Anda di halaman 1dari 31

Kata Pengantar

Dalam era digital ini, pertumbuhan teknologi informasi membawa perubahan signifikan dalam
berbagai aspek kehidupan. Namun, seiring kemajuan tersebut, muncul pula tantangan terkait
keamanan informasi dan perlindungan data pribadi. Upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut tercermin dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Pasal
32 Ayat 1 yang menetapkan kewajiban bagi setiap pemilik sistem elektronik untuk menjaga
kerahasiaan data pribadi.

Penelitian ini bertujuan mendalam ke dalam implementasi Pasal 32 Ayat 1 UU ITE guna
mengevaluasi efektivitasnya dalam mengamankan informasi dan melindungi privasi pengguna.
Latar belakang regulasi ini mencerminkan kebutuhan akan kerangka hukum yang relevan dengan
dinamika perkembangan teknologi. Dengan melibatkan analisis mendalam terhadap pelaksanaan
Pasal 32 Ayat 1, penelitian ini berusaha mengidentifikasi keberhasilan, hambatan, dan potensi
perbaikan.

Melalui pendekatan multidisipliner, penelitian ini tidak hanya akan mengukur tingkat kepatuhan
organisasi terhadap regulasi, tetapi juga mengevaluasi dampaknya terhadap pengguna dan entitas
yang terlibat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang efektivitas UU ITE Pasal 32 Ayat 1, serta memberikan rekomendasi yang konstruktif
untuk perbaikan dan penyempurnaan kebijakan guna menjaga keamanan dan privasi di dunia
maya yang terus berkembang.

Daftar Isi

1. Pendahuluan

0.1 Abstrak
0.2 Pendahuluan

2. BAB I

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3 Kegunaan Penelitian

3. BAB II

2.1 Tinjauan Pustaka


2.2 Kerangka Teoritik
4. BAB III

3.1 Pendekatan Penelitian


3.2 Jenis Penelitian
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4 Sumber Data
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.6 Analisis Data

5. BAB IV

4.1 Hasil Penelitian

6. BAB V

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

7. PENUTUP
•Daftar Pustaka
•Lampiran
•Indeks

PENDAHULUAN

0.1 Abstrak

-Isi Pasal 32 Ayat 1 UU ITE: Pasal 32 Ayat 1 UU ITE menyatakan bahwa setiap orang dilarang
dengan sengaja dan tanpa hak memperoleh, menguasai, menggunakan, mengendalikan, dan
mengumumkan data elektronik dan/atau dokumen elektronik yang isinya bersifat pribadi.
-Penekanan pada Perlindungan Privasi: Pasal ini menekankan pentingnya melindungi privasi
individu dalam lingkungan digital. Ini berarti bahwa setiap orang, termasuk pemerintah,
organisasi, atau individu lainnya, harus mematuhi hukum privasi dan meminta izin atau
persetujuan sebelum mengakses atau menggunakan data pribadi.Tujuan Perlindungan Data
Pribadi: -Tujuan utama Pasal 32 Ayat 1 adalah mencegah penyalahgunaan data pribadi,
melindungi privasi individu, dan memastikan bahwa data pribadi hanya digunakan untuk tujuan
yang sah.
-Konsekuensi Pelanggaran: Pelanggaran Pasal 32 Ayat 1 dapat mengakibatkan konsekuensi
hukum, seperti sanksi atau denda, tergantung pada seriusnya pelanggaran tersebut.
-Kepentingan dalam Konteks Sekolah: Dalam konteks sekolah, Pasal 32 Ayat 1 berlaku untuk
melindungi privasi dan data pribadi siswa. Ini berarti sekolah harus mematuhi peraturan privasi
dan mendapatkan izin atau persetujuan sebelum mengumpulkan atau menggunakan data pribadi
siswa.
0.2 Pendahuluan

Penggunaan teknologi informasi dan internet telah menjadi bagian integral dalam dunia
pendidikan. Di sekolah, teknologi digunakan untuk administrasi, pembelajaran, dan pemeriksaan.
Namun, dengan berkembangnya teknologi, perlindungan privasi dan penggunaan data pribadi
siswa menjadi semakin penting. Makalah ini akan membahas implementasi UU ITE Pasal 32
Ayat 1 terhadap kegiatan pemeriksaan di sekolah.

Implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 terhadap kegiatan pemeriksaan di sekolah dapat


berhubungan dengan perlindungan privasi dan hak asasi siswa. Pasal 32 Ayat 1 UU ITE
menyatakan bahwa setiap orang dilarang dengan sengaja dan tanpa hak memperoleh, menguasai,
menggunakan, mengendalikan, dan mengumumkan data elektronik dan/atau dokumen elektronik
yang isinya bersifat pribadi.

Dalam konteks pemeriksaan di sekolah, implementasinya harus memastikan bahwa data pribadi
siswa dilindungi dengan baik. Pemeriksaan yang mencakup penggunaan perangkat elektronik
atau pengumpulan data pribadi siswa harus mematuhi aturan privasi yang berlaku, seperti
mendapatkan izin atau persetujuan dari siswa atau orang tua siswa jika diperlukan.

Selain itu, pemeriksaan di sekolah juga harus mematuhi regulasi lain yang berlaku terkait
pendidikan dan perlindungan anak. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan antara
kepentingan pemeriksaan akademik dan perlindungan privasi siswa.

Penting untuk selalu berkonsultasi dengan ahli hukum atau instansi terkait untuk memastikan
bahwa pemeriksaan di sekolah sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk UU ITE dan
peraturan privasi.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

UU Pembaruan ini dilandasi oleh maraknya pelanggaran-pelanggaran kesusilaan, penghinaan,


pencemaran nama baik, perjudian, pemerasan dan/atau kekerasan di dalam media sosial yang
pastinya akan memberikan kerugian pada pengguna yang lain sebagai korban atau dampak yang
akan timbul di masa depan.

Hal ini juga di Latar belakangi karena informasi elektronik maupun dokumen elektronik rentan
disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga merugikan orang lain atau
masyarakat.

Dan juga dapat di dasari dari kejadian sehari hari di dunia maya contohnya Cyberbullying di
Media Sosial: Salah satu contoh yang sering terjadi adalah kasus cyberbullying di platform
media sosial. Seseorang mungkin mengirim pesan atau komentar yang kasar, merendahkan, atau
menghina individu lain secara online. Pasal 32 Ayat 1 dapat diterapkan dalam kasus ini jika
konten tersebut melanggar norma kesopanan.
Dan terkadang pengimplementasian UU ITE ini dapat di dasari karena Penyebaran Konten Porno
atau Cabul yang biasanya bersifat cabul atau pornografi secara online juga bisa menjadi masalah.
Jika konten semacam itu diunggah atau dibagikan di internet, maka Pasal 32 Ayat 1 bisa
digunakan sebagai dasar hukum untuk menindak pelaku.Penghinaan Terhadap Tokoh Publik:
Terkadang, seseorang mungkin menghina atau mencemarkan nama baik tokoh publik atau
pejabat pemerintah di media sosial atau platform online lainnya. Tindakan semacam ini dapat
dianggap melanggar norma kesopanan dan tunduk pada Pasal 32 Ayat 1.

Tak dapat di pungkiri Penggunaan Kata-kata Kasar dalam mengobrol dapat menjadi latar
belakang pengimplementasian UU ITE Pasal 32 Ayat 1.Kejadian sederhana seperti penggunaan
kata-kata kasar atau merendahkan dalam obrolan atau forum online juga dapat menjadi
pelanggaran UU ITE jika konten tersebut dianggap melampaui batas norma kesopanan dan
Penyebaran serta membeberkan Informasi Pribadi yang Tidak Sah mengenai informasi pribadi
seseorang , seperti nomor telepon atau alamat, di dunia maya juga bisa melanggar UU ITE Pasal
32 Ayat 1 jika tindakan tersebut dianggap tidak patut atau merugikan individu tersebut.

Latar belakang mengenai UU ITE Pasal 32 Ayat 1 terhadap kegiatan pemeriksaan di sekolah
dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. UU ITE di Indonesia: Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) adalah
undang-undang yang mengatur penggunaan teknologi informasi dan elektronik di Indonesia.
Pasal 32 Ayat 1 UU ITE secara khusus menyebutkan bahwa setiap orang dilarang memproduksi,
membuat, memiliki, atau menyimpan dokumen elektronik dan/atau rekaman elektronik dengan
tujuan yang melanggar hukum.

B. Kebijakan Pemerintah: Kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengatur teknologi dan


internet telah mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan teknologi. UU ITE telah
mengalami beberapa amendemen sejak pertama kali diberlakukan pada tahun 2008.

C. Isu Privasi dan Keamanan: Isu privasi dan keamanan dalam penggunaan teknologi dan
internet menjadi semakin penting. Kegiatan pemeriksaan di sekolah melibatkan penggunaan
teknologi, dan pertanyaan etis serta hukum tentang privasi siswa dalam konteks ini menjadi
perhatian.

D. Perubahan dalam Pembelajaran: Penggunaan teknologi dan internet dalam pembelajaran di


sekolah telah mengalami pertumbuhan pesat. Namun, ini juga membuka potensi risiko terkait
keamanan data dan privasi siswa.

E. Perlindungan Privasi Siswa:Perlindungan hak privasi siswa adalah hal yang penting dalam
konteks pendidikan. Implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 harus memperhatikan bagaimana
melindungi hak privasi siswa saat melakukan kegiatan pemeriksaan.

F. Perdebatan dan Kontroversi:Implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 dalam kegiatan


pemeriksaan di sekolah telah memunculkan perdebatan dan kontroversi. Beberapa pihak
menganggap penting untuk menjaga keamanan dan integritas penggunaan teknologi di sekolah,
sementara yang lain khawatir akan pelanggaran privasi siswa.

1.2 Rumusan Masalah

-Bagaimana implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 memengaruhi kegiatan pemeriksaan di


sekolah di Indonesia?
-Apa saja perubahan kebijakan yang diperlukan dalam implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1
untuk memastikan perlindungan hak privasi siswa?
-Bagaimana persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap penggunaan teknologi dalam kegiatan
pemeriksaan di sekolah yang terkait dengan UU ITE Pasal 32 Ayat 1?
-Apa dampak penggunaan teknologi dan implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 terhadap
pembelajaran dan pengajaran di sekolah?
-Bagaimana kendala atau tantangan yang dihadapi oleh sekolah dalam mematuhi UU ITE Pasal
32 Ayat 1 sambil menjaga efektivitas pemeriksaan siswa?
-Apa rekomendasi kebijakan atau tindakan yang dapat diambil untuk meminimalkan potensi
konflik antara implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 dan hak privasi siswa di sekolah?

1.3 Tujuan Penelitian

-Menganalisis Dampak: Menilai dampak konkret dari implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1
terhadap kegiatan pemeriksaan di sekolah, baik dampak positif maupun negatif.
-Mengevaluasi Kepatuhan: Mengukur sejauh mana sekolah mematuhi ketentuan UU ITE Pasal
32 Ayat 1 dalam praktik pemeriksaan siswa.
-Mengidentifikasi Tantangan: Mengidentifikasi kendala atau tantangan yang dihadapi sekolah
dalam menjalankan pemeriksaan siswa sesuai dengan UU ITE.
-Memahami Persepsi: Menganalisis persepsi siswa, guru, orang tua, dan staf sekolah terkait
dengan penggunaan teknologi dalam pemeriksaan siswa dan hak privasi siswa.
-Mengidentifikasi Peluang Perbaikan: Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan
perlindungan hak privasi siswa tanpa mengorbankan keamanan teknologi dalam konteks
pendidikan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 terhadap kegiatan pemeriksaan di sekolah memiliki


beberapa tujuan dan manfaat yang dapat diidentifikasi. Beberapa kegunaan dari implementasi ini
dapat meliputi:

-Perlindungan Data Pribadi Siswa: Salah satu tujuan utama dari implementasi UU ITE Pasal 32
Ayat 1 adalah melindungi data pribadi siswa. Hal ini penting untuk mencegah potensi
penyalahgunaan data siswa dan menjaga privasi mereka.
-Keamanan Teknologi: Implementasi ini membantu dalam menjaga keamanan teknologi dan data
di lingkungan sekolah. Ini dapat membantu mencegah insiden keamanan seperti peretasan atau
penyebaran informasi pribadi.
-Kepatuhan Hukum: Dengan mengikuti ketentuan UU ITE, sekolah dapat memastikan bahwa
mereka mematuhi hukum dan menghindari konsekuensi hukum yang mungkin timbul akibat
pelanggaran privasi siswa.
-Pembelajaran Digital: Implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 memungkinkan sekolah untuk
menjalankan pemeriksaan atau pengawasan dalam lingkungan pembelajaran digital dengan lebih
aman dan terstruktur.
-Pencegahan Penyalahgunaan Teknologi: Ini membantu dalam mencegah penyalahgunaan
teknologi di antara siswa, seperti penyebaran konten ilegal atau tidak pantas.
-Transparansi dan Akuntabilitas: Dengan mengikuti peraturan UU ITE, sekolah dapat
memastikan bahwa pemeriksaan dan pengawasan dilakukan dengan transparansi dan
akuntabilitas yang baik.
-Mendorong Inovasi Teknologi Pendidikan: Sementara mematuhi regulasi, sekolah dapat
mendorong penggunaan teknologi dalam pendidikan dengan cara yang aman dan terarah.
-Pemberdayaan Siswa: Siswa dapat merasa lebih aman secara online karena hak privasi mereka
dilindungi. Ini dapat memperkuat rasa percaya diri dan etika digital siswa.
-Pemahaman Hak dan Tanggung Jawab: Implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 juga membantu
dalam meningkatkan pemahaman hak dan tanggung jawab siswa terkait dengan penggunaan
teknologi.
-Pengembangan Kebijakan yang Tepat: Implementasi ini memungkinkan sekolah untuk
mengembangkan kebijakan yang sesuai dengan situasi lokal mereka, sehingga dapat mengatur
penggunaan teknologi secara bijaksana.

Penting untuk dicatat bahwa implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 harus dilakukan dengan
seimbang, mempertimbangkan hak privasi siswa sejalan dengan kebutuhan sekolah untuk
menjalankan kegiatan pemeriksaan yang sah. Dalam konteks ini, kebijakan dan praktik sekolah
yang cermat dan transparan sangat penting.

BAB II
KERANGKA TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

A. Penelitian yang relevan

UU ITE Pasal 32 Ayat 1 yang mencerminkan pandangan berbagai pihak terkait dengan ketentuan
ini:
-Pengertian dan Konteks Pasal 32 Ayat 1 UU ITE:Penjelasan dalam buku "Hukum Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik" oleh Rudy Rinaldi menjelaskan secara rinci tentang Pasal
32 Ayat 1 UU ITE, menguraikan konsep dasar, dan konteks penggunaannya dalam perlindungan
privasi data pribadi di Indonesia.
-Pentingnya Perlindungan Privasi dalam UU ITE:Artikel "Privacy Protection in the Indonesian
Information and Electronic Transactions Law" yang dipublikasikan di jurnal "Asian Journal of
Comparative Law" oleh Erwin Salampessy menyoroti pentingnya ketentuan privasi dalam UU
ITE, termasuk Pasal 32 Ayat 1, dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi.
-Tantangan dan Kritik Terhadap Pasal 32 Ayat 1:Dalam buku "Legal Aspects of Data Security
and Privacy" oleh Shreya Sen dan Ram Nidumolu, diulas tentang tantangan dan kritik terhadap
Pasal 32 Ayat 1 dalam menghadapi perkembangan teknologi dan implikasi praktisnya terhadap
pelaksanaan.
-Perlindungan Data Pribadi Siswa di Sekolah:Artikel "Protecting Students’ Personal Data in the
Digital Age: Balancing Educational Needs and Privacy Rights" dalam jurnal "Journal of Law,
Technology, and Policy" menggambarkan bagaimana Pasal 32 Ayat 1 berperan dalam
melindungi data pribadi siswa di lingkungan pendidikan.
-Perbandingan dengan Regulasi Internasional:Studi komparatif "A Comparative Analysis of
Privacy Laws Worldwide and Indonesia" oleh Rachel Permatasari membandingkan Pasal 32 Ayat
1 dengan regulasi privasi internasional, seperti GDPR Uni Eropa, dan mempertimbangkan
implikasi adopsi standar internasional.

Nah, penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Teluk Kuantan berdiri pada tahun 1974 dengan
nama SMA Taluk Kuantan. Pada Masa ini SMA Taluk Kuantan merupakan sekolah swasta SLTA
pertama di Kabupaten Kuantan Singingi dengan Kepala Sekolah pertama Dahlan Rasahan.
Sekolah ini bertujuan untuk menampung anak nagori kuantan singingi yang tidak dapat
melanjutkan pendidikan SLTA karena jauhnya sekolah SLTA yang berada di ibukota kabupaten
indragiri hulu yaitu Rengat.
Dengan adanya SMA Taluk Kuantan ini, maka anak nogori kuantan singingi dapat melanjutkan
pendidikan tingkat SLTA di kota kecamatan Kuantan Tengah. Pada masa Kepala Sekolah Dahlan
Rasahan, SMA ini pernah menjadi sekolah favorit di kabupaten Indragiri Hulu dan mengalahkan
sekolah negeri di kota kabupaten yaitu SMA Negeri 1 Indragiri Hulu yang sekarang bernama
SMA Negeri 1 Rengat
Lambat laun sekolah ini berubah nama seiring perkembangan jaman. Pada tahun 1977 bulan
Agustus tepatnya tanggal 17 Agustus pas pada hari Kemerdekaan RI,SMA Taluk Kuantan resmi
berstatus negeri dengan nama SMA Negeri 450 Indragiri Hulu dengan Kepala Sekolah M. Kasim
Noer, BA. Pada Tahun 1991, SMA Negeri 1 Taluk Kuantan berubah nama Menjadi SMA Negeri
1 Teluk Kuantan, ini seiringan terbentuknya Kabupaten Kuantan Singingi dan berubahnya nama
Ibu Kota kabupaten dari Taluk Kuantan menjadi Teluk Kuantan oleh Pleno DPRD TK.II
Kuantan Singingi, pada masa Kepala Sekolah Drs. Nurfa'i.
SEJARAH KEMIMPINAN SMAN 1 TELUK KUANTAN
-Dahlan Rasahan, dengan masa tugas dari 1974 1976
-M. Kasim Noer, BA., dengan masa tugas dari 1977 1985
-Ahmad Syafe'i., dengan masa tugas dari 1985 1987
-Drs. Nurfa'i., dengan masa tugas dari 1987 1993
Jamalan., dengan masa tugas dari 1993 1995
-Drs. Hasan Basri., dengan masa tugas dari 1995 2000
-Asri Yunus, BA., dengan masa tugas dari 2000 2002
-Drs. Alimin Prindra., dengan masa tugas dari 2002 2004
-Drs. Yuli Hermanto., dengan masa tugas dari 2004 2006
-H. Raja Aswar, S.Pd, MM., dengan masa tugas dari 2006 2008
-Harnita, S.Pd., dengan masa tugas dari 2008 2011
-Ergusneti,S.Pd, dengan masa tugas dari 2011 Januari 2018
-Saprianto Eldi,S.Pd.I, deng,Januari 2018

2.1 Kerangka Teoritik

1. Implementasi
-Pengertian implementasi

Implementasi adalah tahap dalam sebuah rencana, kebijakan, atau proyek di mana ide atau
konsep yang telah dirancang secara teoritis atau perencanaan mulai dijalankan dalam praktik
nyata. Ini melibatkan tindakan konkret untuk mengubah rencana atau ide menjadi tindakan yang
dapat diwujudkan. Implementasi seringkali mencakup alokasi sumber daya, pengaturan sistem,
pelatihan, pengawasan, dan tindakan lain yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Implementasi merujuk pada proses penerapan atau pelaksanaan suatu rencana, kebijakan, atau
proyek dalam praktik nyata. Ini melibatkan langkah-langkah konkret untuk menjalankan ide atau
rencana tersebut agar mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam konteks bisnis atau teknologi,
implementasi seringkali mencakup pengaturan sistem, pelatihan staf, dan tahap-tahap
pelaksanaan lainnya.

Implementasi merupakan tahap kunci dalam siklus perencanaan di mana konsep atau rencana
yang telah dirancang secara teoritis diubah menjadi tindakan konkret dalam dunia nyata. Ini
mencakup pelaksanaan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengimplementasikan ide atau
rencana tersebut. Proses implementasi dapat mencakup pengalokasian sumber daya, pelatihan,
koordinasi tim, dan pemantauan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kesuksesan
implementasi seringkali menjadi penentu apakah suatu rencana atau konsep akan berhasil atau
tidak.

Secara umum istilah Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pelaksanaan
atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu upaya mewujudkan dalam suatau sistem
adalah implementasi.

Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli

-Purwanto dan Sulistyastuti


Dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
(1991), dituliskan bahwa implementasi memiliki inti pengertian sebagai kegiatan untuk
mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh para
implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan
kebijakan

-Guntur Setiawan
Ditulis dalam Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana birokrasi yang efektif.

-Browne dan Wildavsky


Buku karangan Usman juga menampilkan pendapat dari kedua tokoh ini, yakni dalam
implementasi sederhana, implementasi bisa diartikan eksekusi atau aplikasi. Browne dan
Wildavsky berpendapat bahwa "implementasi adalah perluasan aktivitas menyesuaikan satu
sama lain".

-Syaukani dkk
Menurut Syaukani dkk dalam buku terbitannya tahun 2004, implementasi adalah pelaksanaan
serangkaian kegiatan dalam rangka untuk memberikan kebijakan publik sehingga kebijakan
dapat membawa hasil, seperti yang diharapkan.

-Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier


Sementara itu, dalam Wahab (2005: 65), Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier menguji hal
ini dengan memverifikasi pemahaman tentang apa yang akan terjadi setelah suatu keputusan
ditetapkan, atau dengan merumuskan fokus kebijakan implementasi.

-Prof. H. Tachjan
Dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan Publik, dijelaskan bahwa implementasi
kebijakan publik adalah proses yang kompleks, melibatkan dimensi organisasi, kepemimpinan,
bahkan manajerial dari pemerintah sebagai pemegang otoritas. Implementasi ini memegang
nilai-nilai kepercayaan (trust) dan tanggung jawab (responsibility). Kepercayaan menjadi penting
untuk membangun penerimaan masyarakat terhadap suatu kebijakan publik, sehingga
masyarakat mau mendukung pelaksanaan kebijakan publik tersebut.

Pengertian Implementasi Berdasarkan Bidangnya


Ilmu Politik

-Implementasi pada bidang ini digunakan untuk merujuk pada peluncuran dan pelaksanaan
undang-undang dan kebijakan publik. Badan legislatif akan mengesahkan undang-undang, dan
lembaga yang bertanggung jawab kemudian akan melaksanakannya atau menerapkannya.

-Ilmu sosial atau kesehatan


Pada bidang ini, implementasi mengacu pada penerapan program dalam medis. Karena berkaitan
dengan keseha kotan seseorang, perlu langkah-langkah khusus yang harus dipatuhi sebagai
bagian dari implementasi.

-Teknologi Informasi
Dalam konteks teknologi informasi, definisi implementasi biasanya mengacu pada pemasangan
perangkat keras atau sistem perangkat lunak atau aplikasi baru. Ini juga berarti penyertaan
spesifikasi teknis tertentu, komponen perangkat lunak atau standar perangkat lunak.

-Bisnis
Dalam bisnis, berbagai jenis rencana dan inisiatif bisnis diimplementasikan. Rencana
implementasi bisnis adalah serangkaian langkah yang diikuti untuk mencapai tujuan bisnis
tertentu, tujuannya bisa berupa manfaat pada khalayak luas hingga keuntungan bisnis.

-Tujuan Implementasi

Tujuan dari implementasi adalah untuk memastikan bahwa rencana yang sudah disepakati bisa
diterapkan dan membawa dampak yang positif. Tim yang berkaitan dengan perencanaan
implementasi harus dapat menjawab hal-hal detail tentang suatu rencana yang akan diterapkan,
sebelum akhirnya masuk ke fase eksekusi. Rencana implementasi akan menjadi kunci untuk
menguraikan langkah-langkah yang harus diambil tim untuk mencapai tujuan atau inisiatif
bersama.

Cara yang baik untuk mengetahui apakah rencana implementasi sudah efektif atau belum adalah
dengan menyerahkannya kepada seseorang di luar tim untuk menilai apakah mereka dapat
memahami proyek secara keseluruhan. Rencana implementasi seharusnya tidak meninggalkan
pertanyaan yang tidak terjawab.

-Faktor yang memengaruhi

Implementasi suatu proyek atau rencana dapat berjalan dengan baik dengan dipengaruhi
beberapa faktor terkait. Beberapa diantaranya yakni:

Pemahaman Target yang Dituju


Ini adalah hasil akhir yang ingin dicapai oleh sebuah proyek. Diperlukan adanya konsep dan
langkah-langkah yang matang dan harus tercapai untuk mencapai tujuan. Siapa target
implementasi yang dituju? Apakah yang dituju butuh rencana ini dapat diimplementasikan?
Contohnya kebijakan publik, apakah masyarakat memerlukannya? Apakah hal ini mudah
dipahami?

Pengadaan Sumber Daya


Penting untuk mencari sumber daya agar mampu menguraikan apa yang dibutuhkan untuk
melaksanakan implementasi. Contohnya dalam suatu bisnis, jika peralatan tidak memadai
ditambah dengan kualitas kinerja pegawai yang kurang optimal maka rencana bisnis sebaik
apapun tidak akan bisa dieksekusi dengan baik.

Seberapa Detail Menganalisis Resiko


Tim implementasi menggunakan analisis risiko untuk mengidentifikasi potensi masalah. Jika
suatu rencana gagal untuk diterapkan, lalu apa kemungkinan terburuknya? Bagaimana
penanganannya? Jauh lebih menguntungkan jika dilakukan atau tidak dilakukan? Jika semua
jawaban belum dapat terjawab dengan pasti, maka rencana harus dipertimbangkan ulang.

Menghargai Waktu Tenggang


Cantumkan waktu penyelesaian yang ditargetkan dan tenggat waktu untuk mulai implementasi.
Hal ini akan berkaitan dengan peran dan tanggung jawab dari pemangku kepentingan, sebab
harus sadar porsi kerjanya masing-masing agar implementasi dapat berjalan dengan segera.
Meskipun jadwal proyek dapat berubah seiring kemajuan proyek, penting untuk
menggarisbawahi tanggal jatuh tempo yang diharapkan selama perencanaan implementasi.

-Contoh Rencana Implementasi

Ilmu Politik
Implementasi pada bidang ini digunakan untuk merujuk pada peluncuran dan pelaksanaan
undang-undang dan kebijakan publik. Contohnya adalah peluncuran dari implementasi rencana
pengesahan RUU PKS. Setelah resmi disahkan pada April lalu, kini rencana tersebut mulai
diterapkan setelah membutuhkan waktu perundingan yang cukup lama sekitar enam tahun terus
pembahasan.

Ilmu sosial atau kesehatan


Perlu ada langkah-langkah khusus sebagai bagian dari implementasi. Contohnya adalah
implementasi rencana pemulihan untuk kota yang mengalami bencana alam, atau pelaksanaan
sistem untuk mengirimkan vaksin COVID-19 ke publik.

Teknologi Informasi
Implementasi butuh penyertaan spesifikasi teknis tertentu, komponen perangkat lunak atau
standar perangkat lunak. Misalnya, alat pengembangan perangkat lunak berisi implementasi
bahasa pemrograman.

Bisnis
Rencana implementasi bisnis adalah serangkaian langkah yang diikuti untuk mencapai tujuan
bisnis tertentu. Dalam mencapai tujuan keuntungan bisnis contohnya, setelah menggodok
rencana pelebaran selama beberapa bulan, maka waktunya implementasi untuk pembukaan
cabang restoran di beberapa titik.

2. Smartphone

-Pengertian Smartphone

Apa itu smartphone? Pengertian Smartphone adalah telepon genggam atau telepon seluler pintar
yang dilengkapi dengan fitur yang mutakhir dan berkemampuan tinggi layaknya sebuah
komputer.

Smartphone dapat juga diartikan sebagai sebuah telephone genggam yang bekerja dengan
menggunakan perangkat lunak sistem operasi (OS) yang menyediakan hubungan standar dan
mendasar bagi pengembang aplikasi.

Ada juga yang mendefinisikan smartphone sebagai sebuah telephone genggam pintar yang
memiliki fitur canggih seperti Email, Internet, pembaca ebook, dan lainnya. Singkatnya,
smartphone merupakan komputer kecil yang memiliki kemampuan sebuah telephone.

Pengertian Smartphone Menurut Para Ahli


Agar lebih memahami apa arti Smartphone, maka kita bisa merujuk kepada pendapat beberapa
ahli. Berikut ini adalah definisi smartphone menurut para ahli:

1. David Wood
Menurut David Wood, smartphone adalah handphone cerdas yang memiliki kelebihan dibanding
alat telekomunikasi lainnya. Kelebihannya terlihat dari proses pembuatannya dan proses
penggunaannya.

2. Williams dan Sawyer


Menurut Williams dan Sawyer definisi smartphone adalah telepon selular yang memakai
beberapa layanan seperti layar, mikroprosesor, memori, dan modem bawaan. Dengan begitu,
smartphone memiliki fitur yang lebih lengkap dibanding handphone biasa.

3. Ridi Ferdiana
Menurut Ridi Ferdiana pengertian smartphone adalah perangkan telepon seluler yang dilengkapi
dengan berbagai fitur. Dengan begitu, selain sebagai alat telekomunikasi, smartphone juga dapat
digunakan untuk keperluan bisnis oleh pengusaha dan masyarakat umum.

Sistem Operasi Smartphone


Seperti halnya pada komputer atau laptop, sebuah smartphone membutuhkan Operating System
(OS) agar bisa bekerja sebagaimana mestinya. Berikut ini adalah beberapa OS smartphone:
-iOS.
-Android.
-Windows Phone.
-Blackberry.
-Bada.
-Firefox OS.
-MeeGo OS.
-Palm.
-Symbian.
-Ubuntu.
-Tizan.

Dari sekian banyak OS smartphone yang digunakan, OS yang paling populer adalah Android,
iOS, Windows Phone, dan Blackberry. Namun, secara keseluruhan Smartphone Android lah
yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.

Fitur Pada Smartphone


Sebuah smartphone umumnya dilengkapi dengan berbagai fitur canggih agar bisa digunakan
untuk berbagai keperluan. Beberapa fitur tersebut seperti:
-Telephone.
-SMS.
-Camera.
-Pemutar Musik dan Video.
-Internet.
-Editing Document.
-Ebook Viewer.
-Aplikasi Game.
-Dan lain-lain.
Kita juga bisa menambahkan fitur lainnya yang dibutuhkan pada sebuah smartphone dengan
menginstal aplikasi tertentu ke dalamnya.

-Jenis jenis Smartphone

Beberapa jenis Smartphone dapat dibedakan berdasarkan bentuknya. Berikut ini adalah
jenis-jenis smartphone berdasarkan bentuknya:

1. Handphone
Smartphone berbentuk handphone adalah yang paling banyak digunakan karena bentuknya yang
lebih kecil dan ringkas dibawa kemana saja.

Umumnya smartphone berbentuk handphone sudah memiliki layar touch screen. Tombol keypad
pada smartphone berada pada screen yang dapat dinavigasi melalui touch screen tersebut.

2. iPhone
Ini adalah smartphone berbentuk handphone yang dikeluarkan oleh Apple. Secara garis besar
fiturnya sama dengan handphone smartphone pada umumnya.

3. Tablet
Tablet merupakan smartphone yang bentuknya lebih lebar dan terlihat seperti buku. Layarnya
lebih lebar dibandingkan dengan handphone dan seringkali dilengkapi dengan mini keyboard
jika dibutuhkan.

Biasanya tablet sangat jarang digunakan untuk telephone. Hal ini dikarenakan ukurannya yang
cukup besar dan membutuhkan earphone agar bisa nyaman menggunakannya.

4. iPad
iPad adalah istilah untuk tablet yang dikeluarkan oleh brand Apple.

5. Smartwatch
Smartwatch adalah sebuah jam tangan pintar yang terhubung dengan internet dan perangkat lain,
misalnya smartphone. Jam tangan pintar ini dilengkapi dengan fitur GPS, Email, Telephone,
SMS, dan prediksi cuaca.

6. iWatch
iWatch adalah produk jam tangan pintar yang dikeluarkan oleh brand Apple. Produk ini hanya
bisa terhubung dengan produk iPhone.

-Dampak penggunaan

•Dampak positif
1. Mempermudah komunikasi

Tidak bisa dipungkiri jika komunikasi saat ini sangat dipermudah dengan kehadiran smartphone.

Hal ini juga berlaku dalam dunia pendidikan, di mana komunikasi antara guru – pelajar – orang
tua dapat berjalan dengan lebih mudah dan dapat dilakukan secara massal melalui grup yang
tersedia di aplikasi komunikasi, seperti whatsapp, line atau telegram.

Hal ini dapat mengurangi resiko terputusnya informasi seperti yang sering terjadi sebelum
adanya smartphone, tidak sampainya pesan berantai karena berbagai alasan misalnya tidak
adanya pulsa, atau ada yang tidak menerima pesan karena terlewat.

Proses berbagi informasi atau melakukan video konferensi untuk mengerjakan tugas juga dapat
dilakukan di mana saja dan kapan saja dengan bantuan smartphone, dan hal ini bisa sangat
membantu dalam proses belajar.

Misalnya dalam tugas kelompok, ada anak yang tidak bisa datang, dia tetap bisa mengikuti
proses mengerjakan tugas kelompok melalui grup komunikasi yang ada.

2. Media hiburan

Smartphone memiliki banyak fitur hiburan dan ini dapat menjadi media untuk membantu para
pelajar atau guru untuk beristirahat sejenak dari kejenuhan mereka.

Banyak aplikasi hiburan yang bisa menjadi sarana untuk belajar sekaligus bermain bagi mereka.

Misalnya games yang dapat meningkatkan kemampuan murid-murid yang dapat dipraktikkan
dalam kehidupan mereka, atau games yang mengasah kemampuan mengingat atau berhitung.

3. Meningkatkan pengetahuan

Salah satu dampak positif smartphone adalah dapat membantu murid-murid untuk mendapatkan
informasi di berbagai mata pelajaran dengan sangat mudah.

Smartphone dilengkapi dengan berbagai aplikasi termasuk aplikasi pendidikan. Selain itu,
dengan bantuan mesin pencari seperti google, murid-murid dapat mengakses berbagai informasi
dan mengecek keakuratan informasi yang telah mereka kumpulkan.

Hal ini sangat membantu mereka dalam mengerjakan tugas-tugas mereka dan dapat
meningkatkan pengetahuan mereka dan membantu mereka untuk meningkatkan prestasi
akademik mereka.

4. Meningkatkan kenyamanan dalam belajar

Banyak pelajar atau guru yang merasa lebih nyaman dengan penggunaan smartphone saat belajar
ketimbang harus menghabiskan banyak waktu mereka untuk mencari sumber informasi yang
mereka perlukan dengan pergi ke perpustakaan.

Smartphone membantu mereka untuk menghemat banyak waktu dengan satu kali klik saja di
dalam kamar mereka dan dapat memanfaatkan waktu mereka untuk belajar atau berkomunikasi
dengan teman, keluarga atau guru mereka dalam waktu yang bersamaan.

5. Tersedianya teknologi yang lebih canggih

Smartphone memberikan banyak pilihan aplikasi berguna yang dapat membantu proses belajar,
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Selain itu, dengan smartphone, kelas dapat diadakan
melalui telepon pintar.

Tambahan lagi, murid-murid dan guru-guru dapat mempelajari berbagai kemampuan baru dan
hobi melalui smartphone. Misalnya belajar bahasa baru, teknik menggambar, memasak atau
meningkatkan kemampuan public speaking dengan belajar melalui telepon pintar mereka.

6. Mempertajam kemampuan mengingat murid

Smartphone dapat menjadi media untuk mempertajam ingatan murid dalam proses belajar.
Dengan menggunakan smartphone, mereka dapat merekam, mengambil gambar, dan mencatat
seluruh pelajaran yg diberikan secara lengkap dan mempelajari kembali di rumah.

Hal ini bisa mempermudah proses belajar bagi para murid sebelum ujian, atau saat mengerjakan
tugas dengan mendengarkan kembali atau menghafal materi yang telah mereka simpan di dalam
smartphone mereka.

7. Meningkatkan kemampuan dalam mengatur waktu

Dampak positif dari penggunaan smartphone adalah meningkatkan kemampuan dalam mengatur
waktu mereka. Banyak aplikasi yang dapat membantu mereka untuk lebih terorganisir dalam
mengatur waktu mereka dalam belajar.

Beberapa aplikasi seperti notes, stopwatch, kalender, alarm, perekam, google drive, office dan
banyak lagi mampu membantu mereka dalam mencatat, menerima dan mengirim dokumen.

Mengatur waktu belajar mereka sehingga mereka bisa lebih tepat waktu dalam belajar dan
mengatur skala prioritas dalam mengerjakan tugas-tugas mereka.

Dengan bantuan smartphone, murid-murid dapat menjadi murid terbaik dalam belajar dan
meningkatkan berbagai aspek dalam hidup mereka melalui manajemen waktu yang tepat.

•Dampak negatif

Selain memberikan dampak positif, smartphone juga memberikan beberapa dampak negatif di
dalam dunia Pendidikan.

Dikutip dari researchgate.com, Berikut beberapa dampak negatif dari penggunaan smartphone:

1. Tidak fokus saat belajar

Smartphone dapat mengalihkan perhatian murid-murid saat proses belajar mengajar. Kadang
mereka teralihkan perhatiannya dengan mengecek pesan teks, bermain games, atau hanya
sekedar mengecek media sosial.

Tidak jarang murid yang melewatkan beberapa pelajaran yang diberikan karena terlalu sibuk
dengan smartphone mereka.
2. Dapat menyebabkan kecanduan

Smartphone dapat membuat murid-murid kecanduan dan tidak bisa lepas dari telepon pintar
mereka. Mulai dari bangun tidur sampai kembali mau tidur.

Smartphone menjadi hal pertama yang mereka cari dan ini membuat satu tren baru, nomophobia,
yaitu ketakutan yang muncul karena seseorang harus berpisah dengan smartphone mereka seperti
yang dilansir dari psychologytoday.com.

Ketakutan-ketakutan tersebut muncul karena sifat candu yang dirasakan oleh para murid.
Kecemasan-kecemasan muncul jika mereka kehilangan smartphone, kehabisan baterai atau tidak
ada sinyal yang berdampak kepada proses belajar mereka.

Sebuah penelitian menyebutkan 58% dari laki-laki dan 47% dari perempuan menderita
nomophobia dan 9% diantaranya merasa tertekan jika smartphone mereka mati.

3. Kurangnya interaksi sosial di kehidupan nyata

Dengan munculnya banyak media sosial, membuat murid-murid memperbaharui apa yang terjadi
dengan kehidupan mereka melalu smartphone mereka.

Hal ini menyebabkan interaksi sosial di kehidupan mereka berkurang. Mereka lebih asik
berinteraksi melalui media sosial yang tidak jarang berakibat mengganggu hubungan dengan
teman, keluarga dan juga mengganggu prestasi akademik karena lebih fokus bermain dengan
smartphone mereka.

4. Prestasi akademik menurun

Penggunaan smartphone secara tidak tepat dapat menyebabkan prestasi akademik menurun.
Salah satu penyebabnya karena mereka tidak dapat mengingat atau menangkap informasi yang
diberikan saat proses belajar mengajar karena teralihkan perhatiannya oleh smartphone mereka.

5. Membuat kurang berempati dengan lingkungan sekitar

Untuk orang-orang yang sudah kecanduan dengan smartphone, akan cenderung lebih cuek dan
kurang berempati dengan apa yang terjadi dengan sekitar mereka karena sudah asyik dengan
smartphone mereka.

Misalnya, disaat ada acara pertemuan dengan keluarga atau teman-teman, tidak sedikit yang
malah asik menunduk dan bermain smartphone ketimbang saling bertukar kabar dan cerita
dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka.

6. Meningkatkan level kecemasan dan depresi

Media sosial menjadi media berbagi dan biasanya orang-orang membagikan cerita mereka di
sana, mulai dari foto berlibur, kuliner, berita-berita bahagia lainnya.

Hal ini dapat meningkatkan level kecemasan dan depresi bagi orang lain yang tidak memiliki
kesempatan untuk merasakan kebahagiaan seperti yang dibagikan oleh teman-temannya melalui
media sosial.

Dalam penelitian berjudul Social Media Use and Adolescent Mental Health: Findings From the
UK Millennium Cohort Study yang dikutip dari sciencedirect.com, disebutkan jika 50%
perempuan lebih beresiko mengalami depresi dalam penggunaan media sosial jika dibandingkan
dengan laki-laki yang berada di angka 35%.

Mengapa angka gejala depresi lebih tinggi pada anak perempuan ketimbang laki-laki? Karena di
usia pubertas, anak perempuan cenderung lebih sensitif dan lebih memperhatikan penampilan
fisik.

Tidak jarang mereka akan membandingkan tampilan fisik orang lain yang mereka lihat di media
sosial dengan diri mereka dan hal ini dapat mempengaruhi tingkat stess mereka.

Pelecehan online, cyber bullying di media sosial juga bisa meningkatkan level kecemasan
murid-murid dan dapat membuat mereka stress dan depresi.

7. Risiko penyalahgunaan smartphone

Begitu mudahnya mengakses internet melalui smartphone jika disalahgunakan untuk mengakses
situs-situs yang tidak seharusnya diakses oleh para pelajar.

Misalnya digunakan untuk mengakses pornografi dan tidak sedikit kasus pelajar yang melakukan
perbuatan tidak senonoh akibat kecanduan pornografi yang dapat diakses dengan mudah melalui
smartphone mereka.

8. Mengganggu kesehatan

Penggunaan smartphone secara berlebihan dapat mengganggu kesehatan penggunanya. Misalnya


terganggunya kesehatan mata mereka atau kurangnya waktu tidur mereka karena menggunakan
smartphone sampai larut malam.

Hal ini berpengaruh kepada tingkat konsentrasi murid-murid dalam belajar dan dapat membuat
prestasi akademik mereka menurun.

9. Mengurangi daya tangkap otak dan daya ingat

Smartphone dapat mengakibatkan daya tangkap otak dan daya ingat pada pelajar menurun. Hal
ini disebabkan karena mereka cenderung mengandalkan smartphone untuk melakukan berbagai
hal seperti merekam percakapan, menggunakan mesin pencari untuk setiap apa pun yang tidak
mereka tahu.
Otak tidak dilatih untuk berpikir jika mengandalkan smartphone secara terus menerus dalam
proses belajar mereka dan tidak jarang hal ini menyebabkan daya tangkap mereka berkurang.

10. Tindakan kecurangan

Mudahnya menggunakan smartphone, bisa membuka kesempatan bagi murid-murid untuk


melakukan tindakan kecurangan saat ujian, baik mencontek dengan mengakses internet atau
berbagi jawaban dengan teman melalui media komunikasi.

Tindakan mencontek bisa terjadi karena murid-murid yang malas belajar akibat terlalu asik
bermain dengan smartphone mereka dan membuat mereka malas untuk belajar.

Melalui penjelasan di atas, ada banyak dampak positif dan

Berikut landasan mengenai UU ITE Pasal 32 Ayat 1 .mengatur tentang pelarangan melakukan
tindakan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik melalui media elektronik. Namun, untuk
mengaitkannya dengan kegiatan pemeriksaan di sekolah, perlu diingat bahwa aturan sekolah juga
harus mematuhi hukum yang berlaku.

Pemeriksaan di sekolah harus tetap mematuhi prinsip-prinsip hak asasi manusia dan privasi
siswa. Ini berarti bahwa pemeriksaan tersebut tidak boleh melanggar hak privasi siswa atau
digunakan untuk tindakan yang dapat dianggap sebagai penghinaan atau pencemaran nama baik,
sesuai dengan UU ITE.

Selain itu, UU ITE Pasal 32 Ayat 1 tidak secara spesifik mengatur tentang pemeriksaan di
sekolah. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan kebijakan sekolah terkait pemeriksaan
siswa, perlu memastikan bahwa prosedur yang diikuti tidak melanggar hukum yang berlaku,
termasuk UU ITE.

Penting untuk berkonsultasi dengan ahli hukum atau penasihat hukum yang berpengalaman
dalam konteks hukum Indonesia untuk memahami implikasi hukum yang lebih mendalam terkait
kegiatan pemeriksaan di sekolah dan hubungannya dengan UU ITE Pasal 32 Ayat 1 serta
peraturan hukum lainnya.

BAB III

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang relevan untuk mengkaji hubungan antara UU ITE Pasal 32 Ayat 1
dan kegiatan pemeriksaan di sekolah bisa mencakup:

-Pendekatan Hukum dan Analisis Normatif: Melibatkan analisis hukum terperinci terkait dengan
UU ITE Pasal 32 Ayat 1 dan peraturan hukum lainnya yang relevan. Ini mencakup mengevaluasi
apakah kegiatan pemeriksaan di sekolah melanggar hukum, seperti hak privasi siswa atau
ketentuan UU ITE, dan apakah ada pelanggaran atau potensi perubahan yang diperlukan dalam
peraturan sekolah.
-Pendekatan Empiris: Melibatkan pengumpulan data empiris, seperti survei atau wawancara
dengan siswa, guru, dan staf sekolah untuk memahami bagaimana kebijakan pemeriksaan di
sekolah diterapkan dalam praktiknya dan dampaknya terhadap hak privasi siswa serta potensi
tindakan yang melanggar UU ITE.
-Pendekatan Komparatif: Membandingkan pendekatan dan praktik pemeriksaan di sekolah
dengan lembaga pendidikan lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk mengevaluasi
apakah kebijakan sekolah konsisten dengan standar internasional atau praktik terbaik.
Pendekatan Etis: Melibatkan analisis etika terkait dengan pemeriksaan di sekolah, termasuk
pertimbangan tentang hak privasi siswa, kebutuhan keamanan, dan kewajiban sekolah dalam
melindungi hak-hak siswa.
-Pendekatan Kebijakan: Mengevaluasi peran pemerintah dan badan regulasi dalam mengawasi
dan mengatur kebijakan pemeriksaan di sekolah, serta mengidentifikasi potensi perubahan atau
perbaikan kebijakan yang dapat diusulkan.Dalam penelitian ini, penting untuk memperhatikan
kerangka etika dan hukum yang mengatur pemeriksaan di sekolah, serta memahami dampaknya
terhadap hak privasi siswa dan potensi pelanggaran UU ITE Pasal 32 Ayat 1. Selain itu,
mengumpulkan data yang akurat dan relevan serta melakukan analisis yang cermat akan
membantu mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang masalah ini.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan,yaitu peneliti melakukan penelitian lapangan ke lokasi
untuk mendapatkan data-data. Penelitian ini bersifat kualitatif , di mana data yang dikumpulkan
berupa kata tertulis dan atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati di SMA NEGERI 1
TELUK KUANTAN, KECAMATAN KUANTAN TENGAH,KOTA RIAU.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

penelitian ini dilakukan pada, siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Kuantan Tengah Kota Riau yang
dijadikan sebagai objek penelitian, pengaruh alat komunikasi handphone terhadap prestasi
belajar siswa, sedangkan jangka waktu penelitian hingga perkampungannya diperkirakan selama
bulan September sampai Oktober.

3.4 Sumber Data

Dalam penelitian implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 terhadap kegiatan pemeriksaan di


sekolah, ada beberapa jenis subjek yang dapat menjadi fokus penelitian, termasuk:

A. Data Primer

-Siswa: Subjek utama dalam penelitian ini adalah siswa yang menjalani pemeriksaan di sekolah.
Penelitian dapat mencakup analisis dampak pemeriksaan terhadap privasi siswa, persepsi mereka
tentang hak-hak mereka, dan pengalaman mereka selama pemeriksaan.
-Guru dan Staf Sekolah: Guru dan staf sekolah memiliki peran dalam melaksanakan kebijakan
pemeriksaan di sekolah. Penelitian dapat mencakup pandangan mereka tentang implementasi
kebijakan ini, pelatihan yang mereka terima, dan pemahaman mereka tentang keterkaitan antara
UU ITE dan kegiatan pemeriksaan.
-Pihak Sekolah dan Administrasi: Kepala sekolah, administrator, atau pengambil keputusan di
sekolah memiliki peran penting dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan
pemeriksaan. Penelitian dapat melibatkan wawancara dengan mereka untuk memahami alasan di
balik kebijakan tersebut dan bagaimana mereka menjalankannya.
-Orang Tua atau Wali Siswa: Orang tua atau wali siswa memiliki kepentingan dalam melindungi
hak privasi anak-anak mereka. Penelitian dapat mencakup pandangan mereka tentang
pemeriksaan di sekolah, apakah mereka merasa hak privasi anak-anak mereka terancam, dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan sekolah terkait hal ini.

B. Data Sekunder
-Pihak Terkait Hukum: Ahli hukum, advokat, atau penasihat hukum yang terlibat dalam kasus
atau konsultasi terkait pelaksanaan UU ITE Pasal 32 Ayat 1 di sekolah juga dapat menjadi subjek
penelitian untuk memahami pandangan hukum terkait isu ini.Pihak Terkait Pemerintah dan
Regulasi: Penelitian dapat melibatkan pihak yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan dan
pengawasan implementasi UU ITE di sekolah, seperti perwakilan dari Kementerian Pendidikan,
Komisi Perlindungan Anak, atau badan regulasi terkait.Pemilihan subjek penelitian akan sangat
tergantung pada tujuan penelitian Anda dan pertanyaan penelitian yang ingin Anda jawab.
Kombinasi dari beberapa jenis subjek di atas dapat memberikan wawasan yang komprehensif
tentang implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 di lingkungan sekolah.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk penelitian mengenai UU ITE Pasal 32 Ayat 1 terhadap kegiatan
pemeriksaan di sekolah. Beberapa teknik yang relevan adalah:
Survei: Dengan merancang survei yang diberikan kepada siswa, guru, orang tua, atau pihak
sekolah untuk mengumpulkan data tentang persepsi mereka terkait kebijakan pemeriksaan di
sekolah, pengetahuan mereka tentang UU ITE Pasal 32 Ayat 1, dan dampaknya.
-Wawancara: Melakukan wawancara dengan siswa, guru, staf sekolah, orang tua, atau pihak
sekolah dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengalaman dan
pandangan mereka terkait kebijakan pemeriksaan dan aspek hukum yang terkait.
-Analisis Dokumen: Dengan mengumpulkan dan menganalisis dokumen terkait, seperti
kebijakan sekolah, surat edaran, atau laporan insiden yang mungkin relevan dengan
implementasi UU ITE di sekolah.
-Pemantauan Observasional: Melakukan observasi langsung terhadap kegiatan pemeriksaan di
sekolah untuk memahami bagaimana kebijakan ini diterapkan dalam praktiknya dan apakah ada
pelanggaran hak privasi siswa.
-Studi Kasus: Memilih beberapa sekolah sebagai studi kasus untuk mendalaminya secara rinci,
termasuk menganalisis dokumen, mewawancarai berbagai pemangku kepentingan, dan
melakukan observasi untuk mendapatkan wawasan yang mendalam tentang implementasi UU
ITE di sekolah.

•Dan saya menggunakan metode penelitian:


-Analisis Data
-Wawancara
3.6 Analisis Data

Analisis data merupakan upaya penentuan secara sistematis hasil observasi , interview,
dokumentasi, serta studi pustaka dan yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti
tentang pengaruh handphone terhadap prestasi belajar siswa. dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik analisis data kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat
kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan proses berpikir induktif ,yaitu proses
berpikir yang bertolak dari pengertian yang bersifat umum untuk ditarik kesimpulan yang
menjadi khusus.

nah,cara mengimplementasikan UU ITE Pasal 32 Ayat 1 di sekolah, langkah pertama yang baik
adalah menghubungi instansi atau lembaga yang berwenang yang mungkin memiliki data
tersebut. Ini bisa termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sekolah, atau lembaga
penelitian terkait.Selain itu, Anda juga dapat mencari laporan penelitian atau studi yang telah
dilakukan oleh peneliti atau lembaga independen yang berfokus pada topik ini. Laporan-laporan
semacam itu dapat berisi data, temuan, dan analisis terkait implementasi UU ITE di lingkungan
pendidikan.Pastikan untuk menjaga etika dan privasi data saat mencari atau menggunakan data
terkait privasi siswa dan pemeriksaan di sekolah.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

A. Riwayat singkat pendiri dan pembina sekolah.

DATA SEKOLAH KITA


DATA RAPOR PMP
Kepsek : Saprianto Eldi
Operator : Suska Hendra
Akreditasi : A
Kurikulum : Kurikulum 2013
Waktu : Sehari penuh (5 h/m)

Profil
Rekapitulasi
Kontak
Identitas Sekolah
NPSN : 10403796

Status : Negeri

Bentuk Pendidikan : SMA

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah


SK Pendirian Sekolah : 507/4/VIII/77

Tanggal SK Pendirian : 1977-08-06

SK Izin Operasional : SK/583.RGT/HP/1977

Tanggal SK Izin Operasional : 1977-12-01

Data Pelengkap
Kebutuhan Khusus Dilayani : Tidak ada

Nama Bank : BPD RIAU...

Cabang KCP/Unit : BPD RIAU CABANG TELUK KUANTAN...

Rekening Atas Nama : SMAN1TELUKKUANTAN...

Data Rinci
Status BOS : Bersedia Menerima

Waku Penyelenggaraan : Sehari penuh (5 h/m)

Sertifikasi ISO : 9001:2008

Sumber Listrik : PLN & Diesel

Daya Listrik : 23000

Kecepatan Internet : 100 Mb

SMA Negeri 1 Teluk Kuantan berdiri pada tahun 1974 dengan nama SMA Taluk Kuantan. Pada
Masa ini SMA Taluk Kuantan merupakan sekolah swasta SLTA pertama di Kabupaten Kuantan
Singingi dengan Kepala Sekolah pertama Dahlan Rasahan. Sekolah ini bertujuan untuk
menampung anak nagori kuantan singingi yang tidak dapat melanjutkan pendidikan SLTA
karena jauhnya sekolah SLTA yang berada di ibukota kabupaten indragiri hulu yaitu Rengat.
Dengan adanya SMA Taluk Kuantan ini, maka anak nogori kuantan singingi dapat melanjutkan
pendidikan tingkat SLTA di kota kecamatan Kuantan Tengah. Pada masa Kepala Sekolah Dahlan
Rasahan, SMA ini pernah menjadi sekolah favorit di kabupaten Indragiri Hulu dan mengalahkan
sekolah negeri di kota kabupaten yaitu SMA Negeri 1 Indragiri Hulu yang sekarang bernama
SMA Negeri 1 Rengat
Lambat laun sekolah ini berubah nama seiring perkembangan jaman. Pada tahun 1977 bulan
Agustus tepatnya tanggal 17 Agustus pas pada hari Kemerdekaan RI,SMA Taluk Kuantan resmi
berstatus negeri dengan nama SMA Negeri 450 Indragiri Hulu dengan Kepala Sekolah M. Kasim
Noer, BA. Pada Tahun 1991, SMA Negeri 1 Taluk Kuantan berubah nama Menjadi SMA Negeri
1 Teluk Kuantan, ini seiringan terbentuknya Kabupaten Kuantan Singingi dan berubahnya nama
Ibu Kota kabupaten dari Taluk Kuantan menjadi Teluk Kuantan oleh Pleno DPRD TK.II
Kuantan Singingi, pada masa Kepala Sekolah Drs. Nurfa'i.

SEJARAH KEMIMPINAN SMAN 1 TELUK KUANTAN


Dahlan Rasahan, dengan masa tugas dari 1974 1976
M. Kasim Noer, BA., dengan masa tugas dari 1977 1985
Ahmad Syafe'i., dengan masa tugas dari 1985 1987
Drs. Nurfa'i., dengan masa tugas dari 1987 1993
Jamalan., dengan masa tugas dari 1993 1995
Drs. Hasan Basri., dengan masa tugas dari 1995 2000
Asri Yunus, BA., dengan masa tugas dari 2000 2002
Drs. Alimin Prindra., dengan masa tugas dari 2002 2004
Drs. Yuli Hermanto., dengan masa tugas dari 2004 2006
H. Raja Aswar, S.Pd, MM., dengan masa tugas dari 2006 2008
Harnita, S.Pd., dengan masa tugas dari 2008 2011
Ergusneti,S.Pd, dengan masa tugas dari 2011 Januari 2018
Saprianto Eldi,S.Pd.I, dengan masa tugas Februari 2018 - sampai sekarang

B. Struktur organisasi sekolah.


C. Visi dan Misi sekolah.

● Visi

Terwujudnya Peserta Didik Yang Beriman, Cerdas, Terampil, Mandiri Dan Berwawasan Global

● Misi

A. Menanamkan keimanan dan ketakwaan melalui pengalaman ajaran agama,


B. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan,
C. Mengembangkan bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berdasarkan minat, bakat, dan
potensi peserta didik,
D. Membina kemandirian peserta didik melalui kegiatan pembiasaan, kewirausahaan, dan
pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan,
E. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan lembaga lain yang terkait
prestasi Sekolah
•Dampak adanya penerapan UU ITE Pasal 32 Ayat 1 di lingkungan sekolah.

Dampak dampak UU ITE Pasal 32 Ayat 1 terhadap lingkungan sekolah terbagi dua yakni:
•Dampak positif UU ITE Pasal 32 Ayat 1 terhadap kegiatan pemeriksaan di sekolah adalah
sebagai berikut:

1. Perlindungan Privasi Siswa: Pasal 32 Ayat 1 membantu melindungi privasi siswa dengan
mengharuskan sekolah untuk mematuhi aturan privasi dan menghindari pengumpulan,
penggunaan, atau pengumuman data pribadi siswa tanpa izin atau hak yang sah. Hal ini
memberikan rasa aman kepada siswa bahwa data pribadi mereka akan dijaga dengan baik.

2. Kepatuhan dengan Hukum: Kegiatan pemeriksaan di sekolah yang mematuhi Pasal 32 Ayat 1
menjadi sah dan mematuhi hukum. Hal ini mendorong sekolah untuk beroperasi dalam
batas-batas hukum yang berlaku.

3. Pendidikan Privasi: UU ITE memberikan peluang untuk mengedukasi siswa tentang


pentingnya privasi digital dan hak-hak mereka dalam melindungi data pribadi mereka. Ini
membantu menciptakan kesadaran di antara siswa tentang privasi online.

4. Peningkatan Kepercayaan: Kepatuhan dengan hukum privasi data membantu sekolah


membangun kepercayaan dengan siswa dan orang tua siswa. Mereka tahu bahwa data pribadi
akan dikelola dengan baik dan tidak akan disalahgunakan.

5. Penggunaan yang Bertanggung Jawab: Pasal 32 Ayat 1 juga mendorong sekolah untuk
menggunakan data pribadi siswa dengan lebih bijak, hanya untuk tujuan yang sah seperti
administrasi sekolah dan kepentingan pendidikan.

6. Kontrol Data: Siswa atau orang tua siswa memiliki lebih banyak kendali atas data pribadi
mereka sesuai dengan Pasal 32 Ayat 1, yang memberi mereka hak untuk menentukan bagaimana
data tersebut akan digunakan dan oleh siapa.

7. Kesadaran Hukum: Kegiatan pemeriksaan di sekolah dapat menjadi kesempatan untuk


mengajarkan siswa dan staf sekolah tentang pentingnya mematuhi peraturan hukum dan etika
dalam penggunaan teknologi informasi.

Dengan demikian, Pasal 32 Ayat 1 UU ITE membantu memastikan bahwa pemeriksaan di


sekolah dilakukan dengan memperhatikan privasi siswa dan hukum yang berlaku, menciptakan
lingkungan yang lebih aman dan bertanggung jawab dalam penggunaan teknologi informasi di
dunia pendidikan.Meskipun UU ITE Pasal 32 Ayat 1 memiliki dampak positif dalam melindungi
privasi individu, terdapat beberapa dampak negatif yang perlu diperhatikan terhadap kegiatan
pemeriksaan di sekolah:

1. Kendala Administratif: Proses perolehan izin atau persetujuan dari siswa atau orang tua siswa
untuk pengumpulan data pribadi dapat menambah beban administratif bagi sekolah, terutama
jika pemeriksaan melibatkan banyak siswa.

2. Keterbatasan Pengumpulan Data: Ketentuan Pasal 32 Ayat 1 dapat membatasi kemampuan


sekolah untuk mengumpulkan data yang mungkin penting untuk tujuan administratif atau
peningkatan pendidikan, seperti pemantauan kemajuan siswa.

3. Kesulitan dalam Penelitian Pendidikan: Bagi institusi pendidikan yang melakukan penelitian
untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran, persyaratan privasi yang ketat dapat
menghambat akses ke data yang diperlukan untuk analisis.

4. Kesulitan dalam Keamanan Sekolah: Ketika data pribadi siswa harus diakses oleh staf sekolah
atau pihak yang berwenang, penerapan prosedur keamanan tambahan bisa memperlambat
respons dalam situasi darurat atau keadaan kritis.

5. Pemahaman yang Salah: Keterbatasan pemahaman terhadap Pasal 32 Ayat 1 dapat


mengakibatkan ketidakjelasan dalam pengumpulan data dan penyalahgunaan data, baik secara
tidak sengaja atau sengaja.

6. Penghambatan Inovasi Teknologi: Ketentuan privasi yang ketat dapat menghambat


penggunaan teknologi yang dapat meningkatkan pengalaman belajar, seperti penggunaan
aplikasi pembelajaran digital yang memerlukan pengumpulan data pribadi siswa untuk berfungsi
dengan baik.

•Upaya yang dapat dilakukan dan perhatikan.

Nah,Penerapan UU ITE Pasal 32 Ayat 1 di sekolah berkaitan dengan perlindungan data pribadi
siswa dan penggunaan teknologi informasi dalam lingkungan pendidikan. Berikut adalah
beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam penerapannya:

1. Pengumpulan Data Pribadi Siswa: Sekolah harus berhati-hati dalam mengumpulkan data
pribadi siswa, seperti nama, alamat, nomor telepon, dan informasi lainnya. Data ini harus
dikelola dengan aman sesuai dengan prinsip-prinsip privasi.

2. Izin dan Persetujuan: Dalam beberapa kasus, seperti penggunaan data siswa untuk keperluan
administrasi atau komunikasi, sekolah mungkin memerlukan izin atau persetujuan dari siswa
atau orang tua siswa, terutama jika data tersebut bersifat pribadi.

3. Keamanan Data: Sekolah harus memiliki tindakan keamanan yang memadai untuk melindungi
data pribadi siswa dari akses yang tidak sah atau kebocoran.

4. Pendidikan Tentang Privasi Digital: Sekolah dapat memberikan pendidikan kepada siswa
tentang pentingnya menjaga privasi online dan menggunakan teknologi dengan bijak.

5. Penggunaan Alat Teknologi: Penggunaan alat teknologi di dalam kelas atau dalam
pemeriksaan harus mematuhi aturan privasi dan tidak mengancam privasi siswa.
6. Penegakan Hukum: Jika terjadi pelanggaran terhadap privasi siswa, sekolah harus bersedia
untuk mengambil langkah-langkah yang sesuai, termasuk melaporkan pelanggaran ke pihak
berwenang jika diperlukan.

7. Pemahaman UU ITE: Staf pendidik dan manajemen sekolah harus memahami ketentuan UU
ITE, termasuk Pasal 32 Ayat 1, serta bagaimana mengaplikasikannya dalam konteks pendidikan.

8. Konsultasi dengan Ahli Hukum: Konsultasikan dengan ahli hukum yang berpengalaman
dalam masalah privasi dan hukum ITE untuk memastikan penerapan yang tepat.

9. Kepentingan Siswa: Ketika mengumpulkan dan menggunakan data pribadi siswa, sekolah
harus selalu memprioritaskan kepentingan siswa, termasuk hak privasi mereka.

Penerapan UU ITE di sekolah harus memprioritaskan perlindungan privasi siswa sambil


memungkinkan penggunaan teknologi yang bermanfaat dalam pendidikan. Hal ini penting untuk
menjaga keseimbangan antara kepentingan pendidikan dan hak privasi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sekolah harus berusaha mencapai keseimbangan antara melindungi privasi siswa dan
kepentingan pendidikan. Mereka harus mematuhi UU ITE sambil mencari cara untuk
mengoptimalkan pemeriksaan dan pengumpulan data dalam kerangka hukum yang ada. Selain
itu, penting untuk mengedukasi semua pihak yang terlibat tentang implikasi UU ITE dan cara
terbaik untuk mematuhi peraturan tersebut.

Penerapan UU ITE Pasal 32 Ayat 1 dalam kegiatan pemeriksaan di sekolah adalah penting untuk
melindungi privasi siswa dan mematuhi hukum yang berlaku. Sekolah harus memahami dan
mengikuti ketentuan Pasal 32 Ayat 1 sambil mencari keseimbangan yang tepat antara privasi
siswa dan kepentingan pendidikan. Edukasi tentang privasi online juga perlu menjadi bagian
integral dari pendidikan di sekolah agar siswa dapat berperilaku secara bijak dalam dunia
digital.Dan juga menjelaskan bahwa pasal ini memiliki peran penting dalam melindungi privasi
dan data pribadi siswa dalam konteks pendidikan digital.

Pasal 32 Ayat 1 UU ITE adalah instrumen yang membantu menciptakan lingkungan pendidikan
yang aman dan bertanggung jawab dalam era digital. Dengan memahami dan mematuhi
ketentuan ini, sekolah dapat menjalankan pemeriksaan dan pengumpulan data dengan benar,
menjaga privasi siswa, dan mematuhi hukum yang berlaku.

5.2 Saran

Nah, berikut tindakan yang harus di lakukan pihak sekolah.Apa yang harus dilakukan pihak
sekolah terhadap penerapan UU ITE Pasal 32 Ayat 1 di lingkungan sekolah?

Guru harus mengambil tindakan berikut terhadap pemeriksaan di sekolah sesuai dengan UU ITE
Pasal 32 Ayat 1:

1. Pemahaman Hukum: Guru seharusnya memahami dengan baik ketentuan UU ITE Pasal 32
Ayat 1 dan peraturan lain yang berlaku terkait penggunaan data pribadi siswa dan teknologi
informasi di sekolah.

2. Transparansi: Guru harus menjelaskan secara jelas kepada siswa dan orang tua siswa tentang
tujuan pemeriksaan, jenis data yang dikumpulkan, dan bagaimana data tersebut akan digunakan.
Ini harus dilakukan sebelum atau pada saat pengumpulan data.

3. Izin dan Persetujuan: Pastikan izin atau persetujuan telah diperoleh dari siswa atau orang tua
siswa jika pengumpulan data melibatkan informasi pribadi yang diatur oleh UU ITE Pasal 32
Ayat 1.

4. Penggunaan Data yang Sah: Data pribadi siswa hanya boleh digunakan untuk tujuan
pendidikan dan administratif yang sah. Guru tidak boleh menggunakan data tersebut untuk
kepentingan pribadi atau yang tidak sah.

5. Keamanan Data; Pastikan data pribadi siswa disimpan dengan aman dan dilindungi dari akses
yang tidak sah. Ini termasuk tindakan keamanan seperti enkripsi data dan akses terbatas.

6. Pendidikan Privasi: Guru dapat memberikan pendidikan kepada siswa tentang pentingnya
menjaga privasi mereka sendiri dan cara berperilaku secara aman dalam lingkungan digital.

7. Kepentingan Siswa: Selalu memprioritaskan kepentingan siswa, termasuk hak privasi mereka.
Guru harus memastikan bahwa data pribadi siswa dijaga dengan baik dan tidak disalahgunakan.

8. Melaporkan Pelanggaran: Jika seorang guru mengetahui atau mencurigai pelanggaran privasi
atau penggunaan data yang tidak sah, mereka seharusnya melaporkannya kepada pihak
berwenang atau pimpinan sekolah agar langkah-langkah perbaikan dapat diambil.

9. Konsultasi dengan Ahli Hukum: Jika guru memiliki pertanyaan atau keraguan tentang
bagaimana mengikuti UU ITE dan menjalankan pemeriksaan dengan benar, mereka seharusnya
berkonsultasi dengan ahli hukum yang berpengalaman dalam hukum ITE dan privasi data.

Tindakan guru harus selaras dengan hukum dan etika, serta memprioritaskan privasi dan
keamanan data siswa. Ini penting untuk menjaga kepercayaan siswa, orang tua siswa, dan
menjalankan pendidikan yang bertanggung jawab dalam era digital.

Saran umum untuk penelitian lanjutan mengenai implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 terhadap
kegiatan pemeriksaan di sekolah dapat mencakup berbagai aspek. Berikut beberapa saran yang
dapat dipertimbangkan:
1. Studi Kasus Lebih Lanjut:Melakukan studi kasus lebih lanjut di berbagai sekolah dengan
beragam konteks dan kebijakan pemeriksaan untuk memahami bagaimana implementasi UU ITE
berbeda antar sekolah dan dampaknya terhadap hak privasi siswa.

2. Analisis Persepsi dan Pengetahuan:Melakukan penelitian yang fokus pada persepsi dan
pengetahuan siswa, guru, orang tua, dan staf sekolah terkait UU ITE Pasal 32 Ayat 1. Ini dapat
membantu dalam memahami sejauh mana pemangku kepentingan memahami ketentuan hukum
ini.

3. Pengembangan Pedoman:Membuat pedoman atau panduan bagi sekolah tentang implementasi


UU ITE Pasal 32 Ayat 1 dalam konteks pemeriksaan siswa. Pedoman ini dapat membantu
sekolah mematuhi hukum dan melindungi hak privasi siswa.

4. Penelitian Hukum Lebih Mendalam:Melakukan analisis hukum yang lebih mendalam terkait
UU ITE Pasal 32 Ayat 1 dan pemeriksaan di sekolah, dengan mempertimbangkan
putusan-putusan hukum yang relevan dan implikasi hukum yang lebih rinci.

5. Pengaruh Terhadap Siswa:Penelitian tentang dampak psikologis, sosial, dan akademik dari
pemeriksaan di sekolah yang terkait dengan UU ITE. Ini dapat mencakup stres siswa,
pengaruhnya terhadap pembelajaran, dan kesejahteraan mental mereka.

6. Pengaruh Terhadap Kebijakan Sekolah:Meneliti bagaimana implementasi UU ITE


memengaruhi perubahan dalam kebijakan sekolah terkait privasi siswa dan pemeriksaan.

7. Kajian Perbandingan Internasional: Membandingkan praktik pemeriksaan di sekolah


Indonesia dengan praktik di negara-negara lain untuk mendapatkan pemahaman tentang
bagaimana isu ini diatasi di tingkat internasional.

8. Perbandingan dengan Hukum Lain:Meneliti perbandingan antara UU ITE dan undang-undang


lain yang mungkin relevan dengan pemeriksaan di sekolah, seperti undang-undang perlindungan
data.

9. Survei Opini Publik: Mengumpulkan data tentang pendapat dan pandangan masyarakat luas
terkait implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 di sekolah. Ini dapat membantu dalam memahami
dukungan atau keprihatinan masyarakat terhadap isu ini.

10. Kolaborasi dengan Ahli Hukum: Melibatkan ahli hukum yang berpengalaman dalam
penelitian untuk memahami implikasi hukum yang lebih mendalam dan memberikan pandangan
hukum yang lebih akurat.

Penting untuk merancang penelitian lanjutan ini dengan cermat, mempertimbangkan etika
penelitian, dan memastikan bahwa penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berharga
terhadap pemahaman kita tentang implementasi UU ITE Pasal 32 Ayat 1 dalam konteks
pendidikan di Indonesia.
PENUTUP

● DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). -
Ini adalah sumber hukum utama yang mengatur tentang UU ITE, termasuk Pasal 32 Ayat 1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Sudarto, Budi. (2018). Implementasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
Terhadap Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual. Jurnal Hukum dan Pembangunan, 48(1),
80-95.

Pramudya, Aditya. (2020). Analisis Pelanggaran Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 Tentang ITE Dalam Perspektif Hukum Pidana. Jurnal Hukum Universitas
Brawijaya, 3(2), 123-136.

Kusuma, Indra. (2017). Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penyebaran Informasi Palsu
Berdasarkan Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE). Jurnal Hukum dan Sosial, 5(2), 123-136.

Raharjo, Bambang. (2019). Peran Pengadilan Negeri Dalam Penanganan Tindak Pidana Pasal 32
Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE). Jurnal Penelitian Hukum dan Kriminologi, 2(1), 45-56.

Wijaya, Citra. (2016). Perlindungan Hukum Bagi Korban Cyberbullying Berdasarkan Pasal 32
Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang ITE. Jurnal Hukum dan Hak Asasi
Manusia, 1(1), 23-36.

Susanto, Edi. (2018). Kriminalisasi Komentar di Media Sosial Berdasarkan Pasal 32 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang ITE. Jurnal Ilmu Hukum, 14(2), 123-138.

Pratama, Arief. (2021). Implementasi Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
Tentang ITE Dalam Menanggulangi Hoax di Era Digital. Jurnal Hukum dan Politik, 3(2),
89-104.

Harjanto, Bayu. (2017). Tinjauan Hukum Terhadap Ancaman dan Penghinaan di Media Sosial
Berdasarkan Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang ITE. Jurnal
Hukum dan Keadilan, 5(1), 67-82.

Mustofa, Ali. (2019). Tindak Pidana Penyebaran Berita Bohong di Media Sosial Berdasarkan
Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang ITE. Jurnal Ilmu Hukum dan
Sosial, 2(2), 112-126.
Santoso, Bambang. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Privasi Korban Cyberbullying
Berdasarkan Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Jurnal Hukum dan Sosial, 6(1), 45-60.

● LAMPIRAN

● INDEKS

I. Pendahuluan A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat


Penelitian E. Batasan Penelitian F. Metode Penelitian.

II. Tinjauan Pustaka A. Konsep Dasar Undang-Undang ITE B. Implementasi Pasal 32 Ayat 1 UU
ITE C. Penelitian Terdahulu tentang UU ITE.

III. Kerangka Hukum A. Pasal 32 Ayat 1 UU ITE B. Ketentuan Lain Terkait.

IV. Metodologi Penelitian A. Jenis Penelitian B. Pendekatan Penelitian C. Teknik Pengumpulan


Data D. Teknik Analisis Data.

V. Hasil Penelitian A. Profil Responden B. Implementasi Pasal 32 Ayat 1 UU ITE C. Tantangan


dan Hambatan.

VI. Analisis Data A. Analisis Implementasi Pasal 32 Ayat 1 UU ITE B. Perbandingan dengan
Kerangka Hukum.

VII. Pembahasan A. Interpretasi Hasil B. Relevansi Hasil dengan Teori C. Implikasi Hasil
terhadap Praktik Hukum.

VIII. Kesimpulan A. Ringkasan Hasil Penelitian B. Implikasi Kesimpulan Terhadap Penelitian.

IX. Saran A. Saran untuk Pemerintah B. Saran untuk Penelitian Selanjutnya.

X. Daftar PustakaPastikan untuk menyesuaikan indeks ini dengan konten dan fokus penelitian
Anda.

Anda mungkin juga menyukai