Rumah joglo adalah rumah adat dari Jawa Tengah yang pada umumnya dibangun
dengan menggunakan kayu jati. Ciri khas dari rumah ini dapat dikenali pada atapnya yang
berbentuk tajug atau semacam atap piramida yang mengurucut. Istitilah joglosendiri berasal
dari kata “tajug” dan “loro yang disingkat juglo dan memiliki maknan penggabungan dua tajug.
Dalam perkembangannya, penyebutan juglo berubah menjadi joglo.
2. Batu andesit
Batu andesit sering digunakan untuk membangun pondasi dan dinding bangunan karena
memiliki daya tahan yang kuat.
3. Genteng
Genteng adalah bahan atap yang sering digunakan untuk rumah joglo. Genteng
tradisional yang terbuat dari tanah liat atau genteng keramik memiliki daya tahan yang
baik dan memberikan kesan estetik yang khas.
4. Bambu
Bambu sering digunakan sebagai bahan pelengkap untuk ornament dan dekorasirumah
joglo, seperti pada ukiran dan pintu.
5. Anyaman bambu
Anyaman bambu biasa digunakan sebagai dinding atau partisi dalam rumah joglo.
6. Lumpur
Lumpur atau tanah liat sering digunakan sebagai bahan plester pada dinding bangunan.
3. Sistem sokoguru
Sokoguru adalah balok penyangga pada bagian tengah bangunan yang digunakan untuk
menopang atap. Sokoguru dibuat dari kayu jati yang kuat dan awet.
5. Sistem pengairan
Beberapa ruma joglo memiliki sistem pengairan tradisional yang terdiri darisumur air
dan jaringan saluran air untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga.
Untuk membangun joglo dibutuhkan 3 (tiga) jenis kayu yaitu yang pertama kayu jati, kedua
adalah kayu pohon nangka dan ketiga adalah kayu kebun (kayu sonokeling, kayu sengon).
Jumlah Kayu yang dibutuhkan dalam membuat bangunan joglo adalah kurang lebih sebanyak
5,7 meter kubik. Hitungan tersebut mulai dari kayu untuk Soko Guru (4 batang), kayu Sunduk
(4 batang), kayu Belandar/Pengeret (4 batang), kayu Tumpangsari (8 batang – jika
Tumpangsari 3 susun dan 16 batang jika Tumpangsari 5 susun), kayu Dodo Peksi (2 batang)
fungsi dodo peksi sebagai penopang susunan kayu empyak, sedang kayu Empyak adalah
berfungsi sebagai plafon ditengah (center point) biasanya dihiasi dengan ukiran. Kayu
Suwunan atau Molo (bumbungan/nok) langsung diangkat dan diapit oleh 4 kayu Dudur (nok
samping) berfunsi sebagai penyangga sekaligus pengikat Suwunan dengan Tumpangsari dan
sekaligus sebagai pembentuk susunan atap utama (puncak atap joglo).
Selanjutnya susunan tiang-tiang luar disebut Emperan terdiri dari 12 batang dan berfungsi juga
sebagai penopang kayu Belandar Emperan (4 batang) dan diatasnya sebagai penopang kayu
Dudur Emperan (4 batang) yang selanjutnya akan membentuk susunan atap Emperan.
Layaknya bangunan beratap genteng maka dipasang kayu Usuk (kasao) dan kayu Reng.