Anda di halaman 1dari 44

Manakah yang sering Saudara turuti dan

lakukan antara kebiasaan adat istiadat


atau tradisi leluhur
dengan melaksanakan perintah Allah?
Setujukah?
Mungkinkah?
100% KATOLIK
100% TRADISI
Mat 15:1-3

1. Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari


Yerusalem kepada Yesus dan berkata:
2. "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang
kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.”
3. Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar
perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?

Konteks : Mat 15:1-20: Perintah Allah dan Adat istiadat Yahudi


Adat istiadat - Tradisi

■ Yun. Παραδοσις - “Paradosis” – tradisi, doktrin atau amanat yang


diserahkan atau dikomunikasikan dari seseorang kepada orang lain,
baik berhubungan secara religius, ajaran kekristenan, dengan Allah
maupun tentang manusia.
■ Lat. “Traditio” – sesuatu yang telah “diserahkan”, “diteruskan” dan
“diwariskan”.
■ KUBI - 1. adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang
masih dijalankan di masyarakat;
2. penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada
merupakan cara yang paling baik dan benar.
■ Kata "tradisi" tidak terdapat dalam PL, tapi pada zaman antar
perjanjian banyak ajaran berupa penjelasan tentang PL ditambahkan
oleh para rabi.
■ Ajaran ini diteruskan dari guru kepada murid, dan menjelang zaman
Yesus tradisi Yahudi ini sudah dianggap setara dengan Kitab Suci.
■ Hal menyamakan ulasan manusia ini dengan penyataan Allah dicela
oleh Tuhan Yesus.
■ Dengan adat istiadat seperti itu Firman Allah 'dilanggar', 'dinyatakan
tidak berlaku', dikesampingkan dan ditolak (Matius 15:3, 6; Markus
7:8-13).
■ Ajaran adat itu adalah 'perintah manusia' (Matius 15:9; Markus 7:6-7)
dan buahnya dalam praktik ialah ketidaksungguhan dan kemunafikan
(Matius 15:8-9; Markus 7:6-7).
”Tanggapan” Yesus
■ Mrk 7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat
istiadat manusia.
■ Mrk 7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu
mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara
adat istiadatmu sendiri.
■ Mrk 7:13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku
demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu
yang kamu lakukan.”
■ Jadi, ketaatan melaksanakan perintah Allah melebihi daripada
menuruti kebiasaan adat istiadat karena kita mengutamakan bahkan
menempatkan perintah dan kehendak Allah adalah prioritas utama di
dalam hidup kita.
Setujukah atau Bisakah?

100% Pengikut Yesus


100% TRADISI
Jawabannya

■ BISA tetapi ….
■ Tidak semua tradisi
■ Semua TRADISI SUCI → YES … YES … YES …!
Tigas Dasar Iman Gereja Katolik
Tiga Pilar / Tonggak Kebenaran
■ TRADISI SUCI
■ KITAB SUCI
■ MAGISTERIUM
Tradisi Suci

■ Tradisi Suci adalah ajaran yang tidak tertulis.


■ Tradisi Suci, yang mencakup segala sesuatu yang
membantu pengudusan hidup dan pengembangan
umat Allah, berkembang di dalam Gereja dengan
Bantuan Roh Kudus.
Dasar biblis:
■ Kis 2:42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam
persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan
berdoa. → Sebelum KS PB ditulis, jemaat perdana sudah meneriam
“ajaran/tradisi” dari para rasul. Jadi kehidupan iman Gereja tidak terbatas
pada buku saja,tetapi juga pada ajaran lisan para pemimpin suci yang
ditetapkan oleh Tuhan.
■ Kor 15:3 Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu
apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-
dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci (jelas secara lisan)
■ 2Tes 2:15 "Berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang
kamu terima dari kami, baik itu secara lisan maupun secara tertulis." Ajaran-
ajaran yang tidak tertulis semacam itulah yang kita sebut Tradisi.
■ Yoh 21:25 "Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat Yesus, tetapi
jikalau sernuanya itu harus dituliskan satu per satu. maka agaknya dunia ini
tidak memuat semua kitab yang harus ditulis itu." Ayat ini menunjukkan
bahwa tujuan penulisan injilnya bukanlah untuk mendaftar semua ajaran
kristen atau membuat daftar lengkap dari ucapan dan perbuatan Yesus.
Yang dia tulis hanyalah hal-hal yang paling mendasar untuk keselamatan
manusia. Hal yang sama kiranya berlaku untuk kitab-kitab Perjanjian Baru
lainnya.
■ Yoh 16:12-13 "Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi
sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang,
yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi
segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia
akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang." (Yoh 16:12-13)
Bagaimana Roh Kudus akan membimbing kepada keseluruhan kebenaran
jika karyanya dibatasi oleh Tradisi yang sudah dibukukan dalam alkitab
■ Tradisi Gereja atau Tradisi Suci yang diajarkan oleh Gereja Katolik
adalah Tradisi Apostolik, yaitu Tradisi yang diperoleh dari para rasul,
yang diperintahkan oleh Kristus untuk mewartakan semua perintah-
Nya (lih. Mat 28:19-20).
■ Para rasul mewartakan Injil dengan dua cara, yaitu secara lisan dan
tertulis, dan yang lisan ini disebut Tradisi Suci.
■ Tradisi Suci tidak terpisah dari Kitab Suci
Katekismus Gereja Katolik
■ KGK 75: “Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Tuhan
yang Maha tinggi, memerintahkan kepada para Rasul, supaya Injil, yang dahulu
telah dijanjikan melalui para nabi dan dipenuhi oleh-Nya serta dimaklumkan-
Nya sendiri, mereka wartakan kepada semua orang, sebagai sumber segala
kebenaran yang menyelamatkan serta sumber ajaran kesusilaan, dan dengan
demikian dibagi-bagikan karunia-karunia ilahi kepada mereka” (DV 7).
■ KGK 76: Sesuai dengan kehendak Tuhan terjadilah pengalihan Injil atas dua
cara: —secara lisan “oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan
teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima
dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan
Roh Kudus telah mereka pelajari”, — secara tertulis “oleh para Rasul dan tokoh-
tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga membukukan amanat
keselamatan” (DV 7).
■ KGK 77: “Adapun, supaya Injil senantiasa terpelihara secara utuh dan
hidup di dalam Gereja, para Rasul meninggalkan Uskup-Uskup
sebagai pengganti-pengganti mereka, yang ‘mereka serahi kedudukan
mereka untuk mengajar’ (DV 7)”. Maka, “pewartaan para Rasul, yang
secara istimewa diungkapkan dalam kitab-kitab yang diilhami, harus
dilestarikan sampai kepenuhan zaman melalui penggantian,
penggantian yang tiada putusnya” (DV 8).
■ KGK 78: Penerusan yang hidup ini yang berlangsung dengan bantuan
Roh Kudus, dinamakan “Tradisi”, yang walaupun berbeda dengan
Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya.
■ KGK 79: Dengan demikian penyampaian Diri Bapa melalui Sabda-
Nya dalam Roh Kudus tetap hadir di dalam Gereja dan berkarya di
dalamnya: “Demikianlah Tuhan, yang dahulu telah bersabda, tiada
henti-hentinya berwawancara dengan Mempelai Putera-Nya yang
terkasih. Dan Roh Kudus, yang menyebabkan suara Injil yang hidup
bergema dalam Gereja, dan melalui Gereja dalam dunia,
menghantarkan Umat beriman menuju segala kebenaran, dan
menyebabkan Sabda Kristus menetap dalam diri mereka secara
melimpah (lih. Kol 3:16)” (DV 8).
■ KGK 80: “Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan
terpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan
dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah
tujuan yang sama” (DV 9). Kedua-duanya menghadirkan dan
mendaya-gunakan misteri Kristus di dalam Gereja, yang menjanjikan
akan tinggal bersama orangorang- Nya “sampai akhir zaman” (Mat
28:20).
■ KGK 82: “Dengan demikian maka Gereja”, yang dipercayakan untuk
meneruskan dan menjelaskan wahyu, “menimba kepastiannya
tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab
Suci. Maka dari itu keduanya [baik Tradisi maupun Kitab Suci] harus
diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang
sama” (DV 9).
■ KGK 83: Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul,
yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh
Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristian
yang pertama ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis,
dan Perjanjian Baru itu sendiri memberi kesaksian tentang proses
tradisi yang hidup itu.
APA SAJA?
■ Doktrin- doktrin yang diajarkan Gereja Katolik melalui Konsili-konsili;
■ Doktrin/ ajaran yang diajarkan oleh Bapa Paus, selaku penerus Rasul
Petrus, dan yang juga diajarkan oleh para uskup dalam kesatuan
dengan Bapa Paus;
■ Tulisan pengajaran dari para Bapa Gereja dan para orang kudus
(Santo/ Santa) yang sesuai dengan pengajaran Magisterium;
■ Katekismus Gereja Katolik;
■ Liturgi dan sakramen- sakramen.
■ Dll.
KITAB DIDAKHE

■ Διδαχή Κυρίου Δια Των Δώδεκα Αποστόλων - DIDAKHÊ KURIOU DIA


TÔN DÔDEKA APOSTOLÔN, artinya "Pengajaran Tuhan menurut Dua
Belas Rasul” – abad ke-2 M
■ Pasal 7-15 berisi petunjuk tentang baptisan, puasa, doa, ekaristi, dan
bagaimana memperlakukan nabi, uskup, dan diaken.
■ Tradisi dalam gereja Katolik memiliki peran yang penting dalam
menjaga kesatuan dan kesinambungan iman dalam Gereja.

■ Melalui tradisi, umat Katolik dapat merasakan kehadiran Allah dan


tumbuh dalam iman mereka.
■ Penting bagi setiap umat Katolik untuk memahami dan
mempraktikkan tradisi ini dengan tepat dan terus belajar agar
dapat hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai yang tercermin
dalam tradisi gereja Katolik.

■ Tradisi adalah sebuah warisan berharga yang menghubungkan


kita dengan sejarah gereja dan Tuhan.

■ Tradisi di sini mencakup ritual, perayaan, dan aturan yang


diwariskan oleh para pendahulu gereja.
■ Paskah → sebelum 313 M Paskah adalah satu-satunya perayaan Kristen
■ Natal → hadir sesudah 313 M
■ Hari Tuhan – hari Minggu : liturgi sabda dan liturgi ekaristi
■ Gerakan-Gerakan dalam misa, a.l.,
– Air Suci
– Tanda Salib
– Genufleksi - Membungkuk
– Berdiri
– Menebah dada
– Duduk
– Melipat tangan
– Berlutut
– Menerima komuni
• Tradisi dalam gereja Katolik juga melibatkan praktik spiritual seperti
• doa Rosario,
• novena,
• jalan salib,
• ziarah, dan
• kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
■ Tradisi masa prapaskah.
■ Semua praktik ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan beragama umat Katolik.
■ Melalui tradisi ini, mereka merasa lebih dekat dengan Tuhan dan
meraih penghiburan serta kekuatan dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.
BAGAIMANA
DENGAN TRADISI-
TRADISI LOKAL?
"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu
hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu
berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah
kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan
kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan
filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-
temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.
Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh
kepenuhan Allah, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia."
(Kol.2:6-10a).
■ Kita adalah produk BUDAYA
■ “Tradisi” mengacu pada warisan budaya yang terus berlanjut dari
generasi ke generasi.
■ Gereja sangat menghargai BUDAYA
■ Gereja menerima kebiasaan masyarakat lokal, sepanjang hal itu tidak
bertentangan dengan iman Katolik.
■ Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam
agama-agama ini.
Tradisi-tradisi yang hidup dalam
masyarakat
■ Hormat pada leluhur
■ Peringatan-peringatan kematian
■ Menghitung hari baik
■ Benda-benda “pusaka” yang ada “isi”nya
■ Sesajen
■ Ziarah kubur
■ Fengshui
■ Orang pintar / dukun
■ Dll … dll ….
Reaksi Terhadap Tradisi Setempat

■ SIKAP NEGATIF
■ SIKAP AKOMODATIF
■ SIKAP REALISTIK - TRANSFORMATIF
SIKAP NEGATIF
■ Anggapan kebudayaan dicemari oleh dosa.
■ Merengkuh budaya berarti merengkuhnya bersama-sama dengan semua
kecemaran di dalamnya.
■ Kebudayaan adalah musuh iman.
■ Maka, jauhi budaya → mengisolasi diri dari dunia.
■ Kalau perlu KONFRONTASI
■ Sikap itu jelas keliru. Mengisolasi diri dari dunia adalah tindakan yang
mustahil dan tidak Alkitabiah → Tuhan Yesus mengutus orang-orang Kristen
ke dalam dunia (Yoh. 17:18). Dia tidak meminta kepada Bapa-Nya agar
orang-orang Kristen diambil dari dunia (Yoh. 17:15). Tugas kita memang di
dunia. Ini berarti bahwa dalam taraf tertentu kita memang perlu
bersentuhan dengan budaya.
SIKAP AKOMODATIF
■ Merengkuh budaya di sekitar mereka → terlihat kontekstual (sesuai budaya yang
ada).
■ Wujud dari sikap akomodatif ini cukup beragam. Yang penting, secara sekilas
mereka tidak berbeda dengan orang-orang dunia. → Ikut Arus (sesuai dengan
iman atau tidak, no problem) → tanpa sadar mengadopsi cara berpikir dunia yang
materialisme, konsumerisme dan hedonisme.
Alkitab menentang sikap ini.
■ Paulus menasihati jemaat di Roma agar jangan menjadi serupa dengan dunia (Rm.
12:2a).
■ Ini bukan hanya masalah praktek hidup (tindakan), tetapi juga cara berpikir.
Karena itu Paulus juga menambahkan: “tetapi berubahlah oleh pembaruan (akal)
budimu” (Rm. 12:2b).
■ Tuhan Yesus mengingatkan untuk tidak kehilangan rasa asin di tengah dunia (Mat.
5:13). Jangan sampai kita tidak berbeda dengan dunia.
SIKAP REALISTIK - TRANSFORMATIF
■ Sikap ini ditandai dengan kesadaran bahwa kita akan selalu berada di
dalam budaya. Tidak ada cara untuk menghindarinya.
■ Kita realistis saja. Namun, pada saat yang bersamaan kita membawa
perubahan dari dalam. → bernegosiasi dan bergerilya dari dalam.
■ Kebenaran tidak dikompromikan, tetapi juga tidak dipaksakan.
■ Kita bagaikan ragi (Mat 13:13)
■ Yesus Kristus juga menunjukkan sikap realistis transformatif.
■ Dia bukan hanya sahabat orang berdosa, tetapi juga penyelamat orang
berdosa.
■ Dia tidak menunggu untuk ditemui. Dia datang dan mencari (Luk. 19:10).
■ Gereja juga perlu melakukan hal yang sama.
PRINSIP

■ Tidak mengaburkan iman Kristen


■ Jangan menduakan Tuhan
■ Singkirkan mitos-mitos yang menyelubunginya, maka tidak
akan terjadi konflik antara agama dan tradisi, malah justru
akan menambah kekayaan nilai-nilai budaya tersebut.
Bahasa Gereja Katolik: INKULTURASI
■ KGK 854 Dalam perutusannya, “Gereja menempuh perjalanan bersama dengan
seluruh umat manusia, dan bersama dengan dunia mengalami nasib keduniaan yang
sama. Gereja hadir ibarat ragi dan bagaikan penjiwa masyarakat manusia, yang harus
diperbaharui dalam Kristus dan diubah menjadi keluarga Allah” (GS 40,2). Dengan
demikian misi menuntut kesabaran. Ia mulai dengan pewartaan Injil kepada bangsa-
bangsa dan kelompok-kelompok yang belum percaya kepada Kristus (Bdk. RM 42-47);
ia maju terus dan membentuk kelompok-kelompok Kristen, yang harus menjadi
“tanda kehadiran Allah di dunia” (AG 15), serta selanjutnya mendirikan Gereja-gereja
lokal (Bdk. RM 52-54). Ia menuntut suatu proses inkulturasi, yang olehnya Injil
ditanamkan dalam kebudayaan bangsa-bangsa (Bdk. RM 48-49), dan ia sendiri pun
tidak bebas dari mengalami kegagalan-kegagalan. “Adapun mengenai orang-orang,
golongan-golongan dan bangsa-bangsa, Gereja hanya menyentuh dan merasuki
mereka secara berangsur-angsur, dan begitulah Gereja menampung mereka dalam
kepenuhan katolik” (AG 6).
■ Inkulturasi merupakan satu cara yang dapat memungkinkan interaksi
timbal balik antara liturgi dan pelbagai bentuk religiositas populer.
■ Memasukkan nilai-nilai budaya setempat – yang mempunyai nilai-nilai
luhur – ke dalam kekristenan dapat terjadi sejauh tidak mengaburkan
iman Katolik.
■ Bahkan dengan proses inkulturasi, maka nilai-nilai yang baik dari hal-
hal yang bersifat kodrati diberikan nilai-nilai yang baru, yaitu dilihat
dalam konteks iman Katolik yang berfokus pada Kristus.
■ Prinsip inkulturasi adalah agar nilai-nilai Injil dapat ditanamkan dalam
budaya-budaya masyarakat yang sudah ada. Hal ini melibatkan juga
proses pemaknaan yang baru, dan pemurnian dari mitos-mitos yang
tidak sesuai dengan ajaran iman Kristiani.
■ Terjadinya dialog atau perjumpaan antara Injil dan budaya.
■ Pelaksanaannya memang membutuhkan kebijaksanaan untuk
membedakan manakah nilai-nilai yang positif dan sesuai dengan
ajaran iman Kristiani -ini dapat dipertahankan- dan hal-hal yang
bersifat superstitious dan tidak sesuai dengan ajaran iman Kristiani –
agar ditanggalkan.
■ Umumnya diperlukan bimbingan dari pihak otoritas Gereja lokal (yang
memahami budaya setempat dan memahami juga ajaran iman
Katolik) untuk menilainya, untuk menguji hal ini dan untuk memegang
hal-hal yang baik dan menolak yang tidak baik (lih. 1 Tes 5:21).
Penegasan Gereja
“Redemptoris Missio: Chapter V: The Paths of Mission, paragraf 52” dan KGK 854

■ Karena misi evangelisasi untuk mewartakan Kristus pasti akan


bersentuhan dengan manusia yang mempunyai peradaban, budaya
yang berbeda-beda, inkulturasi tidak dapat dihindarkan. Dimana
Gereja memberikan nilai-nilai pengajaran Gereja, dan kemudian
mengambil unsur-unsur yang baik yang ada dalam budaya lokal, dan
kemudian memperbaharuinya dari dalam.
Penegasan Gereja
“Redemptoris Missio: Chapter V: The Paths of Mission, paragraf 52” dan KGK 854

■ Pertanyaannya adalah sampai seberapa jauh Gereja Katolik dapat


mengambil unsur-unsur yang baik dari kebudayaan setempat dan
kemudian mengangkatnya sehingga nilai-nilai kristiani dapat dimengerti
dengan lebih baik? Dari dokumen Redemptoris Missio, kita dapat melihat
bahwa kebudayaan lokal dapat diterapkan, sejauh tidak mengaburkan
integritas dari nilai-nilai dan pengajaran kristiani. Yang menjadi masalah
adalah memang definisi ini menjadi cukup luas cakupannya dan oleh
karena itu dapat terjadi kekaburan dan ketidakjelasan sampai seberapa
jauh suatu budaya dapat diterapkan dalam proses inkulturasi. Namun pada
saat yang bersamaan, kalau kita menelaah, maka kita akan dapat
memahami bahwa setiap budaya adalah bersifat unik dan oleh karena itu
akan menjadi masalah kalau dibuat dengan penerapan yang sangat khusus.
Ingat:

Tuhan adalah satu-satunya pusat Tujuan dan ANDALAN KITA

Seharusnya dalam proses inkulturisasi Tuhanlah yang harus


masuk/mempengaruhi budaya dan bukan sebaliknya.
lansia

Selesailah sudah!
Horeeeeeeee

Anda mungkin juga menyukai