DI KETAHUI MASYARAKAT
SULAWESI SELATAN
Untuk orang Bugis Makassar, Pernikahan tidak hanya persatuan 2 mempelai tetapi
merupakan persatuan 2 buah keluarga besar. Oleh karena itu, pada jaman dahulu kala,
bibit bebet bobot masih memegang peranan penting dalam melaksanakan pernikahan
untuk orang Bugis Makassar. Seringkali orang tua pihak laki-lakilah yang mencarikan
jodoh untuk anaknya. Mereka akan mencari gadis dari keluarga yang dianggap
sederajat.
Namun di jaman modern ini, telah terjadi pergeseran. Nilai-nilai yang dianut di jaman
dahulu kala mulai banyak bergeser. Semua karena menyesuaikan dengan perkembangan
jaman. Termasuk dalam upacara adat pernikahan Bugis Makassar. Banyak ritual-ritual
yang dulu digunakan untuk membedakan derajat keningratan seseorang kini tidak
berlaku lagi. Semua orang bisa menggunakannya tanpa peduli silsilah keturunan dari
keluarga calon pengantin.
Mappasau. Calon pengantin duduk di dalam kurungan sarung sementara uap rempah-
rempah dialirkan dari bawah
Mappasili sendiri merupakan prosesi siraman. Prosesi siraman ini bertujuan untuk tolak
bala dan membersihkan calon mempelai lahir dan batin. Biasanya air siraman atau
Mappasili diambil dari 7 mata air dan juga berisi 7 macam bunga. Selain itu terdapat
juga koin di dalam air Mappasili.
Selesai Mappasili, tamu undangan yang hadir akan berebut koin yang terdapat di dalam
air Mappasili. Koin yang di dapatkan akan diberikan kepada anaknya yang belum
menikah. Ada kepercayaan di orang-orang Bugis Makassar kalau anaknya akan mudah
mendapatkan jodoh setelah memiliki koin tersebut. Selain itu, saudara dan sepupu dari
calon mempelai yang belum menikah biasanya akan ikut dimandikan setelah calon
mempelai selesai. Semua itu dilakukan agar saudara dan sepupu dari calon mempelai
juga menjadi enteng jodoh.
Tempat melaksanakan Mappasili
Pelaminan selama prosesi acara pernikahan di rumah. Sementara itu, yang berada di
meja merupakan Bosara berisi berbagai macam kue-kue tradisional
Mappaci merupakan ritual adat sesudah Mappanre temme. Mapacci sendiri bisa
diartikan memberikan daun pacar ke calon mempelai sebagai bentuk doa restu.
Biasanya jumlah orang yang diundang untuk memberikan daun pacar tersebut
tergantung status social calon mempelai. Orang-orang yang dipanggilpun biasanya
pasangan yang pernikahannya bahagia dan kedudukan sosialnya baik. Semua itu
dimaksudkan agar calon mempelai kelak bisa mengikuti jejak pasangan tersebut.
MAPPACCING
Perlengkapan Mapacci berupa sarung 7 susun sesuai derajat keningratan, daun pisang,
daun pacar yang ditumbuk halus, rokok, jagung kering dll
AKAD NIKAH
Di jaman dahulu kala, calon mempelai pria datang ke rumah calon mempelai wanita
hanya ditemani kerabat dan tokoh masyarakat. Kedua orang tua mempelai pria tidak
akan ikut serta. Calon mempelai pria akan membawa mahar, uang pa’naik, seserahan
berupa perlengkapan pribadi dan juga kue-kue.
Karena Sebagian besar orang Bugis Makassar merupakan penganut agama Islam maka
pelaksanaan akad nikahpun dilakukan dengan cara islam. Yang berbeda yaitu saat
melakukan ijab Kabul, calon mempelai wanita tidak hadir disamping calon mempelai
pria. Calon mempelai wanita hanya menunggu di kamar pengantin hingga acara ijab
Kabul selesai. Makanya jangan sampai salah sebut nama yaa…karena nanti bisa
menikah dengan orang yang berbeda
IJAB KABUL
Ijab kabul antara mempelai pria dan wali nikah sementara mempelai wanita menunggu
di dalam kamar
Selesai ijab Kabul, mempelai pria akan dibimbing untuk masuk ke kamar pengantin
dan bertemu dengan istrinya secara resmi. Sebelum memasuki kamar, biasanya ada
ritual ketuk pintu. Ketuk pintu ini dimaksudkan untuk meminta ijin ke pihak keluarga
mempelai wanita agar diperbolehkan masuk. setelah memasuki kamar, kemudian
dilakukan ritual Mappasikarawa. Mappasikarawa merupakan sentuhan pertama dari
suami ke istrinya. Sentuhan ini biasanya dilakukan dengan menyentuh ubun-ubun,
pundak, dada atau perut. Biasanya… sentuhan tersebut lebih disukai ke pundak yang
melambangkan hubungan sejajar antara suami dan istri di dalam rumah tangga.
Mallukka Botting
Dalam prosesi ini, kedua pengantin
menanggalkan busana pengantin mereka.
Setelah itu pengantin laki-laki umumnya
mengenakan celana panjang hitam, kemeja
panjang putih dan kopiah, sementara pengantin
perempuan menggunakan rok atau celana
panjang, kebaya dan kerudung. Kemudian
pengantin laki-laki dililitkan tubuhnya dengan
tujuh lembar kain sutera yang kemudian dilepas
satu persatu.
Ziarah
Sehari setelah hari pernikahan berlangsung,
kedua pengantin, bersama dengan keluarga
pengantin perempuan melakukan ziarah ke
makam leluhur. Ziarah ini merupakan bentuk
penghormatan dan syukur atas pernikahan
yang telah berlangsung lancar.
Massita Beseng
Sebagai penutup rangkaian acara pernikahan,
kedua keluarga pengantin bertemu di rumah
pengantin
KETUK PINTU
Tradisi ketuk pintu. Sebelum memasuki kamar mempelai wanita, pihak keluarga pria
akan mengetuk ijin dan membayar uang ijin untuk memasuki kamar mempelai Wanita
Setelah ritual Mappasikarawa selesai, dilanjut dengan sungkem kepada orang tua dan
juga keluarga yang dituakan dari mempelai wanita.
Dahulu kala, hal-hal seperti banyaknya jumlah seserahan, jumlah mahar, uang panaik
dan beberapa hal lainnya, semuanya dilaksanakan berdasarkan derajat keningratan dari
pihak mempelai wanita. Namun semua itu sudah banyak berubah semenjak jaman
modern ini. Ritual-ritual yang dianggap kurang penting dihilangkan demi efisiensi
waktu dan biaya.
Jadi inilah adat pernikahan Bugis Makassar yang harus diketahui generasi penerus
masyarakat Sulawesi Selatan.