Anda di halaman 1dari 3

Khutbah I

،ُ‫ َو ﻋَ ﻠَﻰ ٰا ِﻟ ِﻪ َو َﺻ ْﺤ ِﺒ ِﻪ َو َﻣ ْﻦ َو َاﻻ ه‬، ِ ‫ـﺪ َر ُﺳ ْﻮل ِ ا‬


ٍ ‫ َواﻟﺼ َﻼ ُة َواﻟﺴ َﻼ مُ ﻋَ ﻠَﻰ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ‬، ِ ِ ُ‫َا ْﻟ َﺤ ْﻤ ﺪ‬
،ُ‫ ﻣﺎ ﺑَﻌْ ﺪ‬.‫َو ْﺷ ﻬَ ﺪُ ْن ﻻ ا ٰﻟﻪَ اﻻ ا ُ َو ْﺣ ﺪَ ُه َﻻ َﺷ ِﺮﻳْ َﻚ ﻟَﻪُ َو ْﺷ ﻬَ ﺪُ ن َﺳﻴ ﺪَ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ ﺪً ا ﻋَ ْﺒ ﺪُ ُه َو َر ُﺳ ْﻮ ُﻟﻪُ َﻻ َﻧ ِﺒﻲ ﺑَﻌْ ﺪَ ُه‬
َ َ‫ﻮق َو َﻻ ِﺟ ﺪ‬
‫ال‬ َ ‫ﺚ َو َﻻ ُﻓ ُﺴ‬
َ ‫ﻴﻬﻦ ْاﻟ َﺤﺞ َﻓ َﻼ َر َﻓ‬ ِ ‫ َﻓ َﻤ ْﻦ َﻓ َﺮ َض ِﻓ‬،‫ﺎت‬ ٌ ‫ﻮﻣ‬ َ ‫ ْاﻟ َﺤﺞ ْﺷ ﻬُ ٌﺮ َﻣﻌْ ُﻠ‬:‫ﺘَﺎﺑ ِﻪ‬ ِ ‫َﻓﺎ ﻧﻲ ْو ِﺻ ْﻴﻜُ ْﻢ َو َﻧ ْﻔ ِﺴ ْﻲ ِﺑﺘَ ْﻘ َﻮى ا ِ ْاﻟ َﻘﺎ ِﺋﻞ ِ ﻓﻲ ُﻣ ْﺤﻜ َ ِﻢ ِﻛ‬
‫ﺎب‬ ْ ْ
ِ ‫ َواﺗ ُﻘﻮن ِ َﻳﺎ و ِﻟﻲ اﻻﻟ َﺒ‬،‫اد اﻟﺘ ْﻘ َﻮى‬ ِ ‫ َو َﺗ َﺰو دُ وا َﻓﺎن َﺧ ْﻴ َﺮ اﻟﺰ‬، ُ ‫ َو َﻣﺎ َﺗ ْﻔﻌَ ُﻠﻮا ِﻣ ْﻦ َﺧ ْﻴ ٍﺮ ﻳَﻌْ ﻠَ ْﻤﻪُ ا‬،‫ِﻓﻲ ْاﻟ َﺤﺞ‬

*Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah*

Salah satu kewajiban khatib dan juga menjadi bagian dari rukun khutbah Jumat adalah mengingatkan
seluruh jamah Jumat untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan pada Allah ‫ﷻ‬. Oleh karenanya mari
kita semua terus memupuk ketakwaan dan keimanan kita dalam wujud menjalankan segala perintah
Allah ‫ ﷻ‬dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Mudah-mudahan kita tergolong orang yang
bertakwa yang akan mendapatkan petunjuk dalam setiap langkah kehidupan kita. Dan dengan
keimanan serta ketakwaan yang kokoh ini, semoga kita akan mampu menjadi umat Islam yang
sempurna yang mampu mewujudkan rukun iman dan melaksanakan rukun Islam.

*Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah*

Kesempurnaan Islam kita bisa kita raih dengan menjalankan lima ibadah yang terangkum dalam rukun
Islam. Dan ibadah yang menjadi pungkasan dalam rukun Islam tersebut adalah berangkat ke Tanah
Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Allah ‫ ﷻ‬berfirman dalam QS Ali 'Imran ayat 97:

‫ﺎع ِاﻟَ ْﻴ ِﻪ َﺳ ِﺒ ْﻴ ًﻼ َو َﻣ ْﻦ ﻛ َ َﻔ َﺮ َﻓ ِﺎن ﷲَ َﻏ ِﻨﻲ ﻋَ ﻦ ِ ْاﻟ ٰﻌﻠَ ِﻤ ْﻴ َﻦ‬ ْ ِ ‫اﻟﻨﺎس ِﺣﺞ ْاﻟ َﺒ ْﻴ ِﺖ َﻣﻦ‬
َ ‫اﺳﺘَ َﻄ‬ ِ ‫َو ِ ِ ﻋَ ﻠَﻰ‬

Artinya: Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
seluruh alam.

*Hadirin yang dirahmati oleh Allah*

Ayat ini menjadi pengingat pada kita selaku umat Islam untuk berusaha semaksimal mungkin bisa
melaksanakan ibadah haji. Dengan menjalankan Rukun Islam yang kelima ini, tentu kita akan bisa
menyempurnakan keislaman kita. Sehingga pergi ke Tanah Suci untuk berhaji selalu menjadi cita-cita
dan impian umat Islam sejak lahir ke dunia ini.

Namun dalam ayat ini, Allah memberi catatan bahwa ibadah haji merupakan kewajiban bagi
orang-orang yang mampu untuk menunaikannya. Lalu pertanyaannya, apa kategori orang yang mampu
dalam menjalankan ibadah haji?

Para ulama membagi pengertian “mampu berhaji” menjadi dua kategori. Pertama adalah mampu
melaksanakan haji dengan dirinya sendiri dan yang kedua adalah mampu melaksanakan haji dengan
digantikan orang lain. Seseorang bisa disebut mampu melaksanakan ibadah haji dengan dirinya
sendiri apabila memenuhi lima hal.

*Pertama* adalah kesehatan jasmani.


*Kedua*, sarana transportasi yang memadai.
*Ketiga*, aman dan terjaminnya keselamatan nyawa, harta, dan harga dirinya selama perjalanan dan
pelaksanaan ibadah haji.
*Keempat*, perginya perempuan dengan suami, mahram, atau beberapa perempuan yang dapat
dipercaya dalam ibadah haji. Dan
*kelima* rentang waktu yang memungkinkan untuk menempuh perjalanan haji.

Jadi bisa kita pahami bahwa kriteria mampu untuk berhaji bukan hanya terkait dengan kemampuan
finansial, namun banyak elemen yang perlu dipersiapkan untuk bisa dikatakan mampu berhaji. Jika
seseorang sudah berusaha dan belum dapat mencukupi kriteria-kriteria mampu serta belum bisa
melaksanakan ibadah haji, maka tidak ada dosa baginya. Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an
Surat al-Baqarah ayat 286:

‫ﻻَ ﻳُ ﻜَﻠ ُﻒ ا ُ َﻧ ْﻔ ًﺴﺎ اﻻ ُو ْﺳﻌَ ﻬَ ﺎ‬

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya.”

Dalam Surah al-Maidah, Ayat 6 juga ditegaskan oleh Allah ‫ﷻ‬:

َ َ
ٍ‫َﻣﺎ ﻳُ ِﺮﻳْ ﺪُ ا ُ ِﻟ َﻴ ْﺠﻌَ ﻞ ﻋَ ﻠ ْﻴﻜُ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َﺣ َﺮج‬

Artinya: “Allah tidak menginginkan bagi kalian sesuatu yang memberatkan kalian.”

Namun demikian, *Hadirin yang dirahmati oleh Allah*, kita patut berbahagia karena di Indonesia,
semangat dan antusiasme umat Islam untuk berhaji sangat tinggi. Berbagai upaya dilakukan individu
Muslim, baik secara moral maupun material untuk dapat segera diberangkatkan pemerintah ke Tanah
Suci. Hal ini terlihat dari antrean daftar tunggu yang berdasarkan data Kementerian Agama bisa
mencapai puluhan tahun.

Dalam kondisi normal, pemerintah memberangkatkan 221 ribu jamaah untuk berhaji. Para jamaah
Indonesia bergabung dengan kurang lebih 2,5 juta jamaah haji dari berbagai penjuru dunia. Namun
kita ketahui bersama bahwa dua tahun terakhir ini pelaksanaan ibadah haji terhambat oleh pandemi
Covid-19 yang sampai saat ini belum juga mereda.

Kita bisa lihat sendiri melalui siaran langsung televisi dan dari informasi dari berbagai media jika Arab
Saudi pun terdampak Covid-19. Kita bisa saksikan kondisi yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan
siapa pun. Masjid suci umat Islam yang biasanya penuh dengan ratusan ribu jamaah, kini sepi dan
dibatasi. Jamaah yang masuk harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat, termasuk di Masjid
Nabawi Madinah.

Kondisi pandemi Covid-19 ini juga menjadikan Pemerintah Arab Saudi tidak memberi kesempatan
kepada orang di luar negaranya untuk melaksanakan ibadah haji. Bukan hanya Indonesia, seluruh
negara di dunia tidak diperkenankan mengirimkan jamaah hajinya pada 2021.

Kebijakan ini pun dilakukan Arab Saudi kembali pada tahun 2021 ini sehingga Pemerintah Indonesia
pun telah memutuskan untuk tidak memberangkatkan calon jamaah haji.

Akan tetapi kondisi ini tidak boleh menurunkan semangat umat Islam untuk terus berusaha dan
berdoa guna mewujudkan impian kita bisa beribadah di Tanah Suci. Sudah bisa dipastikan umat
Islam, khususnya para calon jamaah haji yang memang sudah saatnya diberangkatkan, merasakan
kesedihan atas pembatalan haji ini.

Pelaksanaan haji boleh tertunda tapi niat mesti terus terjaga. Kerinduan untuk mengunjungi Baitullah
seyogianya tak ikut mereda. Baik bagi orang yang sudah menunggu antrean berangkat maupun baru
berikhtiar menabung untuk itu. Kita harus mampu mengambil hikmah atas kondisi ini dan berdoa
‫‪semoga dengan ditundanya ini tidak mengurangi sama sekali makna niat kita untuk melaksanakan‬‬
‫‪ibadah haji. Perlu kita sadari bahwa salah satu tujuan dari beragama atau maqashidus syari'ah adalah‬‬
‫‪hifdhun nafs, menjaga keselamatan jiwa. Menjaga keselamatan adalah sesuatu yang tidak bisa‬‬
‫‪ditunda.‬‬

‫‪Kaidah fiqih juga menegaskan bahwa:‬‬

‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫دَ ْر ُء ْاﻟ َﻤ َﻔ ِ‬


‫ﺎﺳ ِﺪ ُﻣ َﻘ ﺪ مٌ ﻋَ ﻠَﻰ َﺟﻠ ِﺐ اﻟ َﻤ َﺼﺎ ِﻟﺢِ‬

‫”‪“Upaya menolak kerusakan harus didahulukan daripada upaya mengambil kemaslahatan.‬‬

‫‪Dengan pertimbangan keselamatan jiwa warga negaranya di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi‬‬
‫‪secara global inilah, pemerintah Indonesia mengambil keputusan yang berat ini.‬‬

‫‪Oleh karena itu, *Hadirin yang dirahmati oleh Allah*,‬‬

‫‪Marilah kita berdoa semoga kondisi ini segera berlalu dan dapat kembali normal. Mari terus berdoa‬‬
‫‪semoga pandemi Covid-19 segera berakhir dan kehidupan khususnya kegiatan ibadah kita dapat‬‬
‫‪kembali berjalan dengan normal seperti biasa. Kita sangat merindukan pelaksanaan ibadah haji bisa‬‬
‫‪dilakukan dengan normal kembali. Semoga Allah mengijabah doa kita semua. Amin.‬‬

‫ﺘَﻐ ِﻔ ُﺮ ْو هُ‪ ،‬ا ﻧﻪُ ُﻫ َﻮ ْاﻟ َﻐ ُﻔ ْﻮ ُر اﻟﺮ ِﺣ ْﻴ ُﻢ‪.‬‬


‫ﺎﺳ ْ‬ ‫ُﻗ ْﻮ ُل َﻗ ْﻮ ِﻟ ْﻲ ٰﻫ َﺬا َو ْﺳ ْ‬
‫ﺘَﻐ ِﻔ ُﺮ ا َ ِﻟ ْﻲ َوﻟَﻜُ ْﻢ‪َ ،‬ﻓ ْ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫َا ْﻟ َﺤ ْﻤ ﺪُ ِ ِ َو ﻛ َ َﻔﻰ‪َ ،‬و َﺻﻠ ْﻲ َو َﺳﻠ ُﻢ ﻋَ ﻠَﻰ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ ْاﻟ ُﻤ ْﺼ َﻄ َﻔﻰ‪َ ،‬و ﻋَ ﻠَﻰ ٰا ِﻟ ِﻪ َو ْﺻ َﺤ ِ‬
‫ﺎﺑ ِﻪ ﻫْ ﻞ ِ ْاﻟ َﻮ َﻓﺎ‪.‬‬
‫ﻣﺎ ﺑَﻌْ ﺪُ‪َ ،‬ﻓ َﻴﺎ ﻳ ﻬَ ﺎ ْاﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ُﻤ ْﻮ َن‪ْ ،‬و ِﺻ ْﻴﻜُ ْﻢ َو َﻧ ْﻔ ِﺴ ْﻲ ِﺑﺘَ ْﻘ َﻮى ا ِ ْاﻟﻌَ ِﻠﻲ ْاﻟﻌَ ِﻈ ْﻴ ِﻢ‪َ ،‬واﻋْ ﻠَ ُﻤ ْﻮا ن ا َ َﻣ َﺮ ﻛُ ْﻢ ِﺑ ْﻣ ٍﺮ ﻋَ ِﻈ ْﻴ ٍﻢ‪َ ،‬ﻣ َﺮ ﻛُ ْﻢ ِﺑﺎﻟﺼ َﻼ ِة َواﻟﺴ َﻼ ِم ﻋَ ﻠَﻰ‬
‫َﻧ ِﺒﻴ ِﻪ ْاﻟﻜ َ ِﺮﻳْ ِﻢ‬
‫ﻴﻤﺎ‪َ ،‬اﻟﻠ ﻬُ ﻢ َﺻﻞ ﻋَ ﻠَﻰ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ َو ﻋَ ﻠَﻰ ٰال ِ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ‬ ‫آﻣﻨُﻮا َﺻﻠﻮا ﻋَ ﻠَ ْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠ ُﻤﻮا َﺗ ْﺴ ِﻠ ً‬
‫ﻳﻦ َ‬ ‫اﻟﻨﺒﻲ‪َ ،‬ﻳﺎ ﻳ ﻬَ ﺎ اﻟ ِﺬ َ‬ ‫ﻮن ﻋَ ﻠَﻰ ِ‬ ‫ﺎل‪ :‬ان ا َ َو َﻣ َﻼ ِﺋﻜَﺘَ ﻪُ ﻳُ َﺼﻠ َ‬ ‫َﻓ َﻘ َ‬
‫ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ‬
‫َ‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫ٰ‬ ‫َ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ‬ ‫اﻫ‬ ‫ْﺮ‬ ‫ﺑ‬ ‫ا‬ ‫َ‬
‫ﻛ َ َﻤﺎ َﺻ ْ َ ﻋَ ﻠﻰ َﺳﻴ ِﺪ ﻧﺎ َ ِ ْ َ َو ﻋَ ﻠﻰ ِ َﺳﻴ ِﺪ ﻧﺎ َ ِ‬
‫اﻫ ْﻴ َﻢ‬ ‫ْﺮ‬‫ﺑ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ﺖ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻠ‬
‫ﺎركْ ﻋَ ﻠَﻰ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ َو ﻋَ ﻠَﻰ ٰال ِ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ‬ ‫َو َﺑ ِ‬
‫ٰ‬ ‫َ‬
‫اﻫ ْﻴ َﻢ َو ﻋَ ﻠﻰ ال ِ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ا ﺑ َْﺮ ِ‬
‫اﻫ ْﻴ َﻢ‪،‬‬ ‫َ‬
‫ﺖ ﻋَ ﻠﻰ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ا ﺑ َْﺮ ِ‬ ‫ﻛ َ َﻤﺎ َﺑﺎ َر ﻛْ َ‬
‫ِﻓ ْﻲ ْاﻟﻌَﺎﻟَ ِﻤ ْﻴ َﻦ ا ﻧ َﻚ َﺣ ِﻤ ْﻴ ﺪٌ َﻣ ِﺠ ْﻴ ﺪٌ ‪.‬‬

‫ات‪،‬‬‫ﺎء ِﻣ ْﻨ ﻬُ ْﻢ َو ْاﻻ ْﻣ َﻮ ِ‬ ‫َﺎت ْاﻻ ْﺣ َﻴ ِ‬ ‫ﺎت ْ‬


‫واﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِﻨ ْﻴ َﻦ َو ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨ ِ‬ ‫اﻏ ِﻔ ْﺮ ِﻟ ْﻠ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤ ْﻴ َﻦ َو ْاﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ َﻤ ِ‬
‫َاﻟﻠ ﻬُ ﻢ ْ‬
‫ﺎء َو ْاﻟ ُﻤ ْﻨﻜ َ َﺮ َو ْاﻟ َﺒ ْﻐ َﻲ َواﻟﺴ ُﻴ ْﻮ َف ْاﻟ ُﻤ ْﺨﺘَ ِﻠ َﻔ َﺔ َواﻟﺸ ﺪَ ا ِﺋ ﺪَ َو ْاﻟ ِﻤ َﺤ َﻦ‪َ ،‬ﻣﺎ َﻇ ﻬَ َﺮ ِﻣ ْﻨ ﻬَ ﺎ َو َﻣﺎ َﺑ َﻄ َﻦ‪ِ ،‬ﻣ ْﻦ َﺑﻠَ ِﺪ َﻧﺎ‬
‫ﺎء َو ْاﻟ َﻔ ْﺤ َﺸ َ‬ ‫َاﻟﻠ ﻬُ ﻢ ادْ َﻓﻊْ ﻋَ ﻨﺎ ْاﻟ َﺒ َﻼ َء َو ْاﻟ َﻐ َﻼ َء َو ْاﻟ َﻮ َﺑ َ‬
‫َﻫ َﺬا َﺧﺎﺻ ًﺔ َو ِﻣ ْﻦ ﺑ ُْﻠ ﺪَ ان ِ ْاﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤ ْﻴ َﻦ ﻋَ ﺎﻣ ًﺔ‪ ،‬ا ﻧ َﻚ ﻋَ ﻠَﻰ ﻛُﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﻗ ِﺪﻳْ ٌﺮ‪.‬‬

‫ﺎﻓ َﻴ ٍﺔ‬ ‫ام‪َ ،‬و ِز َﻳﺎ َر َة َﺣ ِﺒ ْﻴ ِﺒ َﻚ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ ﻋَ ﻠَ ْﻴ ِﻪ َ ْﻓ َﻀ ُﻞ اﻟﺼ َﻼ ِة َواﻟﺴ َ‬


‫ﻼ ِم‪ِ ،‬ﻓﻲ ِﺻﺤ ٍﺔ َو ﻋَ ِ‬ ‫َاﻟﻠ ﻬُ ﻢ َﺻﻞ ﻋَ ﻠَﻰ َﺳﻴ ِﺪ َﻧﺎ ُﻣ َﺤﻤ ٍﺪ َﺻ َﻼ ًة ُﺗ َﺒﻠ ُﻐﻨَﺎ ِﺑ ﻬَ ﺎ َﺣﺞ َﺑ ْﻴ ِﺘ َﻚ ْاﻟ َﺤ َﺮ ِ‬
‫ام َو ﻋَ ﻠَﻰ ٰا ِﻟ ِﻪ َو َﺻ ْﺤ ِﺒ ِﻪ َو َﺳﻠ ْﻢ ‪.‬‬
‫َو ﺑ ُُﻠ ْﻮغِ ْاﻟ َﻤ َﺮ ِ‬
‫اﻟﻨﺎر ‪َ .‬و ْاﻟ َﺤ ْﻤ ﺪُ ِ َرب ْاﻟﻌﺎﻟَ ِﻤ َ‬
‫ﻴﻦ‬ ‫ِ‬ ‫َر ﺑﻨَﺎ ٰا ِﺗﻨَﺎ ِﻓﻲ اﻟﺪ ْﻧ َﻴﺎ َﺣ َﺴﻨ ًَﺔ َو ِﻓﻲ ْاﻵ ِﺧ َﺮ ِة َﺣ َﺴﻨ ًَﺔ َو ِﻗﻨَﺎ ﻋَ َﺬ َ‬
‫اب‬

‫ﺎء َو ْاﻟ ُﻤ ْﻨﻜ َ ِﺮ َواﻟ َﺒ ْﻐﻲِ‪َ ،‬ﻳ ِﻌ ُﻈﻜُ ْﻢ ﻟَﻌَ ﻠﻜُ ْﻢ َﺗ َﺬ ﻛ ُﺮ ْو َن‪َ .‬ﻓﺎذ ﻛُ ُﺮوا ا َ‬ ‫ِﻋ َﺒﺎدَ ا ِ ‪ ،‬إن ا َ َﻳ ُﻣ ُﺮ ِﺑ ْﺎﻟﻌَ ﺪْ ل ِ َو ْاﻹ ْﺣ َﺴﺎن ِ َواﻳْ ِ‬
‫ﺘَﺎء ِذي ْاﻟ ُﻘ ْﺮ َﺑﻰ َ‬
‫وﻳ ْﻨ ﻬَ ﻰ ﻋَ ﻦ ِ َ‬
‫اﻟﻔ ْﺤ َﺸ ِ‬
‫ْاﻟﻌَ ِﻈ ْﻴ َﻢ َﻳ ْﺬ ﻛُ ْﺮ ﻛُ ْﻢ َوﻟَ ِﺬ ﻛْ ُﺮ ا ِ ﻛْ َﺒ ُﺮ‬

Anda mungkin juga menyukai