PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
e.
C.
1.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.
a.
Model Dikotomis
Pada model ini, aspek kehidupan dipandangan sangat sederhana, dan
kata kuncinya adalah dikotomi atau diskrit. Segala sesuatu hanya dilihat dari
dua sisi yang berlawanan. Pandangan dikotomis tersebut pada gilirannya
dikembangkan dalam memandang aspek kehidupan dunia dan akhirat,
kehidupan jasmani dan rohani, sehingga pendidikan agama Islam hanya
diletakkan pada aspek kehidupan akhirat saja atau kehidupan rohani saja.
Dengan demikian, pendidikan agama dihadapkan dengan pendidikan non
agama, pendidikan keislaman dengan nonkeislaman, demikian seterusnya.
[10]
Pandangan semacam itu akan berimplikasi pada pengembangan
pendidikan agama Islam yang hanya berkisar pada aspek kehidupan ukhrowi
yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang
terpisah dari kehidupan jasmani. Pendi dikan (agama) Islam hanya
mengurusi persoalan ritual dan spiritual, sementara kehidupan ekonomi,
politik, seni-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan sebagainya
dianggap sebagai urusan duniawi yang menjadi garapan bidang pendidikan
non agama.
Pandangan dikotomis inilah yang menimbulkan dualism dalam sistem
pendidikan, yaitu istilah pendidikan agama dan non agama. Sikap dikotomi
(Dualisme) ini terkait erat dengan world view umat Islam dalam memandang
dan menempatkan dua sisi ilmu, yaitu ilm al-dnyah dan ilm ghair aldnyah.[11]
Demikian pula pendekatan yang dipergunakan lebih bersifat
keagamaan yang normatif, doktriner dan absolutis. Peserta didik diarahkan
untuk
menjadi
pelaku
(actor)
yang
loyal,
memiliki
sikap commitment (keberpihakan), dan dedikasi (pengabdian) yang tinggi
terhadap agama yang dipelajari. Sementara itu, kajian-kajian keilmuan yang
bersifat empiris, rasional, analitis-kritis, dianggap dapat menggoyahkan
iman, sehingga perlu ditindih oleh pendekatan yang normatif dan doktriner
tersebut. Pola dikotomi yang demikian, telah menimbulkan sejumlah efek
negatif.
Abdurrahman Masud dalam salah satu penelitiannya sebagaimana
dikutip Maarif menunjukkan bahwa cara pandang yang dikotomik tersebut
akhirnya telah membawa kemunduran dalam dunia pendidikan Islam. Di
antaranya adalah menurunnya tradisi belajar yang benar di kalangan
muslim, layunya intelek tualisme Islam, melanggengkan supremasi ilmu-ilmu
agama yang berjalan secara monotomik, kemiskinan penelitian empiris serta
menjauhkan disiplin filsafat dari pendidikan Islam.[12]
b. Model Mekanisme
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membaca makalah ini secara seksama, maka dapatlah
disumpulkan bahwa bahwa sumber belajar pendidikan agama Islam adalah
semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat
digunakan oleh peserta didik untuk mengenal, memahami menghayati,
mengimani, bertaqwa, berakhlaq mulia , mengamalkan ajaran Islam yang
berlandaskan Al-Quran dan Hadits sebagai sumber belajar yang utama.
Terdapat dua sumber Pendidikan Agama Islam yaitu sumber utama
atau pokok yang terdiri dari Al-Quran dan Al-Hadits dan yang kedua adalah
sumber tambahan yang terdiri atas manusia, buku, lungkungan, media
massa, media pengajaran dan tentunya sumber tambahan lain yang tidak
tertulis dalam makalah ini.
Peranan sumber belajar PAI dapat diuraikan menjadi peranan
dalambentuk individual, dalam bentuk klasikal dan juga dalam bentuk
kelompok.
Sementara itu, pengembangan sumber belajar Pendidikan Agama
Islam dapat dilakukan pada dua aspek, yaitu pengembangan dari segi teknisi
pelaksanaan misalnya study tour, menanamkan nilai-nilai pribadi siswa
misalnya tanggungjwab, disiplin, mandiri dll., pemberian tugas dan
sebagainya. Serta pengembangan dari sumber belajar PAI dari segi konten
pembelajaran yang meliputi 3 model, yaitu: model dikotomis, model
mekanisme dan model organism atau sistemik.
B. Saran
Setelah mempelajari makalah ini, maka tentunya sebagai seorang
pendidik, diharapkan mampu memanfaatkan segala sumber-sumber belajar
yang tersedia demi tercapainya tujuan pendidikan Agama Islam yang
diharapkan. Tidak hanya sampai di situ, pengembangan sumber-sumber
pendidikan Agama Islam adalah mutlak dilakukan agar pemahaman
pendidikan Agama Islam berjalan secara dinamis dan menyeluruh.
16
Daftar Pustaka
Abdurrahmansyah,2005, Wacana Pendidikan Islam,
Implementasi
Kurikulum
Metodologi
dan
Moralitas.Yogyakarta: Global PustakaUtama
Islam
tentang
Strategi
Pembelajaran. Jakarta:
Romli,ASM.PengertianMediaMassa,http://www.komunikasiuinbandung.info/2013/05
/pengertian-media-massa.html. Diakses 05 Januari 2014
Rohani HM, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Tafsir, Ahmad.2004,
Press
[1] Drs. Ahmad Rohani HM, M. Pd., Pengelolaan Pengajaran, (PT. Rineka Cipta, Jakarta,)hal. 161162.