Anda di halaman 1dari 2

Normalisasi Perilaku Koruptif di Dunia Pendidikan

Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah sangat parah dan mengakar dalam
segala aspek kehidupan. Perkembangan korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat baik
jumlah atau skala kerugian keuangan negara maupun kualitasnya yang semakin sistematis,
canggih dan merasuk ke segala aspek kehidupan masyarakat. Maraknya kasus korupsi di
Indonesia tidak lagi mengenal siapa, mengapa dan bagaimana batasnya, bukan hanya pejabat
publik dan kelompok kepentingan yang melakukan korupsi publik dan swasta, tetapi korupsi
telah menjadi fenomena sosial. Tak terkecuali di dunia pendidikan, dunia kampus yang
seharusnya berperan dalam mengatasi fenomena gunung es korupsi justru turut ikut
menambah angka kasus tindak pidana korupsi di Indonesia.
Banyaknya kasus korupsi yang telah terjadi serta hukuman yang lemah cenderung
membuat masyarakat seakan menormalisasi tindak kejahatan yang terjadi. Seperti suap
menyuap penerimaan pegawai, promosi maupun mutasi, bahkan didunia pendidikan seperti
suap peneriman mahasiswa/siswi baru, kenaikan kelas, kelulusan, bahkan untuk mendapatkan
nilai tertentu dalam ujian mata pelajaran atau mata kuliah.
Mungkin tak perlu jauh melihat perilaku korupsi dari kalangan atas, sebagai mahasiwa
secara sadar kita pun tak jauh dari prilaku koruptif. Mahasiswa yang identik dengan berbagai
ide-ide hebatnya yang tak jarang pula dianggap sebagai kaum intelektual. Kita yang kerap
mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tak sejalan dengan tujuan dan
kesejahteraan rakyat pun kerap melakukan tindakan koruptif. Perilaku koruptif tersebut, antara
lain menyontek, titip absen, terlambat, plagiarisme, proposal palsu dan gratifikasi ke dosen,
mark up uang buku serta penyalahgunaan uang beasiswa.
Maka dari itu, adanya pendidikan anti korupsi sangat penting karena mengenalkan,
menyadarkan, dan memberdayakan individu serta masyarakat tentang bahaya korupsi.
Pendidikan anti korupsi yang didorong oleh KPK ini bertujuan untuk mendukung pendidikan
karakter peserta didik di sepanjang jenjang pendidikannya, dengan begitu para peserta didik
bisa menyelesaikan seluruh pendidikan termasuk budaya tidak mau korupsi sudah tertanam
pada dirinya setelah selesai menjalani pendidikan formal. Namun, tak hanya pencegahan dari
eksternal pencegahan internal pun harus turut digalakan dengan membentuk budaya yang tidak
sekedar paham tentang korupsi tetapi juga menumbuhkan budaya tidak mau korupsi, maka
dengan begtiu secara sadar kita akan berusaha untuk menjauh dari resiko melakukan tindak
pidana korupsi.
Kita sebagai mahasiswa memiliki peran sebagai generasi penerus bangsa serta
diharapkan menjadi calon pemimpin di masa depan demi bangsa. Kita, mahasiswa dianggap
sebagai aset, cadangan sekaligus harapan untuk bangsa di masa depan. Oleh karena itu, kita
dituntut untuk menolak dengan tegas segala prilaku dan tindakan korupsi serta ikut mengambil
peran dalam memerangi korupsi di Indonesia dengan memutus rantai korupsi sampai
keakarnya dan dimulai dari diri kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai