Anda di halaman 1dari 3

KD.3.5.

KITAB SUCI DAN TRADISI SEBAGAI SUMBER IMAN AKAN YESUS


KRISTUS

ARTI DAN MAKNA TRADISI

APA ITU TRADISI?


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi diartikan sebagai segala sesuatu
(seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang secara
turuntemurun diwariskan dari nenek moyang. Setiap masyarakat memiliki tradisi
sendiri-sendiri. Tradisi ini berkembang clan diteruskan dari generasi yang satu
kepada generasi berikutnya. Dalam perkembangan selanjutnya, tradisi tersebut
tentu saja mengalami perubahan dan perkembangan. Beberapa tradisi sering juga
hilang karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, pada
banyak suku atau etnis, mereka umumnya masih memelihara tradisi-tradisi tersebut

PENGERTIAN TRADISI DALAM GEREJA KATOLIK


APA ITU TRADISI?
Tradisi merupakan bagian yang amat penting dalam Gereja Katolik. Kata 'tradisi'
dapat dijelaskan sebagai: meneruskan informasi, kepercayaan serta kebiasaan-
kebiasaan, baik dengan kata-kata ataupun dengan teladan hidup dari satu generasi
ke generasi lainnya tanpa petunjuk tertulis. Dengan kata lain, pemikiran-pemikiran
serta nilai-nilai dari satu generasi diwariskan kepada generasi berikutnya. Gereja
senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadahnya, dari
generasi ke generasi. Dalam tradisi ada kurun waktu yang istimewa, yaitu zaman
Yesus dan para rasul, dan periode itu disebut “Zaman Gereja Perdana”

PENGERTIAN TRADISI DALAM GEREJA KATOLIK


Gereja senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadatnya dari
generasi ke generasi. Proses penerusan atau komunikasi iman dari satu angkatan
kepada angkatan berikutnya dan di antara orang-orang seangkatan itulah yang
disebut tradisi. Tradisi berarti penyerahan, penerusan, dan komunikasi terus-
menerus. Tradisi bukan sesuatu yang “kolot” dari zaman dahulu, melainkan
sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Sesudah Gereja Perdana, Gereja terus
mengolah dan memperdalam ungkapan iman yang terdapat dalam Kitab Suci. (bdk
Dei Tjerbum Art 8).
Tradisi dan Kitab Suci saling berhubungan. Tradisi mempunyai titik beratnya
dalam Kitab Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, tradisi
berusaha terus menghayati dan memahami kekayaan iman yang terungkap di
dalam Kitab Suci. Kekayaan iman itu misalnya Syahadat. Di dalam Kitab Suci,
kita tidak menemukan Syahadat, tetapi apa yang terungkap dalam Syahadat jelas
dilandaskan pada Kitab Suci. Untuk jelasnya, kita akan mempelajari buah karya
tradisi, yaitu Syahadat. Kita akan mencoba membandingkan dua Syahadat, yaitu
Syahadat Para Rasul (Syahadat Singkat) dan Syahadat dari Konsili Nicea
(Syahadat Panjang).

TRADISI DALAM GEREJA KATOLIK


Tradisi merupakan bagian yang amat penting dalam Gereja Katolik. Kata 'tradisi'
dapat dijelaskan sebagai: meneruskan informasi, kepercayaan serta kebiasaan-
kebiasaan, baik dengan kata-kata ataupun dengan teladan hidup dari satu generasi
ke generasi lainnya tanpa petunjuk tertulis. Dengan kata lain, pemikiran-pemikiran
serta nilai-nilai dari satu generasi diwariskan kepada generasi berikutnya. Gereja
senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadahnya, dari
generasi ke generasi.
Dalam tradisi ada kurun waktu yang istimewa, yaitu zaman Yesus dan para rasul,
dan periode itu disebut “Zaman Gereja Perdana” Tradisi zaman Gereja Perdana
“didbangun diatas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai
batu penjuru” (Efesus 2:20). Sebagian dari tradisi itu kemudian ditulis dan kita
kenal sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru. Syahadat para rasul, menjadi salah satu
contoh tradisi Gereja yang hingga kini masih dipakai dan dipergunakan sebagai
ungkapan iman umat beriman kepada Allah. Dalam Gereja Katolik ada dua
pedoman: Kitab Suci dan Tradisi.
Kitab Suci sendiri berawal dari tradisi bangsa Yahudi (Perjanjian Lama) dan tradisi
Para Rasul Yesus (Perjanjian Baru). Tradisi Gereja berasal dari pengalaman gereja
Katolik selama 2000 tahun. Para Bapa Gereja mencermati pengalaman-
pengalaman tersebut dan menetapkan peraturan-peraturan serta ajaran-ajaran yang
terbukti telah membantu umat Katolik menghadapi permasalahan hidup. Peraturan
serta ajaran tersebut telah memberikan hasil yang baik di masa lampau dan tetap
demikian hingga kini.
Kitab Suci dan Tradisi Merupakan Tolok Ukur Iman Gereja
Sumber iman kita tidak hanya Kitab Suci, tetapi juga tradisi. Tradisi berarti
penyerahan, penyampaian, penerusan. Tradisi bukan sesuatu yang kolot atau dari
zaman dulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Gereja yang
hidup dan berkembang, itulah tradisi.
Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur iman Gereja. Itu berarti iman
Gereja baik iman Gereja secara keseluruhan (iman objektif) maupun iman dalam
arti sikap masing-masing orang (iman subjektif) diukur kebenarannya oleh Kitab
Suci bersama tradisi.

Anda mungkin juga menyukai