Anda di halaman 1dari 5

Nama : David

Kelas : A.85.S1

NPM : 2007350016

Mata Kuliah : HUKUM TATA NEGARA

Dosen : Bapak Mukhlis Alhuda, S.H., M.H.

1. Jawab :

Sistem proporsional terbuka adalah sistem perwakilan proporsional yang


memungkinkan pemilih untuk turut serta dalam proses penentuan urutan calon partai
yang akan dipilih.

sistem proporsional tertutup yang hanya mengizinkan anggota partai yang aktif,
pejabat partai, atau konsultan dalam menentukan urutan calon dan sama sekali tidak
memberikan kesempatan kepada pemilih untuk memengaruhi posisi calon. Selain itu,
sistem terbuka mengizinkan pemilih untuk memilih individu daripada partai. Pilihan
yang diberikan oleh pemilih disebut pilihan preferensi.

Sebagai contoh, di Republik Ceko, pemilih diberikan empat pilihan preferensi. Hanya
calon yang menerima lebih dari 5% pilihan preferensi di tingkatan regional yang akan
didahulukan di dalam daftar calon partai. Sementara itu, di Austria, batasan yang
harus dicapai oleh suatu calon agar dapat didahulukan dalam daftar partai adalah 7%
dari perolehan suara partai calon di tingkatan federal, 10% di tingkatan negara bagian
dan 14% di tingkatan distrik elektora

2. Jawab :

Alasan dilakukannya amandemen

Sejarah Amandemen pertama yang terjadi pada tahun 1999 dimana tepatnya pada
19
Oktober dimana dasar atas amandemen ini merupakan SU MPR 14-21 Oktober 1999.
Pada amandemen yang pertama ini dimana ada sekitar 9 pasal yang akan dilakukan
amandemen yakni Pasal 5, pasal 9, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20
maupun Pasal 21.

Pada amandemen pertama ini dimana yang akan menjadi intinya merupakan
mengenai pergeseran kekuasaan eksekutif dalam hal ini presiden juga yang
dipandang ataupun dianggap terlalu kuat sehingga perlu dilakukannya amandemen
tersebut.

2. Amandemen II

Adapun Sejarah amandemen yang yang terjadi pada tahun 2000 dimana tepatnya
pada
18 Agustus 2000 yang akan disahkan melalui sidang umum MPR tanggal 7-8 Agustus
2000. Pada amandemen ke dua ini telah dilakukan amandemen terhadap 5 Bab atau
25 Pasal.

Dimana pasal- pasal yang akan dilakukan amandemen yakni pada Pasal 18, Pasal
18A, Pasal 18B, pada Pasal 19, Pasal 20, Pasal 20A, juga telah terjadi amandemen
pada Pasal 22A, Pasal 22B, Pasal 25E, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28A dan 28B,28C,
28D, 28E, 28F,28G, 28H,28I, hingga sampai Pasal 28J.

3. Amandemen III

Pada Sejarah amandemen yang ketiga ini yang dimana disahkan melalui ST MPR
tanggal 1 hingga 9 November 2001 ataupun tepatnya amandemen tersebut terjadi
pada tanggal 10 November 2001. Ada sebanyak 3 Bab maupun juga 22 pasal yang
akan dilakukan amandemen pada tahap ketiga ini. Bab- bab yang telah dilakukan
amandemen ini adalah Bab VIIA, Bab VIIB, dan juga Bab VIIIA.

Sedangkan pasal- pasal yang akan dilakukan amandemen pada tahap ketiga ini yaitu
terdiri atas Pasal 1, Pasal 3, Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 7A hingga Pasal 7C, Pasal 8,
Pasal 11, Pasal 17,Pasal 22C hingga 22E, Pasal 23, Pasal 23A, Psal 23E,23E, 23F,
23G, Pasal 24, Pasal 24 A hingga 24C.

4. Amandemen IV
Sejarah amandemen yang terakhir yakni amandemen ke IV yang akan disahkan atau
juga dilaksanakan pada 10 Agustus 2002 yang disahkan melalui ST MPR pada
tanggal 1-11 Agustus 2002. Pada amandemen yang terakhir ini juga akan dilakukan
perubahan yang lebih sedikit jika kita dibandingkan pada perubahan sebelumnya
dimana hanya dilakukan amandemen terhadap 2 Bab maupun juga 13 Pasal.

Perubahan UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara,
kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
hukum. Perubahan tersebut sebagai respon tuntutan reformasi pada waktu itu.
Tuntutan tersebut antara lain dilatar belakangi oleh praktek penyelenggaraan negara
pada masa pemerintahan rezim Soeharto.

Alasan filosofis, historis, yuridis, sosiologis, politis, dan teoritis juga mendukung
dilakukannya perubahan terhadap konstitusi. Selain itu adanya dukungan luas dari
berbagai lapisan masyarakat.

Perubahan UUD 1945 bukannya tanpa masalah. Karena ada sejumlah kelemahan
sistimatika dan substansi UUD pasca perubahan seperti inkonsisten, kerancuan
sistem pemerintahan dan sistem ketatanegaraan yang tidak jelas. Perubahan
Undang-Undang Dasar ternyata tidak dengan sendirinya menumbuhkan budaya taat
berkonstitusi.

3. Jawab :
Fungsi Pancasila dan UUD

Pancasila memiliki dua kepentingan yaitu:

a. Pancasila diharapkan senantiasa menjadi pedoman dan petunjuk dalam


menjalani keseharian hidup manusia Indonesia baik dalam berkeluarga,
bermasyarakat maupun berbangsa.

b. Pancasila diharapkan sebagai dasar negara sehingga suatu kewajiban bahwa


dalam segala tatanan kenegaraan entah itu dalam hukum, politik, ekonomi
maupun sosial masyarakat harus berdasarkan dan bertujuan pada Pancasila.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki dan
diyakıni kebenarannya oleh bangsa Indonesia, telah dirumuskan dalam alinea
keempat pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa, memiliki fungsi utama sebagai dasar negara Indonesia. Dalam
kedudukannya yang demikian Pancasila menempati kedudukan yang paling tinggi,
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber hukum dasar
nasional dalam tata hukum di Indonesia.

4. Jawab :

Apa dampak politik transaksional bagi sistem ketatanegaraan kedepannya serta


bagaimana cara menanganinya

Dampak politik transaksional bagi sistem ketatanegaraan

dampak pemilu transaksional akan semakin banyak budaya korupsi kkn di indonesia

Menurut saya demokrasi indonesia harus dibatasi mengenai hak bersuara dan saya
lebih setuju pemilihan pemimpin kembali ke jaman orde baru yang dipilih oleh MPR
dan DPR kenapa? karena pemilihan langsung memakan biaya yang mahal sehingga
budaya korupsi akan sangat kental apabila terpilih menjadi pimpinan daerah ataupun
presiden

Dampak negatif yang pertama adalah suatu negara akan memiliki pihak-pihak yang
akan saling bekerja sama untuk menguasai dan mengatur kekuasaan secara
bersamasama. Kerja sama yang dilakukan tersebut hanya oleh mereka yang
merupakan koalisi. Memang bukan hal yang aneh jika di dalam politik transaksional
akan terjadi sebuah simbiosis mutualisme yang dilakukan oleh penguasa dan
pengusaha.

Pengusaha memerlukan dukungan politik dalam urusan bisnis mereka. Sementara


penguasa memerlukan dukungan dana agar supaya jalan menuju tujuan mereka bisa
tercapai dengan baik. Tentu saja kondisi seperti ini bisa berdampak pada urusan-
urusan yang malah merugikan rakyat.
Bayangkan saja jika korporasi yang dilakukan dengan tujuan tidak baik. Berapa
banyak masyarakat yang akan dirugikan oleh tindakan politik transaksional tersebut.
Hal ini karena negara yang di dalamnya terdapat korporasi tidak jauh berbeda dengan
suatu perusahaan yang tujuannya hanya mendapatkan keuntungan tanpa memikirkan
akibat yang ditimbulkan kepada orang lain.

Kerugian pada rakyat

Dampak kedua yang juga sebenarnya masih berkaitan dengan dampak pertama
adalah kebijakan politik transaksional tidak jarang malah akan membuat rakyat
menderita. Seperti yang sudah kami jelaskan bahwa politik transaksional seperti
perusahaan yang hanya ingin mencari keuntungan. Penguasa akan lebih memikirkan
pengusaha yang menjadi koalisinya dibandingkan rakyat atau kelompok yang lainnya.
Bahkan, dampak negatif dari adanya politik transaksional juga bisa berupa penjualan
aset-aset negara yang pada dasarnya merupakan milik dan hak rakyat. Oleh sebab
itu, kondisi seperti ini tidak boleh didiamkan dan harus timbul terobosan dan solusi
serta kesadaran dari semua pihak bahwa politik transaksional jangan sampai
menimbulkan kerugian terhadap rakyat Indonesia.

Lebih mementingkan kelompoknya

Dampak politik transaksional yang ketiga adalah lebih mementingkan kepentingan


golongannya dibandingkan kepentingan orang lain. Mungkin hal ini sebagai ucapan
terimakasih yang mana pengusaha sudah memberikan banyak dananya sehingga
mereka bisa menjadi penguasa. Dari sini penguasa tersebut akan lebih mementingkan
kolasi atau para pengusaha yang mendanainya dibandingkan orang lain yang sudah
jelas kemampuannya. Bagi-bagi jabatan pun tidak bisa terelakkan.

Anda mungkin juga menyukai