Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas dan
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN) ASN dituntut untuk memahami nilai-nilai dasar yang
menjadi landasan dalam menjalankan profesinya. Nilai-nilai dasar tersebut
antara lain akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti
korupsi. Kelima dasar tersebut memiliki peranan penting demi menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dannepotisme sesuai dengan
harapan dari pemerintah.
Pembentukan PPPK yang mampu melaksanakan tugas dan perannya
sebagai pelayan masyarakat secara profesional yang didasarkan pada nilai-
nilai dasar profesi PPPK dilaksanakan melalui jalur pendidikan dan
pelatihan dasar. Pelatihan dasar PPPK telah mengalami inovasi dalam
penyelenggaraannya yang memungkinkan penulis mampu menginternalisasikan
nilai-nilai dasar PPPK melalui kegiatan pembelajaran di kelas dan mampu
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar tersebut pada unit kerja masing-masing.
Aktualisasi kelima nilai dasar profesi PPPK disesuaikan dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing serta visi dan misi unit kerja.
Demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut dibutuhkan
lingkungan sekolah yang nyaman. Sekolah merupakan tempat murid belajar
secara formal. Bagi beberapa orang tua, sekolah adalah “rumah kedua” bagi
2

anak-anak mereka. Selain dari kualitas pendidikan yang memenuhi kebutuhan


harapan mereka dalam mencerdaskan anak bangsa, lingkunganpun menjadi
sorotan yang sangat penting, dari mulai kebersihan hingga keamanan menjadi
daya tarik sekolah. Kebersihan lingkungan sekolah menjadi sorotan utama bagi
sebagian besar orang tua murid dalam mendaftarkan anaknya menempuh
pendidikan di sekolah tersebut. Beberapa sekolah sudah mulai
mengimplementasikan Program Sekolah yang Berdampak Positif bagi Murid.
Salah satunya Mekel Misting (MELTING) sebagai pengganti wadah plastik yang
digunakan untuk bungkus beberapa jajanan anak sekolah, sehingga dapat
mengurangi sampah plastik di lingkungan sekolah.
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia dan bersifat
padat (Azwar, 1990). Hadiwijoto (1983) mengemukakan bahwa sampah adalah
sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan baik telah diambil bagian
utamanya, telah mengalami pengolahan ,dan sudah tidak bermanfaat, dari segi
ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau gangguan kelestarian alam.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat. Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No.81 Tahun
2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga dijelaskan lagi tentang definisi sampah rumah tangga adalah
sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah
sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
Murtadho dan Gumbira (1988) membedakan sampah atas sampah organik
dan sampah anorganik. Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa
bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah
ini memiliki sifat mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk
karena memiliki rantai karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik
3

berupa sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme
karena memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi,
plastik, dan lain-lain.

Menurut Adekunle (2014), mayoritas limbah padat perkotaan terdiri dari


zat organik, plastik, kaca, logam, tekstil dan bahan karet tetapi komposisi
dan volume limbah bervariasi dari satu wilayah yang lain dan juga dari satu
negara ke Negara lain. Sampah plastik merupakan salah satu sampah anorganik
yang diproduksi setiap tahun oleh seluruh dunia. Seperti telah kita ketahui
bersama bahwa sampah plastik sangat sulit terurai dalam tanah, membutuhkan
waktu bertahun-tahun dan ini akan menimbulkan permasalahan tersendiri dalam
penanganannya.
Manajemen pengelolaan sampah plastik mulai dari lingkungan terkecil
yaitu rumah tangga hingga skala besar meliputi kawasan kota yang dikelola oleh
pemerintah kota atau daerah setempat sangat diperlukan. Untuk memudahkan
pengelolaan sampah plastik pada skala rumah tangga, maka perlu adanya
pemahaman tentang jenis-jenis plastik, kandungan materialnya, hingga
dampaknya terhadap lingkungan sehingga diharapkan terbentuk manajemen
pengelolaan yang tepat. Pembuangan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
bukanlah solusi yang cukup bijak dalam pengelolaan sampah plastik ini. Peranan
para pemulung dalam mengurangi timbunan sampah plastik patut di apresiasi
meskipun ini tidak bisa menghilangkan seratus persen sampah plastik yang ada.
Plastik merupakan material yang baru secara luas dikembangkan dan
digunakan sejak abad ke-20 yang berkembang secara luar biasa penggunaannya
dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun
pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Plastik dapat
dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan termosetting.
Thermoplastic adalah bahan plastik jika dipanaskan sampai temperatur tertentu
akan mencair dan dapat dibentuk menjadi bentuk yang diinginkan. Sedangkan
thermosetting adalah jenis plastik yang sudah dipadatkan tidak dapat dicairkan
kembali dengan cara dipanaskan (Surono, 2013). Jenis plastik yang termasuk
4

dalam kategori thermoplastic bisa dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Jenis Plastik dalam Kategori Thermoplastic


Jenis Kegunaan Kode Keterangan
Polyester Disarankan satu kali pemakaian,
Botol minuman,
thermoplastic tidak boleh untuk menyimpan air
botol kecap
(PETE) panas
Disarankan satu kali pemakaian,
High Density Botol shampoo,
jika dipakai
Polyethylene bahan mainan, botol
berulang bahan penyusun
(HDPE) obat
tercampur dalam bahan pangan
Botol minyak
Polyvynil Chloride Tidak disarankan untuk
goreng, selang,
(PVC) wadah makanan
lapisan kabel, Pipa
Low Density Kantong roti, Boleh digunakan sekali dan tidak
Polyethylene Kantong kresek, jas boleh digunakan pada makan yang
(LDPE) hujan plastik masih panas
Dapat dipakai kembali dan
Bungkus snack,
Polypropylene sangat baik untuk
sedotan, gelas
(PP) menyimpan makanan dan
kemasan air minum
Minuman
Digunakan sekali pakai
Polystyrene Styrofoam, Cup untuk wadah minuman dan
(PS) kopi sekali pakai perhatikan lagi dalam
Penggunaanya
Other, misalnya: Galon air mineral, Dapat digunakan berulang,
polikarbonat botol susu bayi karena sifat termalnya stabil
Sumber : Surono (2013).

Dari Tabel 1.1 setiap jenis plastik memiliki karakteristik masing-masing.

Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik tersebut,


thermoplastic adalah jenis plastik yang memungkinkan untuk di daur
ulang yang memiliki sifat–sifat khusus, sebagai berikut :
1. Berat molekul kecil
2. Tidak tahan terhadap panas
3. Jika dipanaskan akan melunak
4. Jika didinginkan akan mengeras
5. Mudah untuk diregangkan
6. Fleksibel
7. Dapat dibentuk ulang (daur ulang)
8. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai
5

Berikut dijelaskan karakteristiknya, yaitu :


1. Polyester Thermplastic (PETE)

Gambar 1.1 Kemasan Plastik PETE (Generasi3R, 2015)

Jenis plastik PETE biasa ditemukan pada botol air mineral,


botol soda, botol minyak sayur, dan tempat plastik lainnya yang
memiliki karakter berwarna jernih/transparan/tembus pandang
dan direkomendasikan hanya sekali pakai. Jenis plastik pada
Gambar 2.1 mempunyai sifat karakteristik sebagai berikut :
a. Tembus pandang (transparan), bersih dan jernih
b. Tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik
dari buah- buahan, sehingga dapat digunakan untuk
mengemas minuman sari buah.
b. Tidak tahan terhadap asam kuat, fenol dan benzil alkohol.
c. Kuat dan tidak mudah sobek
d. Tidak mudah dikelim dengan pelarut

2. High Density Polyethylene (HDPE)

Gambar 1.2 Kemasan Plastik HDPE (Generasi3R, 2015)

Plastik jenis HDPE banyak digunakan untuk botol detergen,


botol pemutih, botol susu yang berkemasan putih pucat, tempat
6

mentega, tempat yoghurt, tempat shampoo, dan tempat sabun.


Jenis plastik ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Kuat
b. Berbahan kaku
c. Lapisan berminyak
e. Mudah dicetak

3. Polyvynil Chloride (PVC)

Gambar 1.3 Kemasan Plastik PVC (Generasi3R, 2015)

Jenis plastik ini banyak digunakan untuk pipa plastik, lantai,


dan outdoor meubel. Sangat tidak dianjurkan untuk
menggunakan plastik dengan jenis PVC sebagai wadah
makanan. Adapun sifat karakteristik dari plastik jenis PVC
adalah :
a. Kuat
b. Keras
c. Bisa jernih
d. Bentuk dapat diubah dengan pelarut

4. Low Density Polyethylene (LDPE)

Gambar 1.4 Kemasan Plastik LDPE (Generasi3R, 2015)


7

Jenis plastik LDPE mengandung bahan additive dengan


komposisi BHEB 18%, isonox 129 21%, irganox 1076 18%,
dan irganox 1010 12%. Sifat dari plastik ini mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Penampakannya bervariasi dari transparan, berminyak
sampai keruh tergantung proses pembuatan dan jenis resin.
b. Lentur sehingga mudah dibentuk dan mempunyai daya
rentang yang tinggi.
c. Tahan asam, basa, alkohol, deterjen dan bahan kimia.
d. Kedap terhadap air, uap air dan gas.
e. Dapat digunakan untuk penyimpanan beku hingga suhu -50°C
f. Transmisi gas tinggi sehingga tidak cocok untuk
pengemasan bahan yang beraroma. Tidak sesuai untuk
bahan pangan berlemak
g. Mudah lengket sehingga sulit dalam proses laminasi, tapi
dengan bahan antiblok sifat ini dapat diperbaiki.
8

5. Polypropylene (PP)

Gambar 1.5 Kemasan Plastik PP (Generasi3R, 2015)

Jenis plastik PP mengandung bahan additive dengan komposisi stabilator


panas (AE) 4%, stabilator panas (AJ) 4%, pelumas (AH) 5%, syntetic
hydrotalcite (HD) 3%, slip agent (SB) 14%, dan antiblocking (SC) 8%.
Sifat dari plastik ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Keras tapi fleksibel
b. Ringan
c. Mudah dibentuk
d. Kuat
e. Permukaan berlilin
f. Tahan terhadap bahan kimia dan minyak

6. Polystyrene (PS)

Gambar 1.6 Kemasan Plastik PS (Generasi3R, 2015)

Jenis plastik ini banyak digunakan untuk tempat makan styrofoam, coffee cup, dan sendok
garpu plastik. Bahan ini berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen
yang berakibat pada masalah reproduksi, gangguan pertumbuhan sistem syaraf, serta bahan
ini sulit didaur ulang.
9

Adapun karakteristik dari plastik jenis PS ini adalah :


a. Ringan
b. Getas
c. Kaku
d. Biasanya berwarna putih
e. Melunak pada suhu 95ºC
f. Baik untuk kemasan bahan segar
g. Permukaan licin, jernih dan mengkilap serta mudah dicetak
h. Bila kontak dengan pelarut akan keruh
i. Mudah menyerap pemlastis, jika ditempatkan bersama-sama dengan
plastik lain menyebabkan penyimpangan warna
j. Baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium)

7. Other

Gambar 1.7 Kemasan Plastik Other (Generasi3R, 2015)

Jenis plastik yang tergolong dalam OTHER adalah SAN (Styrene acrylonitrile),
ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC (poly carbonate), dan Nylon. Jenis platik
OTHER banyak ditemui pada CD, alat-alat rumah tangga, dan alat-alat elektronik.
Plastik jenis ini memiliki sifat karakteristik sebagai berikut :
a. Keras
b. Tahan panas
c. Tidak mudah pecah
10

Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa
pendekatan teknologi, diantaranya penanganan pendahuluan. Penanganan
pendahuluan umumnya dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau
daur ulang yang lebih baik dan memudahkan penanganan yang akan dilakukan.
Penanganan pendahuluan yang umum dilakukan saat ini adalah pengelompokan
limbah sesuai jenisnya, pengurangan volume dan pengurangan ukuran. Usaha
penanganan pendahuluan ini dilakukan dengan tujuan memudahkan dan
mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.
Adapun jenis sampah berdasarkan
(https://ditsmp.kemdikbud.go.id/yuk-mengenal-5-jenis-
sampah/) yaitu
1. Sampah Organik
Sampah organik merupakan sampah yang sifatnya mudah terurai di alam
(mudah busuk) seperti sisa makanan, daun-daunan, atau ranting pohon. Sampah
organik umumnya diwadahi dengan tempat sampah berwarna hijau. Dengan
memisahkan sampah organik dalam wadah tersendiri, maka dapat memudahkan
sampah organik diproses menjadi pupuk kompos.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik merupakan sampah yang sifatnya lebih sulit diurai
seperti sampah plastik, kaleng, dan styrofoam. Sampah anorganik umumnya
diwadahi dengan tempat sampah berwarna kuning. Dengan adanya tempat
sampah khusus maka dapat mempermudah pemanfaatan sampah anorganik
sebagai kerajinan daur ulang atau daur ulang di pabrik.
3. Sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Sampah B3 umumnya diwadahi dengan tempat sampah berwarna merah.
Sampah B3 merupakan sampah yang dapat membahayakan manusia, hewan,
atau lingkungan sekitar. Contoh sampah B3 yaitu sampah kaca, kemasan
detergen atau pembersih lainnya, serta pembasmi serangga dan sejenisnya. Agar
meminimalisir dampak yang mungkin ditimbulkan, sampah B3 perlu
11

dikelompokkan secara khusus dalam satu wadah.

4. Sampah Kertas
Sampah kertas juga merupakan jenis sampah yang dapat dipilah secara
khusus dalam wadah tempat sampah berwarna biru.Pemilahan sampah kertas
berguna untuk memudahkan proses daur ulang kertas. Karton, potongan kertas,
pamflet, bungkus kemasan berbahan kertas, dan buku juga termasuk dalam jenis
sampah kertas.
5. Sampah Residu
Sampah residu merupakan sampah sisa di luar keempat jenis sampah di
atas. Tempat sampah yang diperuntukan bagi tempat sampah residu umumnya
berwarna abu-abu. Contoh sampah residu yaitu seperti popok bekas, bekas
pembalut, bekas permen karet, atau puntung rokok.
Setelah mengenal kelima jenis sampah di atas, semoga Sobat SMP dapat
mengelompokkan sampah-sampah yang hendak dibuang dengan tepat ya. Akan
lebih baik lagi kalau Sobat SMP dapat memilah sampah yang ada di rumah
sesuai dengan jenis sehingga memudahkan proses daur ulang.
Dampak membuang sampah sembarangan akan merusak pemandangan,
mendatangkan bau yang tidak sedap, mendatangkan banjir level rendah sampai
yang tinggi, mendatangkan berbagai penyakit dan dapat mencemari lingkungan.
Kebersihan lingkungan sekolah menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas pendidikan sekolah. Kesadaran murid akan kebersihan
lingkungan masih menjadi pekerjaan rumah bagi setiap sekolah. Khususnya
sampah plastik yang menjadi salah satu sampah yang paling banyak ditemukan
di lingkungan sekolah. Lingkungan yang bersih adalah harapan bagi seluruh
warga sekolah. Namun faktanya kesadadaran akan kebersihan lingkungan masih
rendah pada diri murid. Sesuai dengan isu permasalahan tersebut maka penulis
akan menganalisis masalah kebersihan lingkungan di sekolah, untuk
menyelesaikan identifikasi isu tersebut maka digagas penyelesaian isu melalui
“PENGARUH MELTING TERHADAP PENGURANGAN SAMPAH
12

PLASTIK DI LINGKUNGAN SEKOLAH”.

B. Maksud dan Tujuan Aktualisasi


1. Maksud Aktualisasi
Maksud aktualisasi ini adalah untuk mengembangkan kompetensi peserta
Orientasi PPPK tentang “Pengaruh Melting terhadap Pengurangan Sampah
Plastik di Lingkungan Sekolah.”
2. Tujuan Aktualisasi

Tujuan aktualisasi adalah agar murid pelatihan Orientasi PPPK mampu


mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN yang BerAKHLAK, serta Peran dan
Kedudukan ASN dalam NKRI, yaitu Manajemen ASN dan Smart ASN. Hal ini
bertujuan agar saat melaksanakan tugas sebagai ASN di instansi tempat bekerja
dapat sesuai dengan amanat UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan masyarakat, perekat
dan pemersatu bangsa.
C. Manfaat
a. Manfaat bagi peserta orientasi adalah dapat menginternalisasi,
mengaktualisasi dan menghabituasikan nilai dasar BerAKHLAK
(Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif), Sikap dan Perilaku Bela Negara, Manajemen ASN, dan
SMART ASN di lingkungan instansi tempat tugas sehingga menjadi ASN
yang terampil dan profesional di bidangnya serta memiliki integritas yang
tinggi.
b. Bagi organisasi adalah melalui rancangan kegiatan aktualisasi dan
habituasi di unit kerjanya, unit kerja yang bersangkutan akan terbantu
dengan perbaikan yang akan dilakukan. Peningkatan kualitas pengajar dan
kualitas murid khususnya untuk pengurangan sampah pelastik di
lingkungan sekolah.
c. Bagi masyarakat dalam hal ini murid akan terbantu dalam
memperoleh pelayananan proses pembelajaran. Murid mampu
13

meningkatkan kemampuan pengurangan sampah pelastik di lingkungan


sekolah agar kelak dapat berguna dalam pengurangan sampah pelastik di
lingkungan masyarakat.
d. Bagi Individu dalam hal ini murid untuk tidak membuang sampah
sembarangan. Murid dapat membuang sampah pada tempatnya serta dapat
lebih memperhatikan kesehatan dan imunitas diri sendiri.
14

BAB II
GAMBARAN PERMASALAHAN

A. Identifikasi Permasalahan

1. Isu-isu Aktual yang ditemukan

a. Murid membuang sampah sembarangan


b. Bahaya pengguaan steroforam pada makanan
c. Menumpuknya sampah setiap hari di sekolah
d. Kurangnya kesadaran murid untuk membuang sampah pada tempatnya
2. Analisis Isu Aktual

Setiap sekolah tentunya memiliki suatu pembiasaan yang berbeda-beda.


Baik dari segi akademik, maupun non-akademik. Hal tersebut tentunya, guna
meningkatkan kualitas dan kuantitas sekolah. Tentunya akan berdampak pada
sekolah tersebut dan seluruh warga sekolahnya.
Perlu kita ketahui bahwa “melting” merupakan akronim dari bahasa
sunda yaitu mekel misting atau dalam bahasa indonesianya membawa tempat
makan dan minum. Program pembiasaan ini tentu memiliki tujuan yang salah
satunya agar murid dapat terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan sederhana yang
akan berdampak besar. Pembiasaan untuk membawa tempat makan dan minum
setiap harinya di sekolah, akan membiasakan murid hidup lebih sehat. Hal
tersebut dikarenakan makanan yang dikonsumsi murid akan lebih terjaga
kebersihan dan gizinya.
Pembiasaan “melting” ini diharapkan dapat dilaksanakan sebaik mungkin
oleh murid dan warga sekolah lainnya. Bisa diawali dari para guru yang
membawa tempat makan dan/atau tempat minum ke kelas ketika sedang
melaksanakan KBM, juga dapat didukung oleh warga sekolah lainnya.
Kemampuan untuk melaksanakan pembiasaan “melting” sangatlah
15

diharapkan berhasil untuk membangun karakteristik peduli lingkungan pada


murid. Jika karakter peduli lingkungan sudah terbentuk pada murid, tentu murid
akan menciptakan kebiasaan hidup sehat dan lingkungan sekolah yang terjaga.

Kedudukan serta peran ASN dalam NKRI yaitu Manajemen ASN, Whole
of Government, dan Pelayanan Publik merupakan prinsip kegiatan aktualisasi
dan habituasi yang akan dilaksanakan di Sekolah. Program aktualisasi dan
habituasi dibuat berdasarkan identifikasi isu dengan melihat dari sisi keaktualan,
Problematika, kekhalayakan dan juga berdasarkan kelayakan isu tersebut untuk
dipecahkan. Setelah itu prioritas isu ditentukan dengan melihat dari sisi urgency,
seriousness dan growth atau dikenal dengan USG. Daftar Isu yang diperoleh
yang dikaitkan dengan agenda ketiga Pelatihan Dasar CPNS (Manajemen
ASN, Whole of Government (WoG) dan Pelayanan Publik) ditampilkan pada
Tabel berikut :

No Keadaan sekarang Keadaan yang diharapkan Isu Permasalahan

1 Kurangnya asupan cairan air Melalui pelaksanaan Progres


mineral pada murid. Hal tersebut program pembiasaan perkembangan
dapat dilihat dari kebiasaannya “melting” ini, murid memiliki kesehatan murid
membeli minuman berwarna dan pola minum air mineral yang melalui pola makan
berasa dalam kemasan. baik. di sekolah
2 Kurangnya kesadaran murid Murid paham dampak bahaya Tingkat kesadaran
terhadap bahayanya sampah sampah plastik, dan ada murid terhadap
plastik bagi lingkungan sekitar. kemauan untuk mengurangi lingkungan sekolah.
jumlah sampah plastik di
lingkungan sekolah.
3 Kurangnya kepedulian dan daya Meningkatnya motivasi Konsistensi murid
minat murid dalam menjaga pola murid dalam menjaga pola dalam menjaga pola
makan gizi seimbang. makan yang baik, di makan yang baik, di
16

lingkungan sekolah. lingkungan mana


pun.
Tabel 2.1 Identifikasi Isu

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,


rumusan masalah dalam aktualisasi ini adalah:
Bagaimana Pengaruh Melting terhadap Pengurangan Sampah Plastik di
Lingkungan Sekolah.

B. Data-data Pendukung (Evidence)


Bila dapat dipahami dengan saksama, peran “melting” sangatlah
besar dampaknya. Hal tersebut akan terlihat di berbagai aspek sebagai berikut.
1. Lingkungan Sekolah
Terjaganya lingkungan sekitar sekolah, baik dalam maupun luar sekolah.
Kemudian, sekolah bisa lebih asri dengan berkurangnya sampah plastik. Hal
ini tentunya dikarenakan murid akan lebih gemar makan bekal dari rumah.
Namun, murid masih tetap bisa jajan tanpa menyisakan sampah plastik dari
kemasannya.
17

Gambar 3.1 Lingkungan Sekolah


2. Kantin Sehat Bersih
Setiap kantin di sekolah secara otomatis akan menyediakan tempat makan
dan tempat minum yang bisa dicuci pakai, sehingga tidak akan ada banyak
menghasilkan sampah plastik. Selain itu, kantin juga bisa menjadi tidak
memerlukan alokasi dana dalam hal pengemasan makanan atau minuman
yang dijual. Hal tersebut dikarenakan murid sudah membawa dan bisa
menggunakan tempat makan dan minum yang dibawa dari rumah.

Gambar 3.2 Kantin Sekolah


3. Kemudahan Pemilahan Sampah
Warga sekolah, terutama murid akan terbiasa lebih mudah untuk memilah
sampah. Murid bisa mengurangi sampah plastik di lingkungan sekolah
dengan ketentuan pemilahan sampah tersebut. Terdiri dari sampah organic
(mudah terurai), sampah anorganik (sulit terurai), dan sampah berbahaya
(pecah/pelah/tajam).
18

Gambar 3.3 Tempat Sampah


4. Murid Hidup Sehat
Menerapnya pembiasaan “melting” akan berdampak hidup yang lebih sehat
untuk murid. Pola makan murid akan menjadi lebih teratur dan lebih terukur
dalam jumlah perhitungan gizinya. Makanan dan minuman yang disediakan
dari rumah tentu akan lebih higienis dan lebih sehat.
Perlu kita ketahui bahwa untuk memulai pelaksanaan “melting” akan
berjalan dengan mudah, bila sudah terbentuk tim yang solid berkolaborasi
terhadap program pembiasaan “melting” tersebut. Hal yang sangat menantang
untuk dilakukan adalah mempertahankan program pembiasaan “melting” yang
sudah berjalan di sekolah. Sangat diperlukannya tim disiplin yang harus
mengontrol dan mengkoordinasikan program pembiasaan “melting” setiap
harinya kepada murid dan warga sekolah lain. Program pembiasaan “melting”
ini tentunya sudah berjalan di satuan unit SDN Jatisari Baleendah dan masih
dalam tahapan percobaan atau adaptasi.
Maka dari itu, seluruh warga sekolah wajib berpartisipasi secara
langsung dalam program pembiasaan “melting” ini. Tentunya dengan
konsistennya program pembiasaan “melting” di sekolah, secara langsung dan
tidak langsung murid akan selalu diberi contoh dan terdapatnya role model
dalam pelaksanaan yang sesungguhnya.
19

Gambar 3.4 murid sedang jajan

Pada tahapan perencanaan dan pelaksanaan program pembiasaan


MELTING, terdapat suatu tahapan yaitu tahapan menentukan prioritas masalah.
Salah satu metode yang depat di gunakan untuk menentukan prioritas masalah
yaitu metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). USG Merupakan salah satu
alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya
dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan isu dengan
menentukan skala nilai 1-5 atau 1-10. Isu yang memiliki total skor tertinggi
20

merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dikaitkan, dengan
waktu yang tersedia dan kemudian keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebababkan isu tersebut. Urgency dilihat
dari tersedianya waktu, mendesak atau tidaknya masalah tersebut dapat
diselesaikan.
2. Serioussnes
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas, dan dikaitkan dengan
akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang ada.
Dampak yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah-masalah lain bermunculan jika masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Serioussnes dapat dilihat dari dampak masalah tersebut
terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan dan
membahayakan sistem atau tidak.
3. Growth
Seberapa besar kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang jika
dikaitkan dengan permasalahan yang lain. Tentunya memperhatikan
masalah penyebab isu tersebut akan makin memburuk bila dibiarkan. Dan
juga akan terdampak pada kelangsungan ekosistem lingkungan, oleh karena
itu pola hidup sehat sangat diutamakan.

C. Solusi Permasalahan

Pengaruh melting terhadap pengurangan sampah plastik di lingkungan sekolah,


merupakan upaya sekolah menghadapi permasalahan sampah plastik yang
dihasilkan dari bekas jajanan murid pada saat jam istirahat di sekolah. Upaya
untuk mengurangi sampah plastik tersebut dengan:
21

1. Berdialog bersama kepala sekolah mengenai adanya rencana program melting

Gambar 3.5 Berdialog bersama Kepala Sekolah


22

2. Memberikan sosialisasi kepada orang tua murid mengenai budaya melting


yang akan diselenggarakan oleh sekolah

Gambar 3.6 Koordinasi bersama orang tua murid


23

3. Memberikan sosialisasi kepada murid mengenai budaya melting yang akan


diselenggarakan oleh sekolah

Gambar 3.7 Memberikan Pengarahan kepada murid


24

4. Memberikan sosialisasi kepada rekan sejawat mengenai budaya melting yang


akan diselenggarakan oleh sekolah

3.8 Memberikan diskusi dengan teman sejawat


25

5. Murid membawa tempat makan dari rumah yang nantinya akan digunakan

murid pada jam istirahat saat membeli makanan atau jajanan.

3.9 Pelaksanaan melting


26

BAB IV

3.10 Kebiasaan melting berhasil diterapkan


27

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Setiap sekolah pasti memiliki kebijakan pembiasaan yang berbeda-beda,

tentunya hal tersebut dapat mendukung visi dan misi di setiap sekolahnya. Salah

satunya dengan menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan menjaga suasana

pola makan yang baik pada murid di sekolah dengan baik. Sehingga, terkaitnya

aturan-aturan sekolah dengan visi dan misi sekolah agar menjadi klimaks nyata.

Perlu diketahui, bahwa pada kenyataannya penerapan pelaksanaan

program pembiasaan “melting” tentu menghasilkan beberapa manfaat. Tentunya

manfaat tersebut dapat dirasakan oleh berbagai aspek di sekolah, diantaranya

kemudahan pengelolaan sampah sekolah, terciptanya kantin sehat dan bersih,

membangun karakter peduli lingkungan pada murid, dan dampak positif pada

lingkungan sekolah itu sendiri.

B. Saran

Menanamkan jiwa konsisten dalam pelaksanaan pembiasaan suatu

program sekolah tentu sangatlah diperlukan. Hal tersebut dikarenakan setiap

perencanaan suatu program pembiasaan perlu dilandasi dengan rutinitas yang

teratur, sistematis, dan terus-menerus. Sehingga terciptanya suatu lingkungan

sekolah yang koheren dengan ekspektasi yang telah dirancang.


28

DAFTAR PUSTAKA

Azwar A, (1990) Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Mutiara

Hadiwiyoto S, (1983) Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Jakarta: Yayasan

Idayu

Gumbira Sa’id E. Djuli Murtadho, (1963) Penanganan dan Pemanfaatan

Limbah Padat, Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa

Adekunle,S.B (2014) Assesment Of Factors Responsible For Budget Failure in

Nigeria. Journal of Economic and Finance

Untoro B Surono (2013) Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi

Bahan Bakar Minyak, Jurnal Teknik 3

https://generasi3r.wordpress.com (diakses pada 05/07/2023 pukul 17:34)

https://ditsmp.kemdikbud.go.id/yuk-mengenal-5-jenis-sampah/

(diakses pada 05/07/2023 pukul 23:58)


29

LAMPIRAN FOTO DOKUMENTASI


30

Anda mungkin juga menyukai