3055 7858 1 SM
3055 7858 1 SM
Abstrak: Artikel ini ditulis untuk mengetahui pihak-pihak dan penyebab konflik
interpersonal, strategi manajemen konflik interpersonal, pengorganisasian dalam manajemen
konflik interpersonal, dan prosedur dalam manajemen konflik interpersonal. Hasil pemikiran
yaitu (1) pihak-pihak yang berkonflik melibatkan individu yang ada di dalam dan di luar
lingkungan sekolah dengan berbagai penyebab konflik, (2) strategi manajemen yang
digunakan (3) pengorganisasian manajemen terdiri atas dua tahap yakni penentuan pihak
yang mengelola konflik dan tugas yang akan dilaksanakan dan penetapan kualitas konflik.
Halaman | 17
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
berbeda) dan ketidakcocokan terhadap arah apatis, anti perubahan, dan jauh dari
pandangan tersebut. Pendapat yang inovasi.
mirip disampaikan oleh Hanson (2003) Ditinjau dari keluasan, konflik
yang melihat konflik sebagai dapat dibedakan atas enam jenis konflik
ketidakcocokan, ketidaksetujuan, atau yaitu; intrapersonal, interpersonal,
perbedaan dalam atau antara entitas intragroup, intergroup,
sosial seperti individu, kelompok, atau intraorganizational, dan
organisasi. Robbins (2005) interorganizational. Ditinjau dari
mendefinisikan konflik sebagai proses hubungan konflik terdiri atas tiga jenis,
yang bermula ketika satu pihak yaitu konflik dengan atasan
merasakan bahwa pihak lain telah (superordinate conflict), konflik dengan
mempengaruhi secara negatif, atau akan bawahan (subordinate conflict), dan
segera mempengaruhi secara negatif, konflik dengan sesama atau rekan kerja
sesuatu yang menjadi kepedulian pihak (lateral conflict).
pertama. Sumber konflik dapat
Berdasarkan beberapa definisi dikategorikan atas tiga faktor yaitu
tentang konflik tersebut, maka unsur- komunikasi, stuktur, dan variabel pribadi
unsur konflik terdiri atas adanya atau faktor manusia (Handoko, 2003;
pertentangan, adanya pihak-pihak yang Robbins, 2005). Konflik dapat
berkonflik, adanya situasi dan proses, berdampak konstruktif atau fungsional
dan adanya tujuan, interes/kepentingan, dan destruktif atau disfungsional.
kebutuhan (Soetopo, 2010). Dalam Konflik fungsional merupakan bentuk
konteks manajemen konflik, konflik konflik yang mendukung sasaran
dapat diartikan sebagai “interaksi kelompok dan memperbaiki kinerja.
interes” yang bersifat konstruktif dan Konflik berdampak fungsional apabila
atau destruktif. (1) memungkinkan ketidakpuasan dalam
Menurut Robbins terdapat tiga organisasi yang tersembunyi muncul di
pandangan tentang konflik yaitu permukaan, sehingga organisasi dapat
pandangan tradisional, pandangan mengadakan penyesuaian untuk
hubungan manusia, dan pandangan mengatasinya, (2) kemungkinan
interaksionis (Robbins, 2005). Menurut timbulnya norma-norma baru untuk
pandangan tradisional, konflik dianggap menyempurnakan norma lama, (3) dapat
sebagai sesuatu yang negatif dan mengukur struktur kekuasaan yang ada
disamakan dengan istilah yang berkaitan pada organisasi, (4) memperkuat ciri
dengan kejahatan (violence), kelompok sehingga kelompok memiliki
pengrusakan (destruction), dan identitas yang pasti, (5) menyatukan
ketidakrasionalan (irrationality). Dalam komponen yang tadinya terpisah-pisah,
arti ini, konflik harus dihindarkan. dan (6) merangsang usaha mengatasi
Pandangan hubungan manusia stagnasi. Konflik disfungsional diartikan
menganggap bahwa konflik merupakan sebagai konflik yang menghambat
sesuatu yang muncul secara alamiah kinerja. Konflik berdampak
dalam semua kelompok dan organisasi. disfungsional apabila (1) menyebabkan
Pandangan ini menyarankan untuk timbulnya perasaan “tidak enak”
menerima konflik. Sementara menurut sehinggga menghambat komunikasi, (2)
pandangan interaksionis, konflik penting membawa organisasi ke arah
keberadaannya dan harus ditumbuhkan disintegrasi, (3) menghalangi kooperasi
karena jika organisasi terdiri atas para antarindividu dan sub-sistem organisasi,
anggota yang selalu kooperatif, damai, dan (4) memindahkan perhatian anggota
dan tenang hanya akan membawa ke dari tujuan organisasi (Soetopo, 2010).
Halaman | 18
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
Halaman | 19
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
konflik dikatakan berhasil jika pemimpin konflik. Secara khusus mengkaji tentang
atau manajer mampu menentukan proses manajemen konflik interpersonal
kualitas suatu konflik yang terjadi di di sekolah. Jenis konflik interpersonal
satuan pendidikan yang disebabkan karena jenis konflik tersebut
dipimpin.Ukuran yang dapat dipakai bila tidak dikelola secara benar tidak
adalah (1) rendah-tingginya intensitas hanya berdampak pada penurunan
timbulnya suatu konflik, (2) luas- kinerja pribadi tetapi kinerja kelompok
tidaknya cakupan suatu konflik, (3) atau organisasi.
penentuan kualitas konflik (ringan/kecil,
sedang/menengah, atau besar/berat), (4) ANALISIS PELUANG KONFLIK
penentuan penyelesaian konflik
INTERPERSONAL DI SEKOLAH
berdasarkan prioritas. Keberhasilan
pemimpin pendidikan dalam memilih Konflik interpersonal disekolah tentu
strategi manajemen konflik yang tepat menjadi persoalan yang sering
sangat ditentukan oleh kemampuan, ditemukan dan bahkan seluruh
keberanian, pengalaman, usaha, dan doa, komponen yang ada memiliki peluang
kematangan dirinya, serta situasi dan yangsama untuk terjadinya konflik
kondisi yang ada. Selain itu, kepedulian interpersonal. Analisis tentang peluang
pimpinan terhadap prinsip-prinsip yang kemungkinan terjadinya konflik
harus dilaksanakan dalam manajemen interpersonal yakni melibatkan siswa
konflik juga sangat menentukan dan siswa, siswa dan pihak luar, siswa
keberhasilan langkah ini. dan guru, siswa dan pegawai, siswa dan
Pengetahuan terhadap kepala sekolah, guru dan orang tua, guru
manajemen konflik merupakan input dan pegawai, guru dan guru, dan kepala
bagi para kepala sekolah dalam sekolah dan guru atau pegawai.
mengelola konflik di sekolah secara Penyebab munculnya konflik
tepat dan benar. Setiap tingkatan interpersonal yaitu perasaan tersinggung,
pendidikan, daerah/wilayah sangat merasa diri hebat, merasa diri lebih
berbeda dalam pengelolaan konflik. Hal tinggi, cemburu, perbedaan pendapat,
ini dikemukan oleh Robbins (2005) perbedaan pemahaman, ego yang tinggi,
dalam bentuk isu-isu yang perlu ungkapan kata yang kasar/kotor,
diperhatikan dalam penyelesaian konflik, masalah dari dalam dibawa ke luar
antara lain berkaitan dengan peran ciri lingkungan sekolah, masalah dari luar
kepribadian, perbedaan jenis kelamin, dibawa ke dalam lingkungan sekolah,
perbedaan budaya, dan menurut peneliti terlambat mengembalikan buku
dapat terjadi juga pada perbedaan tingkat perpustakaan, terlambat membayar uang
perkembangan IPTEK yang lebih mudah SPP/komite, ketidakjujuran siswa
diakses oleh daerah yang maju mengambil buku perpustakaan, guru
dibandingkan dengan daerah terbelakang mengajar siswa tidak mengerti, guru
atau belum maju. memberikan penjelasan yang tidak
Terhadap teori-teori di atas, maka benar, guru tidak menguasai materi
dipandang perlu untuk mengkaji pelajaran, materi ajar tidak lengkap,
bagaimana manajemen konflik siswa melanggar tata tertib sekolah,
interpersonal yang dilakukan ditingkat siswa lalai mengerjakan tugas, siswa
sekolah. Kajian penulisan secara umum tidak memiliki motivasi belajar,
terarah pada proses manajemen konflik ketidakhadiran siswa dalam proses
yang meliputi pihak-pihak dan penyebab pembelajaran, ketidakjujuran siswa
konflik, strategi manajemen konflik, ketika ditanya oleh guru, sikap
pengorganisasian dalam manajemen ketidaksenangan guru terhadap siswa,
konflik, dan prosedur dalam manajemen perbuatan siswa dilihat oleh kepala
Halaman | 20
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
atau keputusan yang benar. Perbedaan disiplin dalam arti kata benda menunjuk
pendapat dan ketidakpuasan terhadap pada praktek melatih orang untuk
kebijakan atau keputusan yang diterima mematuhi aturan dan perintah, dan
apabila tidak dikelola secara benar akan menghukum mereka jika mereka tidak
mendatangkan konflik antara pihak yang mematuhi hal yang telah ditetapkan
berbeda pendapat atau tidak puas atas (Turnbull, et.al, 2010). Long dan Morse
kebijakan atau keputusan yang diterima. (Jones & Jones, 2012) menggambarkan
Hal ini dapat dimungkinkan oleh adanya beberapa pengertian disiplin yaitu (1)
values, goals atau commitmen to position kekuasan guru untuk mengontrol
yang diperjuangkan oleh setiap orang. perilaku siswa dan (2) proses membantu
Komunikasi adalah proses siswa menginternalisasi nilai-nilai dan
penyampaian atau penerimaan pesan dari untuk mengembangkan kontrol diri atau
satu orang kepada orang lain, baik dorongan dan perasaan mereka.
langsung maupun tidak langsung, secara Penegakkan disiplin menyangkut tata
tertulis, lisan maupun bahasa nonverbal tertib sekolah atau aturan yang berlaku
(Usman, 2011). Usman menyebutkan di sekolah sering memunculkan adanya
bahwa ada tujuh unsur dalam proses konflik interpersonal. Munculnya
komunikasi yaitu (1) komunikator, (2) konflik interpersonal karena faktor
bahasa pesan, (3) media, (4) penegakan disiplin atau aturan
mengartikan pesan, (5) komunikan, (6) dilatarbelakangi oleh adanya panduan
balikan, dan (7) gangguan yang yang mengatur kehidupan bersama atau
menghambat komunikasi. Robbins adanya keinginan memiliki otonomi
(2005) menyatakan kesulitan semantik, pribadi yang tidak boleh dikekang
kesalahpahaman, dan kebisingan saluran (desire for autonomy). Konflik
komunikasi merupakan faktor interpersonal dapat muncul apabila
penghambat dalam komunikasi dan disiplin dipahami sebagai kekuasaan
kondisi anteseden yang potensial bagi guru atau kepala sekolah untuk
konflik. Wall dan Callister (1995) mengontrol perilaku siswa. Karakteristik
menyebutkan faktor-faktor dalam kepribadian siswa usia sekolah
komunikasi yang dapat menyebabkan menengah yang lebih pada dorongan
konflik interpersonal yaitu distortions untuk bebas berhadapan dengan
and misunderstandings, hostility, kekuasaan yang sifatnya mengontrol,
dislikes, high goals, insults, and intended atau penggunaan sanksi langsung akan
distributive behavior. Bahasa pesan berdampak pada munculnya sikap
memiliki dampak yang sangat besar membangkang terhadap guru atau kepala
dalam berkomunikasi atau dalam sekolah. Hoy dan Weinstein (Jones &
pergaulan.Bahasa pesan seperti Jones, 2012) dalam penelitian
ungkapan kata yang keras atau kotor menemukan bahwa penggunaan sanksi
(bernada makian) dan ungkapan yang langsung yang kuat, termasuk omelan,
menyindir pribadi komunikan dapat caci maki di depan umum, diminta untuk
mendatangkan konflik antara komunikan meninggalkan kelas, dan hukuman
dan komunikator. kelompok untuk perilaku menyimpang
Faktor hubungan dimaksud relasi dari satu siswa atau sedikit siswa
yang luas yang memungkinkan adanya dianggap sebagai hal yang tidak dapat
perluasan konflik yang disebabkan oleh diterima dan tidak efektif.
ketidakmampuan atau ketidakpuasan Keefektifan (effectiveness)
terhadap penyelesaian konflik yang menunjuk pada output atau hasil yang
terjadi. Bila dicermati sesungguhnya diharapkan. Hasil yang diharapkan dapat
faktor ini bertalian dengan sikap atau diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
karakteristik pribadi manusia. Istilah Keefektifan secara kuantitatif adalah
Halaman | 22
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
perbandingan antara hasil yang diperoleh secara khusus dan mutu hasil pendidikan
dibagi dengan target yang harus dicapai, secara umum.
sedangkan keefektifan secara kualitatif Sosialisasi adalah proses yang
adalah tingkat kepuasan yang diperoleh membantu individu belajar untuk
(Usman, 2011). Pembelajaran yang tidak berperilaku agar dapat diterimadalam
memuaskan, materi ajar yang dinilai masyarakat. Horton (dalam Ahmadi,
kurang lengkap, penguasaan materi ajar 2003) mengartikan sosialisasi adalah
yang tidak maksimal, keterlambatan suatu proses di mana seseorang
memasukan RPP, silabus, dan materi menghayati serta memahami norma-
ajar kepada kepala sekolah, beban norma dalam masyarakat tempat
belajar yang memberatkan siswa, siswa tinggalnya sehingga akan membentuk
tidak memiliki motivasi belajar, dan kepribadiannya. Buhler mengartikan
ketidakberhasilan siswa dalam sosialisasi adalah proses yang membantu
pembelajaran merupakan faktor-faktor individu-individu belajar dan
yang dapat menjadi pemicu munculnya menyesuaikan diri, bagaimana cara
konflik interpersonal. Hal ini dapat hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia
muncul karena setiap pribadi dapat berperan dan berfungsi dengan
menginginkan adanya proses kelompoknya (Ahmadi, 2003).
pembelajaran yang efektif baik itu bagi Sosialisasi dalam organisasi pendidikan
siswa, orang tua, maupun guru. bertujuan membantu warga sekolah
Keefektifan pembelajaran meliputi hasil (kepala sekolah, guru, pegawai, dan
yang baik, melalui kerja yang benar, dan siswa) untuk menghayati dan memahami
ada kepuasan dalam pembelajaran. norma-norma sekolah yang akan
Kesejahteraan menunjuk pada membentuk kepribadiannya dan
hal atau keadaan sejahtera, aman, membantu orang tua untuk memahami
selamat, tenteram, kesenangan hidup, norma-norma yang diberlakukan di
makmur, dan sebagainya (Daryanto, sekolah.
2005). Bila ditafsirkan pada makna yang Penyadaran diri adalah upaya
lebih luas, kesejahteraan menyangkut membantu meningkatkan kemampuan
keadaan yang dialami manusia yang individu untuk mengintrospeksi diri dan
mendatangkan kemudahan dan kemampuan untuk mendamaikandiri
kebahagiaan. Keadaan tersebut bila tidak sendirisebagaiindividuyang terpisahdari
dialami atau dihadapkan pada sesuatu lingkungandan individulainnya.
yang mengancam adanya keadaan Penyadaran diri dapat dipahami sebagai
tersebut, maka dapat berpotensi sebagai suatu upaya meningkatkan kecerdasan
konflik. Sarana dan prasarana sekolah emosional yang meliputi lima
menunjuk pada benda bergerak maupun kemampuan utama (Goleman, 1995)
yang tidak bergerak yang diperlukan yaitu mengenali emosi diri, mengelola
untuk menunjang pelaksanaan emosi, memotivasi diri sendiri,
pendidikan baik secara langsung maupun mengenali emosi orang lain, dan
tidak langsung (Depdiknas, 2008). membina hubungan dengan orang lain.
Ketersediaan sarana dan prasarana Pemenuhan kebutuhan atau fulfillment
memberikan pengaruh yang kuat adalah tindakan atau keadaan memenuhi
terhadap efektivitas implementasi untuk mencapai pemenuhan harapan
penjaminan mutu pendidikan dan mutu seseorang. Istilah fulfillment ini
hasil pendidikan (Bisker, 2012). bersinonim dengan satisfaction atau
Ketersediaan buku pegangan siswa atau kepuasan (Turnbull, et.al, 2010).
buku penunjang pembelajaran Pemaknaan ini mengambarkan bahwa
merupakan salah satu faktor yang pemenuhan kebutuhan sebagai suatu
menunjang efektivitas pembelajaran bentuk pendekatan preventif dalam
Halaman | 23
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
upaya untuk mencegah terjadi konflik karena pemahaman setiap individu yang
interpersonal menunjuk pada pemenuhan berhadapan dengan fasilitas umum
harapan atau kepuasan individu. dilihat sebagai hal yang dapat digunakan
Pengaturan pembagian tugas oleh siapa saja dan kapan saja.
dimaksud penempatan individu-individu Pencegahan munculnya konflik
yang tepat dengan gambaran tugas yang interpersonal dapat dibuat dengan cara
jelas.Pembagian tugas mengajar guru penetapan aturan pemakaian atau juga
disesuaikan dengan bidang ilmu yang dapat melalui pengamanan ke tempat
ditekuni, sedangkan pembagian tugas yang dijamin keamanannya.
tambahan didasarkan pada kemampuan Pendekatan kuratif berupa
yang ada pada diri setiap guru yang kolaborasi: pendekatan pribadi,
tentunya memperhatikan faktor prestasi pengefektifan komunikasi, kunjungan
kerja, pengalaman serta status yang keluarga, pendekatan persuasif,
diemban sebagai guru negeri atau guru pemanggilan orang tua, kompromi
tetap yayasan. Ketidakjelasan dalam (perundingan, melibatkan guru senior
pembagian tugas dapat mengakibatkan dan pastor), penghindaran, memaksa
munculnya konflik interpersonal, yang (otoritas pribadi, penekanan pada tata
oleh Robbins (2005) disebut konflik tertib dan nilai moral, penekanan pada
proses. Siapa yang harus melakukan apa kepentingan bersama, penekanan pada
dan kepastian tentang peran tugas kesepakatan bersama), dan penyesuaian.
merupakan hal mendasar dalam upaya Kolaborasi (collaborating)
mencegah munculnya konflik merupakan strategi pengelolaan konflik
nterpersonal. Pelatihan guru dimaksud di mana kedua pihak yang berkonflik
usaha untuk meningkatkan kinerja guru bekerja sama dan mencari pemecahan
dalam pekerjaannya sekarang atau dalam konflik yang memuaskan kepentingan
pekerjaan lain yang akan dijabatnya kedua belah pihak (Hardjana, 2006).
segera (Ruky, 2006). Pemaknaan ini Strategi ini disebut strategi menang-
menunjuk adanya upaya preventif dari menang (win-win). Menurut Soetopo
kesalahan yang dapat saja dibuat oleh (2010) kolaborasi terjadi ketika kedua
guru dalam hubungan dengan kegiatan pihak yang peduli untuk kompromi,
dan penilaian pembelajaran secara tepat kepentingan belajar, ada perbedaan
dan benar. perspektif, mencapai konsensus, dan
Controlling atau pengawasan persahabatan. Proses kolaborasi
mengandung makna melihat atau mensyaratkan bahwa orang yang terlibat
mengecek apa yang terjadi, menilai dan memiliki keterampilan yang diperlukan
dicocokkan dengan rencana semula, untuk berkomunikasi dan bekerja dalam
perintah-perintah yang telah diberikan kelompok secara efektif dan sikap yang
dan dicocokkan dengan prinsip-prinsip mendukung yakni sikap keterbukaan,
yang dikembangkan (Soetopo, 2001). kepercayaan, dan kejujuran dalam
Tujuan dari pengawasan sesuai dengan mengidentifikasikan masalah (Robbins,
konteks adalah mencegah meniadakan 2005).
kesalahan, penyimpangan, Kompromi artinya persetujuan
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dengan jalan damai (Daryanto, 2005).
dan ketidakadilan; menciptakan suasana Turnbull et.al (2010) mendefinisikan
keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan kompromi adalah perjanjian yang dibuat
akuntabilitas (Usman, 2011). Barang antara dua orang atau kelompok dimana
milik umum atau milik bersama masing-masing pihak memberikan
memiliki potensi untuk memunculkan beberapa dari hal-hal yang mereka
konflik interpersonal apabila tidak inginkan sehingga keduabelah pihak
dikelola secara baik. Hal ini dapat terjadi merasa senang. Cara ini merupakan
Halaman | 24
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
Halaman | 26
Jurnal Paedagogy
Volume 1 Nomor 1 2014
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
Halaman | 27