Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BUDAYA ORGANISASI

Budaya Organisasi Dan Perubahannya Di Era New Normal


Dosen Pengampu :
H. CECEP HERMANA, SE., MM.

Disusun Oleh :
1. Agung Ramdani 1810631020245
2. Aries Buidman 1810631020268
3. Celvin Surya Dharma 1810631020267
4. Rendy Fajar Sanusi 1810631020253

Kelompok 4 / 7D

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
Kata Penghantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Budaya Organisasi Dan
Perubahannya Di Era New Normal ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas H.
CECEP HERMANA, SE., MM. pada Mata Kuliah Budaya Organisasi fakultas ekonomi dan
bisnis Universitas Singaperbanga Karawang Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami menyadari, bahwa
makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyususnan,
Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan keritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak terutama bapak H.
CECEP HERMANA, SE., MM. dan semua pihak yang telah berperan dalam penyususnan
makalah ini dari awal hingga akhir . apabila ada kekeliruan atau kesalahan kalimat kami
memohon maaf yang sebesar besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Karawang, 11 desember 2020

Penulis

i
Daftar isi
Kata Penghantar......................................................................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................................................................1i
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Identifikasi masalah....................................................................................................................3
1.3 Rumusan masalah.......................................................................................................................3
1.4 Tujuan dan Manfaat....................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI..................................................................................................................................3
2.1 Hakikat Budaya Organisasi.........................................................................................................3
2.2 Budaya organisasi menurut para ahli.........................................................................................4
2.3 Menjaga Sebuah Budaya Hidup..................................................................................................5
2.4 Manfaat budaya organisasi........................................................................................................6
2.5 Karakteristik Budaya...................................................................................................................7
2.6 Dimensi Budaya..........................................................................................................................7
2.7 Elemen budaya organisasi..........................................................................................................7
2.8 Pengertian Perubahan Organisasi..............................................................................................8
2.9 Penyebab Perubahan Organisasi................................................................................................8
2.10 Jenis Perubahan Organisasi......................................................................................................8
BAB III....................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................9
3.1 Proses terbentuknya budaya organisasi.....................................................................................9
3.2 Perubahan Di Era New Normal.................................................................................................10
3.3 Transformasi Budaya Organisasi di Era New Normal...............................................................13
3.4 Perubahan Budaya organisasi perusahaan..............................................................................14
3.5 Adaptasi budaya organisasi ditengah situasi new normal.......................................................15
3.6 Tantangan dan Strategi Perusahaan dan Human Resources Development Dalam Hadapi New
Normal saat Pandemi COVID-19.....................................................................................................18
BAB IV.................................................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................................................19
1.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19
1.2 Saran....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya Organisasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan berorgani
sasi, budaya organisasi dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus
menjadi patokan dalam setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan
yang diambil. Hal ini terkait dengan bagaimana budaya itu mempengaruhi organisasi dan
bagaimana suatu budaya itu dapat dikelola oleh organisasi. Budaya organisasi mengacu
pada hubungan yang unik dari norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan cara berperilaku
yang menjadi ciri bagaimana kelompok dan individu dalam menyelesaikan sesuatu.
Budaya organisasi merupakan norma-norma dan kebiasaan yang diterima sebagai
suatu kebenaran oleh semua orang dalam organisasi. Budaya organisasi tumbuh dari waktu
ke waktu. Orang ada yang merasa nyaman dan ada juga yang merasa tidak nyaman dengan
budaya organisasi yang baru. Bagi orang yang mempertimbangkan perubahan budaya,
biasanya kejadian yang signifikan harus terjadi. Kejadian yang mengguncang dunia mereka,
seperti kebangkrutan, kehilangan sales dan konsumen yang signifikan, atau rugi jutaan
dollar, akan menarik perhatian banyak orang.
Susanto (1997) memberikan definisi budaya organisasi sebagai nilai-nilai yang
menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan
usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota
organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak
atau berperilaku.
Budaya memberikan tekanan pada individu untuk bertindak ke arah tertentu,
berfikir serta bertindak dengan cara yang konsisten dengan budaya organisasinya. Tidak ada
satupun tipe budaya organisasi yang terbaik yang dapat berlaku universal. Yang terpenting
adalah organisasi harus mengetahui potret budaya organisasi saat ini dan mengevaluasinya
apakah budaya yang berlaku tersebut dapat mendukung program perubahan organisasi.
Untuk membangun budaya organisasi yang dapat mendukung perubahan organisasi
dibutuhkan alat. Alat utamanya adalah komunikasi yang efektif yaitu komunikasi yang
sifatnya segala arah tidak hanya dari atas ke bawah saja, sehingga akan memperlancar
usaha pembangunan budaya organisasi yang baru. Dengan komunikasi yang efektif,
organisasi dapat mengkomunikasikan pentingnya perubahan, menampung saran dan

1
masukan dari anggota organisasi dan hubungan antar anggota organisasi serta
meningkatkan keterlibatan anggota organisasi. Tingginya keterlibatan anggota organisasi
akan menjamin suksesnya upaya membangun budaya organisasi yang baru sehingga dapat
mendukung perubahan organisasi.
Sudah hampir 9 bulan lamanya, sejak pertama kali diumumkan kasus pertama positif
Covid-19 di Indonesia. Sampai saat ini masyarakat telah terbiasa dengan melakukan
segalanya dari rumah. Oleh karena itu, perubahan ini lebih popular disebut “Era New
Normal” dengan munculnya kebiasaan baru di tengah masyarakat. Belakangan seluruh
elemen mendadak mengalami perubahan drastis. Aktivitas yang biasanya dilakukan diluar
ruangan kini menjadi terbatas didalam ruangan. Hal ini pun, pada akhirnya mempengaruhi
berbagai aspek. Baik itu dari segi ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan lainnya.
Termasuk dalam hal ini budaya organisasi.

Banyak spekulasi jika era new normal ini menjadi tantangan besar organisasi atau
justru peluang yang mestinya dapat dioptimalkan. Harapannya era perubahan baru ini,
dapat direspon positif dan budaya organisasi ini dapat dikembangkan untuk menciptakan
budaya tanpa merubah tradisi luhur yang sudah ada. Membangun budaya organisasi
perusahaan yang tangguh dan relevan dengan kondisi saat ini merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangan kondisi pandemi
sehingga perusahaan memiliki kemampuan yang cukup. Harapannya tetap unggul dan
mampu bersaing pada masa ketidakpastian yang tinggi.

Dampak dari kebijakan pemerintah dengan menjaga jarak atau social distancing,
telah merubah pola prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan cara kerjapun telah
digantikan dengan cara daring atau virtual demi mencegah penyebaran pandemi covid-19.
Dengan demikian bagaimana penyesuaian yang harus dilakukan pada budaya organisasi
perusahaan. Dimana dan apakah unsur budaya yang memiliki peranan terpenting dalam
perusahaan pada masa pandemi covid-19. Inilah pertanyaan yang muncul dalam setiap
benak pengelola organisasi. Mau dibawa kemana organisasi perusahaan yang selama ini
menjadi sandaran orang banyak disektor ekonomi. Oleh karena itu kami membuat makalah
dengan judul “ Budaya organisasi dan perubahannya di era new normal “

2
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan masalah
sebagai berikut :

1. Pemerintah menerapkan kebijakan social distancing dan work from home

2. Munculnya kebiasaan baru di tengah masyarakat

3. Pentingnya adaptasi dengan perubahan di era new normal

1.3 Rumusan masalah


1. Bagaimana hakikat budaya organisasi ?

2. Bagaimana perubahan budaya organisasi di era new normal ? 

3. Bagaimana adaptasi perubahan budaya organisasi di era new normal ?

1.4 Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengatahui hakikat budaya organisasi

2. Untuk mengetahui perubahan budaya organisasi di era new normal

3. untuk mengetahui cara adaptasi perubahan budaya organisasi di era new normal

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah cara orang melakukan sesuatu di dalam organisasi.
Budaya organisasi merupakan satuan norma yang terdiri dari keyakinan, sikap, cores values,
dan pola perilaku yang dilakukan orang dalam organisasi. Keyakinan adalah semua asumsi
dan persepsi tentang sesuatu, orang dan organisasi secara keseluruhan, dan diterima
sebagai sesuatu yang benar dan sah. Core values adalah nilai-nilai dominan yang diterima di
seluruh organisasi, sedangkan pola perilaku adalah cara seseorang bertindak terhadap orang
lainnya.
Keberadaan budaya di dalam organisasi atau disebut dengan budaya organisasi
yang tidak bisa dilihat oleh mata, tetapi bisa dirasakan. Budaya organisasi itu bisa dirasakan
keberadaannya melalui perilaku anggota karyawan di dalam organisasi itu sendiri.
Kebudayaan tersebut, memberikan pola, cara-cara berpikir, merasa menanggapi dan

3
menuntun para anggota dalam organisasi. Oleh karena itu, budaya organisasi akan
berpengaruh juga terhadap efektif atau tidaknya suatu organisasi.
Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia pada
pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Di samping itu, budaya organisasi akan
meningkatkan kekompakan tim antarberbagai departemen, divisi atau unit dalam
organisasi, sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang dalam organisasi
bersama-sama.
Budaya organisasi membentuk perilaku staf dengan mendorong percampuran core
values dengan perilaku yang diinginkan sehingga memungkinkan organisasi bekerja dengan
lebih efisien dan efektif, meningkatkan konsistensi, menyelesaikan konflik dan memfasilitasi
koordinasi dan kontrol.
Budaya organisasi itu berhubungan dengan bagaimana karyawan mempersepsikan
karakteristik dari budaya organisasi, tidak dengan apakah mereka menyukai budaya itu atau
tidak. Jadi, organisasi menyatakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-
anggota organisasi tersebut. Dalam suatu organisasi yang besar memiliki suatu budaya yang
dominan dari sejumlah anak budaya.
Budaya organisasi akan meningkatkan motivasi staf dengan memberi mereka
perasaan memiliki, loyalitas, kepercayaan dan nilai-nilai, dan mendorong mereka berpikir
positif tentang mereka dan organisasi. Dengan demikian, organisasi dapat memaksimalkan
kompetensi stafnya dan memenangkan kompetisi. Dengan budaya organisasi, kita dapat
memperbaiki perilaku dan motivasi sumber daya manusia sehingga meningkatkan
kinerjanya dan pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
Namun, budaya organisasi harus selalu dikembangkan sesuai dengan
perkembangan lingkungan. Budaya organisasi yang statis suatu saat akan tidak sesuai
dengan kebutuhan organisasi yang bersifat dinamis sebagai respons terhadap perubahan
lingkungan.

4
2.2 Budaya organisasi menurut para ahli
1. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya
organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi
dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.

2. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya
organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola
tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.

3. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang
dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.

4. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu
harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar
dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

5. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan
berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang
kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

2.3 Menjaga Sebuah Budaya Hidup


Budaya merupakan tempat, praktek sumberdaya manusia melalui tindakan
organisasi untuk diteggakkan dengan memberi karyawan susunan dari pengalaman yang
sama. Terddapat tiga kekuatan yang memainkan peran penting dalam melanjutkan budaya,
antara lain : praktek seleksi, tindakan manajemen puncak, dan sosialisasi metode. Ketiga
kekuatan tersebut dijelaskan berikut.

a. Seleksi

Tujuan eksplisit seleksi adalah untuk mengidentifikasikan dan menyewa individu-individu


yang memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kewajiban untuk membentuk pekerjaan
melalui keberhasilan organisasi.setiap calon pekerja akan menemui setiap pemberi kerja

5
yang mengharuskan proses seleksi. Proses ini berusaha untuk menjamin kesesuaian yang
lebih tepat, termasuk kehati-hatian atau kekurang hati-hatian dalam menyewa orang yang
memiliki –nilai yang konsisten dengan seluruh organisasi,atau setidaknya bagian yang baik
dari seluruh nilai.

b. Manajemen puncak

Tindakan manajemen puncak juga memiliki dampak terhaddap budaya organisasi. Semua
yang dikatakan bagaimana perilaku mereka, eksekutif senior menetapkan norma-norma
yang melindungi seluruh organisasi. Norma-norma ini menetapkan apakah pengambilan
risiko diinginkan, seberapa banyak kebebasan manajer akan memberikan karyawan mereka,
pakaian apa yang layak, tindakan apa yang akan dibayarkan apabila mencapai target
perusahaan seperti memberikan promosi dan rewards.

c. Sosialisasi

Organisasi harus membantu karyawan baru untuk mengadopsi dan beradaptasi dengan
budaya organisasi. Proses adaptasi inilah yang disebut sosialisasi.

Tingkat Budaya . Dengan mengacu pada tingkat program mental , hofstede menurunkan
budaya dari tingkatan yang kedua ( colective ) sehingga budaya adalah sesuatu yang dapat
dipelajari bukan merupakan suatu gen tetapi diturunkan dari lingkungan social .

Merujuk bagian lapisan budaya dari schein , budaya organisasi dapat juga dipahami
pada tingkatan,yaitu :

1. Lapisan paling dalam berupa asumsi asumsi dasar , ( belief )

2. Nilai-nilai , sikap atau norma dan

3. Artefak-artefak atau simbol-simbol pada lapisan paling luar .

2.4 Manfaat budaya organisasi


Manfaat budaya organisasi dikemukakan oleh Robins (1993) dalam Sutrisno
(2010:28), sebagai berikut:

1. Mengatasi peran yang membedakan antara organisasi yang satu dengan


organisasi yang lain. Setiap organisasi mempunyai peran yang berbeda sehingga

6
perlu memiliki akar budaya yang kuat dalam sistem dan kegiatan yang ada dalam
organisasi.
2. Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi para anggota organisasi. Dengan
budaya organisasi kuat akan merasa memiliki identitas yang merupakan ciri khas
organisasi.
3. Mementingkan tujuan bersama daripada mengutamakan kepentigan individu .
4. Menjaga stabilitas organisasi. Kesatuan komponen-komponen organisasi yag
direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan memebuata kondisi
organisasi relatif stabil.

2.5 Karakteristik Budaya


1. Inovasi dan pengambilan resiko .

2. Mempperhatikan secara rinci .

3. Orientasi hasil.

4. Orientasi orang tingkat dimana keputusan manajemen mengambil pertimbangan .

5. Orientasi tim .

6. Berubah tingkat dimana orang telah berubah dan bersaing dibandingkan individu-individu

7. Stabilitas , tingkat dimana aktifitas organisasi mengutamakan perolehan status quo yangf
bertentangan dengan pertumbuhan.

2.6 Dimensi Budaya


Terdapat 4 dimensi budaya organisasi yaitu :

1. Keterlibatan(involvement).

2. Konsistensi(consistency).

3. Misi (mission).

4. Adaptibilitas (adaptibility).

2.7 Elemen budaya organisasi


Selain menegaskan bahwa budaya organisasi adalah kebiasaan yang berlaku pada
sebuah organisasi , beberapa defenisi diatas juga menjelaskan bahwa kebiasaan yang terjadi

7
didalam sebuah organisasi. Secara umum budaya organisasi terdiri dari dua elemen utama
sebagaimana dikemukakan jacono(1988,1990). Yaitu elemen yang bersifat idealistik dan
elemen yang bersifat berkeprilakuan .Sedangkan elemen yang bersifat keprilakuan adalah
elemen yang kasat mata , muncul ke permukaan dan tampak dalam prilaku prilaku-prilaku
sehari anggota . elemen ini disebut sebagai representasi budaya.

2.8 Pengertian Perubahan Organisasi


Menurut Hatch (1997) Perubahan organisasi secara sederhananya dapat diartikan
adalah pembahasan mengenai mengapa, kapan, dan bagaimanaorganisasi melakukan
perubahan. Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut
berpindah dari keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk
meningkatkan efektifitas organisasinya.

2.9 Penyebab Perubahan Organisasi


Berikut beberapa penyebab perubahan organisasi :

1. Faktor Internal ,Perubahan yang disebabkan karena faktor dari dalam atau faktor
internal dalam suatu organisasi. Perubahaan ini terjadi karena adanya
konflik/permasalahan internal seperti : perubahan tujuan, perubahan jumlah
personel, menurunnya semangat kerja. Permasalahan tersebut dapat di atasi
dengan cara pengambilan keputusan dari seorang pemimpin organisasi,
menentukan kebijakan baru dalam suatu organisasi untuk mengatasi masalah
tersebut.
2. Faktor Eksternal, Perubahan organisasi yang disebabkan oleh faktor dari luar
organisasi, seperti : regulasi pemerintah, Kondisi ekonomi, tindakan pesaing.
Perubahan eksternal ini akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
organisasi dalam mewujudkan tujuan – tujuan dan cita – cita organisasi . Faktor
ini dapat di atasi dengan cara kerjasama antar organisasi untuk mewujudkan cita
– cita bersama dengan adanya kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.

2.10 Jenis Perubahan Organisasi


Berikut beberapa jenis perubahan organisasi :

1. Perubahan tidak terencana (unplanned change) Perubahan bersifat spontan, tanpa


ada arahan dari agen perubahan. Jenis-jenis perubahan yang tidak dapat diantisipasi

8
oleh organisasi . Contohnya pemogokan liar yang membuat pabrik tutup, atau konflik
interpersonal yang menghasilkan prosedur baru dalam hubungan antar departemen.
2. Perubahan terencana(planed change) Perubahan ini dihasilkan oleh usaha-usaha
yang dilakukan oleh agen perubahan. Perubahan ini merupakan respon dari adanya
perbedaan antara apa yang diharapkan dan kondisi aktual. Contonhnya dalam suatu
organisasi yang menerapkan teknologi informasi dalam organisasinya sehingga dapat
membantu organisasi dalam mewujudkan tujuan dan cita – cita organisasi.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Proses terbentuknya budaya organisasi
Sesuai dengan asal katanya , organisasi berasal dari bahasa yunani yaitu ORGANON
sebuah kata kerja yang beararti alat bantu , jadi organisasi adalah alat bantu manusia yang
sengaja didirikan untuk membantu manusia mencapai tujuan-tujuannya . Masing –masing
mempunyai alasan tersendiri yang tidak disengaja organisasi tersebut didirikan,berbekal
alasn tersebut , para pendiri kemudian menyediakan fasilitas . dana dan merekrut orang lain
yang sepaham dengannya untuk dijadikan karyawan dan ditempatkan pada posisi tertentu
sehingga kegiatan sebuah organisasi dan menjadi inisiator dalam pengembangan organisasi
dimasa depan . Ada beberapa alasan yang menyebabkan organisasi terbentuk dari satu
macam budaya:

1. Meski organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok individu yang se ide
yang memiliki kesamaan tujuan, individu-individu yang masuk belakangan berasal dari latar
belang yang berbeda, hal ini yang menyebabkan perbedaan budaya di dalam suatu
organisasi

2. Individu-individu di dalam organisasi tidak semata-mata sebagai objek yang harus


meneruskan budaya, tetapi sebagai sebagai subjek juga menjadi pencipta kebudayaan di
suatu organisasi.

9
3. Meski oraganisasi memiliki karakteristik tersendiri namun suatu organisasi
merupakan bagian dari suatu sistem sosial

Dalam skala besar, budaya organisasi merupakan bagian dari budaya industry,
budaya regional, budaya nasional maupun internasional. Berdasarkan hal terseburt dapat
disimpulkan :

1. Sebuah organisasi bisa mempunyai bermacam budaya, khususnya jika organisasi


tersebut cukup besar

2. Dalam sebuah organisasi selalu terjadi akulturasi dan enkulturasi maka budaya
organisasi lebih bersifat dinamis.

3.2 Perubahan Di Era New Normal


Perubahan selalu terjadi, disadari atau tidak. Begitu pula halnya dengan organisasi.
Organisasi hanya dapat bertahan jika dapat melakukan perubahan. Setiap perubahan
lingkungan yang terjadi harus dicermati karena keefektifan suatu organisasi tergantung
pada sejauhmana organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua perubahan yang terjadi akan
menimbulkan kondisi yang lebih baik, sehingga perlu diupayakan agar perubahan tersebut
diarahkan kearah yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang sebelumnya. Pada
dasarnya semua perubahan yang dilakukan mengarah pada peningkatan efektiftas
organisasi dengan tujuan mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan serta perubahan perilaku anggota
organisasi (Robbins, 2003).

Lebih lanjut Robbins menyatakan perubahan organisasi dapat dilakukan pada


struktur yang mencakup strategi dan sistem, teknologi, penataan fisik dan sumber daya
manusia. Sobirin (2005) menyatakan ada dua faktor yang mendorong terjadinya perubahan,
yaitu faktor ekstern seperti perubahan teknologi dan semakin terintegrasinya ekonomi
internasional serta faktor intern organisasi yang mencakup dua hal pokok yaitu :

1) perubahan perangkat keras organisasi (hard system tools) atau yang biasa disebut
dengan perubahan struktural, yang meliputi perubahan strategi, stuktur organisasi dan
sistem.

10
2) Perubahan perangkat lunak organisasi (soft system tools) atau perubahan kultural
yang meliputi perubahan perilaku manusia dalam organisasi, kebijakan sumber daya
manusia dan budaya organisasi.

Setiap perubahan tidak bisa hanya memilih salah satu aspek struktural atau cultural
saja sebagai variabel yang harus diubah, tetapi kedua aspek tersebut harus dikelola secara
bersama-sama agar hasilnya optimal. Namun demikian dalam praktek para pengambil
keputusan cenderung hanya memperhatikan perubahan struktural karena hasil
perubahannnya dapat diketahui secara langsung, sementara perubahan kultural sering
diabaikan karena hasil dari perubahan tersebut tidak begitu kelihatan. Untuk meraih
keberhasilan dalam mengelola perubahan organisasi harus mengarah pada peningkatan
kemampuan dalam menghadapi tantangan dan peluang yang timbul. Artinya perubahan
organisasi harus diarahkan pada perubahan perilaku manusia dan proses organisasional,
sehingga perubahan organisasi yang dilakukan dapat lebih efektif dalam upaya menciptakan
organisasi yang lebih adaptif dan fleksibel.

Pembukaan kembali sejumlah sektor menuju fase masyarakat yang produktif dan
aman dari Covid-19 harus melalui tahapan-tahapan yang ketat dan hati-hati. Kebijakan ini
merupakan langkah terkait adaptasi kebiasaan baru agar masyarakat tetap produktif dan
aman dari penularan Covid-19. Hampir semua lini kehidupan termasuk sektor ekonomi
mengalami pelemahan yang sangat terasa. Pada fase masa transisi menuju kebiasaan baru,
sektor ekonomi harus segera bangkit, seiring penanganan Covid-19 dari sisi kesehatan.

Kondisi perekonomian global telah berubah secara signifikan dengan merebaknya


Covid-19 di awal 2020. Perubahan ini diperlihatkan dengan menurunnya kondisi
perekonomian di berbagai sektor setelah WHO menyatakan secara resmi Covid-19 sebagai
pandemi.  Kerugian diakibatkan oleh penyebaran Covid-19 telah dirasakan oleh berbagai
sektor di tanah air, dimulai dari sektor manufaktur hingga pariwisata mengalami penurunan
pendapatan cukup tajam. 

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa strategi dan kebijakan preventif sebagai


upaya meminimalisasi risiko penyebaran Covid-19. Presiden mengeluarkan kebijakan social
distancing sebagai antisipasi penyebaran virus yang diikuti oleh pejabat daerah yang
mengeluarkan juga kebijakan WFH (Work from Home) dan belajar dari rumah. 

11
Strategi kebijakan ini dilakukan untuk setiap karyawan agar tetap dapat berkarya
secara optimal dalam menjalankan kebijakan tersebut dengan memperhitungkan berbagai
skenario Covid-19 termasuk budaya organisasi.

Sayangnya, sebagian organisasi masih mempertahankan budaya lamanya. Masih


banyak yang belum menerapkan bahwa budaya organisasi tidaklah sekaku itu, yang selalu
terus menerus harus di lestarikan. Organisasi akan maju jika memang pengaturan
organisasinya dilakukan secara fleksibel mengikuti corak perkembangan zaman tanpa
menghilangkan nilai luhur yang sudah ada.

Namun, kondisi semacam ini perlu dipahami juga oleh seluruh anggota dalam
organisasi. Akan sangat fatal jika banyak yang justru acuh tak acuh dengan perubahan yang
sudah ada. Perubahan yang kian cepat haruslah direspon secara positif oleh organisasi,
sehingga apapun perubahannya tidak membuat organisasi kehilangan budaya yang sudah
menjadi ciri khasnya. Jika memang semua anggota telah memahami karakteristik budayanya
maka perubahan apapun akan dapat direspon secara bijaksana dan cermat.

Fakta di lapangan menunjukkan, bahwa masyarakat sedang berada pada kondisi


budaya baru yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Berbagai kebijakan pemerintah dapat
mengkonstruksi budaya baru. Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai aktor dalam
menciptakan kebudayaan tersebut.

Dengan berbagai perubahan yang terjadi, tentunya pemerintah sebagai pemegang


kekuasaan memiliki wewenang penuh untuk merumuskan kebijakan yang tepat dalam
menghadapi pandemi. Karena otoritas merupakan implementasi kekuasaan dari pemegang
kekuasaan. Seperti yang dikatakan Levi Strauss (dalam Rahmawati, Isnaini:2018) bahwa
manusia dalam melakukan aktivitasnya ditentukan oleh struktur dan aturan.

Jika dalam beberapa pengetahuan mengatakan bahwa budaya itu dikonstruksi.


Sedangkan Levi Strauss mengatakan budaya itu given. Masyarakat hanya objek yang
bergerak sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Individu yang bergerak di luar sistem
ini akan dianggap menyimpang.

Sebagai contoh pemerintah telah menetapkan bahwa dengan adanya pandemi,


masyarakat diharuskan berpergian menggunakan protokol kesehatan. Keputusan ini telah

12
disepakati dan dianggap benar, sehingga ketika ada masyarakat yang tidak patuh terhadap
keputusan yang disepakati tadi, secara jelas akan dikatakan menyimpang.

Lantas jika new normal merupakan budaya baru Bangsa Indonesia, maka apa yang
akan terjadi dengan budaya-budaya sebelumnya. Budaya masyarakat Indonesia yang gemar
sekali berkumpul akan dibenturkan dengan budaya new normal yang memberikan jarak
pada interaksi sosial. Budaya bersalaman tidak diperbolehkan selama adanya pandemi.
Artinya budaya kolektif masyarakat lndonesia sementara waktu akan tergantikan dengan
budaya invidual.

Substansi adanya perubahan budaya ini adalah bagaimana setelah pandemi aktvitas
budaya masyarakat Indonesia dapat kembali lagi. Hal ini akan menjadi parameter seberapa
kuatkah budaya Indonesia bertahan.

3.3 Transformasi Budaya Organisasi di Era New Normal

Transformasi budaya dengan pemanfaatan komponan teknologi tidak hanya


mendukung kinerja perusahaan, melainkan juga mendukung dan mempertahankan tenaga
kerja sehingga dampak pengangguran tidak semakin meluas. Sinergi dan transparansi
tentunya sangat diperlukan pada semua tingkatan arsitektur perusahaan agar sistem dan
skema dari budaya baru dapat berjalan secara efektif dan efisien. Transformasi budaya juga
perlu memperhatikan penguatan sumber daya manusia dalam krisis, mengingat manusialah
yang menjadi motor penggerak organisasi. Tanpa kesiapan sumber daya manusia maka
perbaikan infrastruktur teknologi tidak akan membawa kebermanfaatan.

Meskipun demikian, perlu juga dipahami bahwa tidak semua organisasi siap dengan
transformasi ke dalam budaya serba terdigitalisasi. Hal ini tentu menjadi pembelajaran
berharga bahwa kemampuan adaptasi budaya organisasi dalam seluruh aspek sumber daya
menjadi kunci keberlangsungan usaha dalam jangka panjang. Bagi sebagian organisasi
dengan budaya adaptif perlu memfokuskan pada pembangunan platfrom tenaga kerja
digital yang komprehensif, sehingga ketahanan adaptasi terhadap teknologi dapat
berlangsung secara dinamis dan berkesinambungan.

Apabila adaptasi budaya baru diterapkan dengan baik maka memungkinkan adanya
peningkatan produktivitas dalam masa new normal. Pada akhirnya “new normal” atau

13
normal baru begeser menjadi “new norma” atau norma baru tanpa melunturkan budaya
dan nilai-nilai luhur dari organisasi itu sendiri.

3.4 Perubahan Budaya organisasi perusahaan

Fenomena budaya yang tidak pernah terjadi sebelumnya, mengharuskan masyarakat


mampu untuk beradaptasi. Pandemi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif.
Dalam hal positif, ternyata terdapat beberapa aktivitas yang tidak perlu dikerjakan dengan
cara work from out cukup dengan work from home melalui media online dapat dilakukan
dengan baik,

walaupun tidak semua kegiatan dapat berjalan semulus itu. Akhir-akhir ini juga
muncul istilah asing yang sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia, yaitu
new normal. Kemunculannya cukup membuat kita terkejut, karena angka positif covid yang
belum turun, sedangkan pemerintah dengan segala pertimbanganya memberikan kebijakan
new normal. New normal diartikan sebagai skenario untuk mempercepat penanganan
COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Pemerintah Indonesia telah
mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan
mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional Dalam fase new normal ini,
masyarakat dapat melakukan kembali aktivitasnya di luar rumah setelah berbulan-bulan
harus poduktif melalui rumah masing-masing. Tentunya tidak hanya sekadar pergi dengan
bebas, namun harus sesuai dengan protokol kesehatan seperti menggunakan masker,
melakukan social distancing, selalu mencuci tangan, dan lain sebagainya.

Budaya organisasi perusahaan yang selama ini telah terbentuk, dengan adanya
beberapa kebijakan pemerintah yang dikeluarkan saat pandemi maka perusahaan harus
mulai bersahabat dan melakukan penyesuaian dengan kondisi saat ini. 

Membangun budaya organisasi perusahaan  yang tangguh dan relevan dengan


kondisi saat ini merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk bisa menyesuaikan
dengan perkembangan kondisi pandemi  sehingga perusahaan memiliki kemampuan yang
cukup. Harapannya tetap unggul dan mampu bersaing pada masa ketidakpastian yang
tinggi.

14
Budaya selalu menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Budaya
adalah cermin dari masyarakatnya termasuk pada komunitas paling kecil. Budaya
merupakan “the way of life” bagi suatu masyarakat yang didefinisikan sebagai sistem nilai
masyarakat yang mencirikan suatu nilai-nilai yang dianut dan diterima bersama dalam satu
pemahaman dengan latar belakang anggota organisasi yang berbeda-beda serta digunakan
sebagai dasar dalam aturan perilaku dalam organisasi tersebut. 

Budaya perusahaan merupakan keinginan kelompok untuk  berbuat sesuai harapan


dan  manifestasi kehidupan dalam mencapai nilai-nilai yang dianut organisasi. Membangun
budaya organisasi yang efektif di masa pandemi saat ini, perlu adanya penyesuaian-
penyesuaian, sehubungan dengan banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi pada
tatanan kehidupan, mulai dari kehidupan sosial dan juga dalam berorganisasi.

Dampak dari kebijakan dengan menjaga jarak atau social distancing, telah merubah
pola prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian perusahaan harus
menyesuaikan budaya organisasi di masa era new normal , merubah semua kegiatan
perusahaan dengan cara daring atau online. Bahkan cara kerjapun telah digantikan dengan
cara daring atau virtual demi mencegah penyebaran pandemi covid-19.

3.5 Adaptasi budaya organisasi ditengah situasi new normal

Sudah saatnya segera lakukan adaptasi ditengah situasi krisis saat ini, jangan sampai
menunggu pandemi surut bahkan hilang, yang kemudian akan  menyurutkan tingkat
pendapatan perusahaan secara signifikan. 

Untuk mengatasinya, perusahaan harus mempersiapkan diri dalam menghadapi hal


terburuk dengan kemampuan bertahan hidup (survival skill)  dibawah karakteristik budaya
organisasi perusahaan sebagai pijakan. 

Paling tidak ada Lima karakteristik budaya organisasi perusahaan yang bisa
digunakan untuk menganalisis agar perusahaan menjadi tegar menghadapi baik pada saat
Covid-19 masih berlangsung maupun pasca-covid-19. 

Pertama, adanya Inovasi dan Pengambilan Resiko. Berinovasi dan bereksperimen


dalam bekerja serta berani mengambil resiko merupakan karakteristik pertama dari budaya

15
organisasi perusahaan. Bersikap selalu inovatif  dan bereksperimen dalam bekerja
khususnya terutama pada penyelesaian masalah yang timbul di masa pandemic ini. 

Tujuannya, agar perusahaantetap berinovasi dalam  menghasilkan dan mendistribusikan


produk serta menata tatanan dalam berorganisasi dengan tetap mengutamakan kesehatan
dan keselamatan anggota-anggota organisasi atau karyawan, termasuk anggota keluarganya
di rumah. 

Hal ini perlu diperhatikan karena inovasi tidak akan terbentuk jika karyawan atau anggota
organisasi masih khawatir dengan kesehatan dan keselamatan diri sendiri juga anggota
keluarganya.  Selain itu karyawan dituntut untuk berani dalam mengambil resiko dengan
berdasarkan pada perhitungan kerja yang tepat dan matang.

Kedua, memperhatikan secara mendetail. Karakteristik budaya organisasi


perusahaan menuntut agar anggota organisasi diminta fokus dan cermat dalam bekerja
serta ketepatan dalam menganalisis hasil pekerjaan. Selain itu perhatian pada hal-hal yang
rinci dengan selalu teliti dan mendetail dalam menganalisis, baik produk, proses dan juga
pelanggan, karena prilaku pelanggan akan berubah ketika muncul Covid-19.

 Perhatian secara mendetail ini, dalam masa pandemi diperluas tidak hanya fokus pada hal
yang dikerjakan dan juga pelanggan tetapi memberi perhatian detail pada kesehatan dan
keselamatan karyawan dengan memberikan bentuk perhatian. 

Bentuk perhatian ini bisa berupa pemberian informasi dari sumber-sumber terpercaya
sampai pada pemberian dukungan baik moril maupun materiil dan memberikan rasa aman
dan nyaman dalam situasi yang tidak pasti ini sehingga tidak terjadi kepanikan dan
ketakutan. Hal ini dilakukan karena perlu juga membangun kesehatan mental dan emosional
anggota organisasi, walaupun kerja dilakukan secara daring atau virtual.

Ketiga, berorientasi pada kebermanfaatan. Fokus pada kebermanfaatan berbagai


pihak dengan fokus pada hasil akhir pekerjaan dengan harapan yang tinggi atas hasil akhir
pekerjaan tersebut merupakan karakteristik budaya organisasi yang ketiga. 

Akan tetapi di masa pandemi Covid-19 ini harapan yang tinggi tidak hanya fokus pada hasil
akhir pekerjaan tetapi juga kesehatan dan keselamatan selama proses yang dilakukan.

16
Untuk membantu hasil akhir yang tinggi, perlu adanya suatu teknologi yang dapat
mendukung dengan memasukkan alat kerja digital  yang bisa dilakukan dari jarak jauh,
sehingga walaupun kebijakan WFH dilakukan, hasil akhir yang tinggi tetap tercapai.

Keempat, berorientasi pada tim. Kegiatan kerja yang diorganisasikan dalam tim-tim
bukan dalam individu-individu dengan melakukan kolaborasi merupakan karakteristik
budaya organisasi perusahaan yang strategis. Berorientasi pada tim dalam segala hal
termasuk pada tiap keputusan yang diambil oleh organisasi harus melalui pertimbangan
bahwa dampaknya harus positif terhadap anggota dalam organisasi. 

Dalam masa pandemi seperti ini karyawan hendaknya diberikan kepercayaan yang lebih
besar agar kemandirian karyawan terbangun. Selalu menjaga komunikasi dengan tim dan
melakukan interaksi antar tim dengan menyediakan fasilitas komunikasi yang lebih
efektif.Fungsi kontrol sosial dari budaya organisasi mampu mempengaruhi keputusan dan
perilaku karyawan. Cara yang efektif mengarahkan karyawan untuk mencapai tujuan atau
sasaran organisasi  sesuai dengan yang diharapkan yaitu dengan melakukan peninjauan
ulang  prioritas perusahaan ditengah kondisi pandemi ini. 

Selanjutnya pastikan bahwa sasaran dan yang menjadi prioritas utama tersebut
tersosialisasikan dan dipahami oleh para karyawan hingga level yang paling bawah.
Komunikasi yang sangat intens dan jelas  atas inisiatif-inisiatif  brilian sangat dibutuhkan
pada situasi seperti ini, sehingga karyawan disamping merasa diperhatikan, juga akan
termotivasi dengan komunikasi intens seperti ini.

Kelima, bersifat agresif. Memiliki inisiatif dan adanya semangat berkompetisi dalam
bekerja serta membuat anggota bertindak agresif merupakan karakteristik terakhir dari
budaya organisasi. Dimasa pandemi Covid-19 ini tinjau kembali seluruh perspektif biaya,
inventaris, pertumbuhan, rencana, dan strategi dari sudut pandang yang berbeda. 

Evaluasi rencana bisnis dengan menemukan hal-hal yang perlu diperhitungkan dan
dipertimbangkan dalam menghadapi masa selama dan  pasca pandemi. Terapkan strategi
yang paling tepat dengan selalu menghormati dan memperkuat hubungan dengan
pelanggan agar target pendapatan tetap tercapai dengan memberikan kepuasan pelanggan
yang optimal. 

17
Tujuannya keuntungan yang maksimal dapat diperoleh dengan selalu mengikuti protokol
kesehatan dan keselamatan baik di tempat kerja, di jalan maupun di rumah yang tidak luput
dari pantauan organisasi. Berdasarkan berbagai perubahan tatanan kehidupan baik personal
maupun usaha, maka hendaknya dengan segera membentuk budaya organisasi baru yang
sehat, bersih, nyaman, aman dan tetap menguntungkan. 

3.6 Tantangan dan Strategi Perusahaan dan Human Resources Development Dalam
Hadapi New Normal saat Pandemi COVID-19

1. Health & Safety

COVID-19 nyata merupakan virus yang menular secara cepat dan bisa berakibat fatal
pada penderita dengan kondisi kesehatan tertentu. 16 Semakin tinggi frekuensi
interaksi antara karyawan di dalam perusahaan atau antara karyawan dengan
customer serta pihak ketiga lainnya, maka akan semakin meningkatkan risiko
terpapar virus tersebut. Perushaan haruslah menempatkan keselamatan dan
kesehatan karyawan diatas kepentingan bisnis. Perusahaan perlu benar-benar
mempersiapkan pengaturan workplace yang memenuhi standar protokol kesehatan
COVID-19.

2. Berpikir Sistemik

Salah satu strategi Perusahaan hadapi New Normal adalah, Perusahaan dapat
memfasilitasi dialog yang membantu memastikan jumlah inovasi yang tepat, proposi
organisasi, dan memprioritaskan ulang tujuan bisnis untuk beradaptasi dengan
permintaan pelanggan dan pasar yang berubah dalam menanggapi krisis yang
diciptakan oleh COVID-19.

3. Budaya Perusahaan

Budaya organisasi juga merupakan area kontribusi penting bagi perusahaan. Ketika
mengatur karyawan bekerja di rumah ataupun di kantor, HRD perlu
mempertimbangkan dampaknya terhadap mereka. HRD dapat melakukan culture
assessment dan berusaha menutup kesenjangan antara budaya saat ini dan budaya
yang diinginkan, juga turut berperan aktif membantu mengelola berbagai variabel

18
yang mempengaruhi budaya. HRD bisa membantu memprioritaskan fokus dan
bagaimana mempertahankan budaya yang baik. Perubahan itu penting, dan HRD
berada di tempat terbaik untuk mengkatalisasi transformasi dan memotivasi
perubahan yang akan memperkuat posisi perusahaan di kompetisi bisnis.

4. Kepemimpinan

Salah satu strategi HRD hadapi new normal lainnya adalah kepemimpinan di
perusahaan. Kepemimpinan yang baik akan memastikan kesuksesan bagi organisasi
di masa pandemi seperti ini. HRD memiliki peran kunci untuk mengembangkan
pemimpin, memastikan mereka bertindak yang benar dan bertanggungjawab.
Sebagai pencetak kader pemimpin di organisasi, HRD bertanggung jawab untuk
menciptakan praktik kepemimpinan yang mempertahankan fokus, menciptakan
konektivitas, dan memastikan kesinambungan di antara yang pemimpin dan anggota
timnya.

BAB IV

PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Di Era New Normal seperti sekarang ini budaya organisaisi perlu melakukan beberapa
perubahan mengikuti keadaan yang ada, agar tidak terganggunya kinerja suatu perusahaan.
Tentunya dengan tidak mengubah inti dari kebudayaan orgnisasi tersebut.

1.2 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA
Artikel :

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://lingkarjateng.com/2020/11/12/transformasi-budaya-
organisasi-di-era-new-normal

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://amp.ayosemarang.com/read/2020/06/15/58742/dam
pak-covid-19-terhadap-budaya-organisasi-perusahaan

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.bantennews.co.id/budaya-organisasi-dan-
perubahannya-di-era-new-normal

https://www.talenta.co/blog/administrasi-hr/tantangan-dan-strategi-hr-hadapi-new-
normal-saat-pandemi-covid-19/

jurnal :

Perubahan Budaya Organisasi, Rujuniah 2012

20

Anda mungkin juga menyukai