Anda di halaman 1dari 91

JODOHKU TEMAN

DAFTAR ISI

Prolog ........................................................................................................................................................2

CHAPTER 1 PERTEMUAN ......................................................................................................................4

CHAPTER 2 TIDAK ASING ..................................................................................................................... 6

CHAPTER 3 TEMAN BARU ....................................................................................................................11

CHAPTER 4 HUKUMAN LANJUTAN ....................................................................................................15

CHAPTER 5 SEBUAH RENCANA ...........................................................................................................19

CHAPTER 6 APES ............................................................................................................................. .......24

CHAPTER 7 PERTEMUAN TAK DISENGAJA .......................................................................................28

CHAPTER 8 NAHAN MALU ................................................................................................................... 32

CHAPTER 9 ANTARA KESAL DAN SENANG .......................................................................................34

CHAPTER 10 NABRAK LAGI ................................................................................................................. 41

CHAPTER 11 BERTEMU CALON SUAMI ..............................................................................................46

CHAPTER 12 BIKIN MALU .................................................................................................................... 51

CHAPTER 13 PULANG BARENG ........................................................................................................... 53

CHAPTER 14 CEMBURU...................................................................................................................... .. 59

CHAPTER 15 BELLA MENANG .............................................................................................................66

CHAPTER 16 KEJUTAN MAMA 1 .........................................................................................................67

CHAPTER 17 KEJUTAN MAMA 2..........................................................................................................71

CHAPTER 18 KEJUTAN MAMA 3 .........................................................................................................76

CHAPTER 19 KEJUTAN MAMA NGEDATE .........................................................................................81

CHAPTER 20 NAOMI DICULIK ............................................................................................................82

CHAPTER 21 MEMBUKA HATI DAN PENGUNGKAPAN ...................................................................89

TAMAT

1
Prolog

Jodoh, katanya adalah misteri kehidupan, dan hanya Tuhan yang tahu soal itu. Banyak yang mencari
kesana kemari untuk mendapatkan jodoh. Pacaran sana sini sebelum akhirnya berternu pasangan
yang cocok dan dianggap jodoh, akhimya menikah. Katanya, jodoh kita sudah ditentukan sejak
sebelum kita dilahirkan, namun hanya waktu yang bisa menjawab kapan dan dimana. kita akan
bertemu dengan orang yang menjadi jodoh kita.

Adapun bagiku, jodohku bukan hanya ditentukan oleh Tuhan, tapi juga oleh orangtuaku. Ya aku
Naomi Sejak hari pertama aku dilahirkan ke dunia, aku telah dijodohkan dengan seseorang yang
bahkan saat itu masih balita. Belum mengerti apa-apa tentang pernikahan. Namun kedua orangtua
kami yakin sekali bahwa perjodohan ini akan berjalan lancar dan menghasilkan kebahagiaan.

meskipun berasal dari perjodohan orang tua, aku akan memiliki pernikahan yang bahagia dan penuh
cinta, dan aku selalu meyakinkan diriku sendiri bahwa perjodohan Aku dan Dia akan berjalan lancar
Setidaknya itu yang aku pikirkan selama ini. namun ternyata perjodohan ini bisa merubah sudut
pandang ku bawah cinta sejati itu bisa kita dapatkan walaupun dari perjodohan orangtua.

Inilah kisah ku

2
Chapter 1

PERTEMUAN

"Kriiing..kriing...kringg"

Suara alarm begitu nyaring mengisi kamar seorang gadis. Dia tampak masih nyaman bergelung
selimut dan belum ada tanda pergerakan dari gadis itu. Padahal mentari sudah menampakkan
senyum manisnya menyapa dunia. Suara kicauan burung menyapa pendengar penikmat mentari.
Alarmnya kembali berbunyi.

"Krilinggg... kriiinggg..krilingg."
Uugghhtt

Dengan rasa malasnya gadis itu meraih alarm disisi kasurnya, matanya terbuka melirik alarm waktu
menunjukkan pukul 06.30. Masih berbalut mimpi rasa malas tercipta untuk membuka matanya. Tapi
hari ini adalah hari pertama Naomi masuk kampus untuk mengikuti ospek di universitas impiannya.

"Hah!" dengan mata melotot dan wajah kagetnya. Rasa panik membuat dirinya segera bangun.

"Sudah jam setengah tujuh, mati aku. Hari ini masuk pertama masuk ospek jangan sampai telat.
Bisa-bisa kena hukuman! Mau taruh dimana muka ini"

Gerutu Naomi sambil berlari kecil menuju kamar mandi. Ya, gadis itu bernama Naomi Putri Wijaya.
Naomi adalah gadis cantik dan cerdas dengan tinggi senampai rambut hitam lurus sepinggang. la
suka sekali dengan gaya rambut panjang. Terlihat anggun dan sungguh elegan untuk perempuan.
Namun ternyata penampilannya itu tidak seanggun kelihatannya. Dia juga gadis pemberani dan
terkadang sedikit ceroboh. Bagaimana tidak hari ini pertama mengikuti ospek ceroboh bangun
kesiangan karena begadang menonton drakor kesenangannya. Sehingga membuat dirinya tergesa-
gesa agar tidak telat sampai ke kampus. Baginya tidak lucu hari pertama masuk suda telat. Mungkin
hukuman juga akan menantinya.

Tidak butuh waktu lama Naomi keluar dan berganti seragam sesuai tema ospek hari ini. Hanya butuh
lima belas menit Naomi sudah selesai bersiap. Dengan cepat Naomi bergegas keluar kamar dan turun
kebawah.

"Pagi ma.. pa.."

Secepat kilat Naomi menyambar susu dan roti sandwich yang disiapkan oleh mamanya.

"Naomi makannya pelan-pelan dan duduk dulu sayang. Perempuan makan sambil berdiri gak baik."
Mama Sarah begitu lembut dengan nasihatnya.

"Benar kata mamamu, cepat duduk Naomi jangan membantah adab ketika makan dan minum." Papa
Rafi ikut menimpali ucapan istrinya.

"Maaf mama papa, Naomi buru-buru. Nanti Naomi bawa motor saja ya pa. Kalau naik mobil bareng
papa nanti takut telat kena mancet." Kata Naomi sambil nguyah sandwich nya.

Naomi dari SMA lebih suka naik montor dari pada Mobilnya. Mobil hadiah ulang tahun ke 17 dari
papanya hanya dia pakai ketika cuaca hujan atau hangout dengan teman-temanya. Untuk ke sekolah

3
lebih memilih naik montor dengan alasan untuk menghindari kemancetan. Tapi hari ini rasanya
emang sudah sangat telat banget bagi Naomi. Tak habis pikir karena kecerobohannya untuk
begadang.

"Makanannya dihabiskan dulu baru bicara Naomi. Nanti kamu bisa-bisa tersedak." Pinta mama Sarah
yang tidak habis pikir anak perempuannya makan dengan cepat sambil berbicara.

"Maaf ma, Naomi terburu-buru." Sambil tersenyum nyengir menampakkan gigi putihnya.

"Oke. Tapi hati-hati ya sayang. Jangan ngebut-ngebut meskipun kamu mengejar waktu." Kata papa
Rafi mengingatkan.

"Baik pa, ma. Naomi berangkat dulu ya." Pamit Naomi tak lupa mengecup tangan dan pipi kedua
orangtuanya.

"Hati-hati sayang." Ucap papa Rafi dan mama Sarah serempak.

"Oke ma pa." Jawab Naomi sambil berteriak berlari ke parkiran.

"Dasar anak papa itu ya, ceroboh minta ampun. Gak ada anggun-anggunnya." Gerutu mama Sarah ke
suaminya.

"Sudahlah ma, jika sudah tiba waktunya dia juga akan berubah dengan sendirinya kan. Mama tidak
ingat mama dulu bagaimana." Goda Papa Rafi ke mama Sarah.

"lihh. Papa kok malah bahas mama sih. Itu kan dulu pa, mama gak gitu banget juga." Kesal mama
Sarah.

"Udah ya ma, jangan ngambek gitu. Papa berangkat dulu ya sayang." Pamit papa Rafi sambil
mengulurkan tangannya.

Mama Sarah menerima uluran tangan suaminya tanpa menjawab. Papa Rafi tersenyum tipis sambil
mengecup kening istrinya sebelum beranjak pergi. Pipi mama Sarah merona mendapatkan kecupan
hangat suaminya dan dalam hati bersorak ria. Karena egonya tinggi pura-pura masih ngambek karena
kesal. ***

Disebuah apartemen mewah sesorang pemuda tampan sudah bersiap untuk berangkat ke kampus.
Berjalan menuju lobi sambil melirik jam rolex ditangannya. pemuda itu dengan wajah tampan,
perawakan tinggi dan gaya coolnya. Tentu pesonanya mampu menghipnotis setiap kaum hawa yang
melihatnya. Meskipun dengan tatapan tajam, cuek dan dingin. Tapi pesonanya mampu menghipnotis
setiap mata yang memandang. Tak luput juga banyak para cowok yang merasa iri dengan garis wajah
dan tubuh atletisnya.

Ya pria itu adalah Ben Wira Anderson. Anak tunggal dari pengusaha properti terbesar yang ada di
Jakarta. selain itu masih ada beberapa usaha dan cabang lainnya. Sudah tentu akan menjadi pewaris
tunggal keluarganya. Ben juga menjadi incaran para cewek yang ingin bersanding dengannya. Akan
tetapi Ben yang memiliki sifat cuek dan dingin sangat sulit untuk didekati para wanita. Selain itu dia
sangat pemilih untuk dekat dengan siapa, terutama melabuhkan hatinya untuk wanita. Tapi bagi para
pengagum Ben tidak goyah meskipun dia memiliki sifat cuek dan dingin. Inilah yang menjadi daya
tarik seorang Ben Wira Anderson. Makanya hingga saat ini Ben masih sendiri. Seakan pintu hatinya
tertutup rapat dan belum ada yang bisa membuka paswordnya.

4
Meskipun begitu, Ben memiliki sifat lain yang belum banyak orang lain ketahui yaitu ia sangat
menghormati kedua orang tuanya. Sedari kecil Ben selalu diajari adab dan akhlak. Meskipun
sekarang ia tumbuh menjadi laki-laki yang tentu acuh dan dingin. Sifat cuek dan dinginnya seakan
sirna jika sudah berkumpul dengan familinya. Tapi tidak mengurangi karismatiknya.

***

Di perjalanan lain semangat yang ditunggu-tunggu Naomi untuk masuk perguruan tinggi yang
diimpikan selama ini sudah terwujud. Tinggal selangkah lagi mimpinya untuk mengejar cita-cita dan
impiannya akan terwujud. Masuk di universitas elit membuatnya berdecak kagum akan
keberhasilannya selama ini. Naomi masuk universitas elit tentu biayanya mahal ini karena
prestasinya dan dia juga salah satu murid kategori cerdas di atas rata-rata. Meskipun keluarga Naomi
dari kalangan atas, tapi Naomi tidak menyombongkan itu. Keberhasilannya bisa masuk kampus
bergengsi ini karena prestasinya.

Tanpa sadar akibat terburu-buru Naomi tidak melihat lampu lalu lintas yang tiba-tiba sudah
berwarna merah.

Ciitttss…

Montor berderit berhenti mendadak karena serangan rem membuat ban menyatu dengan aspal
hingga nyaring.

'HUUHH... Hampir saja aku menabrak mobil di depan.' Gumam Naomi pada dirinya sendiri. Untung
kecepatan tangannya segera meraih rem untuk menghentikan laju montornya. Meskipun banyak
pasang mata yang seakan mengintimidasi Naomi, tapi ia tak henti-hentinya bersyukur tidak lebih
memalukan lagi.

Dibalik keterjutan Naomi ada dua pasang mata elang dengan tajamnya melirik dari spion. Menatap
mata dari jauh yang terkejut karena hampir menabrak mobilnya. Pria itu segera mengalihkan
pandangannya karena harus fokus melajukan mobilnya.

"Dasar gadis ceroboh." Kata pria itu dalam hatinya. Pria itu berpikir sejenak, 'tau ah' katanya dalam
hati. Dirinya merasa bingung sikap dan mengumpati gadis tadi. Biasanya dia cuek dan tidak
memperdulikan orang yang tidak dikenal. Kecuali jika memang orang itu sangat terdesak
membutuhkan pertolongan, akhirnya mau tidak mau pria itu melanjutkan jalannya menuju kampus.

5
Chapter 2

TIDAK ASING

Sampai di kampus Naomi sudah telat 5 menit. Dia segera berlari menuju barisan dengan mahasiswa
ospek lainnya. Akan tetapi saat hendak melangkah tiba-tiba ada yang memanggilnya.

"Hei kamu.. berhenti."

Naomi menghentikan langkah dan melihat panitia dari senior yang memanggilnya. Dengan berat hati
Naomi harus berhadapan dengan seniornya.

'Duh,.. hawa-hawanya dapat hukuman nih. Kan bisa malu baru masuk sudah kena hukum. Slow
Naomi.. slow..Ambil nafas.. buang nafas.' batin Naomi dalam benaknya.

"Kamu enak saja telat langsung gabung mereka. Mereka saja mengusahakan bangun pagi agar tidak
telat ." sambil memerhatikan wajah Naomi yang sangat cantik menurutnya.

"Heeemm" untuk mengalihkan rasa terpesona senior itu berdehem dan melanjutkan kalimatnya

"Kamu tau kan sesuai dengan peraturan selama mengikuti ospek bagi yang telat mendapat
hukuman?" Kata senior sebagai panitia.

"Maaf kak." Itulah yang mampu Naomi ucapkan dengan wajah yang masih menunduk.

"Ok. Karena kamu telat dan sesuai dengan peraturan maka langsung saja ke hukuman."

"Hahhh. Apa tidak ada keringanan buat saya kak" Naomi memelas memohon.

"Apa mau hukuman berat." Wajah smirk menggoda.

"Eh.. tidak. Tidak.. yang ringan saja ya kak" pinta Naomi.

Rio menimang-nimang hukuman apa yang akan diberikan ke Naomi. Ya, Rio adalah senior yang
memergoki keterlambatan Naomi. Rio adalah salah satu sahabat Ben. Akhirnya ide muncul di benak
Rio mengenai hukuman untuk Naomi. Setelah dipikir-pikir ini juga untuk menjahili sabahatnya Ben.

"Ok. Hukumannya ringan saja. Sekarang kamu keluarkan kertas dan bolpoint dan minta tanda tangan
kepada sepuluh panitia didepan sana." Kata Rio sambil menunjukkan arah panitia di depan.

"Hehm.. baiklah kak."

'Semangat Naomi, semangat! Cuma minta tanda tangan itu hal mudah kok.' kata batin Naomi
memberi semangat pada dirinya.

Sementara Rio tertawa puas dan ingin segera melihat reaksi sahabatnya di depan. Ben terkenal cowok
yang disiplin dan tepat waktu. Pasti Naomi dapat dua hukuman dari Ben juga. Rio teramat bahagia
mengerjai Naomi dan Ben temannya. Rio memerhatikan kepergian Naomi dan membatin

6
'Sepertinya itu cewek sangat menarik, kelihatan beda dari yang lainnya. Semoga si kulkas itu
merasakan getaran. Kali aja kecantol sama cewek baru." Senyum seringai ejek pada bibir tebalnya.

"Oh.. aq lupa tidak minta kenalan tadi. Kalau tau kan enak nyarinya, siapa tau nanti si kulkas acuh
lagi. Buat gue juga mau." Senyum senior Rio.

***

Sementara di gedung menjulang tinggi pria paruh baya yang tampan baru saja sampai. Tiba-tiba
merasakan hp nya berdering lalu mengangkat dengan senyum ramahnya.

"Halo, Adam." Sapa pak Rafi

"Halo Rafi. Bagaimana kabarmu. Tampaknya tambah tua saja." ejek pak Adam ke pak Rafi.

Mereka adalah sahabat semenjak kecil. Rumah keduanya saling berdekatan dan menjadikan mereka
teman yang akrab. Tentu ejek dan candaan seperti itu sudah biasa bagi mereka berdua. Dari kata-kata
mereka. yang diutarakan tidak pernah sedikitpun timbul rasa saling benci antara keduanya. Keduanya
jauh karena memiliki urusan bisnis masing-masing. Sehingga jarang bertemu dan menyapa lewat hp.
Apalagi pak Adam sekarang pindag ke kota pusat karena bisnis yang dipusat perlu diperhatikan
beberapa tahun lalu mengalami penurunan.

"Tentu tambah tampan darimu bengek." Balas ejek papa Rafi.

"Hahaha.." tawa pak Adam sangat bahagia diseberang yang mana rindu sahabatnya ini.

"Sebenarnya aku ingin membicarakan perjodohan anak kita seperti rencana kita dulu." Kata Adam.

"Hem. Tapi Naomi baru saja masuk perguruan tinggi dam. Apa harus sedekat ini membahas
perjodohan itu."

"Tidak ada salahnya kan kita bahas mulai dari sekarang. Sebelum mereka memiliki pasangan masing-
masing. Aku yakin Ben masih single. Begitu juga dengan Naomi. Jadi biar mereka lebih kenal dan
dekat dulu."

"Iya kamu benar. Lebih baik kita saling kenalkan mereka dulu. Biar lebih dekat dan mengenal satu
sama lain."

"Hemm. Oke kalau begitu kita sambung nanti.

Semoga perjodohan ini berhasil dan harusnya berhasil." Kekeh pak Adam

"Ya.. semoga perjodohan ini berhasil. Aku percaya Ben orang yang tepat buat Naomi." Balas pak Rafi.

"Emm.. bukannya sekarang Naomi melanjutkan di kampus yang sama dengan Ben ya. Kalau iya
mereka pasti sudah dekat dan seringdingin bertemu pastinya. Semakin mudah kita menjodohkan
kan?" Tanya pak Adam

"Eh kau itu gimana sih. Mana ada kaya gitu. Belum tentu kan mereka itu bisa ketemu. Ya kalau
kebetulan bisa jadi. Tapi aku tidak menjamin itu." Sela pak Rafi

Hening seketika pak Adam memikirkan apa yang dikatakan oleh pak Rafi.

7
"Tapi.."

TUTTTT.. TTUTT
"Sudahlah nanti kita bicarakan lagi ya. Aku mau memeriksa beberapa dokumen." sahut pak Rafi
sebelum pak Adam melanjutkan bicara.

"Ih dasar Rafi brengsek. Main matikan aja." Kesal pak Adam

Meskipun usia mereka sudah setengah abad tapi mereka kelihatan jiwa mudanya. Mereka dulu punya
janji untuk saling menjodohkan anak mereka. Anak pak Adam yang umurnya lebih tua 3 tahun dari
Naomi. Mereka sedari kecil sudah saling mengenal dan selalu bermain bersama. Tidak pernah
bertengkar dan selalu akur. Hingga rencana perjodohan itu terjadi diantara kedua orang tua ini.

***

Naomi berjalan dengan jantung berdebar. Bukan karena jatuh cinta, tapi karena baru pertama kali
Naomi terkena hukuman. Setelah sampai di depan Naomi menguat-nguatkan hatinya agar segera
selesai menjalani hukumannya.

"Hmmm.. maaf kak. Mau minta tanda tangan"

"Baru masuk saja sudah telat. Dasar anak baru belagu, mau sok-sok an jadi primadona." Cecar Bella si
panitia cewek dengan sinis. Bella emang suka nyerocos jika sudah berbicara. Dan Bella juga menaruh
hati pada Ben.

'Idiih, cantik juga enggak sok banget deh cewe. Yang belagu tu situ kali.' Batin Naomi mengumpat si
Bella.

"Hehh. Jadi lo mau tanda tangan gue kan! Sekarang lo jongkok berdiri 20 kali." Senyum ejek Bella
untuk Naomi.

"Haahhh.. apa tidak ada yang lain kak?" Tawar Naomi aku tambah lagi atau lakuin sekarang.

Anak baru saja sudah sok mau jadi primadona" Cerca Bella.

"Ok. Ok. Cukup segitu saja kak." Dengan berat hati Naomi melakukan hukuman tambahan dari Bella.
Selain itu Naomi juga dapat hukuman menyanyi dan menari dari panitia lainnya. Sekarang tinggal
minta tanda tangan ke Ben.

Dengan degub jantung yang tiba-tiba tidak normal, membuat Naomi bingung untuk melangkah lagi.
Dari wajah tampan tapi sikap dinginnya dan acuh membuat Naomi jadi mendelik. Tapi demi
hukuman dia harus menghilangkan kegugupannya.

"Eh. Kamu cepetan dong selesaikan hukumanmu. Kamu harus lanjut kegiatan lainnya. Jangan hanya
mematung disitu." Suara Vivi panitia ospek juga.

"Eh iya kak, maaf." Jawab Naomi. Dengan langkah pelan mendekat ke arah Ben. Tanpa
memperhatian jalan ada kaki yang sengaja menjebak jalan Naomi. Tiba-tiba Naomi merasa kaget,
dikira jatuh ke lantai tapi tidak meraskan apa-apa. Ternyata ada tangan yang menyangga pinggang
rampingnya. Dengan tatapan tajam Ben beradu ke manik bulat Naomi.

8
"Ben lo apaan sih!" Gerutu Bella yang tiba-tiba mengagetkan Ben. Hingga membuat Ben secara refleks
menjatuhkan Naomi.

Bruukkk.

"Aahhhhgg" tentu Naomi meringis kesakitan.

"Hahahahaaa.." suara tawa dari panitia dan mahasiswa ospek lainnya. Naomi segera bangun. Tentu
malu sekali baru pertama ini karena ceroboh tingkat dewa.

Setelah Naomi sudah selesai dengan hukuman kini bergabung dengan kelompoknya. Dengan
peringatan setelah selesai ospek Naomi menemui ketua di ruang BEM.

'Dapat apalagi ya kira-kira. Hukuman atau hadiah?' Batin Naomi menghibur diri. Karena asyik
dengan pikirannya hingga tanpa sadar menabrak seseorang.

BRUK..

"Maaf." Kata mereka bersamaan.

9
Chapter 3

TEMAN BARU

"Eh. gak pa pa kok. Tadi aku juga gak liat depan. Hai Kenalin.. aku Silva dari jurusan manajemen
Bisnis." Sambil mengulur tangannya ke Naomi.

"Hai. Aku Naomi. Salam kenal jug aku dari jurusan yang sama. Semoga kita bisa satu kelas." Ucap
Naomi

"Senang bertemu denganmu. Semoga kita menjadi teman baik." Harap silva

"Tentu sangat bisa." jawab Naomi.

"Yuk gabung dengan yang lainnya." kata Silva

Setelah melakukan serangkaian kegiatan waktunya istirahat. Naomi dan silva semakin dekat karena
sama-sama humble. Mereka akan ke kantin bersama.

"Kantin yuk?" Ajak silva

"Boleh deh." Jawab Naomi

Sesampainya di kantin mereka nampak melihat-lihat untuk mencari tempat. Sepertinya sudah sangat
penuh dan hanya kelihatan kursi di pojok tapi ada satu penghuni.

"Aduh kok penuh ya. Emm. Itu cuma dipake satu orang sih. Kesana aja yuk. Aku laper nih." Ajak silva

"Ya udah gak pa pa. Dari pada nanti kamu pinsan karena kelaperan." Ejek Naomi

Akhirnya tawa mereka pecah diiringi melangkah menuju meja paling pojok.

"Hai. Boleh kita duduk disini. Tempatnya sudah penuh cuma sini aja yang masih." Senyum Silva
meminta izin kepada lelaki yang duduk sendiri.

"Oh silahkan." Jawab si lelaki

Akhirnya Silva segera menyeret tangan Naomi untuk duduk.

"Emm. Boleh kenalan? Siapa namamu?" Tanya Silva

"Aku Bobi mahasiswa manajemen. Kamu sendiri." Tanya Bobi balik

"Aku Silva. Ini teman aku beberapa jam yang lalu namanya Naomi. Kita juga dari jurusan yang sama"

Naomi merasa tak habis pikir dengan perkenalan yang dilakukan silva.

"Eh halo Naomi salam kenal. Semoga bisa berteman denganmu." Kata Bobi.

10
"Hai juga bobi. Sama-sama." Jawab singkat Naomi karena kurang nyaman dengan tatapan yang
dilakukan Bobi.

"Eh, kamu mau makan apa Nom." tanya silva sambil lihat-lihat daftar menu. Karena masih baru jadi
belum tau menu apa saja yang tersaji.

"Emm.. aku mau bakso saja kayaknya va. Sama minumnya es teh aja." Jawab Naomi

"Ya udah aku samain kamu aja kalau gitu. Bingung mau milih apa. Enak-enak semua sepertinya."
Kekeh silva tanpa rasa malu diikuti tawa dari Naomi dan Bobi.

"Mbak. Bakso dua dan es teh dua. Segera ya." Teriak Bobi ke penjaga kantin.

"Siap mas. Ditunggu sebenar njih." Kata penjaga kantin diiringi anggukan Bobi.

Tiba-tiba suara hening di kantin karena kedatangan mahasiswa famous di kampus ini. Yaitu Ben,
Devan dan Rio. Mereka bertiga sangat famous dan banyak yang kagum dengan pahatan sempurna
dari ketiganya. Dapat dilihat jika Ben lah yang lebih menonjol tapi memiliki sifat yang dingin dan
cuek. Meskipun begitu tetap menambah kesempurnaan pesonanya. Sedangkan Rio yang sedikit
playboy dan Devan sedikit pendiam dan murah senyum.

Silva, Bobi dan Naomi menghentikan tawanya karena tiba-tiba semua mata mengarahkan mata
mereka kepada tiga laki-laki itu.

"Mimpi apa aku semalam ya Nom. Duuhhh.. ganteng banget kakak kelas kita itu." Silva seakan
terhipnotis oleh ketiganya. Sedangkan Naomi juga terhipnotis tapi memilih sedikit datar saja.

"Dia itu pangeran kampus menurut anak-anak." Kata Bobi. Sambil memperhatikan Naomi. Dilihat
naomi seperti biasa tidak tertarik sama famousnya kampus itu. Senyum tipis tercipta oleh Bobi dan
membatin

'Sepertinya Naomi berbeda dari yang lain. Kenapan aku mearasa suka ya sama dia. Aku harus dekat
dengan dia" Batin Bobi.

Tiba-tiba "Heh kalian semua jangan mandang cowo gue gitu ya?" Cerca Bella yang tiba-tiba datang
bersama dengan dua temannya.

"Eh yayang Bella. Cemburu ya mamas Rio dilihatin banyak cewek." Jawab Rio dengan kepedeaannya
dan mendekati Bella.

"lihhh.. najis ya sama lo. Cowok gue itu bukan lo ya. Enak aja lo ngaku-ngaku lagi. Ben, lihat nih si
kodok main ngaku-ngaku aja." Manja Bella sambil bergelayut manja di lengan Ben. Ben yang
memiliki sifat dingin hanya diam dan cuek saja. Ben tau kalau Bella menyukainya, tapi dia juga sudah
mengatakan kalau hanya berteman. Tetapi bella semakin mengejarnya. Hal itu membuat hati Bella
menjadi kesal karena tak ada respon sama sekali dari Ben. Diiringi tawa Devan dan dua teman Bella.

Ya. Bella adalah mahasiswi satu angkatan dengan Ben. Bella menyukai Ben sedari awal masuk, akan
tetapi Bella tidak pernah mendapatkan respon apapun dari Ben. Tapi Bella tidak pernah menyerah
sama sekali. Bella sebenarnya gadis yang cantik, tinggi, famous dan sedikit manja. Bella juga anak
dari orang kalangan atas. Tapi Ben tidak pernah sedikitpun menaruh hati pada Bella meskipun Bella
selalu mengejarnya.

11
Tanpa mereka sadari yang mana mereka menjadi pusat perhatian semua orang yang ada dikantin dan
sekitarnya. Tapi hanya ada satu mahasiswa yang cuek saja, siapa lagi kalau bukan si Naomi. Hal ini
tidak luput dari perhatian Ben. Meskipun cuek dan dingin Ben tidak mengerti semenjak melihat
Naomi untuk pertama kali seperti mengenalnya.

"Ayo girls kita cabut aja. Males banged ada kodok bikin mood gue jelek aja." Ajak Bella kepada dua
temanya.

"Ihh. Kok gitu sih ayang Bella. Ngambekan tambah jelek baru tau rasa lo." Sanggah Rio yang emang

cerewet. Sebelum pergi Bella memperingatkan kembali ke semua orang yang memandang Ben

dengan kekagumannya.

"Eh kalian semua, inget ya. Jangan ada yang berani mandangin cowok gue seprti itu. Jika ingin mata
kalian tetap stay. Apalagi dekat-dekat urusan sama gue." Peringatan Bella dan beranjak pergi dari
kantin.

"Eh kita kan belum makan bel kok pergi sih?

Tanya Rani

"Oiya tadi katanya mau traktir makan." Sambung Dina.

"Udah ah. Aku lagi hilang selera gara-gara kodok itu." Jawab bela

"Yah tau gini kita tadi ajak aja ke resto deket kampus." bisik-bisik Rani.

"Elo sih ngajak dia kesini." Jawab Dina menyalahkan Rani

"Kan dia nanya tadi." Mereka berdebat dengan bisik bisik.

Flashback ON

"Hai girls. Kalian tau gak tadi kesayangan aku kemana?"Tanya Bella kepada dua temannya.

"Maksud lo si Roy." Ejek Rani

Bella melototkan matanya tanda mengancam si Rani. Dina yang menyadari itu langsung menyenggol
lengan Rani.

"Ups.. gue cuma bercanda aja princess Bella." Diiringi tawa kikuk Rani.

Dina pun meyela agar tidak ada berdebatan antara keduanya.

"Tadi sepertinya di kantin deh pas aku habis dari toilet." Jawab Dina

"Ya udah yuk. Kita ke kantin sekarang. Mumpung mood gue bagus. Gue traktir kalian." Kata Bella

"Wah beneran nih. Ayo cus langsung." Jawab Rani dengan heboh.

"Yuks girls." ajak Bella

12
Namun siapa sangka setelah sampai kantin Bella menikmati pemandangan banyak pasang mata yang
mengagumi Ben. Ini semakin membuat Bella murka.

Flashbak off

Semua mahasiswa jadi menunduk, terutama mahasiswa baru. Jika mahasiswa lama tentu mereka
masih ingin mencuri pandang 3 famous itu. Meskipun Bella sudah mengingatkan tapi mereka semua
tau jika cinta Bella tak pernah kesampaian.

Setelah Bella dan teman-temannya meninggalkan kantin, semua mahasiswi tak segan tetap
mengambil lirikan ke arah Ben dan temannya. Menurut mereka makanan sudah didepan mata
kenapa enggak.

'Gadis itu seperti?' gumam seorang pria.

13
Chapter 4

HUKUMAN LANJUTAN

Waktu istirahat sudah selesai dan semua maba mengikuti kegiatan lanjutan. Kegiatan dilakukan di
graha dengan moderator wakil ketua Bem bernama Zidan. Tampak mahasiswa antusias mengikuti
acara ospek hari ini. Banyak juga yang takjub dengan publik speaking dari Zidan. Selain itu Zidan
juga tak kalah tampan dari Ben. Tetapi tetap Ben yang memiliki daya tarik dari keduanya.

Sebuah pengumuman mengejutkan semua maba.

"Perhatian bagi mahasiswa baru yang masih menanggung hukuman mohon datang ke ruang BEM
setelah acara ini dibubarkan. Terimakasih" suara pengumuman diikuti riuh maba yang keluar
ruangan.

"Akhirnya bisa nafas juga aku." Senyum lebar tercipta dibibir Silva

Huuhhhh..

Terdengar helaan nafas dari gadis cantik. Ya dia Naomi yang belum menyelesaikan hukumannya.
Menyadari itu silva berkata ke naomi

"Nom, kamu balik sekarang apa gimana? Kanapa mendesah seperti itu. Kamu laper ya.. atau gak gitu

hilang mood pisah dengan mas Zidan ya." Crocos Silva. Kini Naomi melihat Silva dengan mata
mendelik dan menjawab pertanyaan temannya itu.

"Huhh. Silva, apaan sih kamu itu sejak tadi cowok mlulu deh. Kamu kemana saja tadi. Masa tidak
lihat ada aku di depan karena hukuman." Tanya balik Naomi ke Silva.

"Haahh.. yang bener Nom?? Tapi wajar sih aku tidak liat kamu, toh tadi juga banyak yang telat kan.
Trus aku lebih fokus pada wajah tampan mas Ben dan Zidan." Cengir Silva membuat Naomi jadi
gemas ke teman barunya itu.

"Ya ampun Silva iihh. Kamu tu ya. Baru masuk aja udah jelalatan matanya. Gimana nanti kalau tiap
hari ketemu lagi." Heran Naomi ke temannya.

"Hehehe. Sekalian cuci mata Nom. Apa sih dibuat stres juga bikin pusing sendiri. Liat bening-bening
dikit lah biar nambah semangat. Ya udah gih cepetan sama kumpul di BEM. sebelum nambah
hukuman dari miss lampir." Kata Silva.

Naomi mengerutkan alisnya. " siapa yang kamu maksud mak lampir va?"

"Noh si Bella." Keduanya saling menatap.

"Hahaha" tawa keduanya pecah tanpa memperhatikan sekitarnya.

"Eh ya udah udah gue balik dulu Nom. Sepertinya sudah ada yang jemputbe tuh. Semoga cepat selasai
ya hukumannya besti. Bye." Pamit Silva.

14
"Ok. Hati-hati ya va." Jawab Naomi.

Sesampainya diruangan BEM ada sekitar 15 maba yang telat. Mereka akan diberi peringatan dan
sanksi agar tidak melakukan kesalahan lagi. Ini juga mengajarkan kedisiplinan pada setiap maba yang
baru masuk agar mereka menyadari betapa pentingnya menggunakan waktu. Setelah selesai
pemberian peringatan sekarang saatnya para maba yang telat akan diberi sanksi yaitu membersihkan
toilet.

"Hukuman kali ini yaitu membersihkan toilet masing-masing dari kalian satu ruang toilet." Kata
Zidan.

Lalu zidan membacakan bagian mana saja toilet yang akan dibersihkan.

Semua maba keluar, namun saat akan melewati pintu Naomi sengaja dijebak kaki Bella lagi. Dan
akhirnya Naomi jatuh lagi untuk kedua kalinya. Kali ini Zidan lah yang menangkap tubuh ramping
Naomi. Mata mereka saling beradu untuk sepersekian detik. Hingga suara deheman menyadarkan
mereka.

"Hehemmm."

"Ehh.. maaf kak saya tidak sengaja." Sambil beranjak dari tangan Zidan dan membuat Naomi jadi
salah tingkah.

"Ok. Hati-hati ya." Jawab zidan lembut. Hingga sahutan suara membuat mereka heran.

"Dasar gadis ceroboh." Celutuk dari mulut manis Ben.

"Eh tumben si kulkas mau ngomong." Heran Rio berkata kepada David.

"Iya ya, ada apa dengan si Ben." Balas David

Mereka berdua tampak bisik-bisik menyadari ada yang beda dengan Ben.

Wah. Ini mustahil si Ben yang notabene cuek jadi komentar gitu. Pasti anak baru itu genit sama Ben.
Awas aja! Liat nanti apa yang akan aku perbuat untuk membalasnya.' Senyum licik Bella yang iri pada
Naomi.

Ben yang mendengar bisik-bisik itu langsung menyuruh maba untuk segera pergi menjalankan
hukumannya.

****

"Huhhh..akhirnya selesai juga." Senyum Naomi merekah. Namun belum sempat berbalik dia
dikejutkan kedatangan seseorang dengan seember air kotor bercampur lumpur.

Byuurrrr

Naomi menganga dan diikuti gelak tawa tiga wanita. Ya dia adalah Bella dan dua teman dekatnya.

"Hahaha.. ups (sambil menutup mulut). Sorry gue gak sengaja. Duhh jadi basah dan kotor lagi." Ejek
Bella

15
Naomi masih bergeming ditempatnya. Menahan emosi yang seakan meledak. Tapi dia urungkan
masih mengatur nafas untuk menahannya.

"Kenapa? Mau marah!! Eh lo jangan macam-macam ya. Ini peringatan buat lo, karena lo udah berani-
beraninya deketin dan cari perhatian ke cowo gue. Inget ini masih peringatan. Gue gak akan segan-
segan buat hidup lo kelar."

"Yuk gaes kita tinggalkan si cunguk bau busuk ini ." Kata Bella mengajak temannya pergi.

Setelah puas Bella dan temanya pergi meninggalkan kotoran untuk Naomi.

"liijhh. Bener-bener ya. Apakah para senior seenak jidat begitu memperlakukan juniornya. Cuma
masalah cowok yang gak jelas hubungannya dengan gue, apalagi gue tak kenal juga siapa itu. Tapi
malah gue yang kena imbas." Gerutu Naomi.

"Apa kata Silva bener deh kalau dia itu mak lampir. Jadi pulang telat banget. Pasti mama kawatir deh
nanti. Mana hp lowbat capek lagi."

"Argghhhhh" teriak Naomi untuk menghilangkan kekesalannya.

"Heemmm"

"Eh" Naomi merasa kaget tiba-tiba ada orang dibelakangnya.

"Kamu belum selesai dengan hukuman mu?" Tanya Zidan ke Naomi.

"Maaf belum kak" cicit Naomi

Zidan memperhatikan Naomi dan sekitarnya.

Sementara Naomi menundukan pandangannya ke lantai.

'Sepertinya dia baru saja dikerjai. Gak mungkin bajunya juga sama kotor dengan lantainya.' Batin
zidan

"Emm.. ya sudah kamu akhiri saja hukuman ini. Silahkan pulang. Besuk jangan smpai telat lagi." kata
Zidan lembut.

Seketika Naomi mengangkat wajahnya dengan mata terbelakan bahagia.

"Wah terimakasih kak." Jawab Naomi langsung menyambar tas meninggalkan toilet.

Setelah kepergian Naomi yang secepat kilat, Zidan baru menyadari dan berkata

"Dasar cewek aneh." Sambil senyum "Tapi cantik."

***

Diparkiran tiga orang cewek lagi menuju ke mobilnya.

"Thanks ya girls. Ide kalian memang brilian banged. Ah. Senangnya gue dapat bales si cewek genit
itu." Senyum lebar bella.begitu bahagia,.

16
"Its okay. By the way. Mood loe udah baik kan bel? Gimana kalau sebagai tanda makasih ya, traktiran
tadi jadi nyata." Pinta Rani

"iya tuh Bel. Laper kali tadi belum jadi makan." Sahut Dina.

"Emm. Ok. Sekalian merayakan atas kemenangan kita. Yuk cabut." Kata Bella.

"Siaaappp" kata Rani dan Dina bersamaan.

Tanpa mereka sadari dibalik pohon ada yang mendengar pembicaraan mereka. Hingga suara
deringan telfon mengejutkannya.

"Papa.."

"Halo pa"

”....”

"Ya, nanti weekend aku pulang ke rumah."

”....”

"Salam buat mama pa. Bye."

“....”

"Ada pa ya kira-kira papa nyuruh aku balik. Sepertinya ada yang penting. Its okelah. See nanti.saja."
guman Ben dalam hatinya.

Akhirnya cowok itu masuk ke mobilnya dan melaju untuk pulang.

17
Chapter 5

SEBUAH RENCANA

Silau cahaya membuat kulit terasa terbakar. Seorang gadis baru saja sampai dirumahnya.

"Silahkan non."

"Eh non naomi kenapa teh. Kok kotor seperti itu." Tanya Ujang satpam penjaga rumah naomi.

"Eh mang ujang. Ini tadi cuma kena air di jalan. Tadi ada yang gak sengaja tukang warung buang air
di jalan. Kena deh jadinya. " jawab Naomi dusta.

"Ya udah ya mang Naomi masuk dulu." Pamit Naomi.

"Oh iya neng. Silahkan." Jawab Ujang.

Setelah itu Naomi berjalan menuju ke dalam rumah. Setelah membuka pintu, nampak terlihat sepi.
Sepertinya papanya belum pulang dan mamanya mungkin lagi keluar.

Akhirnya Naomi melanjutkan menuju kamar untuk segera mandi dan membersihkan diri. Karena
merasa badannya sudah sangat kotor ulah si Bella. Setelah selesai mandi Naomi menuju dapur karena
sudah merasa lapar.

"Eh non Naomi. Mau makan siang ya. Bibi siapin dulu ya." Kata bi Inah.

"Em. Boleh bi. Naomi pengen makan sup ayam ada bi." Tanya Naomi.

"Pas banget non, tadi bibi buat sup ayam. Masih anget lagi non. Sebentar ya bibi ambilkan dulu."
Jawab bi Inah. Naomi hanya menggangguk.

Sesaat kemudian bi Inah membawa sup masih mengepul dan aromanya bikin perut Naomi
keroncongan.

"Wah sepertinya enak nih bi." semangat Naomi.

"Silahkan no dinikmati ya." Kata bi Inah.

"Terimakasih bi. Oh iya bi mama belum pulang ya ?" Tanya Naomi.

"Belum non, mungkin sebentar lagi. Tadi ibuk katanya mau belanja di supermarket depan. Ada lagi
non yang pengen bibi siapkan." tanya bu Inah.

"Sudah bi cukup." Balss Naomi sambil senyum

"Ya udah bibi tinggal.dulu ya non. Selamat makan ." Kata bi Inah.

"Ok bi. Makasih." jawab Naomi sambil menikmati supnya.

18
Setelah kepergian bi Inah, Naomi makan dalam diam. Merasa hening dan teringat akan kejadian hari
ini. Naomi menguatkan hati dan fisiknya buat menghadapi Bella suatu hari nanti. Naomi yakin Bella
akan terus mengganggunya. Padahal Naomi sama sekali tidak tertarik dengan laki-laki pujaan Bella
itu. Tiba-tiba sosok wajah Ben melintasi dalam benaknya.

"lih apaan sih aku malah mikirin tu cowok. Jelas-jelas dia biasa banged lagi gak ada menarik-
menariknya sama, sekali." Gerutu naomi.

Tiba-tiba ada orang yang ikut menimpali ucapan Naomi dari belakang. Membuat Naomi terkejut.

"Siapa yang gak menarik? Apa kamu ada yang disuka sayang?" goda mama Sarah dari belakang duduk
Naomi.

"Aduh mama, ngagetin naomi aja. gak ada ya ma yang Naomi suka. Mama jangan ngadi-ngadi deh."
jawab Naomi.

"lih..? Mama denger sendiri tadi kamu ngomng tertarik sama cowo kan? Ngaku aja sayang. Kenalin ke
mama biar mama tau calon mantu mana seperti apa?" Mama Sarah semakin menggoda Naomi.
Sedangkan Naomi yang digoda nampak kesal.

"Udah ya ma. Naomi gak suka sama siapa-siapa. Dan gak mau mikirin punya cowok dulu. Naomi mau
fokus kuliah lalu kerja buat bahagiain mama,." Kata Naomi menyakinkan mamanya.

"Uuhh.. mama jadi terharu sayang. Makasih ya sayang, mama sangat bahagia memiliki kamu. Tapi
pesan mama, kamu juga harus memikirkan masa depanmu sayang. Kamu sudah besar tentu nanti
juga perlu hidup menjjalani rumah tangga. Mama juga pengen gendong cucu juga sayang." Nasehat
mama Sarah lagi.

"Mama kok udah mikir cucu sih. Naomi yakin nanti juga ada jodoh yang datang pada Naomi ma.
Sekarang kebahagiaan Naomi yaitu mama dan papa. Naomi belum mau pisah sama papa dan mama."
Alibi Naomi

"Makasih sayang. Mama akan dukung Naomi terus. Mama papa juga sayang Naomi." Balas mama
Sarah.

Mama sarah dan Naomi saling berpelukan tanda sayang yang tercipta antara anak dan ibu. Dipelukan
mamanya naomi melamunkan kisah masa kecil dengan seseorang lelaki tampan dan selalu ada
untuknya.

Flashback on

"Aduh.. sakit. Mama.. mama." teriak gadis kecil sambil menangis karena jatuh dari sepeda waktu di
jalan kompleks. Datang seorang lelaki tampan yang mengulurkan tangannya.

"Ayo berdiri aku bantu" kata lelaki kecil itu.

"Sakit.. Nana mau mama.?" Rengek gadis kecil itu.

Tanpa pikir panjang lelaki kecil itu memeluk Nana menenangkan agar berhenti menangis. Ternyata
benar tangisan gadis kecil itu berhenti dan melepas pelukan dari lelaki kecil itu. Setelah Itu dia
bertanya ke lelaki itu.

19
"Kaka siapa?" tanya gadis itu dengan tangan masih mengusap ingusnya

"Panggil aku kak Wira. Nama kamu?"jawab lelaki kecil tampan itu.

"Baik kaka, nama aku Nana."Jawab Nana.

"Ok. Jangan sedih lagi gadis kecil. Aku akan menjaga kamu terus. Aku janji." Sambil mengulurkan jari
kelingkingnya.

"Janji ya kaka" ucap gadis kecil itu.

Flashback off

****

Tampak langit mulai bercahaya kerlap-kerlip. Begitu indah dengan senyumannya sabit. Seorang lelaki
duduk dibalkon sambil menyesap minuman nya. Sejenak memikirkan perasaannya mulai aneh
semenjak bertemu gadis ceroboh di kampus tadi. Ya dia adalah Ben melamun dengan kejadian-
kejadian hari ini. Ben menjadi ingat gadis cerobah tadi dengan teman masa kecilnya.

Flashback on

"Aghhh'. Teriak gadis kecil

"Hei Nana, kamu tidak apa-apa kan?" Teriak Ben

sambil berlari

"Kaka, Nana gal papa. yah tumpah minuman Nana ." Cengir gadis kecil itu

"Kamu jatuh begiti masih bisa masih nyengir ya.. dasar gadis ceroboh." Sambil memencet hidung
Nana.

"Ihh sakit kak Wira. Nana kan jatuh gak sengaja." Protes Nana memanyunkan bibirnya.

"Mana ada jatuh sengaja. Tuh liat tali sepatu kamu lepas." Sambil menunduk membenarkan tali septu
gadis kecil itu.

"Emm. Kaka seperti pangeran-pangeran yang sering nana lihat." Kata Nana polos.

Seketika wajah Ben mendongak dan berdiri mensejajarkan berdirinya sambil berkata.

"Sekarang aku adalah pangeran kamu. Jadi kamu gak boleh mengaku ada pangeran lain." Pinta Ben.

"Nana janji ya." kata Ben lagi.

"Janji." jawab Nana.

Flashback off

'huufft.' Mengusap wajah kasar ketika mengingatnya.

20
'Sekarang kamu pasti sudah memiliki kekasih. Semoga kita bisa bertemu kembali. Aku merindukan
kamu Nana. Selalu merindukan kamu." Batin Ben dalam hati.

Ben segera meneguk airnya dengan habisb lalu melaju ke kamar untuk segera tidur.

****

Silau mentari menerobos lewat kaca. Nampak gadis cantik masih terlelap ditidurnya. Hari ini
weekend jadi dia bermalas-malasan untuk bangun.

"Tok tok tok."

Suara ketukan pintu membangunkan mimpinya.

"Sayang bangun. Sudah siang kamu jangan tidur terus. Perempuan gak baik bangun siang-siang
Begini." Teriak mama Sarah

"Masih ngantuk ma, bentar lagi, ya." Jawab Naomi malas.

"Kalau gak bangun nanti mama suruh mang Ujang kasih tikus dikamarmu."

Seketika Naomi langsung mendudukan posisinya. Ia ingat betul kejadian masa lalu tiba-tiba ada tikus
ikut tidur dengannya. Dia jadi merasa takut dengan tikus sampai saat ini.

"Iya Naomi bangun ma." tetiak Naomi dalam kamar.

"Ok segera mandi sana turun untuk sarapan. Papa mau ngomong sesuatu." Teriak mama sarah tak
kalah kencang.

"Papa mau ngomngin soal apa kira-kira. Jadi penasaran, papa tidak biasanya pagi-pagi mau ngomong
soal penting gitu." gumam Naomi, karena penasaran lalu segera beranjak dari tempat tidurnya
menuju kamar mandi. Setelah mandi pakai kaos dan celana santai dirumah.

"Pagi ma, pa" sapa Naomi

"Pagi sayang, ayo duduk" jawab papa Rafi

"Tuh liat anak papa. Bangun siang melulu. Bagaimana mau ada cowok yang lirik. " ledek mama Sarah.

"Ihh. Mama apa an sih. Lagian ini kan hari libur dan Naomi belum ada kegiatan juga. " jawab Naomi.

"Udah lah ma. Biarin saja, mumpung masih muda. Nanti kalau udah menikah pasti bisa berubah kok
sikapnya." Kata papa Rafi.

"Tukan papa belain terus." Mama Sarah jadi cemberut.

"Oh iya sayang. Papa mau bicara serius dengan kamu." kata papa Rafi lembut sambil senyum

"Mau ngomong apa pa, kayanya papa seneng banged. Papa menang tender lagi ya" tebak Naomi
antusias.

21
"Kalau itu sudah pasti sayang.. tapi ini lebih untuk masa depan kamu. Papa ada rencana mau
menjodohkan kamu dengan teman anak papa." Kata papa Rafi.

"UHUUKK..UHUUK.

"Apa??" pekik naomi dan mama Sarah bersamaan.

"Wah sebentar lagi, mama punya mantu. Ya pa. Gak sabar pengen gendong cucu deh." Kata mama
sarah begitu antusias.

"Papa bohong kan??? Naomi belum siap pa untuk menikah. Lagian Naomi juga masih baru masuk
kampus. Mana ada tiba-tiba menikah gitu." protes Naomi.

"Aduh sayang, kan belun dicoba dulu.. mana ada langsung nikah. Kan masih belum pernah ketemu.
Jadi sebagai anak muda PDKT gitu. Mama yakin pilihan papa terbaik untuk kamu." Nasehat mama
Sarah.

"Iya sayang. Kamu kan belum kenalan juga. Papa gak akan maksa buat nikah dulu. Papa cuma mau
kamu mengenal satu sama lain dulu ya. Nanti papa hubungi temam papa lagi buat janji ketemuan."
kata papa Rafi

"Hem baiklah."ucap Naomi diiringi senyum. Melihat wajah keduanya bahagia, naomi tidak bisa
menolak. Toh masih perkenalan belum langsung menikah.

'Kira-kira cowoknya kaya oppa atau ... Pikir Naomi sambil menggelengkan kepala membayangkan
yang tidak-tidak wajah cowok itu.

22
Chapter 6

APES

Langit begitu cerah dengan cahaya yang bersinar sempurna. Suasana di Mall juga begitu ramai
banyaknya pengunjung yang datang. Tampak dua gadis lagi asyik makan dan ngobrol tentang
perjalanan pilihan pendidikan mereka.

"Mel, gimana dengan tempat kuliah lo sekarang?" Tanya Naomi membuka percakapan.

"Wah gue seneng banget tau, gak nyangka bisa masuk Universitas B itu. Tau gak? Seniornya sumpah
cakep-cakep banget. Trus, kemarin juga ada yang mau pedekate sama gue tau." Jawab Mela dengan
antusias sambil makan kentang gorengnya.

"HUFT. Tapi beda dengan gue, kena sial mel." Murung naomi sampai meluruhkan bahunya.

"Sial kenapa besti? Jangan-jangan kamu didekatin cowok culun ya. Kaya dulu di SMA noh.
Dikejar-kejar Rendi." ejek Mela membuat keduanya tertawa bersama mengingat waktu SMA.

Flashback On

Tiba-tiba semua siswa yang ada di kantin menertawakan gadis beparas ayu dan disertai bisikan-
bisikan yang begitu terang ditelinga.

"Hahaha. Masa cewek cantik kayak gitu, gak laku. Sama gue ajajuga kalilagi yang lebih ganteng."

"Eh jangan-jangan benaran jadian ya."

"Gue gak nyangka ya, cewek berprestasi dan primadona dapat si culun."

"Mereka cocok lo. Apa kalian setuju."

"Wah. Pajak jadiannya ya Nom"

Setelah tawa serta bisik-bisikan itu terdengar ditelinga Naomi. Mela sebagai sahabat yang ikut
mendengarkan langsung menarik tangan Naomi untuk pergi dari tempat itu. Karena kejadian itu
seakan cepat menyebar dan tidak ada penghalangnya. Bagai air yang mengalir begitu cepat.

Flahsback off

"lih. ya kali kaya gitu," Naomi sambil menggelengkan kepala karena mengingat kejadian itu, lalu
menyedot minumannya. "Pertama gue telat waktu mos hukuman minta tanda tangan. Kedua dapat
hukuman tambahan bersihin toilet. Ketiga paling parah, gue dikerjain senior cewe. Nyebelin gak sih."
Kata Naomi dengan bibir manyun melanjutkan ceritanya.

"Ya ampun besti." teriak Mela dengan suara kencangnya seperti toa. Sampai Naomi menutup
telinganya lalu melototkan matanya. Mereka melirik ke kanan dan ke kiri sekitar mereka. Ternyata
banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka.

23
"Ups..' maaf kelepasan kayanya gue. Tapi gue syok banget dengernya." Sambil senyum nyengir
mengangkat kedua jarinya membentuk peace dan lanjut mode serius.

"lihh. Kebiasaan deh lo itu Mel. Jadi malu tau gak kayak gini. Jadi pusat perhatian orang-orang kan."
maki Naomi mode bisik-bisik.

"Ya kali Nom. Gue gak syok. Temen gue paling cantik dan pemberani bisa-bisanya dikerjain senior.
Gue akui sih, emang daya tarik seorang Naomi itu bagai dewi fortuna. Pantes aja itu nenek lampir iri
sama kamu. Apa perlu ya aku pindah ke kampus kamu, biar gue jadibisa pawang kamu lagi?" Kata
Mela menggoda sambil menaik turunkan alisnya.

"Ih mana ada baru masuk langsung pindah. Udah lo fokus sama kuliah lo aja. Aku sih masih fine-fine
aja. By the way, gue udah punya teman baru. Nanti gue kenalin sama lo ya." Jawab Naomi bahagia
membalas godaan sahabatnya.

"Beneran lo udah ada teman baru ni. Awas jangan sampai lupain gue ya lo." Selidik Mela tidak rela
sampai posisinya tergantikan orang lain sebagai sahabatnya Naomi.

"Ish. Mana ada aku lupa sama kulit kacang seperti kamu itu." Kata Naomi yang puas menggoda Mela.

Setelah panjang bercerita mereka memilih untuk pulang.

****

Digerbang masuk Bella dan teman-temannya melihat Naomi menuju parkiran.

"Eh.. liat deh gaes. Itu bukannya anak baru itu ya Bel." kata Dina menunjuk kearah Naomi.

"Iya tuh benar. Kaya cewek yang kita kerjain di toilet kemarin." jawab Rani ikut menimpali obrolan
mereka.

"Apa sih Ran. Gak usah diperjelas juga kali masalah kemarin. Kalau ada yang denger bisa mampus
kita." Protes Dina ke Rani yang sedikit ember.

"Yee. Gue mah cuma ngasih penjelasan aja Din." kata Rani dengan gaya merajuknya.

"Apa sih kalian ribut terus. Ini kesempatan kita untuk buat dia jera lebih lagi. Kemarin gue rasa belum
cukup untuk memberi pelajaran kepada cewek udik itu." potong Bella dengan senyum seringainya.

"Apa rencana lo selanjutnya Bel?" Tanya Dina penasaran.

"Sini?" Rani dan Dina mendekat ke arah Bella. Mereka berbisik-bisik untuk melancarkan aksi
jahatnya.

***

"Gue pulang dulu ya Nom. Udah dijemput sama mas grab." Pamit Mela sambil berjalan menuju
montor grab.

Meskipun Mela dan Naomi anak orang yang cukup, malah bisa dikatakan anak konglomerat. Tapi
keduanya biasa hidup sederhana.

24
"Hati-hati ya. Dah." balas Naomi sambil melambaikan tangan ke Mela.

"Ok. Dah juga.." kata Mela membalas lambaian tangan kearah Naomi.

Setelah itu Naomi menuju montornya. Hari ini Naomi sengaja pergi dengan naik montor. Meskipun
cuaca begitu cerah tetapi jika weekend pasti mancet karena banyak yang pergi menghabiskan waktu
dengan keluarganya.

Naomi melajukan montornya dengan kecepatan sedang. Dari arah belakang Naomi tidak menyadari
jika ada mobil yang mengikutinya. Ketika sampai perempatan mobil itu tiba-tiba menyalip dan
berbelok ke kiri. Otomatis Naomi yang tidak siap membanting stir montornya mengikuti mobil
berbelok ke kiri untuk menghindari tabrakan. Alhasil karena serangan mendadak membuat Naomi
kurang fokus dan tidak sempat menarik rem, akhirnya ban montor depannya masuk ke got.
"Aarghhh..."

Bruuukkk

Naomi berteriak dan membuatnya jatuh bersama montornya. Kejadian ini membuat mereka yang
sengaja berbuat ulah tertawa bahagia dan melaju dengan cepat untuk menghindari protes orang-
orang disekitar kejadian.

"Eh. Mbak tidakk apa-apa kan?" Tanya seorang laki-laki yang membantu Naomi berdiri.

"Iya mbaknya ada yang luka apa tidak?" Tanya seorang ibu yang ikut membantu Naomi.

Naomi yang masih syok belum menjawab dan masih mengatur nafasnya.

Setelah merasa sedikit tenang Naomi menjawab, " Terimakasih bapak ibu, saya tidak apa-apa. Hanya
merasa syok dan sepertinya juga tidak ada yang luka. Sekali lagi terimaksih."

"Sama-sama mbak. Maaf kami tidak bisa menghentikan mobilnya tadi." Kata bapak-bapak yang
membantu Naomi tadi.

"Eh iya. Tidak apa-apa pak. Sekali lagi terimakasih." kata Naomi dengan menampilkan senyumnya.

"Sepertinya ban montor mbak kena paku ketika masuk got tadi. Mungkin di depan sana ada bengkel,
jaraknya sekitar 100 meter dari sini mbak. Maaf tidak bisa membantu lebih mbak." Jelas bapak yang
nolongin tadi.

"Iya tidak apa-apa pak. Terimakasih nanti saya bawa kesana." Jawab Naomi.

Setelah itu, Naomi menuntun montornya menuju bengkel yang telah disebutkan bapak yang
menolong tadi.

"Uhhgt. Apes banget deh hari ini. Mana masih jauh! Lagian siapa sih itu tadi kek sengaja banget buat
gue jatuh tadi." Gerutu Naomi disepanjang perjalanannya.

***

"Pak gimana? Apa masih lama?" Tanya Naomi ke Montir.

25
"Iya nih neng. Maaf ya, ini masih dua lagi dan ditungguin orangnya juga." Jelas abang tukang bengkel.
"Em. Ya udah kalau gitu bang. Boleh pinjam hpnya tidak bang. Mau ngabari orang rumah sebentar."
kata Naomi.

"Oh iya boleh, silahkan atu neng. Ini hpnya." Kata abang montir sambil mengulurkan hpnya.

Setelah mondar mandir ternyata mang Ujang tidak menjawab panggilannya. Bi Inah juga tidak
mengangkat telfon rumah maupun hpnya. Naomi tidak mungkin menelepon orangtuanya. Karena
sebelum pergi tadi orangtuanya pergi ke acara resepsi relasi bisnisnya. Mana jalan belok kiri tadi jalan
yang sedikit sepi. Bisa dibilang jalan kecil untuk menuju perumahan diujung.

Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan Naomi. Dan pintu mobil terbuka tampak sosok
tampan yang keluar dari mobil tersebut.

"Hai.. bukannya kamu...?"

26
Chapter7

PERTEMUAN TAK DISENGAJA

Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan Naomi. Dan pintu mobil terbuka tampak sosok
tampan yang keluar dari mobil tersebut.

"Hai.. bukannya kamu mahasiswa baru di kampus harapan ya?" Tanya seorang laki-laki tampan itu.

"Ehh.. kok masnya tau? Tukang nguntit ya." Membuat Naomi sedikit kaget dan balik tanya dengan
penuh penasaran.

"Pufffhtt.." laki-laki yang ditanya Naomi malah menahan tawa.

'Kenapa lucu sekali sih. Manggilnya mas kaya tukang batagor aja.' Batin laki-laki itu.

'Maksudnya apa sih. Gak jelas banget. Lagian tidak ada yang lucu juga kenapa nahan tawa kek gitu.'
Batin Naomi yang merasa aneh dengan cowok dihadapannya.

"Ha ha ha." Akhirnya tawa laki-laki itu pecah karena wajah cengo Naomi. Seketika membuat Naomi
sadar dari lamunannya.

Tampan' gumam Naomi tanpa sadar.

"Apa?" Tanya laki-laki itu sedikit salting karena mendengar gumaman Naomi.

"Hah... Enggak." Membuat Naomi melongo lalu menggelengkan kepalanya. Mereka berdua menjadi
canggung.

Th, napa ini mulut nyeplos aja sih.' Naomi merutuki dirinya dalam hati.

"Hem" Deheman laki-laki itu menghilangkan kecanggungan Keduanya.

"Gue Zidan, wakil ketua BEM kampus Harapan. Bagaimana sudah ingat?" Kata Zidan
memperkenalkan dirinya.

Ya laki-laki itu adalah Zidan senior Naomi yang menjabat sebagai wakil ketua BEM dikampusnya.

"Oh hai kak, gue Naomi. Maaf sedikit lupa. Soalnya beda, lebih santai kakak penampilannya." Kata
Naomi sambil menelisik penampilan Zidan.

"Pangling ya. Hem gue habis dari tempat temen gue dan kebetulan liat lo disini mondar-mandir. Btw
lo ngapain disini. Nunggu siapa?" Cerca Zidan dengan beberapa pertanyaan.

"Itu.. tadi ada masalah Kecil. Ban montor gue kena paku." Kata Naomi tersenyum sambil
menunjukkan motornya.

"Sepertinya masih lama tuh. Bareng gue aja yuks?" Tawar Zidan ke Naomi.

27
"Em. Gak ngrepotin kak?" Tanya Naomi sedikit canggung.

Ini juga kesempatan Naomi untuk bisa pulang. Nungguin motornya selesai masih lama. Telfon orang-
orang rumah juga tidak diangkat. Badannya sedikit pegal karena mendorong montor tadi, ditambah
sebelumnya sudah jatuh.

"Gak kok. Santai Aja. yuks masuk?" Ajak Zidan.

Akhirnya Naomi mengikuti Zidan naik mobilnya. Zidan merasa senang bisa dekat dengan Naomi.
Pertemuan dengan Naomi di toilet kemarin membuat pikirannya jadi ingat terus dengan Naomi.

****

Sisi lain di sebuah rumah mewah seorang laki-laki tampan baru saja masuk dan mendudukan dirinya
sofa.

"Eh den Ben sudah pulang toh. Bibi bikinin minum mau?" Tawar pembantu rumah tangga Ben.

"Boleh. Jus alpukat manis." Jawab Ben masih mode cueknya.

"Siap den." Kata bi Umah lalu pergi menuju dapur.

Tak.. tak.. tak

Tak berselang lama terdengar suara sepatu hak tinggi dari arah tangga menggema semakin dekat ke
telinga Ben. Dan sambutan suara yang sudah sangat merindukan putranya.

"Hai sayang. Kok tidak ngabari mama sih kalau mau pulang. Mama kangen banget. Semenjak kamu
tinggal diapartemen jadi jarang pulang." Kata mama Susan antusias memeluk putranya.

"Maaf ma. Banyak kegiatan." Jawab Ben sekenanya.

"Loh kok gitu sih sayang. Kamu gak kangen nih sama mama." Tanya mama Susan sambil cemberut
manja.

"Ben juga kangen kok ma. Jangan marah." Membujuk mamanya dengan seulas senyum tipis sambil
mengulurkan pelukannya.

"Ya udah kamu istirahat aja gih. Nanti kita kumpul makan malam ya. Papa masih ada acara
sepertinya." Pinta mama Susan.

"Baik Ma. aku mau ke dapur bentar ambil minum." Pamit Ben dengan mengecup sekilas kening
mamanya. Mama Susan membalas dengan senyum bahagia.

Ben beranjak dari duduknya menuju ke dapur. Karena merasa haus dan ingin menemui bi Umah yang
sudah menawari minum tadi.

'Kamu masih aja cuek sayang. Semoga segera ada yang mencairkan. Mama rindu kamu yang hangat.'
Kata mama Susan masih menatap punggung kekar anaknya yang semakin menjauh dari pandangan
matanya.

****

28
"Em. Makasih ya kak. Mungkin mau mampir dulu” Tawar Naomi ke Zidan.

"Sebenarnya pengen banget. Tapi gue masih ada urusan lain. Sorry ya." Tolak halus Zidan.

"Oh ya Udah kapan-kapan aja kak. Jangan sungkan untuk mampir. Hati-hati di jalan ya." Jawab
Naomi dengan senyum tipisnya.

"Ok. Pergi dulu ya." Balas Zidan tak lupa juga dengan senyum manisnya.

Naomi hanya membalas dengan menganggukkan kepalanya.

Kayanya Naomi itu beda. Jadi pengen kenal jauh dan mendapatkannya." Gumam Zidan dalam
mobilnya yang terlihat binar bahagia dekat Naomi.

Setelah kepergian Zidan, Naomi baru masuk ke rumah. Sampai di dalam terlihat Sepi. Sepertinya
orang tuanya belum pulang. Ketika berjalan Naomi teringat senyum manis Zidan tadi. Karena
berjalan sambil melamun tanpa sadar Naomi menabrak bi Inah yang berjalan dari pintu belakang.

"Aww." Ringis Naomi.

"Duh maaf non Naomi kenapa kok jalan ngalmun sambil senyum-senyum sendiri gitu." Heran bu
Inah kepada anak majikannya itu.

"Emm. Masa sih bi. Bibi salah lihat kali." Elak Naomi sambil menunjuk bi Inah. Lalu belum sempat
buke Inah membalas ucapannya Naomi sudah berlalu pergi ke kamarnya.

"Oalah non-non, bibi juga tau kalau non sepertinya lagi kasmaran. Gini-gini bibi juga pernah muda.
Anak jaman sekarang mah gitu." Gumam bi Inah ikut merasakan bahagia melihat kepergian Naomi
masih dengan senyam-senyumnya.

****

Sinar rembulan menyapa kesunyian malam. Tapi tidak di sebuah rumah mewah tepatnya diruang
makan. Obrolan dan denting sendok saling bersahutan.

"Papa menyuruh kamu pulang karena papa kangen ." Papa Adam memulai pembicaraannya.

"Kok papa aja sih. Mama juga lebih kangen tau." Protes mama Susan.

"Hehe.. Jangan cemberut dong sayang." bujuk papa Adam ke istrinya.

"Hem. Mohon tau tempat kalau mau romantis-romantisan." Ben memandang sekilas ke dua
orangtuanya lalu melanjutkan makannya. Sebenarnya ada rasa bahagia melihat kedua orangtuanya
terlihat harmonis dan saling sayang.

"Eh sepertinya ada yang iri nih ma." Goda papa Adam ke Ben.

"Papa ih.. jangan digoda terus Bennya. Baru pulang nanti pergi Lagi. Mama kan masih kangen.
Sebentar lagi kan kita jarang bersama." Hardik mama Susan ke suaminya.

"Memangnya mama papa mau kemana?" serentak menghentikan makannya mendengar suara Ben
dan melihat ke arah orangtuanya untuk meminta penjelasan.

29
"Papa aja yang jelasin sana." pinta mama Susan karena masih kesal dengan suaminya.

Papa Adam menghembuskan nafasnya lalu mulai menceritakan tujuan meminta anaknya untuk
pulang.

"Sebenarnya papa meminta kamu pulang itu ada yang ingin kita bicarakan boy. Ini terkait masa
depan kamu juga." Terang papa Adam mulai berbicara serius, meskipun awalnya ingin berbicara
santai diruang keluarga. Tapi melihat anaknya yang seakan minta penjelasan akhirnya mode serius.

"Papa ingin menjodohkan kamu dengan anak teman papa." Lanjut papa Adam.

"Uhuuk.. uhuuk.." Karena kaget Ben tersedak makanannya dan segera meraih minumnya. Lalu
melanjutkan penasarannya.

"Ben gak salah dengarkan?" Tanya Ben untuk memperjelas pendengaran nya.

"Sayang. Dengerin dulu papa kamu berbicara Ya. Ini semua juga demi masa depan kamu sayang."
Mama Susan ikut menimpali ucapan anaknya.

"Kamu jangan menolak dulu boy. Kamu pendekatan aja dulu. Toh kamu juga belum mengenalnya
kan? Papa harap sih kamu tidak menolaknya. Nanti kita rencanakan pertemuan makan bersama
dulu." Jelas papa Adam.

Huuhh. Tampak terdengar hembusan nafas berat dari Ben. Sebenarnya Ben kaget, tapi dia juga tidak
ingin mengecewakan kedua orangtuanya. Mungkin tidak salahnya mencobanya dulu, meskipun
hatinya masih menunggu seseorang.

Meskipun Ben berpikir begitu, tapi raut wajahnya masih cuek dan datar. Sehingga membuat kedua
orang tuanya saling melirik untuk mengkode satu sama lain.

"Kamu pikirkan dulu boy. Nikmati makan malammu, maaf papa sudah selesai jadi istirahat dulu."
Setelah berkata itu papa Adam pergi menuju kamarnya.

"Mama selalu mendoakan dan mendukung yang terbaik untuk kamu sayang. Mama bahagia kalau
kamu bahagia sayang. Selamat Malam." Kata mama Susan beranjak dari duduknya mengikuti
suaminya.

"Makasih ma. Malam." Hanya itu balasan dari Ben.

Kedua orangtuanya meninggalkan Ben sendiri karena orangtuanya tau Ben tidak akan menolak dan
butuh waktu untuk merenungkan setiap kata yang keluar dari papanya.

30
Chapter 8

NAHAN MALU

Wajah baru semangat baru, itulah yang dirasakan Naomi ketika akan berangkat ke kampus. Wajah
yang dulunya berangkat dengan seragam sekolah kini sudah tidak lagi. Naomi pakai celana jeans dan
kemeja kotak kecil-kecil warna merah. Rambutnya dikucir kuda dengan sedikit helaian di pinggir
kanannya. penampilannya tampak casual tapi tidak menutupi aura kecantikannya. Malah dengan
penampilan seperti ini, Naomi terlihat sangat cantik alami.

Setengah jam berlalu, sekarang Naomi sudah sampai diparkiran kampus. Terlihat wajahnya berseri-
seri bahagia bisa masuk universitas ini. karena terlalu bahagia Naomi segera beranjak pergi menuju
kelasnya. Terlalu semangat tidak melihat sesorang yang berjalan dari balik sisi mobil yang terparkir.
Hingga akhirnya..

Bruukk

"Awh" teriak Naomi kaget menabrak orang didepannya. Hingga tubuhnya terhuyung ke belakang
karena hilang keseimbangan.

didepannya. Wajahnya terlihat semu merah dan hatinya jadi berdebar. Tapi sayang sekali wajah
tampannya dihiasi sifat dinginnya. Ya siapa lagi kalau bukan cowok yang super dingin itu kalau bukan
Ben.

Dengan terpaksa Naomi membuka percakapan dengan sikap kesalnya.

"Hem, maaf tadi saya buru-buru. Lagian kalau mau berhenti itu liat belakang dong mas." Dumel
Naomi ke cowok didepannya.

"Dasar ojol." Kata itulah yang keluar dari mulut Ben. Lalu beranjak pergi menuju kelasnya tanpa
menghiraukan Naomi lagi.

"Apa?!" Teriak Naomi karena merasa dihina oleh Ben.

Tidak ada jawaban dari cowok itu membuat darah Naomi mendidih.

"Dasar manusia robot. Minta maaf kek! Nolongin kek! Main pergi gitu aja tanpa salah." Gerutu Naomi
sambil besengut-sengut.

Masih dalam mode kesalnya tiba-tiba Silva menghampirinya.

"Pagi Naomi cantik." Sapa Silva yang baru datang.

"Juga." Balas Naomi masih dengan wajah kesalnya.

"Kenapa sih..? Eh tunggu. Lo tadi naik apa?" Tanya Silva penasaran.

"Naik montorlah Va. Napa sih nanya-nanya kaya gitu." Heran Naomi kepada Silva.

31
"Mending sini deh. Lihat sendiri biar tau jelasnya ok." Kata Silva sambil menarik Naomi di samping
mobil dekatnya.

"Napa sih tarik-ta...." Naomi melototkan matanya melihat dirinya dipantulan kaca mobil.

"Ya ampun. Pantes aja tuh cowok ngatain gue ojol. Ceroboh banget sih gue.' Guman Naomi dalam
hati. Wajahnya merah seperti kepiting rebus karena nahan malu. Malu karena lupa melepaskan helm
yang masih bertengger cantik dikepalanya.

"Duh, napa sih lo nom. Jadi ngelamun gak jelas. Tu muka kenapa lagi merah gitu. Lo sa-.." kata Silva
belum selesai bicaranya sudah ditarik Naomi.

"Udah ah, yuk ke kelas aja. Bentar lagi masuk nih. Tapi gue taruh helm dulu ya." Kilah Naomi dan
hanya dibalas anggukan oleh Silva.

****

Ben sampai dikelasnya langsung duduk dibangkunya. Setelah itu, Ben mengeluarkan hp dari saku
jaketnya. Melihat foto gadis kecil yang selalu dirindukannya. Gadis kecil itu memakai dres biru dan
bandana merah. Sangat imut dan manis. Tetapi ketika melihat bandana merah teringat cewek
diparkiran tadi dengan kemeja merahnya. Tiba-tiba tanpa sadar bibirnya membentuk lengkungan
senyum tipis, sangat tipis.

'Ngapain juga gue senyum. Dasar gadis aneh.' Gumam Ben dalam hatinya.

"Eh bos, kapan datang? Gak tungguin kita tadi. Kita kira belum nyampek kelas, soalnya kita tadi telat
ngejar. Eh malah sudah duduk manis sini aja." Tiba-tiba suara Rio yang datang dengan Devan
membuyarkan lamunan Ben. Secepat kilat wajahnya berubah kembali dingin dan datar.

"Baru." Jawab Ben dengan cuek dan datarnya.

"Cuek amat sih bos. Gue ngomong dari a sampai z balasan cuma b aja." Protes Rio yang emang
orangnya cerewet. Kedua temannya terkadang sampai heran cerewetnya Rio baginya melebihi
perempuan. Meskipun begitu bagi Ben dan Devan, cerewet Rio memberikan warna dalam hidup
mereka.

Ben masih diam tidak menanggapi ocehan Rio. Seperti enggan atau malas mengeluarkan nada dering.

"Akkhh, sakit bengek." Keluh Rio yang mendapat tepukan dikepala belakangnya dari Devan.

"Elo sih banyak bacaot aja. Udah tau Ben orangnya mode silent. Lo pancing gak akan bunyi kali." Kata
Devan mengingatkan Rio sifat dari Ben.

"Tapi sakit bengek. Eh.. eh tunggu. Gue tadi liat lo sama cewek diparkiran. Siapa? Kok tumben lo
dekat cewek. Jangan-jangan..?" Kata Rio yang masih menggantung pernyataannya.

"Jangan-jangan apa?" Sahut Devan penasaran dan keduanya menatap satu sama lain seperti mengerti
apa yang ada dipikiran masing-masing.

"Pacaran!!!"

Teriak keduanya lalu menoleh ke Ben untuk meminta penjelasan.

32
Ben yang mendengar teriakan kedua temannya sampai menutup mata lalu menghela nafas. Kemudian
Ben menjawab rasa penasaran temannya.

"Ojol" kata Ben kemudian beranjak dari duduknya.

"Ohhh" jawab keduanya.

"Mau kemana lo main pergi. Sebentar lagi dosen killer masuk noh." Tanya Rio mengejar Ben yang
beranjak dari duduknya.

"Toilet." Tanpa menoleh kebelakang.

"Ah.. Dasar lo kanebo kering." Kata Rio yang menyesal telah mengejar Ben.

"Ha ha haha." Tawa Devan yang melihat wajah kesal Rio sangat menyenangkan baginya.

Akhirnya Rio kembali ke tempat duduknya dengan wajah kesal seperti belum disetrika sebulan.

****

Hari ini cuaca lumayan panas membuat kantin Kampus Harapan jadi penuh mahasiswa. Banyak dari
mereka yang mau meneguk air sekedar untuk melepas dahaga. Mereka duduk secara berkelompok
dengan teman-temannya. Dua gadis yang sedang menikmati soto dan jus jeruk tampak fokus dengan
makanannya.

Suara seseorang membuat keduanya berhenti makan sebentar.

"Boleh gabung gak friends?" Tanya Bobi tersenyum manis sambil membawa nampan bakso dan es
Tehnya.

"Boleh. Kok telat pergi ngantinnya?" Tanya balik Silva lalu melanjutkan makannya.

"Eh. Biasa panggilan alam mendominasi tadi." Jelas Bobi mulai menyantap makannya.

"Eh napa lo Nom kok kelihatan mikirin sesuatu gitu." Telisik Bobi ke Naomi yang terlihat hanya fokus
melihat makannya.

"Kepo loh." Sahut Silva sambil nguyah makannya.

"Ya sapa tau kali mikirin mas Bobi ganteng ini yang belum datang." Sombong Bobi ke Silva.

"Najis." Sewot Silva

"Apa l-.."

"Duh kalian ini berisik amat sih. Udah deh makan aja dulu." Kata Naomi menengahi keduanya.

Mereka menjadi akrab karena memang satu fakultas. Selain itu juga satu kelas. Ketika dibuat grub
kelas di app hijau, mereka bertiga membuat grub sendiri dengan nama Tiga Warkop. Sehingga
membuat mereka semakin berteman dekat lagi.

"Lo sih." Kata Silva menyalahkan Bobi

33
"Lo juga." Kata Bobi yang tidak mau mengalah.

Naomi hanya menghela nafasnya melihat keduanya tetap saling menyalahkan. Naomi yang jengah
mendengar perdebatan keduanya akhirnya memilih beranjak pergi. Ketika sampai didepan pintu
masuk kantin, Naomi melihat Ben dan temannya yang akan masuk ke kantin. Alhasil Naomi memilih
putar balik kembali ke tempat duduknya. Ketika mengingat kejadian pagi tadi membuat wajahnya
merah padam menahan malu.

"Eh, napa balik lagi." Tanya Silva heran melihat Naomi balik lagi. Begitu juga Bobi yang ikut
penasaran.

"Eh. Tidak apa-apa." Senyum kikuk Naomi.

Percakapan keduanya terhentikan ketika melihat di pintu masuk Ben dan temannya jadi
pemandangan seluruh penghuni kantin. Belum ada yang mengalihkan pandangannya sampai
ketiganya duduk di bangku yang biasa mereka tempati.

Bagi mereka bertiga itu sudah hal biasa dan tidak mengagetkan lagi. Si Rio yang playboy terus saja
menebar pesona ke cewek-cewek di kantin. Devan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah
Rio. Sedang si Ben masih dengan mode cueknya.

"Mereka semua mengagumi paras tampan gue. Pesona seorang Rio Aditama memang luar biasa."
Bangganya menyombongkan dirinya. Hingga sahutan suara seseorang mengalihkan perhatiannya.

"Ini mas ganteng makanannya. Silahkan menikmati. Nanti calling Een kalau butuh sesuatu lagi." Kata
salah satu penjaga dikantin dengan nada genitnya.

"Neng Een mah selalu bikin tambah cinta Mas Rio aja." Gombalan Rio akhirnya keluar juga.

"Aah, mas Rio bisa aja. ya udah, Een tinggal dulu ya mas ganteng semuanya. Lagi rame nih kantin."
Pamitnya dengan senyum malu-malu.

"Semangat kerjanya neng. Buat masa depan nanti." goda Rio lagi.

Mereka sebelum ke kantin biasa tukar pesan dengan penjaga kantin untuk memesan makanan dulu.
Alasannya biar ketika sampai kantin tidak menunggu lama lagi. Mereka menikmati makan siangnya
dengan lahap.

Ketika Devan melihat sekeliling tak sengaja matanya melihat seseorang yang sedang bercanda dengan
temannya. Pemandangan yang jarang ia temui di kampus ini. Binar matanya mengatakan kalau ia
sangat terpesona.

"Cantik" gumam Devan tanpa sadar yang didengar kedua sohibnya. Ben dan Rio yang penasaran
mengikuti arah pandang Devan.

34
Chapter 9

ANTARA KESAL DAN SENANG

"Anjir. Mata lo kali ini bener banger Dev. Imut sekali wajahnya. Rambutnya indah juga panjang
keriting, tambah kecantikannya." Kata Rio memberi penilaian.

'Bukannya cewek pagi tadi.' Kata Ben dalam hati sambil menautkan alisnya.

Cewek yang dilihat Devan dan Ben memanglah orang sama. Ya, Naomi Putri Wijaya terlihat sangat
cantik ketika tertawa seperti itu. Tapi cewek yang dilihat Rio bukanlah Naomi, melainkan Silva cewek
dengan rambut keritingnya. Karena Naomi tertutup Bobi jika dilihat dari arah pandang Rio.
Meskipun begitu baik Devan atau Ben enggan untuk memberi klarifikasi kepada Rio.

"Yah. Calon gebetan cabut." Kata Rio dengan wajah lesu. Sehingga membuat Ben dan Devan tersadar
dari lamunannya.

"Anak baru pesonanya tiada dua. Wah harus segera pepet nih mumpung masih anget." Kata Rio
dengan bangganya sambil menaik turunkan alisnya. Membuat Devan dan Ben yang jengah hanya
memutar bola matanya malas.

"Gak asyik deh lo berdua."

****

"Hai, Nom." Sapa seorang laki-laki.

"Eh, hai kak." Sapa Naomi dengan kikuk.

Tampak kedua teman Naomi juga mengikuti arah pandang ke dua orang yang saling sapa. Mereka
heran sejak kapan keduanya saling kenal dan terlihat dekat. Seakan pandangan temannya
mengisyaratkan pertanyaan, Naomi membuyarkan keheningan sesaat itu.

"Eh, kak kenalin ini teman gue satu kelas. Ini Bobi dan ini Silva." Kata Naomi sambil menunjuk ke
arah temannya.

"Hai bro. Hai girl. Kenalin gue Zidan kakak kelas kalian. Fakultas manajemen bisnis. Semester 7."
Jawab Zidan memperkenalkan dirinya.

"Hai kak-.."

"Hai juga kak. Kenalin me, Silva. Kakak kemarin keren banget lo pas masa orientasi. Jadi kagum
banget ke kakak." Sela Silva dengan antusias memotong kata Bobi.

"Ck" 'Dasar cewek genit' gerutu Bobi dalam hati.

35
Zidan yang mendengar Silva menceritakan dirinya dengan antusias membalas dengan tawa renyah.
"Ha haha.. sekeren itu ya gue. Sampai kamu antusias banget." Tawa malu Zidan dan melirik ke
Naomi.

Seakan paham dengan lirikan Zidan, Naomi membuang arah pandangnya. Naomi merasa canggung
langsung mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Ya pasti dong. Kakak juga ganteng banget." Kata Silva buat menarik perhatian Zidan.

Belum Zidan membalas ucapan Silva, Naomi sudah menyela ucapan diantara keduanya.

"Eh kak. Kita duluan ya, bentar lagi ada kelas." Pamit Naomi.

"Oh. Ya sudah sampai ketemu nanti." Tak lupa dengan senyum manisnya.

Akhirnya mereka berjalan bersebrangan sebagai perpisahan.

"Hah, ganteng banget ya kak Zidan." Melow Silva yang terpesona dengan Zidan.

"Gantengan juga gue kemana-mana. Orang badan kecil gitu, nih lihat bang Bobi lebih macho." Kata
Bobi menyombongkan diri menunjukkan lengan kekarnya.

"Apaan sih lo gaje banget deh." Kesal Silva karena Bobi sok banget.

Naomi yang mendengar perdebatan antara mereka hanya menggelengkan kepalanya dan membuang
nafasnya. Baginya menghadapi keduanya harus ektra sabar, apalagi ditelinga. Mereka pasti ada aja
bahan buat adu mulut.

"Gue cabut duluan aja deh." Bobi melangkah pergi karena baru ingat besuk ada urusan tugas dengan
temannya.

"Pergi jauh-jauh sana lo. Gak usah balik lagi deh." Teriak Silva seakan mengusir Bobi.

"Udah dong Va. lagian Bobi juga dah pergi. Ntar lo benci gitu jadi cinta lo." Goda Naomi.

"lih. Amit-amit deh. Lo harus jelasin kenapa dekat kak Zidan. Mau nikung gue kan lo." Silva
melenggang pergi dengan gaya merajuknya.

"Eh. Marah dia." beo Naomi lalu menyusul Silva ke kelas.

Tiga pasang mata menatap horor ke arah perginya Naomi. Mereka terlihat sekali mempunyai
dendam. Sorot matanya penuh dengan kabut kebencian.

"Tuh liat deh Bell. Cewek itu penggoda para pangeran kampus tau gak sih."

"Kemarin Ben sekarang Zidan trus gue juga dengar tadi ada yang bilang Rio dan Devan juga.

"Bener banget. Tuh juga anak baru tampan juga ditempeli terus."

"Siapa?" Kepo Rani dan Bella bersamaan.

"Eh. Hehe. Udah yuk masuk kelas dulu." Kilah Dina mengalihkan perhatian kedua temannya.

36
Dina lebih memilih jalan terlebih dahulu. Diam-diam dia menyukai cowok yang sekelas dengan
Naomi. Dia tidak mau jika Bella atau Rani mengetahui dirinya sudah suka dengan adik kelas atau
brondong. Bisa-bisa nanti jadi bulan-bulanan kedua temannya. ****

*new number:

~Hai~

Naomi:

~Siapa?~

*new number:

~cowok ganteng. Haha~

"Siapa sih, gak jelas banget nih orang." Gumam Naomi lirih mengabaikan pesan yang baru masuk.

"Siapa yang gaje?" Kepo Silva yang mendengar gumamnya Naomi.

"Salah sambung." Sambil nunjukin hpnya.

"Owh. Eh gue balik dulu ya. Itu sopir dah dateng, gak jadi bareng yak." Pamit Silva.

"Ya udah hati-hati ya."

"Ok. Dah"

Setelah kepergian Silva, Naomi merasakan jika hpnya bergetar kembali. Terlihat new number
mengirim pesan lagi, Naomi mengabaikan lagi dan memilih ke perpus buat pinjam buku untuk buat
tugas jurnal minggu depan.

Sesampainya di perpus, buku yang dirasa sudah dapat, akhirnya Naomi menyelesaikan peminjaman.
Setelah selesai dia memilih untuk langsung pulang. Entah apa yang membuat dirinya tersandung
hingga membuat tubuhnya oleng dan hampir jatuh. Untung ada tangan kekar yang menangkapnya.
Naomi perlahan mendongak ke arah wajah diatasnya dan betapa terkejutnya melihat wajah tampan
dihadapannya. Hati keduanya nampak berdebar dan saling menyelami lewat mata mereka. Seakan
ada yang menyadarkan Naomi memilih melepaskan diri.

Cowok itu tanpa kata melenggang pergi begitu saja.

'Dasar kulkas berjalan.' Kesal Naomi yang tiba-tiba ditinggal pergi begitu saja.

****

Sepasang suami istri sedang menikmati makan malam diruangan yang ditata gaya klasik. Mereka
menikmati makan malam dengan diam. Setelah selesai si suami membuka obrolan.

"Naomi tidak makan malam ma? Kok tidak turun sejak tadi." Tanya papa Rafi.

37
"Mama tanya tadi bentar masih nyelesain tugas katanya. Kalau lama mama disuruh makan dulu.
Mungkin bentar lagi juga turun pa. Nanggung juga kalau pas mengerjakan tugas ada ide trus diskip
jadi buyar." Beo mama Sarah panjang lebar.

"Hem"

Mama Sarah memandang papa Rafi sebal. Sudah berkata panjang lebar hanya dapat balasan satu
kata. Ngeselin kan jadinya.

Melihat istrinya cemberut membuat papa Rafi senyum jahil buat menggoda istrinya.

"Tuh sengaja dipanjangin buat menggoda adik kecil ya?" Goda pak Rafi.

Istrinya melototkan mata dan membuang muka ke arah lain. Tiba-tiba tubuh ramping mama Sarah
sudah ada digendongan papa Rafi. Hal itu membuat mama Sarah memekik kaget.

"Aaaa.... turunin mama pa.!" Teriak bu Sarah.

"Siapa suruh menggoda papa, sekarang tanggung jawab bikin adik buat Naomi." Jahil papa Rafi
menggendong istrinya menuju ke kamar.

"Apaan sih papa, malu dengan umur."

"Ha ha ha." Tertawa puas papa Rafi berhasil menggoda Istrinya.

Bi Inah yang sejak tadi didapur menahan senyumannya agar tidak meledak.

Sementara dilantai dua kamar dengan nuansa cat hijau itu, tampak seorang gadis gulang-guling
dikasurnya. Dia merasa kesal mengingat kejadian tadi siang dari perpus bertabrakan dengan laki-laki
bak kulkas.

Untuk menghilangkan ingatan itu, dia membuka hp untuk melihat pesan tadi siang.

"Whaaattt" Naomi memekik bahagia setelah mendapatkan pesan itu. Tapi setelah membaca pesan
selanjutnya dari new number membuat hatinya bimbang.

"Duh. Gimana ya. terima enggak ya?" Lalu beranjak berdiri dan berjalan mondar-mandir sambil
memikirkan balasannya.

Cukup lama dalam kebimbangan akhirnya Naomi mengetikkan balasan pesan ke cowok itu. Setelah
mendapat balasan dari seberang, lalu dia beranjak menuju walk in closetnya.

Memilih dres hitam selutut dengan aksen pita kecil dipinggang dan lengan panjang. Nampak pas
sekali dengan kulit putih dan tubuh langsingnya.

"Lebay gak ya dandan kaya gini. Takut ilfil nanti orangnya." Monolog dirinya didepan cermin.

"Udahlah perfect kok. Ternyata aku juga cantik kalau mau dandan. Hahaha" Katanya lagi dengan
percaya diri.

"Emm. Udah datang sepertinya, turun dulu aja."

38
Ketika sudah sampai di anak tangga terakhir Naomi berpapasan dengan bi Inah.

"Em bi, papa mama kemana? Kok sepi?" Tanya Naomi.

"Ee.. ee. Itu non, tuan sama nyonya teh lagi.." Kata bi Inah dengan senyum malu-malu dan
menautkan kedua jarinya.

"Lagi apa bi?" Tanya Naomi yang masih belum paham.

"Udah ah non berangkat aja sekarang. Tuh sudah ditunggu pacarnya di depan, kasian kalau lama
nungguin. Nanti kalau tuan dan nyonya anunya sudah kelar, bibi bilang deh non." Bujuk bi Inah
kepada Naomi.

"Bukan pacar. Cuma teman aja bi." Koreksi Naomi.

Melihat waktu yang sudah menunjukkan jam 19.25. Akhirnya mau tidak mau Naomi mengikuti kata
bi Inah. Meskipun masih penasaran apa maksud bi Inah tentang apa yang dilakukan orangtuanya.
Naomi sebernanya tidak sepolos itu, hanya saja tidak mau mengira yang tidak-tidak.

"Ya udah Naomi berangkat dulu bi. Jangan lupa nanti bilang papa mama ya." Kata Naomi dengan
senyum manisnya.

"Hep pan sama pacarnya non."

Teriak bi Inah menggoda Naomi yang sudah sampai pintu depan.

"Maaf nunggu lama kak."

"Eh sudah.." katanya terhenti ketika melihat ke arah Naomi. Terpesona, jelas sekali kalau terpesona.
Hihi

"Ya udah yuk brangkat sekarang aja ya kak. Takut kemalaman nanti pulangnya." Membuyarkan
lamunan lelaki di depannya.

"Em a-ayo." sambil tersenyum malu karna ketahuan terpesona.

Nomor baru yang mengirim mesagge ke Naomi tadi adalah Zidan. Karena awalnya Naomi
mengabaikan pesannya, membuat Zidan sedikit gelisah. Akhirnya mengajak Naomi untuk pergi
makan malam.

39
Chapter 10

NABRAK LAGI

Pagi hari ini di rumah Wijaya nampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Naomi sudah bangun
sejak pukul 05.00 tadi. Tampak bersantai di halaman belakang asyik dengan hpnya. Tiba-tiba
papanya menghampiri dan membuka obrolan.

"Tadi malam siapa?" Tanya papa Rafi dengan halus.

"Oh, hanya teman Pa. Kakak kelas di kampus." Jawab Naomi apa adanya.

"Sudah dekat ya sepertinya." Goda papa Rafi. Karena selama ini belum pernah melihat anak semata
wayangnya pergi dengan laki-laki atau bisa disebut berkencan.

"Mana ada, cuma beberapa kali ketemu pa. Lagian tadi malam cuma makan biasa di warung makan.
Sebagai ucapan terimakasih karena kemarin sudah anterin aku pas ban motor lagi bocor."

Papanya tersenyum mangut-mangut lalu berdiri buat bersiap pergi ke kantor.

"Ok. Tapi masih ingat perjodohan kemarin kan? Jangan sampai lupa ya. Nanti papa mau bicara lagi
dengan teman papa buat nentuin kapan pertemuannya."

"Oh, i-iya. Naomi inget kok pa." Jawab gugup Naomi dengan senyum nyengir.

Duh, kok gue lupa kalau mau dijodohin sih. Yah tapi gak pa-pa dong dekat sama kak Zidan dulu, kan
belum bertemu. Nanti juga belum tentu berjodoh juga sama tuh cowok. Lagian masalah hati gak bisa
dipaksakan.' Monolog Naomi dalam hatinya. Mungkin papa Rafi lagi curiga atau takut kalau tadi
malam anaknya sudah kencan dengan cowok lain selain anak sahabatnya. Padahal Naomi hanya
sekedar makan, meskipun benar ada niat Zidan buat nembak masih gagal.

Flashback on

"Kita makan di cafe Nusantara mau?" Tanya Zidan.

"Em.. berhenti bentar kak." kata Naomi masih menggantung, lalu melihat sebuah warung pecel lele di
pinggir jalan langganannya.

"Makan disitu aja ya kak. Enak banget lo makanannya, gue lagi pengen makan pecel lele." Kata Naomi
antusias dan sudah mau ngiler hanya melihat warungnya saja.

"Yakin di situ?"

"Iya, kakak mau kan? Ayo coba dulu aja kak. Pasti nagih nanti kalau sudah tau rasanya." Jawab
Naomi antusias.

Naomi akhirnya keluar duluan dari mobil. Zidan mau tidak mau juga ikut keluar. Mereka sudah
duduk dan beberapa menit berlalu pesanan sudah datang.

40
"Ayo kak. Ini enak banget tau. Gue dulu sering banget mampir sini kalau lagi jalan malam sama
temanku." Cerita Naomi sambil mulai makan menggunakan tangan. Jika dilihat dari penampilannya
sekarang, Naomi seperti ngedate di restoran atau kafe mewah. Tapi nyatanya tempat makan
kesukaannya lebih membuat ngiler.

Zidan masih diam, melihat Naomi makan membuat dia menelan salivanya. Naomi makan dengan
lahap dan nampak sedap sekali. Merasa Zidan masih diam dan bengong melihat dirinya makan
Naomi langsung angkat bicara.

"Kakak gak mau? Atau mau pesan yang lain?" Pergerakan makannya terhenti dan membuyarkan
diamnya Zidan.

"Eh. eh gak usah ini aja. Tapi.. ini gak bikin sakit perut kan?" Tanya Zidan dengan lirih dan hati-hati.

Naomi menjadi melongo dan cengo.

"Hah"

Seperkian detik Naomi sadar dan menimpali ucapan Zidan tadi.

"Ya mana ada bikin sakit Kak. Buktinya aku makan dari dulu juga baik-baik saja." Jawab Naomi
seakan meyakinkan Zidan.

"Udah makan dulu aja kak, keburu malam nanti. Dijamin nampol rasanya."

Zidan mulai makan dengan pelan, lalu beberapa sendok kemudian makan dengan lahap. Naomi
hanya melirik sekilas dan tersenyum dalam makannya.

"Ternyata enak, malah banget. Pernah makan tapi tidak langsung pada tempatnya seperti ini." Kata
Zidan disela makannya.

"Tuh kan. Enak banget rasanya, pasti nanti ketagihan deh. Rasa makanan disini rasanya paling enak
dari tempat lain." Kata Naomi dengan binar kebahagiaannya. Zidan yang melihat itu semakin
merasakan getaran dihatinya. Dia menanggapi celotehan Naomi dengan senyuman. Meskipun dalam
hati ada yang dikeluhkan.

'Huh. Pengennya makan malam romantis berdua dicafe mewah. Kalau aku nembak sekarang mana
ada kesan yang bikin baper. Hadeuh. Gatot deh. Tapi tidak apa, melihat kamu senang dan nyaman
dulu lebih penting.' Monolog Zidan dalam hatinya.

Flashback off

****

"Ben, tungguin dong?" Teriak Bella dengan nada manja yang dibuat-buat.

"Tadi kan tante Susan sudah berpesan kalau kita buat berangkat bareng-bareng."

Yah, Bella diam-diam mengambil hati mama Susan agar bisa dekat dan bersatu dengan Ben. Dia tau
jika bu Susan mamanya Ben saat ada acara arisan mamanya yang diselenggarakan disalah satu hotel
milik keluarganya. Dari situlah rencana buat mendekati Ben lewat mamanya.

41
Ben sebenarnya sangat tidak suka jika Bella terus menempel dengannya. Tapi apa boleh buat jika
mamanya yang meminta. Mana berani buat menolak, takut membuat kecewa. Pasti nanti Bella juga
membuat drama-drama. Ben dapat membaca sifat Bella dari kelakuannya. Bikin males kan sih Bella
tuh.

Ben akhirnya menunggu Bella untuk mensejajarkan jalannya. Hal itu membuat banyak pasang mata
mengarah kepada keduanya. Banyak pandangin iri dari perempuan-perempuan yang mengharapkan
bisa bersanding dengan pangeran kampus itu.

Hal itu membuat Bella merasa seperti di atas angin. Mereka sebenarnya terlihat sangat serasi, tapi
sayang sifat Bella yang suka menindas membuat banyak orang jadi tak suka.

Bella merasa sangat puas dengan segera tangannya memegang lengan Ben. Ben kaget meskipun
ekspresinya tetap datar. Perlahan Ben melepaskan tangan Bella dari lengannya. Dia sangat risih lebih
tepatnya tidak suka jika Bella bersetuhan dengannya.

Ketika akan berbelok disudut ruangan, seseorang bertabrakan dengan mereka berdua. Baju Ben dan
Bella sedikit kena air yang dibawa seseorang itu.

'Shit' umpat Ben dalam hati yang merasa kaget.

"Aawh" teriak Bella bebarengan umpatan Ben dalam hati karena juga merasa kaget. Ketika tahu siapa
yang menabrak membuat Bella semakin murka.

"Eh, cewek penggoda. Lo sengaja kan nglakuin ini ." Bella yang penuh emosi meneriaki Naomi.
Sambil menunjuk kearah Naomi. Kemudian Dia mencari perhatian ke Ben.

"Baju kamu jadi basah Ben. Nih semua gara-gara lo!”

"Sorry kak, gak sengaja. Lagian tadi gue juga udah hati-hati." Ucap Naomi dengan tenang.

"Lo-..."

"Cukup!" Suara bariton membuat Bella berhenti berbicara. Ben males dengan drama dari Bella.
Naomi yang mendengar suara Ben menjadi merinding, lebih baik pergi aja kali ya.

"Saya permisi, sekali lagi minta maaf. Oh iya kalau mau pacaran jangan di kampus. Tuh gak malu
dilihat banyak orang." Kata Naomi sebelum pergi meinggalkan mereka berdua.

'Cewek pemberani. Tapi ceroboh bikin gue apes dari kemarin.' Gumam Ben dalam hati. Setelah itu
Ben memilih beranjak pergi dulu. Tidak menghiraukan teriakan dari Bella yang memanggilnya.

"Ben!!"

"Ben, kok pergi sih! Kita ke kelas bareng dong."

"Hiih. Ngeselin banget sih,. Awas aja lo cewek udik udah ngerusak momet indah gue. Akan gue bales."
Kata Bella kesal dengan menggentak-hentakkan kakinya.

"Apa kalian liat-liat. Bubaaaaar???"

42
Mereka yang mendapat teriakan dari Bella segera pergi sebelum mendapatkan amukan darinya.

****

Restoran Nusantara tampak ramai oleh pengunjung kantor yang sedang istirahat. Seorang lelaki
paruh baya dengan pakaian formal sedang duduk sendiri di ruang privat room. Dia sedang menikmati
secangkir kopi hitam yang dipesannya beberapa menit lalu dan juga kopi hitam tanpa gula
didepannya. Suara pintu terbuka, nampak seorang lelaki sebaya dengannya masuk diantar pelayan
resto.

"Oh, sobatku. Lama sekali kita tidak bertemu. Kau nampak lebih muda dikit." Godanya.

"Huh. Lama sekali datangnya. Aku sudah berjamur disini dari tadi."

"Hah hhaha ha.. pantas sekarang dirimu sudah seperti itu. Wah, kopi gratis buat aku sudah ada." Ejek
pak Adam

"Sudahlah. Aku menyuruh kamu kesini bukan untuk menghinaku. Ada hal yang lebih penting perlu
aku bicarakan ke kamu." Kata pak Rafi mengutarakan maksud pertemuan mereka.

"Baiklah. Katakan sebenarnya apa tujuanmu mengajak kita bertemu disini. Yah kita sama-sama sibuk
jadi gunakan waktu pertemuan kali ini dengan baik." Kata pak Adam menyetujui perkataan pak Rafi.

Sudah beberapa menit berlalu para paruh baya berbicara dengan serius. Hingga akhirnya mereka
harus berpisah untuk kembali lagi ke kantor masing-masing. Banyak pekerjaan yang belum mereka
selesaikan, sehingga tidak bisa berlama-lama santai saat jam kerja.

****

Apartemen mewah Ben kini sedang ramai oleh dua sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Rio dan
Devan. Mereka lagi malas nongkrong di cafe atau dimanapun. Jadi apartemen Ben yang menjadi
pilihannya. Jangan salah lagi, apartemen Ben sangat luas lengkap dengan berbagai tempat gym dan
game. Bikin betah kedua temannya jika nongkrong disana.

"Tadi banyak anak-anak yang nyebut lo sama yayang Bella. Ada apa Ben?" Tanya Rio penasaran
dengan desas desus yang didengar tadi.

"Eh iya. Gue juga dengar tadi, tapi.. ada juga yang bilang Bella cekcok sama anak baru." Devan ikut
menimpali obrolan Rio.

"Masalah kecil." Jawab Ben datar fokus sama hpnya.

"Aduh yang jelas ceritanya bos. Kepo nih gue kalau menyangkut ayang Bella." Suara Rio khas dengan
gayanya.

"Ayang-ayang kepala lo peyang. Bella tuh gak pernah melirik lo, jadi jangan sok lo seolah-olah milik
dia." Mode Devan yang cerewet mengingatkan Rio. Devan juga sama seperti Ben yang risih sama
Bella. Kecentilan dan tidak sadar diri jika sudah ditolakselesai berkali-kali.

"Napa lo sirik aja. Ayang Bella tu sudah masuk list nomor 1 daftar gebetan gue. Cowok penuh pesona
kaya gue banyak yang ngejar nih man." sombong Rio.

43
Devan yang mendengar ucapan Rio hanya memutar bola matanya malas. Sementara Ben yang
mendengar perdebatan kedua sohibnya sama sekali tidak terganggu tetap fokus pada hpnya.

44
Chapter 11

BERTEMU CALON SUAMI

"Ah kelar juga. Akhirnya bisa menghirup nafas segar."

Silva merentangkan kedua tangannya dengan diiringi menghirup nafas seolah-olah dia baru bebas
dari tempat yang bikin nafas sesak.

"Lebay deh lo nyil." Celutuk Bobi sambil menepuk pelan kepala Silva dengan sengaja. Bagi Bobi
membuat kesal Silva menjadi hobi barunya. Menurutnya dia kalau marah dan kesal jadi tambah
manis. Meskipun sesekali buat naklukin hati Naomi, tapi dia menutupi ketertarikannya agar tidak
kentara. Takut keduanya tidak mau berteman lagi. Bisa dekat aja udah bikin bahagia.

"Apaan sih lo songebob! Sakit tau bangke. Lagian gue punya nama ya, bukan nyil." Membalas tepukan
dilengan kekar Bobi dengan hatinya yang sudah sangat dongkol.

"Dasar tukang ngambek." Ejek Bobi sambil mencubit pipi Silva lalu berlari dulu sambil berkata
sebelum Silva mencak-mencak.

"Pulang duluan ya nom. Ademin samping lo entar meledak!" Teriaknya dengan senyum bahagia.
Naomi hanya membalas dengan mengacungkan dua jempolnya.

"Heehhhh! Berani lo ya. Awas aja besuk! Gue bejek-bejek lo jadi dodol!" Teriak Silva sambil nunjuk-
nunjuk ke arah Bobi yang mulai jauh dari pandangan mata. Tidak terima dengan perlakuan Bobi yang
sering jahil kepadanya.

"Kalian berdua itu ya. Kalau dekat berantem terus! kayak kucing tikus aja. Gue yakin kalian emang
jodoh deh."

"Apaan sih lo juga Nom? ya kali gue jodoh sama spongebob. Yang ada entar dunia runtuh." Sewot
Silva sambil mengejar Naomi yang jalan duluan menuju parkir sepeda motornya.

"Seharusnya lo tuh jodohin gue sama pangeran-pangeran kampus kaya kak Ben atau kak Zidan. Tuh
baru bener dan setuju banget gue."

Naomi hanya mendelik ke arah Silva yang begitu cerewet. Apa lagi nyebut nama dua cowok itu. Kalau
Zidan sih emang manis sikapnya tapi kalau ingat cowok kulkas jadi geleng-geleng kepala.

"Napa lo geleng-geleng kepala? Ahh gue tebak! jangan-jangan lo ada something ya sama kak Zidan.
Udah beberapa kali kepergok nyamperin lo kemarin." Tanya Silva penuh selidik ke Naomi.

"Jangan ngadi-ngadi deh. Ya udah, gue balik dulu ya. Mau mengistirahatkan telinga gue yang mau
pecah." Sindir Naomi untuk mengelak pertanyaan Silva.

"Yeee.. lo jahat bener sama gue. Tuh salahin juga songebob yang mulai duluan." Kilah Silva
memanyunkan bibir yang tidak terima disalahkan.

45
"Hahaha... tambah cantik kalau manyun gitu. Tuh mang Dodi dah dateng cepetan samperin. Gue
balik dulu. Bye."

"Hati-hati!"

Setelah kepergian Naomi, Silva menghampiri supirnya yang dibilang Naomi tadi sekarang menunggu
di luar gerbang.

****

Seorang lelaki tampan dengan handuk sepinggang baru saja keluar dari kamar mandi. Tampak air
mengalir diwajahnya dari rambut yang basah. Lalu menyugar rambutnya ke belakang dengan jari.
Karena itu terlihat sangat menggoda. Jika para perempuan melihat, dijamin teriak histeris dan bisa-
bisa juga dibuat pingsan.

Saat ini apartemennya sudah sepi. Dua sahabatnya tadi sudah pulang dari satu jam yang lalu.
Kemudian Ben menuju lemari baju, lalu mengambil kaos dan celana pendek santai. Setelah berganti
Ben menuju ke dapur buat memasak. Jangan ragukan lagi, jika Ben pandai memasak. Bakat yang
didapat itu menurun dari papanya. Sekarang saja untuk restoran papanya yang berdiri ada 3 resto.
Sedang 2 resto masih dalam tahap pengembangan. Jika ditanya kaya, jangan salah lagi ya.

Malam ini Ben memasak nasi goreng cumi pedas. Ketika ditengah berkutat mulai masak tiba-tiba
hpnya berbunyi. Lalu dilirik siapa yang meneleponnya.

"Halo Pa.?"

"..aaa.."

"Nasi goreng cumi pedas, mau pa?"

"..aaa.."

"Tenang, nanti aku kirimi fotonya."

"..aaa.."

"Hahaha"

"..aaa.."

"Hem"

"..aaa.."

"Baiklah"

Setelah selesai telepon dengan papanya. Ben sudah menyelesaikan masakannya, lalu bersiap buat
makan. Namun ditengah makan tiba-tiba kepikiran gadis itu. Merasa aneh dengan dirinya, Ben hanya
menyungging senyum tipis.

****

46
"Assalamualaikum ma."

"Waalaikumsalam, loh papa kok tumben pulang cepet. Gak biasanya jam segini udah pulang." Tanya
mama Sarah karena heran.

"Yah sengaja. Kangen mama, jadi pulang awal." Goda papa Rafi sambil mengedipkan sebelah mata.

"Papa jangan menggoda mama ya. Mama gak akan mempan lagi sama recehan papa." Kesal mama
Sarah.

"Ish mama-...”

"Masih sore juga mesra-mesraan di tempat umum. Bikin mata Naomi ternodai aja." Celutuk Naomi
yang baru datang.

"Sore apanya, ini sudah hampir 7 malam. Mati ya jam tangan kamu!" Sarkas mama Sarah.

Mama Sarah melototkan mata dan mengulurkan tangan buat mengkode Naomi apa yang seharusnya
dilakukan. Seakan mengerti maksud mamanya Naomi nyengir dan mendekat ke orangtuanya.

"Assalamualaikum Pa, Ma. Naomi sudah pulang." Sambil mengecup kedua tangan orangtuanya
dengan takdzim.

"Anak zaman sekarang lupa adab. Yang diingat drakor aja,, sampai mewek-mewek." Sindir mama
Sarah.

"Ih. Mama?? Kaya tidak pernah muda aja sukanya apa." Sahut Naomi.

"Sudah dong. Papa dicuekin nih.?" Cemberut papa Rafi.

Naomi dan mama Sarah yang melihat muka manyun papa Rafi langsung tertawa. Bagi mereka papa
Rafi sangat imut jika sedang marah gitu. Papa Rafi yang melihat itu merasa sangat bahagia. Tawa
merekalah yang selalu membuat lelah itu hilang seketika.

"Oh iya papa hampir lupa, besuk kita makan malam diluar. Papa sudah ada janji sama teman papa.
Sayang, kamu dandan yang cantik besuk. Biar calon mantu tersepona." Goda papa Rafi.

"Apa?" Naomi melototkan matanya.

"Ca-calon suami?" Gugup Naomi lirih. Dia tidak pernah berpikir jika perjodohan itu akan dilakukan
secepat ini. Naomi hanya merasa belum siap aja. Tapi juga tidak punya kekuatan untuk menolak.
Papanya hanya membalas dengan senyum dan mengusap rambut panjang Naomi.

****

Kampus Harapan masih terbilang sangat sepi. Mahasiswa yang sudah datang bisa dihitung dengan
jari. Tiga orang cewek lagi menunggu seseorang sebagai target empuknya. Siapa lagi itu kalau bukan
Bella's genk.

"Bel, yakin kita tidak kena masalah nantinya?" tanya Dina yang sedikit kawatir.

47
"Udah deh Din. Kita gak bakalan kena apapun. Mumpung masih sepi, kita manfaatin nih waktu."
Enyel Rani.

"Bener banget. Gue udah gatal pengen balas rasa malu gue karena ulahnya kemarin." jawab Bella
dengan berapi-api.

"Eh, tuh liat. Target datang!" Kata Rani dengan semangat menunjuk seorang gadis.

Sementara Naomi yang baru datang, berhenti memarkirkan montornya lalu melepas helm. Setelah
beranjak dari montor, Naomi berjalan ke arah perpus dengan melamun karena penasaran siapa
cowok yang akan dijodohkannya. Dia tidak tau jika bahaya mengitainya. Tiba-tiba sebuah kaki
menjegalnya ketika berjalan.

BRUUUKK

Naomi jatuh tersungkur dan kepalanya berdarah karena kejedot pot semen yang ada didepannya. Tak
hanya itu, Bella's genk juga melepari Naomi dengan telur dan tepung.

"Itu belum seberapa. Berani lo sama gue kelar hidup lo. Dan jangan pernah caper kepada Ben, calon
TUNANGAN GUE!" Kata Bella menekan kata tunangan ke Naomi. Apa yang Bella lakukan ini bukti
bahwa bukan rasa suka lagi, melainkan obsesi.

Setelah Bella's genk pergi, seorang mahasiswi yang melihat itu membantu Naomi.

****

Orangtua Naomi melihat kepala anaknya yang diplester menjadi kawatir. Mereka menawarkan untuk
membatalkan acara makan malam ini. Tapi Naomi menolak, ia tidak mau mengecewakan
orangtuanya dan juga tidak ingin penasarannya tertunda.

"Bagaimana sayang?" Tanya mama Sarah sekali lagi.

"Naomi gak pa pa ma. Udah siap dandan cantik juga nih?" Jawab Naomi memberikan ketenangan
kepada mamanya.

"Ya udah kita berangkat sekarang ya" ajak pak Rafi kepada istri dan anaknya.

Keluarga Wijaya berangkat menuju restoran tempat tujuan malam ini. Sesampainya nampak sebuah
keluarga sudah menunggu di meja tempat janjiannya.

"Selamat malam, maaf sudah membuat anda menunggu Tuan Anderson." Sapa papa Rafi ke keluarga
Anderson sambil menyunggingkan senyumnya.

"Selamat malam juga tuan Wijaya. Mari silahkan duduk. Kami juga belum lama." Balasnya dengan
ramah.

"Malam jeng Sarah. Wah semenjak pindah kita belum pernah ketemu lagi ya jeng." Sapa bu Susan.

"Malam juga jeng Susan. Anda semakin cantik berseri ya." Goda bu Sarah.

"Hahaha, anda pandai sekali ya jeng merayu." Jawab bu Susan dengan salting. Tiba-tiba pertanyaan
pak Adam mengalihkan perhatianperhatian semua orang.

48
"Oh iya. Dimana putri anda tuan wijaya?" Tanya pak Adam belum melihat anaknya pak wijaya.

"Nah, itu dia." Tunjuk pak Rafi ke putrinya Naomi yang sedang berjalan mendekat ke arah meja.
Hingga semua menatap ke arah yang ditunjuk pak Rafi. Ben yang tau jika gadis itu Naomi terkejut
tapi masih nampak tenang. Karena penampilan Naomi malam ini sangat anggun.

'Cantik' gumam Ben dalam hatinya.

"Malam om, tante maaf ter.." ucapan Naomi terpotong karena melihat Ben ada disana dan sekaligus
ucapan Naomi tadi menyadarkan lamunan Ben.

"Kamu.."

49
Chapter 12

BIKIN MALU

"Kamu kutub es! Ngapain disini!"

"Eh.. maksut aku manusia kulkas!" Naomi langsung membekap mulutnya. Dia menyadari apa yang
dia katakan itu sudah didengar banyak pasang telinga dan dilihat banyak pasang mata.

'Duh nih mulut kenapa lagi bisa nyeplos tak terkendali. Bikin malu aja' monolog Naomi dalam
hatinya.

"Hahaha" seketika tawa semuanya pecah mengalihkan keterkejutan Naomi kecuali Ben yang masih
datar-datar aja.

"Kamu benar sekali sayang, emang anak om ini seperti kulkas berjalan. Ayo silahkan duduk dulu."
Kata pak Adam membela Noami. Baginya Naomi sangat lucu sekali dan gadis pemberani menurutnya.

"Baru kali ini lo, tante tau ada cewek yang tidak langsung klepek-klepek sama pesona anak tante yang
tampan ini." Goda mama Susan.

Memang selama ini jika Ben mengantar atau ikut acara orangtuanya banyak gadis memekik heboh.
Malah tidak hanya para gadis para ibu paruh baya juga turut terpesona sampai ada menggoda
putranya.

"Maaf ya Pak Anderson dan jeng Susan. Mulut anak kami sudah kurang ajar sekali. Naomi, minta
maaf ke nak Ben! Mama papa tidak pernah mengajari kamu seperti itu." Kata mama Sarah tegas
kepada anaknya. Meskipun orangtua Ben membela anaknya, jika itu menurutnya salah maka sebagai
orang tua harus meluruskannya.

"Hehehe, maaf om, tante mulut saya tidak bisa direm tadi." kata Naomi sambil berkata malu-malu.

"Tidak apa-apa sayang. Malah kita seneng lo ada cewek seperti kamu. Iya kan Ben? Langka lo?" Jawab
mama Susan sembari menggoda Ben. Ben hanya mengangkat alis satu dan pandangannya mengarah
ke mamanya.

"Sekarang minta maaf ke nak Ben juga dong? Sama calon suami tidak boleh begitu." Kata papa Rafi
mengingatkan.

'Apa? Jadi dia calon jodoh gue! Sudah kulkas ditambah drama ceweknya yang antimaenstrem lagi!
Hah, dicap pelakor gue nanti.' Monolog Naomi membayangkan masa yang akan datang. Begitu juga
dengan Ben bermonolog dengan dirinya dalam hati.

'Jadi cewek aneh dan ceroboh ini yang akan dijodohkan dengan gue. Tapi bagaimana mungkin aku
tidak menolak. Selama ini hanya Nana yang bikin aku berdebar. Tapi cewek aneh ini juga membuat
hatiku sama berdebarnya' gumam Ben dalam hatinya.

"Sudahlah Raf. Kasihan nak Naomi juga. Jangan diperpanjang lagi dong. Mereka mungkin punya
kesan romantis dengan pertemuan sebelumnya.”

50
"Biar dia minta maaf ke calon suaminya dulu dam."

Naomi yang mendengar perintah papanya mau tidak mau harus melakukannya. Toh dia yang sudah
tidak sopan.

"Ka-k maaf sudah tidak sopan." Lirih Naomi,

"Hem" satu kata itulah yang keluar dari mulut Ben.

'Dasar cowok kulkas tetep aja kulkas.' Gerutu Naomi dalam hatinya.

Pandangan mereka masih saling bertemu cukup lama. Seolah mencari kebenaran untuk masa yang
akan datang. Para paruh baya yang menyadari itu mereka tersenyum bahagia. Mereka mengira jika
keduanya saling tertarik. Nyatanya kedua orang itu memikirkan lanjut atau tidak.

"Kelihatannya sudah tidak sabar buat dinikahkan." Celutuk papa Adam menggoda keduanya. Mereka
berdua langsung membuang mukanya ke arah lain.

Kemudian pelayan datang membawa pesanan makanan mereka.

"Sepertinya kita makan aja dulu dam. Aku sudah sangat lapar melihat kisah anak muda.”

"Hahaha. Kamu benar sekali. Mari semuanya, selamat makan."

Beberapa menit berlalu hanya terdengar suara denting sendok yang menyatu dengan piring. Tampak
semuanya menikmati makan malamnya dalam diam. Setelah selesai, barulah rencana perjodohan ini
dibahas bersama. Ben dan Naomi merasakan kebahagian kedua orangtuanya menjadi tidak tega buat
menolak. Padahal sebelumnya ada niat keduanya untuk menolak perjodohan ini. Tapi keduanya tidak
mampu untuk berkata tidak. Mereka akan mencoba mengkhlaskan perjodohan ini.

"Setelah ini kamu anterin nak Naomi pulang ya sayang. Kita para orang tua masih mau quality time.
Lagian besuk kalian masuk kuliah. Hitung-hitung sebagai pedekate awal." Kata mama Susan yang
berusaha mendekatkan mereka.

"Bawa mobilnya jangan ngebut-ngbut Ben! Ingat jaga calon menantu papa dengan baik. Jangan
menyakitinya."

"Baiklah" jawab Ben singkat.

"Naomi kamu juga tidak boleh seperti tadi. Nak Ben punya nama yang tampan seperti orangnya.

Masa kamu memanggilnya dengan tidak pantas. Dia juga calon suami kamu. Jadi hormatilah." "Iya

Pa."

Ben yang merasa jika pembicaraan ini selesai maka pamit kepada orangtua dan calon mertuanya.

"Pa, ma Ben pulang dulu. Om tante Ben pamit duluan. Semoga acara quality time kalian
menyenangkan." Kata Ben mengerti maksud para orangtua jadi dia menekankan kata quality time.

Kalimat terpanjang Ben malam ini, membuat Naomi melongo tidak percaya. Jika julukan manusia
kulkas itu bisa bicara panjang lebar seperti itu maka akan menghapuskan. Senggolan mamanya
dilengan Naomi menyadarkan dari lamunannya.

51
"Oh iya. Kami pulang dulu."

Setelah pamit mereka jalan beriringan tapi karena langkah Ben yang lebar membuat Naomi kesulitan
mengikutinya. Hingga membuat Naomi setengah berlari. Meskipun begitu langkahnya sulit karena
memakai hak tinggi. Ben yang menyadari itu, akhirnya berhenti menunggu. Naomi yang kurang fokus
dia menabrak sesuatu keras didepannya.

Ternyata setelah mendongak dan menatap ke arah depannya ternyata tubuh milik Ben.

'Gila itu tubuh apa batu. Keras banget uuyy'

Naomi diam mematung melamunkan tubuh Ben. Tiba-tiba keningnya tanpa sadar disentil oleh Ben.

"Aaww" pekik Naomi

"Kenapa disentil? Sakit tau." Naomi memanyunkan bibirnya karena kesal.

"Mesum" kata Ben dengan senyumnya tipis sekali.

'Lucu juga ternyata lo cewek ceroboh.' Batin Ben.

Kemudian Ben pergi duluan meninggalkan Naomi yang masih diam mematung. Semburat merah
dipipi Naomi nampak seperti tomat.

'Duuhh, bisa stalker pikiran kali tu orang'

Naomi yang merasakan Ben sudah jalan jauh, dengan segera menyusul dia.

"Tuh orang jalan pake apa sih? jadi cowok gak peka banget. Main tinggal-tinggal aja.”

****

Sementara di rumah mewah keluarga Margantara terlihat sepi. Beberapa menit kemudian tampak
mobil sport merah berhenti. Gadis cantik fasionable, putih serta tinggi keluar dari mobil itu. Terlihat
sepi ketika memasuki rumah dan tampak seorang pelayan menghampirinya.

"Siang nona muda"

"Mama kemana?" menghiraukan sapaan pelayan dan balik bertanya.

"Sepertinya nyonya ada di ruang tengah nona. Mau disiapkan makan atau mandi dulu nona?"

"Tidak perlu."

Bella langsung pergi menuju ruang tengah untuk menemui mamanya. Ya nona muda Margantara tadi
tidak lain Bella Rosi Megantara. Keluarga Anderson dan Margantara kenal dengan baik sebagai
patner bisnis. Hingga saat ini pun masih melakukan kerja sama.

"Malam mama"

Bella menyapa mamanya lalu mendudukan disofa dekat mamanya. Sedangkan mamanya yang lagi
menonton tv dan merasa dipanggil langsung menoleh ke arah suara.

52
"Hai sayang, baru pulang. Darimana tadi? Kenapa lesu begitu." Tanya mamanya dengan berbagai
pertanyaan.

"Mama seperti wartawan saja." Kesal Bella dengan memanyukan bibirnya dan bersedekap dada.

"Haha. Okay, mama minta maaf ya sayang?"

"It's ok. Bella kesini ada sesuatu yang mau diomongin ke mama."

"Apa?"

"Mama tau Ben kan?"

"Ben siapa sayang?" Tanya mamanya yang belum ingat dengan Ben.

"liih. Ben yang kemarin ma. Anak tante Susan yang ikut nganter mamanya di acara arisan mama."
Jawab Bella dengan semangat dan antusias.

"Oh Ben anaknya jeng Susan. Why? Jangan bilang kamu naksir sama dia?" Selidik mama Mira ke
putri semata wayangnya.

"Dan kenyataannya seperti itu. So, bantu aku untuk dapetin dia ma. Bagaimana pun caranya!"

Mamanya berpikir sejenak, lalu menjawab anaknya

"Ok. Apa sih yang tidak buat putri mama tersayang. Mama ada ide, sini?”

”...”

53
Chapter 13

PULANG BARENG

Di parkiran mobil restoran Nusantara seorang laki-laki sedang menunggu gadis yang nampak
berjalan menuju kearahnya. Dia terus mengamati gadis itu yang terlihat sedang mengomel ketika
berjalan. Dimatanya sangat lucu dan wajah kesalnya tidak mengurangi kadar kecantikannya.
Akhirnya senyum tipisnya lolos juga dari bibirnya. Ketika si cewek sudah semakin dekat, dia
memasang wajah datarnya kembali.

"Lelet"

Setelah berkata seperti itu, dia langsung masuk ke mobil bagian kemudi. Ben seakan menghiraukan
Naomi yang semakin tambah kesal. Naomi terlihat jelas sedang menggerutu dari bibirnya yang
nampak komat kamit.

"Dasar cowok nyebelin. Udah wajah kek kulkas, robot dan batu lagi. Tuh orang pantesan dijodohin!
gak laku kali ya. Duh gimana hidup gue nanti ya Tuhan? Sanggupkah aku? Lagi pula gue tadi kan
tidak bisa menolak juga, tapi melihat kelakuannya bikin gue bejek-bejek tuh orang. Lalu pengin gue
masukin tuh daging ke kandang buaya! Beserta organ-organnya." Gerutu Naomi sepanjang jalan tol.

Tiba-tiba kaca mobil samping kemudi terbuka bersamaan suara bariton membuat Naomi tersentak.

"Masuk atau Tinggal!"

Hanya kata itu yang keluar dari mulut Ben, tapi sudah membuat Naomi menjadi mendelik. Dengan
rasa kesal yang masih membara, akhirnya Naomi tetap masuk ke mobil. Dia menyadari tidak
membawa tas beserta hpnya. Keinget jika semuanya tertinggal di mobil papanya karena buru-buru
pergi ke toilet. Segera mungkin Naomi naik mobil, tidak mungkin jika harus balik sendiri sedangkan
tangan kosong. Lagian sudah malam juga, takut ada tindak kejahatan. Kalau balik ke orangtuanya
takut banyak pertanyaan yang akan ditanyakan nantinya.

"Aish,, sudahlah. Masuk aja dari pada ribet nanti."

Naomi memilih duduk di kursi belakang. Tidak mungkin dia bersebelahan dengan manusia kutub itu.
Ben yang melihat itu langsung memberi perintah Naomi seakan tidak boleh tolak.

"Pindah depan!”

"Hiiihhh.. nyuruh-nyuruh emang siapa."

Meskipun menggerutu Naomi tetap menuruti perintah Ben untuk pindah duduk di depan. Dia yang
masih merasa kesal, menutup pintu dengan sedikit bertenaga. Lalu duduk dengan bersedekap dada
dan memanyukan bibirnya.

Ben menyunggingkan senyum tipisnya lalu melajukan mobil meninggalkan restoran.

Tampak hanya keheningan di dalam mobil.

54
Tidak ada yang membuka obrolan antara keduanya. Naomi merasa jadi canggung bisa sedekat ini
dengan Ben. Meskipun tadi nampak berani dan sangat kesal. Mungkin karena jaraknya tapi entahlah,
membuatnya semakin gugup aja. Begitu juga dengan Ben menjadi gugup. Tapi kalau dia masih
tertutup dengan sifat cuek dan datarnya. Jadi tidak terlihat dari raut wajahnya.

Cukup lama keheningan itu, untuk menghilangkan rasa gugup dan canggungnya akhirnya Ben
membuka obrolan.

"Kenapa?"

"Hah" jawab Naomi dengan wajah cengonya. Naomi balik tanya karena tidak mengerti apa
maksudnya dari Ben.

"Apa?"

"Jidat" tanya Ben masih datar dan cuek.

"Oh ini. Kejedot pintu" Jawab Naomi bohong. Tidak ada respon lagi dari Ben buat Naomi jadi kesal
dan menggerutu dalam hatinya.

Tuh orang aneh banget. Bisa juga perhatian walau dikit sih. Eh salah! Bukan perhatian lagi itu
namanya tapi kepo. Tanya-tanya doang, nyatanya dah dijawab dianya lanjut diam aja kaya patung.
Dasar cowok es. Pengen bakar biar cepet mencair.'

Setelah beberapa menit berlalu mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Wijaya. Ben melihat
rumah Naomi sebelas dua belas dengan rumah orangtuanya. Hanya saja untuk halaman rumahnya
lebih luas dari rumah Naomi. Tapi yang membuatnya heran, kenapa jika dikampus hanya naik motor
dan pakaiannya juga sederhana. Tapi melihat penampilan untuk malam ini sangat fasionable dan
cantik. Semakin lama menatap Naomi membuat hatinya berdebar. Ben yang merasa itu hanya
menepis, menganggap karena sedekat ini.

'Nana maafin aku, sudah mengagumi cewek aneh ini.' Kata Ben lalu mengusap wajahnya dengan
kasar. Naomi yang melihat Ben sedikit frustasi merasa heran. Mau bertanya tapi diurungkan. Takut
dikira cari perhatian nantinya.

"Makasih" kata Naomi langsung turun dari mobil.

Naomi langsung masuk rumah tanpa memberi tawaran mampir untuk Ben. Ben langsung melajukan
mobilnya meninggalkan kawasan Wijaya.

****

"Eh kenapa jidat lo Nom?" Tanya Silva penuh penasaran.

"Oh ini. Kemarin ke jedot pintu kamar mandi." Kata Naomi bohong.

Hari ini kening Naomi masih pakai plester karena lukanya belum kering. Ketika mengingat luka
Naomi ingat dengan manusia kulkas kemarin. Tapi Naomi juga harus berhati-hati lagi karena si Bella
itu cewek gila. Kapan aja dia bisa mengulangi kejahatannya lagi. Apalagi sekarang dia dijodohkan
dengan Ben. Bisa dipastikan makin menjadi bruntal deh.

"Oh. Tapi-.."

55
"Hai. Boleh gabung?"

Silva yang kalimatnya terpotong seseorang lalu melihat yang datang siapa langsung terdiam
setelahnya pasang pesona.

"Boleh banget kak. Duduk aja sini." Jawab Silva antusias dengan menepuk bangku sebelahnya. Zidan
masih menunggu jawaban dari Naomi.

Namun tiba-tiba ada seseorang yang baru datang langsung duduk di samping Naomi.

"Gila kalian! Ngantin gak ajak-ajak gue. Katanya ke toilet ternyata udah nongkrong disini aja." Gerutu
Bobi yang baru datang.

"lih. Napa sih lo datang juga. Bikin good mood hilang aja deh." Kata Silva bersungut-sungut nampak
terganggu dengan kehadiran Bobi.

"Lo i-..."

"Udah dong jangan debat terus. Kak maaf ya mereka emang suka gitu. Kaka duduk aja." Kata Naomi
tidak enak dengan Zidan lalu mempersilahkan duduk dulu.

"Iya. maafin ya kak. Gara-gara lo tu spongebob ganggu suasana aja!"

"Terimakasih ya. Btw kalian seru juga ya." Kata Zidan dengan curi-curi pandang ke Naomi.

'Padahal gue pengennya dekat Naomi. Tapi gak apalah, bisa liat sedekat ini aja gue seneng kok.' Batin
Zidan.

"Kita emang kaya gini Kak. Hahaha.. malah banyak berantem. Teman rasa musuh keknya kak." Kata
Silva begitu antusias.

"Tapi melihat kalian itu bikin happy kok. Tidak ada kalian berdebat sehari saja kayaknya sepi." Puji
Zidan dengan senyum manisnya.

Duh. Kak Zidan manis banget deh kalau senyum gitu. Silva lho harus jaga sikap, biar kak Zidan gak
ilfil nih.' Batin Silva.

'Kak Zidan emang manis banget kalau tersenyum seperti itu. Duh Naomi, lo gak boleh suka. Inget lo
udah dijodohin sama manusia kutub. Jadi jangan berharap lebih ke laki-laki lain.' Monolog Naomi
dalan hati.

"Beneran sepi banget apalagi kalau tidak ada gue bro. Eemm.. Lo udah ada cewek atau pacar belum?"
Tanya Bobi to the point karena menyadari jika Zidan diam-diam memperhatikan Naomi.

"Belum ada sih. Btw ada cewek yang gue suka dan gue masih pedekatein." Jawab Zidan dengan binar
mata bahagia.

Naomi yang mendengar itu sedikit bersyukur. Karena dengan itu bisa tau kalau Zidan tidak
menyukainya. Bagaimanapun mereka akhir-akhir ini bisa dekat dan ada ketertarikan meski tak
terungkap. Tapi siapa cewek yang disukai kak Zidan ya batin Naomi.

56
'Aaaa. Jangan-jangan kak Zidan mau pdkt dengan gue lagi. Duh,, gue harus gimana ya.' PD Silva
dalam hatinya.

Akhirnya mereka makan dan minum pesanan masing-masing. Terlihat ramai dengan bercerita dan
bersenda gurau. Ulah Bobi dan Silva membuat mereka tertawa kocak. Tanpa sadari banyak pasang
mata yang terganggu dengan tawa mereka.

Tampak di pojok kampus, tiga cowok tampan itu sejak tadi sudah menjadi tatapan mendamba dari
para perempuan. Hal itu sudah biasa bagi mereka bertiga. Karena emang mereka sangat tampan.
Bikin siapa aja yang memandang betah dan tidak ingin mengalihkan pandangannya.

"Anjir. Liat noh si Zidan mepet terus ke calon gebetan gue." Kesal Rio sambil makan dengan lahap tak
beraturan.

"Mana nyet?" Kepo Devan.

"Heh. Sejak kapan lo manggil gue kaya gitu? Bedebah ni anak."

"Lo kali yang anak-anak. Gue abang ganteng keles

”...”

"Diam! ribut mulu!" Nada dingin itu menghentikan keributan keduanya.

Kantin kampus harapan hari ini memang ramai

sekali. Ben dan dua temannya sudah nongkrong di pojok sejak tadi. Mata Ben diam-diam melirik ke
arah Naomi dan teman-temannya. Mereka nampak tertawa dan bergurau bersama. Apalagi melihat
Zidan juga ada disana. Semakin membuat hatinya tidak suka. Entah perasaan apa yang sebenarnya.
Akhirnya Ben pergi begitu saja tanpa bicara kepada dua sahabatnya.

"Wah, si boss marah tuh?"

"Kenapa tiba-tiba Ben sensi ya,?"

57
Chapter 14

CEMBURU

"Kenapa Ben tiba-tiba Ben sensi ya?"

"Mungkin dia lagi PMS kali." Kata Devan santai sambil mengedikkan bahunya.

"Teman gak ada akhlak lo. Inget Ben itu cowok apa lo lupa. Masa dia PMS!" Kata Rio dengan suara
cemprengnya.

Rio yang membahas PMS membuat semua mata memandang ke arah mereka berdua. Tanpa rasa
malu justru Rio memanfaatkan itu untuk tebar pesona ke cewek-cewek. Devan yang jengah dengan
sifat Rio akhirnya lebih memilih menyusul Ben pergi. Hal itu membuat Rio terlihat kesal tapi tetap
menyusul Devan pergi.

"Heh, monyet! Main pergi aja lo. Gue sunat lagi lo biar tak bisa jalan." Teriak Rio dengan kesal.

Meskipun kesal begitu sifat playboy Rio tetap melekat. Ketika sambil berjalan mengejar Devan dia
masih sempat-sempatnya menggoda cewek.

"Hai, kamu cantik banget."

"Hai, kamu baju pink. Sangat manis."

Mereka yang digoda Rio menjadi histeris. Meskipun tau jika Rio playboy, tapi tetap saja bagi mereka
pesona Satrio Aditama membuatnya klepek-klepek.

'Duh, Rio sweet banget sih'

Tolong dong ambilin aku stok nafas. Sesak nih dapat sarangheo dari Rio'

'Kapan lagi disapa cowok ganteng seperti itu'

'Rio aku tetap padamu??"

'Bikin ngiri gue aja. Kapan bisa disweetin Rio seperti itu'

Itulah beberapa kalimat dari para cewek yang digoda maupun tidak oleh Rio. Hal itu tak luput juga
terdengar oleh Naomi dan temannya.

"Gue juga lebih ganteng dari tuh senior gatel. Bener kan nom?" Kata Bobi meminta persetujuan
Naomi.

"Bener. Tapi kalau diliat dari lobang sedotan.” Kata Naomi menimpali ucapan Bobi.

"Ha ha ha." Tawa Naomi dan Silva akhirnya pecah melihat bibir manyun Bobi. Wajah tengil dan
tubuh kekarnya sangat tidak cocok jika berekspresi seperti itu.

58
"Kasian deh lo songebob. Makanya jangan sok kegantengan jadi cowok. Jadi orang tu jangan
berekspetasi tinggi. Lihat kan sekarang! Kenyataan lebih menyedihkan." Ejek Silva penuh
kemenangan.

"Apa sil lo nyil. Sok banget gaya lo nasihatin gue!" Kata Bobi masih dengan kesalnya.

Sekarang mereka hanya duduk bertiga. Zidan pergi setelah beberapa menit dari Ben. Dia mendadak
pergi karena ada sesuatu yang harus segera diselesaikan. Mengingat jika dirinya sebagai seorang
wakil ketua aktivis dikampus.

****

"Halo ma, kenapa?"

"Mama sudah hubungi jeng Susan suruh Ben buat nganterin kamu sayang. Jadi jangan sia-siain
kesempatan ini!" Peringatan mama Mira kepada anaknya.

"Ahh bener begitu ma. Love you ma. Bella akan manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya."
Jawab Bella penuh antusias.

"Ya udah. Mama tutup ya telfonnya. Bye sayang."

"Ok ma. Bye juga. Thanks mom."

"Ok dear"

Setelah itu Bella teriak histeris karena bahagia. Dina dan Rani jadi heran melihat Bella seperti itu.

"Bwt, ada apa sih Bel? Kepo nih kita kenapa lo bahagia banget." Ucap Dina dengan penasaran.

"lya nih. Crita dong Bel." Sambung Rani. Bella sejak menerima telfon dari mamanya terus saja
menyunggingkan senyumnya.

"Gue nanti pulang bareng Ben." Jawab Bella dengan sumringah.

"Serius??"" Kompak mereka berus dengan wajah kurang percaya.

"Liat aja nanti. Yuks girls kita ke kelas dulu." Ajak Bella dengan penuh semangat.

Dina dan Rani yang melihat itu masih kurang yakin. Mereka masih penuh dengan tanda tanya.
Akhirnya mereka tetap mengikuti Bella menuju kekelasnya.

****

Mata kuliah hari ini rata-rata selesai diwaktu yang sama untuk antar kelas. Bella penuh semangat
sudah menunggu Ben di depan kelasnya. Akhirnya beberapa menit kemudian tampak kelas Ben mulai
keluar. Bella tidak lupa mempercantik penampilannya agar Ben bisa tertarik dengannya.

"Hai Ben. Maaf gue menunggu lo disini. Btw lo dah tau kan kalau kita pulang bareng?"

"Hem" jawaban datar dan cuek dari Ben.

59
"Eh ayang Bella yang paling cantik. Nungguin bang Rio pulang ya. Uhh. So sweet banget." Kata Rio
dengan gombalannya.

Bella merasa kesal setiap mau berdekatan dengan Ben. Selalu aja ada yang mengganggu waktunya.
Meskipun Rio itu tampan, bagi Bella tetap Ben segalanya. Namanya juga Bella sudah terobsesi dengan
Ben. Sekalipun dikasih seratus cowok ganteng, pilihannya ya tetap Ben.

"Udah yuk Ben. Kita cabut aja ya. Malas banget harus berurusan dengan kodok kaya gitu." Kata Bella
sambil menarik lengan Ben untuk pergi dari hadapan Rio dan Devan. Ben segera menyingkirkan
tangan Bella. Tapi Bella kembali melingkarkan tangannya dilengan Ben. Bella juga semakin
mempererat memegang lengan Ben. Ben jengah dengan sikap Bella, kalau kasar takut ngadu ke
mamanya. Karena mamanya sudah berpesan untuk berbuat baik kepada anak dari teman mamanya
itu.

Sementara Rio yang melihat itu semakin tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan.

"Heh, ayang Bella jangan tinggalin abang Rio dong.!" Teriak Rio dengan lantang. Bella mengajak Ben
semakin menjauh dari Rio.

"Eh, si bos ada hubungan apa sih sama ayang Bella. Napa mereka bisa pulang bareng dan nampak si
bos juga tidak menolak." Penasaran Rio bertanya ke Devan.

Devan hanya mengedikkan bahunya. Dia merasa itu bukan urusannya. Meskipun Devan juga tidak
setuju jika Ben jadian dengan Bella. Tapi Devan percaya jika dibalik itu ada sesuatu yang mungkin
Ben tidak bisa menolak ajakan Bella.

"Gue cabut dulu." Kata Devan langsung pergi meninggalkan Rio yang masih dipenuhi dengan rasa
penasarannya.

"Heh. Lo main cabut aja. Mode on lagi lo kaya si boss. Kemarin lo sudah sembuh, kumat lagi kan
sekarang." Teriak Rio kepada Devan yang pergi pulang dulu. Devan terkadang bisa cerewet tapi juga
cuek dan pendiem kaya sekarang. Hal itu membuat Rio percaya jika Devan itu punya kepribadian
ganda. Karena sifatnya bisa berubah-ubah.

****

"Nom gue bareng lo aja ya." Pinta Silva sambil menaikturunkan alisnya.

"Kita kan gak searah Va. Emang mang Dodi kemana?" Tanya Naomi ke Silva.

"Bannya bocor, daripada gue naik grab atau taksi. Gue bareng lo aja ya. Nunggu dirumah lo."

"Kita tungguin mang Dodi aja deh Va. Gue temenin kalau lo takut. Kasian mang Dodi kalau misal
harus jemput lo di rumah gue." Kata Naomi.

"Ya udah deh gue nurut lo aja. Daripada naik grab atau taksi malas banget gue. Kalau dapatnya mas-
mas ganteng ya lumayan. Kalau bapak-bapak tambun genit, ampun deh." Kata Silva yang pernah
merasakan kejadian tak mengenakkan itu.

"Hahaha. Lo nya aja yang kecentilan kayaknya." Tawa Naomi disertai ejekan untuk Silva.

60
"Ihh lo jahat bener deh. Gue gak pernah kecentilan, emang bapaknya aja yang kegenitan." Kata Silva
dengan jijik jika mengingat-ingat kejadian itu. Dia langsung bergidik ngeri.

"Tungguin sini aja ya. Biar adem otak lo. Kelihatan ngempul kek asap panggang." Goda Naomi ke
Silva.

"Eh lo apa-...? Demi apa yang gue lihat itu halusinasikan?" Silva yang memotong ucapannya dan
ngelantur membuat Naomi heran.

"Lo kenapa sih? Kesambet?" Tanya Naomi yang masih asyik dengan hpnya.

"Tuh liat dong! Mak lampir bisa-bisanya deketin gebetan gue! Gak terima gue." Kata Silva dengan
berapi-api.

"Siapa sih?"

Akhirnya Naomi yang penasaran mengikuti arah pandang Silva. Terlihat Ben dan Bella tampak
berjalan bersama dengan tangan Bella bergelayut manja di lengan Ben.

'Dasar cowok kutub! Udah tau dijodohin sama gue. Masih aja juga jalan sama tuh cewek gila. Dasar
manusia kulkas palyboy. Katanya kemarin tidak punya pacar. Lah ini apa! Tuh juga cewek gila pake
nempel-nempel ke cowok kulkas' Geram Naomi dalam hatinya sambil meremas hp ditangannya.

Ben dan Bella berjalan semakin mendekat ke arah di mana Naomi dan Silva duduk. Mata Ben
bertemu dengan mata Naomi cukup lama saling berpandangan. Karena Naomi merasa kesal dia pura-
pura fokus lagi ke Hpnya dengan wajah kesal yang tersembunyi. Tapi hp yang diliat Naomi justru
kebalik. Ben yang melihat itu, langsung menyunggingkan senyum tipisnya. Lalu Bella dengan tatapan
sinisnya menatap Naomi dan Silva yang sudah berani menatap Ben dengan intens.

"Awas aja tuh nenek lampir. Sok kecantikan banget tu orang. Padahal muka dempul aja bangga."
Gerutu Silva penuh dengan rasa kesalnya. Silva menyadari jika Naomi menjadi diam dan tidak
merespon umpatannya. wajahnya terlihat kesal dan juga liat hpnya kebalik.

"Lo kok jadi diam. Kelihatan kesal gitu lagi, dan parahnya tuh liat hp lo kebalik masa gak sadar?"
sarkas Silva membuat Naomi sedikit gelagapan.

"A-apa sih. G-gak jelas deh lo!" Elak Naomi.

"Jangan bilang kalau lo juga naksir ke kak Ben dan cemburu?" Selidik Silva membuat Naomi
melototkan matanya.

61
Chapter 15

BELLA MENANG

"Jangan ngadi-ngadi deh Va. Siapa juga yang suka sama cowok kulkas kaya gitu." Kata Naomi sedikit
kesal untuk menyakinkan Silva.

"Tuh tadi, ngapain lo jadi gugup." Selidik Silva belum yakin dengan jawaban Naomi.

"Kapan?" Pura-pura Naomi mengelak pertnyaan Silva.

"Ngaku aja deh Nom. Kita kan temen, malah besti nih? Gue juga ikhlas kalau misal lo jadian sama kak
Ben. Kalian pasti sangat serasi jika jadian beneran."

Goda silva yang lagsung mendapatkan tatapan melotot dari Naomi.

"Apaa?? Jangan ngelantur deh lo va. Udah sana balik! Tuh jemputan lo dah datang. Gue mau pulang
duluan." Kata Naomi dengan rasa kesal karena sudah digoda oleh Silva. Dia langsung menuju ke arah
montornya lalu melajukan pergi meninggalkan kampus.

"Cie.. cie ada yang jatuh cinta nih?" Teriak Silva menggoda Naomi lagi yang sudah semakin jauh.

Setelah kepergian Naomi, tiba-tiba ada suara yang mengagetnya dari arah Belakang. Suaranya
terdengar familiar sekali membuat Silva menjadi berubah muram wajahnya.

"Siapa yang jatuh cinta?"

"Jangan-jangan lo ya nyil??? Inget lo masih kecil juga main cinta-cintaan. Ntar lo sakit hati jadi
nangis." Kata Bobi penuh dengan ejekan.

"Apaan sih lo! Datang-datang kaya jai langsung nyamber aja. Oh iya, inget ya spongebob. Gak usah
ngurusin percintaan gue. Urusin tuh hidup lo yang gak laku." Jawab Silva kesal dan langsung
meninggalkan Bobi yang masih diam belum menjawab ucapannya.

"Gue gini-gini banyak yang naksir kali nyil? Penggemar gue ada dimana-mana. Ngatain gue gak laku
lagi." Teriak Bobi ke Silva yang sudah mulai jauh dari pandangan mata. Silva yang mendengar itu
hanya membentuk jarinya sebagai isyarat OK.

"Lucu. Dulu awal lo polos sekarang cerewet minta ampun." Celutuk Bobi.

****

Terik matahari mulai terasa membakar kulit. Para pengendara dua ingin segera sampai ke tempat
tujuannya. Sedangkan mobil mercedez-benz hitam terlihat melesat membelah jalanan. Tampak
seorang laki-laki tampan sedang mengemudikan mobil tersebut. Namun, pikirannya tidak hanya
fokus ke jalanan tapi terbagi dengan pikiran lainnya. Dia mengingat gadis yang telah mencuri
perhatiannnya. Semakin dia mengelak untuk membuang pikirannya tentang itu maka semakin pula
bayangan gadis itu memenuhi pikirannya.

62
'Sh*t!!. Kenapa cewek aneh itu selalu muncul dibenak ini.'

Saat pikirannya terbagi, gadis cantik yang duduk manis disampingnya membuyarkan lamunannya.

"Em. Maaf ya Ben jadi ngrepotin kamu. Padahal gue tadi pengen bareng Dina atau Rani aja. Kalau gak
gitu pakai taksi. Tapi mama menelepon untuk bareng kamu. Dan juga atas permintaan tante Susan.
Gue jadi gak enak mau menolak." Cerocos Silva dengan gaya tak enak hati yang dibiat-buat.

"Hem" hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Ben. Meskipun pikirannya melayang lain, tapi dia
masih mendengar ucapan Bella.

"Btw. Mampir resto atau cafe yuks. Gue laper nih belum makan tadi di kampus." Belum sempat Ben
menjawab Bella sudah melanjutkan bicaranya.

"Ga ada penolakan ya. Titik. Nanti gue traktir, sebagai tanda terimakasih gue karna lo udah nganterin
gue. Nanti kita makan di cafe R&G ya. Seratus meter dari sini, trus sebelah kanan jalan." Kata Bella
dengan penuh semangat. Ben membalas hanya dengan anggukan kepalanya.

'Akhirnya, sebentar lagi gue bisa dapetin Ben. Tinggal sedikit lagi lo akan luluh dengan gue my prince
.' Monolog Bella dengan senyum liciknya.

Mobil Ben sudah sampai di cafe yang disebutkan Bella tadi. Sebelum beranjak Ben membuka pesan
dihpnya. Lalu segera turun diikuti oleh Bella. Ben ingin segera urusannya dengan Bella cepat selesai.
Mereka masuk dan memilih duduk di dekat cendela yang view sebelahnya adalah taman.

'Wah. Ben romantis juga ternyata. Gue yakin sebantar lagi pasti Ben akan ngungkapin perasaannya ke
gue. Gak nyangka bikin dia luluh secepat ini." kata Bella dengan girang dalam hatinya dengan penuh
percaya diri.

"Silahkan mbak mas dipilih menunya?" Kata seorang pelayan perempuan. Dia lalu memandang Ben
dengan tidak berkedip. Terlihat sekali jika dia sangat terpesona oleh Ben.

'Dasar perempuan gatel. Berani sekali lo liatin calon suami gue. Tanpa kedip lagi. Ciihh" umpat Bella
dalam hatinya.

Bella yang melihat itu langsung menjadi murka. Dia mengepal erat tangannya. Mungkin jika tidak
bersama Ben, dia sudah meledakkan emosinya. Tapi dia tahan, agar Ben tidak mikir jika wanita gak
baik.

"Mbak! Mbak! Kita mau pesan makanan yang recomanded di cafe ini." Kata Bella sambil melototkan
matanya ke arah pelayan tadi.

Pelayan itu seketika menjadi takut dan gugup karna sudah ketahuan menatap Ben.

"Oh. B-baik mbak. A-ada lagi?"

"Sudah!" Kata Bella dengan tajam.

"Si-silahkan ditunggu." Pelayan itu langsung pergi dari hadapan Ben dan Bella. Bella langsung
merubah ekspresi manisnya. Ben tampak hanya fokus pada hpnya, jadi tidak memperhatikan sekitar
karena malas.

63
Akhirnya setelah beberapa menit berlalu makanan datang. Bella tampak mengajak Ben berbicara
dengan berbagai obrolan. Meskipun Ben tidak menanggapi dengan benar. Seakan tidak goyah buat
Bella terus saja bercerita. Lalu tiba-tiba Ben berdiri membuat Bella heran.

"Loh ben. Lo mau kemana? Makannya kan baru satu suap?"

"Toilet" kata itulah yang keluar dari mulut Ben. Lalu dia beranjak pergi ke toilet dengan segera. Ben
menghiraukan jawaban Bella.

Setelah kepergian Ben, Bella tidak lupa memamerkan ke mama dan dua temannya. Untuk hari ini dia

merasa sangat menang sekali. Belum tau aja tuh Bella lagi jagain jodoh orang ya kan?. Hahaha. ****

"Maaf"

"Maaf"

Satu kata yang diucapkan secara bersamaan oleh dua insan berbeda jenis. Mereka tidak sengaja
bertabrakan karena sifatnya sama yaitu terburu-buru. Akhirnya mereka penasaran siapa dengan siapa
mereka bertabrakan. Rasa penasaran muncul ketika mendengar suara nampak tidak asing. Akhirnya
rasa penasaran itu terbayar ketika melihat satu sama lain.

"Lo!" Kata Naomi melototkan matanya karena kaget sudah bertabrakan dengan Ben.

Ben yang mendapatkan pelototan mata dari Naomi hanya mengangkat alis satu. Ben juga sama
terkejutnya dengan Naomi. Hanya saja wajahnya tampak datar dan cuek seperti biasanya.

'Dasar manusia tembok, kulkas, batu.. Haish.. susah buat mendefinisikannya. Dimana-mana dia tetap
aja tidak ada ekspresi.' Kata Naomi mengumpati Ben. Kemudian Naomi heran dengan keberadaan
Ben disini jadi sedikit kepo. Alhasil dia pura-pura kepo menuduh Ben.

"Lo ngapain disini? Nguntitit gue ya." Tuduh Naomi ke Ben.

Senyum smirk Ben tiba-tiba terlukis dibibirnya. Naomi yang melihat itu langsung terkesima. Ben yang
tau jika Naomi lagi melamun, dia hanya menggelengkan kepala lalu memilih untuk pergi dulu. Saat
Naomi sadar ternyata Ben sudah tidak ada dihadapannya. Hal itu membuat Naomi merutuki dirinya
sudah terpesona dengan Ben.

"Apa yang kamu pikirkan Naomi?? Sadarlah! Dia cuma cowok muka tembok dan playboy. Jangan
sampai lo jatuh hati. Inget! Jangan jatuh hati." Kata Naomi mengulangi kata-katanya yang akhir.

Di sisi lain tampak dibangku dekat cendela, seorang gadis saat ini merasa gelisah. Sudah setengah jam
berlalu orang yang dianggapnya spesial belum juga balik dari toilet.

"Duuhh. Ben kemana sih? Kok lama banget ke toiletnya. Gak mungkin kan dia ninggalin gue sendiri
disini." Kata Bella dengan penuh kecemasan.

Selang beberapa menit berlalu, orang yang ditunggunya nampak muncul dari arah pandang yang
masih jauh.

"Huuh. Ternyata dia gak ninggalin gue. Tampan sekali sih lo Ben. Hati gue rasanya mau copot lihat
gaya cool lo berjalan gitu. Aaaaaa" teriak histeris Bella dalam hatinya.

64
Tanpa sadar Ben sudah duduk dihadapannya. Hingga lamunan Bella menjadi buyar dan menyapa Ben
dengan senyum manisnya yang sangat dibuat-buat. Ben melihat itu jadi ilfill tapi pikirannya kembali
pada sosok yang ditabraknya tadi.

'Ngapain tuh cewek aneh dan ceroboh di sini? Sama siapa?”

65
Chapter 16

KEJUTAN MAMA 1

'Ngapain tuh cewek aneh di sini? Sama siapa?" Gumam Ben dalam hatinya.

'Ngapain juga gue mikirin tuh cewek.' Ben merasa sudah tidak waras aja. Dia membuang nafasnya
dengan berat, tapi rasa ingin tahunya semakin bertambah.

"Hai ben, lo baik-baik aja kan? Lo seperti kaya gelisah gitu?" Tanya Bella untuk mencari perhatian ke
Ben.

"Hm. Pulang sekarang."

"O-oh iya. Kita pulang aja. Gue juga udah pengen cepet balik."

'Ben kenapa kok kaya mikirin sesuatu gitu. Tapi ya udah deh, untuk sekarang gue harus jadi cewek
yang manis. Akan ku pastikan kita bersama my prince.' Kata Bella dalam hatinya.

****

"Hais. Kenapa si lo Nom. Gue liat dari tadi lo bete banget." Kata Mela sambil menyeruput kuah
makannya.

Ya, Naomi saat ini sedang makan bersama Mela. Mereka janjian akan makan bersama di cafe R&G.
Tadi pas menunggu jemputan supir Silva, Naomi sedang berbalas pesan dengan Mela. Niat hati juga
mau mengajak Silva buat dikenalin ke Mela. Tapi karena Silva tadi menggodanya, Dia jadi lupa akan
tujuannya. Baru keinget pas di jalan, jadi dia sempatin buat ketemu sahabatnya itu.

"Eh. Gak ada kok. Lagi mood jelek aja tiba-tiba." Kilah Naomi ke Mela.

"Btw. Mana temen yang kata lo sefrekuensi dengan gue?"

"Gue lupa ngajak. Gara-gara gak fokus ada cowok kulkas lewat." Jawab Naomi santai sambil liat
hpnya.

"Siapa? Jangan bilang lo suka sama dia?"

"Apaan sih lo Mel. Liat muka bete gue lo pasti dah ngerti kan?" "Muka lo

aja yang asem nom. Pasti tu cowok ganteng ya?" Goda Mela lagi.

"Ganteng apanya. Kaya Kulkas iya bener." Jawab Naomi sedikit kesal.

"Wah brarti tuh cowok cool kan. Uh pasti kaya oppa-oppa."

"Seratus lipat dibawah oppa-oppa. Lagian dia juga

66
”....”

Naomi diam sesaat, saat tabrakan dengan Ben kemarin dan hari ini juga. Dia baru mengingat jika
tubuh Ben terasa sangat keras. Cukup kekar batin Naomi. Wajah merah Naomi jadi memerah jika
megingat hal itu.

Tanpa sadar tangannya ditepuk ringan oleh Mela.

"Aapan sih ngageti gue aja lo Mel" gerutu Naomi ke Mela.

"Lo yang kenapa? Tuh muka jadi merah gitu. Ngomong juga gantung. Hayo lo mikirin apa?"

"Apa? Gak ada ya. Udah gue mau cabut dulu aja."

"Napa buru-buru banget sih Nom. Makan gue juga belum juga habis." Rengek Mela.

"Kalau gitu gue balik duluan. Banyak tugas." kilah Naomi untuk mengalihkan pertanyaan Mela.
Padahal dia tidak ingin Mela kembali menggodanya. Takutnya nanti keceplosan rencana perjodohan
dari orangtuanya.

Naomi masih ingin hal itu hanya kelurganya dan keluarga Ben yang tau. Naomi akhirnya pamit untuk
pulang dulu.

Sementara Mela masih menikmati makannya. Toh tadi dia ngajakin Naomi bertemu juga karna lapar.
Meskipun Naomi pulang dulu dia tetap adem ayem aja duduk dibangkunya.

"Boleh gabung?" Tanya seseorang menghentikan aksi makan Mela yang lahap.

Memandangi arah suara. Betapa terkejutnya dia melihat pangeran tampan dihadapannya.

'Mimpi apa gue semalem. Tiba-tiba pangeran dateng dihadapan gue.'

Mela masih diam mematung memperhatikan cowok didepannya. Cowok itu merasa jika Mela belum
menjawab bertanya lagi.

"Gimana? Boleh?"

"Oh. Si-silahkan" senyum kikuk Mela sangat terlihat jelas.

"Makasih" membalas dengan senyumannya. Lalu duduk di depan Mela tempat yang diduduki Naomi
tadi.

"Boleh kenalan?" Kata cowok itu sambil mengulurkan tangannya.

"Ah. Gu-gue Mela." Sedikit gugup.

****

"Assalamualaikum ma,"

"Wa'alaikumsalam sayang"

67
Naomi menghampiri mamanya lalu meraih tangan dan mencium punggung tangannya.

"Papa belum pulang ma?"

"Belum sayang. Katanya ada lembur tadi udah hubungi mama. Oh iya, mama pengen bicara sesuatu.
Mumpung teringat." Sambil tersenyum ke arah putrinya.

"Mau bicara apa sih mamaku yang cantik" Kata Naomi sedikit memuji mamanya membuat hati
mamanya berbunga.

"Mama sama tante Susan ada kejutan buat kalian." Belum sempat mama Sarah melanjutkan bicara,
Naomi yang merasa heran dengan satu kata.

"Kalian? Siapa?"

"Ya siapa lagi dong sayang kalau bukan kamu dan calon mantu mama?" Goda mama Sarah.

"Apaa??" Teriak naomi sedikit kaget.

"Napa sih kamu nak, jangan kaget gitu. Kalian kan bakal nikah, jadi mama dan tante Susan pengen
kamu lebih kenal dekat dulu. Jadi kita ada sesuatu buat kalian sayang." Kata mama Sarah penuh teka-
teki.

"Sesuatu apa sih ma?" tanya Naomi yang sedikit penasaran maksud mamanya.

"lih, anak mami gak sabaran ya ternyata. Udah kamu istirahat aja dulu. Namanya juga kejutan ya
tetap kejutan" Tawa puas dibibir mama Sarah telah membuat Naomi mati penasaran.

"Katanya kejutan, Nyatanya juga pake rahasiaan segala. Mama bikin bete aja deh." Gerutu Naomi
yang tengah kesal.

****

"Sayang hari ini motor kamu dipinjam mang Ujang pulang sebentar. Tadi mau naik ojek tapi mama
surih dia pake montor kamu aja. Katanya anaknya sedang demam. Buat nengokin bentar." kata Mama
Sarah sambil menyiapkan makan pagi.

"Ya udah nanti Naomi naik mobil juga bisa. Tapi kayanya lebih seru jika naik ojek ma." Jawab Naomi
antusias.

"Apa?. Gak ada ya naik ojek. Lagian kamu punya mobil juga jarang kepake. Nanti yang ada mesinnya
bermasalah lagi." Nasihat dari mamanya.

"Maaf Nyonya, di depan ada tamu?" Kata bi Inem yang menyela obrolan ibu anak tersebut.

"Oh sudah datang ya mbok. Sudah disuruh masuk kan tadi?"

"Enjih nyonya sudah. Sama permisi dulu kalau begitu." Kata bi Inem yang senyam-senyum sendiri
lalu sebelum pergi mengedipkan mata untuk Naomi.

"Bi Inem kenapa sih ma? Aneh banget senyum-senyum gitu." Naomi jadi bergidik ngeri.

68
"Udah gak usah urusin Bi Inem. Cepat sarapannya sayang. Jangan buat tamu menunggu lama. Mama
ke depan dulu." Kata mama Sarh menasehati Naomi lalu pergi ke depan.

"Siapa sih pagi-pagi sudah bertamu. Jadi penasaran nih gue." Naomi akhirnya menyusul mamanya ke
depan untuk melihat siapa tamu dan sekalian pamit berangkat.

Saat sudah sampai di ruang tamu betapa kagetnya Naomi. Siapa maksud tamu sebenarnya. Naomi
juga heran kenapa pagi-pagi sudah datang kesinii.

'Mau ngapain pagi-pagi kesini'

Itulah beberapa kata dalam benak Naomi yang ingin diutarakan.

Seketika suara mamanya membuyarkan pertanyaan-pertanyaan mengawang dibenaknya.

"Nah itu dia nak Ben. Sayang sini dong jangan mematung disitu" Akhirnya Naomi yang penasaran
kenapa cowok kulkas itu bisa berada disini langsung mendekat ke arah mamanya.

"Ya udah tante. Kita langsung pamit aja buat berangkat dulu. Takut nanti semakin mancet." kata ben
yang lembut dan penuh senyum. Kalimatnya juga sangat panjang yang baru didengar Naomi tadi.

"Eh..eh tunggu? Tadi lo- kamu bilang kita? Siapa maksudnya?"

"Kamu gimana sih sayang. Ya kamu dan nak Ben dong. Masa mama disuruh ngampus lagi bareng nak
Ben. Sudahlah siap-siap buat berangkat aja."

"Ya udah nak Ben. Terimakasih lo ya sudah mau jemput putri saya. Kalau dia nakal jangan sungkan-
sungkan buat menghukumnya." Kata mama Sarah.

'Mama apaan sih bicara seperti itu?' Batin Naomi.

"Tentu. Ya udah tante kita pamit berangkat ya" sambil mencium tangan mama Sarah.

Lalu disusul Naomi melakukan hal yang sama.

"Ayo." Ajak Ben ke Naomi.

'Gue gak salah denger nih dia ngajakin gue?'

"Ngalain masih berdiri mematung disitu. Tuh sudah di ajak nak Ben berangkat" membuyarkan
lamunan anaknya.

"I-iya maa." Naomi sedikit salah tingkah.

Naomi dan Ben akhirnya naik mobil meninggalkan rumah Wijaya.

"Dasar anak muda jaman sekarang. Gengsi banget masihan."

****

"Pulang?”

69
Chapter 17

KEJUTAN MAMA 2

"Pulang?"

"Apa? Masa baru berangkat udah mau pulang lagi. Lagian kalo misal lo gak ikhlas buat nganter. Gue
bisa naik ojek atau taksi. Lagian lo itu gak perlu repot-repot buat jemput gue. Nyeselkan jadinya. Gue
jadi berasa punya utang kalau sudah begini." Kata Naomi tanpa jeda, Ben terlihat tersenyum tipis.
Sebenarnya Ben ingin sekali tertawa keras, tapi nyatanya hanya dalam hatinya.

Naomi yang sedang menggerutu tampak sangat menggemaskan. Hingga akhirnya Ben memilih
bertanya lagi.

"Pulang jam brapa?" Tanyanya masih datar.

"Jadi lo tadi nanya kapan gue baliknya. Kalau tau begitu kenapa tadi irit banget ngomongnya. Jadi
bikin salah paham aja. Jangan-jangan lo sariawan ya? Makanya puasa ngomong!" celutuk Naomi.

Ben seperti pendengar setia, tidak mengelak sama sekali. Baru kali ini dekat dengan cewek yang
lumayan cerewet. Baginya, cewek itu ribet dan terbelit. Ditanya apa jawabnya bagaimana. Seharusnya
jika ada yang simpel kenapa harus pake yang rumit.

Setelah pembicaraan yang tiada jawaban tadi. Tidak terasa mobil Ben sudah dekat dengan kampus.
Naomi yang tadinya santai kini jadi gelagapan.

"Eh.. eh.. stop????" Teriak Naomi dengan kencang hingga Ben terkejut menjadi mengerem mendadak.
Untung aja mobil mereka berhenti di tepi jalan yang masih lenggang.

"Haahh. Sorry, gue turun sini aja. Btw terimakasih supir baru." Ejek Naomi lalu keluar dari mobil Ben
dengan segera. Dia takut jika nanti ada yang melihatnya. Karena belum siap untuk go publik jika
belum sah halal.

"Sh*t...Dasar cewek aneh. Untung gue mahir mengemudikan mobil. kalau tidak sudah nyungsep di
tiang listrik." Umpat Ben ketika Naomi sudah pergi. Ben teringat jika Naomi tadi memanggilnya
dengan supir, baru kali ini ada cewek yang tidak terpesona dengannya. Malah cewek itu menyamakan
dengan supir.

Tiba-tiba saja senyumnya mengembang dengan sempurna, membuat dirinya seratus kali lipat lebih
tampan. Untung tidak ada perempuan yang melihat. Jika ada mereka bisa meleleh atau malah dibuat
pingsan.

Akhirnya Ben melajukan lagi mobilnya dengan pelan, Naomi masih terlihat tetapi sudah jauh. Dia
hampir sampai digerbang karena dengan berlari kecil. Hal itu tidak luput dari pandangan Ben.

Ketika Naomi sudah masuk halaman kampus, ada cowok yang mendekati ke arahnya. Terlihat mereka
saling melempar senyumnya. Ben yang melihat itu menjadi merasa kesal dan emosinya tiba-tiba naik.

70
'Siapa tu cowok? Kenapa cewek ceroboh itu terlihat senang banget dekat dengan dia. Haish, kenapa lo
jadi gini sih Ben!. Inget! Lo harus cari Nana kecilmu yang sekarang entah dimana. Hanya dia yang lo
harapkan. Jangan mengharap dari wanita lain. Lo udah janji bakal bersama dengan dia selamanya.

Flasback on

"Kak Wira mau pergi jauh?"

"Iya. Kakak minta maaf. Kakak harus ikut mama papa pergi."

"Kakak jahat. Mau pergi ninggalin Nana sendiri. Hiks.. hiks.. hiks" Wira kecil yang melihat itu
menjadi ikut sedih. Tetapi keadaan tidak mungkin jika dia harus hidup terpisah dengan orangtuanya.
Dia juga masih sangat kecil.

"Nana jangan sedih. Kakak pergi tidak lama kok, nanti kalau kak Wira sudah balik lagi kita bermain
bersama lagi."

"Kak wira gak bohong kan?" Nangisnya terhenti ketika mendengar sebuah harapan yang terdengar
sangat pasti.

"Kakak janji. Kalau kita sudah ketemu lagi kita akan hidup bersama selamanya. Jadi Nana mau kan
nungguin kakak pulang terus main bersama lagi?"

"Iya Nana mau nunggu kakak." Jawab gadis kecil itu dengan semangat.

Mereka saling menautkan jari kelingking. Lalu melupakan kesedihan itu dengan bermain bersama
sebelum akhirnya mereka harus berpisah.

Flasback off

****

"Hai Naom??"

"Eh, hai kak Zi." Jawabnya dengan senyum manis.

"Kenapa tadi kaya lari-lari gitu?" Tanya Zidan penasaran.

'Duh, jangan sampek kak Zidan tau jika aku baru turun dari mobil si kulkas. Sebenarnya kak Zidan itu
spek cowok idaman banget. Tapi kenapa harus kulkas sih papa milihnya. Napa juga gue gak tolak
kemarin. Nasi sudah jadi bubur Naomi' batin Naomi.

"Nom. Hai? Kok malah melamun?"

"Ah iya.." Naomi sedikit tersentak.

"Maaf kak, tidak ada apa-apa. Tadi kakak nanya apa ya?" Tanya Naomi dengan senyum cengirnya.

"Hahaha. Lo lucu banget sih. Tadi gue cuma nanya napa lari-lari?" Mendengar kata lucu dari Zidan,
Naomi sedikit salah tingkah.

"Oh itu, takut telat masuk aja. Btw kakak baru datang juga?" jawab Naomi dengan senyum kikuknya.

71
"Iya, tadi liat lo lari-lari gitu"

"Kakak tau gue lari-lari mulai dari mana?" Tanya Naomi dengan cemas.

'Aduh, jangan sampai dia tau kalau gue bareng kulkas. Ku mohon Tuhan??? Dia jangan tau.' Harapan
Naomi dalam hatinya.

"Hei,,, Kenapa cemas begitu? Kaya ketahuan selingkuh aja." Celutuk Zidan sebagai humornya.

"Apa sih kak. Nyebelin deh." Kesal Naomi yang digoda Zidan.

"Hahaha. Udah jangan manyun gitu. Yuks ke kelas bareng.?" Ajak Zidan.

"Kita kan beda kelas kak. Kok ke kelas bareng?”Sanggah Naomi. Kemudian Zidan menjitak kepala
Naomi dengan pelan. Naomi mengaduh kesakitan.

"Aww. Kok dijitak sih kepala gue"

"Biar lolanya minggat. Maksud gue jalan menuju kelas bareng Naomi."

“Ow. Gue kira tadi..? Ya udah deh yuks kelas aja kak." putus Naomi mengajak Zidan daripada
menanggapi perdebatan tadi.

"Ayo jalan."

Naomi membalas dengan anggukan kepala dan senyumnya. Naomi tidak mungkin bersikap cuek atau
tidak menghargai kakak kelasnya itu. Karena perjodohan itu belum ada yang tau dan masih
disembunyikan. Jadi dia harus terlihat biasa saja seperti biasanya.

Sepanjang jalan, Naomi dan Zidan menjadi pusat perhatian. Zidan orangnya yang ramah, humble dan
tampan berjalan dengan Naomi yang cantik, cerdas dan ceroboh yang mereka tau. Tampak serasi bagi
yang setuju dengan mereka. Namun bagi yang tidak suka, jangan tanya lagi bagaimana respon
mereka. Tampak dua teman Ben yang melihat itu jadi golongan yang tidak terima.

"Wah.. wah. Zidan lebih dulu nyuri start nih?" Gerutu Rio secara terang-terangan.

"Bukannya lo kemarin ngebet yang baju warna biru?" Tanya Devan ke Rio.

"Itu juga iya masuk daftar gebetan gue. Cowok ganteng kaya gue pasti banyak yang naksir. Jadi gue
harus siap konsekuensinya jadi rebutan cewek."

"Dasar playboy cap buaya." Jawab malas Devan dengan memutarkan bola matanya.

Lalu Devan meninggalkan Rio yang masih berdiri sambil senyum-senyum kearah para cewek lewat.
Dia menuju arah parkir dimana Ben baru datang. Rio yang tau itu langsung meneriaki Devan.

"Eh. Monyet! Lo main tingalin gue aja! Dasar teman gak berperasaan." Teriaknya penuh dramatis.

Kemudian Rio mau tidak mau menyusul Devan yang tengah sampai ditempat Ben.

"Tumben baru datang?" Tanya Devan ke Ben.

72
"Macet tadi" jawab sekenanya lalu berjalan beriringan menuju ke kelas.

"Zidan deketin cewek incaran gue?" Kata Devan tiba-tiba mengagetkan dua temannya. Rio yang
mengejar tadi juga karena juga mendengar ucapan Devan.

"Apa????" Serentak Rio dan Ben bersamaan. Devan menjadi heran dengan dua temannya yang sangat
kompak. Dia seketika menebak yang kemungkinan terajadi..

"Jangan bilang lo juga ngincar dia Ben? Jujur?"

'Wah. Kalau si boss beneran kecantol jadi rencana awal gue berhasil dong jadinya. Ikut seneng kalau
itu terjadi beneran.' Monolog Rio dalam hatinya sambil senyum-senyum.

"Lo napa jadi senyum-senyum gak jelas gitu eg?" Kata Devan sambil menggeplak ringan bahunya Rio.

"Apa sih lo nyet. Kepo aja!" Jawab Rio dengan Sewot.

Ben yang melihat perdebatan dua temannya memilih pergi menuju ke kelas lebih dulu. Hal itu
membuat temannya mengejarnya.

"Hai?? Tunggu!! Lo belum jawab pertanyaan gue Ben."

"Diam gue anggap beneran!!" Lanjutan kata Devan meneriaki Ben.

"Fiks, si boss tertarik dengan tu cewek baru. Jadi kita harus bersaing secara sehat man." senyum Rio
menanggapi asumsi Devan.

"Ok. Kita liat aja. Gue sih yakin-yakin aja dia nolak lo! Secara lo itu gak lebih tampan dari gue!" Kata
Devan dengan penuh percaya diri.

"Ok. Kita buktikan saja siapa yang berhasil!" Kata Rio dengan senyum smirknya.

Akhirnya mereka menyusul Ben yang sudah tidak terlihat sama sekali.

****

Naomi saat ini sedang mengemasi bukunya untuk dimasukkan ke tas. Lalu Silva membuka obrolan
keduanya.

"Lo harus jujur sama gue"" katanya tegas.

"Maksud lo apa si va?" Tanya Naomi heran.

"Ya lo harus jujur sama gue tentang gosip tadi pagi. Napa lo bisa jalan bareng sama kak Zidan."

Naomi yang fokus sama hpnya lalu menggantung jawabannya.

"Oh itu. Gue tadi...."

"Ehh. Gue harus pulang duluan ya. Penting soalnya." Naomi menyambar tasnya lalu berjalan cepat
keluar.

73
"Eh lo gantungin penjelasan ke gue!! Napa sih Naomi buru-buru gitu. Biasanya juga nungguin gue.
Sudahlah besuk gue harus dapat jawabanya." Kata Silva dengan kesa

74
Chapter 18

KEJUTAN MAMA 3

Naomi berjalan dengan cepat menuju parkiran. Dia melihat seseorang sudah menunggunya di dalam
mobil hitam. Naomi menghela nafasnya lalu melihat chat yang dibaca beberapa saat lalu.

New number:

~Gue tnggu~

~Parkiran~

~Sbl kanan~

~Jgn Ima~

Naomi merasa heran, dari mana itu cowok bisa tau nomor teleponnya. Setelah dia pikir-pikir, bagi
cowok itu gampang aja untuk mendapatkan nomor teleponnya. Dia bukan dari anak yang serba
kekurangan. Banyak cara yang digunakan selama dia punya kuasa. Seorang putra dari Anderson
untuk hal sekecil nomor bukan hal yang sangat sulit. Kenapan Naomi sangat berpikir jauh untuk
masalah itu. Padahal sudah sangat jelas Ben itu siapa.

Lalu Naomi mengetik pesan sebagai balasan chat dari Ben.

Naomi:

~tunggu gue didpn supermarket tadi~

Beberapa detik kemudian Naomi langsung mendapatkan balasan daridari Ben.

New number

~No!~

"Maunya apa sih tu orang. Mau bikin gosip apa? Udah tau minta hubungan dirahasiain, malah mau
diumbar juga. Mana rame lagi, jam segini waktunya tiap kelas pada pulang." Gerutu Naomi kesal
dengan jawaban Ben..

Akhirnya Naomi memutuskan agar Ben tetap menunggu dirinya di depan supermarket. Jika Ben tidak
mau maka lebih baik dia taksi aja.

Naomi:

~Lo gak mau! Gue naek taksi aja! TITIK~

Ben diseberang sana, baru saja membaca pesan Naomi dia langsung mengumpati Naomi.

75
"Dasar cewek aneh keras kepala" Ben langsung melajukan mobilnya meninggalkan parkiran kampus.
Dia melihat Naomi baru saja keluar dari gerbang. Lalu dia menghentikan lajunya disamping Naomi
yang lagi berjalan. Seketika Naomi menghentikan langkahnya.

"Naik!" Satu kata perintah dari Ben.

"Apa sih lo nyuruh gue masuk sekarang! Gue udah bilang! Tunggu gue di depan supermarket. Lo
ngerti bahasa manusia apa enggak sih. Kalau ada yang liat gimana?" Kata Naomi dengan berbisik-
bisik agar tidak ada yang mendengarkan ucapannya.

Dia terlihat kesal karena Ben terang-terangan mengajaknya naik ke mobilnya. Lalu dia merubah
ekspresinya buat lanjutin jalan. Tapi banyak pasang mata yang tetap mengarah kepadanya. Karena
mobil Ben berjalan beriringan dengan jalannya Naomi.

"Ngapain sih lo malah ngikutin gue! Udah gue bilang duluan juga! Lo gak liat, tuh banyak yang liatin
ke arah sini. Jangan bikin gara-gara deh lo!"

"Kalau lo tetep ngikutin gue, gue bakalan naik taksi sekarang!"

Naomi masih bicara pada mode bisik-bisiknya. Dia merasa sangat kesal karena Ben tidak mau
menggubrisnya. Setelah Ben dapat ancaman baru jalan duluan.

Ben di dalam mobilnya tersenyum miring. Dia yang melihat Naomi kesal merasa sangat puas. Bisa
mengerjai Naomi begitu ternyata asyik juga. Sekarang Ben sedikit menambah kecepatan laju
mobilnya. Dia akan menunggu Naomi di depan supermarket. Kemudian dia keluar dari mobil lalu
masuk ke dalam supermarket.

Beberapa menit kemudian, Naomi sudah sampai di depan mobil Ben. Dia duduk dikap depan dengan
nafas yang masih ngos-ngosan. Tak lama kemudian tiba-tiba ada yang menyodorkan minum
kearahnya. Tanpa pikir panjang Naomi langsung menyambar minum itu lalu meneguknya hingga
mau tandas. Dia tidak melihat siapa yang memberinya minum.

"Ahh. Lega banget rasanya." Sambil menghela nafas pelan.

'Ah. Gue melupakan si kulkas. Apa tadi dia yang ngasih minum ke gue? Pura-pura masa bodoh aja
deh. Tapi dia kok tumben baik. Sudahlah gak usah mikirin yang berlebihan Naomi.' Monolog dalam
hatinya. Kemudian Naomi melirik ke arah samping. Ternyata Ben berdiri sambil melihat dirinya. Dia
yang ditatap seperti itu merasa jadi malu. Belum sempat salah tingkah Naomi melihat pergerakan
dari Ben.

Ben kemudian masuk ke dalam mobil. Lalu Naomi juga mengikutinya masuk. Sebelum itu Naomi
menengok ke segala arah. Naomi merasa bodoh sekali. Dia duduk manis dikap mobil Ben tanpa
memperhatikan sekitarnya. Dia takut, bagaimana kalau ada seseorang yang melihatnya bersama Ben.
Dia belum mau rahasianya terbuka dahulu.

Kemudian Ben melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia membuka obrolan terlebih dahulu.

"Sudah makan." Tanya Ben cuek dan dingin.

"Sudah." Kata Naomi cuek juga dan dia fokus ke hpnya.

76
Kemudian keheningan kembali menyelimuti keduanya. Sampai akhirnya mobil Ben sudah memasuki
kawasan sebuah butik. Dia sudah memarkirkan mobilnya dan siap akan turun. Tapi pertanyaan
Naomi menghentikan pergerakannya.

"Loh! Kita ngapain berhenti disini. Gue kira sudah sampai dirumah gue." Tanya Naomi dengan
kebingungan.

Ben masih diam belum menjawab pertanyaan Naomi. Tak lama kemudian hp Naomi berbunyi,
tampak mamanya yang menelepon.

"Halo Ma?"

"Hai sayang. Sudah sampai mana?” "Nyasar di depan butik ini." Sindir Naomi untuk Ben karena kesal
pertanyaannya tak digubris.

"Hahaha. Siapa bilang nyasar? Mama cuma mau bilang, kemanapun nak Ben pergi kamu harus
mengikutinya dan mama tidak mau ada laporan bantahan dari kamu ya. Ingat! Kalau tidak menuruti
Nak Ben uang saku kamu mama potong 99%." Kata mama Sarah tegas dengan keputusannya.

"Mama!!! Ini gak adil dong buat Naomi. Ini namanya sudah.."

"Sudahlah mama tutup ya sayang.. selamat bersenang-senang. Mama tidak segan-segan dengan
ucapan mama barusan."

Mama sarah memutuskan sepihak panggilannya. Naomi tidak percaya mamanya telah merencakan
semua ini kepadanya. Dia menghela nafasnya, kenapa sekarang hidupnya diatur-atur. Tapi apa boleh
buat, dia tidak bisa jika harus membantah mamanya. Mau tidak mau Naomi menuruti semua kata
mamanya.

****

"Sayang.. temenin mama shoping yuk? Mama mau beli sesuatu buat acara arisan besuk." Ajak mama
Mira ke putrinya Bella.

"Ahh beneran ma. Bentar aku siap-siap dulu ya ma ." Kata Bella dengan semangat. Bagaimana tidak
semangat, shoping merupakan hobinya. Jika dia pergi bersama mamanya, otomatis semua belanjaan
mamanya yang menanggung. Jadi bagi Bella dia tidak perlu membayar sepeserpun.

"Bella sudah siaaapp"

"Yuk kita berangkat sekarang sayang."

"Goo""

****

"Ada yang bisa saya bantu kak?" Tanya pelayan butik dengan ramah. Matanya kemudian mengarah ke
Ben, dia tidak berkedip sama sekali. Hal itu membuat Naomi sedikit jengah. Kemudian suara
maskulin Ben mengalihkan perhatiannya.

"Pilih gaun yang paling bagus!" Kata Ben dengan cuek dan dingin. Dia sebenarnya sudah biasa dengan
pandangan perempuan-perempuan kepadanya. Jadi dia sama sekali tidak kaget atau terpengaruh.

77
Sebenarnya juga merasa risih, tapi dia juga tidak mau menegur. Hak seseorang untuk menikmati
pemandangannya.

'Apa sih hebatnya nih cowok kulkas. Tampan sih iya, tapi kaya kulkas berjalan gitu. Cewek-cewek
liatnya gak kedip. Salah kali ya dengan mata mereka.' Kata Naomi dalam hatinya.

"Mbak?? Halooo??" Kata Naomi membuyarkan lamunan pelayan tadi.

"A-ah i-iya kak. Maaf. Mari saya tunjukkan." Kata pelayan tadi sedikit gelagapan. Lalu beranjak pergi
menuju tempat dimana letak gaun tersebut.

Naomi mengikuti pelayan tadi, sedangkan Ben masih menunggu didepan karena sedang menelepon
seseorang.

Pelayan itu menunjukkan gaun a-line warna merah terang.

"Ini kak, cocok dengan kakak sepertinya." Kata pelayan tadi memberi penilaian.

"Maaf mbak, saya gak suka yang lengan pendek, tolong cari yang lengan panjang aja ya. Trus bagian
depannya jangan yang belahan dadanya rendah. Kalau bisa menutupi sampai ke leher aja. " kata
Naomi terus terang.

"Oh iya kak sebantar, maaf. saya carikan sesuai keinginan kakak." Kata pelayan itu lalu pergi.

Setelah beberapa saat kemudian pelayan tadi membawa gaun yang sesuai dengan keinginan Naomi.
Naomi menerima gaun tersebut dengan takjub. Sangat indah. Bagaimana jika dia memakainya.
Naomi langsung diarahkan ketempat ganti baju.

"Silahkan kak. Disini tempat mencoba bajunya. Kalau butuh bantuan saya siap akan membantu." Kata
pelayan itu.

"Tidak perlu. Saya bisa sendiri mbak. Nanti kalau ada masalah saya panggil mbaknya. Ya udah saya
masuk dulu ya."

"Silahkan mbak."

Beberapa menit kemudian ada sesorang yang memanggil pelayan itu.

"Hei kamu. Kesini!" katanya dengan angkuh.

"Tolong carikan gaun yang paling bagus disini. Sesuai permintaan mama saya, jangan sampai salah."
Katanya dengan memerintah.

"Baik kak. Mohon ditunggu sebentar."

Lalu pelayan itu pergi mengambil baju sesuai yang diminta pembeli tadi.

Naomi yang akan keluar dari bilik tempat mengganti baju tiba-tiba terdorong masuk kembali oleh
seseorang. Naomi mau berteriak, tapi mulutnya sudah dibekap tangan oleh orang itu. Saat
mendongak mencari tau siapa pelakunya ternyata dia adalah Ben. Dia membulatkan matanya, heran
kenapa Ben masuk keruang gantinya. Jangan-jangan dia mau mesum lagi. Kemudiab Naomi

78
memberontak dengan memukul-mukul dada bidang Ben dengan tangannya. Ben kemudian
mengendorkan bekapannya.

"Heh cowok kulkas. Lo ngapain masuk kesini. Lo mau mesum ke gue ya." Kata Naomi menyilangkan
tangannya di depan dada.

Kemudian Ben menelisik penampilan Naomi dari bawah sampai atas. Terlihat sangat cantik sekali.
Gaun hitam lengan panjang dengan tali didepan membuatnya sungguh sangat anggun. Ben terpesona
sebelum akhirnya suara Naomi membuyarkan lamunannya.

"Gue akan berteriak, lo udah mau melecehin gue." Kata Naomi.

Dia ingin berteriak lagi, tapi dengan sigap Ben membekap mulutnya kembali.

"Jangan teriak. Bella diluar!" Katanya dengan dingin.

Naomi menuruti kata Ben. Kemudian bekapan tangan Ben merenggang. Jadi Naomi tidak berteriak
karena alasan Ben masuk itu. Naomi jadi berpikir tidak tenang.

'Duh, wanita gila itu liat gak ya. Mobil Ben juga ada diparkiran. Bagaimana kalau dia tahu.’

79
Chapter 19

KEJUTAN MAMA NGEDATE

Setelah bella pergi dengan mama nya Ben dan Naomi keluar dari tempat ganti baju.

“Huftt untung tidak ketahuan” Gumam Ben sambil melihat sekitar

“Apasih lu kulkas kok takut dilihat sama bella kayak liat setan aja” Ucap Naomi dengan kesal

Ben yg sudah terlanjur panik tidak menggubris kata Naomi dan langsung pergi ke restoran sambil
menggenggam tangan Naomi, tanpa ia sadari saat keluar toko butik bella melihat dari luar jendela
saat Ben dan Naomi buru buru naik mobil.

“Hah Ben.. Kok dia pergi sama cewek jelek itu sih”ucap bella dengan nada kesal dan heran

Setelah berkendara lama akhirnya Ben dan Naomi sampai di restoran bintang 5 dan mulai masuk ke
dalam restoran untuk memesan makanan.

“Permisi tuan ini menu makanan kami” ucap Pelayan restoran

“saya ingin memesan spageti keju dan minum nya coffee late dan kamu Naomi”

“Dan kamu kak”

“Saya sama seperti yg dia pesan aja mas” Ucap Naomi yg masih kesal

Karna Naomi yg masih kesal pun melanjutkan pembahasan yg terpotong di toko butik tadi.

“Jawab pertanyaan ku kulkas dingin knp kamu sembunyi saat ada bella”

“Aku tidak suka sama dia saja” Ucap Ben dengan nada dingin

“Terus knp tidak kamu bilang saja ke dia kalo kamu tidak suka dengan dia”

“Sudah ku lakukan tapi dia ngotot masih ingin dekat”

“Halahhh ucap cogan kampus yg populer tidak ingin kehilangan cewe cewe nya”

Pelayan pun datang membawakan pesanan mereka, Ben dan Naomi makan sambil tidak mengobrol
karna masih kesal satu sama lain sampai pulang ke rumah.

“Sudah kulkas sampai sini saja mks” ucap Naomi masih kesal

“Iy”

“Mahh pahh aku pulang”

“Selamat pulang sayang” Ucap kedua orgtua Naomi

80
“Gimana sayang jalan² sama Ben”

“Biasa aja tidak ada yg istimewa, aku cuman di ajak ke butik dan restoran saja” ucap naomi

“Wahh ini kejutan yg istimewa untuk mama akhirnya kamu ngedate dengan Ben” Ucap mama sarah
dengan semringah

“Apaan sih mah bisa aja, aku ke kamar dulu ya mah cape abis jalan²”

“Ihh kok gitu cerita dong sayang ngapain aja saat di butik dan di restoran”

“Lain kali aja ya mahh daaa” Naomi pun lari ke kamar untuk istirahat

****

Kesokan hari nya Naomi bangun seperti bisa sambil membayangkan untuk jalan bareng ke kls lagi
dengan kak zidan namun semua itu hanya halusinasi nya saja, naomi pun beranjak pergi dari kasur
nya dan pergi mandi untung berangkat kuliah. Setelah mandi Naomi pun pergi ke bawah untuk
sarapan bareng.

“Pagii mah..pah..”

“Pagii sayang, ayo sini makan” Ucap mama sarah dengan nada hangat

“Nak gimana hubungan mu dengan Ben” Ucap papa rafi sambil nyeruput kopi nya

“Baik-baik aja kok pah gak ada masalah”

“Kamu gak bohong kan”

“Iyah pah”

“Yaudah klo gitu soalnya papa kira kamu gak bakal bisa buka hati untuk ben”

“Bisa pah nanti Naomi usahakan”

“Itu baru anak papah”

Mereka melanjutkan makanya sampai selesai


Dan tiba tiba bel rumah Naomi berbunyi dan Naomi pun nyaut

“Pasti itu ben” Ucap Naomi dengan nada agak kesal

“Pah mah aku berangkat dulu ya daaa”

“Daaa sayang ucap mama sarah”

Naomi pun membuka pintu dan melihat muka ben yg ntah keberapa kalinya tidak ada berubah karna
sifat dingin nya.

“Naik” Ben mengucap dengan nada dingin

81
“Iyahh.. Masih pagi udah cuek aja kulkas”

Di perjalanan pun Ben dan Naomi tidak aja bicara sepatah katapun sampai Naomi untuk minta
berhenti di depan supermarket biasa tapi di cuekin sama Ben.

“hy kulkas berhenti di depan supermarket biasa aku tidak ingin di lihat sama anak anak lain kalo aku
di antar kamu ke kampus”

“........”

“hy kulkas” nada kesal

“.......”

Ben tidak memperdulikan nya karna dia ingin menurunkan Naomi di parkiran kampus supaya bisa
lebih dekat.

“Sudah sampai, turun” Ucap ben dengan dingin

“Tau begini mending aku tidak usah naik mobil dengan elu dan mending di antar dengan taksi wleee”

“Hemh” Ben tersnyum sedikit sambil menahan tawa karna senang melihat Naomi kesal

Naomi berjalan ke kls nya dan ia tidak sadar saat dia turun dari mobil ben dia di awasi oleh bella yg
sudah dari pagi menunggu Naomi.

“Knp dia bisa di antar dengan ben pagi” ucap bella dengan heran

Karna rasa penasaran bella yg memuncak dan rasan kesal tidak terbendung akhirnya dia melabrak
Naomi saat di taman kampus.

“Hey jelek knp kamu bisa di antar oleh my lovers” Ucap bella dengan nada kesal ke Naomi

“apaan sih kak tiba tiba marah ke gw”

“Lu yg apaan dekat dekat sama cowo gw”

“Ya emang knp kan di antar doang”

“Di antar doang kata lu, heloooo dia itu cowo gw gak ada yg boleh dekat sama dia selain gw”

“Terserah bukan urusan gw”

“Apaan maksud lu terserah tungguin aja pembalasan gw”

Naomi tidak terlalu menggubris perkataan si bella dan melanjutkan perjalanan ke kls untuk
menerima pembelajaran, dan tanpa ia sadari bella membuat suatu rencana yg jahat.

82
Chapter 20

NAOMI DICULIK

Bella mulai menyusun rencana untuk membuat Naomi jera dan supaya dia tidak bisa dekat lagi sama
Ben.

“Hemm aku harus membuat rencana supaya dia jera untuk dekat lagi sama Ben tapi apa”

Tiba tiba dia mendapatkan ide gila untuk menculik Naomi dan di sekap di gudang untuk efek jera dan
trauma supaya dia pindah dari sini.

“Seperti nya aku harus menyewa seorang preman untuk menculik cewek jelek itu” Ucap bella dengan
wajah senang

“Tapi di mana aku harus mencarinya”

Saat dia kebingungan dia kepikiran untuk pergi ke jalan raya dan melihat sekitar siapatau bisa
bertemu seorang preman, dan benar saja dia bertemu seorang preman di jalan raja itu.

“Hey pak” Ucap Bella dengan nada tinggi

“Hah apaan sih dek mau saya pukul kamu manggil kami dengan nada tinggi” Ucap preman

“Ah maaf Pak sebenarnya saya ingin menawarkan sesuatu kepada bapak” Ucap Bella dengan nada
takut

“Apaan dah cepat beritau atau kamu saya pukul” Ucap preman itu

“Sebenarnya saya ingin menyewa bapak untuk menculik temen perempuan saya yg di kampus pak”

“Wahhhh aslinya bisa cuman kamu tau kan resiko harus setara dengan jaminan”

“Itu mudah pak ini 6jt sebagai DP dan sisa nya akan saya kasih jika sudah selesai saya tidak ingin
menerima kegagalan”

“Wahhh rezeki nihh hehehe.. Jadi mana foto anak itu kasih ke saya”

“Ini pak saya kirim ke HP bapak”

“Ok ok”

Preman tersebut pun menurutin apa kemauan si Bella dan memanggil rekan rekan nya untuk
membantu dia menculik Naomi.

Naomi yg akhrinya selesai dari pembelajaran kuliahnya pun nge SMS si Ben untuk menjemput dia di

tempat seperti biasa yaitu di depan supermarket. “Hai Kulkas seperti biasa depan supermarket”

83
Selang brp menit Ben pun menjawab dengan nada singkat

“Ye”

“Ni cowo sumpah deh bikin kesel aja jawab apa kek singkat mulu apa otak nya bengkok atau gimana”

Akhirnya Naomi pun berjalan keluar kls dan pergi pulang berjalan kaki ke supermarket namun
sebelum sampai di pertengahan jalan ada 3 cowo preman sewaan Bella.

Suara mobil berhenti di dekat Naomi

Sretttttttt sretttttt

“Hah ada apa ini ucap Naomi yg berhenti karna bingung ada mobil jip yg berhenti di samping nya”

Tiba tiba pintu kebuka dan dua preman keluar dari mobil itu sambil memakai topeng di muka nya

“Ah ada apa ini kalian mau apa” Ucao Naomi dengan panik

“Husttt diam ikut kami saja” Ucao preman dengan nada paksaan

“Tidak.. Ngga mau pergi jauh kalian”

Karna tidak bisa melawan Naomi pun di bius dengan kain oleh preman yg di belakang nya dan di
angkat ke jip sambil terburu-buru oleh preman.

Ben yg menunggu lama heran knp Naomi tidak kunjung sampai dan akhirnya menelfon nya tapi di
panggilan itu di matikan tiba tiba oleh preman yg mendengar suara dering HP Naomi.

Ben yg merasa ada yg janggal pun ingin menjemput Naomi namun pandangan nya ben tiba tiba

sekilas ter arah ke jendela mobil jib yg lewat di depan supermarket dan dia melihat Naomi yg

terduduk lemas di tengah 2 org preman di belakang mobil jip. “NAOMIIIII” teriak ben sambil

melihat mobil jib yg melaju kencang Akhirnya ben pun masuk mobil dan mengejar mobil

tersebut.

Preman yg berhasil menjalankan rencana nya itupun langsung menelfon bos nya Bella bahwa rencana
mereka berhasil untuk menculik Naomi.

Tringgg tringgg

“Haloo” Ucap Bella

“Haloo boss target sudah kami bawa sekarang tinggal kami aman kan ke gubuk bos”

“Bagus pak nanti imbalan nya saya akan kasih sendiri, saya ingin melihat muka jelek cewek itu
menderita sendiri dengan mata saya” Ucap Bella dengan nada puas

“Siap boss”

84
Di satu sisi Ben terus mengejar mobil jip yg menculik Naomi dari belakang sambil berfikir apakah
Naomi baik baik saja.

Akhirnya sambil berkendara Ben menelfon polisi untuk menerima bantuan tapi dia akan
menyelamatkan Naomi terlebih dahulu karna takut jika polisi yg datang duluan Naomi akan knp np.

Sampailah mobil jib itu ke suatu hutan belantara di tengah tengah hutan itu ada gubuk kecil yg akan
di gunakan untuk menyekap Naomi.

“Ayo turun kan perempuan ini dari mobil dan bawa dia ke gubuk”

“Siap boss”

Ben yg memperhatikan dari kejauhan ingin cepat cepat menyelamatkan Naomi namun dia ingin
menunggu waktu yg pas untuk menyelamatkan Naomi.

Naomi akhirnya tersadar di gubuk dan melihat sekitar dia bingung karna terkahir kali dia berjalan
pulang, tiba tiba dia teringat kalo dia di culik dan dia mulai berteriak minta tolong karna panik.

“Tolong.. Tolongg siapapun tolong aku” Ucap naomi sambil memberontak di atas kursi yg mengikat
dirinya

Karna Naomi berteriak sangat kencang preman yg berjaga di depan pun masuk ke dalam gubuk untuk
mendiam kan Naomi.

“Husttt diam atau kamu saya bunuh”

Mendengar kata bunuh dari preman itu membuat Naomi terdiam karna rasa takut, Naomi tidak bisa
apa apa sampai tiba-tiba dalam hati nya dia memanggil sebuah nama.

“Ben tolong aku Ben”

Ben yg menunggu sampai preman lengah setia menunggu di balik pepohonan sambil melihat sekitar,
namun apa yang dia lihat membuat dirinya terkejut.

Ya itu adalah Bella perempuan yang menyukai Ben di sekolah, dia datang menggunakan mobil dan
keluar untuk pergi ke gubuk.

Dia di sambut oleh ke 3 preman itu sambil berbicara sebentar, Ben yg penasaran tidak bisa
mendengar percakapan mereka dan akhirnya dia menyelinap ke sampai gubuk untuk mendengar
mereka.

“Bagaimana pak perempuan itu sudah aman kan” Ucap bella dengan muka yg senang

“Aman boss dia sudah saya sekap di dalam gubuk itu, boss bisa cek sendiri” Ucap preman

“Hahahah bagus-bagus ini imbalan kamu yaa”

“Wahhh trimakasih boss jika ada perlu panggil kami saja”

“Sekarang saya minta kalian berjaga di luar saya ingin melihat wajah perempuan itu yg menderita
hahah”

85
“Baik boss”

Sontak mendengar pembicaraan itu Ben terkejut karna rupanya penculikan ini direncanakan oleh
Bella”

“Bella dasar perempuan gila dikira nya berbuat begini tidak bisa masuk tindakan kriminal” gumam
ben sambil marah

Pintu gubuk pun di buka oleh Bella dan dia melihat Naomi yg duduk terdiam sambil melihat ke
bawah.

Citttttt…..

“Haloo perempuan jelek kita ketemu lagi hahah” Ucap Bella dengan nada menghina

“Hah Bella kenapa lu di sini”

“Loh belom sadar juga, gw yang nyuruh preman preman ini untuk nyulik lu.”

“apa dasar gila lu pikir setelah berbuat begini lu bisa lolos begitu saja!”

"diam, gw ngelakuin ini karena gw iri sama lu yang bisa ke kampus bareng Ben.”

“Hanya karna itu kamu berbuat sejauh ini, heh dasar gila”

"Cukup, gw mau nanya satu hal ke lu. Dasar perempuan jelek”

“Apa hah?”

“Ada hubungan apa lu sama ben”

“sudah brp kali gw bilang nggak ada”

Plakk

“Jawab jujur atau gw tampar lagi”

“Tidak ada”

Plakk

Entah ke brp kali dia bertanya Naomi tetap teguh dengan pendirian nya untuk tidak memberitahu
Bella tentang hubungan nya itu dengan Ben.

Ben yg mendengar Naomi di tampar berkali kali oleh Bella akhirnya kesal dan dia berfikir untuk
mulai menyelamatkan Naomi, Ben melihat dua preman yg berjaga di depan Sedang lengah karna
saling mengobrol.

“dua penjaga itu seperti nya masih belom sadar kalo ada aku di sini” Gumam ben

“Gw harus selamat Naomi apapun caranya”

86
Akhirnya Ben berjalan mengendap-endap di belakang 2 preman itu dan memukul tengkuk mereka
dari belakang.

Brukkk

“Ada apa sih di luar kok kayak ada suara seuatu jatuh”

“Biar aku cek dulu” Ucap preman pertama

Baru sampai di depan pintu gubuk tiba tiba Ben menendang pintu itu dengan keras sampai pintu
gubuk nya copot dan si preman juga terpental ke belakang sampai pingsan, melihat Naomi di sekap
ben pun berlari sambil berteriak

“NAOMIIIIIIII”

87
Chapter 21

MEMBUKA HATI DAN PENGUNGKAPAN

“Ben tolong”ucap Naomi sambil tersedu-sedu karna kesakitan di tampar berkali kali.

Melihat Ben yg masuk ke gubuk dengan tiba tiba membuat Bella kaget dan juga panik karna rencana
nya di ketahui oleh Ben.

“Hah Ben ngapain kamu di sini” Ucap Bella dengan nada panik

“Diam lu dasar cewe gila lu pikir setelah berbuat begini kepada tunangan ku kamu bisa selamat hah”
Ucap Ben dengan marah menggebu-gebu sambil melepas ikatan Naomi

Sontak mendengar perkataan Ben bawah Naomi adalah tunangan dia akhir nya paham kenapa Naomi
dan Ben selalu dekat.

“Aa.. Apahh Ben kamu bohong kan” Ucap Bella dengan nada ketakutan

Ben yg fokus melepas ikatan Naomi tidak menggubris perkataan yg keluar dari Bella dan dia tidak
sadar juga bahwa preman yg di belakang Naomi sudah bangun dari pingsan nya dan bersiap untuk
memukul ben dari belakang.

Naomi yg sadar preman yg di buat ben pingsan terbangun dan ingin memukul ben dari belakang
Naomi dengan sisa tenaganya dia pun berteriak.

“BENNN AWAS DI BELAKANG MU”

Shetttt

“Sial ternyata lu cepet banget bangun nya om”

“cihhh awas lu gak bakal gw kasih ampun”

Ben dan preman yg pingsan tadi mulai bertarung di gubuk sampai barang barang du situ hancur
semua, Naomi dan Bella yg melihat pertarungan itu membuat mereka panik karna takut ben kenapa
napa.

Kedua permeman yg di buat tidak sadar kan diri oleh Ben ternyata sudah bangun juga dan mulai
bergerak untuk membantu ketua mereka.

Ben yg lengah akhrinya di kroyok dari segala arah dan di pukul habis habisan. Ben punn tumbang dan
di pegang lengan nya oleh kacung ketuaan preman itu.

“Hah habis lu kali ini nak ini akibatnya kalo macam macam sama saya”

“Pak tolong pak jangan habisin dia” Ucap Naomi dengan nada memohon

Bella yg terdiam masih shock karna org yg dia suka sudah di jodohkan dan dia juga melakukan
tindakan kriminal.

88
“Diam lu cewe, cukup diam dan saksikan saja kematian tunanganmu ini”

Hiakkkkkk

DOR DOR DOR

Ternyata sebelum ben mau di habisi oleh ketua preman itu polisi sampai ke tempat lokasi dengan
tepat waktu.

Pak polisi menyelamatkan ben dan Naomi dan juga mengamankan para tersangka, Naomi yg ikatan
nya sudah di lepas oleh polisi menghampiri Ben yg terbaring lemas.

“BEN BEN BANGUN JANGAN MATI DULU”

“MAAF KAMU BEGINI GARA GARA AKU”

Ben yg mendengar perkataan itu dari Naomi membuat dia merasa senang dan tiba tiba dia terbayang
oleh sosok teman masa kecil nya, sampai saat dia mau pingsan dia memanggil nama.

“Iya nana tidak apa apa”

Naomi yg mendengar hal ini langsung mengingat sesuatu, yaitu janji masa kecil nya yg dulu bersama
kak wira.

Akhirnya Naomi dan Ben menyadari bahwa mereka ada teman masa kecil dulu yg terpisah dulu karna
kepindahan kak wira.

*****

Di rumah sakit Jayakarta ben terbangun dan langsung memanggil nama Naomi.

“NAOMI”

Ben yg bingung melihat sekitar dan dia baru sadar bawah Naomi tidur di samping kasur nya sambil
memegang tangan ben.

Ben yg tau kalo Naomi baik baik saja merasa senang dan bahagia sambil mengeluh kepala Naomi,
Naomi tiba tiba terbangun dan sadar Melihat ben baik baik saja langsung memeluk dia dengan erat.

“HUWAAAA KAK WIRA KAMU BAIK BAIK SAJA KAN”ucap Naomi dengan nada sedih campur
bahagia

“Hah wira kok kamu tau panggilan masa kecil ku”

“Ini aku kak dek nana”

Mendengar hal itu membuat hati ben senang bukan main dan memeluk balik nana dengan erat.

“Ternyata benar perasaan mu tidak salah bawah kamu nana”

“Iya kak wira aku seneng kita bisa dekat lagi”

89
Ben dan Naomi terus ngobrol sampai mereka tidak tau bahwa kabar kalo Naomi di culik sudah di
beritau ke ortu mereka, dan orang tua Naomi mengajak semua teman Naomi untuk menjenguk
Naomi yg ada di rumah sakit Jayakarta.

Zidan yg tau kabar itu langsung menuju tempat Naomi di rawat tapi yg dia liat yaitu Naomi dan ben
yg saling berpelukan, itu membuat zidan cemburu dan senang juga di satu sisi Naomi baik baik saja
dan di satu sisi org yg dia peluk ternyata teman dia ben.

Setelah dia melihat itu dia balik dari depan pintu dan ingin izin pamit dari rumah sakit kepada orang
tua Naomi dan saat bilang ingin pergi ternyata dia baru tau bahwa Naomi dan ben sudah di jodohkan
itu membuat hati zidan sangat hancur tapi dia juga harus bisa mengikhlaskan hal tersebut.

****

Keesokan harinya kabar tentang Bella melakukan tindakan kriminal menculik mahasiwa baru
akhrinya di keluarkan dari kuliah nya dan di proses secara hukum oleh polisi.

Zidan yg sudah tau kabar tentang perjodohan itu membuat dirinya yakin bahwa jodoh yg cocok untuk
Naomi adalah Ben, dan zidan memutuskan untuk pindah kuliah karna takut menganggu hubungan
mereka.

Kabar menyebar luas karna Naomi dan Ben sudah di jodohkan banyak siswi yg patah hati dan galau
karna pangeran yg mereka kagumi sudah berlayar dengan wanita lain.

TAMAT

90

Anda mungkin juga menyukai