1. Ringkasan Bacaan
Makanan, energi, air, dan logam: Jaga pasokan keempat kebutuhan pokok tersebut,
sediakan udara bersih serta pengaturan yang harmonis, dan ̶ ketiadaan bencana besar ala
film Hollywood 2012 ̶ maka dunia pun akan damai selamanya. Namun, tentu saja itu
hanyalah teori di atas kertas untuk sekedar membangun optimisme di abad 21. Pada
kenyataannya, kesinambungan pasokan keempat kebutuhan pokok itu jauh dari
meyakinkan. Persaingan antarnegara adidaya, lonjakan permintaan atas komoditas inti,
peningkatan standar hidup bagi ratusan orang yang ingin menikmati kenyamanan mobil,
TV, komputer, atau ponsel pertama mereka ̶ atau bagi miliaran orang yang lebih miskin
agar dapat menikmati makanan harian kedua mereka ̶ tidak bisa dipungkiri bahwa tekanan
terhadap sumber daya bumi yang terbatas itu meningkat dengan pesat. Tidak ada katup
pengaman yang mudah untuk dilepaskan. 1,3 miliar orang di Cina, 1,2 miliar di India, dan
ratusan juta lainnya di negara-negara berkembang dengan tingkat ekonomi yang tumbuh
pesat seperti Brazil, Rusia, Indonesia, Turki, Meksiko, Polandia, Nigeria, dan Vietnam tidak
ingin hasil jerih payah mereka dihalangi. Mereka menginginkan apa yang dinikmati
konsumen di Amerika Utara, Eropa, dan Jepang. Itulah sebabnya pertempuran besar untuk
menguasai sumber daya dunia benar-benar terjadi dan sedang berlangsung saat ini.
Ada banyak barisan dalam perang ini. Salah satunya dimulai jauh di padang gurun
pedalaman Australia Barat. Seribu kilometer (600 mil) sebelah timur laut melalui jalan darat
dari ibu kota negara bagian Perth terdapat Gunung Weld, sisa gunung berapi yang meletus
ribuan tahun yang lalu. Di titik pusatnya, yang mungkin berdiamter tiga kilometer (2 mil),
terdapat pipa yang kaya carbonatite, bantuan induk yang menyimpan suatu material yang
jauh lebih berharga. Gunung Weld dapat dikategorikan sebagai “zona panas”, sebuah
daerah di luar teritori Cina yang menjadi pusat penyimpanan kandungan tambang yang
mungkin paling penting: 24 juta ton sumber daya tanah langka (rare earths resource), yang
menghasilkan 1,9 juta ton oksidasi dari elemen tersebut. Lebih penting lagi, pada
pertengahan 2012, tempat itu akan menjadi salah satu tambang baru pertama yang
memasok sumber daya tanah langka di luar wilayah Cina dalam satu dekade. Para pencari
keberuntungan dari Inggris, Amerika, dan Cina datang dalam jumlah ribuan pada akhir
abad kesembilan belas untuk mencari emas di daerah tersebut. Seratus tahun kemudian,
Beragam Faktor
Lithium dan unsur tanah langka hanya merupakan bagian kecil dari gambaran yang
muncul pada awal abad kedua puluh satu dari persaingan global untuk sumber daya di
antara negara-negara maju yang besar (Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang) dan negara
berkembang Cina, India, Brazil, dan Rusia. Persaingannya sangat luas dalam lingkup dan
sebaran geografis ketika masing-masing pemain utama berusaha meraih kontrol dan
jaminan pasokan atas sejumlah komoditas berharga. Hal ini tercermin pada berbagai faktor
yang hadir bersamaan dalam beberapa tahun terakhir yang menciptakan kecemasan
bahwa akan ada orang yang tertinggal. Faktor-faktor itu meliputi:
• Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi dari 7 sampai 10 persen per tahun di
dua negara terpadat penduduknya di dunia yaitu Cina dan India yang mendorong
kenaikan permintaan atas komoditas yang dibutuhkan untuk mendukung ekonomi
industri dan pertanian mereka: energi dan baja.
• Pertumbuhan kelas menengah menciptakan permintaan yang besar untuk kendaraan
bermotor di kedua ekonomi dan di negara-negara berkembang “gelombang kedua”
seperti Meksiko, Brazil, Rusia, Indonesia, Turki, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan
Thailand.
Untuk memahami pemikiran Cina dan India, perlu disadari bahwa tingkat ekonomi yang
tumbuh rata-rata 10 persen per tahun melipatgandakan tingkatannya tersebut dalam tujuh
tahun, dan ekonomi yang tumbuh 7 persen per tahun membutuhkan 10 tahun.
Sebagai konsekuensi dari pertumbuhan yang cepat selama dua dekade terakhir, Cina
sekarang mengonsumsi lebih banyak energi, menjual lebih banyak mobil, dan
menghasilkan lebih banyak baja daripada Amerika Serikat. Cina menggunakan lebih
banyak bijih besi, tembaga, timah, seng, alumunium, kromium, tungsten, titanium, dan
unsur tanah langka daripada bangsa lain manapun. Pada tahun 2020, jaringan rel kereta
api berkecepatan tinggi mungkin akan mencapai 16.000 km di antara setiap kota besar
Cina. Pembangunan jaringan raksasa itu dan kereta yang berjalan di atasnya
membutuhkan sejumlah besar bahan baku, termasuk baja.
Kisah pertumbuhan yang sama terjadi di India, meskipun pada tingkat yang kurang
ingar-bingar. Sekali lagi, baja dan pembangkit lidtrik adalah dua sektor tersibuk. Meskipun
ada dorongan menuju energi yang lebih bersih, batu bara akan tetap menjadi tulang
punggung pembangkit listrik India sampai setidaknya 2025, yang berarti bahwa permintaan
untuk batu bara akan terus meningkat. Rusia suka membantu India dalam teknologi
konstruksi, bahkan Rusia suka memasok energi ke India dalam berbagai bentuk.
Menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), Rusia memiliki cadangan gas alam terbesar
dunia, cadangan batu bara terbesar kedua dan minyak mentah terbesar kedelapan. Pada
2010-2011, Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar dunia, melebihi Arab Saudi.
Di setengah belahan dunia lainnya di Amerika Selatan, ledakan hidrokarbon semakin
melaju. Pada tahun 2006, Petrobras Brazil dan mitra-mitranya menemukan ladang minyak
dan gas di selatan Rio de Janeiro. Ini berpotensi untuk mengubah Brazil menjadi salah
satu produsen minyak terbesar di dunia. Venezuela, anggota pendiri OPEC memiliki
cadangan lebih besar dan merupakan produsen minyak terbesar ketujuh dunia, tetapi
karena nasionalisasi Presiden Hugo Chavez atas industri minyak di tahun 2007,
produksinya telah menurun. Kolombia, Peru, Bolivia, Argentina, Chili, dan Ekuador semua
menghasilkan minyak dan menarik minat perusahaan-perusahaan minyak nasional dan
global. Kolombia juga telah berkembang perannya sebagai pengekspor batu bara, dengan
lebih banyak pasokan yang diperuntukkan bagi Cina dan India.
Pangan, air, dan energi merupakan kebutuhan pokok bagi keberlangsungan hidup
manusia. Secara sederhana manusia membutuhkan makanan dan air untuk hidup serta
membutuhkan energi guna menunjang kedua hal tersebut. Kebutuhan pokok tersebut juga
merupakan penggerak utama pertumbuhan di sektor industri, ekonomi, dan sosial yang
saling berkaitan satu sama lain. Air sebagai unsur yang paling penting, dengan adanya air
maka ketahanan pangan dapat dilakukan. Dari air juga, energi dapat dihasilkan melalui
turbin skala besar, atau melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) jika di Indonesia.
Selain itu, proses produksi logam juga selama ini dibuat menggunakan air dan energi
dalam proses pengolahannya. Keempat kebutuhan pokok ini menjadi indikator tercapainya
ketahanan sumber daya alam di suatu negara. Namun, meningkatnya populasi dunia dan
semakin tingginya tuntutan standar hidup yang tinggi, semakin ketat juga persaingan dalam
mengakses sumber daya. Di samping itu, krisis sumber daya karena lonjakan permintaan
komoditas inti yang semakin meningkat membuat konflik dan pertempuran dalam
menguasai sumber daya benar-benar terjadi.
Selama berabad-abad, negara Barat telah mengontrol sebagian besar aliran sumber
daya, namun kini negara-negara berkembang seperti Cina, india, Rusia, Brazil, Indonesia,
Turki, Iran, dan sejumlah besar negara lainnya menginginkan hal yang sama. Cina dan
India dengan kepadatan penduduk yang tinggi tertarik untuk menjamin pasokan sumber
daya mereka. Kedua negara tersebut termasuk pengembang dan pengguna utama dunia
dalam energi surya, angin, dan air. Namun, tantangan-tantangan yang dihadapi Cina dan
India tidak bisa dianggap enteng. Cina selalu berusaha menjaga negaranya tetap utuh dan
itu merupakan kerja keras dengan konflik yang banyak terjadi di dalamnya. Di India pun
demikian, demokrasi di negara tersebut selalu berbenturan dengan aspek sosial yang
menyangkut warna kulit, kasta, agama, suku, dan jenis kelamin. Namun, optimisme dua
negara tersebut atas pencapaian sumber daya tidak pernah memudar.
Walaupun Cina dan India memiliki kapasitas pengelolaan pasokan energi, pangan,
dan air yang besar, terdapat permasalahan bahwa populasi, kontaminasi, dan penggunaan
berlebihan terhadap sumber daya telah menimbulkan kerusakan lahan pertanian, kualitas
sungai, dan kualitas udara. Seharusnya pengelolaan pasokan sumber daya tersebut
memerhatikan regulasi yang diberikan oleh pemerintah di negara tersebut dan
menjalankannya dengan baik. Sebagai contoh, di Indonesia ada Undang-undang yang
mengatur tentang pengelolaan sumber daya air (UU RI No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber
Daya Air). Dalam pasal 2 disebutkan bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan
berdasarkan asas:
a. kemanfaatan umum;
b. keterjangkauan;
c. keadilan;
d. keseimbangan;
e. kemandirian;
f. kearifan lokal;
g. wawasan lingkungan;
h. kelestarian;
i. keberlanjutan;
j. keterpaduan dan keserasian; dan
k. transparansidan akuntabilitas.
Ada juga Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Pasal 2 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan dengan
berdasarkan asas:
a. kedaulatan;
b. kemandirian;
c. ketahanan;
Pasal 8A
(1) Menteri menetapkan rencana pengelolaan Mineral dan Batubara nasional secara
sistematis, terpadu, terarah, menyeluruh, transparan, dan akuntabel.
(2) Rencana pengelolaan Mineral dan Batubara nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun dengan mempertimbangkan:
a. daya dukung sumber daya alam dan lingkungan menurut data dan informasi
geospasial dasar dan tematik;
b. pelestarian lingkungan hidup;
c. rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana zonasi;
d. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
e. tingkat pertumbuhan ekonomi;
f. prioritas pemberian komoditas tambang;
g. jumlah dan luas WP;
h. ketersediaan lahan Pertambangan;
i. jumlah sumber daya dan/atau cadangan Mineral atau Batubara; dan
j. ketersediaan sarana dan prasarana.
(3) Rencana pengelolaan Mineral dan Batubara nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus disesuaikan dengan:
a. rencana pembangunan nasional; dan
b. rencana pembangunan daerah.
(4) Rencana pengelolaan Mineral dan Batubara nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pengelolaan Mineral
dan Batubara.
Pasal 8B
(1) Rencana pengelolaan Mineral dan Batubara nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8A paling sedikit memuat strategi dan kebijakan di bidang Pertambangan Mineral
dan Batubara.
(2) Rencana pengelolaan Mineral dan Batubara nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8A wajib diintegrasikan dengan rencana pembangunan jangka panjang dan
rencana pembangunan jangka menengah nasional.
(3) Rencana pengelolaan Mineral dan Batubara nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8A ditetapkan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau kembali 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Salah satu logam dari unsur tanah langka yang banyak digunakan di seluruh dunia
adalah lithium. Lithium yang lunak dan berwarna putih keperakan adalah logam yang paling
ringan. Logam ini digunakan dalam keramik, gelas, pelumas, farmasi, dan yang terpenting
pada baterai lithium-ion yang memasok daya mulai dari jam tangan, smartphone, iPod,
laptop, sampai mobil hibrida dan listrik penuh (EVS). Diperkirakan, pada tahun 2020 hingga
25 persen dari mobil di pasar otomotif global adalah hibrida atau EVS, yang berarti
permintaan lithium akan semakin meningkat. Ini juga menjadi penyebab persaingan untuk
Kustiawan, Iwan. 2022. “Materi Kuliah Tata Kelola Lingkungan Modul 1: Pengertian Dasar
Tata Kelola Lingkungan”. Bandung: ITB
Kustiawan, Iwan. 2022. “Materi Kuliah Tata Kelola Lingkungan Modul 3: Konflik
Penguasaan/Pengelolaan SDA dan Lingkungan”. Bandung: ITB
Rodliyah, Isyatun, dkk. 2017. “Potensi dan Pemanfaatan Logam Tanah Jarang untuk Energi
Terbarukan dan Material Maju”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Mineral dan Batubara: M&E, Vol.15, No. 3, September 2017
Salafudin. 2021. “Sumberdaya Alam Lithium Indonesia.” Bandung: Rekayasa Hijau: Jurnal
Teknologi Ramah Lingkungan Volume 5 | Nomor 2 ISSN [e]: 2579-4264 | DOI:
https://doi.org/10.26760/jrh.v5i2.178-187 Institut Teknologi Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
Al Hikam, Herdi Alif. 2020. “Luhut Yakin RI Bisa Produksi Baterai Lithium Sendiri di 2023”.
https://finance.detik.com/industri/d-5272128/luhut-yakin-ri-bisa-produksi-baterai-
lithium-sendiri-di-2023, diakses pada 15 Oktober 2022 pukul 19.00 WIB
Dananjaya, Dio. 2022. “Pabrik Baterai Mobil Listrik Hyundai dan LG di Karawang Beroperasi
2024.” https://otomotif.kompas.com/read/2022/08/25/180100215/pabrik-baterai-
mobil-listrik-hyundai-dan-lg-di-karawang-beroperasi-2024, diakses pada 15 Oktober
2022 pukul 20.00 WIB