Anda di halaman 1dari 4

Cermin Antik

Judul Cerpen Cermin Antik


Cerpen Karangan: Betry Silviana
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 16 September 2016

Rose terus memandangi dirinya di depan cermin. Sebuah cermin antik yang sudah ada
sejak ia dilahirkan, kira-kira sudah berusia ratusan tahun. Tak henti-hentinya Rose
mengelus-elus wajah cantiknya itu.

“Wahai cermin ajaib! Apakah aku sudah kembali menjadi wanita tercantik di kota ini?”
ucap Rose tersenyum ke arah cermin.
“Ya tuanku. Sekarang tuanku kembali lagi menjadi wanita tercantik di kota ini, tapi
sungguh sangat disayangkan…” Si cermin mulai mengeluarkan kata. “Kecantikan tuanku
sekarang ini tak akan bertahan lama, beberapa hari lagi tuanku akan kembali menjadi
wanita yang buruk rupa,” lanjut si cermin hingga membuat Rose tersentak kaget.

Sore itu hujan turun dengan lebatnya membasahi bumi. Seorang gadis tampak setengah
berlari mencari tempat untuk berteduh. Bajunya basah kuyup karena mulai tadi ia tak
kunjung mendapatkan tempat untuk berteduh. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat
sebuah rumah yang sangat besar dan megah. Ia pun segera berlari menuju ke rumah itu.
“Tok… tok… tok…” pintu bercat putih diketuk gadis itu berulang kali.
“Apa ada orang di rumah?” teriak gadis itu sambil mengetuk kembali pintu bercat putih
itu.
Pintu rumah terbuka lebar. Tampaklah wanita cantik ke luar dengan mengenakan gaun
putih bermotif bunga.
“Masuklah ke dalam! Hujan masih sangat deras. Tubuhmu sudah menggigil kedinginan,”
ajak Rose dengan ramah.
“Terima kasih,” tanpa ragu gadis itu segera masuk ke dalam.

Gadis itu sangat takjub melihat interior rumah itu. Banyak sekali barang-barang antik
yang dipadupadankan dengan desain rumah yang bergaya modern. Rose memperlakukan
gadis itu dengan sangat ramah. Ia mengganti pakaian gadis itu yang basah kuyup dengan
salah satu baju hangatnya yang terlihat mahal. Ia lalu menyuguhkan makanan dan
minuman hangat pada gadis itu. Dengan malu-malu gadis itu makan.

“Ikutlah denganku! Ada yang ingin aku tunjukkan padamu!” ajak Rose tiba-tiba.
“Kemana nyonya…?”
“Panggil aja aku Rose! Nanti kau akan tau. Ikutlah denganku sebentar!” Rose menarik
tangan gadis itu dan pergi ke suatu tempat.

Rose dan gadis itu sampai ke sebuah ruangan. Ruangan yang tak terpakai tapi tampak
sangat bersih. Ada beberapa rak buku dan sebuah cermin antik yang mengisi ruangan
tersebut.
“Wahai cermin ajaib! Datanglah padaku!” ucap Rose tiba-tiba sambil mengangkat kedua
tangannya dan mengarahkannya ke cermin antik.
Gadis itu terkejut sekaligus bingung dengan apa yang dilakukan Rose pada cerminnya.
“Wahai cermin ajaib! Datanglah padaku, pada tuanmu! Aku sudah membawakan apa
yang kamu inginkan.” Rose menarik tangan gadis itu dengan kasar dan menunjukkannya
ke cermin antik.
“Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!” gadis itu berusaha melepaskan genggaman
tangan Rose yang sangat erat.
“Diamlah!”
“Apa kau gila? Kau bicara pada cermin. Sebaiknya kita pergi dari sini, Rose!”
“Apa tuaku sudah membawakan apa yang aku minta?” ucap cermin antik tiba-tiba.
“Ya, ini dia,” ucap Rose sambil menunjukkan genggaman tangannya pada cermin.

Rose melepaskan genggaman tangannya pada gadis itu dan pergi entah kemana,
meninggalkannya bersama cermin antik. Gadis itu sangat terkejut melihat cermin antik
milik Rose yang baru saja berbicara. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Berulang kali ia mengucek mata dan mencubit tangannya, berharap ini semua hanya
mimpi.
“Wahai gadis cantik! Kau tidak perlu takut padaku. Sebentar lagi kau akan menjadi
milikku,” ucap si cermin tertawa.
“Apa maksudmu?” gadis itu perlahan-lahan mundur menjauhi cermin.

BRUK!
Sebuah balok kayu mendarat langsung di kepalanya. Gadis itu jatuh terkulai lemah.
Darah mengalir deras di kepalanya. Matanya melihat ke arah Rose seakan tak mengerti
apa yang dilakukan Rose padanya. Rose lalu menghadapkan wajahnya ke wajah gadis itu.
Wajah gadis itu seketika berubah menjadi tua.
“Apa salahku padamu, Rose? Kenapa kau lakukan ini padaku?” tanya gadis itu dengan
suara yang hampir tak terdengar.
Rose tak mempedulikan gadis itu. Ia lalu menyeret tubuh gadis itu ke arah cermin.
“Apa yang kau lakukan? Jangan lakukan itu! kumohon jangan!” pinta gadis itu dengan
napas yang tersengal-sengal.
Rose meletakkan tubuh gadis itu di depan cermin. Dengan sekejap cermin menghisap
tubuh gadis itu.

“Kerja yang bagus tuanku! Sekarang tubuh dan jiwa gadis ini adalah milikku,” ucap si
cermin antik tertawa.
“Ambil saja tubuh dan jiwanya! Aku sama sekali tak peduli. Walaupun seumur hidup aku
harus menumbalkan seorang gadis padamu, yang penting selamanya aku akan tetap
menjadi wanita tercantik,” ucap Rose tersenyum sambil memandangi dirinya di depan
cermin antik.

Cerpen Karangan: Betry Silviana


Facebook: Betry Silviana

Cerita Cermin Antik merupakan cerita pendek karangan Betry Silviana, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru
buatannya.
L[[p[p[p[o[[[[[

Fly For Winged

Judul Cerpen Fly For Winged


Cerpen Karangan: Pratiwi Nur Zamzani
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 1 September 2016

“Mama, Mama. Aku ingin terbang seperti itu. Peri cantik!,” ucap Felly kecil yang tengah
melihat Peri Riska terbang untuk melawan Raksasa jahat. Yah… Raksasa yang biasa
mereka sebut dengan Titan. Raksasa yang suka memakan anak-anak. Terutama, anak-
anak yang keluar pada siang hari untuk bermain. Bukan istirahat siang.
“Jikalau kau ingin terbang sepertiku, maka peluklah impianmu sayang. Dengan kau yang
pintar, cerdas dan juga baik hati kau akan bisa terbang sepertiku. Indah dan manis,” ucap
Riska saat ia telah turun ke Bumi. Tepat di depan Felly kecil dan Mama Felly yang tengah
ketakutan karena raksasa tadi.
“Aku sudah belajar dengan rajin. Tapi kenapa aku masih belum bisa terbang?”
“Karena, kamu masih berbohong kepada orangtuamu, manis. Tadi, kamu bilang akan
tidur dan berjanji akan memenuhinya. Namun, kamu malah ingkar dengan janji yang
kamu ucapkan sendiri. Sayang, peri itu harus baik hati, jujur, dan juga amanah. Bukan
berbohong dan juga berkhianat.”
“Ohhhh begitu. Bisakah aku terbang sekarang?”
“Untuk saat ini, cukup dengan usaha keras dan berdo’a. Lakukanlah hal-hal kebaikan.
Pertama membantu sesama dengan hati yang ikhlas. Disanalah kau akan membentuk
sayap secara perlahan.”
“Sayap? Wahhhhh…. hebat…!!!,” ucapnya riang.
“Yah… sayap yang akan menjadikanmu bermanfaat bagi orang lain. Nusa, Bangsa dan
agama.”
“Baik peri. Aku akan melakukan apapun yang kau katakan. Dada peri cantik… Sampai
jumpa lagi…,” ucapnya riang saat melihat Peri Riska yang mulai naik ke atas dengan
sayapnya. Dan, menghilang seperti kerlapan bintang.

“Mama, ayo pulang! Felly mau makan ayam goreng!,” ucap Felly kecil dengan senyuman
lucunya.
Anjani meninggalkan tempat itu bersama dengan putrinya. Mereka berjalan dengan riang
menuju ke rumah. Sesampainya di rumah, Felly kecil berkicau lucu tentang peri Riska
yang bisa terbang. Ia juga kerap berulang kali berbicara tentang cita-citanya sebagai
dokter.

Yah.. sesuai dengan yang dikatakan oleh Peri Riska. Felly kecil akan bisa terbang seperti
peri Riska saat ia telah menjadi anak yang baik, pintar dan juga rajin. Dari sanalah Felly
kecil mulai mematuhi perintah ibunya. Saat ia disuruh makan maka ia akan makan.
Padahal, biasanya makan adalah hal yang nomor seratus dari kamus Felly. Hingga
badannya terlihat begitu kurus dan kecil.

Tidak hanya itu saja. Sejak saat itu, Felly juga mau tidur siang. Mandi air dingin, dan
mandiri. Terlihat saat ia mulai menggunakan seragam sekolahnya sendiri. Meskipun,
tidak sepenuhnya benar dan rapi. Akan tetapi, hal tersebut menunjukkan kemajuan dalam
hidupnya. Sikap sosialisasinya juga semakin membaik. Ia juga selalu berkata jujur kepada
siapapun.

Dulu, Felly begitu bandel dengan guru Tknya. Sampai-sampai guru Tknya menangis
karena harus menangani Felly yang bandel dan super duper lincah. Tapi sekarang, ia bisa
memahami lingkungan sekitarnya. Peduli dengan sesamanya dengan cara berbagi bekal
yang ia bawa dan apapun yang ia punya.

Beberapa hari kemudian, Felly bertemu dengan peri Riska. Ia menceritakan semua
peristiwa dan apa yang telah tejadi. Sesekali, ia bertanya tentang saya. Dan lagi-lagi
jawaban yang diberikan oleh Peri Riska sama dengan sebelumnya. Felly pun menerima
dengan ringan dan riang.

Kemudian, mereka pun berpelukan dengan lembut dan penuh dengan kasih sayang. Dan
Felly terus berusaha untuk melakukan apapun yang dikatakan oleh Peri cantik. Meskipun,
semuanya terasa begitu sulit. Karena, tidak ada yang instan di dunia ini. Dan juga tidak
ada yang tidak mungkin di dunia ini. Selama, kita mau berusaha dan berdo’a dengan
penuh keyakinan.

Cerpen Karangan: Pratiwi Nur Zamzani


Facebook : Pratiwi Nur Zamzani (Pakai Kerudung Putih)
Nama saya Pratiwi Nur Zamzani. Dapat menghubungi melalui akun facebook saya yaitu
Pratiwi Nur Zamzani ( Pakai kerudung putih ) , twiiter @nur_zamzani atau E-mail
pratiwinurzamzani[-at-]yahoo.co.id. Dengan no Telepon 085-852-896-207. Dengan alamat,
Jl. Rambutan, Pesanggrahan selatan, Bangil, Pasuruan. Prestasi yang pernah saya raih
adalah juara 3 Mading, puisi dan cerpen pernah diterbitkan di majalah SPEKTRUM dan
berbagai buku antologi. Antara lain adalah, Menjembut Ridhomu, Sapa malam teriak
rindu, Dream Wings, dll.

Anda mungkin juga menyukai