisyiyah, U., Prodi,

Y., & Yogyakarta, A. (2023). Hubungan keterpaparan informasi kesehatan dengan

perilaku remaja dalam melakukan pemeriksaan SADARI. Prosiding Seminar Nasional

Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat LPPM Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta,

1(2018), 22–2023.

Cesia, P. (2022). Gambaran Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Melakukan Pemeriksaan

Payudara Sendiri Pada Masa Pandemi Di Wilayah Kerja Puskesmas Iii Denpasar Selatan.

1908, 9–25.

Gaol, R. M. L. (2018). Pengaruh Edukasi Kesehatan: Media Animasi Terhadap Tingkat

Pengetahuan Tentang Sadari pada Siswa SMA Budi Murni 2 Medan.

Repository.Stikeselisabethmedan.Ac ….

https://repository.stikeselisabethmedan.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/Rut-

Marlia-Lumban.pdf

Pratiwi, L. P. L. (2021). Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan Media E-Leaflet Terhadap

Pengetahuan Remaja Putri. 7–22.

Purnami, A. A. (2016). PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, PENGETAHUAN WAJIB PAJAK,

KESADARAN WAJIB PAJAK DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN

WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KANTOR

SAMSAT DENPASAR DENGAN TINGKAT PENDAPATAN SEBAGAI VARIABEL

MODERASI. Analisis Nilai Moral Dalam Cerita Pendek Pada Majalah Bobo Edisi Januari

Sampai Desember 2015, 2016.

Sukarini, L. P. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Buku Kia.
Jurnal Genta Kebidanan, 6(2). https://doi.org/10.36049/jgk.v6i2.95

Viera Valencia, L. F., & Garcia Giraldo, D. (2019). PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP,

MOTIVASI, DUKUNGAN SOSIAL, DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP

KEPATUHAN PROTOKOL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 DI PPM

MANAJEMEN TAHUN 2021. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.,

2.

Vinet, L., & Zhedanov, A. (2010). A “missing” family of classical orthogonal polynomials.

International Journal of Development and Management Review, 5(1), 212–224.

https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201

Yusnilawati, N., Mawarti, N. I., & Rudini, D. (2019). Pendidikan Kesehatan Tentang Deteksi

Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Sadari (Periksa Payudara Sendiri) Di

Pondok Pesantren Al-Hidayah dan Al- Maarif Kota Jambi. Jurnal Karya Abdi

Masyarakat, 3(2), 129–132. https://doi.org/10.22437/jkam.v3i2.8473

Anda mungkin juga menyukai