Anda di halaman 1dari 9

Tugas 3.1.a.6. "Demonstrasi Kontekstual" dalam Modul 3.

1 membawa kita dalam


sebuah perjalanan yang mengesankan ke dalam dunia pengambilan keputusan etis
dan moral di lingkungan pendidikan. Sebagai langkah awal, saya telah melakukan
wawancara dengan Dua pimpinan yang berpengaruh di sekolah-sekolah yang
berbeda, masing-masing memegang peran penting dalam mengambil keputusan
dilema etika. Pertemuan dengan Bapak Ajis, S.Ag sebagai kepala SMP Negeri 1
Momunu dan Ibu Sulastri Harun, M.Pd Kepala SDN 2 Momunu telah membuka pintu
wawasan yang berharga tentang bagaimana pengambilan keputusan moral dan etis
berperan dalam pembentukan karakter dan arah pendidikan. Mari kita eksplorasi lebih
lanjut pemikiran dan pandangan yang terungkap dalam wawancara ini, serta temukan
apa yang membedakan setiap pemimpin dalam menghadapi dilema etika di dunia
pendidikan.

Wawancara dengan Kepsek SMP Negeri 1 Momunu

Wawancara dengan Kepala SDN 2 Momunu


1. Bagaimana biasanya Anda mengenali situasi yang dapat dianggap
sebagai dilema etika atau bujukan moral dalam konteks sekolah Anda?

Bapak Ajis, S.Ag menyampaikan bahwa Seorang pemimpin di sekolah tidak hanya
mengidentifikasi dilema etika atau bujukan moral melalui pengamatan konflik nilai
dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan, tetapi juga melibatkan
pertimbangan moral dan menjalani proses refleksi rutin. Dia mengakui pentingnya
memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil selaras dengan nilai-nilai etika
dan moral yang menjadi landasan di lingkungan pendidikan mereka.

Ibu Sulastri Harun, M.Pd juga menekankan signifikansi memerhatikan


pertentangan nilai, melakukan konsultasi dengan tim (guru), mengevaluasi
dampak pada lingkungan, dan mempertimbangkan aspek berpikir jangka panjang
dalam mengenali dilema etika atau bujukan moral di sekolahnya. Fokusnya pada
elemen-elemen ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang
diambil tidak hanya mendukung budaya positif di sekolah, tetapi juga
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa dan staf
pendidikan.

2. Bisa Anda ceritakan bagaimana Anda biasanya mengambil keputusan


ketika dihadapkan pada kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-
sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?

Bapak Ajis, S.Ag menjelaskan, dalam situasi semacam ini, pemimpin secara
konsisten melakukan evaluasi mendalam terhadap setiap opsi yang tersedia. Dia
aktif melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti seluruh guru, orang tua,
murid, Komite sekolah, bahkan Kepala Desa jika diperlukan. Keputusan yang
diambil harus sejalan dengan visi sekolah dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam
proses pengambilan keputusan, pertimbangan etika, dampak jangka panjang, dan
kesejahteraan murid selalu menjadi fokus utama. Pemimpin ini berkomitmen
untuk menangani situasi di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar
atau mengandung nilai kebajikan dengan memastikan keputusan yang diambil
mencerminkan keadilan dan keselarasan dengan misi pendidikan sekolah.

Ibu Sulastri Harun, M.Pd, Dalam konteks kasus di mana terdapat dua
kepentingan yang sama-sama benar atau mengandung nilai kebajikan, pemimpin
tersebut cenderung memberikan prioritas pada konsultasi dengan tim guru dan
staf sekolah. Keyakinannya adalah bahwa kolaborasi menjadi kunci utama dalam
mengambil keputusan yang bijak. Melalui diskusi bersama tim, mereka secara
kolektif mempertimbangkan nilai-nilai etika, prinsip-prinsip yang telah ditetapkan,
serta dampak keputusan tersebut pada murid dan lingkungan sekolah. Keputusan
diambil secara demokratis dengan mendengarkan pandangan semua pihak yang
terlibat, memastikan bahwa setiap suara dihargai dan menciptakan solusi yang adil
dan sejalan dengan nilai-nilai kolektif.

3. Apakah Anda memiliki langkah-langkah atau prosedur khusus yang


Anda ikuti dalam pengambilan keputusan dilema etika? Bagaimana
prosesnya biasanya?

Bapak Ajis, S.Ag, Langkah pertama yang diambil adalah melakukan analisis
mendalam terhadap kasus tersebut. Pemimpin akan berupaya memahami inti
masalah, pihak-pihak yang terlibat, dan nilai-nilai yang relevan dalam konteks
situasi tersebut. Selanjutnya, mereka akan mengorganisir pertemuan dengan tim
guru dan pihak terkait lainnya untuk mengadakan diskusi terinci. Dalam forum ini,
mereka berkolaborasi untuk mencari solusi yang paling sesuai dengan nilai-nilai
etika dan prinsip-prinsip kebajikan yang menjadi landasan sekolah. Keputusan
diambil berdasarkan konsensus tim, memastikan bahwa setiap sudut pandang
dipertimbangkan secara cermat untuk mencapai penyelesaian yang sejalan
dengan nilai-nilai kolektif dan memberikan solusi yang paling tepat dalam konteks
dilema etika yang dihadapi.

Ibu Sulastri Harun, M.Pd menerapkan prosedur yang melibatkan berbagai


pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan dilema etika. Langkah
pertama adalah melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap kasus yang
dihadapi. Selanjutnya, mereka mengadakan pertemuan dengan tim guru, komite
sekolah, orang tua, dan jika perlu, murid. Dalam pertemuan ini, mereka bersama-
sama menganalisis setiap opsi yang tersedia dan mempertimbangkan implikasi
dari setiap pilihan. Keputusan diambil melalui diskusi terbuka, dengan fokus pada
prinsip-prinsip etika dan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi sekolah. Proses ini
menjamin bahwa setiap sudut pandang dipertimbangkan secara komprehensif
dan keputusan akhir mencerminkan komitmen sekolah terhadap prinsip-prinsip
etika yang dipegang teguh.

4. Apa yang menurut Anda efektif dalam pengambilan keputusan dalam


kasus dilema etika di sekolah? Apakah ada pendekatan tertentu yang
Anda temukan berhasil?

Bapak Ajis, S.Ag, sebagai pemimpin sekolah menyampaikan efektivitas dalam


menghadapi dilema etika di sekolah sangat tergantung pada adanya
komunikasi yang efisien dan kolaborasi yang kuat di antara tim guru dan staf
sekolah. Mereka menyimpulkan bahwa pendekatan yang melibatkan banyak
pemangku kepentingan, seperti guru, orang tua, komite sekolah, dan jika perlu,
murid, menjadi kunci keberhasilan. Dengan mengadopsi pendekatan ini,
melalui diskusi terbuka dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang,
mereka mampu mencapai keputusan yang lebih baik. Pendekatan ini bukan
hanya menciptakan lingkungan partisipatif, tetapi juga memastikan bahwa
nilai-nilai etika dan prinsip-prinsip kebajikan menjadi bagian integral dalam
setiap keputusan, membentuk dasar yang kokoh untuk menanggapi dilema
etika di sekolah.

Ibu Sulastri Harun, M.Pd menyatakan bahwa Efektivitas dalam pengambilan


keputusan dilema etika di sekolah, menurut pemimpin sekolah, membutuhkan
analisis mendalam terhadap kasus tersebut. Dengan mengidentifikasi inti
masalah dan nilai-nilai yang terlibat, mereka dapat mengevaluasi semua opsi
dengan lebih baik. Pendekatan ini membantu mereka memilih solusi yang
paling sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan nilai-nilai yang menjadi dasar
sekolah. Fokus pada identifikasi inti masalah dan nilai-nilai terlibat merupakan
langkah kunci untuk membuat keputusan yang sejalan dengan misi dan visi
sekolah serta menciptakan solusi yang etis dalam menghadapi dilema etika di
lingkungan pendidikan.

5. Apa yang menjadi tantangan utama dalam mengambil keputusan


ketika dihadapkan pada dilema etika? Bagaimana Anda mengatasi
tantangan tersebut?

Bapak Ajis, S.Ag, menyampaikan Tantangan utama dalam mengambil


keputusan ketika dihadapkan pada dilema etika adalah adanya tekanan dari
berbagai pihak, seperti orang tua, komite sekolah, atau bahkan kebijakan
pemerintah. Kami berusaha mengatasi tantangan ini dengan memastikan
bahwa setiap keputusan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang telah
menjadi panduan utama bagi sekolah kami. Komunikasi terbuka dengan semua
pihak yang terlibat menjadi kunci dalam mengatasi tekanan tersebut, di mana
kami secara rinci menjelaskan pemikiran di balik setiap keputusan yang diambil.
Dengan pendekatan ini, kami berharap membangun pemahaman bersama dan
memastikan bahwa setiap langkah yang diambil mencerminkan integritas etika
dan kesetiaan pada nilai-nilai inti yang menjadi dasar institusi pendidikan kami.

Ibu Sulastri Harun, M.Pd Tantangan utama dalam mengambil keputusan ketika
dihadapkan pada dilema etika adalah menjaga keseimbangan antara
kepentingan individu dan kepentingan sekolah secara keseluruhan. Upaya kami
untuk mengatasi tantangan ini melibatkan kepastian bahwa setiap keputusan
yang diambil adalah untuk kebaikan bersama dan sejalan dengan nilai-nilai
etika sekolah. Kami juga berkomitmen untuk melibatkan semua pihak yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan, dengan harapan dapat
mencapai keputusan yang lebih adil dan seimbang. Dengan pendekatan ini,
kami berusaha untuk menghadapi dilema etika dengan perspektif kolektif,
mengintegrasikan kepentingan individu sekaligus mendukung integritas dan
nilai-nilai inti yang menjadi dasar institusi pendidikan kami

6. Apakah Anda memiliki jadwal atau tatakala tertentu dalam


menyelesaikan kasus dilema etika? Apakah Anda cenderung
menyelesaikannya segera atau ada prosedur tertentu yang Anda ikuti?

Bapak Ajis, S.Ag, Dalam menangani kasus dilema etika, kami cenderung tidak
mengikuti jadwal tertentu. Fokus utama kami adalah mendapatkan pemahaman
yang mendalam tentang situasi dan nilai-nilai etika yang terlibat. Meskipun kami
berusaha menyelesaikan kasus secepat mungkin, kami tidak terburu-buru dalam
mengambil keputusan. Ada situasi di mana kasus dilema etika memerlukan waktu
ekstra untuk diskusi dan konsultasi yang lebih mendalam. Pendekatan ini
memastikan bahwa setiap keputusan diambil setelah pertimbangan matang dan
melibatkan pandangan yang beragam, menciptakan solusi yang sejalan dengan
nilai-nilai etika yang dianut oleh sekolah.

Ibu Sulastri Harun, M.Pd Dalam menangani kasus dilema etika, kami tidak
mengikuti jadwal tetap untuk menyelesaikannya. Meskipun kami berupaya
menuntaskan kasus secepat mungkin, kami juga memastikan bahwa proses
pengambilan keputusan berjalan dengan baik. Kami cenderung mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan, termasuk melakukan konsultasi dengan semua
pihak yang terlibat. Terkadang, kasus dilema etika memerlukan waktu tambahan
untuk memastikan bahwa semua sudut pandang dan nilai-nilai etika yang terlibat
dipertimbangkan secara menyeluruh. Pendekatan ini memberikan keyakinan
bahwa setiap keputusan diambil dengan teliti dan sejalan dengan prinsip-prinsip
etika yang menjadi pedoman sekolah.

7. Adakah seseorang atau faktor-faktor yang biasanya membantu atau


mempermudah Anda dalam proses pengambilan keputusan dalam kasus
dilema etika di sekolah?

Bapak Ajis, S.Ag Dalam proses pengambilan keputusan dilema etika, kami
biasanya melibatkan tim manajemen sekolah dan guru-guru yang memiliki
pengalaman dalam masalah etika. Kami meyakini bahwa melalui diskusi dan
berbagi pandangan dengan rekan-rekan yang memiliki pengalaman serupa, kami
dapat lebih baik memahami situasi yang dihadapi dan bersama-sama mencari
solusi yang lebih baik. Pendekatan kolaboratif ini membantu kami mendapatkan
berbagai perspektif yang berharga dan memperkaya pengambilan keputusan,
sehingga dapat menciptakan solusi yang lebih holistik dan sesuai dengan nilai-
nilai etika yang dianut oleh sekolah.
Ibu Sulastri Harun, M.Pd Sebagai seorang kepala sekolah tentunya saya harus
mampu membuat keputusan dengan berdasarkan nilai nilai kebajikan yang saya
pahami, namun melibatkan dewan guru atau pihak terkait juga bukan halyang salah
selama hal itu baik untuk siswa dan Lembaga.

Analisis dan Refleksi

1. Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut?

Dari wawancara kedua narasumber kepala sekolah, terdapat beberapa hal menarik
yang dapat diidentifikasi:

Pemahaman Dilema Etika: Kedua Kepala Sekolah menunjukkan pemahaman yang


mendalam mengenai dilema etika dan bujukan moral dalam konteks pendidikan.
Mereka mampu dengan cermat mengidentifikasi situasi-situasi yang memerlukan
pengambilan keputusan sulit.

Prosedur Pengambilan Keputusan: Setiap Kepala Sekolah menunjukkan pendekatan


yang terstruktur dalam menghadapi dilema etika dengan mengikuti prosedur atau
langkah-langkah khusus dalam pengambilan keputusan. Hal ini mencerminkan
kematangan mereka dalam menangani situasi yang memerlukan pertimbangan moral.

Pendekatan Berbasis Kebajikan: Semua Kepala Sekolah menegaskan pentingnya


nilai-nilai kebajikan dalam mengambil keputusan, dengan menekankan bahwa
kebijakan dan tindakan mereka senantiasa berakar pada nilai-nilai etis yang positif.

Kerjasama: Sejumlah Kepala Sekolah menonjolkan kolaborasi dengan para pemangku


kepentingan, seperti komite sekolah atau orang tua, dalam menghadapi keputusan
yang melibatkan dilema etika. Ini mencerminkan prinsip transparansi dan partisipasi
aktif dalam proses pengambilan keputusan.

2. Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah
sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu
pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?

Secara umum, kesamaan terletak pada pemahaman mendalam mengenai dilema etika
dan pengakuan akan signifikansi nilai-nilai kebajikan. Di sisi lain, perbedaan utamanya
muncul dalam pendekatan konkret yang mereka terapkan dalam proses pengambilan
keputusan dan bagaimana mereka mengatasi tantangan yang muncul.
3. Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang
mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas
pengambilan keputusan mereka?

Evaluasi efektivitas terhadap kebijakan yang diambil akan dilakukan dengan


memonitor dampak jangka panjang, termasuk perubahan nyata dalam mutu
pendidikan, perubahan perilaku siswa, serta tingkat kepuasan orang tua dan staf.
Stakeholder akan diikutsertakan secara aktif melalui pelaksanaan survei dan diskusi
terbuka, menjadi bagian integral dari proses evaluasi. Dengan pendekatan ini, mereka
berharap dapat memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil secara konsisten
sejalan dengan tujuan sekolah dan mencerminkan nilai-nilai yang menjadi landasan.

4. Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika


pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda
yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, saya akan mengintegrasikan pengambilan


keputusan dilema etika dengan prinsip-prinsip etika dan keterlibatan stakeholder,
memastikan keterbukaan, transparansi, dan pembelajaran bagi semua pihak yang
terlibat, sehingga keputusan yang diambil selaras dengan nilai-nilai kebajikan dan
membentuk pengalaman pembelajaran yang berharga

Anda mungkin juga menyukai