LINGKUNGAN KELUARGA,
LINGKUNGAN SEKOLAH,
LINGKUNGAN MASYARAKAT.
LINGKUNGAN KELUARGA
Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat
membentuk watak dan karakter manusia (anak).
Dalam konteks pendidikan Islam, keluarga merupakan
lembaga pendidikan pertama. Karena dalam keluarga
inilah dasar-dasar kepribadian anak dibentuk.
Menurut al-Ghazali, pendidikan akhlak merupakan
pendidikan awal yang patut diberikan keluarga, dalam
hal ini orangtua, kepada setiap anak-anaknya.
Rasulullah saw. dalam Haditsnya; “Tidak ada seorang
anak pun, kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
beragama Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Sebagaimana
hewan menjadikan hewan yang sempurna, adakah
kalian merasakan padanya ada hewan yang
anggotanya terpotong?”. (HR. Bukhari)
Dalam pendidikan Islam, ibu disebut sebagai sekolah
pertama bagi anak-anaknya (al-ummu madrasatul ula
lil aulad). Ibu adalah orang terdekat pertama bagi
seorang anak.
Lingkungan Sekolah/madrasah
Lingkungan sekolah yang di dalamnya terdapat guru-
guru terbaik dan ikhlash dalam mendidik para siswa-
siswinya merupakan salah satu sarana efektif atau
sarana lanjutan dalam pendidikan Islam.
Lingkungan Masyarakat
Pada lingkungan masyarakat setiap anak patut belajar tentang segala norma
baik yang berlaku. Dengan begitu anak akan menjadi tahu segala hal yang
berkenan dan boleh dilakukan pada lingkungan masyarakat. Adapun sosok
pengarah yang patut memberikan pelajaran kepada anak adalah seluruh
elemen yang ada di dalam masyarakat terutama para tokoh masyarakat. Cara
yang dapat dilakukan adalah dengan mengaktifkan fasilitas-fasilitas yang ada
di masyarakat, salah satunya adalah masjid.
Menurut Ali al-Jumbulati dan Abdul Futuh, fungsi masjid pada zaman
Rasulullah adalah tempat berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah
saw untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar agama Islam.
Sebagai salah satu sarana yang ada di lingkungan pendidikan masyarakat,
masjid dapat dikembangkan sebagai salah satu pusat kegiatan pendidikan.
Dengan menjadikannya sebagai kegiatan pendidikan keberadaan masjid di
masyarakat akan dapat lebih bermanfaat daripada hanya sekedar menjadi
tempat ibadah.
TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ISLAM
Tanggung jawab iman. Iman ialah keyakinan yang ditegaskan dalam hati, dinyatakan dengan lisan dan
Keyakinan inilah yang harus ditanamkan pada peserta didik sehingga mereka memahami tentang rukun
iman. Penegasan keyakinan (iman) ini pula yang ditanamkan Luqman al-Hakim kepada anaknya, Allah
Swt berfirman: “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah, (syirik) sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Tanggung jawab pendidikan akhlak. Tanggung jawab pendidikan akhlak ialah mengarahkan dan
membimbing peserta didik agar memiliki akhlak terpuji dan terhindar dari akhlak tercela sehingga dalam
kehidupan bagus akhlaknya kepada Allah Swt, pada sesama manusia dan alam semesta.
Tanggung jawab pendidikan jasmani. Tangung jawab jasmani adalah mengantarkan tubuh menjadi
sehat dengan terpenuhinya asupan gizi yang cukup.
Tanggung jawab pendidikan akal, yaitu mengarahkan dan membimbing akal manusia atau peserta
didik untuk dapat menangkap dan mengetahui bahwa Allah Swt adalah Tuhannya, yang wajib disembah
dan tempat meminta tolong.
Tanggung jawab pendidikan rohani. Pertama, mengantarkan manusia supaya bersyahadah yaitu
menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah. Kedua,
membimbing dan mengisi rohani dengan pendidikan agama, tausiyah dan zikir (tasbih) sehingga jiwanya
menjadi tenang.
Tanggung jawab pendidikan sosial. Yaitu adalah pembentukan keperibadian yang utuh, sehat jasmani
dan rohani mengajak manusia kepada trilogi menyeru yaitu menyeru kepada jalan kebaikan, menyeru
kepada makruf dan nahi mungkar.
Evaluasi Pendidikan Islam
Islam memandang evalusi sangat penting dilihat dari
indikator shalat tersebut seperti dalam Al-qur’an
dijelaskan (Al-Ankabut : 29 : 45) “Sesungguhnya shalat
itu mencegah perbuatan keji dan munkar”. orang yang
shalatnya bener bisa dilihat dari kesehariannya dalam
berbicara, berinteraksi, berpakaian, dll.
Allah dalam berbagai firman-Nya dalam Al-Quran
memberitahukan kepada kita bahwa pekerjaan
evaluasi terhadap anak didik merupakan suatu tugas
penting dalam rangkaiaan proses pendidikan yang
telah dilaksanakan oleh pendidik.
TUJUAN PEDAGOGIS EVALUASI
Ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Allah
terhadap perbuatan manusia yaitu:
1). Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman
terhadap berbagai macam problema kehidupan yang
dialaminya.
2). Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil
pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah SAW
terhadap umatnya.
3). Untuk menentukan klasifikasi atau tingkatan-tingkatan
keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui
manusia yang paling mulya di sisi Allah yaitu manusia yang
paling bertakwa kepadaNya.
Sasaran Evaluasi
Benjamin S. Bloom menjelaskan bahwa psychological
domains yang dijadikan sasaran evaluasi Allah dan Nabi
meletakkan tekanan masingmasing sasarannya sebagai
berikut:
1). Evaluasi Allah lebih menitik beratkan pada sikap,
perasaan, dan pengetahuan manusia, seperti iman, kekafiran,
ketakwaan (kognitif-afektif).
2). Evaluasi Nabi sebagai pelaksana perintah Allah sesuai
wahyu yang di turunkan kepada beliau lebih menitik
beratkan pada kemampuan dan kesediaan manusia untuk
mengamalkan ajaran-Nya, dimana faktor psikomotorik
menjadi tenaga penggeraknya. Disamping itu faktor konatif
(kemauan) juga dijadikan sasarannya (konatif-psikomotorik).
Definisi Evaluasi
Terminologis: Evaluasi berasal dari kata “To
Evaluate” yang berarti menilai. terdapat pula istilah
measurement yang berarti mengukur. Dalam bahasa
arab : Al-Taqdiir, dalam bahasa Indonesia berarti
penilaian. Akar katanya adalah value, dalam bahasa
arab (Al-Qiimah).
Pengukuran dalam pendidikan adalah usaha untuk
memahami kondisi-kondisi objektif tenang sesuatu
yang akan dinilai. Penilaian dalam pendidikan Islam
akan objektif apabila disandarkan pada nilainilai Al-
Quran dan Al-Hadits.
Definisi Evaluasi Pendidikan
Evaluasi Pendidikan secara harfiyah berarti penilaian dalam bidang
pendidikan atau hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Suharsimi Arikunto mengajukan tiga istilah dalam pembahasan
evaluasi yaitu, pengukuran, penilaian dan evaluasi. Pengukuran
(measurement) adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
Pengukuran ini bersifat kuantitatif. Penilaian adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk penilaian
ini bersifat kualitatif, sedangkan evaluasi mencakup pengukuran dan
penilaian.
Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau tekhnik
penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar
perhitungan yang bersia komperhensif dari seluruh aspek-aspek
kehidupan mental psikologi dan spiritual religious, karena manusia
hasil pendidikan islam bukan saja sosok pribadi yang tidak hanya
bersifat religius, melainkan juga berilmu dan berketrampilan yang
sanggup beramal dan berbakti kepada tuhan dan masyarakatnya.
SASARAN-SASARAN DARI EVALUASI
PENDIDIKAN ISLAM
Secara garis besarnya meliputi empat kemampuan dasar
anak didik yaitu:
1). Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan pribadinya
dengan Tuhannya.
2). Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dirinya
dengan masyarakat.
3). Sikap dan pengamalan terhadap arti kehidupannya
dengan alam sekitarnya.
4). Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku
hamba Allah dan selaku anggota masyarakat serta selaku
holifah di muka bumi.
OBJEK, TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI
Objek evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang
dijadikan titik pusat perhatian/pengamatan.
Input : Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses
pembelajaran di sekolah, input tidak lain adalah calon
siswa.
Transformasi : Transformasi yang dapat diibaratkan
sebagai “mesin pengolah bahan mentah menjadi bahan
jadi”.
Output : Sasaran evaluasi dari segi output adalah tingkat
pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih
peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses
pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan.
Tujuan Evaluasi Pendidikan Islam:
Pertama, tujuan horizontal: pendidikan hendaknya
dapat mengembangkan pengalaman kehidupan yang
konkrit yang terkait dengan pemahaman diri, sesama
manusia dan alam semesta.
Kedua, tujuan vertical: pendidikan sains dan
tekhnologi selain menjadi alat untuk pemanfaatan,
pemeliharaan dan melestarikan sumber daya alam,
juga henndaknya menjadi jembatan dalam mencapai
hubungan yang abadi dengan sang pencipta.
Menurut Anas Sudijono, tujuan evaluasi secara umum
adalah adalah, Pertama, untuk mencari informasi
atau bukti-bukti tentang sejauhmana kegiatan-
kegiatan yang dilakukan telah mencapai tujuan, atau
sejauhmana batas kemampuan yang telah dicapai oleh
seseorang atau sebuah lembaga. Kedua, untuk
mengetahui sejauhmana efektifitas cara dan proses
yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
FUNGSI EVALUASI
Menurut Abudin Nata, fungsi evaluasi meliputi:
Mengetahui tercapai tidaknya tujuan.
Memberi umpan balik bagi guru dalam melakukan
proses pembelajaran.
Untuk menentukan kemajuan belajar.
Untuk mengenal peserta didik yang mengalami
kesulitan.
Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar yang
tepat.
Bagi pendidik, untuk mengatur proses pembelajaran.
Fungsi Evaluasi menurut Al-Quran
Berdasarkan prinsip evaluasi dalam Al-Quran dan
yang dipraktekan oleh Nabi, maka evaluasi berfungsi
sebagai berikut :
Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman
terhadap berbagai macam problema kehidupan yang
dihadapi (Q.S. Al-Baqoroh : 2 : 155).
Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana
hasil pendidikan wahyu yang di aplikasikan Rasulullah
SAW kepada umatnya (Q.S. An Naml : 27 : 40).
EVALUASI DI SEKOLAH
Evaluasi di sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut:
Untuk mengetahui mana peserta didik yang pandai dan yang
bodoh dikelasnya.
Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah
dimiliki peserta didik atau belum.
Untuk mendorong persaingan yang sehat antara peserta didik.
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik
setelah mengalami didikan dan ajaran.
Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan,
metode, dan berbagai penyesuaian dalam kelas.
Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk
raport ijazah, piagam dan sebagainya.
PRINSIP-PRINSIP EVALUASI DALAM
PENDIDIKAN ISLAM
Valid : Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis
tes yang terpercaya dan shahih.
Berorientasi kepada kompetensi : Evaluasi harus memiliki pencapaian
kompetensi peserta didik yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap
keterampilan dan nilai yang terefleksi dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Berkelanjutan : Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu-
kewaktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik,
sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian.
Menyeluruh : Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakaup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik dan meliputi seluruh materi ajar serta
berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaiaan.
Bermakna : Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua
pihak untuk itu evlauasi hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti
oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
PRINSIP-PRINSIP EVALUASI DALAM
PENDIDIKAN ISLAM
Adil dan objektif : Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi
peserta didik dan objektifitas pendidik, tanpa membedakan janis kelamin,
latar belakang etnis, budaya, dan berbagai hal yang memberikan kontribusi
pada pembelajaran.
Terbuka : Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai
kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi
pihak- 48 pihak yang berkepentingan tanpa ada rekayasa atau sembunyi-
sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
Ikhlas : Ikhlas berupa kebersihan niat atua hati pendidik, bahw aia melakukan
evaluasi itu dalam rangka efisiensi tercapainya tujuan pendidikan, dan bagi
kepentingan peserta didik.
Praktis : Praktis berati mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan beberapa
indikator yaitu (a) hemat waktu, biaya dan tenaga, (b) mudah
diadministrasikan, (c) mudah menskor dan mengolahnya, dan (d) mudah
ditafsirkan.
Dicatat dan akurat : Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus
secara sistematis dan komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga seaktu-
waktu dapat dipergunakan.