Anda di halaman 1dari 17

Manajemen

Konflik dan
Resiko
ALINA SARI HARTONO S.SOS, M.KP.
Pendahuluan
Situasi konflik dapat diketahui berdasarkan munculnya anggapan tentang ketidakcocokan tujuan dan
upaya untuk mengontrol pilihan satu sama lain, yang membangkitkan perasaan dan perilaku untuk
saling menentang (Lestari, 2012 )

Konflik dalam organisasi adalah suatu kondisi dalam organisasi dimana terdapat perbedaan pendapat
atau pertentangan dalam menjalankan tugas untuk melaksanakan visi dan misi organisasi. Konflik
merupakan kondisi yang dapat menghambat proses pelaksanaan tugas guna pencapaian tujuan
organisasi.

Konflik dapat disebabkan oleh berbagai perbedaan, serta disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
kegagalan komunikasi, masalah hubungan pribadi, serta struktur organisasi yang bermasalah.

Di dalam organisasi manapun terdapat konflik, baik yang masih tersembunyi maupun yang sudah
terang-terangan. Dengan demikian konflik merupakan kewajaran dalam suatu organisasi (Efendi,
2015),
Manajer menghabiskan 20 persen dari waktu kerja mereka
berhadapan dengan konflik. Dalam hal
ini, manajer bisa saja sebagai pihak pertama yang
langsung terlibat dalam konflik tersebut, dan bisa pula
sebagai mediator atau pihak ketiga, yang perannya tidak
lain dari menyelesaikan konflik antar pihak lain yang
mempengaruhi organisasi maupun individual yang terlibat
di dalam organisasi yang ditanganinya (Wirawan, 2013)

Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi anggota organisasi.


Pemimpin organisasi dituntut menguasai manajemen konflik agar
konflik yang muncul dapat berdampak
Konflik
Secara terminologi, konflik dapat didefinisikan sebagai keadaan interaktif yang termanifestasikan
dalam sikap ketidakcocokan, pertentangan, atau perbedaan dengan atau antara entitas sosial
seperti individu-individu, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi.

Konflik juga dapat diartikan sebagai ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau
kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya
yang langka secara bersama-sama atau menjalankan kegiatan bersama-sama dan atau karena
mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda.

Konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota atau kelompok organisasi
yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber-sumber daya yang
terbatas atau kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan
status, tujuan, nilai, atau persepsi (Rusdiana, 2016).
Penyebab terjadinya Tahapan terjadinya konflik :
konflik :
Menurut Hendricks, W. ( 1992 )
(Ardana, 2012 : 201)
Munculnya konflik dalam organisasi 1. Peristiwa sehari-hari. Contoh : Indviidu yang tidak puas dengan
menurut Ardana adalah sebagai berikut lingkungan
: 2. Adanya tantangan. Apapbila terjadi masalah
1. Masalah komunikasi, karena salah
pengertian berkenaan dengan 3. Adanya pertentangan. Terjadi antar individu atau antar
bahasa; kelompok dalam organisasi.
2. Masalah struktur organisasi,
adanyapertarungan kekuasaan
antar departemen dengan Menurut Robins ( 2003 ) :
kepentingan atau system penilaian
1. Oposisi atau ketidakcocokan
yang bertentangan, atau
persaingan. 2. Kognisi dan Personalisasi
3. Masalah pribadi, karena tidak
3. Maksud
sesuainya tujuan atau nilai-nilai
sosial pribadi karyawan dengan 4. Perilaku
perilaku yang dipesankan pada
jabatan mereka dan perbedaan 5. Hasil
dalam nilai-nilai persepsi.
Tahapan Konflik
Robin ( 2003 )
Manajemen Konflik
Konflik bukan kejahatan, tetapi lebih merupakan suatu gejala yang memiliki pengaruh-pengaruh
konstruktif atau destruktif tergantung pada manajemennya ( Hanson, 2010).
Manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam
rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan
ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif (Ross, 1993).
Manajemen konflik adalah suatu proses pembuatan rencana dan mengendalikan kondisi yang tidak
sesuai dan terjadi di antara pihak-pihak. yang bertikai. Juga berarti suatu proses membuat
perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan berbagai usaha anggota dalam
organisasi dan menggunakan semua sumber daya dari organisasi untuk mencapai sebuah tujuan
tertentu. Manajemen konflik sebagai proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun
strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang
diinginkan (Wirawan, 2013).
Tujuan Manajemen Konflik :

Tujuan utama manjemen konflik adalah untuk membangun dan mempertahankan kerja sama
yang kooperatif dengan para bawahan, teman sejawat atasan dan pihak luar. Beberapa bentuk
perilaku manajemen konflik seperti tawar menawar, dan pemecahan masalah secara integrative,
merupakan pendekatan untuk menangani konflik yang menyangkut seorang manajer dan pihak
lain yang bantuannya dibutuhkan untuk mencapai sasaran pekerjaan.
Pendekatan dalam mengelola konflik
Lacey ( 2003 : 20)

1. Problem Solving – upaya penyelesaian konflik semua pihak yang terlibat


2. Superordinat Goals – pengalihan pada tujuan Bersama yang lebih besar
3. Expansion of Resources – perluasan sumber daya
4. Avoidaned – penghindaran untuk mengulur waktu
5. Smoothing – penekanan pada kepentingan Bersama
6. Compromise – konsesi untuk saling memuaskan
7. Authoritative Command – kemampuan eksekutif untuk menghentikan konflik’
8. Intergroup Training – lokakarya bagi kelompok atau individu yang bertikai
9. Third Party Mediation – konsultan untuk memediasi
Tipe pengelolaan konflik
Dawn M. Barkesville ( 1993 : 65 )

1. Avoiding– menghindari konflik


2. Accomodating– mengakomodasi pendapat pihak-pihak yang berkonflik
3. Compromising – negosiasi pihak-pihak yang berkonflik
4. Competing– persaingan untuk memenangkan konflik
5. Collaborating– bekerjasama antara pihak yang berkonflik agar win-win solution
6. Conglomeration – kombinasi tipe-tipe diatas
Manajemen Resiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan dengan sistem yang konsisten untuk membantu setiap level
organisasi untuk mengelola risiko yang dihadapi (Tjahjadi, 2011).

Manajemen Resiko dapat dipahami sebagi suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian
risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan.

Tujuan manajemen risiko :

Secara umum tujuan Manajemen risiko adalah untuk meminimalisasi atau mencegah timbulnya kerugian
akibat suatu aktivitas, dan diharapkan dapat meningkatkan kesempatan ataupun peluang untuk mencapai
tujuan.Penerapan Manajemen Risiko yang efektif akan mampu memprediksi kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi di masa depan. Manajemen Risiko mampu memberi gambaran tentang posisi organisasi
dalam waktu yang akan datang sehingga mampu menentukan visi strategis organisasi.
Definisi Manajemen Resiko
Vaughan (2011) menyebutkan bahwa :
”Manajemen resiko adalah suatu system pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak
milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian
karena adanya suatu risiko”

Menurut Vaughan (2011) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut :


1. Risk is the chance of loss (Resiko adalah kans kerugian).
2. Risk is the possibility of loss (Resiko adalah kemungkinan kerugian).
3. Risk is uncertainty (Resiko adalah ketidakpastian).
4. Risk is the dispersion of actual from expected results (Resiko merupakan penyebaran hasil
aktual dari hasil yang diharapkan).
5. Risk is the probability of any outcome different from the one expected (Resiko adalah
probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan).
Proses penerapan manajemen risiko harus disertai dengan adanya pengawasan dan
pengendalian yang berkelanjutan untuk mengetahui apakah program yang dijalankan telah
sesuai dengan yang direncanakan.

Pelaksanaan manajemen risiko dalam suatu organisasi juga harus didukung dengan
peningkatan kesadaran risiko oleh para pelaku program, karena risiko bergantung pada
perubahan lingkungan baik internal maupun secara eksternal. Dengan demikian, risiko terburuk
dapat dihindari.

Manajemen risiko yang terintegrasi tidak hanya fokus pada minimalisasi atau mitigasi risiko,
tetapi juga mendukung kegiatan yang mendorong munculnya inovasi, kreativitas dan
kesempatan yang lebih besar. Penilaian terhadap ketidakpastian pada sesuatu yang akan terjadi
di masa depan, dapat memberi dampak positif terhadap kesuksesan suatu program.
Manfaat Manajemen Resiko dalam pemerintahan

Menurut Prof.Jamal Wiwoho, penerapan Manajemen Risiko di lingkungan pemerintahan memiliki manfaat sebagai
berikut :
1. Mengurangi kejutan yang muncul;
2. Meningkatnya kesempatan untuk memanfaatkan peluang;
3. Meningkatnya kualitas perencanaan dan meningkatkan pencapaian kinerja;
4. Meningkatnya hubungan yang baik dengan pemangku kepentingan;
5. Meningkatnya kualitas pengambilan keputusan;
6. Meningkatnya reputasi organisasi;
7. Meningkatnya rasa aman bagi pimpinan dan seluruh pegawai; dan
8. Meningkatnya akuntabilitas organisasi
Tahapan penyusunan standar manajemen risiko dalam sebuah
organisasi:

1. Menentukan Konteks

2. Identifikasi Resiko

3. Penilaian Resiko

4. Pengendalian Resiko

5. Komunikasi dan Konsultasi

6. Pemantauan dan peninjauan ulang


Proses Manajemen Resiko

(Work Breakdown
Structure )
Sekian dan selamat belajar

Anda mungkin juga menyukai