Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Paedagogy

Volume 1 Nomor 1 2014


Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

MANAJEMEN KONFLIK INTERPERSONAL DI SEKOLAH


Ahmad Muslim
Administrasi Pendidikan, FIP, IKIP Mataram
E-mail: liemyans.14@gmail.com

Abstrak: Artikel ini ditulis untuk mengetahui pihak-pihak dan penyebab konflik
interpersonal, strategi manajemen konflik interpersonal, pengorganisasian dalam manajemen
konflik interpersonal, dan prosedur dalam manajemen konflik interpersonal. Hasil pemikiran
yaitu (1) pihak-pihak yang berkonflik melibatkan individu yang ada di dalam dan di luar
lingkungan sekolah dengan berbagai penyebab konflik, (2) strategi manajemen yang
digunakan (3) pengorganisasian manajemen terdiri atas dua tahap yakni penentuan pihak
yang mengelola konflik dan tugas yang akan dilaksanakan dan penetapan kualitas konflik.

Kata kunci: Manajemen dan Konflik Interpersonal.


PENDAHULUAN keterampilan dalam administrasi
personalia, dan keterampilan dalam
Sekolah membutuhkan kompetensi
penilaian. Sementara dua kemampuan
untuk memimpin dan mengelola sekolah
tambahan yaitu kemampuan untuk
secara baik dan benar. Salah satu
mengambil keputusan secara profesional
kompetensi yang harus dimiliki oleh
dan kemampuan mengatasi konflik yang
kepala sekolah adalah kompetensi dalam
terjadi di sekolah.
bidang manajerial. Kompetensi
Kemampuan mengelola konflik
manajerial mengisyaratkan agar kepala
merupakan suatu kemampuan yang
sekolah mampu merencanakan,
sering menyita perhatian kepala sekolah
mengembangkan, mengatasi, dan
secara intensif. Hal ini disebabkan
mengelola segala sumber daya yang ada
karena dalam mengelola sumber daya
di sekolah baik sumber daya manusia
yang ada sering terbentur dengan aneka
maupun sumber daya non manusia
konflik yang terjadi baik intrapersonal,
secara optimal. Selain itu, kompetensi
interpersonal, intragroup, intergroup,
manajerial ini dimaksud untuk
intraorganizational, maupun
menciptakan iklim atau budaya sekolah
interorganizational (Soetopo, 2010).
yang kondusif dan inovatif. Hal ini
Konflik-konflik tersebut pada umumnya
dikemukakan dalam Peraturan Menteri
disebabkan oleh hal-hal yang
Pendidikan Nasional (Permendiknas)
berhubungan dengan pengelolaan
Nomor 13 Tahun 2007 tentang
sumber daya itu sendiri. Misalnya,
karakteristik kompetensi manajerial
kelangkaan sumber daya, struktur
kepala sekolah.
organisasi, kejelasan tugas, dan
Tugas kepala sekolah dalam
sebagainya.
mengelola sumber daya baik manusia
Istilah konflik berasal dari bahasa
maupun non manusia merupakan peran
Latin con-figere, conflictum yang berarti
yang tidak mudah. Tugas tersebut
saling berbenturan. Arti kata ini
membutuhkan aneka keterampilan yang
menunjuk pada semua bentuk benturan,
oleh Kimball dan Willes (dalam
tabrakan, ketidaksesuaian,
Soetopo, 2010) dibagi atas dua bagian
ketidakserasian, pertentangan,
yakni lima keterampilan pokok dan dua
perkelahian, oposisi, dan interaksi-
kemampuan tambahan. Keterampilan
interaksi yang antagonis bertentangan
pokok tersebut meliputi keterampilan
(Soetopo, 2010). Owens (1995)
dalam kepemimpinan, keterampilan
mendeskripsikan konflik dengan melihat
dalam hubungan kemanusiaan,
pada dua kenyataan yang terjadi yaitu
keterampilan dalam proses kelompok,
perbedaan pandangan (atau dianggap

Halaman | 17
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

berbeda) dan ketidakcocokan terhadap arah apatis, anti perubahan, dan jauh dari
pandangan tersebut. Pendapat yang inovasi.
mirip disampaikan oleh Hanson (2003) Ditinjau dari keluasan, konflik
yang melihat konflik sebagai dapat dibedakan atas enam jenis konflik
ketidakcocokan, ketidaksetujuan, atau yaitu; intrapersonal, interpersonal,
perbedaan dalam atau antara entitas intragroup, intergroup,
sosial seperti individu, kelompok, atau intraorganizational, dan
organisasi. Robbins (2005) interorganizational. Ditinjau dari
mendefinisikan konflik sebagai proses hubungan konflik terdiri atas tiga jenis,
yang bermula ketika satu pihak yaitu konflik dengan atasan
merasakan bahwa pihak lain telah (superordinate conflict), konflik dengan
mempengaruhi secara negatif, atau akan bawahan (subordinate conflict), dan
segera mempengaruhi secara negatif, konflik dengan sesama atau rekan kerja
sesuatu yang menjadi kepedulian pihak (lateral conflict).
pertama. Sumber konflik dapat
Berdasarkan beberapa definisi dikategorikan atas tiga faktor yaitu
tentang konflik tersebut, maka unsur- komunikasi, stuktur, dan variabel pribadi
unsur konflik terdiri atas adanya atau faktor manusia (Handoko, 2003;
pertentangan, adanya pihak-pihak yang Robbins, 2005). Konflik dapat
berkonflik, adanya situasi dan proses, berdampak konstruktif atau fungsional
dan adanya tujuan, interes/kepentingan, dan destruktif atau disfungsional.
kebutuhan (Soetopo, 2010). Dalam Konflik fungsional merupakan bentuk
konteks manajemen konflik, konflik konflik yang mendukung sasaran
dapat diartikan sebagai “interaksi kelompok dan memperbaiki kinerja.
interes” yang bersifat konstruktif dan Konflik berdampak fungsional apabila
atau destruktif. (1) memungkinkan ketidakpuasan dalam
Menurut Robbins terdapat tiga organisasi yang tersembunyi muncul di
pandangan tentang konflik yaitu permukaan, sehingga organisasi dapat
pandangan tradisional, pandangan mengadakan penyesuaian untuk
hubungan manusia, dan pandangan mengatasinya, (2) kemungkinan
interaksionis (Robbins, 2005). Menurut timbulnya norma-norma baru untuk
pandangan tradisional, konflik dianggap menyempurnakan norma lama, (3) dapat
sebagai sesuatu yang negatif dan mengukur struktur kekuasaan yang ada
disamakan dengan istilah yang berkaitan pada organisasi, (4) memperkuat ciri
dengan kejahatan (violence), kelompok sehingga kelompok memiliki
pengrusakan (destruction), dan identitas yang pasti, (5) menyatukan
ketidakrasionalan (irrationality). Dalam komponen yang tadinya terpisah-pisah,
arti ini, konflik harus dihindarkan. dan (6) merangsang usaha mengatasi
Pandangan hubungan manusia stagnasi. Konflik disfungsional diartikan
menganggap bahwa konflik merupakan sebagai konflik yang menghambat
sesuatu yang muncul secara alamiah kinerja. Konflik berdampak
dalam semua kelompok dan organisasi. disfungsional apabila (1) menyebabkan
Pandangan ini menyarankan untuk timbulnya perasaan “tidak enak”
menerima konflik. Sementara menurut sehinggga menghambat komunikasi, (2)
pandangan interaksionis, konflik penting membawa organisasi ke arah
keberadaannya dan harus ditumbuhkan disintegrasi, (3) menghalangi kooperasi
karena jika organisasi terdiri atas para antarindividu dan sub-sistem organisasi,
anggota yang selalu kooperatif, damai, dan (4) memindahkan perhatian anggota
dan tenang hanya akan membawa ke dari tujuan organisasi (Soetopo, 2010).

Halaman | 18
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Pengetahuan akan konflik, jenis beruntung (win-win). Strategi


konflik, penyebab, dan dampak konflik pengelolaan konflik dapat juga diperoleh
membantu pemimpin pendidikan untuk dari Robbins (2005), Owens (1995), Hoy
menentukan strategi manajemen konflik. dan Miskel (2005), dan Hanson (2003)
Untuk sampai pada penentuan strategi mengutip pemikiran Kenneth Thomas
manajemen konflik secara tepat dan yang mengemukakan lima strategi yaitu
benar perlu diketahui tujuan yaitu persaingan (competitive),
pengelolaan, faktor yang mempengaruhi menguasai (dominating), kerjasama
pengelolaan, pengetahuan mengenai (collaborative/integration), kompromi
proses konflik, cara mengelola konflik, (sharing/compromise), penghindaran
dan kemampuan melihat tanda-tanda (avoidant/neglect), dan akomodasi
pengelolaan konflik yang benar. (accomodative/appeasement). Kelima
Pengelolaan konflik pada strategi tersebut ditinjau dari dua
hakekatnya bertujuan meningkatkan dimensi yaitu dimensi kekerjasamaan
kinerja kerja dan memperbaiki iklim (cooperativeness) dan kegigihan
organisasi yang tidak sehat.Owens (assertiveness).Selain kelima cara yang
(1995) mengemukakan bahwa tujuan digunakan dalam pengelolaan konflik di
utama dari setiap pendekatan dalam atas, Robbins (2005) menambahkan
pengelolaan konflik adalah untuk bahwa salah satu cara mengelola konflik
menghilangkan atau mengurangi dan adalah melalui perundingan atau
untuk memperbaiki permusuhan yang negosiasi. Kendatipun pemikiran
timbul dari konflik. Ada beberapa faktor Robbins ini digunakan untuk
yang mempengaruhi pengelolaan konflik penyelesaian konflik dalam perusahaan,
yaitu ciri umum pihak-pihak yang namun perundingan atau negosiasi ini
berkonflik, hubungan pihak-pihak yang juga dapat diterapkan di luar organisasi
berkonflik sebelum terjadi konflik, sifat pemasaran. Perundingan atau negosiasi
masalah yang menimbulkan konflik, adalah proses yang di dalamnya dua
lingkungan sosial di mana konflik pihak atau lebih bertukar barang atau
terjadi, kepentingan pihak-pihak yang jasa dan berupaya menyepakati tingkat
berkonflik, strategi yang biasa kerja sama.
digunakan oleh pihak-pihak yang Pengelolaan konflik yang tepat
berkonflik, dan konsekuensi konflik dan benar dapat diketahui melalui
terhadap yang berkonflik dan terhadap beberapa kemampuan antara lain
pihak lain (Soetopo, 2010). kemampuan membuat perencanaan
Proses konflik terdiri atas lima analisis konflik, kemampuan
tahap yaitutahap potensi oposisi atau mengevaluasi konflik, dan kemampuan
ketidakcocokan, kognisi dan memilih strategi manajemen konflik.
personalisasi, maksud, perilaku, dan Perencanaan analisis konflik yang baik
tahap terakhir adalah hasil (Robbins, harus menunjukkan adanya (1) deskripsi
2005). Cara mengelola konflik yang fenomena konflik yang terjadi, (2)
benar meliputi beberapa kegiatan yaitu identifikasi konflik meliputi latar
diagnosis konflik dan kegiatan belakang atau sumber penyebab
mengelola konflik.Kegiatan mengelola terjadinya konflik, faktor yang
konflik meliputi perencanaan analisis mempengaruhi konflik dan akibat yang
konflik, evaluasi konflik, dan penentuan akan terjadi bila konflik diatasi atau
strategi pengelolaan (Soetopo, 2010). dibiarkan, penggiringan konflik ke
Thoha (2010) menyebutkan tiga bentuk dalam jenis yang sama, intensitas dan
pemecahan konflik yaitu dengan cara cakupan yang luas, dan (3) rumusan
sama-sama merugi (lose-lose), kalah konflik yang sesungguhnya secara jelas
menang (win-lose), dan sama-sama dan tegas. Evaluasi terhadap suatu

Halaman | 19
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

konflik dikatakan berhasil jika pemimpin konflik. Secara khusus mengkaji tentang
atau manajer mampu menentukan proses manajemen konflik interpersonal
kualitas suatu konflik yang terjadi di di sekolah. Jenis konflik interpersonal
satuan pendidikan yang disebabkan karena jenis konflik tersebut
dipimpin.Ukuran yang dapat dipakai bila tidak dikelola secara benar tidak
adalah (1) rendah-tingginya intensitas hanya berdampak pada penurunan
timbulnya suatu konflik, (2) luas- kinerja pribadi tetapi kinerja kelompok
tidaknya cakupan suatu konflik, (3) atau organisasi.
penentuan kualitas konflik (ringan/kecil,
sedang/menengah, atau besar/berat), (4) ANALISIS PELUANG KONFLIK
penentuan penyelesaian konflik
INTERPERSONAL DI SEKOLAH
berdasarkan prioritas. Keberhasilan
pemimpin pendidikan dalam memilih Konflik interpersonal disekolah tentu
strategi manajemen konflik yang tepat menjadi persoalan yang sering
sangat ditentukan oleh kemampuan, ditemukan dan bahkan seluruh
keberanian, pengalaman, usaha, dan doa, komponen yang ada memiliki peluang
kematangan dirinya, serta situasi dan yangsama untuk terjadinya konflik
kondisi yang ada. Selain itu, kepedulian interpersonal. Analisis tentang peluang
pimpinan terhadap prinsip-prinsip yang kemungkinan terjadinya konflik
harus dilaksanakan dalam manajemen interpersonal yakni melibatkan siswa
konflik juga sangat menentukan dan siswa, siswa dan pihak luar, siswa
keberhasilan langkah ini. dan guru, siswa dan pegawai, siswa dan
Pengetahuan terhadap kepala sekolah, guru dan orang tua, guru
manajemen konflik merupakan input dan pegawai, guru dan guru, dan kepala
bagi para kepala sekolah dalam sekolah dan guru atau pegawai.
mengelola konflik di sekolah secara Penyebab munculnya konflik
tepat dan benar. Setiap tingkatan interpersonal yaitu perasaan tersinggung,
pendidikan, daerah/wilayah sangat merasa diri hebat, merasa diri lebih
berbeda dalam pengelolaan konflik. Hal tinggi, cemburu, perbedaan pendapat,
ini dikemukan oleh Robbins (2005) perbedaan pemahaman, ego yang tinggi,
dalam bentuk isu-isu yang perlu ungkapan kata yang kasar/kotor,
diperhatikan dalam penyelesaian konflik, masalah dari dalam dibawa ke luar
antara lain berkaitan dengan peran ciri lingkungan sekolah, masalah dari luar
kepribadian, perbedaan jenis kelamin, dibawa ke dalam lingkungan sekolah,
perbedaan budaya, dan menurut peneliti terlambat mengembalikan buku
dapat terjadi juga pada perbedaan tingkat perpustakaan, terlambat membayar uang
perkembangan IPTEK yang lebih mudah SPP/komite, ketidakjujuran siswa
diakses oleh daerah yang maju mengambil buku perpustakaan, guru
dibandingkan dengan daerah terbelakang mengajar siswa tidak mengerti, guru
atau belum maju. memberikan penjelasan yang tidak
Terhadap teori-teori di atas, maka benar, guru tidak menguasai materi
dipandang perlu untuk mengkaji pelajaran, materi ajar tidak lengkap,
bagaimana manajemen konflik siswa melanggar tata tertib sekolah,
interpersonal yang dilakukan ditingkat siswa lalai mengerjakan tugas, siswa
sekolah. Kajian penulisan secara umum tidak memiliki motivasi belajar,
terarah pada proses manajemen konflik ketidakhadiran siswa dalam proses
yang meliputi pihak-pihak dan penyebab pembelajaran, ketidakjujuran siswa
konflik, strategi manajemen konflik, ketika ditanya oleh guru, sikap
pengorganisasian dalam manajemen ketidaksenangan guru terhadap siswa,
konflik, dan prosedur dalam manajemen perbuatan siswa dilihat oleh kepala

Halaman | 20
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

sekolah seperti telambat masuk sekolah, STRATEGI MANAJEMEN


merusak pintu, dan mencoret tembok
KONFLIK INTERPERSONAL DI
sekolah, bentuk sanksi yang
memberatkan siswa, beban belajar yang SEKOLAH
memberatkan siswa, ketidakberhasilan
Penyebab konflik dapat dikelompokkan
siswa dalam pembelajaran, adanya
atas delapan faktor yaitu kepribadian,
perasaan tidak suka dalam pergaulan,
pengetahuan, komunikasi, hubungan
kecemburuan mengenai besarnya honor
manusia, disiplin, keefektifan
yang diterima, keterbatasan buku
pembelajaran, kesejahteraan, dan
perpustakaan khususnya mengenai buku
ketersediaan sarana dan prasarana.
pegangan siswa dan buku penunjang
Kepribadian adalah susunan unsur-unsur
pembelajaran, keterlambatan membayar
akal dan jiwa yang menentukan tingkah
gaji, honor, dan tunjangan kesejahteraan,
laku atau tindakan seorang individu.
ketidakpuasan terhadap kebijakan atau
Pengertian ini mengimplisitkan adanya
keputusan kepala sekolah,
unsur-unsur kepribadian manusia yang
ketidakberesan penyelesaian tugas di
mencakup pengetahuan, perasaan, dan
kantor, dan keterlambatan memasukan
dorongan naluriah manusia.
RPP, silabus, dan materi ajar kepada
Pengetahuan, perasaan, dan dorongan
kepala sekolah.
naluriah yang berbeda dalam diri
Konflik interpersonal di sekolah
individu bila dihadapkan pada suatu
terjadi juga pada aspek kebijakan
keputusan dan situasi tertentu dapat
pimpinan sekolah, sehingga cenderung
memungkinkan adanya konflik
mengakibatkan adanya ketimpangan dan
interpersonal. Robbins (2005)
ketidak nyamanan antar personal yang
menyatakan bahwa faktor-faktor pribadi
ada. Seperti halnya berupa kurangnya
berpotensi menjadi sumber konflik.
sosialisasi tata tertib sekolah, kurangnya
Faktor itu mencakup sistem nilai
pelatihan guru, penetapan tugas
individu setiap orang dan karakteristik
tambahan mengajar guru yang tidak
yang menyebabkan idiosinkrasi dan
berimbang, tidak adanya pengaturan
perbedaan individu. Wall dan Callister
pembagian tugas mengajar dan tugas
(1995) menyebutkan secara terperinci
tambahan guru, kurangnya kerja sama,
karakteristik individu yang dapat
tidak terpenuhinya kebutuhan,
memunculkan konflik yaitu personality,
kurangnya penyadaran diri siswa, tidak
values, goals, commitmen to position,
adanya pengontrolan dari pegawai,
stress, anger, and desire for autonomy.
kurangnya sosialisasi aturan dari setiap
Pengetahuan adalah hasil dari
bidang, kurangnya sosialisasi besarnya
proses pembelajaran dengan melibatkan
gaji, honor, dan tunjangan kesejahteraan,
indera penglihatan, pendengaran,
kemudian masih kurangnya penekanan
penciuman, dan pengecapan (Setyawati,
pada tata tertib sekolah dan nilai moral,
2008). Pengetahuan yang dimiliki oleh
kurangnya pendekatan face to face,
seseorang akan berdampak pada lahirnya
kurangnya pendekatan persuasif,
ide, gagasan, atau pendapat yang
kurangnya pemanggilan orang tua siswa,
senantiasa hadir ketika berbenturan
kurangnya penekanan pada kepentingan
dengan suatu hal atau kenyataan hidup.
bersama, dan perundingan, kurangnya
Perbedaan pendapat atau ketidakpuasan
pengefektifan komunikasi, kurangnya
atas suatu kebijakan atau keputusan
keterbukaan untuk saling memaafkan,
dapat dilihat sebagai hasil dari adanya
kurangnya kunjungan keluarga,
pengetahuan yang dimiliki oleh
kurangnya penekanan pada kesepakatan
seseorang. Kenyataan ini sangatlah
bersama mengenai besarnya gaji, honor,
diperlukan untuk menemukan ide,
dan tunjangan kesejahteraan.
gagasan, dan pengambilan kebijakan
Halaman | 21
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

atau keputusan yang benar. Perbedaan disiplin dalam arti kata benda menunjuk
pendapat dan ketidakpuasan terhadap pada praktek melatih orang untuk
kebijakan atau keputusan yang diterima mematuhi aturan dan perintah, dan
apabila tidak dikelola secara benar akan menghukum mereka jika mereka tidak
mendatangkan konflik antara pihak yang mematuhi hal yang telah ditetapkan
berbeda pendapat atau tidak puas atas (Turnbull, et.al, 2010). Long dan Morse
kebijakan atau keputusan yang diterima. (Jones & Jones, 2012) menggambarkan
Hal ini dapat dimungkinkan oleh adanya beberapa pengertian disiplin yaitu (1)
values, goals atau commitmen to position kekuasan guru untuk mengontrol
yang diperjuangkan oleh setiap orang. perilaku siswa dan (2) proses membantu
Komunikasi adalah proses siswa menginternalisasi nilai-nilai dan
penyampaian atau penerimaan pesan dari untuk mengembangkan kontrol diri atau
satu orang kepada orang lain, baik dorongan dan perasaan mereka.
langsung maupun tidak langsung, secara Penegakkan disiplin menyangkut tata
tertulis, lisan maupun bahasa nonverbal tertib sekolah atau aturan yang berlaku
(Usman, 2011). Usman menyebutkan di sekolah sering memunculkan adanya
bahwa ada tujuh unsur dalam proses konflik interpersonal. Munculnya
komunikasi yaitu (1) komunikator, (2) konflik interpersonal karena faktor
bahasa pesan, (3) media, (4) penegakan disiplin atau aturan
mengartikan pesan, (5) komunikan, (6) dilatarbelakangi oleh adanya panduan
balikan, dan (7) gangguan yang yang mengatur kehidupan bersama atau
menghambat komunikasi. Robbins adanya keinginan memiliki otonomi
(2005) menyatakan kesulitan semantik, pribadi yang tidak boleh dikekang
kesalahpahaman, dan kebisingan saluran (desire for autonomy). Konflik
komunikasi merupakan faktor interpersonal dapat muncul apabila
penghambat dalam komunikasi dan disiplin dipahami sebagai kekuasaan
kondisi anteseden yang potensial bagi guru atau kepala sekolah untuk
konflik. Wall dan Callister (1995) mengontrol perilaku siswa. Karakteristik
menyebutkan faktor-faktor dalam kepribadian siswa usia sekolah
komunikasi yang dapat menyebabkan menengah yang lebih pada dorongan
konflik interpersonal yaitu distortions untuk bebas berhadapan dengan
and misunderstandings, hostility, kekuasaan yang sifatnya mengontrol,
dislikes, high goals, insults, and intended atau penggunaan sanksi langsung akan
distributive behavior. Bahasa pesan berdampak pada munculnya sikap
memiliki dampak yang sangat besar membangkang terhadap guru atau kepala
dalam berkomunikasi atau dalam sekolah. Hoy dan Weinstein (Jones &
pergaulan.Bahasa pesan seperti Jones, 2012) dalam penelitian
ungkapan kata yang keras atau kotor menemukan bahwa penggunaan sanksi
(bernada makian) dan ungkapan yang langsung yang kuat, termasuk omelan,
menyindir pribadi komunikan dapat caci maki di depan umum, diminta untuk
mendatangkan konflik antara komunikan meninggalkan kelas, dan hukuman
dan komunikator. kelompok untuk perilaku menyimpang
Faktor hubungan dimaksud relasi dari satu siswa atau sedikit siswa
yang luas yang memungkinkan adanya dianggap sebagai hal yang tidak dapat
perluasan konflik yang disebabkan oleh diterima dan tidak efektif.
ketidakmampuan atau ketidakpuasan Keefektifan (effectiveness)
terhadap penyelesaian konflik yang menunjuk pada output atau hasil yang
terjadi. Bila dicermati sesungguhnya diharapkan. Hasil yang diharapkan dapat
faktor ini bertalian dengan sikap atau diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
karakteristik pribadi manusia. Istilah Keefektifan secara kuantitatif adalah

Halaman | 22
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

perbandingan antara hasil yang diperoleh secara khusus dan mutu hasil pendidikan
dibagi dengan target yang harus dicapai, secara umum.
sedangkan keefektifan secara kualitatif Sosialisasi adalah proses yang
adalah tingkat kepuasan yang diperoleh membantu individu belajar untuk
(Usman, 2011). Pembelajaran yang tidak berperilaku agar dapat diterimadalam
memuaskan, materi ajar yang dinilai masyarakat. Horton (dalam Ahmadi,
kurang lengkap, penguasaan materi ajar 2003) mengartikan sosialisasi adalah
yang tidak maksimal, keterlambatan suatu proses di mana seseorang
memasukan RPP, silabus, dan materi menghayati serta memahami norma-
ajar kepada kepala sekolah, beban norma dalam masyarakat tempat
belajar yang memberatkan siswa, siswa tinggalnya sehingga akan membentuk
tidak memiliki motivasi belajar, dan kepribadiannya. Buhler mengartikan
ketidakberhasilan siswa dalam sosialisasi adalah proses yang membantu
pembelajaran merupakan faktor-faktor individu-individu belajar dan
yang dapat menjadi pemicu munculnya menyesuaikan diri, bagaimana cara
konflik interpersonal. Hal ini dapat hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia
muncul karena setiap pribadi dapat berperan dan berfungsi dengan
menginginkan adanya proses kelompoknya (Ahmadi, 2003).
pembelajaran yang efektif baik itu bagi Sosialisasi dalam organisasi pendidikan
siswa, orang tua, maupun guru. bertujuan membantu warga sekolah
Keefektifan pembelajaran meliputi hasil (kepala sekolah, guru, pegawai, dan
yang baik, melalui kerja yang benar, dan siswa) untuk menghayati dan memahami
ada kepuasan dalam pembelajaran. norma-norma sekolah yang akan
Kesejahteraan menunjuk pada membentuk kepribadiannya dan
hal atau keadaan sejahtera, aman, membantu orang tua untuk memahami
selamat, tenteram, kesenangan hidup, norma-norma yang diberlakukan di
makmur, dan sebagainya (Daryanto, sekolah.
2005). Bila ditafsirkan pada makna yang Penyadaran diri adalah upaya
lebih luas, kesejahteraan menyangkut membantu meningkatkan kemampuan
keadaan yang dialami manusia yang individu untuk mengintrospeksi diri dan
mendatangkan kemudahan dan kemampuan untuk mendamaikandiri
kebahagiaan. Keadaan tersebut bila tidak sendirisebagaiindividuyang terpisahdari
dialami atau dihadapkan pada sesuatu lingkungandan individulainnya.
yang mengancam adanya keadaan Penyadaran diri dapat dipahami sebagai
tersebut, maka dapat berpotensi sebagai suatu upaya meningkatkan kecerdasan
konflik. Sarana dan prasarana sekolah emosional yang meliputi lima
menunjuk pada benda bergerak maupun kemampuan utama (Goleman, 1995)
yang tidak bergerak yang diperlukan yaitu mengenali emosi diri, mengelola
untuk menunjang pelaksanaan emosi, memotivasi diri sendiri,
pendidikan baik secara langsung maupun mengenali emosi orang lain, dan
tidak langsung (Depdiknas, 2008). membina hubungan dengan orang lain.
Ketersediaan sarana dan prasarana Pemenuhan kebutuhan atau fulfillment
memberikan pengaruh yang kuat adalah tindakan atau keadaan memenuhi
terhadap efektivitas implementasi untuk mencapai pemenuhan harapan
penjaminan mutu pendidikan dan mutu seseorang. Istilah fulfillment ini
hasil pendidikan (Bisker, 2012). bersinonim dengan satisfaction atau
Ketersediaan buku pegangan siswa atau kepuasan (Turnbull, et.al, 2010).
buku penunjang pembelajaran Pemaknaan ini mengambarkan bahwa
merupakan salah satu faktor yang pemenuhan kebutuhan sebagai suatu
menunjang efektivitas pembelajaran bentuk pendekatan preventif dalam

Halaman | 23
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

upaya untuk mencegah terjadi konflik karena pemahaman setiap individu yang
interpersonal menunjuk pada pemenuhan berhadapan dengan fasilitas umum
harapan atau kepuasan individu. dilihat sebagai hal yang dapat digunakan
Pengaturan pembagian tugas oleh siapa saja dan kapan saja.
dimaksud penempatan individu-individu Pencegahan munculnya konflik
yang tepat dengan gambaran tugas yang interpersonal dapat dibuat dengan cara
jelas.Pembagian tugas mengajar guru penetapan aturan pemakaian atau juga
disesuaikan dengan bidang ilmu yang dapat melalui pengamanan ke tempat
ditekuni, sedangkan pembagian tugas yang dijamin keamanannya.
tambahan didasarkan pada kemampuan Pendekatan kuratif berupa
yang ada pada diri setiap guru yang kolaborasi: pendekatan pribadi,
tentunya memperhatikan faktor prestasi pengefektifan komunikasi, kunjungan
kerja, pengalaman serta status yang keluarga, pendekatan persuasif,
diemban sebagai guru negeri atau guru pemanggilan orang tua, kompromi
tetap yayasan. Ketidakjelasan dalam (perundingan, melibatkan guru senior
pembagian tugas dapat mengakibatkan dan pastor), penghindaran, memaksa
munculnya konflik interpersonal, yang (otoritas pribadi, penekanan pada tata
oleh Robbins (2005) disebut konflik tertib dan nilai moral, penekanan pada
proses. Siapa yang harus melakukan apa kepentingan bersama, penekanan pada
dan kepastian tentang peran tugas kesepakatan bersama), dan penyesuaian.
merupakan hal mendasar dalam upaya Kolaborasi (collaborating)
mencegah munculnya konflik merupakan strategi pengelolaan konflik
nterpersonal. Pelatihan guru dimaksud di mana kedua pihak yang berkonflik
usaha untuk meningkatkan kinerja guru bekerja sama dan mencari pemecahan
dalam pekerjaannya sekarang atau dalam konflik yang memuaskan kepentingan
pekerjaan lain yang akan dijabatnya kedua belah pihak (Hardjana, 2006).
segera (Ruky, 2006). Pemaknaan ini Strategi ini disebut strategi menang-
menunjuk adanya upaya preventif dari menang (win-win). Menurut Soetopo
kesalahan yang dapat saja dibuat oleh (2010) kolaborasi terjadi ketika kedua
guru dalam hubungan dengan kegiatan pihak yang peduli untuk kompromi,
dan penilaian pembelajaran secara tepat kepentingan belajar, ada perbedaan
dan benar. perspektif, mencapai konsensus, dan
Controlling atau pengawasan persahabatan. Proses kolaborasi
mengandung makna melihat atau mensyaratkan bahwa orang yang terlibat
mengecek apa yang terjadi, menilai dan memiliki keterampilan yang diperlukan
dicocokkan dengan rencana semula, untuk berkomunikasi dan bekerja dalam
perintah-perintah yang telah diberikan kelompok secara efektif dan sikap yang
dan dicocokkan dengan prinsip-prinsip mendukung yakni sikap keterbukaan,
yang dikembangkan (Soetopo, 2001). kepercayaan, dan kejujuran dalam
Tujuan dari pengawasan sesuai dengan mengidentifikasikan masalah (Robbins,
konteks adalah mencegah meniadakan 2005).
kesalahan, penyimpangan, Kompromi artinya persetujuan
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dengan jalan damai (Daryanto, 2005).
dan ketidakadilan; menciptakan suasana Turnbull et.al (2010) mendefinisikan
keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan kompromi adalah perjanjian yang dibuat
akuntabilitas (Usman, 2011). Barang antara dua orang atau kelompok dimana
milik umum atau milik bersama masing-masing pihak memberikan
memiliki potensi untuk memunculkan beberapa dari hal-hal yang mereka
konflik interpersonal apabila tidak inginkan sehingga keduabelah pihak
dikelola secara baik. Hal ini dapat terjadi merasa senang. Cara ini merupakan

Halaman | 24
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

pendekatan terhadap konflik di mana berdasarkan kesalahan (Soetopo, 2010).


pihak-pihak yang berkonflik tidak ada Cara pengelolaan menyesuaikan
yang menang atau kalah. Pihak-pihak merupakan pendekatan kalah-menang
yang berkonflik saling memberi (Robbins, 2005).
kelonggaran atau konsesi (Hardjana,
2006). Soetopo (2010) menyatakan SIMPULAN
bahwa kompromi muncul dalam situasi
Konflik interpersonal melibatkan
ketika tujuan dianggap penting, isu
individu di dalam sekolah dan juga di
kompleks, solusi di bawah tekanan, dan
luar lingkungan sekolah. Konflik
kolaborasi tidak sukses. Prosedur dalam
interpetsonal tersebut dikelompokkan
pendekatan tersebut yaitu ada hal yang
atas konflik dengan atasan, konflik
dikompromikan, ada tawar-menawar,
dengan bawahan, dan konflik dengan
memanfaatkan penengah, dan hasilnya
sesama atau rekan kerja. Penyebab
ada pihak yang dikorbankan. Kompromi
konflik beraneka ragam. Terdapat
digunakan apabila (1) para pihak harus
beberapa penyebab konflik interpersonal
bersedia untuk terlibat dalam proses, (2)
yang dikelompokkan atas delapan faktor
ada beberapa bergerak ke arah
yakni kepribadian, pengetahuan,
kolaborasi (walaupun biasanya ini
komunikasi, hubungan manusia, disiplin,
dibatasi untuk negosiator), dan (3)
keefektifan pembelajaran, kesejahteraan,
proses ini pada dasarnya damai dan tidak
dan ketersediaan sarana dan prasarana.
bertentangan (Robbins, 2005).
Strategi manajemen konflik
Penghindaran dapat dipahami
yang digunakan pada sekolah
sebagai suatu upaya menjauh dari
menggunakan dua pendekatan yaitu
kenyataan atau kondisi yang tidak
pendekatan preventif atau pencegahan
menguntungkan. Penghindaran sebagai
konflik dan pendekatan kuratif atau
strategi dalam pengelolaan konflik
penyelesaian konflik yang terjadi.
apabila isu yang dihadapi tidak penting,
Penetapan kualitas konflik dilihat
ada isu lain yang lebih penting, dan ada
berdasarkan kategori/klasifikasi
pihak lain dapat mengatasi lebih efektif
pelanggaran yang dibuat dalam rapat
(Soetopo, 2010). Memaksa merupakan
forum guru, mengetahui komite sekolah,
cara pengelolaan konflik di mana satu
dan diketahui oleh dinas pendidikan
pihak memperjuangkan kepentingannya
pemuda dan olah raga. Kategori atau
dengan mengorbankan pribadi atau
klasifikasi konflik dibuat dalam tiga
kepentingan pihak lain (Hardjana, 2006).
kategori/klasifikasi yaitu kategori
Cara ini merupakan pendekatan terhadap
pelanggaran ringan/klasifikasi pertama,
konflik yang berciri menang-kalah
kategori pelanggaran semi
(Robbins, 2005). Strategi memaksa
berat/klasifikasi kedua, dan kategori
dibuat manakala berada dalam situai
pelanggaran berat/klasifikasi ketiga.
cepat, menentukan, vital, darurat, isu
Prosedur dalam manajemen
penting, dan adanya perilaku tidak
konflik interpersonal pada sekolah
kompetetif di mana ada satu pihak yang
mencakup empat tahap yaitu tahap
ingin menang sendiri (Soetopo, 2010).
kesadaran adanya konflik: stimulasi
Penyesuaian muncul sebagai strategi
konflik dan konflik yang muncul secara
dalam pengelolaan konflik apabila
terang-terangan, tahap penentuan
berada dalam situasi ketika menemukan
strategi, tahap penyelesaian konflik, dan
kekeliruan, mencapai posisi lebih baik,
tahap hasil yang dicapai. Pimpinan
isu lebih penting dari pada diri sendiri,
organisasi pendidikan perlu
memuaskan pihak lain, dan memelihara
meningkatkan pengetahuan mengenai
kooperasi, mempertahankan
manajemen konflik secara baik dan
keharmonisan dan stabilitas, belajar
benar. Pengetahuan akan pengelolaan
Halaman | 25
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

konflik baik dan benar berdampak pada Daryanto.2005. Kamus Bahasa


peningkatan kinerja kerja setiap individu Indonesia Lengkap. Surabaya:
dan terbinanya suasana organisasi Apollo.
persekolahan yang sehat. Strategi Depdiknas RI. 2008. Peraturan
pengelolaan konflik interpersonal yang Mendiknas Republik Indonesia
dibuat sifatnya tidak statis namun No. 40 Tahun 2008. Jakarta:
dinamis sesuai dengan evaluasi terhadap Depdiknas RI.
hasil pengelolaan konflik yang telah Goleman, D. 1995.Emotional Intelligence.
diperoleh.Untuk itu, setiap strategi yang New York: Bantan Books
digunakan dalam pengelolaan konflik Handoko, T.H. 2003.Manajemen. Edisi
interpersonal perlu dievaluasi. 2. Yogyakarta: BPFE.
Kemampuan mengelola konflik Hanson, E. M., 2003. Educational
interpersonal tidak hanya diperuntukkan Administration and
atau diketahui oleh kepala sekolah saja, Organizational Behavior, 5th
namun setiap pendidik dan tenaga edition, New York: Pearson
kependidikan perlu memahami dan Education Inc.
mengelola konflik interpersonal secara Hardjana, A.M. 1996. Konflik di Tempat
baik dan benar. Konflik dapat terjadi Kerja. Yogyakarta: Kanisius.
pada diri sendiri, dengan orang lain, dan Hoy, W.K. & Miskel, C.G. 2005.
dalam organisasi. Pengetahuan dan Educational Administration:
pemahaman yang benar tentang Theory, Research and Practices.
manajemen konflik interpersonal New York: McGraw-Hill
menghantar setiap pendidik dan tenaga International Editional.
kependidikan untuk menciptakan Jones, V. & Jones, L. 2012.Manajemen
lingkungan organisasi persekolahan Kelas Komprehensif. Jakarta:
yang sehat. Kencana.
Keberhasilan organisasi Owens, R.G. 1995. Organizational
pendidikan dalam mengelola konflik Behavior in Education. Amerika
bukan hanya menjadi tugas dan Serikat: Allyn and Bacon.
tanggung jawab tenaga pendidik dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
tenaga kependidikan di sekolah, tetapi Nomor 13 Tahun 2007 tentang
merupakan tugas dan tanggung jawab Standar Kepala Sekolah /
orang tua atau wali murid. Pengetahuan Madrasah, (Online),
dan pemahaman yang benar tentang (www.depdiknas.org), diakses 19
manajemen konflik interpersonal April 2012.
membantu orang tua atau wali murid Robbins, S.P. 2005. Organizational
bersama tenaga pendidik dan tenaga Behavior. Eleventh Edition.
kependidikan mencari alternatif atau Upper Saddle River, New Jersey:
solusi yang tepat dalam mengelola Pearson Education International.
konflik di sekolah. Setiawati, S. 2008. Proses
Pembelajaran. Jakarta: Trans
DAFTAR PUSTAKA Infomedia.
Soetopo, H. 2001. Manajemen
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar, Pendidikan. Malang: Universitas
cet.4. Jakarta: Rineka Cipta. Negeri Malang.
Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan
1982.Qualitative Research for Pendidikan. Malang: Universitas
Education: An Introduction to Negeri Malang.
Theory and Methods. London:
Allyn and Bacon, Inc.

Halaman | 26
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Thoha, M. 2010. Kepemimpinan dalam Dictionary. Eight Edition.


Manajemen. Jakarta: PT Raja London: Oxford University
Grafindo Persada. Press.
Turnbull, J., Lea, D., Parkinson, D., Wall, J.A. & Callister, R.R. 1995.
Philips P., Francis, B., Webb, S., Conflict and Its Management.
Bull, V. & Ashby, M. Journal of Management, 21 (3):
2010.Oxford Advanced Learner’s 515-558.

Halaman | 27

Anda mungkin juga menyukai