Anda di halaman 1dari 3

DASAR IMAN KATOLIK

1. KITAB SUCI

Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
-- secara lisan "oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-
penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus
sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari";
-- secara tertulis "oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga telah
membukukan amanat keselamatan" (DV 7). (KGK 76)

"Adapun, supaya Injil senantiasa terpelihara secara utuh dan hidup di dalam Gereja, para Rasul
meninggalkan Uskup-Uskup sebagai pengganti-pengganti mereka, yang `mereka serahi kedudukan
mereka untuk mengajar" (DV 7). Maka, "pewartaan para Rasul, yang secara istimewa diungkapkan
dalam kitab-kitab yang diilhami, harus dilestarikan sampai kepenuhan zaman melalui penggantian-
penggantian yang tiada putusnya" (DV 8). (KGK 77)

Dengan demikian penyampaian Diri Bapa melalui Sabda-Nya dalam Roh Kudus tetap hadir di dalam
Gereja dan berkarya di dalamnya: "Demikianlah Allah, yang dahulu telah bersabda, tiada henti-
hentinya berwawancara dengan Mempelai Putera-Nya yang terkasih. Dan Roh Kudus, yang
menyebabkan suara Injil yang hidup bergema dalam Gereja, dan melalui Gereja dalam dunia,
menghantarkan Umat beriman menuju segala kebenaran, dan menyebabkan Sabda Kristus menetap
dalam diri mereka secara melimpah (lih. Kol 3:16)" (DV 8). (KGK 79)

Apa dasar hubungannya Tradisi dan Kitab suci


"Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan terpadu. Sebab keduanya mengalir dari
sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah
tujuan yang sama" (DV 9). Kedua-duanya menghadirkan dan mendayagunakan misteri Kristus di
dalam Gereja, yang menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-Nya "sampai akhir zaman" (Mat
28:20) .

"Kitab Suci adalah pembicaraan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh ilahi".
"Oleh Tradisi Suci Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para
Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang Roh
kebenaran dengan pewartaan mereka memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia"
(DV 9).(KGK 81)

"Dengan demikian maka Gereja", yang dipercayakan untuk meneruskan dan menjelaskan wahyu,
"menimba kepastiannya tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci.
Maka dari itu keduanya [baik tradisi maupun Kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita
rasa kesalehan dan hormat yang sama" (DV 9). (KGK 82)

2. TRADISI SUCI
Allah "menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan
kebenaran" (1Tim 2:4), artinya supaya semua orang mengenal Yesus Kristus. Karena itu Kristus harus
diwartakan kepada semua bangsa dan manusia dan wahyu mesti sampai ke Batas-Batas dunia."Dalam
kebaikan-Nya Allah telah menetapkan, bahwa apa yang diwahyukan-Nya demi keselamatan semua
bangsa, harus tetap utuh untuk selamanya dan diteruskan kepada segala keturunan" (DV 7).(KGK 74)

"Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Mahatinggi (lih. 2Kor 1:30;
3:16-4:6), memerintahkan kepada para Rasul, supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para
nabi dan dipenuhi oleh-Nya serta dimaklumkan-Nya sendiri, mereka wartakan kepada semua orang,
sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta sumber ajaran kesusilaan, dan dengan
demikian dibagi-bagikan karunia-karunia ilahi kepada mereka" (DV 7). (KGK 75)

Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
- secara lisan "oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-
penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus
sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari";
- secara tertulis "oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga telah
membukukan amanat keselamatan" (DV 7). (KGK 76)

Penerusan yang hidup ini yang berlangsung dengan bantuan Roh Kudus, dinamakan "tradisi", yang
walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya. "Demikianlah
Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan
dirinya seluruhnya, imannya seutuhnya" (DV 8). "Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi
kesaksian akan kehadiran tradisi itu yang menghidupkan, dan yang kekayaannya meresapi praktik
serta kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa" (DV 8). (KGK 78)

Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil
dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen yang pertama
ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis, dan Perjanjian Baru itu sendiri memberi kesaksian
tentang proses tradisi yang hidup itu. Tradisi-tradisi teologis, disipliner, liturgis atau religius, yang
dalam gelindingan waktu terjadi di Gereja-gereja setempat, bersifat lain. Mereka merupakan
ungkapan-ungkapan Tradisi besar yang disesuaikan dengan tempat dan zaman yang berbeda-beda.
Dalam terang Tradisi utama dan di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, tradisi-tradisi
konkret itu dapat dipertahankan, diubah, atau juga dihapus. (KGK 83)

"Tradisi Suci dan Kitab Suci merupakan satu perbendaharaan keramat Sabda Allah yang dipercayakan
kepada Gereja " (DV 10). Di dalamnya Gereja yang berziarah memandang Tuhan, sumber segala
kekayaannya, seperti dalam sebuah cermin. (KGK 97)

3. MAGISTERIUM
Magisterium adalah Wewenang Kuasa mengajar Gereja. dasar Magisterium adalah sebagai berikut :

"Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan
hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan alas nama
Yesus Kristus" (DV 10).(KGK 85)

"Wewenang Mengajar itu tidak berada di alas Sabda Allah, melainkan melayaninya, yakni dengan
hanya mengajarkan apa yang diturunkan saja, sejauh Sabda itu, karena perintah ilahi dan dengan
bantuan Roh Kudus, didengarkannya dengan khidmat, dipelihara dengan suci, dan diterangkannya
dengan setia; dan itu semua diambilnya dari satu perbendaharaan iman itu, yang diajukannya untuk
diimani sebagai hal-hal yang diwahyukan oleh Allah" (DV 10). (KGK 86)

Kaum beriman mengenangkan perkataan Kristus kepada para Rasul: "Barang siapa mendengarkan
kamu, ia mendengarkan Aku" (Luk 10:16) dan menerima dengan rela ajaran dan petunjuk yang
diberikan para gembala kepada mereka dalam berbagai macam bentuk. (KGK 87)

Wewenang Mengajar Gereja menggunakan secara penuh otoritas yang diterimanya dari Kristus,
apabila ia mendefinisikan dogma-dogma, artinya apabila dalam satu bentuk yang mewajibkan umat
Kristen dalam iman dan yang tidak dapat ditarik kembali, ia mengajukan kebenaran-kebenaran yang
tercantum di dalam wahyu ilahi atau secara mutlak berhubungan dengan kebenaran-kebenaran
demikian. (KGK 88)

Tugas untuk menjelaskan Sabda Allah secara mengikat, hanya di serahkan kepada Wewenang
Mengajar Gereja, kepada Paus dan kepada para Uskup yang bersatu dengannya dalam satu
paguyuban. (KGK 100)

Anda mungkin juga menyukai