Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunsn makalah yang berjudul ‘Paragraf’.
Sholawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, keluarganya serta sahabat-sahabatnya yang telah memberikan titik terang kejalan yang
benar kepada umatnya.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bu Erlindah ZS Suyuthi guru mata
pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital sehingga kami dapat menyelesaikan tugas buku
digital konsep membaca. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang membangun kami
harapkan agar makalah ini lebih sempurna. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan jalan
terbaik bagi umat-Nya yang telah berupaya dengan i’tikad baik. Amiin.

*Gunakan headphone atau headset untuk pengalaman membaca yang lebih baik*

Makassar, 20 Januari 2022

 Avarel Muhammad Arkan


DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................................. ii

Daftar isi ...................................................................................................... iii

Lantunan Sendu Melodi Biolaku ................................................................. 1

Nasihat Terakhir Dari Mama ....................................................................... 1

Kebehagiaan Untuk Ibu ............................................................................... 2

Sebuah Asa .................................................................................................. 3

Kata Terakhir Suparto ................................................................................. 3

Senyumku Akan Menantimu ...................................................................... 4

Hanya Bisa Sebatas Mengagumimu ........................................................... 8

Daftar Pustaka ............................................................................................. 10

Sinopsis ....................................................................................................... 12
Lantunan Sendu Melodi Biolaku

Mungkin aku memang tak sempurna. Sedari kecil tak ada yang mau menerima kekuranaganku.
Tak terkecuali orangtuaku sendiri. Bahkan nama indah yang kupunya bukan pemberian mereka.
Namaku Angelica Melodi. Nama indah pemberian mendiang kakekku.

Dua bulan lalu langit seperti runtuh menimpaku. Hidupku bagai telah berakhir. Satu-satunya
orang yang menerimaku dengan penuh senyum pergi meninggalkanku. Bukan untuk sesaat.
Bukan untuk sekejap. Ia telah pergi jauh menghadap Tuan hidup.

Hidupku kembali terombang-ambing. Ingin hidup tak ada alasan lagi. Tapi mimpi mendiang
kakekku yang beliau titipkan padaku belum juga kuraih. Berkali-kali kupikirkan semuanya,
berkali-kali juga aku menyerah. Pasrah.

Kulangkahkan kakiku mantap menuju panggung impianku bersama mendiang kakekku. Sedikit
senyum kusunggingkan menambah semangatku. Kuingat kembali kata terakhir mendiang
kakekku.

“Tunjukkan alunan melodi indahmu. Biarkan seluruh dunia tahu. Jangan biarkan mereka
hentikan langkahmu walau hanya selangkah. Kakek yakin kamu pasti bisa.”

Kulihat sayup-sayup mata yang memandangku aneh tak percaya. Melihatku berada di panggung
ini. Memang aku tak berdiri. Aku duduk di atas kursi roda yang menompang tubuhku. Kursi roda
yang mungkin bisa dikatakan saksi bisu pahitnya duniaku. Yang menopang tubuh rentaku sedari
kecil.

Terkadang aku merasa iri dengan mereka yang dapat berlari sejauh mereka mau, menaiki sepeda
sekadar berkeliling taman. Hal-hal yang tak bisa kulakukan sendiri tanpa kaki renta tua itu.
Sepasang kaki milik mendiang kakekku.

Ku mulai menarik napasku perlahan. Kusadari puluhan mata di depanku melihatku dengan tatap
cerca. Kuhela napasku lagi. Ku mulai memainkan melodi-melodi indah biolaku. Perlahan tatap
cerca itu luluh. Ku mulai menikmati melodi biolaku.

Satu persatu suara telapak tangan bertemu mengiringi akhir permainan biolaku. Sungguh aku tak
percaya dengan apa yang kulihat. Setetes cairan bening terjun bebas tanpa malu-malu
membasahi pipiku.

“Mimpimu telah kuraih.”

Cerpen Karangan: Riska Putri Meiyana

Facebook: Riska Putri Meiyana


Nasihat Terakhir Dari Mama
Namaku Alya Nafriza Chintia Sari. Biasa dipanggil Alya. Aku berumur 13 tahun. Saat ini aku
duduk di bangku SMP. Aku tinggal di Jl Pancasila no. 5 bersama mama dan kakakku. Ayahku
sudah meninggal sejak aku berumur 9 tahun dikarenakan kecelakaan tunggal di jalan raya. Aku
bisa merelakan hal itu karena itu adalah kehendak Allah.

4 Tahun berlalu..

Sekarang adalah hari ini. Hari dimana aku bersekolah pada pagi hari. Aku pun bergegas pergi ke
kamar mandi. Setelah mandi, aku melaksanakan sholat shubuh. Aku mendoakan ayah agar diberi
tempat yang layak di sisi Allah SWT. Selesai sholat, aku pergi ke ruang makan untuk sarapan
pagi. Tampaknya mama dan kakak sudah menungguku dari tadi.

“Lama banget sih. Ngapain aja?” Keluh kakakku, Dita

“Kalau nggak sabar ingin makan, gak usah tunggu aku deh!” Jawabku dengan nada marah

“Sudah-sudah, kalian berdua gak boleh berantem. Harus akrab!” Tegas mama

“Iya ma…” Balas kakak

Selesai makan, kami berdua diantar mama ke sekolah. Aku diantar paling dulu oleh mama,
sedangkan kakakku terakhir.

“Ma, Alya sekolah dulu ya… Assalamu’alaikum” sambil melangkah pergi masuk ke gerbang
sekolah

“Iya, Wa’alaikumsalam”

Aku pun melaksanakan kegiatan sekolah hari ini dengan baik. Selesai bersekolah hari ini, aku
pulang. Aku menunggu mama menjemputku di tempat biasanya. Entah kenapa, hari ini mama
telat untuk menjemputku.

“Hai Alya! Lagi ngapain?” Teriakku temanku, Dini, sambil berlari ke arahku.

“Ini lagi tungguin mama jemput aku.”

“Oh.. Aku duluan ya”

“Oh iya, sampai ketemu besok pagi ya”

“Iya..” sambil pergi menjauh

30 menit berlalu..

Mobil mama pun terlihat. Aku kesal karena mama menjemputku terlambat.

“Mama, mama kok lama sih jemput aku? Mama ngapain aja?” Tanyaku dengan nada kesal

“Maaf sayang, tadi ada meeting dadakan. Jadi mama terlambat deh nyusul kamu. Maaf ya
sayang?” jawab mama dengan nada bersalah

“Iya deh, gak papa..” Jawabku singkat


Mobil mama pun melaju dengan kencang dan meninggalkan tempat dimana aku menunggu
mobil mama. Sesampainya di rumah, aku pun langsung mengganti bajuku, mandi, lalu tidur.
Malam harinya, aku bermimpi mamaku tewas saat hendak pergi ke kantornya. Tiba-tiba aku
terbangun. Untung saja ketika aku bangun, hari sudah menjelang pagi. Aku bergegas pergi ke
kamar mandi. Aku masih terbayang dengan mimpi buruk itu. Tetapi, aku ingat akan nasihat dari
mama, “MIMPI HANYALAH KHAYALAN SEMATA SAJA”, sehingga aku merasa lega.

Hari ini pun berjalan seperti biasa. Akan tetapi, mama terlambat menjemputku lagi. Aku
menunggu hingga 1 jam, tetapi mama tidak kunjung datang. Tiba-tiba HP ku berbunyi. Ternyata
kakakku yang menelponku. Kakak memberi tahuku kalau mama kecelakaan saat pergi ke kantor.
Aku tak kuasa mendengarnya. Aku pun pergi ke rumah sakit yang sudah diberi tahu oleh
kakakku.

Sesampainya di rumah sakit, aku melihat mama terbaring lemas dengan infus yang menancap di
tangannya. Aku menunggu mama untuk terbangun. Lama sekali.. Hingga keesokan harinya
ketika aku dan kakak masih tertidur pulas, tiba-tiba mama mengelus kepalaku. Aku pun
terbangun lalu aku membangunkan kakakku. Aku tahu kalau mama ingin menyampaikan
sesuatu. Aku pun mendekatkan telingaku ke mulut mama. Aku mendengar mama mengucapkan
sesuatu. Satu kalimat penuh nasihat dan harapan. Kudengar mama mengucapkan, “Alya, Alya
sama kak Dita gak boleh bertengkar lagi ya. Rukun ketika mama pergi.” tiba-tiba mama sesak
nafas, lalu menghembuskan nafas terakhirnya. Aku dan kakak bersedih. Dan kata-kata terakhir
yang diucapkan mama bagi kami berdua seperti nasihat terakhir dari mama.

Cerpen Karangan: Arsanti Iftitah Sari

Facebook: http://www.facebook.com/arsanti.is
Kebahagiaan Untuk Ibu
Aku melihat kesedihan yang mendalam dari matanya. Matanya yang dulu semangat kini seakan
rapuh, bagaikan pohon yang sudah berumur ratusan tahun. Aku merasa kasihan kepada ibu
karena semenjak ayah meninggal, ia harus mencari nafkah sendiri untuk menghidupi aku dan
adikku.

Aku mendekapnya guna menyampaikan bahwa ia tidak sendiri kami akan terus berada di
sampingnya sampai kapanpun, Ia segera mengemas kesedihannya juga mengokohkan batinnya.
“Ibu tidak apa-apa nak!” suara lirihnya berusaha menyampaikan bahwa Ia cukup tegar dan ikhlas
atas kepergian Ayah.

Tentu saja aku belum percaya, karena matanya masih tetap menggambarkan betapa sedih dan
rapuh dirinya, karena kepergian ayah.

Kini sudah 3 tahun ayah meninggal, pergi tanpa pesan dah hanya air mata terakhir yang ia
perlihatkan. Entah itu pesan terakhir atau hanya tanda perpisahan, perpisahan terhadap penyakit
yang bertahun-tahun dideritanya.

Hanya waktu yang membuat aku, adikku dan Ibu ku lambat laun dapat mengikis kesedihan yang
kami derita.

Hari demi hari kami lewati bersama. Aktivitas, rutinitas dan kerja keras yang telah ibu lalui demi
membesarkan kami pun tidak sia-sia.

Ibu mampu menyekolahkan aku dan adikku sampai perguruan tinggi, hingga aku berumur 25
tahun dan sudah bekerja. Terjejali dengan aktivitas dan rutinitasku di kantor yang tidak ada
habisnya ini, bagiku rumah kini hanya menjadi tempat untuk beristirahat dan memejamkan mata.

Malam pun datang, hingga di benakku terus memikirkan. “Bagaimana Keadaannya?”,


“Bagaimana Kondisinya?”, “Apakah Ia Sehat?”, “Apakah Ia Baik-baik Saja?”. Terlebih adikku
bekerja di luar kota, ia hanya pulang 1 bulan sekali, dan jarang sekali pulang untuk menemui Ibu.

Libur lebaran pun telah tiba aku dan adikku berencana pulang ke rumah untuk menemui ibu dan
bersilaturahmi. Aku, Adikku, dan Ibu ku akhirnya berkumpul kembali, setelah lama tidak
berjumpa karena kesibukan di kantorku. Kami asyik mengobrol, bercerita dan bercanda tawa
sampai-sampai aku sudah lupa dengan semua letih yang aku alami karena kesibukanku.

Aku pun bertanya kepada Ibu “Ibu! Maaf aku tidak bisa selalu berada di samping Ibu!” Ibu
tersenyum “Tidak apa-apa nak Ibu sudah bahagia bisa bertemu kamu walaupun sebentar!” aku
memeluk ibu dan bertanya “Tapi setiap malam aku selalu memikirkan ibu!!, Apakah ada yang
bisa aku lakukan untuk membahagiakan ibu?” Ibu pun kaget dan terdiam beberapa saat, “Ibu
akan bahagia jika kamu menikah nak!, Kamu kan sudah umur 25 tahun, jadi sudah saatnya kamu
punya istri!” Aku pun juga kaget dan menjawab “Tapi bu?, aku masih belum memikirkan hal itu,
aku ingin membahagiakan ibu dulu!” dengan lembut ibu berkata “Dengan kamu menikah kamu
sudah sangat membahagiakan ibu mu nakk!!”.

Aku masih memikirkan perkataan ibu tentang menikah, karena aku belum siap untuk itu. Hingga
suatu hari aku memutuskan untuk menikah dengan Rina, Rina adalah pacarku sejak aku masih
kuliah hingga aku sudah bekerja. Aku bertanya kepada Rina, “Rin maukah kamu menikah
denganku, Untuk menjadi istriku dan demi membahagiakan ibuku?” Rina menjawab “Iya aku
mau demi Cinta dan demi ibumu!”.
Hingga tanggal yang sudah kami rencanakan untuk menikah, tiba-tiba ibu jatuh sakit dan harus
dirawat di rumah sakit aku sangat sedih, dan menyesal pada ibu. 1 hari sebelum aku menikah
akhirnya ibu sembuh dan di perbolehkan untuk pulang, Aku sangat bahagia dan senang. Sampai
tibalah waktu Ijab Qobul, dan aku telah menjadi suami halal Rina.

Aku sangat senang karena bisa membahagiakan ibu, Aku memeluk ibu dan berkata, “Ibu
akhirnya aku bisa membahagiakan ibu!” Ibu hanya meneteskan air mata, tanpa berkata apa-apa.
Tiba-tiba saja ibu jatuh, dan ia meninggal dengan tenang. Aku, Adikku, dan Istriku pun
meneteskan air mata, dan sangat kehilangan atas kepergian ibuku. Tetapi aku senang bisa
MEMBAHAGIAKAN IBU di akhir hayatnya.

Cerpen Karangan: M Iqbal

Facebook: Boys_xfull[-at-]yahoo.com
Sebuah Asa
Aku terlahir dari keluarga yang sangat sederhana dan tak mempunyai banyak materi, sedari kecil
orang tuaku selalu mengajarkan kepadaku apa arti bersyukur, dan dari situlah aku selalu
berusaha menghargai apa yang telah aku miliki dan aku selalu mencoba selalu mengucap syukur
meskipun terkadang aku sulit untuk mengatakannya.

Sekitar umur 8 tahun aku yang seharusnya menjadi anak bungsu akhirnya mempunyai adik
karena ibuku “kebobolan” untungnya saja ibuku melahirkan normal meskipun ketika ibuku
melahirnkan usianya sudah paruh baya dan memang menurut pandangan dokter sudah sangat
rawan melahirkan di usia yang menjelang senja, adikku lahir dan mulai mengirup udara bumi
pada tanggal 10 november 1995, adikku sangat cantik, bayi perempuan kulitnya putih kemerahan
dan matanya yang masih terkatup belum sanggup tuk melihat dunia, semenjak ia keluar dari
rahim ibukku ia hanya menangis sambil menendang-nendang kaki mungilnya… dan ketika
adikku mulai di bersihkan dan di chek ternyata adikku lahir tidak sempurna… astaghfirullah…
kaki adikku cacat.. telapak kakinya tidak seperti kaki normal orang kebanyakan, ada rasa sedih
yang menyelimuti hatiku, kakak-kakakku, terlebih ibuku yang sudah pasti mengarapkan anaknya
terlahir normal karena tak ada bayaran rasa sakit yang membahagiakan saat melahirkan selain
seorang ibu yang melahirkan itu melihat anaknya terlahir sehat dan sempurnya, tapi itu sudah
kehendak Allah SWT sebagai manusia yang hanya menerima pemberian-Nya hanya bisa
bersyukur meskipun sulit.

Tahun pun beranjak adikku tumbuh menjadi balita yang pintar dan sangat menggemaskan
tubuhnya yang gemuk padat, rambutnya yang pirang hingga kami kakak-kakaknya tambah
menyayangi kehadirannya di tengah keluarga besar kami, aku 6 bersaudara dan aku anak kelima,
meskipun di awal aku kecewa harus mempunyai adik lagi terlebih ada juga rasa malu karena
kondisi ibu sudah sangat kurang pantas untuk memiliki lagi bayi, tapi lama kelamaan aku sangat
menikmati peran baru dalam hidupku yaitu menjadi seorang kakak, dan sejak saat itu aku mulai
berjanji akan selalu menyayangi dan melindungi adik mungilku nan lucu itu.

saat aku lulus sekolah aku mulai mencari pekerjaan untuk membantu kebutuhan keluargaku yang
sudah tak bisa lagi mengandalkan penghasilan dari abahku yang sudah mulai renta, dan aku
bersyukur aku bisa mendapatkan pekerjaan yang penghasilanya bisa sedikit membantu sekalipun
hanya bisa untuk menutupi spp adikku, aku sadar aku hanya manusia biasa yang terkadang lelah
dengan tantanngan hidup yang cukup sulit, aku juga mengalami pelajaran hidup dari
pengalamanku aku tak lepas dari masa-masa pencarian jati diri, tapi bersyukur aku memang
sempat mengenal dunia anak muda yang suka hura-hura, tapi tak berlangsung lama, karena aku
sangat menyadari siapa aku dan apa tujuan aku hidup.

salah satu kalimat yang membuat aku tak pernah ingin berhenti untuk semangat adalah tentang
cita-cita dalam hidupku, aku kepingin hidupku bisa berarti untuk orang lain. ya itu adalah
mimpiku yang terindah yang masih terukir dalam hatiku hingga kini, aku akan terus berusaha
sampai aku sudah tak sanggup utuk bernafas, aku tak mau gagal… tolong aku ya Allah.

26 mei 2013…

Lama sekali aku tak membuka dairy ini.. Tak terasa air mataku mengalir hangat di pipi membaca
sepenggal cerita yang aku tulis ini. Kini dalam hatiku aku berbisik.”aku bangga menjadi aku”

Ya…!!! Saat ini hujan turun tak kunjung reda sejak dari jam 1 siang tadi.. Aku masih duduk di
dalam bis sepulang dari kampus tempat aku menuntut ilmu mengejar cita cita ku. Dari dalam bis
aku melihat hujan yang membasahi jalan dan membuat kaca jendela lembab berembun.. Yang
kufikirkan aku sangat bersyukur atas segala nikmat Allah SWT yang masih memberikan padaku
kesempatan yang selalu aku cari..

Mimpiku banyak sekali

Meskipun aku tau semua itu sulit namun kini kakiku sudah mulai melangkah dan perjalanan ku
masih sangat jauh tentunya…

Adikku yang manis masih belajar menuntut ilmu di sebuah sekolah yang sangat jauh dari rumah
dan aku selalu tak pernah berhenti berharap agar dia bisa menjadi anak yang berguna..

Teruslah semangat adinda .. Nyimah akan jagain kamu sampai kamu bias

Cerpen Karangan: Simah Ayu Lestari

Facebook: Sizter Cimones Ayyu


Kata Terakhir Suparto
Suparto adalah guruku Bahasa Indonesia. Sebulan lalu ia berganti tugas dari smp harapan jaya III
ke Smp Sukakarya. Dia sering di ejek oleh teman-temanku dari belakang, Teman-temanku
berbuat begitu lantaran mereka kesal karena dia memberi tugas yang berat-berat dan sifatnya
yang galak.

Dari kecil aku Senang dengan pelajaran bahasa indonesia, jadi tak jarang jika nilai ujianku selalu
sembilan ke atas. Siapapun gurunya aku tidak mengenal galak ataupun gimana. Memang pak
Suparto suka dengan prestasiku Katanya aku membuatnya bangga.

Hari ini waktuku lomba membaca puisi. Beliau rencananya akan mendampingiku. Namun nasib
sial terjadi pada perjalanan. guru itu mengalami kecelakaan sehingga dia kritis di rumah sakit
setempat. aku sangat sedih. aku membatalkan lomba puisi itu untuk menjenguk guru bahasa
indoneisaku itu. Namun tuhan telah memutuskan. aku kehilangan guru itu. aku teringat pesanya.
“belajar yang rajin, jangan lupa berdo’a, dan pasrahkan hasilnya kepada tuhan,” aku sedih.
walaupun temanku berkata tentang pak suparto guru yang inilah, gitulah, akan tetapi dia guru
terbaiku. pak Suparto aku takkan pernah lupa nasihatmu.

Cerpen Karangan: Abi Alif Sukma Arya

Facebook: http://www.facebook.com/Abi.uwong.paleng.elek
Senyumku Akan Menantimu
Aku tertegun ketika melihat sekelilingku. Yaps… rasa maluku tiba-tiba muncul kembali. Ku
tundukkan wajahku dengan hati-hati. Kenapa Tuhan bisa memberiku cobaan ini..?

‘ANAK TUKANG KEBUN YANG GAK TAU MALU’. Ya, kalimat itulah yang muncul dalam
papan tulis kelasku.

Ku gerakan kaki ini untuk segera menghapus tulisan itu. Ku dengar seisi kelas mencibir.
Biarlah… toh aku sudah tahu tulisan ini ditujukan untukku.

“Huh…” sorakan mereka yang seketika itu membuat hatiku semakin panas. Namun ku
mantapkan hatiku agar tetap tegar. Lagian aku sudah terbiasa kan…?

Huff… aku harus sabar, aku nggak boleh ngelawan mereka. Tau diri dong… aku tuh siapa?
Cuma anak tukang kebun sekolah yang nggak sebanding dengan mereka.

Pagi itu, mendung menggelayuti lukisan langit yang tadinya cerah. Kurasakan kewas-wasanku
ketika Bu Okky, wali kelasku membawa seorang gadis yang sangat cantik. Ya Tuhan, apakah dia
akan menambah jumlah orang yang membenciku…?

“Anak-anak kalian akan dapat teman baru, ayo perkenalkan dirimu!”

“Nama saya Almira Amitha. Kalian bisa memanggil saya Mira”

“Sudah, Mira? Sekarang kamu duduk di sebelah Alya!”

Aku terkejut. Apa aku tidak salah dengar? Biasanya semua guru mengucilkan ku, sama dengan
semua teman di kelasku. Ya seharusnya aku memang mendengarkan nasehat orangtuaku agar
tidak bersekolah di sini. Karena SMP ini memang khusus untuk kaum elit saja. Apa boleh buat,
itulah keegoan yang sedang menguasaiku waktu itu hingga akhirnya aku menjadi menderita
karena keegoanku sendiri.

“Nama kamu siapa?” kata Almira membuyarkan lamunanku.


“Alya.”
“Aku udah tau, aku cuma pengen tau nama pnjang kamu”
“Alya Imla Fiqih” jawabku dengan volume yang lirih, takut diejek karena kejelekan namanya.
“Wah bagus banget aku suka nama kamu” pekiknya kegirangan.

Kurasakan kenikmatan atas pujian itu. Namun aku tidak tahu mengapa Almira tiba-tiba pingsan.
Aku terkejut dan ku duga semua orang pasti menyalahkan ku.
Ku coba angkat tubuhnya, namun semua orang tak menghendaki ku ditepisnya janganku oleh
mereka. Lalu mereka beramai-ramai membawa Almira ke UKS. Kuikuti mereka dari belakang.
Lalu kuintip jendela UKS itu.

Terenyuh… hatiku tiba-tiba. Kemudian aku kehilangan kendali dan ambruk di lantai. Ya Tuhan
kenapa kau cabut nyawa satu-satunya yang ku punya di sekolah ini…

Dalam ingatanku yang masih bekerja walau samar-samar “AKU AKAN MENJADI SENYUM
YANG SELALU KAU NANTI”

Cerpen Karangan: Awaliyah Nurul

Facebook: Awaliyah nurul istiqomah


Hanya Bisa Sebatas Mengagumimu
Tak pernah terlewatkan pena ini menggoreskan kata indah bagiku tentangmu. “Cinta” ya, itulah
kata yang masih asing bagiku. Aku tahu, cinta adalah sebuah rasa kasih sayang, bukan sebuah
rasa permainan. Dan di dalamnya perlu sebuah kedewasaan. Aku mengenalmu satu tahun yang
lalu. Pertama aku mengenal sosok kamu, yang aku tangkap dari sinyalku adalah decak
kekaguman. Aku pandang kau sebagai orang yang berbudi pekerti luhur, santun dalam perilaku
dan lisan. Dan, entah datangnya dari mana, rasa ini semakin tumbuh subur di hatiku.

Aku tau kita berbeda, kau tak akan pernah punya rasa yang sama denganku. Aku adalah gadis
biasa, dengan penampilan sederhana, dengan paras yang tidak rupawan. Aku tidak pernah
berfikir, kelebihan apa yang ada pada diriku, sehingga aku hanya bisa mengagumi dan
mengagumi.

Dapat melihatmu adalah kenikmatan tersendiri, dapat berbincang walau satu kata denganmu
adalah suatu karunia yang terindah. Dan seperti yang terjadi pada waktu itu, kau tersenyum dan
mengangguk kepadaku adalah bagaikan suatu mukjizat bagiku.

Tapi, kadang kekecewaan dalam hatiku itu timbul, ketika kau pada waktu itu menulis sesuatu
melalui sosmed bahwa kau belum bisa bangkit dari masa lalumu dengan wanita pujaanmu.
Apakah tidak ada orang yang lebih baik darinya di dunia ini?

Dan terakhir ini aku begitu kecewa ketika kau jarang berkomunikasi lagi denganku. Kau
bertanya lewat sms tanpa menyebut namaku, kau tak pernah respon pembicaraanku di sosmed.
Akan tetapi, dengan yang lainnya kau begitu akrab.

Wahai anak adam, inilah caraku mencintaimu, mencintaimu dengan penuh kekecewaan, aku tak
dapat berkata apa apa untuk membela diriku, karena aku mencintaimu dalam diam. Biarlah Sang
Pencipta Hidup yang mengatur dan waktu yang akan menjawab ini semua.

Cerpen Karangan: Moeksa Dewi

Facebook: Moeksa Dewi


DAFTAR PUSTAKA

Eko koko, 2013, Cerpen 10 halaman, Kumpulan cerpen sedih,

https://independent.academia.edu/ekokoko

Anda mungkin juga menyukai