Anda di halaman 1dari 4

TRAGEDI DAN PERLAWANAN RAKYAT

KE JEPANG

NAMA KELOMPOK :

1. AHMAD JAIJIDAN ALFARIZI (01)

2.AHMAD RAMDANI (04)

3. M.GILANG FIRDAUS (11)

4. HESTI MAGHRIFITUL HIDAYAH (12)

1. Strategi Kerja Sama

Pada penjajahan Jepang, Soekarno, Hatta, dan beberapa tokoh nasionalis lain berjuang melalui
jalur kerja sama dengan Jepang. Meskipun awalnya para tokoh nasionalis dimanfaatkan Jepang
untuk meraih simpati rakyat, tetapi para pemimpin justru mampu memanfaatkan Jepang
Organisasi-organisasi bentukan Jepang dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa Indonesia
dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

A. Integrasi Antarkelompok

Integrasi antarkelompok pada masa pendudukan Jepang merupakan strategi yang sangat
penting dalam menghadapi penjajah. Integrasi ini mampu menyatukan kelompok-kelompok
yang terpisah menjadi satu kesatuan yang lebih besar, sehingga masyarakat Indonesia mampu
menghadapi penjajah dengan lebih kuat dan efektif.

B. Diplomasi dan Propaganda

Strategi kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam hal diplomasi dan propaganda pada
masa pendudukan Jepang di Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan
kedua negara. Walaupun upaya Jepang dalam propaganda terlihat kuat, namun tidak selalu
berhasil mendapatkan dukungan rakyat Indonesia. Sementara itu, Indonesia tengah giat
berupaya meningkatkan posisinya pada diplomasi internasional untuk mempengaruhinya.

2. Strategi Perlawanan

Sebagai bentuk perlawanan terhadap tirani Jepang, bangsa Indonesia mengadopsi berbagai
strategi perlawanan untuk memperjuangkan kemerdekaannya.

Salah satu strategi perlawanan yang paling umum dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah
perlawanan secara gerilya. Gerakan perlawanan gerilya tidak hanya dilakukan oleh militer,
namun juga oleh rakyat sipil. Rakyat sipil melakukan perlawanan dengan cara sabotase dan
pengumpulan informasi intelijen. Gerakan perlawanan gerilya di Indonesia dipimpin oleh
berbagai kelompok seperti Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Barisan Hizbullah, dan Laskar
Rakyat.

Selain itu, bangsa Indonesia juga menggunakan radio sebagai media perlawanan. Radio-radio
bawah tanah, seperti Radio Pemuda, berperan penting dalam menyebarkan pesan-pesan
perlawanan kepada masyarakat luas. Mereka memberikan informasi tentang keberanian
pejuang dan upaya perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia.

Pada akhirnya, dengan adanya berbagai strategi perlawanan yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia, penguasa Jepang berhasil diusir dari Indonesia. Namun, perjuangan ini tidaklah
mudah dan membutuhkan banyak pengorbanan. Para pejuang kemerdekaan yang gugur dan
terluka pada masa itu adalah bukti nyata dari betapa besar perjuangan yang dilakukan untuk
merebut kemerdekaan.

3. Pembentukan BPUPKI

Seiring berjalannya waktu, Jepang semakin terdesak, terutama dengan terjadinya Perang Asia
Timur Raya. Pada situasi tersebut, Jepang membutuhkan banyak dukungan dari masyarakat
Indonesia.
Supaya Indonesia mau memberi bantuan terus-menerus pada Jepang, maka mereka memberi
janji kemerdekaan. Untuk mewujudkan janji itu, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemrdekaan Indonesia (BPUPKI). Dengan terbentuknya BPUPKI,
perkembangan sejarah Indonesia sangat besar dalam merumuskan dasar negara serta
konstitusi Indonesia.

A. Susunan Organisasi

BPUPKI dalam bahasa Jepang, BPUPKI disebut Dokuritsu Junbii Chosakal, BPUPKI berjumlah 62
orang yang diketuai oleh Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat. Wakil ketua adalah Raden Pandji
Soeroso dan perwakilan Jepang, Ichibangase Yosio. Sedangkan kepala sekretariat adalah
Toyohito Masuda dan Mr. AG. Pringgodigdo. Sidang BPUPKI berlangsung selama dua kali yang
melahirkan panitia sembilan. Tugas dari panitia sembilan yaitu memeriksa usul yang masuk dan
menentukan kebulatan pendapat.

B. Sidang BPUPKI I

Sidang Pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945) Sidang pertama dilakukan di gedung Chuo Sangi In
di Jalan Pejambon 6 Jakarta (sekarang gedung Pancasila). Hari pertama pada 29 Mei 1945,
membahas rumusan dasar negara Indonesia. Ada tiga tokoh yang memberikan pendapat terkait
usulan dasar negara yaitu Mr. Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Pada 1 Juni
1945, BPUPKI membentuk panitia yang jumlahnya ada 9 orang. Tugas panitia tersebut untuk
menampung dan identifikasi rumusan dasar negara ketika sidang BPUPKI. Panitia tersebut
dibentuk untuk membuat rumusan yang dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter) pada
22 Juni 1945.

C. Sidang BPUPKI II

Sidang Kedua BPUPKI (10-17 Juli 1945) Sidang kedua ini membahas tentang rancangan undang-
undang dasar, rancangan bentuk negara, wilayah, dan kewarganegaraan. Serta susunan
pemerintahan, unitarisme, dan federalisme. Sebanyak 19 orang dibentuk sebagai panitia kecil
yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Pada 16 Juli 1945, BPUPKI menyetujui rancangan undang-
undang dasar negara, seperti pembukaan dan batang tubuh yang disusun atas pasal. BPUPKI
dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945. Sebagai gantinya Jepang membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia(PPKI) atau Dokuritsu Zyunbi linkai. Pembubaran BPUPKI
karena dianggap menyelesaikan tugas dengan baik. Rancangan Undang-Undang Dasar untuk
negara Indonesia telah disusun. Kemudian dibentuk PPKI yang diketuai oleh Ir. Soekarno.

Anda mungkin juga menyukai