Disusun oleh:
RAHMI,
NIM. 80300221034
ZUL KIFLI TRIPUTRA
NIM: 80300221040
Alhamdulillah, puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
Pengembangan Tenaga Kependidikan Disekolah”. Salawat serta salam marilah kita haturkan
kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benderang yang disinari dengan cahaya keimanan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk lebih mengkaji dan
memperdalam pengetahuan kita tentang Pengembangan Tenaga Kependidikan Disekolah, dalam
hal ini mencakup peran manajer dalam m mengembangkan tenaga kependidikan yang ada pada
suatu sekolah
Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kritik dan saran dari
para pembaca yang budiman sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya, jikalau di dalam
makalah ini terdapat kebenaran dan kegunaan, semua itu berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala
sebaliknya, kalau di dalamnya terdapat kekurangan dan ketidak smpurnaan semuanya itu karena
kekurangan dan keterbatasan kami sendiri.
Akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Baharuddin, M. Pd yang
telah membimbing dan memberikan kesempatan bagi kami untuk mengkaji materi ini, semoga
kesediaan tersebut mendapat berkah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah. Padanyalah kebijakan
dan keputusan mengenai berbagai hal bisa atau tidak bisa diterapkan di sekolah. Sesuai yang
diamanatkan dalam Permendiknas No 13. tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah
adalah kepala sekolah harus memenuhi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, dan
sosial. Peran dan fungsi kepala sekolah secara umum antara lain sebagai educator, manajer,
administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator.
Pengembangan Tenaga kependidikan di sekolah tidak lepas dari fungsi dan peran kepala
ssekolah sebagai penanggung jawab utama dalam sebuah organisasi pendidikan. Kepala sekolah
mengatur segala bentuk pelaksanaan organisasi sekolah yang di jalankan oleh tenaga pendidik.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan nasional di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diharapkan
dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan
konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas, tenaga pendidik dan
kependidikan (khususnya kepala sekolah) harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan Bab
VI, pasal 28 ayat (3) Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005,
1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakarta: 2003).
mencakup 4 (empat) kompetensi, yaitu : 1.Kompetensi Pedagogik; 2. Kompetensi Kepribadian;
3. Kompetensi Profesional; dan 4. Kompetensi Sosial.2
Saat ini, dalam segi kurikulum salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memberlakukan Kurikulum 2013 yang akan
diterapkan oleh satuan pendidikan. dan Yang paling penting dalam hal ini adalah faktor tenaga
pendidik. Sebab secanggih apapun suatu kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan, tanpa
kualitas tenaga pendidik yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang
maksimal. Oleh karena itu, tenaga pendidik diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Kompetensi merupakan salah
satu kualifikasi tenaga pendidik yang terpenting. Bila kompetensi ini tidak ada pada diri
seorang tenaga pendidik, maka ia tidak akan berkompeten dalam melakukan tugasnya dan
hasilnya pun tidak akan optimal. Di samping itu kepala sekolah sebagai bagian dari tenaga
kependidikan harus memiliki kompetensi profesional dalam hal penerapan kurikulum dan
pengembangan tenaga kependidikan.
Dalam pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari peningkatan kualitas tenaga pendidik
dan kependidikan. Oleh karena itu, peran tenaga pendidik dan kependidikan untuk menghasilkan
mutu pendidikan akan sangat berarti. Terlebih lagi, tenaga pendidik juga dapat diberdayakan
untuk mewujudkan mutu pendidikan yang diharapkan. Tenaga pendidik dan kependidikan
merupakan insan yang mempunyai daya tarik yang tinggi dalam mencerdaskan sumber daya
manusia.
Dalam membentuk generasi yang cerdas tentunya tenaga pendidik dan kependidikan harus
mempunyai kualitas dan skill yang tinggi. Dengan keadaan yang semakin lama semakin maju ini
membuat tenaga pendidik dan kependidikan harus membuat perubahan baru dengan mengikuti
zaman dengan tidak menghilangkan arti pendidikan yang sesungguhnya.
Maka dari itu saya mencoba membuat suatu pemaparan mengenai pengembangan tenaga
kependidikan yang berjudul “Pengembangan Tenaga Kependidikan”. Dengan ini saya harap
dapat menambah pengetahuan tentang pengembangan tenaga kependidikan.
B. Rumusan Masalah
2
Badan Standar Nasional Pendidikan.2006. Standar Isi. (Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan,
2006)
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1. Definisi Pengembangan
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Definisi Pengembangan
3
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. 14, 2019)h. 125
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai. Pelatihan dan
pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan. Akan tetapi, dilihat dari tujuannya, kedua konsep tersebut
dibedakan.
Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan
yang spesifik pada saat ini, sementara pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan
pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang. Pengembangan dilakukan
melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja
(Cardoso Gomes, 2000:197). Lebih lanjut, Gomes mengatakan bahawa :
Pengembangan (development) menunjuk kepada kesempatan belajar (learning
opportunities) yang didesain guna membantu pengembangan para pekerja. Kesempatan yang
demikian tidak terbatas pada upaya perbaikan performasi pekerja pada pekerjaannya yang
sekarang. Jadi pelatihan langsung berkaitan denagn performasi kerja, sedangkan pengembangan
(development) tidaklah harus. Pengembangan mempunyai skop yang lebih luas dibandingkan
pelatihan.
Randall S. Schuler (1987:392), mengemukakan bahwa “Training and development is any
attemp to improve current or future employee performence by increasing, though learning, an
employee’s ability to perform, usually by increasing the employee’s skill and knowledge”.
Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan usaha
untuk meningkatkan performance karyawan, baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan
datang. Usaha tersebut berupa peningkatan kemampuan karyawan, baik skill maupun
pengetahuannya.
Kegiatan pelatihan dan pengembangan memberikan dividen kepada karyawan dan
perusahaan, berupa keahlian dan keterampilan yang selanjutnya akan menjadi aset yang berharga
bagi perusahaan. Melalui pelatihan dan pengembangan, karyawan memperoleh keuntungan
berupa peningkatan kemampuan yang dimilikinya, begitu pula dengan perusahaan, dengan
dimilikinya SDM yang mempunyai kemampuan tinggi maka, akan memperlancar pencapaian
target-target organisasi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa, apabila pelatihan dan
pengembangan dilaksanakan dengan benar, maka akan memberikan kontribusi positif, baik bagi
individu karyawan, maupun bagi perusahaan.
Pelatihan (training) tenaga kependidikan adalah suatu kegiatan belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, baik saat ini maupun masa yang akan datang.
Pelatihan dapat juga didefinisikan sebagai proses secara sistematis mengubah tingkah laku
pegawai untuk mencapai tujuan organisasi (Safaruddin, 2005:255). Adapun pengembangan
tenaga kependidikan dimaksudkan sebagai suatu proses atau kegiatan dalam rangka
peningkataan pengetahuan tenaga kependidikan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang
akan datang.
Pelatihan dan pengembangan tenaga kependidikan sering disebut juga dengan istilah
pembinaan tenaga kependidikan. Pengembangan tenaga kependidikan merupakan akajian
manajemen sumber daya manusia pendidikan. Diantara aktivitasnya adalah mengembangkan
manusia, yang intinya adalah pendidikan dan latihan. Kegiatan pengembangan tenaga
kependidikan dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk
mengubah perilaku kerja.
Pelatihan dan pengembangan tenaga kependidikan dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan tenaga kependidikan seiring dengan kemajuan dan perubahan lingkungan, baik
eksternal maupun internal organisasi. Kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kependidikan bisa
jadi usang dalam jangka waktu tertentu.hal itu bisa terjadi, mengingat perubahan yang terjadi di
lingkungan ekternal organisasi seperti kemajuan teknologi dan informasi berjalan secara cepat,
bahkan terkadang sulit diprediksi (unpredictable).
Perubahan merupakan salah satu hukum kemasyarakatan. Dalam perspektif sosiologis,
pendidikan adalah bagian dari sistem sosial atau masyarakat. Oleh karena itu, berlaku pula di
dalamnya hukum perubahan. Sebuah organisasi atau lembaga pendidikan harus melakukan
perubahan atau inovasi terus menerus. Perubahan merupakan suatu keharusan dan kepastian,
akan tetapi harus diwujudkan secara berangsur-angsur, atau step by step.
Implikasi lebih lanjut dari perubahan lingkungan, baik ekternal maupun internal
organisasi secara terus menerus. Dalam tataran implementasi, maka dapat dimulai dengan
menyusun strategi organisasi yang selaras dengan tuntutan perubahan yang terjadi. Di antara
strategi yang perlu dilaksanakan adalah mempersiapkan tenaga-tenaga kependidikan yang handal
dan terampil yang memiliki daya kompetitif yang tinggi melalui program pelaihan dan
pengembangan tenaga kepandidikan yang berkelanjutan.
B. Peran Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
4
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. 14, 2019)h. 130
refleksi/mawas diri untuk membangkitkan kesadaran/keprihatinan akan pentingnya pendidikan
yang bermutu, sehingga menimbulkan komitmen bersama untuk meningkatkan mutu (sense of
quality), serta merumuskan titik tolak (point of departure) bagi sekolah untuk mengembangkan
diri, terutama mutu
2. Perumusan Visi, Misi, dan Tujuan :
Perumusan visi dan misi serta tujuan merupakan langkah awal yang harus dilakukan
untuk menjelaskan kemana arah pendidikan yang ingin dituju oleh para pendiri/penyelenggara
pendidikan. Kepala sekolah bersama guru harus duduk bersama orang tua peserta didik, komite
sekolah, dan wakil masyarakat setempat untuk merumuskan kemana sekolah akan dibawa ke
masa depan yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU
Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Perencanaan :
Sekolah harus membuat perencanaan yang teliti (mulai dari seberapa besar lingkup
cakupan kuantitatif dan kualitatif yang akan dikerjakan, waktu pelaksanaannya, sampai kepada
perkiraan biayanya) secara tertulis untuk menetapkan hal yang harus dilakukan, prosedurnya,
serta metode pelaksanaannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
4. Pelaksanaan :
-Proses dimana dilakukan pengorganisasian, pengarahan/penggerakkan atau pemimpinan dan
kontrol/pengawasan serta evaluasi.
-Pada tahap pelaksanaan akan terjawab bagaimana semua fungsi manajemen sebagai suatu
proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui kerjasama dengan orang lain dan
dengan sumber daya yang ada dapat berjalan sebagaimana mestinya (efektif dan efisien).
-Proses kegiatan merealisasikan apa-apa yang telah direncanakan.
5. Evaluasi :
Evaluasi merupakan kegiatan yang penting untuk mengetahui kemajuan ataupun hasil
yang dicapai oleh sekolah di dalam melaksanakan fungsinya sesuai rencana yang telah dibuat
sendiri oleh masing-masing sekolah. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi menyeluruh
menyangkut pengelolaan semua bidang dalam satuan pendidikan, yaitu bidang teknis edukatif,
bidang ketenagaan, bidang keuangan, bidang sarana prasarana dan administrasi ketatalaksanaan
sekolah.
6. Pelaporan :
Pelaporan merupakan pemberian atau penyampaian informasi tertulis dan resmi kepada
berbagai pihak yang berkepentingan (stake holders), mengenai aktifitas manajemen satuan
pendidikan dan hasil yang dicapai dalam kurun waktu tertentu berdasarkan rencana dan aturan
yang telah ditetapkan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas tugas dan fungsi yang diemban
oleh satuan pendidikan tersebut.
Untuk mengimplementasikan strategi yang disebutkan di atas harus ada peran dari
beberapa faktor, yaitu :
1. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai manajer bertanggung jawab atas terlaksananya fungsi-fungsi manajemen,
dan sebagai perencana harus mengidentifikasi dan merumuskan hasil kerja yang ingindicapai
oleh sekolah dan mengidentifikasi serta merumuskan cara-cara (metoda) untuk mencapai hasil
yang diharapkan. Peran dalam fungsi ini mencakup : penetapan tujuan dan standar, penetuan
aturan dan prosedur kerja di sekolah, pembuatan rencana, dan peramalan apa yang akan terjadi
untuk masa yang akan datang.
2. Peran Guru dan Staf Sekolah
Guru dan staf mempunyai peran dalam mengelola proses pembelajaran, harus memahami visi
dan misi sekolah, bersinergi dengan kepala sekolah sehingga tujuan sekolah dapat dengan mudah
dicapai.
3. Peran Orang Tua Peserta didik dan Masyarakat
Keikutsertaan peran orang tua peserta didik dan masyarakat sangat diperlukan dalam
mengawasi mutu hasil pendidikan yang dilaksanakan oleh tenaga kependidikan di sekolah.
4. Pemerintah
Pemerintah mempunyai peran untuk jangka panjang, yaitu dengan mengupayakan
kebijakan yang memperkuat sumber daya tenaga kependidikan melalui cara dengan memperkuat
sistem pendidikan dan tenaga kependidikan yang memiliki keahlian. Peningkatan mutu tenaga
kependidikan memerlukan pengembangan keahlian para pendidik karena alasan berikut :
(1) keahlian yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan akan semakin tinggi dan
berubah sangat cepat, (2) keahlian yang diperlukan sangat tergantung padateknologi dan
inovasi baru, maka banyak dari keahlian itu harus dikembangkan dan dilatih melalui pelatihan
dalam pekerjaan, dan (3) kebutuhan akan keahlian itu didasarkan pada keahlian individu.5
5
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. 14, 2019)h. 151
D. Tujuan Pengembangan Tenaga Kependidikan
1. Peningkatan Pengetahuan
Manusia diberiakan akal untuk meningkatkan pengetahuannya dengan belajar. Maka
sebuah lembaga perlu mengadakan penelitian, pengamatan, dan observasi atau analisis terhadap
perubahan lingkungan eksternal organisasi atau trend dunia lembaga pendidikan, sebagai
diketahui kebutuhan-kebutuhan organisasinya. Di samping analisis-analisis terhadap perubahan
eksternal, organisasi juga perlu melakukan analisis terhadap kemampuan internalnya, sehingga
dapat diketahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki organisasinya. 6
Selain itu, lembaga pendidikan sebaiknya mengadakan studi komparatif terhadap
organisasi atau lembaga-lembaga pendidikan lain yang telah mengalami kemajuan, termasuk
juga lembaga pendidikan yang mengalami kebangkrutan. Manfaat yang bisa diambil dari
kegiatan tersebut adalah diperolehnya informasi mengenai strategi yang dipakai oleh lembaga
pendidikan lain dalam meraih kesuksesan, dan sebab-sebab suatu organisasi mengalami
kemunduran. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebuah organisasi pendidikan dapat
melakukan analisis terhadap faktor-faktor tersebut, kemudian menyusun strategi
pengembangannya adalah pelatihan dan pengembangan tenaga kependidikan yang dimiliki
sesuai dengan tuntutan perubahan.
6
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. 14, 2019)h. 171
Pelaksanaan program pengembangan pengetahuan tenaga kependidikan dalam sebuah
lembaga pendidikan, dapat dilakukan dengan cara mengadakan program pendidikan dan latihan,
baik di lingkungan internal organisasi maupun lintas organisasi. Dengan adanya DIKLAT yang
diikuti oleh tenaga kependidikan, diharapkan mereka setelah kembalinya dari kegiatan DIKLAT
dapat memberikan kontribusi positif kepada organisasinya melalui penerapan pengetahuan-
pengetahuan baru yang diperoleh di lingkungan kerjanya.
2. Peningkatan Keterampilan (Skill) Tenaga Kependidikan
7
Abdul Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru,( Bandung:
Alfabeta, Cet. 3, 2019),h. 254
8
Ibid, h. 256
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang di kalangan tenaga kependidikan itu sendiri. Dalam
pembinaan ada beberapa prinsip yang patut dipatuhi dalam penyelenggaraan pembinaan tenaga
kependidikan ini, yaitu :
a. Pembinaan tenaga kependidikan patut dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan
baik untuk tenaga struktural, tenaga fungsional maupun tenaga teknis penyelenggara pendidikan.
b. Pembinaan tenaga kependidikan berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka
peningkatan kemampuan pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan posisinya masing-masing.
d. Pembinaan tenaga kependidikan dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih
seseorang sebelum maupun sesudah menduduki jabatan/posisi, baik karena kebutuhan-kebutuhan
yang berorientasikan terhadap lowongan jabatan/posisi dimasa yang akan datang.
f. Khusus menyangkut dan jenjang karir tenaga kependidikan disesuaikan dengan kategori
masing-masing jenis tenaga kependidikan itu sendiri. Meskipun demikian, dapat saja perjalanan
karir seseorang menempuh penguasaan yang silih berganti antara struktural dan fungsional
hingga kepuncak karirnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa cara yang lebih populer dalam
membina dan mengembangkan tenaga kependidikan dilakukan melalui penataran (inservice
training) dan ditujukan kepada guru-guru, baik dalam rangka penyegaran (refreshing) maupun
dalam rangka peningkatan kemampuan mereka (upgrading). Sebenarnya pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan ini dilakukan pula untuk tenaga-tenaga kependidikan
lainnya (bukan hanya guru-guru) melalui berbagai cara. Cara-cara ini bisa dilakukan sendiri-
sendiri atau bersama-sama, misalnya mengikuti kegiatan atau kesempatan; pre-service
training, on the job training, seminar, workshop, diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konprensi
dan sebagainya. Lingkungan eksternal organisasi saat ini mengalami perubahan yang sangat
cepat. Perubahan tersebut menuntut setiap organisasi untuk terus mengembangkan sumber daya
yang dimilikinya, terutama sumber daya manusia. Lembaga pendidikan sebagai organisasi tidak
bisa melepaskan diri dari tuntutan perubahan tersebut. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus
melakukan pengelolaan seluruh aspek pendidikan secara terarah, terancam dan terpadu secara
sistemik.
Salah satu kegiatan yang dianggap efektif adalah melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), yang mana dalam kegiatan ini guru yang berasal dari satu rumpun (bidang studi)
berkumpul untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan bidang
studi yang sama. Dalam kaitannya dengan permasalahan di atas, Bahtiar Hasan mendefinisikan
MGMP sebagai berikut : “Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pemantapan Kerja
Guru adalah salah satu sistem penataran guru dengan pola dari, oleh dan untuk guru”.
Manfaat MGMP dikemukakan oleh Dian Mulyati Syarif (2005:16-18) dalam Makalah Workshop
TOT MGMP (2005:15), sebagai berikut :
1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan wdah yang efektif untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guru di kelas.
2. Di MGMP guru dengan gaya mengajar yang berbeda dan menghadapi siswa yang juga
berbeda dapat berdiskusi, berbagai pengalaman dan mencari solusi permasalah yang dihadapinya
di kelas. 9
3. Program MGMP dirancang sesuai dengan kebutuhan guru mata pelajaran dan juga
disesuaikan dengan paradigma baru di bidang pendidikan.
1) Penentuan kebutuhan pendidikan dan latihan atau suatu penilaian kebutuhan yang
komprahensif.
2) Penetapan tujuan yang bersifat umum dan spesifik.
3) Pemilihan metode.
4) Pemilihan media
5) Implementasi program.
6) Evakuasi program.
Proses pendidikan dan pelatihan yang salah satu bentuknya adalah MGMP, harus didahului oleh
penentuan kebutuhan dan diakhiri dengan evakuasi program dan pemilihan media.10
10
Dr. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, ( Bandung: PT. Rosdakarya, cet.8, 2019)h. 13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan masalah dalam makalah ini, maka dengan ini dapat
ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun
2003 (Sisdiknas, pasal 3), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini
harus dibarengi dengan peningkatan mutu tenaga pendidik dan kependidikan dalam segi
rekruitmen, kompetensi, dan manajemen pengembangan sumber daya manusianya.
2. Upaya untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan akan terlaksana dengan
baik apabila mengimplementasikan beberapa langkah strategis, yaitu : (1) evaluasi diri (self
assessment), perumusan visi, misi, dan tujuan, (3) perencanaan, (4) pelaksanaan, (5) evaluasi,
dan (6) pelaporan.
3. Pemerintah diharapkan konsisten dengan program peningkatan mutu pendidikan yang sudah
disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya untuk masalah perekrutan tenaga pendidik dan
kependidikan, juga adanya evaluasi dan monitoring ke lapangan yang harus dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan.
4. Tujuan pelatihan dan pengembangan tenaga kependidkan ialah untuk meningkatkan
kemampuan profesional tenaga kependidikan khususnya guru, dalam rangka mengoptimalkan
proses dan hasil belajar melalui bantuan belajar profesional.
5. Tujuan dari kegiatan pembinaan tenaga kependidikan adalah tumbuhnya kemampuan setiap
kependidikan yang meliputi pertumbuhan keilmuannya, wawasan berfikirnya, sikap dan
keterampilan dalam pelaksanaan tugasnya sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan.
6. Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), yang mana dalam kegiatan ini guru
yang berasal dari satu rumpun (bidang studi) berkumpul untuk mendiskusikan permasalahan-
permasalahan yang berhubungan dengan bidang studi yang sama.
B. SARAN
1. Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat dilepaskan dengan upaya peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikannya. Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan
memenuhi sasaran yang diharapkan tanpa dimulai dengan peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikannya. Oleh karena itu diharapkan para tenaga pendidik dan kependidikan harus :
a. meningkatkan profesionalismenya dalam menjalankan profesi guna mendukung
pendidikan;
b. menanamkan keteladanan dalam segala hal;
c. tenaga pendidik harus lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.
2. Pemerintah diharapkan konsisten dengan program peningkatan mutu pendidikan yang sudah
disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya untuk masalah perekrutan tenaga pendidik dan
kependidikan, juga adanya evaluasi dan monitoring ke lapangan yang harus dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan.
3. Tujuan pelatihan dan pengembangan tenaga kependidkan ialah untuk meningkatkan
kemampuan profesional tenaga kependidikan khususnya guru, dalam rangka mengoptimalkan
proses dan hasil belajar melalui bantuan belajar profesional.
4. Tujuan dari kegiatan pembinaan tenaga kependidikan adalah tumbuhnya kemampuan setiap
kependidikan yang meliputi pertumbuhan keilmuannya, wawasan berfikirnya, sikap dan
keterampilan dalam pelaksanaan tugasnya sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan.
5. Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), yang mana dalam kegiatan ini guru
yang berasal dari satu rumpun (bidang studi) berkumpul untuk mendiskusikan permasalahan-
permasalahan yang berhubungan dengan bidang studi yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan.2006. Standar Isi. Jakarta : Badan Standar Nasional
Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
(2005): Jakarta
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (2003).
Jakarta
Undang-undang nomor 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kepeserta didikan
www.pelangi.go.id
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019
Abdul Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas
Guru,Bandung: Alfabeta, 2019
Dr. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Rosdakarya, cet.8,
2019