Anda di halaman 1dari 4

Perintah Menjaga Lisan, Pandangan, dan Kemaluan.

Perintah menjaga lisan bagi seorang muslim telah ditekankan baik dalam Al-Quran ataupun hadist.
Menjaga lisan sangatlah penting sebab selamat atau tidaknya seseorang juga dipengaruhi dari lisan.
Karena ketidak mampuan seseorang untuk menjaga lisan akhirnya menjerumuskan pada lubang
kehancuran dan kerusakan.

Allah SWT berfirman, artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan
pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)

Tidak boleh mencela, apalagi celaan yang tidak ada alasan syariat. Semisal mencela karena adanya iri
hati, dengki dan sebagainya. Karena seseorang yang mencela orang lain, sesungguhnya hidup akan jauh
dari ketenangan dan kenikmatan. Bahkan orang yang terbiasa gibah dan ia belum bertaubat, maka di
akhiratnya akan dihidangkan makanan dari bangkai daging orang yang digibahkan tersebut.

Allah SWT berfirman, artinya: “Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12).

Dari potongan arti ayat surah Al Hujurat ayat 12, dapat dipahami bahwa pahala akan berpindah seketika
ketika bergibah, jika belum bertaubat maka secara otomatis akan dihukum dengan memakan bangkai
daging saudaranya ketika di akhirat. Demikian seterusnya. Di dunia hidupnya tidak tentram dan di
akhirat juga ia akan merasakan kegelisahan.

Kemudian, perintah menjaga pandangan dan kemaluan dijelaskan di Q.S. An-Nur/24:3. “Dan katakanlah
kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
(auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra
mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama
Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kamu
beruntung.”
Pandangan diibaratkan “panah setan” yang siap ditembakkan kepada siapa saja. “Panah setan” ini
adalah panah yang jahat yang merusakan dua pihak sekaligus, si pemanah dan yang terkena panah.
Rasulullah saw. juga bersabda pada hadis yang lain, “Pandangan mata itu merupakan anak panah yang
beracun yang terlepas dari busur iblis, barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Swt.,
maka Allah Swt. akan memberinya ganti dengan manisnya iman di dalam hatinya.” (Lafal hadis yang
disebutkan tercantum dalam kitab Ad-Da’wa Dawa’ karya Ibnul Qayyim).

Panah yang dimaksud adalah pandangan liar yang tidak menghargai kehormatan diri sendiri dan orang
lain. Zina mata adalah pandangan haram. Al-Qurān memerintahkan agar menjaga pandangan ini agar
tidak merusak keimanan karena mata adalah jendela hati. Jika matanya banyak melihat maksiat yang
dilarang, hasilnya akan langsung masuk ke hati dan merusak hati.

Dalam hal ketidaksengajaan memandang sesuatu yang haram, Rasulullah saw. bersabda kepada Ali ra.,
“Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan pandangan
(berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang
terakhir (pandangan yang kedua)” (H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, di-hasan-kan oleh Syaikh al-Albani).

Sementara, Orang yang tidak bisa menjaga kemaluannya pasti tidak bisa menjaga pandangannya. Hal ini
karena menjaga kemaluan tidak akan bisa dilakukan jika seseorang tidak bisa menjaga pandangannya.
Menjaga kemaluan dari zina adalah hal yang sangat penting dalam menjaga kehormatan.

Karena dengan terjerumusnya ke dalam zina, bukan hanya harga dirinya yang rusak, orang terdekat di
sekitarnya seperti orang tua, istri/ suami, dan anak akan ikut tercemar. “Dan, orang-orang yang
memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki.
Maka sesungguhnya, mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang sebaliknya, mereka
itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. al-Ma’ārij/70:29-31)

Allah Swt. sangat melaknat orang yang berbuat zina, dan menyamaratakannya dengan orang yang
berbuat syirik dan membunuh. Tiga perbuatan dosa besar yang amat sangat dibenci oleh Allah Swt.

Keutamaan Menjaga Lisan, Pandangan, dan Kemaluan

Keutamaan Menjaga Lisan

1. Dijauhkan dari Kebinasaan

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits menjelaskan bahwa mereka yang tidak bisa menjaga lisannya akan
binasa di akhirat kelak. Dikatakan juga wajah mereka akan tersungkur dalam neraka sebagaimana
sabdanya ketika berbincang dengan Mu'adz bin Jabal RA,
"Maukah aku beritahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?" Jawabnya: "Iya, wahai
Rasulullah." Maka Beliau memegang lidahnya dan bersabda, "Jagalah ini". Ia bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?" Maka Beliau bersabda,
"Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain
ucapan lisan mereka?" (HR Tirmidzi)

2. Mendapat Ridha Allah SWT

Orang yang menjaga lisannya niscaya akan mendapat ridha Allah SWT. Hal ini sesuai dalam sebuah
hadits yang berbunyi,

"Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak
menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya
pada hari dia berjumpa dengan Allah." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Malik dan Ahmad)

3. Dekat dengan Rasulullah SAW di Surga

Menjaga lisan jadi fondasi suatu akhlak yang baik. Dengan akhlak yang baik itu maka akan membawa diri
kaum muslimin dekat kepada Nabi Muhammad SAW di surga kelak.

"Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat duduknya denganku
pada hari kiamat adalah kalian yang paling baik akhlaknya." (HR Tirmidzi)

4. Diganjar Surga

Mereka yang dapat menjaga lisannya dari perkataan buruk dan tidak berguna niscaya akan diganjar
surga oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits dari Sahl bin Sa'ad,

"Barang siapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara
kedua tulang rahangnya, yakni mulut atau lidah, serta antara kedua kakinya, yakni kemaluannya, maka
saya memberikan jaminan surga untuknya." (HR Bukhari)

5. Memperoleh Kedudukan Tinggi sebagai Muslim

Dalam sebuah riwayat, Nabi SAW ditanya:

"Siapakah muslim yang paling utama?' Kemudian beliau menjawab, "Orang yang bisa menjaga lisan dan
tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain." (HR Bukhari).

Keutamaan Menjaga Pandangan

1. Membersihkan hati dari penyesalan. Orang kerap mengumbar pandangan mata niscaya dirundung
penyesalan tiada henti. Menurut Ibnu Qayyim, pandangan akan menyusup ke dalam hati seperti anak
panah yang meluncur setelah dilontarkan. Jika anak panah itu tidak membunuh, tentu ia akan
meninggalkan luka. Pandangan juga diibaratkan seperti bara api yang dilemparkan ke dahan kering. Jika
bara itu tidak membakar semuanya, pasti ia akan membakar sebagiannya.

2. Menjaga pandangan juga dapat mendatangkan cahaya dan kegembiraan di hati. Sebaliknya, orang
yang enggan menjaga pandangan akan mendatangkan kegelapan yang akan terlihat pada wajah dan
semua anggota tubuh.

3. Mendatangkan kekuatan firasat yang jitu. Menahan pandangan bisa menguatkan firasat, sebab firasat
berasal dari cahaya Illahi dan sekaligus buah cahaya itu. Jika hati bercahaya, firasat tidak akan meleset.
Karena hati kedudukannya bagaikan cermin yang memperlihatkan seluruh fakta seperti apa adanya.

4. Membuka pintu dan jalan ilmu serta memudahkan seseorang untuk mendapatkan ilmu. Jika hati
bersinar terang, maka dalam hati akan muncul hakikat pengetahuan yang mudah disingkapkan.
Akibatnya, sedikit demi sedikit dia akan menyerap ilmu tersebut. Sebaliknya, orang yang mengumbar
pandangan matanya, maka hatinya akan berubah kelam dan gelap. Akibat dari itu, jalan dan pintu ilmu
pun tertutup baginya.

5. Mendatangkan kekuatan hati, keteguhan, dan keberanian. Jika seseorang terbiasa menahan
pandangan matanya, maka ia akan menguasai dirinya. Orang yang telah dikuasai oleh bashirah (mata
hati)-nya, niscaya ia akan menguasai hujah. Siapa yang menentang nafsunya, maka setan akan takut
padanya.

Keutamaan Menjaga Kemaluan

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Rodhiyallohu Anhuma, beliau berkata: " Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam: "Wahai pemuda Quroisy, janganlah kalian berzina, jagalah kemaluan, ketahuilah bahwa
orang yang Allah jaga kemaluannya akan mendapatkan surga." Keutamaan orang yang mampu menjaga
kemaluan, Allah akan balas dengan kenikmatan surga.

Anda mungkin juga menyukai