BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas dan
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN) ASN dituntut untuk memahami nilai-nilai dasar yang
menjadi landasan dalam menjalankan profesinya. Nilai-nilai dasar tersebut
antara lain akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti
korupsi. Kelima dasar tersebut memiliki peranan penting demi menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dannepotisme sesuai dengan
harapan dari pemerintah.
Pembentukan PPPK yang mampu melaksanakan tugas dan perannya
sebagai pelayan masyarakat secara profesional yang didasarkan pada nilai-
nilai dasar profesi PPPK dilaksanakan melalui jalur pendidikan dan
pelatihan dasar. Pelatihan dasar PPPK telah mengalami inovasi dalam
penyelenggaraannya yang memungkinkan penulis mampu menginternalisasikan
nilai-nilai dasar PPPK melalui kegiatan pembelajaran di kelas dan mampu
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar tersebut pada unit kerja masing-masing.
Aktualisasi kelima nilai dasar profesi PPPK disesuaikan dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing serta visi dan misi unit kerja.
Demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut dibutuhkan
lingkungan sekolah yang nyaman. Sekolah merupakan tempat murid belajar
secara formal. Bagi beberapa orang tua, sekolah adalah “rumah kedua” bagi
2
berupa sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme
karena memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi,
plastik, dan lain-lain.
dalam kategori thermoplastic bisa dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut :
5. Polypropylene (PP)
6. Polystyrene (PS)
Jenis plastik ini banyak digunakan untuk tempat makan styrofoam, coffee cup, dan sendok
garpu plastik. Bahan ini berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen
yang berakibat pada masalah reproduksi, gangguan pertumbuhan sistem syaraf, serta bahan
ini sulit didaur ulang.
9
7. Other
Jenis plastik yang tergolong dalam OTHER adalah SAN (Styrene acrylonitrile),
ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC (poly carbonate), dan Nylon. Jenis platik
OTHER banyak ditemui pada CD, alat-alat rumah tangga, dan alat-alat elektronik.
Plastik jenis ini memiliki sifat karakteristik sebagai berikut :
a. Keras
b. Tahan panas
c. Tidak mudah pecah
10
Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa
pendekatan teknologi, diantaranya penanganan pendahuluan. Penanganan
pendahuluan umumnya dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau
daur ulang yang lebih baik dan memudahkan penanganan yang akan dilakukan.
Penanganan pendahuluan yang umum dilakukan saat ini adalah pengelompokan
limbah sesuai jenisnya, pengurangan volume dan pengurangan ukuran. Usaha
penanganan pendahuluan ini dilakukan dengan tujuan memudahkan dan
mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.
Adapun jenis sampah berdasarkan
(https://ditsmp.kemdikbud.go.id/yuk-mengenal-5-jenis-
sampah/) yaitu
1. Sampah Organik
Sampah organik merupakan sampah yang sifatnya mudah terurai di alam
(mudah busuk) seperti sisa makanan, daun-daunan, atau ranting pohon. Sampah
organik umumnya diwadahi dengan tempat sampah berwarna hijau. Dengan
memisahkan sampah organik dalam wadah tersendiri, maka dapat memudahkan
sampah organik diproses menjadi pupuk kompos.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik merupakan sampah yang sifatnya lebih sulit diurai
seperti sampah plastik, kaleng, dan styrofoam. Sampah anorganik umumnya
diwadahi dengan tempat sampah berwarna kuning. Dengan adanya tempat
sampah khusus maka dapat mempermudah pemanfaatan sampah anorganik
sebagai kerajinan daur ulang atau daur ulang di pabrik.
3. Sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Sampah B3 umumnya diwadahi dengan tempat sampah berwarna merah.
Sampah B3 merupakan sampah yang dapat membahayakan manusia, hewan,
atau lingkungan sekitar. Contoh sampah B3 yaitu sampah kaca, kemasan
detergen atau pembersih lainnya, serta pembasmi serangga dan sejenisnya. Agar
meminimalisir dampak yang mungkin ditimbulkan, sampah B3 perlu
11
4. Sampah Kertas
Sampah kertas juga merupakan jenis sampah yang dapat dipilah secara
khusus dalam wadah tempat sampah berwarna biru.Pemilahan sampah kertas
berguna untuk memudahkan proses daur ulang kertas. Karton, potongan kertas,
pamflet, bungkus kemasan berbahan kertas, dan buku juga termasuk dalam jenis
sampah kertas.
5. Sampah Residu
Sampah residu merupakan sampah sisa di luar keempat jenis sampah di
atas. Tempat sampah yang diperuntukan bagi tempat sampah residu umumnya
berwarna abu-abu. Contoh sampah residu yaitu seperti popok bekas, bekas
pembalut, bekas permen karet, atau puntung rokok.
Setelah mengenal kelima jenis sampah di atas, semoga Sobat SMP dapat
mengelompokkan sampah-sampah yang hendak dibuang dengan tepat ya. Akan
lebih baik lagi kalau Sobat SMP dapat memilah sampah yang ada di rumah
sesuai dengan jenis sehingga memudahkan proses daur ulang.
Dampak membuang sampah sembarangan akan merusak pemandangan,
mendatangkan bau yang tidak sedap, mendatangkan banjir level rendah sampai
yang tinggi, mendatangkan berbagai penyakit dan dapat mencemari lingkungan.
Kebersihan lingkungan sekolah menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas pendidikan sekolah. Kesadaran murid akan kebersihan
lingkungan masih menjadi pekerjaan rumah bagi setiap sekolah. Khususnya
sampah plastik yang menjadi salah satu sampah yang paling banyak ditemukan
di lingkungan sekolah. Lingkungan yang bersih adalah harapan bagi seluruh
warga sekolah. Namun faktanya kesadadaran akan kebersihan lingkungan masih
rendah pada diri murid. Sesuai dengan isu permasalahan tersebut maka penulis
akan menganalisis masalah kebersihan lingkungan di sekolah, untuk
menyelesaikan identifikasi isu tersebut maka digagas penyelesaian isu melalui
“PENGARUH MELTING TERHADAP PENGURANGAN SAMPAH
12
BAB II
GAMBARAN PERMASALAHAN
A. Identifikasi Permasalahan
Kedudukan serta peran ASN dalam NKRI yaitu Manajemen ASN, Whole
of Government, dan Pelayanan Publik merupakan prinsip kegiatan aktualisasi
dan habituasi yang akan dilaksanakan di Sekolah. Program aktualisasi dan
habituasi dibuat berdasarkan identifikasi isu dengan melihat dari sisi keaktualan,
Problematika, kekhalayakan dan juga berdasarkan kelayakan isu tersebut untuk
dipecahkan. Setelah itu prioritas isu ditentukan dengan melihat dari sisi urgency,
seriousness dan growth atau dikenal dengan USG. Daftar Isu yang diperoleh
yang dikaitkan dengan agenda ketiga Pelatihan Dasar CPNS (Manajemen
ASN, Whole of Government (WoG) dan Pelayanan Publik) ditampilkan pada
Tabel berikut :
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. Rumusan Masalah
merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dikaitkan, dengan
waktu yang tersedia dan kemudian keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebababkan isu tersebut. Urgency dilihat
dari tersedianya waktu, mendesak atau tidaknya masalah tersebut dapat
diselesaikan.
2. Serioussnes
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas, dan dikaitkan dengan
akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang ada.
Dampak yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah-masalah lain bermunculan jika masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Serioussnes dapat dilihat dari dampak masalah tersebut
terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan dan
membahayakan sistem atau tidak.
3. Growth
Seberapa besar kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang jika
dikaitkan dengan permasalahan yang lain. Tentunya memperhatikan
masalah penyebab isu tersebut akan makin memburuk bila dibiarkan. Dan
juga akan terdampak pada kelangsungan ekosistem lingkungan, oleh karena
itu pola hidup sehat sangat diutamakan.
C. Solusi Permasalahan
5. Murid membawa tempat makan dari rumah yang nantinya akan digunakan
BAB IV
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
tentunya hal tersebut dapat mendukung visi dan misi di setiap sekolahnya. Salah
pola makan yang baik pada murid di sekolah dengan baik. Sehingga, terkaitnya
aturan-aturan sekolah dengan visi dan misi sekolah agar menjadi klimaks nyata.
membangun karakter peduli lingkungan pada murid, dan dampak positif pada
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Idayu
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/yuk-mengenal-5-jenis-sampah/