Anda di halaman 1dari 7

Tugas Resum Agama Katolik

Disusun Oleh:
Dewi Hasian A Sitanggang
185040101111113
A
Agama Katolik

PROGRAM STUDI ARIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Sakramen Tahbisan
Tahbisan adalah Sakramen, yang olehnya perutusan yang dipercayakan Kristus
kepada Rasul-rasul-Nya, dilanjutkan di dalam Gereja sampai akhir zaman. Dengan demikian
ia adalah Sakramen pelayanan apostolik. Ia mencakup tiga tahap: episkopat, presbiterat dan
diakonat.

I. Mengapa Sakramen Ini Dinamakan "Ordinasi" (Ordo)


Penggabungan ke dalam salah satu golongan Gereja ini terjadi dalam satu ritus, yang
dinamakan ordinatio, satu tindakan liturgis dan religius yang dapat merupakan satu tahbisan,
satu pemberkatan, atau satu Sakramen. Sekarang ini kata "ordinatio" dikhususkan untuk
tindakan sakramental yang menggabungkan seseorang ke dalam golongan para Uskup, imam,
dan diaken. Ia melebihi satu pilihan biasa, satu penentuan, delegasi, atau pengangkatan oleh
persekutuan, karena ia memberi anugerah Roh Kudus yang menyanggupkan untuk
melaksanakan "kuasa kudus" [sacra potestas] , yang hanya dapat diberikan oleh Kristus
sendiri melalui Gereja-Nya. Ordinatio dinamakan juga "tahbisan" [consecratio], karena ia
terdiri dari pemilihan dan pengangkatan yang dilakukan Kristus sendiri demi pelayanan
dalam Gereja. Peletakan tangan oleh Uskup dan doa tahbisan merupakan tanda-tanda yang
kelihatan dari konsekrasi ini.

II. Sakramen Tahbisan dalam Tata Keselamatan


Imamat Perjanjian Lama
Namun imamat ini yang diciptakan untuk mewartakan Sabda Allah Bdk. Mal 2:7-9.
dan untuk membangun persekutuan dengan Allah melalui kurban dan doa, tidak mampu
mendatangkan keselamatan. Kurban itu harus diulangi terus-menerus dan tidak dapat
mengakibatkan pengudusan secara definitif Bdk. Ibr 5:3; 7:27; 10:1-4.. Baru kurban Kristus
menghasilkan pengudusan ini.
Tetapi liturgi Gereja melihat di dalam imamat Harun dan dalam pelayanan Lewi serta
dalam pengangkatan tujuh puluh orang "tua-tua bangsa" pratanda imamat Perjanjian Baru
yang tertahbis. Dengan demikian Gereja berdoa dalam ritus Latin waktu Tahbisan Uskup
dalam prefasi tahbisan:
"Allah dan Bapa Tuhan kami Yesus Kristus... dengan Sabda rahmat-Mu Engkau telah
memberi kepada Gereja-Mu susunannya; sejak awal Engkau telah memilih umat kudus, yakni
anak-anak Abraham yang benar; Engkau telah memilih pemuka dan imam dan tidak pernah
membiarkan tempat kudus-Mu tanpa pelayan".
 Dalam Tahbisan Imam, Gereja Berdoa
 Dan dalam doa pentahbisan waktu Tahbisan diaken, Gereja mengakui
Imamat Kristus Satu-satunya
Segala sesuatu yang dipratandai imamat Perjanjian Lama, menemukan
penyelesaiannya dalam Yesus Kristus, yang adalah "pengantara antara Allah dan manusia"
Melkisedek, "imam Allah yang mahatinggi" (Kej 14:18), dipandang oleh tradisi Kristen
sebagai "pratanda" imamat Kristus, "imam besar satu-satunya menurut peraturan
Melkisedek". Kristus itu "kudus, tanpa salah, tanpa noda" dan "oleh satu kurban saja.. Ia telah
menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan yaitu oleh kurban di
salib-Nya, satu kali untuk selamanya.
Dua Bentuk Keikutsertaan dalam Imamat Kristus
Imamat jabatan atau hierarkis para Uskup dan imam dan imamat bersama semua orang
beriman "atas caranya yang khas mengambil bagian dalam imamat Kristus" dan "diarahkan
satu kepada yang lain", walaupun "berbeda dalam kodratnya" (LG 10). Mengapa ? Sementara
imamat bersama umat beriman terlaksana dalam pengembangan rahmat Pembaptisan; dalam
penghayatan iman, harapan dan cinta; dalam hidup sesuai dengan Roh Kudus; imamat
jabatan itu ada untuk melayani imamat bersama ini. Ia berhubungan dengan pengembangan
rahmat Pembaptisan semua orang Kristen. Ia adalah salah satu sarana, yang olehnya Kristus
secara berkesinambungan membangun dan membimbing Gereja-Nya. Oleh karena itu, ia
diterimakan oleh suatu Sakramen tersendiri, oleh Sakramen Tahbisan.
Atas Nama Kristus, Kepala
"Inilah Imam yang sama, Yesus Kristus, yang pribadi kudus-Nya diwakili oleh
pelayan yang dipanggil. Oleh tahbisan imam, ia menjadi serupa dengan Imam Agung; ia
mempunyai wewenang, supaya bertindak dalam kekuatan dan sebagai pengganti pribadi
Kristus sendiri [virtute ac persona ipsius Christi]" (Pius XII, Ens. "Mediator Dei"). "Kristus
adalah sumber setiap imamat; karena imam Hukum [Lama] adalah citranya. Tetapi imam
Perjanjian Baru bertindak atas nama Kristus" (Tomas Aqu., s.th. 3,22,4).
Atas Nama Seluruh Gereja
"Atas nama seluruh Gereja" tidak berarti bahwa para imam adalah utusan-utusan
persekutuan. Doa dan kurban Gereja tidak dapat dipisahkan dari doa dan kurban Kristus,
Kepalanya. Liturgi Gereja ini selalu merupakan ibadah yang Kristus persembahkan di dalam
dan oleh Gereja-Nya. Seluruh Gereja, Tubuh Kristus, berdoa dan mempersembahkan diri
"oleh Dia dan bersama Dia dan di dalam Dia" dalam persatuan Roh Kudus kepada Allah
Bapa. Seluruh tubuh, Kepala dan anggota-anggota, berdoa dan mempersembahkan diri. Oleh
karena itu, mereka yang dalam hidup ini mempunyai jabatan pelayanan atas cara yang
khusus, bukan hanya dinamakan pelayan-pelayan Kristus, melainkan juga pelayan-pelayan
Gereja. Imamat jabatan mewakili Gereja, karena ia mewakili Kristus.

III. Tiga Jenjang Sakramen Tahbisan


Tahbisan Uskup - Kepenuhan Sakramen Tahbisan
"Di antara pelbagai pelayanan, yang sejak awal mula dijalankan dalam Gereja,
menurut tradisi yang mendapat tempat utama ialah tugas mereka yang diangkat menjadi
Uskup, dan yang karena pergantian yang berlangsung sejak permulaan membawa ranting
benih rasuli" (LG 20). Konsili Vatikan II mengajarkan, "bahwa dengan Tahbisan Uskup
diterimakan kepenuhan Sakramen Imamat, yakni yang dalam kebiasaan liturgi Gereja
maupun melalui suara Bapa Suci disebut imamat tertinggi, keseluruhan pelayanan suci" (LG
21).
Tahbisan Imam - Rekan Sekerja Uskup
"Karena fungsi para imam tergabungkan pada tingkat para Uskup, fungsi itu ikut
menyandang kewibawaan Kristus sendiri, untuk membangun, menguduskan dan
membimbing Tubuh-Nya. Oleh karena itu, imamat para imam biasa memang mengandaikan
Sakramen-sakramen inisiasi Kristen, tetapi secara khas diterimakan melalui Sakramen yang
melambangkan, bahwa para imam, berkat pengurapan Roh Kudus, ditandai dengan meterai
istimewa, dan dengan demikian dijadikan serupa dengan Kristus Sang Imam, sehingga
mereka mampu bertindak dalam pribadi Kristus Kepala" (PO 2).
Tahbisan Diaken - "untuk Pelayanan"
1569 "Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diaken, yang ditumpangi
tangan, 'bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan'" (LG 29). Bdk. CD 15. Dalam
Tahbisan diaken hanya Uskup meletakkan tangan dan dengan demikian menyatakan bahwa
diaken bergabung dengan Uskupnya terutama dalam tugas-tugas pelayanan cinta
persaudaraan. Bdk. Hipolitus trad. ap. 8.

IV. Perayaan Sakramen Tahbisan


Karena penting bagi kehidupan Gereja lokal, maka hendaknya sebanyak mungkin
umat beriman mengambil bagian dalam upacara Tahbisan seorang Uskup, imam, atau diaken.
Upacara itu sebaiknya dilaksanakan pada hari Minggu di katedral dan dalam suatu perayaan
meriah yang layak bagi peristiwa ini. Ketiga macam Tahbisan, Tahbisan Uskup, imam, dan
diaken, berlangsung dengan cara yang sama, dan dalam upacara Ekaristi. Ritus hakiki dari
Sakramen Tahbisan sama pada ketiga jenjang itu yakni bahwa Uskup meletakkan tangannya
atas kepala orang yang ditahbis dan memohon dalam doa Tahbisan yang bersangkutan dari
Tuhan curahan Roh Kudus dan anugerah-anugerah rahmat yang khusus untuk pelayanan,
untuk mana calon itu ditahbis Bdk. Pius XII, Konst.Ap. "Sacramentum ordinis"

V. Siapa Dapat Memberi Sakramen Tahbisan ?


Kristus telah memilih para Rasul dan memberi mereka bagian dalam perutusan dan
kekuasaan-Nya. Ditinggikan di sebelah kanan Bapa, Ia tidak meninggalkan kawanan-Nya,
tetapi selalu menjaganya dengan perantaraan para Rasul dan memimpinnya dengan
perantaraan gembala-gembala yang sekarang melanjutkan karya-Nya Bdk. MR, Prefasi para
Rasul.. Jadi, Kristuslah yang memberi kepada yang satu tugas rasul dan kepada yang lain
tugas gembala Bdk. Ef 4:11.. Ia tetap bertindak dengan perantaraan para Uskup Bdk1576

VI. Siapa Dapat Menerima Sakramen Tahbisan ?


"Hanya pria [vir] yang sudah dibaptis, dapat menerima Tahbisan secara sah. Yesus Tuhan
telah memilih pria-pria [viri] untuk membentuk kelompok kedua belas Rasul Bdk. Seorang
pun tidak mempunyai hak untuk menerima Sakramen Tahbisan. Tidak seorang pun merebut
tugas itu bagi dirinya. Untuk itu seorang harus dipanggil oleh Allah Bdk. Ibr 5:4. Siapa yang
beranggapan melihat tanda-tanda bahwa Allah memanggilnya untuk pelayanan sebagai orang
yang ditahbis, harusmenyampaikan kerinduannya itu dengan rendah hati kepada otoritas
Gereja yang mempunyai tanggung jawab dan hak untuk mengizinkan seorang menerima
Tahbisan. Seperti setiap rahmat, maka Sakramen ini juga hanya dapat diterima sebagai
anugerah secara cuma-cuma.
VII. * Buah-buah Sakramen Tahbisan Meterai yang Tidak Terhapus
Oleh rahmat khusus dari Roh Kudus Sakramen ini membuat penerima serupa dengan
Kristus, supaya ia sebagai alat Kristus melayani Gereja-Nya. Tahbisan memberi kuasa
kepadanya, agar bertindak sebagai wakil Kristus, Kepala, dalam ketiga fungsi-Nya sebagai
Imam, Nabi, dan Raja.
Rahmat Roh Kudus
Oleh rahmat Roh Kudus yang ada dalam Sakramen ini, orang yang ditahbiskan
menyerupai Kristus, Imam, Guru, dan Gembala, yang harus ia layani. Seorang Uskup
mendapat terutama rahmat kekuatan ("roh untuk pelayanan pimpinan": PR, Tahbisan Uskup
37). Rahmat ini menyanggupkan dia untuk membimbing Gerejanya dengan, teguh dan
bijaksana sebagai seorang bapa dan gembala dan melindunginya dalam cinta tanpa pamrih
terhadap semua dan terutama terhadap orang miskin, sakit dan berkekurangan Bdk. CD 13
dan 16.. Rahmat ini mendorongnya untuk mewartakan Injil kepada semua, untuk menjadi
contoh bagi kawanannya dan untuk mendahuluinya pada jalan kekudusan, dengan
mempersatukan diri di dalam Ekaristi dengan Kristus, Imam dan Kurban, dan tidak merasa
takut menyerahkan hidupnya bagi domba-dombanya.
"Pertama-tama orang sendiri harus murni, baru sesudah itu memurnikan; pertama-tama orang
harus belajar kebijaksanaan, baru mengajarkannya; pertama-tama menjadi terang, baru
menerangkan; pertama-tama pergi kepada Allah, baru mengantar kepada-Nya; pertama-tama
menguduskan diri, baru menguduskan orang lain, membimbing mereka dan memberi nasihat
secara bijaksana". "Aku tahu, pelayan Siapa kita ini, di tempat mana kita berada dan siapakah
Dia, kepada Siapa kita bergerak maju. Aku mengenal keagungan Allah dan kelemahan
manusia, tetapi juga kekuatannya". Jadi, siapakah imam itu? Ia adalah "pembela kebenaran;
ia setara para malaikat, melagukan madah pujian bersama para malaikat agung,
mempersembahkan kurban ke altar surgawi, mengambil bagian dalam pelayanan Kristus
sebagai imam, membaharui ciptaan, memperbaiki lagi [di dalamnya] citra [Allah],
menciptakannya baru lagi untuk dunia surgawi dan, yang paling mulia ialah, dijadikan ilahi
dan harus mengilahikan".
TEKS-TEKS SINGKAT
Seluruh Gereja adalah umat imami. Berkat Pembaptisan semua orang beriman
mengambil bagian dalam imamat Kristus. Keikutsertaan ini dinamakan "imamat bersama
kauni beriman". Atas dasarnya dan demi pelayanannya terdapat satu keikutsertaan lain dalam
perutusan Kristus: perutusan pelayanan, yang diterimakan melalui Sakramen Tahbisan dan
yang mempunyai tugas, untuk mengabdi di tengah jemaat, atas nama dan dalam pribadi
Kristus. Imamat jabatan berbeda dari imamat bersama menurut hakikatnya, karena ia
memberi wewenang kudus untuk melayani umat beriman. Pelayan yang ditahbiskan
melaksanakan pelayanannya untuk umat Allah melalui kegiatan mengajar [munus docendi],
melalui ibadat liturgi [munus liturgicum] dan melalui bimbingan pastoral [munus regendi].
Uskup menerima kepenuhan Sakramen Tahbisan, yang menggabungkan dia dalam
Dewan para Uskup dan yang menjadikan dia kepala yang kelihatan dari Gereja lokal yang
dipercayakan kepadanya. Sebagai pengganti para Rasul dan anggota Dewan, para Uskup
mengambil bagian dalam tanggung jawab apostolik dan dalam perutusan seluruh Gereja di
bawah wewenang Paus, pengganti santo Petrus. Para imam bersatu dengan para Uskup dalam
martabat imamat dan serentak bergantung dari mereka dalam pelaksanaan tugas pastoralnya.
Mereka dipanggil untuk menjadi rekan kerja Uskup yang bijaksana; di sekeliling Uskup
mereka membentuk "Presbyterium" yang bersama dengan dia bertanggung jawab atas Gereja
lokal. Mereka ditugaskan oleh Uskup untuk pemeliharaan paroki atau dengan satu tugas
Gereja yang khusus.
Para diaken adalah pejabat yang ditahbiskan untuk melaksanakan tugas dalam
pelayanan Gereja. Mereka tidak menerima imamat jabatan, tetapi Tahbisan memberi kepada
mereka tugas-tugas penting dalam pelayan sabda, liturgi, karya pastoral dan karitatif. Mereka
harus melaksanakan tugas-tugas ini di bawah bimbingan pastoral Uskupnya. Sakramen
Tahbisan diberikan melalui penumpangan tangan Uskup, yang disusul dengan doa tahbisan
meriah. Ia memohon dari Allah untuk calon Tahbisan anugerah-anugerah Roh Kudus, yang
dibutuhkan untuk pelayanannya. Tahbisan mengukir meterai sakramental yang tidak dapat
dihapus. Gereja memberi Sakramen Tahbisan hanya kepada pria yang telah dibaptis, tentang
siapa dapat diharapkan setelah melalui pemeriksaan yang memadai, bahwa mereka layak
untuk melaksanakan tugas yang bersangkutan. Pimpinan Gereja mempunyai tanggungjawab
dan hak unit, mengizinkan seseorang menerima Tahbisan. Dalam Gereja Latin Tahbisan
untuk presbiterat biasanya hanya diberikan kepada para calon yang bersedia menerima selibat
dengan sukarela, dan menyatakan kehendaknya secara publik untuk mempertahankannya
karena cinta kepada Kerajaan Allah dan untuk melayani sesama. Adalah wewenang para
Uskup untuk menerimakan ketiga jenjang Sakramen Tahbisan itu.

Soal dan Jawaban


1. Tujuh sakramen dalam gereja katolik
1. Sakramen Pembaptisan
2.Sakramen Ekaristi
3.Sakramen Krisma
4.Sakramen Pengakuan Dosa /Tobatdamai.
5.Sakramen Perkawinan
6.Sakramen Tahbisan/Imamat
7.Sakramen Pengurapan Orang Sakit

2. Perbedaan tahbisan daikon, imam, dan uskup


 Episkopat: uskup (penerus para Rasul)
Pentahbisan seseorang menjadi uskup menganugerahkan kegenapan sakramen
Imamat baginya, menjadikannya anggota badan penerus (pengganti) para
rasul, dan memberi dia misi untuk mengajar, menguduskan, dan menuntun,
disertai kepedulian dari semua Gereja.
 Presbiterat: pastor (presbiter)
Pentahbisan seseorang menjadi imam mengkonfigurasinya menjadi Kristus
selaku Kepala Gereja dan Imam Agung, serta menganugerahkan baginya
kuasa, sebagai asisten uskup yang bersangkutan, untuk merayakan sakramen-
sakramen dan kegiatan-kegiatan liturgis lainnya, teristimewa Ekaristi.
 Diakonat: diakon
Pentahbisan seseorang menjadi diakon mengkonfigurasinya menjadi Kristus
selaku Hamba semua orang, menempatkan dia pada tugas pelayanan uskup
yang bersangkutan, khususnya pada kegiatan Gereja dalam mengamalkan
cinta-kasih Kristiani terhadap kaum papa dan dalam memberitakan firman
Allah.

Anda mungkin juga menyukai