Anda di halaman 1dari 117

REPRESENTASI KOMUNIKASI KELUARGA DALAM FILM FIKSI

“ANAK LANANG” PRODUKSI RAVACANA FILMS

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh :

Putri Ayu Khoirul Nafisah

(G.311.19.0023)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SEMARANG

2023
ii

REPRESENTASI KOMUNIKASI KELUARGA DALAM FILM FIKSI

“ANAK LANANG” PRODUKSI RAVACANA FILMS

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh :

Putri Ayu Khoirul Nafisah

(G.311.19.0023)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SEMARANG

2023
iii

LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI DENGAN JUDUL

REPRESENTASI KOMUNIKASI KELUARGA DALAM FILM FIKSI “ANAK


LANANG” PRODUKSI RAVACANA FILMS

OLEH
NAMA : Putri Ayu Khoirul Nafisah
NIM : G.311.19.0023

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI SYARAT GUNA MEMPEROLEH


GELAR SARJANA ILMU KOMUNIKASI (S.I.Kom)
PROGRAM STUDI S1-ILMU KOMUNIKASI JURUSAN ILMU
KOMUNIKASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS
SEMARANG

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI

SEMARANG, 16 AGUSTUS 2023

PEMBIMBING SKRIPSI

Edi Nurwahyu Julianto, S.Sos., M.I.Kom.


NIS. 06557000606014
iv

LEMBAR PENGESAHAN
SKRISI DENGAN JUDUL

REPRESENTASI KOMUNIKASI KELUARGA DALAM FILM FIKSI “ANAK


LANANG” PRODUKSI RAVACANA FILMS

OLEH

NAMA : Putri Ayu Khoirul Nafisah


NIM : G.311.19.0023

SKRIPSI INI TELAH DIUJIKAN DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN


DEWAN PENGUJI
PADA SIDANG SKRIPSI TANGGAL 23 AGUSTUS 2023
DAN DINYATAKAN LULUS
MEMPEROLEH GELAR SARJANA ILMU KOMUNIKASI (S.I.Kom)
Semarang,

Pembimbing Skripsi

Edi Nurwahyu Julianto, S.Sos., M.I.Kom.


NIS. 06557000606014

Mengesahkan,

Kaprodi Ilmu Komunikasi


Dekan FTIK USM FTIK USM

Prind Triajeng Pungkasanti, M.Kom Edi Nurwahyu Julianto, S.Sos., M.I.Kom


NIS. 06557003102110 NIS.06557000606014
v

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN


SKRIPSI DENGAN JUDUL

REPRESENTASI KOMUNIKASI KELUARGA DALAM FILM FIKSI “ANAK


LANANG” PRODUKSI RAVACANA FILMS

OLEH
NAMA : Putri Ayu Khoirul Nafisah
NIM : G.311.19.0023

TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH TIM PENGUJI


SETELAH MELALUI UJIAN SKRIPSI
TANGGAL………………….

Dewan Penguji
Jabatan Nama Tanggal Tanggal

Ketua Penguji

Anggota Penguji 1

Anggota Penguji 2
vi

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Putri Ayu Khoirul Nafisah

NIM : G.311.19.0023

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Teknologi Informasi dan Komunikasi

Judul : Representasi Komunikasi Keluarga dalam Film Fiksi

“Anak Lanang” Produksi RAVACANA FILMS.

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya

sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang ditulis atau

diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata

penulisan karya ilmiah yang lazim.

Semarang, ……….2023

Yang Menyatakan

Putri Ayu Khoirul Nafisah

G.311.19.0023
vii

Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan rahmat-Nya,

sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan lancar, serta proses

penyusunan laporan ini tentunya tak lepas dari arahan, bimbingan, serta masukkan

dari berbagai pihak. Maka dari itu, saya ucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang telah membantu memberi kelancaran serta kemudahan

dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Edi Nurwahyu Julianto, S.Sos, M.I.Kom selaku Ketua Jurusan Ilmu

Komunikasi Universitas Semarang, dan juga dosen pembimbing skripsi

ini, terimakasih telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan serta

nasihat dalam penelitian ini.

3. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Semarang atas ilmu yang

bermanfaat.

4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan kepada anaknya

mengenai apa yang dicita-citakan.

5. Saudara yang memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Ima dan Anggun yang selalu menjadi tempat cerita dan keluh kesah

sepanjang penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Saiful Hadi, Mas Kukuh, Mas Irvan, dan teman-teman lain yang

ada di USM TV karena telah memberikan semangat dalam pengerjaan

skripsi ini.

8. Segenap teman-teman Ilmu Komunikasi Universitas Semarang.


viii

Skripsi ini menjelaskan tentang representasi komunikasi keluarga

dalam film fiksi Anak Lanang produksi Ravacana Films. Semoga skripsi

ini dapat menjadi inspirasi dan referensi bagi pembaca, serta arsip bagi

internal. Dalam penyusunan skripsi ini tentu juga masih terdapat banyak

kesalahan, oleh karena itu perlu adanya kritik dan saran untuk perbaikan.

Semarang, 29 Agustus2023

Penulis
ix

ABSTRAK

REPRESENTASI KOMUNIKASI KELUARGA DALAM FILM FIKSI


“ANAK LANANG” PRODUKSI RAVACANA FILMS.

Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan representasi komunikasi keluarga


dalam film Anak Lanang dan mengetahui faktor pembentukan karakter anak pada
film Anak Lanang melalui adegan dan dialog dalam film. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan melakukan pengamatan secara menyeluruh
terhadap obyek penelitian yaitu Film Pendek Anak Lanang dengan menganalisis
unsur komunikasi keluarga. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan
menggunakan model semiotika Charles Sanders Pierce yang menggunakan system
segitiga tanda terdiri dari tanda, obyek, dan penafsir. Sedangkan data pendukung
didapat dari buku, jurnal, internet, dan sumber lain yang sejenis dan berkaitan
dengan topik penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil menunjukkan bahwa representasi
komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter anak dalam Film Anak Lanang
direpresentasikan melalui penerapan pola komunikasi keluarga, baik digambarkan
secara individu oleh anak, maupun dari anggota keluarga.

Kata Kunci : Komunikasi Keluarga, Teori Semiotika Pierce


x

ABSTRACT

REPRESENTATION OF FAMILY COMMUNICATION IN THE FICTIONAL


FILM "ANAK LANANG" PRODUCED BY RAVACANA FILMS.

This study aims to describe the representation of family communication in Anak


Lanang films and find out the factors of child character formation in Anak
Lanang films through scenes and dialogues in the film. This type of research is
qualitative research by making a thorough observation of the object of research,
namely the Anak Lanang Short Film by analyzing elements of family
communication. The data obtained were then analyzed using Charles Sanders
Pierce's semiotic model which uses a triangular system of signs consisting of
signs, objects, and interpreters. While supporting data is obtained from books,
journals, the internet, and other similar sources and related to the research topic
used to answer the problem formulation. Based on the research conducted, the
results show that the representation of family communication in the formation of
children's characters in Anak Lanang Film is represented through the application
of family communication patterns, both individually portrayed by children, and
from family members.

Keywords: Family Communication, Pierce's Semiotic Theory


xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................................. iii


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................................vi
Kata Pengantar ...................................................................................................................vii
ABSTRAK ..........................................................................................................................ix
ABSTRACT.......................................................................................................................... x
DAFTAR ISI.......................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................ xv
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 11
BAB II............................................................................................................................... 13
KAJIAN TEORI ............................................................................................................... 13
A. Semiotika Charles Sanders Pierce......................................................................... 13
B. Representasi .......................................................................................................... 19
C. Komunikasi Keluarga ........................................................................................... 21
D. Film ....................................................................................................................... 24
E. Film Anak Lanang ................................................................................................ 25
F. Poligami ................................................................................................................ 26
G. Kerangka Berpikir ................................................................................................. 28
BAB III ............................................................................................................................. 30
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................................ 30
A. Jenis Penelitian...................................................................................................... 30
xii

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 30


C. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................................................. 31
D. Data dan Sumber Data .......................................................................................... 31
E. Teknik Penentuan Narasumber dan Obyek/Unit Analisis .................................... 33
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 39
G. Triangulasi Data .................................................................................................... 41
H. Teknik Analisis Data............................................................................................. 41
I. Waktu yang Diperlukan ........................................................................................ 43
BAB IV ............................................................................................................................. 44
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 44
A. Gambaran Umum Penelitian ................................................................................. 44
B. Temuan Penelitian ................................................................................................ 58
C. Teori Semiotika Charles Sanders Pierce ............................................................... 72
D. Analisis Data ......................................................................................................... 75
BAB V .............................................................................................................................. 93
PENUTUP ........................................................................................................................ 93
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 93
B. Implikasi ............................................................................................................... 94
C. Saran ..................................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 96
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Youtube Film Anak Lanang ....................................................... 4


Gambar 1.2 Kolom Komentar Youtube .................................................................. 5
Gambar 1.3 Kolom Komentar Youtube .................................................................. 6
Gambar 1.4 Jumlah Kasus Perceraian di Indonesia ................................................ 8
Gambar 3.1 Scene 4............................................................................................... 34
Gambar 3.2 Scene 8............................................................................................... 34
Gambar 3.3 Scene 9............................................................................................... 35
Gambar 3.4 Scene 11............................................................................................. 35
Gambar 3.5 Scene 12............................................................................................. 35
Gambar 4.1 Poster Film Anak Lanang .................................................................. 42
Gambar 4.2 Cuplikan Film Anak Lanang ............................................................. 44
Gambar 4.3 Penghargaan dan Nominasi ............................................................... 46
Gambar 4.4 Scene 4............................................................................................... 48
Gambar 4.5 Danang malu mengucapkan Hari Ibu ................................................ 49
Gambar 4.6 scene 8 ............................................................................................... 51
Gambar 4.7 Yudho membuang sampah sembarangan .......................................... 52
Gambar 4.8 Scene 9............................................................................................... 53
Gambar 4.9 Danang menyadari HP Yudho baru .................................................. 54
Gambar 4.10 Scene 11........................................................................................... 55
Gambar 4.11 Danang dan Yudho tiba di rumah ................................................... 57
Gambar 4.12 Scene 12........................................................................................... 58
Gambar 4.13 Pertengkaran Danang dan Yudho dari dalam rumah ...................... 59
xiv

DAFTAR TABEL

Gambar 1.1 Data Youtube Film Anak Lanang ....................................................... 4


Gambar 1.2 Kolom Komentar Youtube .................................................................. 5
Gambar 1.3 Kolom Komentar Youtube .................................................................. 6
Gambar 1.4 Jumlah Kasus Perceraian di Indonesia ................................................ 8
Gambar 3.1 Scene 4............................................................................................... 34
Gambar 3.2 Scene 8............................................................................................... 34
Gambar 3.3 Scene 9............................................................................................... 35
Gambar 3.4 Scene 11............................................................................................. 35
Gambar 3.5 Scene 12............................................................................................. 35
Gambar 4.1 Poster Film Anak Lanang .................................................................. 42
Gambar 4.2 Cuplikan Film Anak Lanang ............................................................. 44
Gambar 4.3 Penghargaan dan Nominasi ............................................................... 46
Gambar 4.4 Scene 4............................................................................................... 48
Gambar 4.5 Danang malu mengucapkan Hari Ibu ................................................ 49
Gambar 4.6 scene 8 ............................................................................................... 51
Gambar 4.7 Yudho membuang sampah sembarangan .......................................... 52
Gambar 4.8 Scene 9............................................................................................... 53
Gambar 4.9 Danang menyadari HP Yudho baru .................................................. 54
Gambar 4.10 Scene 11........................................................................................... 55
Gambar 4.11 Danang dan Yudho tiba di rumah ................................................... 57
Gambar 4.12 Scene 12........................................................................................... 58
Gambar 4.13 Pertengkaran Danang dan Yudho dari dalam rumah ...................... 59
xv

DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Teori Segitiga ....................................................................................... 14
Bagan 1.2 Kerangka Pemikiran............................................................................. 25
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi yang

disampaikan dari individu, kelompok, organisasi, atau masyarakat dengan

memberikan respon dan memunculkan informasi untuk berhubungan

dengan lingkungan sekitar dan individu lain, biasanya melalui simbol,

ucapan, tulisan, gerak tubuh, dan penyiaran (Mufid, 2010 : 3). Dalam

komunikasi, terdapat bentuk-bentuk dari komunikasi, yaitu komunikasi

persona, komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi

media. (Effendy, 2003: 7)

Salah satu bentuk komunikasi kelompok yang dapat kita jumpai

adalah komunikasi keluarga, komunikasi keluarga pada dasarnya

merupakan sebuah proses untuk menyampaikan pesan dari orang tua

sebagai komunikator, kepada anak sebagai komunikan, mengenai norma-

norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga yang memiliki tujuan

keutuhan dan membentuk keluarga yang harmonis (Sambuaga dkk, 2014:

6).

Penting bagi orang tua untuk melakukan komunikasi dengan cara

yang membuat anak senang, bukan hanya memerintah, mengkritik, dan

memberikan bentakan. Proses membentuk karakter pada anak berlangsung

seumur hidup. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki


2

karakter jika anak tumbuh pada lingkungan yang baik atau berkarakter

(Danarti, 2010: 96). Dalam memberikan edukasi terkait pembentukan

karakter anak, orang tua dapat melakukan berbagai hal seperti melalui

media massa. Selain pada youtube dan tayangan televisi, edukasi juga bisa

kita dapatkan melalui sebuah film.

Film sebagai media komunikasi massa memiliki peranan yang

sangat penting. Film merupakan media komunikasi yang bersifat audio

visual untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang sedang

berkumpul di suatu tempat. Pesan film sebagai komunikasi massa dapat

berbentuk seperti apa saja tergantung pada misi yang ada dalam film

tersebut. Secara garis besar, film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu

pesan pendidikan, hiburan, maupun informasi. Pesan yang terkandung

dalam sebuah film menggunakan mekanisme lambang-lambang yang

terdapat pada pikiran manusia, contohnya berupa suara, perkataan,

percakapan, dan sebagainya (Effendi & Onong, 1986).

Dari pemaparan film di atas, terdapat film pendek yang peneliti

gunakan untuk melakukan penelitian yaitu karya Wahyu Agung Prasetyo

yang berjudul “Anak Lanang” ini disajikan menggunakan bahasa Jawa.

Film pendek ini telah meraih penghargaan Honnorable Mention,

Panasonic Young Filmmaker 2018; Outstanding Achievement, Indonesian

Film Festival Australia 2019; Best Film Indonesia Short Film Festival

SCTV 2019. Film ini menceritakan tentang empat orang anak Sekolah

Dasar yang membahas kehidupan mereka sehari-hari. Obrolan mereka


3

seputar apa yang terjadi di llingkungan sekitar mereka. Saat dalam

perjalanan pulang yang pada hari itu bertepatan dengan hari ibu, obrolan

mereka seputar hari ibu. Dari keempat pemeran utama film “Anak

Lanang” peneliti akan berfokus pada karakter Yudho dan Danang yang

digambarkan selalu bertengkar selama perjalanan pulang. Di mana dalam

ending film memperlihatkan mereka berdua berhenti di rumah yang sama.

Penggambaran tentang poligami secara tidak langsung juga terdapat pada

film ini, karena Yudho memanggil ibunya dengan sebutan “mah”

sedangkan Danang dengan sebutan “buk”. Diperkuat dengan adanya suara

2 orang perempuan dari dalam rumah.

Pemilihan film “Anak Lanang” dalam penelitian dikarenakan

pemeran dalam film yang berkorelasi dengan poligami masih berupa anak-

anak di bawah umur. Hal tersebut tentu saja akan menjadi pertanyaan bagi

sebagian orang tentang bagaimana nantinya anak tersebut dapat hidup

dalam sebuah rumah dengan adanya dua ibu. Proses komunikasi dari ibu

ke anak yang bukan kandung juga akan mempengaruhi kehidupan sosial

anak yang masih belum mengerti banyak hal.

Peneliti mengumpulkan data mengenai film “Anak Lanang” dari

video yang tersedia di youtube Ravacana Films. Selain mendapat banyak

perhatian publik yang terlihat dari respon penonton dalam kolom komentar

youtube, film “Anak Lanang” menarik untuk diteliti karena sutradara

maupun penulis tidak memaparkan secara gamblang isi pesan yang ada,
4

tetapi pesan-pesan disampaikan melalui dialog dan adegan maupun objek

visual.

Selain itu, data lain mengenai film “Anak Lanang” yang telah

peneliti kumpulkan berupa jumlah penayangan dalam Youtube Ravacana

Films serta jumlah komentar dari penikmat film “Anak Lanang”

Gambar 1.1 Data Youtube Film Anak Lanang


Sumber : https://youtu.be/nIoknYnDtG8
5

Gambar di atas memperlihatkan popularitas film “Anak Lanang”

yang terlihat dari jumlah tayangan yang sudah menginjak 3.744.851

dengan 110.000 orang yang menekan tombol suka sejak film tersebut

dipublikasikan di Youtube Ravacana Films. Kolom komentar yang

memenuhi Youtube juga secara garis besar para penikmat film ini

menceritakan kekagumannya pada pesan yang disampaikan secara tersirat

oleh penulis. Selain itu, banyak juga komentar yang berfokus pada

pengemasan poligami dari keluarga Danang dan Yudho yang ditunjukkan

di ending film “Anak Lanang”. Banyak dari komentar yang menuliskan

mengenai bagaimana komunikasi keluarga dalam keluarga poligami

tersebut dapat berlangsung karena yang terdampak dari poligami adalah

anak yang masih di bawah umur.

Gambar 1.2 Kolom Komentar Youtube


6

Gambar 1.3 Kolom Komentar Youtube


Sumber : https://youtu.be/nIoknYnDtG8

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan mengenai film “Anak

lanang”, peneliti menemukan proses komunikasi dalam keluarga yang

tidak berjalan dengan baik. Ayah dari Danang dan Yudho yang telah

melakukan poligami tidak berkenan untuk mendengarkan keinginan dari

Danang, sedangkan Yudho selalu mendapat perhatian yang lebih dari

ayahnya. Selama 14 menit film berlangsung, Danang dan Yudho juga

selalu bertengkar, hal tersebut kembali menunjukkan bahwa komunikasi

antara mereka berdua sebagai saudara tiri tidak terjalin dengan baik.

Rupanya, masalah terkait komunikasi keluarga ini telah menarik

perhatian pemerintah pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas)

XXVI. Pemerintah membuat gerakan nasional untuk memulihkan

komunikasi keluarga. Badan kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) melakukan “Gerakan Nasional Kembali ke Meja

Makan” yang bertujuan untuk mengingatkan kembali keluarga Indonesia

tentang pentingnya meluangkan waktu untuk berkumpul dan


7

berkomunikasi bersama keluarga. Karena itu, peneliti menyimpulkan

bahwa penting untuk melakukan penelitian ini, selain melihat dari aspek

komunikasi keluarga yang terjadi, peneliti juga melihat presentase

banyaknya kasus perceraian yang salah satunya diakibatkan dari poligami.

Menurut laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di

Indonesia mencapai 516.334 kasus pada tahun 2022. Angka ini meningkat

15,31% dibandingkan pada tahun 2021 yang mencapai 447.743 kasus.

Berdasarkan provinsinya, kasus perceraian tertinggi pada 2022 berada di

Jawa Barat yaitu sebanyak 113.643 kasus. Diikuti oleh Jawa Timur dan

Jawa Tengah masing-masing sebanyak 102.065 kasus dan 85.412 kasus.

Penyebab utama perceraian pada 2022 adalah perselisihan dan

pertengkaran. Jumlahnya sebanyak 284.169 kasus atau setara 63,41 % dari

total faktor penyebab kasus perceraian di tanah air. Sedangkan kasus

perceraian lainnya dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi, salah satu pihak

meninggalkan, kekerasan dalam rumah tangga, hingga poligami.


8

Gambar 1.4 Jumlah kasus Perceraian di Indonesia


Sumber:https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/01/kas

us-perceraian-di-indonesia-melonjak-lagi-pada-2022-tertinggi-dalam-

enam-tahun-terakhir

Maka dari itu, menurut data di atas, peneliti mengambil fokus

penelitian pada komunikasi keluarga yang berpoligami agar hasil dari

penelitian ini nantinya dapat menjadi bahan pembelajaran dan juga

referensi bagi penelitian selanjutnya dengan tema yang sama yaitu

komunikasi keluarga dalam keluarga yang berpoligami.

Berdasarkan latar belakang yang peneliti paparkan di atas,

diperlukan adanya penelitian mendalam tentang film “Anak Lanang”

tersebut, guna untuk mengetahui dampak dan pentingnya orang tua yang

memilih untuk berpoligami kepada anak, agar dapat membentuk pola

komunikasi keluarga yang baik pada anak serta makna dari tanda-tanda

yang disampaikan dapat diterima oleh anak.


9

Dengan itu, dalam penelitian ini, metode analisis yang peneliti

gunakan adalah pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce. Berangkat

dari latar belakang di atas, maka penelitian dengan judul “Representasi

Komunikasi Keluarga dalam Film Fiksi “Anak Lanang” Produksi

Ravacana Films” penting untuk dilakukan. Peneliti ingin menggambarkan

pola komunikasi keluarga poligami dalam film fiksi “Anak Lanang”.

Adanya komunikasi yang kurang baik dari dua anak yang merasakan

dampak dari ayah yang berpoligami, tentang bagaimana anak tersebut

dapat berkomunikasi dengan baik di dalam keluarga.

Adapun penelitian terdahulu yaitu :

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Tahun Hasil


1. Ukhwani Harmonisasi Pola Komunikasi 2020 Penelitian tersebut dilakukan
Ramadani. Keluarga dalam Film Keluarga untuk mengetahui representasi
Cemara (Analisis Semiotika) harmonisasi pola komunikasi
keluarga dalam film Keluarga
Cemara serta faktor-faktor yang
mempengaruhi harmonisasi pola
komunikasi keluarga dalam film
tersebut. melalui adegan-adegan
yang ada. Dalam penelitian ini
memiliki kesamaan yaitu
menggunakan analisis semiotik
Charles Sanders Pierce,
sedangkan perbedaan terletak
pada objek penelitian film yang
menggunakan Keluarga Cemara,
sedangkan peneliti saat ini
menggunakan film Anak Lanang.
2. Tia Indrianti Peran Orang Tua dalam 2020 Penelitian tersebut mengangkat
Membentuk Karakter Anak di permasalahan kurangnya orang
Desa Kedaton Induk tua memahami tentang
Kecamatan Batanghari Nuban pentingnya pembentukan karakter
Lampung Timur. anak serta beranggapan bahwa
pembentukan karakter sudah
10

diperoleh dari pendidikan formal


di sekolah, karena kurangnya
pembentukan karakter dari
keluarga, menjadikan anak
memiliki karakter yang kurang
baik. Dalam penelitian ini,
kesamaan terletak pada fokus
penelitian yaitu pentingnya
komunikasi dalam keluarga agar
anak dapat berperilaku baik di
lingkungan sekitar, anak yang
berada dalam keluarga poligami
tentu saja akan terasa berbeda di
lingkungan sekitarnya, saat itulah
peran orang tua dalam
pembentukan karakter anak harus
lebih diperhatikan.
3. Chykla Konstruksi Relasi Komunikasi 2018 Penelitian ini dilakukaan untuk
Azalika Keluarga dalam Film I Not mengungkap gagasan mengenai
Stupid Too normalitas keluarga melalui
pesan teks yang ditampilkan
dalam film I Not Stupid Too, serta
penjabaran tentang bagaimana
konstruksi relasi komunikasi
keluarga dikonstruksi dan
dikomunikasikan kepada publik.
Dalam skripsi ini memiliki
kesamaan pada fokus penelitian
yaitu mengenai komunikasi
keluarga, sedang perbedaannya
terdapat pada metode analisis,
skripsi ini menggunakan analisis
naratif sedangkan peneliti
menggunakan metode analisis
semiotika Charles Sanders Pierce.

Perbedaan dari ketiga penelitian di atas dengan penelitian ini adalah, di mana

penelitian ini akan berfokus pada representasi komunikasi keluarga dalam salah

satu keluarga yang terdapat dalam film “Anak Lanang” mengenai poligami.

Penelitian akan membahas tentang proses komunikasi anak yang hidup dalam
11

keluarga poligami. Tentang bagaimana karakter anak setelah berada di dalam

rumah dengan ayah yang berpoligami dan membuat anak tersebut mempunyai 2

ibu.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

rumusan masalah untuk penelitian ini adalah Bagaimana Representasi

Komunikasi Keluarga dalam Film Fiksi “Anak Lanang” Produksi

RAVACANA FILMS?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Representasi

Komunikasi Keluarga dalam Film Fiksi “Anak Lanang” Produksi

RAVACANA FILMS.

D. Manfaat Penelitian
1.1 Manfaat Teoritis

1. Dapat memperluas wawasan dalam Ilmu Komunikasi khususnya di

bidang semiotika dan menjadi sebuah kajian menarik dalam film.

2. Dapat memberikan edukasi karena film sebagai salah satu media

komunikasi yang saat ini memiliki banyak peminat.

3. Dapat menambah kajian dalam media film, khususnya pada

pemahaman semiotika film.

4. Sebagai ide atau informasi mengenai alur cerita film yang

mengandung komunikasi keluarga.

1.2 Manfaat Praktis


12

1. Sebagai bahan masukan untuk para sineas agar mampu

menciptakan alur cerita tentang komunikasi keluarga, terutama

dalam konteks anak di bawah umur. Karena sekarang ini banyak

anak yang tidak terlalu sering berkomunikasi dengan orang tuanya.

2. Memberikan ulasan serta menambah wawasan bagi para teoritis,

praktisi film dan orang tua dalam meningkatkan kualitas

komunikasi dari orang tua kepada anak agar dapat membentuk

karakter yang lebih baik pada anak.


13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Semiotika Charles Sanders Pierce

Charles Sanders Pierce merupakan salah satu tokoh yang

berpengaruh dalam pemaknaan semiotika. Pierce juga dianggap

sebagai pendiri semiotika mazhab Amerika menjelaskan tanda

merupakan sesuatu yang dapat mewakili sesuatu bagi seseorang dalam

hal tertentu. Tanda menyapa seseorang, atau bisa juga tanda yang lebih

berkembang. Pierce dikenal dengan model segitiga tanda yakni

Representament, Object, dan Interpretant. Tanda yang diciptakan oleh

Pierce disebut sebagai interpretant dari tanda pertama. Tanda

mewakili sesuatu, objeknya (Fiske, 2016: 46).

Teori Semiotika Pierce merupakan ilmu atau metode analisis yang

membahas mengenai sistem tanda. Teori ini diciptakan oleh ahli

filsafat asal Amerika bernama Charles Sanders Pierce yang terkenal

dalam bidang logika terhadap manusia dan penalarannya. Pierce

mengungkapkan bahwa di dalam kehidupan manusia, terdapat

pencampuran tanda dan cara penggunaannya dalam aktivitas yang

bersifat representatif. Tanda yang dimaksud di sini adalah sesuatu

yang terlihat merujuk pada sesuatu dan mampu mewakili relasi antara

tanda dengan penerima tanda yang bersifat representatif hingga

mengarah pada interpretasi. Pierce membagi sistem tanda menjadi tiga


14

unsur yang telah dimuat dalam teori segitiga yaitu tanda (sign), acuan

tanda (object), dan penggunaan tanda (interpretant).

Sign (Tanda)

Interpretant Object

(Penafsir) (Obyek)

Bagan 1.1 Teori Segitiga

Pierce menyebutkan tanda “is something which stands to

somebody for something in some respect or capacity.” Sesuatu yang

digunakan untuk tanda berfungsi disebut ground. Tanda (sign atau

representamen) terdapat hubungan triadik di dalamnya berupa ground,

object, dan interpretant. Oleh karena itu Pierce membagi tanda

menjadi 3 yaitu :

1) Qualisign merupakan kualitas pada sebuah tanda sebagai contoh

kata-kata kasar, keras, merdu, dll.

2) Sinsign merupakan benda yang benar-benar ada dan terjadi atau

sebuah peristiwa yang ada pada sebuah tanda.

3) Legisin merupakan norma yang terkandung oleh tanda.

Berdasarka objeknya, Pierce membagi tanda menjadi 3 yaitu :

1) Ikon merupakan hubungan antara tanda dan objek atau acuan

yang sifatnya mirip misalnya potret dan peta.


15

2) Indeks merupakan tanda yang menunjukkan adanya hubungan

alamiah antara tanda dan pertanda yang sifatnya berdasar pada

hubungan sebab akibat atau tanda yang acuannya pada kenyataan.

3) Simbol merupakan tanda yang merujuk pada hubungan alamiah

antara penanda dengan pertandanya yang sifatnya semena-mena.

Pierce juga membagi interpretant, tanda (sign, representamen)

menjadi 3 yaitu :

1) Rheme merupakan tanda yang memungkinkan seseorang untuk

menafsirkan berdasarkan pilihannya.

2) Dicent sign merupakan tanda yang sesuai dengan kenyataan.

3) Argument merupakan tanda yang langsung memberikan alasan

tentang sesuatu.

Dalam hal ini, manusia mempunyai keanekaragaman akan

tanda-tanda dalam berbagai aspek di kehidupannya. Di mana

tanda linguistik menjadi salah satu yang terpenting. Dalam teori

semiotika ini fungsi dan kegunaan dari suatu tanda itulah yang

menjadi pusat perhatian. Tanda sebagai suatu alat komunikasi

merupakan hal yang teramat penting dalam berbagai kondisi serta

dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek komunikasi.

B. Teori Pola Komunikasi Keluarga

Koerner et al. (2017) berkata bahwa Teori Pola Komunikasi

Keluarga (TPKK), merupakan sebuah general theory atau teori utama yang
16

berfokus pada komunikasi orangtua-anak dalam kaitannya dengan

pembentukan realitas sosial bersama (shared social reality). Dengan

demikian, kiranya teori ini dapat disebut dalam setiap pemetaan teori

komunikasi keluarga.

Schrodt, et al. (dalam Koerner et al. 2017) menyebut model awal

TPKK sebagai “teori generasi pertama.” Fokus utamanya adalah pada

asosiasi dan gabungan unik antara orientasi percakapan dan orientasi

kesesuaian serta berbagai bentuk pemrosesan informasi, perilaku, dan hasil

psikososial.

Chaffee dan McLeod (1972) mengatakan bahwa proses yang

digunakan keluarga untuk berbagi realitas sosial selanjutnya memengaruhi

perilaku komunikasi dan praktik keluarga. Wawasan ini kemudian

digunakan untuk membangun pengukuran perilaku dari strategi yang

mendasari pemrosesan informasi. Instrumen yang dikembangkan dinamai

Instrumen Pola Komunikasi Keluarga, yang banyak digunakan dalam

penelitian efek media. Berdasarkan hasil ukur instrumen, kemudian

keluarga dikategorisasi menjadi empat sebagaimana ditampilkan pada

gambar sebagai berikut :


17

Protective Consensual

Laizzes-faire Pluralistic

Gambar 2. Skema Teori Pola Komunikasi Keluarga

TPKK “generasi kedua” tetap membagi pola komunikasi keluarga

menjadi empat, namun memiliki penekanan yang berbeda Koerner dan

Fitzpatrick (dalam Vangelisti 2004). TPKK lebih memberikan penekanan

dan fokus pada interaksi keluarga itu sendiri alih-alih orientasi terpaan

media. Pola komunikasi keluarga yang pertama adalah konsensual. Pola

ini terdapat dalam keluarga yang memberi penekanan pada orientasi

percakapan dan orientasi kecocokan. Orang tua dalam keluarga ini

mendengarkan anaknya sekaligus memberikan pengertian perihal

ketegasan yang harus orangtua berikan agar anak memahami alasan

orangtua bersikap seperti itu. Penjelasan mengenai Pola Keluarga

Konsensual ini memiliki perbedaan dengan TPKK “generasi pertama”

yang lebih menyoal kecenderungan orang tua untuk memberi kebebasan,

bahkan mendorong anaknya untuk mengakses informasi media massa

guna mengembangkan konsep-konsep hidup sesuai dengan informasi yang

didapatkan.

Kedua, pola komunikasi pluralistik yang ditandai dengan

keterbukaan dan tidak memaksakan kehendak. Orangtua pada keluarga ini


18

tidak merasa harus mengontrol anak mereka dan memutuskan hal-hal apa

saja yang harus dilakukan anak. Inti dari pola komunikasi ini adalah

komunikasi yang terbuka dalam membahas ide serta gagasan dengan

semua anggota keluarga serta menghormati minat anggota keluarga dan

saling mendukung. TPKK “generasi pertama” melihat keluarga pluralistik

sebagai entitas yang mendorong anggotanya untuk tidak hanya terpapar

isu-isu kontroversial dari media massa, namun juga mengembangkan

pendapat yang kuat dan berbeda tanpa takut terkena hukuman atau

membahayakan hubungan sosialnya dengan anggota keluarga lainnya.

Ketiga, pola protektif yang menekankan pada kepatuhan terhadap

wewenang orangtua. TPKK “generasi pertama” melihat keluarga dalam

pola ini tidak hanya melarang pengungkapan perbedaan pendapat, namun

juga memberikan sedikit kesempatan kepada anggota keluarganya untuk

menemukan informasi yang bisa menjadi dasar pandangannya sendiri.

TPKK “generasi kedua” melihat bahwa orang tua dalam keluarga ini

percaya bahwa mereka yang harus membuat keputusan untuk semua

anggota keluarga dan anak mereka. Anak-anak yang berasal dari keluarga

ini biasanya bersifat mudah dipengaruhi karena tidak belajar bagaimana

membela atau memertahankan pendapat sendiri.

Keempat, Pola Komunikasi Laissez-Faire yang dicirikan dengan

kepercayaan yang tinggi dari orangtua terhadap anak dalam pembuatan

keputusan. Karena tidak adanya perhatian serta dukungan dari orangtua,

anak cenderung bingung dengan keputusan yang telah ditentukan. Dalam


19

hal ini, anak tidak membina hubungan dalam bentuk interaksi dengan

orangtua. Anak maupun orangtua tidak memahami objek komunikasi,

sehingga dapat menimbulkan komunikasi yang salah. TPKK “generasi

pertama” melihat pola komunikasi keluarga ini sebagai sebuah pembiaran

interaksi; anak-anak tidak dilarang menentang pandangan orang tuanya,

tetapi mereka juga tidak terpapar informasi media massa.

C. Representasi

Representasi merupakan suatu wujud kata, gambar, sekuen, cerita, dan

sebagainya yang mewakili ide, emosi, fakta, dan sebagainya. Representasi

memiliki ketergantungan pada tanda dan juga citra yang ada dan dipahami

secara kultur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), representasi

dapat diartikan sebagai perbuatan yang mewakili, ataupun keadaan yang

bersifat mewakili. Selain itu, representasi juga dapat diartikan sebagai

suatu proses yang melibatkan suatu keadaan yang mewakili simbol,

gambar, dan semua hal yang berkitan dengan makna. Penggambaran yang

dimaksud dalam proses ini berupa deskripsi dari adanya perlawanan yang

berusaha dijabarkan melalui penelitian dan analisis semiotika.

Representasi memiliki dua proses utama yaitu, pertama representasi

mental yang merupakan konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita

masing-masing. Bentuknya masih berupa sesuatu yang tidak dapat

digambarkan secara detail, bentuknya masih abstrak, proses ini termasuk

proses yang sangat penting karena konsep lanjutan dari adanya peta

konseptual yang lahir dari diri masing-masing. Dari abstrak yang ada,
20

selanjutnya akan diterjemahkan ke dalam bahasa yang sering kita gunakan

sehari-hari, dari situlah mulai lahir penggambaran sesuatu yang dimaksud

melalui tanda, simbol, maupun gambar. Penjabaran ini dapat dikatakan

sebagaimana bentuk sederhana dari adanya representasi (Hall, 1997:15).

1. Jenis Pendekatan Representasi

Terdapat 3 pendekatan untuk menerangkan bagaimana

mempresentasikan makna melalui bahasa yaitu reflection,

intentional, dan constructive (Hall, 1997:13).

a) Reflection merupakan pendekatan yang menjelaskan

mengenai makna yang dipahami dan makna tersebut dapat

digunakan untuk mengelabuhi objek, seseorang, ide-ide

maupuan kejadian dalam kehidupan nyata. Dalam

pandangan ini dapat diartikan juga dengan sebuah cermin.

Karena cermin dapat merefleksikan makna dari segala

pantulan yang sederhana. Dalam pendekatan ini, reflection

dapat memiliki arti seperti, apakah bahasa mampu

mendefinisikan suatu objek yang bersangkutan

b) Intentional bersangkutan dengan tentang bagaimana bahasa

dan fenomenanya dapat digunakan untuk mengatakan

maksud dan memiliki pemaknaan tersendiri atas apa yang

tersirat dalam pribadinya. Intentional tiak merefleksikan,

tetapi berdiri di atas pemaknaannya.


21

c) Constructionist merupakan pendekatan yang lebih

menekankan pada proses konstruksi makna melalui bahasa

yang digunakan. Dalam pendekatan ini, bahasa dan

penggunaan bahasa tidak dapat memberikan makna

masing-masing, harus dihadapkan dengan hal lain hingga

memunculkan suatu interpretasi. Konstruksi sosial

dibangun melalui aktor-aktor sosial yang memakai sistem

konsel kultur bahasa dan dikombinasikan dengan sistem

representasi lain (Hall, 1997:35).

D. Komunikasi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil yang ada dalam kehidupan manusia.

Berawal dari keluarga, pola pikir anak maupun setiap anggota keluarga

akan terbentuk dan akan mempengaruhi hidup bersosialnya. Keluarga

biasa disebut sebagai tempat berlangsungnya sosialisasi dan transformasi

nilai-nilai moral, etika, dan sosial yang intensif. Dalam kontek inilah,

Balson (1999) menyatakan bahwa seluruh perilaku seseorang seperti

bahasa, permainan emosi, dan ketrampilan dipelajari dan dikembangkan

dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Menurut Rosnanda (dalam Sambuaga dkk, 2014 : 6) komunikasi

keluarga merupakan proses penyampaian informasi atau pesan kepada

anggota keluarga yang bertujuan untuk membentuk sikap sesuai isi pesan

yang disampaikan oleh orang tua sebagai komunikator.


22

Pada dasarnya, komunikasi keluarga adalah sebuah proses untuk

menyampaikan pesan dari orang tua sebagai komunikator pada anak-anak

sebagai komunikan mengenai nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga,

dengan tujuan agar menjaga keutuhan keluarga yang harmonis.

Pendapat lain terdapat dari Evelyn Suleman (dalam sambuaga dkk,

2014 : 6) bahwa komunikasi keluarga merupakan proses penyampaian

pesan-pesan komunikasi dalam keluarga sebagai sebuah proses

komunikasi yang dilancarkan antara orang tua dengan anak.

Pembahasannya akan seputar masa depan anak, pekerjaan anak,

pendidikan anak, serta pengeluaran rumah tangga.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi Keluarga

Adapun faktor-faktor yang nantinya akan mempengaruhi

Komunikasi Keluarga, sebagai berikut (Ramadani, 2020: 46-49) :

a) Citra Diri dan Citra Orang lain

Ketika seseorang berhubungan dan berkomunikasi dengan

orang lain, dia akan mempunyai cita diri sendiri akan

menjadi apa dan bagaimana.

b) Suasana Psikologis

Suasana psikologis diakui mempengaruhi komunikasi.

Komunikasi akan sulit berlangsung bila seseorang dalam

keadaan sedih, bingung, kecewa, dan suasana psikologis

lainnya.

c) Lingkungan Fisik
23

Kehidupan dalam keluarga memiliki tradisi sendiri yang

harus ditaati. Kehidupan keluarga yang menjunjung tinggi

norma agama memiliki tradisi kehidupan yang berbeda

dengan kehidupan keluarga agama yang tidak terlalu

mematuhi norma agama. Oleh karena itu, lingkungan fisik

pada hal ini mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi

dengan lingkungan luar.

d) Kepemimpinan

Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola

kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan

menentukan pola komunikasi yang bagaimana akan

berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan

tersebut.

e) Bahasa

Pada suatu kesempatan, bahasa yang dipergunakan oleh

orang tua ketika berbicara pada anaknya dapat mewakili

suatu objek yang dibicarakan. Bahasa yang digunakan tidak

mampu mewakili suatu objek dengan tepat. Seringkali

penafsiran orang lain berlainan terhadap bahasa yang

digunakan.

f) Perbedaan Usia

Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Hal tersebut

berarti setiap orang tidak bisa berbicara seenak hati tanpa


24

memperhatikan siapa yang diajak bicara. Harus menghargai

orang yang diajak berbicara.

E. Film

Dalam bahasa Inggris, terdapat kata ketiga dari film dan sinema

yaitu movie yang berasal dari kata move yang memiliki arti bergerak.

Namun pada perkembangannya, kata film lebih populer digunakan. Film

disebut sebagai gambar hidup (motion picture), yaitu serangkaian gambar

diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan

sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak.

Film merupakan sebuah karya yang menggunakan unsur

sinematografi dalam berbagai bentuk, jenis dan ukuran melalui berbagai

rangkaian proses dengan suara maupun tanpa suara untuk ditayangkan.

Menurut McQuail (2011) film sebagai teknologi baru mulai

muncul sejak akhir abad ke-19 namun masih jarang memunculkan konten.

Kemudian seiring berkembangnya teknologi, film mulai memunculkan

unsur cerita dalam bentuk panggung musik, drama, hiburan, dan juga

humor agar bisa dikonsumsi oleh khalayak. Jenis film dapat dikategorikan

menjadi dua yaitu :

a) Film Cerita (Fiksi)

Dalam film fiksi akan bersifat komersial dan dibuat

berdasarkan sebuah naskah cerita yang nantinya akan

dimainkan oleh aktor maupun aktris. Film fiksi ini memiliki


25

berbagai genre yang sering kita kenali seperti drama, horor,

sejarah, action, komedi, dan lain-lain.

b) Film Non Cerita (Non-Fiksi)

Film ini dibuat berdasarkan naskah cerita yang sesuai dengan

kenyataan. Tanpa ada hal yang didramatisasi, semua sesuai

dengan apa yang terjadi dari awal hingga akhir.

F. Film Anak Lanang

Dalam film Anak Lanang ini bercerita tentang empat orang anak SD

yang sedang membahas kehidupan sehari-hari mereka di atas becak

sepulang dari sekolah. Fokus awal dari pembicaraan mereka tentang Hari

Ibu. Keempat anak tersebut mengobrol bersama saat sedang dalam

perjalanan pulang dengan menaiki becak tukang becak langganan mereka.

Anak-anak SD yang berperan dalam film pendek ini adalah Sigit,

Samsul, Yudho, dan Danang. Sigit merupakan seorang anak yang rajin,

saat ada tugas dari sekolah, dia selalu mengerjakan sementara ketiga

lainnya hanya bisa meniru tugas dari Sigit. Ada juga Samsul dan Danang

yang suka bermain Play Station. Selama perjalanan pulang, mereka

membahas banyak hal, mulai dari tugas sekolah, anak baru, hingga

rencana bermain PS di malam hari. Yudho dan Danang selalu bertengkar

sepanjang perjalanan. Di akhir cerita, setelah tukang becak mengantarkan

mereka sampai ke rumah, digambarkan bahwa Yudho dan Danang tinggal

bersama dalam satu rumah tetapi memiliki ibu yang berbeda. Hal inilah

yang nantinya akan peneliti gunakan untuk penelitian. Mengenai


26

bagaimana komunikasi keluarga dalam keluarga Danang dan Yudho yang

berada dalam keluarga poligami.

Film pendek karya Wahyu Agung Prasetyo yang berjudul “Anak

Lanang” ini disajikan menggunakan bahasa Jawa. Film pendek ini telah

meraih penghargaan Honnorable Mention, Panasonic Young Filmmaker

2018; Outstanding Achievement, Indonesian Film Festival Australia 2019;

Best Film Indonesia Short Film Festival SCTV 2019.

G. Poligami
Poligami merupakan perkawinan seorang suami dengan lebih dari

satu orang istri (poligami) atau perkawinan seorang istri dengan lebih dari

satu orang suami (poliandri). Namun dalam pandangan umum, istilah

poligami cenderung dipahami sebagai perkawinan yang dilakukan oleh

suami dengan beberapa orang istri dalam waktu yang bersamaan. Lawan

dari poligami adalah monogami, yaitu perkawinan seorang suami dengan

seorang istri. Sebagian besar hal yang memfaktori orang melakukan

poligami adalah sebagai berikut :

a) Istri sah tidak bisa memberikan keturunan

b) Istri sering memberikan tekanan pada suami

c) Sering terjadi perkelahian dalam rumah tangga

d) Hasil dari perjodohan yang mengakibatkan perceraian

e) Faktor ekonomi yang naik turun

f) Kurangnya kesadaran akan pentingnya suatu pernikahan

g) Akibat Poligami Pada Anak di Bawah Umur


27

Dalam kehidupan rumah tangga sering dijumpai orang tua yang

salah dalam mendidik anak-anaknya. Hal yang terkadang dilakukan

dengan sadar maupun tidak sadar malah merugikan tujuan yang hendak

dicapai orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Dengan tindakan itu,

orang tua bukan hanya menemukan kegagalan untuk mencapai tujuan

jangka panjang, tapi sebaliknya, seringkali akibat dari orang tua

menimbulkan benturan-benturan dan suasana perang mulut yang tidak bisa

dihindari.

Secara tidak langsung, hal tersebut akan menjadi boomerang bagi

orang tua yang melakukan poligami dalam kehidupan rumah tangganya.

Seperti yang diketahui, anak-anak sangat sensitif dengan orang-orang baru

yang datang di kehidupannya. Dalam hal ini, anak akan memunculkan

sifat egoisme yang haus akan perhatian dari orang tuanya. Berbagai cara

akan anak lakukan untuk memperoleh perhatian dari orang tuanya.

Seperti yang ada dalam film pendek “Anak Lanang” sang ayah

memiliki dua istri dan masing-masing istri memiliki anak. Kedua anak itu

memiliki umur yang sama dan berada dalam kelas yang sama. Terlihat

dalam percakapan pulang sekolah, sang ayah tidak memberikan kasih

sayang yang merata, karena tidak membelikan hal yang sama pada

anaknya itu. Perlakuan dari ayahnya itu tentu saja akan menimbulkan sifat

cemburu dan pertengkaran dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut

karena anak yang masih berada di bawah umur, mereka masih belum bisa

memahami alasan orang tuanya melakukan poligami. Lingkungan sekitar


28

mereka juga memberikan dampak yang tidak baik karena teman-teman

mereka mengolok-ngolok setelah tahu mereka bersaudara.

H. Kerangka Berpikir
Bagan 1.2 Kerangka Pemikiran

FILM ANAK LANANG

ANAK
Charles Sanders Pierce
ANAK

Sign (Tanda) Interpretant (Penafsir) Object (Obyek)

Representasi

Poligami Komunikasi Keluarga

Setiap penelitian membutuhkan landasan berpikir untuk

memecahkan suatu masalah. Kerangka pikir mencakup teori-teori pokok.

Dalam penelitian, kerangka pikir akan menggambarkan dari sudut mana

penelitian akan diamati. Pada penelitian yang membahas Representasi

Komunikasi Keluarga dalam Film Fiksi “Anak Lanang” Produksi

RAVACANA FILMS, peneliti mencoba untuk menguraikan beberapa

tahap pemikiran yang dilakukan dengan menggunakan analisis semiotika

Charles Sanders Pierce agar bisa sampai pada titik persoalan. Dan

nantinya diharapkan dapat menjawab fokus penelitian yang ada.


29

Dari gambar kerangka berpikir di atas. Proses komunikasi keluarga

yang terdapat dalam film fiksi “Anak Lanang”, peneliti menggunakan

Teori Semiotika Charles Sanders Pierce. Penyampaian secara tersirat

dalam film menggambarkan bahwa kurangnya proses komunikasi dalam

keluarga yang memilih untuk berpoligami.

Dalam film “Anak Lanang” terlihat perbedaan pemberian kasih

sayang dari seorang ayah pada anaknya yang berasal dari ibu berbeda. Hal

tersebut tentu saja nantinya akan berpengaruh pada kehidupan sosial anak

yang masih berada di bawah umur. Watak keras dari kedua anak yang juga

tidak pernah terlihat akur menjadi gambaran dampak negatif dari poligami

itu sendiri. Maka dari itu, komunikasi dalam keluarga diharapkan bisa

lebih baik.
30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Menyajikan data berupa ucapan, tulisan serta aktivitas sosial

masyarakat yang diamati. Lexy J Moelong dalam Agustinova (2015:9)

mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif sebagai penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian. Contohnya seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

dan lain sebagainya yang dilakukan dengan mendeskripsikan melalui kata-

kata.

Penelitian kualitatif digunakan penulis untuk menganalisis dan

memberikan gambaran terhadap objek yaitu film “Anak Lanang”. Setelah

itu akan menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan representasi

komunikasi keluarga dalam film “Anak Lanang” tersebut menggunakan

analisis semiotika.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 5 bulan sejak awal

Februari hingga awal Juni 2023. Dikarenakan peneliti melakukan

penelitian terhadap objek yang tersedia dalam Youtube RAVACANA

FILMS. Film “Anak Lanang” dapat diakses secara daring oleh karena itu,

tidak terdapat lokasi spesifik dalam penelitian ini. Namun, guna

mendapatkan data dan referensi, penulis membutuhkan buku-buku yang


31

tersedia di perpustakaan, e-book serta jurnal yang bisa diakses secara

online.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk

penelitian kualitatif deskriptif. Metode deskriptif merupakan penelitian

yang melukiskan, menggambarkan, atau memaparkan keadaan objek yang

diteliti sebagai apa adanya sesuai dengan situasi dan kondisi ketika

penelitian tersebut dilakukan (Sugiyono, 2017:59). Metode pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif merupakan penelitian tentang riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Penggunaan metode ini

karena fokus penelitian ini untuk mengetahui bagaimana representasi

komunikasi keluarga dalam film fiksi “Anak Lanang” produksi Ravacana

Films.

D. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana asal data

didapatkan. Jika peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

metode pengumpulan datanya, maka sumber data disebut dengan

responden, yaitu orang yang memberikan respon atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti baik secara lisan maupun

tertulis. Jika peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber data

dapat berupa benda, gerak atau suatu proses. Apabila peneliti


32

menggunakan dokumentasi, maka yang akan menjadi sumber data adalah

catatan atau dokumen yang ada, yang dijadikan objek penelitian atau

variabel penelitian adalah isi catatan (Sahayu, 2013:3). Dalam melakukan

sebuah penelitian, peneliti membutuhkan 2 jenis sumber data, sebagai

berikut :

1. Sumber Data Primer

Menurut Sugiyono (dalam Fairus, 2020:33) Data primer

merupakan sumber data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari

sumber pertama dalam lokasi objek penelitian yang dilakukan.

Data primer yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

merupakan file video film pendek “Anak Lanang” yang diperoleh

dari youtube channel Ravacana Films yang diunggah pada tanggal

10 September 2019. Data yang diambil peneliti selanjutnya akan

dibedah sesuai dengan fokus penelitian yaitu representasi

komunikasi keluarga dalam film fiksi “Anak Lanang” produksi

Ravacana Films.

2. Sumber Data Sekunder

Menurut Sugiyono (dalam Fairus, 2020:33) Data sekunder

merupakan sumber data pendukung yang tidak langsung dapat

memberikan hasil data pada pengumpul data.Yang dimaksud di

sini adalah sebuah buku, jurnal, artikel, internet, arsip dan sumber

lain yang sejenis yang berkaitan dengan topik penelitian yang

dipilih oleh penulis.


33

E. Teknik Penentuan Narasumber dan Obyek/Unit Analisis

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Purposive

Sampling. Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D (2016 : 85 dalam Jatmiko, 2019 : 80), Purposive

Sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Dari pengambilan one take shot dalam film fiksi

“Anak Lanang”, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dalam

memilih sampel yang akan diteliti. Teknik ini digunakan untuk

menetapkan kriteria tertentu yang memiliki kesesuaian dengan tujuan

penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

Di scene terakhir film fiksi “Anak Lanang” mengandung nilai-nilai

parenting atau orang tua. Dalam scene terakhir film fiksi “Anak Lanang”

diperlihatkan sebuah keluarga di mana hanya ada satu bapak dari Danang

dan Yudho yang sepanjang film selalu beradu mulut. Visualisasi tersebut

menunjukkan bahwa keluarga dari Danang dan Yudho adalah keluarga

yang berpoligami.

1. Kriteria dalam Unit Analisis

Dalam film fiksi “Anak Lanang” produksi Ravacana Films ini

terdapat 12 scene selama 14 menit 51 detik. Karena dalam penelitian

ini peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling, maka peneliti

menentukan kriteria scene yang nantinya akan dijadikan sebagai

subjek penelitian. Adapun kriteria sebagai berikut :


34

a) Terdapat Scene tokoh Danang dan Yudho bersama sepanjang

film.

b) Terdapat scene yang menunjukkan dialog tentang hubungan

keluarga Danang dan Yudho.

c) Terdapat juga scene Danang dan Yudho yang berisi konflik

antara keduanya.

Berdasarkan ketiga kriteria tersebut, maka subjek penelitian ini

terdapat pada 5 scene yaitu :

1) Scene 4 : Adegan di mana Danang mengungkapkan bahwa dia

malu untuk mengucapkan hari ibu pada ibunya, setelah

mendengar Danang mengucapkan kalimat itu, Yudho langsung

menyerang Danang dengan mengatakan bahwa Danang tidak

diajari oleh ibunya mengenai hal-hal seperti itu. Yudho juga

menambahkan bahwa Danang tidak diajari tata krama oleh

ibunya.

2) Scene 8 : Adegan yang memperlihatkan Sul memberikan

ungkapan mengenai keheningan antara Yudho dan Danang

setelah bertengkar, setelah itu Yudho mengatakan tentang

Danang yang sering mengadukan berbagai hal pada ibunya,

begitupun sebaliknya, Danang juga mengatakan bahwa Yudho

sering mengadukan berbagai hal pada ibunya.


35

3) Scene 9 : Adegan Yudho mendapat telepon dari ibunya dan saat

itu Danang menyadari bahwa ponsel Yudho baru, sedangkan

dia tidak dibelikan ponsel juga oleh ayahnya.

4) Scene 11 : Adegan di mana Danang memanggil dengan sebutan

“pah” dan Yudho dengan sebutan “pak”. Dilanjut dengan

adegan pada saat Yudho langsung bermanja-manja dengan

ayahnya sembari mengucapkan ingin membeli berbagai barang

lain. Hal tersebut menunjukkan juga bahwa Yudho lebih

banyak menerima kasih sayang dari ayahnya daripada Danang,

karena saat itu Danang bahkan tidak memiliki ponsel yang

secanggih Yudho.

5) Scene 12 : Adegan saat film sudah selesai tetapi masih terdapat

dialog antara Danang, Yudho, dan ibu mereka di dalam rumah.

Danang dan Yudho masih beradu mulut pada scene terakhir

tersebut.

Dari adegan-adegan yang didapat setelah menganalisis kriteria

dalam film, peneliti menyimpulkan bahwa di dalam keluarga

Danang dan Yudho, Yudho lebih banyak menerima materi maupun

kasih sayang yang lebih besar dari ayahnya daripada Danang.

Adegan tersebut terlihat sangat jelas pada scene terakhir film yang

menunjukkan secara jelas perbedaan yang ada. Bahkan setelah film

selesai dan hanya tersisa dialog tanpa gambar, terdengar suara

Danang yang meminta wifi dari ponsel ibunya karena ponselnya


36

belum mendukung untuk pemakaian sinyal 4G. hal tersebut tentu

saja menjadi fokus peneliti mengenai dampak poligami pada

komunikasi keluarga pada film “Anak Lanang”.

2. Objek Penelitian

Dari penelitian yang peneliti lakukan, teknik penentuan

narasumber atau unit penelitian berasal dari objek yaitu film fiksi

“Anak Lanang” produksi Ravacana Films. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) Objek merupakan suatu hal, perkara, atau

seseorang yang menjadi pokok pembicaraan. Contoh lainnya juga

meliputi benda, suatu hal yang sedang terjadi, dan lain sebagainya

yang dijadikan sasaran untuk diteliti.


37

3. Adegan dalam Film

Gambar 3.1 Scene 4

Gambar 3.2 Scene 8


38

Gambar 3.3 Scene 9

Gambar 3.4 Scene 11

Gambar 3.5 Scene 12


39

4. Analisis Adegan

Seperti yang peneliti jelaskan di atas, dalam scene terakhir atau

ending film memperlihatkan Yudho dan Danang berhenti di rumah

yang sama. Penggambaran tentang poligami secara tidak langsung

terdapat pada film ini, karena Yudho memanggil ibunya dengan

sebutan “mah” sedangkan Danang dengan sebutan “buk”. Suara

perempuan dari dalam rumah juga terdengar seperti 2 orang. Dengan

itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak poligami terhadap

anak yang masih di bawah umur. Seperti yang terlihat dalam film

pendek “Anak Lanang”, di salah satu keluarga yang ada di film

tersebut, ayahnya memiliki 2 istri, dan masing-masing membawa anak

yang memiliki umur sama. Pemilihan scene terakhir dalam film

dilakukan peneliti dikarenakan pemeran dalam film yang berkorelasi

dengan poligami masih berupa anak-anak di bawah umur. Hal tersebut

tentu saja akan menjadi pertanyaan bagi sebagian orang tentang

bagaimana nantinya anak tersebut dapat hidup dalam sebuah rumah

dengan adanya dua ibu. Proses komunikasi dari ibu ke anak yang

bukan kandung juga akan mempengaruhi kehidupan sosial anak yang

masih belum mengerti banyak hal.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data-data atau fakta-fakta yang ada di lapangan. Untuk


40

memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti, maka peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data berikut ini :

1. Studi Pustaka

Menurut Fuad & Nugroho (2014:61) Studi pustaka merupakan

teknik pengumpulan data dari sebuah karya ilmiah, media massa, text

book, dan sebagainya yang sejenis agar dapat menunjang data yang

diperlukan dalam penelitian sebagai aspek penguat validitas data yang

dihasilkan. Peneliti akan mengumpulkan literatur terkait, data-data

yang dikumpulkan sebagai bahan referensi dalam mengidentifikasi dan

menguraikan masalah dalam penelitian. Contoh data yang digunakan

seperti buku, jurnal, internet, ensiklopedia, literatur, dan lain

sebagainya.

2. Studi Dokumentasi

Menurut Fuad &Nugroho (2014:62) Studi dokumentasi merupakan

salah satu sumber data sekunder yang diperlukan dalam sebuah

penelitian. Studi dokumentasi berisi bahan tertulis maupun dalam

sebuah film, gambar, dan foto-foto yang disiapkan karena kebutuhan

seorang peneliti. Dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini,

peneliti mengumpulkan dokumentasi berupa gambar dari setiap scene,

dialog, latar suasana, serta simbol-simbol yang terdapat di dalamnya

yang mengandung representasi komunikasi keluarga dalam film fiksi

“Anak Lanang” produksi Ravacana Films.


41

G. Triangulasi Data

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data dan sumber yang

telah ada. Jika penelitian melakukan pengumpulan data menggunakan

triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus

menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono,

2012:327). Triangulasi sumber digunakan untuk menguji keabsahan data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2018:369) di

dalam penelitian ini upaya yang peneliti lakukan untuk mengecek

keabsahan data menggunakan sumber yaitu berupa dokumentasi yang

diperoleh dari youtube channel Ravacana Films.

H. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (Dalam Fairus, 2020:36) analasis data merupakan

proses mencari dan menyusun secata sistematis data yang diperoleh dari

hasil penelitian berupa wawancara, catatan, dan dokumentasi. Dilakukan

dengan cara mengelompokkan data ke dalam kategori tertentu,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan analisis, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dam membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain.

Dari pengertian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa teknik

analisis data merupakan cara menganalisis sebuah data yang diperoleh dari

sebuah penelitian untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian yang

telah dilakukan. Peneliti menggunakan proses analisis data menggunakan


42

analisis semiotika Charles Sanders Pierce yang mengemukakan teori

segitiga makna yang terdiri dari 3 elemen utama yaitu tanda, objek, dan

interpretan. Dalam meneliti film “Anak Lanang”, peneliti menggunakan 3

tahap analisis yaitu :

a) Tanda : Teks dan gambar dalam film “Anak Lanang”

b) Objek : Mengandung unsur komunikasi keluarga

c) Interpretan : Memberikan makna kemudian menafsirkan data ke

dalam bentuk narasi.

Kegiatan penelitian yang telah dilakukan ini secara keseluruhan

menggunakan prosedur sebagai berikut :

1) Persiapan

➢ Menyaksikan film “Anak Lanang” dalam channel youtube

Ravacana Films.

➢ Membaca respon khalayak mengenai film “Anak Lanang”

yang memenuhi kolom komentar dalam channel youtube

Ravacana Films.

2) Pengumpulan Data

➢ Menganalisis film “Anak Lanang” dengan pengumpulan

data sesuai dengan makna dari film itu sendiri.

➢ Menentukan strategi pengumpulan data dan pendalaman

data berikutnya kemudian dianalisis.

3) Analisis Data
43

➢ Melakukan analasis awal setelah selesai mengumpulkan

data dari film “Anak Lanang” sudah lengakap.

➢ Melakukan pendalaman data lagi secara mendalam.

➢ Melakukan analisis.

➢ Merumuskan kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian.

4) Penyusunan Laporan Penelitian

➢ Menyusun laporan awal

➢ Berdiskusi dan melakukan bimbigan dengan dosen

pembimbing dengan laporan yang telah tersusun.

➢ Melakukan perbaikan laporan seminar proposal sesuai

dengan yang dikatakan oleh dosen pembimbing.

I. Waktu yang Diperlukan


Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

NO Aktivitas Bulan
Februari Maret April Mei Juni
1 Persiapan
2 Pengumpulan
Data
3 Analisis Data
4 Penyusunan
Laporan
44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Pada penelitian Kualitatif ini, peneliti diharuskan mencari data dengan

mencari informasi berdasarkan apa yang ada dalam sumber data. dalam

penelitian ini penulis bukan menuliskan apa yang dipikirkan oleh penulis

itu sendiri namun berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan yang

ditunjukkan oleh sumber data.

Dengan melakukan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif,

maka penulis diharuskan dapat memaparkan, menjelaskan, dan

menggambarkan data yang sudah diperoleh oleh penulis melalui teknik

Purposive Sampling yang memiliki arti teknik pengambilan sampel

sumber data dengan menggunakan pertimbangan tertentu.

1. Gambaran Umum Film Fiksi Anak Lanang Produksi Ravacana Films

Film pendek karya Wahyu Agung Prasetyo yang berjudul “Anak

Lanang” bercerita tentang empat anak yang masih berada di Sekolah

Dasar terbiasa untuk pulang bersama dengan menaiki becak. Anak-

anak tersebut bernama Danang, Sigit, Yudho, dan Samsul. Mereka

terbiasa saling bercerita kehidupan sehari-hari mereka di atas becak.

Hari itu, dalam perjalanan pulang sekolah yang bertepatan dengan hari

ibu, mereka membicarakan kegiatan mereka di sekolah dan dilanjutkan

dengan saling berbagi cerita pengalaman mereka ketika hari ibu.


45

Karakter dari keempat anak tersebut pun berbeda-beda. Dalam film

pendek tersebut, Danang digambarkan menjadi seorang anak yang

memiliki karakter sering berbicara menggunakan nada tinggi atau

mudah marah, usil, dan tidak mau mengalah. Sigit digambarkan

menjadi seorang anak yang paling rajin diantara teman-temannya,

sopan kepada yang lebih tua, menghormati orang tua dan digambarkan

paling pandai. Yudho digambarkan menjadi anak yang tidak mau

mengalah, mudah tersulut emosi dan terlihat paling berkecukupan

secara ekonomi diantara teman-temannya yang lain. Danang dan

Yudho merupakan saudara tiri. Mereka tinggal bersama, memiliki

bapak yang sama namun dengan ibu yang berbeda. Danang merupakan

anak dari istri pertama dan Yudho merupakan anak dari istri kedua.

Yang terakhir adalah Samsul, dalam film ini digambarkan menjadi

seorang anak yang julid dan senang mengompor-ngompori temannya.

2. Informasi Umum Film Pendek Anak Lanang

Gambar 4.1 Poster Film Anak Lanang


(Sumber : ravacana films.com)
46

Film ini diproduksi oleh Ravacana Films pada tahun 2017 dan

memiliki durasi 14 menit 51 detik. Film Anak Lanang ini berlatar di

salah satu daerah di Yogyakarta. proses pengambilan gambar hanya

membutuhkan waktu satu hari dan melibatkan anak-anak kurang lebih

25 orang. Yang menjadi hal menarik, dalam film ini proses

pengambilan gambar menggunakan teknik one shot. Teknik one shot

merupakan sebuah proses dalam pengambilan gambar secara

keseluruhan tanpa adanya interupsi dari potongan gambar, jika

terdapat kesalahan selama proses one take berlangsung, maka

dilakukan re-take atau pengambilan gambar ulang dari awal (Suroko,

2012 :17).

Film ini diperankan aktor lokal seperti Adi Marsono sebagai

tukang becak, Khoirul Ilyas Ariatmaja sebagai anak SD bernama

Samsul, Satrio Satya Purnama sebagai anak SD bernama Danang,

Mahrival Surya Manggala sebagai anak SD bernama Sigit,

Muhammad Khildan Habibie sebagai anak SD bernama Yudho, Ibnu

Widodo sebagai Bapak, Dela Amanda sebagai Ibu dan Izzatika Rizki

sebagai Mamah.
47

Gambar 4.2 Cuplikan Film Anak Lanang

(Sumber : Youtube Ravacana Films)


Anak lanang merupakan hasil refleksi Wahyu Agung Prasetyo

yang tidak hanya menjadi sutradara di film pendek ini, tetapi juga

menulis naskah dan masuk ke ranah editing. Sutradara sendiri

membangun cerita dalam film ini sebagai anak yang terdampak dengan

perceraian orang tuanya. Refeksinya ditambah dengan isu poligami

yang muncul dalam ide-idenya saat menulis sehingga menghasilkan

film Anak Lanang ini.

a. Pemeran dalam Film Anak Lanang

Tabel 4.1 Pemeran dalam Film Pendek Anak Lanang

NO Nama Karakter Nama Aktor

1. Danang Satriyo Satya Purnama

2. Sigit Mahrival Surya Manggala

3. Yudho Muhammad Khildan Habibie

4. Samsul Khoirul Ilyas Ariatmaja

5. Tukang Becak Adi Marsono


48

6. Bapak Ibnu Widodo

7. Suara Ibu Dela Amanda

8. Suara Mamah Izzatika Rizki

9. Figuran 1 Ayunda Fasha

10. Figuran 2 Windha Pramesti

11. Figuran 3 Elena Rosmeisara

12. Figuran 4 Fauzan Ridwan

13. Figuran 5 Marcelius Deo

b. Tim Produksi dalam Film Anak Lanang

Tabel 4.2 Tim Produksi Film Anak Lanang

NO Posisi dalam Produksi Nama Crew

1. Produser Jeihan Angga

2. Unit Manager Windha Pramesti

3. Penulis, Sutradara, dan Wahyu Agung Prasetyo

Editor

4. Asisten Sutaradara Ludy Oji Prastama

5. Penata Gambar Tito Bagus Ramadhan

6. Asisten Kamera Zulian Ramadana

7. Penata Artistik Rizal Umami

8. Properti Saiful Bahri

9. Pembuat Poster Slamet Ribowo


49

10. Penata Rias dan Kostum Veroninca Wening

11. Koordinator Pemain Dela Amanda

12. Penata Suara Prima Setiawan

13. Perekam Suara Wildan Ma’arij

14. Pewarna Gambar Bagas Satrio

15. Penerjemah Bahasa Wahyu Agung Prasetyo

16. Perekam Proses Muhammad Dzulqornain

17. Asisten Lapangan Dimas dan Wisnu Kusuma

c. Daftar Penghargaan dan Nominasi

Gambar 4.3 Penghargaan dan Nominasi

Dikutip dari tirto.id film Anak Lanang telah meraih beberapa

penghargaan film. Penghargaan tersebut antara lain menjadi Official

Selection di Jogja-NETPAC Asian Film Festival ke-12, peraih Panasonic

Young Filmmaker 2018 (Honorable Mention), pemenang Indonesian Film


50

Festival (IFF) Australia ke-14 di tahun 2019 (Outstanding Achievement),

dan peraih Indonesian Short Film Festival SCTV 2019 (Best Film).

B. Jenis-Jenis Komunikasi

Menurut Sutrisno (2017: 22), menjelaskan bahwa jenis-jenis

komunikasi ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Komunikasi berdasarkan Penyampaiannya

Pada umumnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain

karena manusia tidak hanya makhluk individu tetapi juga makhluk

sosial yang selalu mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dengan

sesamanya. Namun tidak semua orang terampil berkomunikasi, oleh

sebab itu dibutuhkan beberapa cara dalam menyampaikan informasi.

Berdasarkan cara penyampaian informasi dapat dibedakan menjadi 2

yaitu :

a) Komunikasi verbal ( Lisan )

• Yang terjadi secara langsung serta tidak dibatasi oleh jarak,

dimana kedua belah pihak dapat bertatap muka. Contohnya

dialog dua orang.

• Yang terjadi secara tidak langsung akibat dibatasi oleh

jarak. Contohnya komunikasi lewat telepon.

b) Komunikasi nonverbal (Tertulis)

• Naskah, yang biasanya digunakan untuk menyampaikan

kabar yang bersifat kompleks.


51

• Gambar dan foto akibat tidak bisa dilukiskan dengan kata-

kata atau kalimat.

2. Komunikasi berdasarkan Perilaku

Komunikasi bedasarkan prilaku dapat dibedakan menjadi :

• Komunikasi Formal, yaitu komunikasi yang terjadi diantara

organisasi atau perusahaan yang tata caranya sudah diatur

dalam struktur organisasinya. Contohnya seminar.

• Komunikasi Informal, yaitu komunikasi yang terjadi pada

sebuah organisasi atau perusahaan yang tidak ditentukan dalam

struktur organisasi serta tidak mendapat kesaksian resmi yang

mungkin tidak berpengaruh kepada kepentingan organisasi atau

perusahaan. Contohnya kabar burung, desasdesus, dan

sebagainya.

• Komunikasi Nonformal, yaitu komunikasi yang terjadi antara

komunikasi yang bersifat formal dan informal, yaitu

komunikasi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas

pekerjaan organisasi atau perusahaan dengan kegiatan yang

bersifat pribadi anggota organisasi atau perusahaan tersebut.

Contohnya rapat mengenai ulang tahun perusahaan.

3. Komunikasi berdasarkan Kelangsungannya

Berdasarkan Kelangsungannya, komunikasi dapat dibedakan :

• Komunikasi Langsung, yaitu proses komunikasi dilakukan

secara langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun


52

media komunikasi yang ada dan tidak dibatasi oleh adanya

jarak.

• Komunikas Tidak Langsung, yaitu proses komunikasinya

dilaksanakan dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat -

alat media komunikasi.

4. Komunikasi Berdasarkan Maksud Komunikasi

Berdasarkan maksud komunikasi dapat dibedakan sebagai berikut :

• Berpidato

• Memberi Ceramah

• Wawancara

• Memberi Perintah alias Tugas

Dengan demikian jelas bahwa inisiatif komunikator menjadi hal

penentu, demikian pula kemampuan komunikator yang memegang

peranan kesuksesan proses komunikasinya.

5. Komunikasi Berdasarkan Ruang Lingkup

Berdasarkan Ruang Lingkupnya, komunikasi dapat dibedakan sebagai

berikut :

a. Komunikasi Internal Komunikasi internal dapat dibedakan

menjadi 3 ( tiga ) macam , yaitu :

• Komunikasi vertikal yang terjadi di dalam bentuk

komunikasi dari pemimpin kepada anggota, seperti

perintah, teguran, pujian, dan sebagainya.


53

• Komunikasi horizontal yang terjadi di dalam ruang

lingkup organisasi atau perusahaan diantara orang-

orang yang memiliki kedudukan sejajar.

• Komunikasi diagonal yang terjadi di dalam ruang

lingkup organisasi atau perusahaan diantara orang-

orang yang memiliki kedudukan berbeda pada posisi

tidak sejalur vertikal.

• Komunikasi Eksternal Komunikasi yang terjadi antara

organisasi atau perusahaan dengan pihak masyarakat

yang ada diluar organisasi atau perusahaan tersebut.

Komunikasi eksternal dimaksudkan untuk memperoleh

pengertian, kepercayaan, bantuan dan kerja sama

dengan Masyarakat. Komunikasi dengan pihak luar bisa

berbentuk :

• Eksposisi, pameran, promosi, dan sebagainya.

• Konperensi pers.

• Siaran televisi, radio dan sebagainya.

• Bakti sosial.

6. Komunikasi Bedasarkan Jumlah Yang Berkomunikasi

Komunikasi berdasarkan Jumlah yang berkomunikasi, dapat dibedakan

menjadi :
54

• Komunikasi Perseorangan, yaitu komunikasi yang terjadi

dengan cara perseorangan atau individu antara pribadi dengan

pribadi mengenai persoalan yang bersifat pribadi juga.

• Komunikasi Kelompok, yaitu komunikasi yang terjadi pada

kelompok mengenai persoalan - persoalan yang menyangkut

kepentingan kelompok. Perbedaanya dengan komunikasi

perseorangan yaitu komunikasi ini lebih terbuka dibandingkan

dengan komunikasi perseorangan.

7. Komunikasi Berdasarkan Peranan Individu

Dalam komunikasi ini, peranan individu sangat mempengaruhi

kesuksesan proses komunikasinya. Berikut beberapa macam

komunikasi berdasarkan peranan individu, diantaranya :

• Komunikasi antar individu dengan individu yang lain.

Komunikasi ini terjadi secara nonformal maupun informal,

individu bertindak sebagai komunikator mampu mempengaruhi

individu yang lain.

• Komunikasi antar individu dengan lingkungan yang lebih luas.

Komunikasi ini terjadi karena individu yang dimaksud

memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengadakan hubungan

dengan lingkungan yang lebih luas.

• Komunikasi antar individu dengan dua kelompok atau lebih.

Pada komunikasi ini individu berperan sebagai perantara antara


55

dua kelompok atau lebih, sehingga dituntut kemampuan yang

prima untuk menjadi penyelaras yang harmonis.

8. Komunikasi Berdasarkan Jaringan Kerja

Didalam suatu organisasi atau perusahaan, komunikasi akan

terlaksana berdasarkan sistem yang ditetapkan dalam jaringan kerja.

Komunikasi berdasarkan jaringan kerja ini dapat dibedakan menjadi :

• Komunikasi jaringan kerja rantai, yaitu komunikasi terjadi

menurut saluran hirarki organisasi dengan jaringan komando

sehingga mengikuti pola komunikasi formal.

• Komunikasi jaringan kerja lingkaran, yaitu komunikasi terjadi

melalui saluran komunikasi yang berbentuk seperti pola

lingkaran.

• Komunikasi jaringan bintang, yaitu komunikasi terjadi melalui

satu sentral dan saluran yang dilewati lebih pendek.

9. Komunikasi Berdasarkan Ajaran Informasi

Komunikasi berdasarkan Ajaran Informasi dapat dibedakan menjadi :

• Komunikasi satu arah, yaitu komunikasi yang berjalan satu

pihak saja (one way Communication).

• Komunikasi dua arah, yaitu komunikasi yang bersifat timbal

balik (two ways communication).

• Komunikasi ke atas, yaitu komunikasi yang terjadi dari

bawahan terhadap atasan.


56

• Komunikasi ke bawah, yaitu komunikasi yang terjadi dari

atasan terhadap bawahan.

• Komunikasi kesamping, yaitu komunikasi yang terjadi diantara

orang yang mempunyai kedudukan sejajar.

C. Pola Komunikasi

Pola asuh menurut Diana Baumrind (1967), pada prinsipnya

merupakan parental control yaitu bagaimana orangtua mengontrol,

membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-

tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan. Diana

Baumrind (1967, dalam Santrock, 2009) membagi pola asuh ke dalam 3

(tiga) bentuk, yaitu :

1) Pola asuh otoriter (authoritarian parenting)

Orangtua dengan tipe pola asuh ini biasanya cenderung

membatasi dan menghukum. Mereka secara otoriter mendesak

anak untuk mengikuti perintah dan menghormati mereka. Orangtua

dengan pola ini sangat ketat dalam memberikan Batasan dan

kendali yang tegas terhadap anak-anak, serta komunikasi verbal

yang terjadi juga lebih satu arah. Orangtua tipe otoriter umumnya

menilai anak sebagai obyek yang harus dibentuk oleh orangtua

yang merasa “lebih tahu” mana yang terbaik bagi anak-anaknya.

Anak yang diasuh dengan pola otoriter sering kali terlihat kurang

bahagia, ketakutan dalam melakukan sesuatu karena takut salah,

minder, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah. Contoh


57

orangtua dengan tipe pola asuh ini, mereka melarang anak laki-laki

bermain dengan anak perempuan, tanpa memberikan penjelasan

ataupun alasannya.

2) Pola asuh demokratis/otoritatif (authotitative parenting)

Pola pengasuhan dengan gaya otoritatif bersifat positif dan

mendorong anak-anak untuk mandiri, namun orangtua tetap

menempatkan batas-batas dan kendali atas tindakan mereka.

Orangtua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk

memilih dan melakukan suatu tindakan, serta pendekatan yang

dilakukan orangtua ke anak juga bersifat hangat. Pada pola ini,

komunikasi yang terjadi dua arah dan orangtua bersifat mengasuh

dan mendukung. Anak yang diasuh dengan pola ini akn terlihat

lebih dewasa, mandiri, ceria, mampu mengendalikan diri,

beriorientasi pada prestasi, dan mampu mengatasi stresnya dengan

baik.

3) Pola asuh permisif (permissive parenting)

Orangtua dengan gaya pengasuhan ini tidak pernah

berperan dalam kehidupan anak. Anak diberika kebebasan

melakukan apapun tanpa pengawasan dari orangtua. Orangtua

cenderung tidak menegur atau memperingatkan, sedikit

bimbingan, sehingga seringkali pola ini disukai oleh anak

(Petranto, 2005). Orangtua dengan pola asuh ini tidak

mempertimbangkan perkembangan anak secara menyeluruh. Anak


58

yang diasuh dengan pola ini cenderung melakukan pelanggaran-

pelanggaran karena mereka tidak ammpu mengendalikan

perilakunya, tidak dewasa, memiliki harga diri rendah dan

terasingkan dari keluarga.

Terdapat dua macam pola pengasuhan yang termasuk

dalam permisif, yaitu permisif memanjakan dan permisif yang

bersifat tidak peduli (Agustiana, 2014 : 49-50). Pola pengasuhan

permisif acuh tak acuh merupakan pola pengasuhan orang tua yang

tidak ikut campur dalam kehidupan anak. Pola pengasuhan ini

memberikan dampak anak akan menjadi tidak cakap dan kurang

dalam pengendalian diri. Selanjutnya ada pola pengasuhan permisif

memanjakan, pada pola pengasuhan ini, orang tua terlibat secara

penuh dengan kehidupan anak tetapi sedikit menuntut atau

mengendalikan anak. Pola ini akan memberikan dampak pada

karakter anak yang menjadi kurang memiliki pengendalian diri

sehingga anak tidak belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri

dan selalu ingin dipenuhi segala keinginannya.

D. Temuan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Purposive

Sampling. Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D (2016 : 85 dalam Jatmiko, 2019 : 80), Purposive

Sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Dari pengambilan one take shot dalam film fiksi
59

“Anak Lanang”, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dalam

memilih sampel yang akan diteliti. Teknik ini digunakan untuk

menetapkan kriteria tertentu yang memiliki kesesuaian dengan tujuan

penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

Dalam film fiksi “Anak Lanang” produksi Ravacana Films ini

terdapat 12 scene selama 14 menit 51 detik. Karena dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling, maka peneliti

menentukan kriteria scene yang nantinya akan dijadikan sebagai subjek

penelitian. Adapun kriteria sebagai berikut :

1) Terdapat Scene tokoh Danang dan Yudho bersama sepanjang film.

2) Terdapat scene yang menunjukkan dialog tentang hubungan keluarga

Danang dan Yudho.

3) Terdapat juga scene Danang dan Yudho yang berisi konflik antara

keduanya.

Berdasarkan ketiga kriteria tersebut, maka subjek penelitian ini

terdapat pada 5 scene yaitu :

a) Yang terkandung dalam Scene 4


60

Gambar 4.4 Scene 4


➢ Gambaran Adegan : Adegan di mana Danang mengungkapkan

bahwa dia malu untuk mengucapkan hari ibu pada ibunya, setelah

mendengar Danang mengucapkan kalimat itu, Yudho langsung

menyerang Danang dengan mengatakan bahwa Danang tidak

diajari oleh ibunya mengenai hal-hal seperti itu. Yudho juga

menambahkan bahwa Danang tidak diajari tata krama oleh ibunya.

➢ Dialog

Danang : Git, memangnya harus gitu mengucapkan hari ibu ke ibu

kita ya? Malu tapi!

Yudho : Gak pernah diajarin sama ibuknya, makanya malu!

Danang : Kamu gak usah ikut-ikut bisa gak sih!

Yudho : Ya terserah aku lah!

➢ Kesimpulan : Dalam Scene 4 ini, penggambaran mengenai Danang

dan Yudho sebagai saudara tiri belum terlalu diperlihatkan, tetapi

dalam cuplikan tersebut, Danang dan Yudho hampir setiap apa

yang mereka bicarakan akan berujung pada pertengkaran.

➢ Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce

Tabel 4.3 Representasi komunikasi keluarga dalam keluarga poligami

Sign (Tanda)
61

Gambar 4.5 Danang malu mengucapkan Hari Ibu


(Sumber : Youtube Ravacana Films)

Object (Obyek)

Danang berkata bahwa dia malu untuk mengucapkan hari ibu pada

ibunya, mendengar itu, Yudho langsung menyerang Danang dan

pertengkaran diantara mereka terjadi.

Interpretant (Penafsir)

Dari obyek di atas, dapat dilihat bahwa komunikasi dalam keluarga

Danang dan Yudho adalah komunikasi yang berdasarkan pada

peranan individu. Jenis komunikasi ini menjadi semakin terlihat

jelas dengan adanya perbedaan karakter pada individu Danang dan

Yudho.

Adegan ini menunjukkan Danang dan Yudho yang merupakan

saudara berbeda ibu terlibat adu mulut. Sikap Danang pada adegan ini

merasa malu untuk mengucapkan hari ibu pada ibunya, ucapan Danang

langsung disanggah oleh Yudho dan akhirnya mereka mulai beradu mulut.

Selain jenis komunikasi yang digunakan adalah komunikasi yang

berdasarkan pada peranan individu, dalam film Anak Lanang ini juga

mengandung pola komunikasi acuh tak acuh. Di pola komunikasi ini, orang

tua hanya menyediakan sedikit dukungan emosional terhadap anak.

Sedangkan Yudho di adegan ini digambarkan bersikap egois. Karakternya


62

ini karena pola komunikasi permisif dari orang tuanya yang jarang

memberikan hukuman mengenai perilaku yang tidak tepat, jadi apabila

anaknya melakukan tindakan yang salah, sang anak sendiri tidak akan

menyadari perbuatan tersebut.

b) Yang terkandung dalam Scene 8


63

Gambar 4.6 Scene 8

➢ Gambaran Adegan : Adegan yang memperlihatkan Sul

memberikan ungkapan mengenai keheningan antara Yudho dan

Danang setelah bertengkar, setelah itu Yudho mengatakan tentang

Danang yang sering mengadukan berbagai hal pada ibunya,

begitupun sebaliknya, Danang juga mengatakan bahwa Yudho

sering mengadukan berbagai hal pada ibunya. Tidak lama setelah

itu, Yudho membuang sampah bekas makanannya di jalanan, hal

tersebut membuat teman-temannya yang ada di atas becak

langsung menegurnya termasuk Danang.

➢ Dialog :

Danang : Gak pernah diajari sama Dartinah buang sampah ya!

Yudho : Diem deh!

Danang : Dartinah bodoh!

Yudho : Ngga usah cerewet ti, Sarti!

Danang : Dartinah bodoh!

Yudho : Sarti!
64

➢ Kesimpulan : Pembahasan yang memicu pertengkaran pada Scene

ini adalah setelah Yudho membuang bungkus makanannya secara

sembarangan. Saat itu Danang dan Yudho langsung menjelekkan

peran ibu mereka masing-masing.

➢ Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce

Tabel 4.4 Representasi komunikasi keluarga dalam keluarga poligami

Sign (Tanda)

Gambar 4.7 Yudho membuang sampah sembarangan


(Sumber : Youtube Ravacana Films)

Object (Obyek)

Yudho tidak mendengarkan ucapan Danang mengenai larangan

membuang sampah sembarangan

Interpretant (Penafsir)

Dari obyek di atas dapat dilihat bahwa komunikasi yang diterapkan

oleh keluarga Danang dan Yudho adalah komunikasi tidak

langsung. Sebelum Danang menegur Yudho, terlihat Sigit lebih

dulu melakukan hal tersebut. Sigit menjadi perantara antara

komunikasi tidak langsung yang terjadi pada Danang dan Yudho.

Adegan ini menunjukkan perilaku negatif Yudho yang membuang

sampah bekas jajannya secara sembarangan, selain terdapat jenis

komunikasi secara tidak langsung yang terjadi pada adegan di atas, terdapat
65

juga pola komunikasi permisif yang menyebabkan anak memiliki sikap

selalu mementingkan dirinya sendiri dan tidak memiliki rasa empati

terhadap orang lain. Ini membuat Yudho ketika membuang sampah

sembarangan dan ditegur teman-temannya tidak merasa bahwa apa yang

dilakukan salah dan justru malah memunculkan perdebatan dengan saudara

tirinya yaitu Danang.

c) Yang terkandung dalam Scene 9

Gambar 4.8 Scene 9


➢ Gambaran Adegan : Adegan Yudho mendapat telepon dari ibunya

dan saat itu Danang menyadari bahwa ponsel Yudho baru,

sedangkan dia tidak dibelikan ponsel juga oleh ayahnya.

➢ Dialog :

Danang : Pantas saja sejak tadi ngomongin instagram terus, HPnya

baru!

Yudho : Iya pasti! makannya main Instagram supaya tidak

ketinggalan berita!
66

➢ Kesimpulan : Setelah Danang menyadari ponsel Yudho yang baru,

Danang langsung berkata bahwa Yudho sombong karena sejak tadi

dia selalu membicarakan Instagram. Hal tersebut menjadi berbeda

karena dikalangan anak Sekolah Dasar, bermain Instagram hanya

akan menghabiskan kuota.

➢ Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce

Tabel 4.5 Representasi komunikasi keluarga dalam keluarga poligami

Sign (Tanda)

Gambar 4.9 Danang menyadari HP Yudho baru


(Sumber : Youtube Ravacana Films)

Object (Obyek)

Danang yang sejak tadi hanya terdiam, mulai berbicara lagi

setelah menyadari bahwa HP Yudho baru

Interpretant (Penafsir)

Dalam obyek di atas, terlihat pola komunikasi langsung dari

Danang dan Yudho saat dengan sengaja, Danang mengatakan

bahwa HP Yudho baru. Komunikasi terjadi secara langsung antara

Danang dan Yudho yang pada akhirnya berujung pada

pertengkaran antara keduanya.


67

Adegan ini menunjukkan Danang menyadari ponsel Yudho yang

baru, Danang langsung berkata bahwa Yudho sombong karena sejak tadi

dia selalu membicarakan Instagram. Hal tersebut menjadi berbeda karena

dikalangan anak Sekolah Dasar, bermain Instagram hanya akan

menghabiskan kuota. Jenis komunikasi yang ada dalam adegan ini adalah

komunikasi langsung yang terjadi antara Danang dan Yudho tanpa adanya

perantara. Selain jenis komunikasi tersebut, terdapat juga pola komunikasi

permisif dengan adanya sikap Yudho yang mementingkan dirinya sendiri,

padahal pada saat itu, hanya Danang yang tidak bermain HP. Sebagai

saudara tiri, Yudho sama sekali tidak memikirkan posisi Danang yang tidak

memiliki HP pada saat itu.

d) Yang terkandung dalam Scene 11

Gambar 4.10 Scene 11


➢ Gambaran Adegan : Adegan di mana Danang memanggil dengan

sebutan “pah” dan Yudho dengan sebutan “pak”. Dilanjut dengan

adegan pada saat Yudho langsung bermanja-manja dengan

ayahnya sembari mengucapkan ingin membeli berbagai barang


68

lain. Hal tersebut menunjukkan juga bahwa Yudho lebih banyak

menerima kasih sayang dari ayahnya daripada Danang, karena saat

itu Danang bahkan tidak memiliki ponsel yang secanggih Yudho.

➢ Dialog :

Danang : Pah aku pulang!

Yudho : Pak aku pulang!

Danang : Pah aku pengen HP seperti milik Yudho! Belikan aku HP

seperti milik Yudho!

Bapak : Apa sih? Pulang-pulang langsung minta dibelikan HP!

(dengan nada ketus)

Yudho : Pak, aku pengen dibeliin drone!

Bapak : Apa? Drone? Kaya bisa mainin aja kamu. (dengan nada

halus)

Yudho : Pokoknya aku pengen drone!

Danang : Pah, aku juga pengen dibelikan HP!

➢ Kesimpulan : Danang dan Yudho membicarakan secara langsung

keinginan mereka kepada Bapak. Tanpa ada rasa takut, mereka

membicarakan keinginan dengan lantang.

➢ Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce


69

Tabel 4.6 Representasi komunikasi keluarga dalam keluarga poligami

Sign (Tanda)

Gambar 4.11 Danang dan Yudho tiba di rumah


(Sumber : Youtube Ravacana Films)

Object (Obyek)

Danang dan Yudho tiba di rumah dan mulai menyapa bapak

Interpretant (Penafsir)

Dalam keluarga Danang dan Yudho terlihat adanya jenis

komunikasi langsung. Jenis komunikasi ini terjadi secara langsung

antara Danang, Yudho, dan bapak saat baru saja tiba di rumah.

Dengan jenis komunikasi langsung ini, Danang dan Yudho dengan

gamblang meminta pada bapak untuk dibelikan beberapa barang

yang mereka inginkan.

Adegan ini menunjukkan komunikasi keluarga antara orang tua dan

anak. Ditunjukkan menggunakan jenis komunikasi langsung, tentang

bagaimana bapak memperlakukan Danang sebagai anak dari istri

pertamanya secara tidak adil, hal tersebut digambarkan pada adegan

menolak permintaan Danang yang menginginkan dibelikan hp yang sama

dengan saudaranya, Yudho merupakan anak dari istri kedua bapak. Selain
70

itu juga terdapat pola komunikasi acuh tak acuh yang dipakai bapak kepada

Yudho yang memberikan dampak Yudho menjadi anak yang tidak patuh

dan menjadi banyak menuntut.

e) Yang terkandung dalam Scene 11-12

Gambar 4.12 Scene 12


➢ Gambaran Adegan : Adegan saat film sudah selesai tetapi masih

terdapat dialog antara Danang, Yudho, dan ibu mereka di dalam

rumah. Danang dan Yudho masih beradu mulut pada scene terakhir

tersebut.

➢ Dialog :

Danang : Kamu itu udah dibelikan HP sama papah, tapi masih

minta drone!

Yudho : Ya terserah aku! Aku pengen punya drone kok!

Danang : Emangnya papah itu cuma ngurusin kamu aja!

Yudho : Iya no!

Danang : Kalau gitu besok kamu makan drone aja! Minta kok

aneh-aneh!
71

Yudho : Ya gak mau! Makan ya sama nasi!

Danang : Bu! Minta Tetring! HPku belum 4G!

Ibu Yudho : Eh ada apa itu yud? Kok teriak-teriak?

Yudho : Ahh gak tau lah!

Ibu Danang : Apa si teriak-teriak! Itu loh HP ibu ada di kamar!

➢ Kesimpulan : Komunikasi antara Danang dan Yudho saat di rumah

sama saja dengan saat di luar, komunikasi dengan ibu yang bukan

kandung juga tidak terlalu menonjol. Terdapat pembatasan

komunikasi dalam keluarga Danang dan Yudho.

➢ Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce

Tabel 4.7 Representasi komunikasi keluarga dalam keluarga poligami

Sign (Tanda)

Gambar 4.13 Pertengkaran Danang dan Yudho dari dalam


rumah
(Sumber : Youtube Ravacana Films)
Object (Obyek)

Danang menegur Yudho yang sudah mendapatkan HP dari bapak,

tetapi masih menginginkan hal lain

Interpretant (Penafsir)

Dari obyek di atas, dapat dilihat bahwa jenis komunikasi yang

terjadi adalah adanya peranan dari individu. Individu yang


72

dimaksudkan di sini adalah Danang dan Yudho yang terlibat adu

mulut setelah Danang mengatakan ingin memiliki HP seperti milik

Yudho, dan Yudho meminta drone.

Dalam cuplikan adegan tersebut, terdapat jenis komunikasi adanya

peran individu antara orang tua dan anak yang terjadi yaitu tokoh bapak,

Yudho, dan Danang. Selain itu, terdapat juga pola komunikasi permisif di

mana sosok bapak memperlakukan anak dengan penuh kasih dan suportif

karena membalas setiap keinginan Yudho dengan bercandaan bukan

memarahi. Namun pola komunikasi yang muncul di sini juga terdapat sisi

negatif di mana tokoh bapak tidak memberikan teguran kepada anaknya

yang berbicara dengan nada tinggi dan terus menuntut untuk keinginannya

dipenuhi. Akibatnya, sang anak menjadi selalu menuntut perhatian orang

lain dan tidak patuh.

E. Teori Semiotika Charles Sanders Pierce

1) Penentuan Sign

Pierce membagi Sign (Tanda) menjadi 3 yaitu :

➢ Qualisign merupakan kualitas pada sebuah tanda. Dalam film

Anak Lanang, terdapat pada scene 8, pada saat Danang

menyebut ibu Yudho bodoh, dan Yudho menyebut ibu Danang

cerewet.

➢ Sinsign merupakan peristiwa yang ada pada film. Dalam film

ini terdapat pada scene 4, 9, 12 pada peristiwa mengenai

kebiasaan mengucapkan hari ibu agar mendapat hadiah dari ibu


73

mereka masing-masing. Tetapi Danang merasa malu hingga

membuat Yudho berkata bahwa Danang tidak pernah diajarkan

oleh ibunya mengenai sopan santun.

➢ Legisign merupakan norma yang terkandung pada tanda.

Dalam film ini terdapat pada scene 11, yaitu terdapat norma

kesopanan dengan visualisasi Danang dan Yudho yang

menyapa ayahnya terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam

rumah. Meskipun mereka tidak akur satu sama lain, tetapi

mereka masih memiliki rasa hormat pada ayahnya.

2) Penentuan Object

➢ Ikon merupakan hubungan antara tanda dan obyek yang dalam

film ini terdapat pada scene 4, 8, 9, 11, 12, di mana poligami

yang dilakukan orang tua Danang dan Yudho mengakibatkan

kedua anak tidak akur.

➢ Indeks merupakan suatu tanda yang sifat tandanya merupakan

secondness. Dalam film ini terdapat pada scene 4. Ditunjukkan

dengan adanya pengambilan gambar anak-anak yang sedang

membicarakan hari ibu. Danang merasa malu mengucapkan

hari ibu karena dia tidak pernah mengucapkan secara langsung

pada ibunya. Hal tersebut diperjelas dengan pernyataan Yudho

sebagai saudara tirinya yang mengatakan bahwa Danang tidak

pernah diajari oleh ibunya. Secara tidak langsung terjelaskan


74

mengenai komunikasi dalam keluarga Danang dan Yudho yang

tidak terjalin dengan baik.

➢ Simbol ditentukan oleh peraturan yang berlaku atau ditentukan

oleh kesepakatan bersama. Dalam film ini terdapat pada scene

11 dan scene 12. Terlihat Danang dan Yudho tetap pulang

bersama menaiki becak meskipun mereka terus bertengkar

sepanjang jalan. Hal tersebut karena peraturan dari ayah

mereka pada tukang becak agar mereka pulang bersama.

3) Penentuan Interpretant

➢ Rheme merupakan tanda yang memungkinkan seseorang

menafsirkan berdasarkan pilihannya. Dalam film ini terdapat

pada scene 8, pada saat Sigit dan Danang yang berusaha

memberitahu Yudho bahwa membuang sampah adalah hal

yang buruk. Tetapi meskipun niat Danang dan Sigit baik,

Yudho tetap menanggapi teguran itu sebagai hal yag

membuatnya kesal.

➢ Dicent Sign merupakan tanda yang sesuai dengan kenyataan.

Dalam film ini terdapat pada scene 4, 8, 9, 11, 12, pada fakta

mengenai poligami dalam keluarga yang berdampak secara

nyata dan langsung pada anak-anak. Maka dari itu pentingnya

komunikasi dalam keluarga perlu diterapkan agar hubungan

dalam keluarga semakin membaik.


75

➢ Argument merupakan tanda yang memberikan alasan tentang

sesuatu yang memiliki sifat yang berlaku untuk umum. Dalam

film ini, semenjak ditayangkan di platform youtube, respon

khalayak melalui kolom komentar youtube telah menunjukkan

antusiasme dari penikmat film Anak Lanang. Sebagian besar

kolom komentar berisi mengenai poligami yang diperlihatkan

secara tidak langsung serta apresiasi pada pemeran film yang

masih di bawah umur.

F. Analisis Data

Tabel 4.8 Analisis Data

SCENE SIGN OBJECT INTERPRETANT

4 Masuk dalam kategori Masuk dalam kategori Ikon. Masuk dalam kategori Dicent

Sinsign. Sinsign itu sendiri Ikon sendiri merupakan Sign di mana tanda yang sesuai

memiliki arti sebuah hubungan antara tanda dan dengan kenyataan. Hal tersebut

peristiwa yang ada pada obyek. Dalam hal ini, film Anak ditunjukkan pada saat Sigit dan

sebuah tanda. Dalam hal Lanang berhubungan dengan Danang memberitahu Yudho

ini, peristiwa yang ada representasi komunikasi mengenai larangan membuang

dalam film Anak Lanang keluarga dalam keluarga yang sampah sembarangan, tetapi

adalah kebiasaan untuk berpoligami. Tergambar pada Yudho tidak menanggapi

mengucapkan Hari Ibu. saat Danang berkata malu untuk ucapan Sigit dan Danang.

Seorang anak meyakini mengucapkan Hari Ibu pada Yudho malah kembali

bahwa jika kita ibunya, dan langsung disanggah bertengkar dengan Danang yang

mengucapkan Hari Ibu, Yudho dengan berkata bahwa telah memberikan peringata.
76

akan mendapatkan balasan Danang tidak pernah diajarkan Bahkan mereka beradu mulut

berupa hadiah dari ibu hal seperti itu oleh ibunya. menggunakan nama ibu mereka

mereka masing-masing. masing-masing.

8 Masuk dalam kategori Masuk dalam kategori Ikon. Masuk dalam kategori Rheme.

Qualisign, Qualisign itu Ikon sendiri merupakan Rheme sendiri adalah tanda

sendiri merupakan hubungan antara tanda dan yang memungkinkan seseorang

kualitas pada sebuah obyek. Dalam Scene 8 ini terlihat menafsirkan berdasarkan

tanda. Saat Danang sifat yang tidak pernah mau pilihannya. Dalam film terlihat

menegur Yudho yang kalah Yudho pada saat ditegur pada saat Yudho tidak mau

membuang sampah oleh Danang karena membuang mendengarkan teguran dari

sembarangan, Yudho sampah sembarangan. Tidak Danang mengenai membuang

tidak mau mendengarkan, lama setelah itu, pertengkaran di sampah sembarangan adalah hal

dan mereka berdua mulai antara mereka terjadi. yang buruk.

bertengkar dengan saling

menjelekkan nama ibu

mereka.

9 Masuk dalam kategori Masuk dalam kategori Ikon Masuk dalam kategori Dicent

Sinsign karena terjadi karena dampak dari poligami Sign karena sesuai dengan

peristiwa di mana Danang yang dilakukan menyebabkan kenyataan yang terjadi pada

menyadari mengenai HP rasa iri dari Danang yang tidak keluarga yang memilih untuk

Yudho yang baru, mendapat hal seperti Yudho. berpoligami. Setiap anak akan

sedangkan dia tidak merasakan dampak dari

memiliki HP baru seperti poligami tersebut, ditambah


77

milik Yudho. Hal tersebut dengan kurangnya komunikasi

terjadi karena tidak dalam keluarga, akan

meratanya kasih sayang menambah kerenggangan pada

dari orang tua setelah keluarga tersebut. Salah satu

melakukan poligami. contohnya adalah Danang dan

Yudho yang tidak pernah akur.

11 Masuk dalam kategori Masuk dalam kategori Simbol. Masuk dalam kategori Dicent

Legisign. Legisign sendiri Simbol merupakan peraturan Sign karena sesuai dengan

merupakan norma yang yang berlaku dan ditentukan kenyataan yang terjadi pada

terkandung pada tanda. karena kesepakatan bersama. keluarga yang memilih untuk

Tergambar dari adanya Dalam film ini, meskipun berpoligami. Setiap anak akan

norma kesopanan dari Danang dan Yudho selalu merasakan dampak dari

Danang dan Yudho bertengkar, mereka tetapi pulang poligami tersebut, ditambah

kepada bapak pada saat berada dalam satu becak, hal dengan kurangnya komunikasi

tiba di rumah. Danang dan tersebut karena peraturan dari dalam keluarga, akan

Yudho menyapa dan ayah mereka pada tukang becak menambah kerenggangan pada

mencium tangan bapak agar mereka tetap pulang keluarga tersebut. Salah satu

sebelum masuk ke dalam bersama. contohnya adalah Danang dan

rumah. Yudho yang tidak pernah akur.

12 Masuk dalam kategori Masuk dalam kategori Ikon Masuk dalam kategori Dicent

Sinsign karena pada scene karena hubungan antara Sign karena sesuai dengan

terakhir, terdengar suara poligami yang dilakukan kenyataan yang terjadi pada

dua orang perempuan dari keluarga Danang dan Yudho, keluarga yang memilih untuk
78

dalam rumah yang berdampak pada Danang dan berpoligami. Setiap anak akan

ternyata adalah ibu dari Yudho yang tidak pernah akur. merasakan dampak dari

Danang dan Yudho. Kurangnya komunikasi dalam poligami tersebut, ditambah

Peristiwa poligami keluarga juga menjadi penyebab dengan kurangnya komunikasi

digambarkan secara tidak utama Danang dan Yudho tidak dalam keluarga, akan

langsung pada film ini. akur satu sama lain. menambah kerenggangan pada

Dan selain melakukan keluarga tersebut. Salah satu

poligami, komunikasi contohnya adalah Danang dan

dalam keluarga tidak Yudho yang tidak pernah akur.

terlalu diperhatikan

sehingga Danang dan

Yudho menjadi tidak akur.

Dari tabel di atas, secara keseluruhan dari penelitian ini menggunakan

teori semiotika Charles Sanders Pierce adalah sebagai berikut :

1) Sign (Tanda)

Setelah melalui analisis dari ketiga bentuk Sign yaitu Qualisign,

Sinsign, dan Legisign, terdapat bentuk komunikasi keluarga poligami

dalam keluarga Danang dan Yudho adalah komunikasi yang berdasarkan

pada peranan individu. Dalam bentuk komunikasi ini, terbagi menjadi 3

bagian yaitu komunikasi antar individu dengan individu lain, komunikasi

antar individu dengan cakupan lingkungan yang lebih luas, dan

komunikasi antar individu dengan suatu kelompok atau lebih. Terdapat

pada komunikasi antar individu dengan individu lain. Dalam film Anak
79

Lanang ini, sign yang paling banyak digunakan adalah Sinsign, tergambar

dalam scene yang diteliti oleh peneliti, terdapat Danang dan Yudho yang

terus bertengkar. Pertengkaran dari Danang dan Yudho itulah yang

menunjukkan proses komunikasi dalam keluarga mereka yaitu komunikasi

berdasarkan pada peranan individu.

2) Object (Obyek)

Setelah melalui analisis dari ketiga bentuk Object yaitu Ikon, Indeks,

dan Simbol, penulis berpendapat bahwa penggunaan Object lebih dominan

pada Ikon karena terdapat hubungan antara tanda dan obyek dalam film

tersebut. Tergambar dari poligami yang dilakukan orang tua Danang dan

Yudho berakibat pada tidak akurnya hubungan mereka berdua. Selain itu,

terdapat bentuk komunikasi keluarga poligami dalam keluarga Danang

dan Yudho adalah komunikasi berdasarkan jumlah komunikan atau

komunikator. Dalam bentuk komunikasi ini, dibedakan menjadi dua jenis

yaitu komunikasi perseorangan, dan komunikasi kelompok. Berdasarkan

penjabaran mengenai Object, film ini mengandung komunikasi yang

perseorangan karena proses komunikasi yang terjadi mulai dari Danang

dan Yudho ke para pemeran lain tersebut merupakan proses komunikasi

yang dilakukan dengan orang atau individu yang sudah dikenal dengan

baik. Hubungan antara Danang dan Yudho dengan Sigit dan Sul serta

tukang becak sudah sangat dekat. Maka dari itu, obrolan santai mereka

terus mengalir sepanjang perjalanan pulang.

3) Interpretant (Penafsir)
80

Setelah melalui analisis dari ketiga bentuk Interpretant yaitu

Rheme, Dicent Sign, dan Argument, bentuk yang paling relevan menurut

penulis adalah Dicent Sign, karena terdapat tanda yang sesuai dengan

kenyataan, mengenai fakta poligami dalam keluarga yang berdampak

secara nyata dan langsung pada anak-anak, maka dari itu, pentingnya

komunikasi dalam keluarga perlu diterapkan agar hubungan dalam

keluarga semakin membaik. selain itu, terdapat bentuk komunikasi

keluarga poligami dalam keluarg Danang dan Yudho adalah komunikasi

langsung dan komunikasi tidak langsung. Dilihat dari komunikasi tidak

langsung yang terjadi antara Danang dan Yudho sepanjang jalan film,

hingga pada saat Danang dan Yudho berhenti di rumah yang sama.

Komunikasi diantara Danang dan Yudho terus terjadi melalui perantara

lain yaitu tukang becak, teman-teman mereka berdua, serta bapak. Setelah

itu terjadi proses komunikasi langsung antara Danang dan Yudho pada

saat mereka tiba di rumah.

G. Teori Pola Komunikasi Keluarga

Selain melakukan analisis menggunakan Teori Semiotika Pierce,

penulis juga menggunakan Teori Pola Komunikasi Keluarga agar dapat

memperkuat penelitian yang dilakukan. Koerner et al. (2017) berkata

bahwa Teori Pola Komunikasi Keluarga (TPKK), merupakan sebuah

general theory atau teori utama yang berfokus pada komunikasi orangtua-

anak dalam kaitannya dengan pembentukan realitas sosial bersama (shared


81

social reality). Terdapat skema pada Teori Pola Komunikasi Keluarga ini,

yaitu Protective, Consensual, Laizzes-faire, dan Pluralistic.

Bagan 4.1 Skema Teori Pola Komunikasi Keluarga

SCENE 12 SCENE 9 SCENE 4 SCENE 4,


8, 9, 11, 12
SCENE 11

PROTECTIVE CONSENSUAL LAIZZES-FAIRE PLURALISTIC

Dari skema di atas, penulis menyimpulkan bahwa representasi

komunikasi keluarga dalam keluarga yang berpoligami pada film Anak

Lanang melalui analisis Teori Pola Komunikasi Keluarga adalah sebagai

berikut :

1. Protective

Pola protektif memiliki arti menekankan pada kepatuhan terhadap

wewenang orangtua. Hal tersebut tergambar dengan perilaku Danang

dan Yudho pada scene 12 yang tetap menuruti perintah bapak agar

tetap pulang bersama, meskipun selama berada dalam perjalanan,

mereka selalu bertengkar.

2. Consensual

Pola ini memiliki arti kecenderungan orang tua untuk memberi

kebebasan, bahkan mendorong anaknya untuk mengakses informasi

media massa guna mengembangkan konsep-konsep hidup sesuai

dengan informasi yang didapatkan. Hal tersebut tergambar dengan


82

perilaku Yudho pada scene 9 yang terus bermain instagram tanpa

pengawan yang lebih dari orang tua.

3. Laizzes-Faire

Pola Komunikasi ini dicirikan dengan kepercayaan yang tinggi dari

orangtua terhadap anak dalam pembuatan keputusan. Hal tersebut

tergambar pada scene 4 dan scene 11 di mana bapak terlalu

memanjakan Yudho sehingga membuat Yudho memiliki karakter yang

tidak patuh dan semua keinginannya harus terpenuhi.

4. Pluralistik

Pola komunikasi ini ditandai dengan keterbukaan dan tidak

memaksakan kehendak. Orangtua pada keluarga ini tidak merasa harus

mengontrol anak mereka dan memutuskan hal-hal apa saja yang harus

dilakukan anak. Hal tersebut tergambar pada scene 4, 8, 9, 11, 12.

Orang tua dari Danang dan Yudho tidak pernah membatasi anaknya

untuk melakukan apapun.

Kesimpulan representasi komunikasi keluarga dari penjabaran melalui Sign,

Object, dan Interpretant adalah sebagai berikut :

1) Komunikasi keluarga dalam keluarga poligami Danang dan Yudho

berjalan sesuai dengan adanya peran individu yang ada di dalam keluarga.

Peran individu yang dimaksudkan penulis di sini adalah, dengan adanya

peran dari masing-masing pemain film Anak Lanang. Karakter Danang

dan Yudho yang berbeda membuat konflik diantara keduanya terus

berlangsung.
83

2) Komunikasi keluarga dalam keluarga poligami Danang dan Yudho juga

terjadi berdasarkan jumlah komunikan atau komunikator yang ada dalam

keluarga. Dalam film Anak Lanang, terjadi komunikasi perseorangan

karena proses komunikasi dari Danang dan Yudho ke para pemeran lain

terjadi karena sudah saling mengenal.

3) Komunikasi keluarga dalam keluarga poligami Danang dan Yudho

berjalan juga secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung

terjadi pada saat Danang dan Yudho yang masih beradu mulut saat sampai

di rumah, serta proses komunikasi ke bapak pada saat Danang dan Yudho

tiba di rumah dan meminta untuk dibelikan barang. Sementara itu, proses

komunikasi tidak langsung yang terjadi dalam keluarga Danang dan

Yudho pada saat pertengkaran Danang dan Yudho melalui perantara lain

yaitu tukang becak, teman-teman mereka berdua, serta bapak.

Kesimpulan representasi komunikasi keluarga dari penjabaran melalui

Teori Pola Komunikasi Keluarga adalah sebagai berikut :

1) Melalui penjabaran dari protective, pada keluarga Danang dan Yudho

sudah terbiasa dengan mematuhi peraturan yang ada. Danang dan Yudho

tetap pulang ke rumah bersama-sama karena itu adalah salah satu

peraturan yang dibuat oleh bapak. Dan Danang dan Yudho tidak

melanggar peraturan tersebut.

2) Melalui penjabaran dari consensual, keluarga Danang dan Yudho tidak

terlalu melakukan pengawasan yang lebih pada anak-anaknya. Karakter

bapak memberikan kebebasan kepada Danang dan Yudho, tanpa


84

memberikan pengawasan lebih lanjut. Akibatnya Yudho menjadi

kecanduan dengan bermain Instagram.

3) Melalui penjabaran dari Laizzes-Faire, akibat dari memberikan

kepercayaan yang tinggi pada anak, Danang dan Yudho menjadi memiliki

sifat yang tidak baik. Karakter Danang dan Yudho menjadi anak yang

bersifat tidak patuh dan selalu ingin dipenuhi keinginannya.

4) Melalui penjabaran dari Pluralistik, hampir pada semua scene yang

peneliti ambil untuk diteliti, mengandung arti bahwa dalam keluarga

Danang dan Yudho, orang tuanya tidak pernah memaksakan kehendak

kepada anaknya. Danang dan Yudho bebas melakukan apapun yang

mereka inginkan.

Maka dari itu, kesimpulan dari penggunaan Teori Pola Komunikasi

Keluarga ini adalah, dalam keluarga Danang dan Yudho, orang tuanya

baik bapak maupun ibu, tidak pernah memaksakan kehendak apapun

kepada anaknya. Bahkan Yudho sangat diberikan kebebasan mengenai

penggunaan ponsel yang pada saat ini menjadi salah satu hal yang perlu

pengawasan tinggi.

Representasi Komunikasi Keluarga dalam Film Fiksi “Anak Lanang”

Produksi Ravacana Films

1) Representasi dari jenis komunikasi yang digunakan komunikasi yang

berdasarkan pada peranan individu, dalam film Anak Lanang ini juga

mengandung pola komunikasi acuh tak acuh. Di pola komunikasi ini,

orang tua hanya menyediakan sedikit dukungan emosional terhadap anak.


85

Sedangkan Yudho di adegan ini digambarkan bersikap egois. Karakternya

ini karena pola komunikasi permisif dari orang tuanya yang jarang

memberikan hukuman mengenai perilaku yang tidak tepat, jadi apabila

anaknya melakukan tindakan yang salah, sang anak sendiri tidak akan

menyadari perbuatan tersebut. Contohnya dalam Scene 4 yang

menunjukkan Danang dan Yudho yang merupakan saudara berbeda ibu

terlibat adu mulut. Sikap Danang pada adegan ini merasa malu untuk

mengucapkan hari ibu pada ibunya, ucapan Danang langsung disanggah

oleh Yudho dan akhirnya mereka mulai beradu mulut.

2) Representasi terdapat pada jenis komunikasi secara tidak langsung dan

pola komunikasi permisif yang menyebabkan anak memiliki sikap selalu

mementingkan dirinya sendiri dan tidak memiliki rasa empati terhadap

orang lain. Ini membuat Yudho ketika membuang sampah sembarangan

dan ditegur teman-temannya tidak merasa bahwa apa yang dilakukan salah

dan justru malah memunculkan perdebatan dengan saudara tirinya yaitu

Danang. Contohnya dalam scene 8 yang menunjukkan perilaku negatif

Yudho yang membuang sampah bekas jajannya secara sembarangan, dan

tidak berkenan untuk mendengarkan saran dari Danang.

3) Representasi komunikasi yang ada dalam film juga menggunakan

komunikasi langsung yang terjadi antara Danang dan Yudho tanpa adanya

perantara. Selain jenis komunikasi tersebut, terdapat juga pola komunikasi

permisif dengan adanya sikap Yudho yang mementingkan dirinya sendiri,

dalam scene 9 menunjukkan Danang menyadari ponsel Yudho yang baru,


86

Danang langsung berkata bahwa Yudho sombong karena sejak tadi dia

selalu membicarakan Instagram. Hal tersebut menjadi berbeda karena

dikalangan anak Sekolah Dasar, bermain Instagram hanya akan

menghabiskan kuota. Komunikasi langsung yang terjadi antara Danang

dan Yudho menjadi awal mula pertengkaran.

4) Representasi lain yang juga menggunakan komunikasi langsung adalah

yang terdapat pada scene 11, tentang bagaimana bapak memperlakukan

Danang sebagai anak dari istri pertamanya secara tidak adil, hal tersebut

digambarkan pada adegan menolak permintaan Danang yang

menginginkan dibelikan hp yang sama dengan saudaranya, Yudho

merupakan anak dari istri kedua bapak. Selain itu juga terdapat pola

komunikasi acuh tak acuh yang dipakai bapak kepada Yudho yang

memberikan dampak Yudho menjadi anak yang tidak patuh dan menjadi

banyak menuntut.

5) Representasi terakhir terdapat pada jenis komunikasi adanya peran

individu antara orang tua dan anak yang terjadi yaitu tokoh bapak, Yudho,

dan Danang. Selain itu, terdapat juga pola komunikasi permisif di mana

sosok bapak memperlakukan anak dengan penuh kasih dan suportif karena

membalas setiap keinginan Yudho dengan bercandaan bukan memarahi.

Namun pola komunikasi yang muncul di sini juga terdapat sisi negatif di

mana tokoh bapak tidak memberikan teguran kepada anaknya yang

berbicara dengan nada tinggi dan terus menuntut untuk keinginannya


87

dipenuhi. Akibatnya, sang anak menjadi selalu menuntut perhatian orang

lain dan tidak patuh.

Faktor Representasi Komunikasi Keluarga Poligami pada Anak dalam Film

Anak Lanang

Berdasarkan dari pengamatan dan hasil penelitian yang didapatkan dari

data primer dan juga data sekunder, menurut Matta (dalam Diani 2021) terdapat

faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi komunikasi keluarga

pada anak yang berpoligami. Faktor internal dan eksternal pada film Anak

Lanang, sebagai berikut :

1) Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia yang

akan mempengaruhi manusia itu sendiri. contohnya insting yang

merupakan sifat yang sudah dimiliki manusia sejak lahir. Kemudian adat

atau kebiasaan, hal ini muncul karena sudah dilakukan secara terus

menerus, dan juga faktor internal keturunan yang muncul karena

diturunkan dari orang tua atau keluarga.

2) Faktor eksternal terbagi ke dalam macam-macam faktor yang dilihat dari

pendidikan, pendidikan memiliki peran penting karena baik buruknya

setiap orang terbentuk dari pendidikannya. Kemudian lingkungan,

lingkungan akan mempengaruhi karakter seseorang, jika dibesarkan dan

dididik dari lingkungan yang baik maka seseorang akan menjadi pribadi

yang baik. Faktor eksternal lain yang terdapat dalam film ini adalah :

b. Pola Pengasuhan yang permisif


88

Terdapat dua macam pola pengasuhan yang termasuk

dalam permisif, yaitu permisif memanjakan dan permisif yang

bersifat tidak peduli (Agustiana, 2014 : 49-50). Pola

pengasuhan permisif acuh tak acuh merupakan pola

pengasuhan orang tua yang tidak ikut campur dalam kehidupan

anak. Pola pengasuhan ini memberikan dampak anak akan

menjadi tidak cakap dan kurang dalam pengendalian diri. Ini

dapat kita lihat dari bagaimana tokoh bapak dalam film

memperlakukan Danang dengan seperti tidak peduli dengan

apa yang diinginkan anak. Akibatnya tokoh Danang dalam film

memiliki karakter tidak patuh, banyak menuntut dan juga

memiliki kontrol diri yang rendah.

Selanjutnya ada pola pengasuhan permisif memanjakan,

pada pola pengasuhan ini, orang tua terlibat secara penuh

dengan kehidupan anak tetapi sedikit menuntut atau

mengendalikan anak. Pola ini akan memberikan dampak pada

karakter anak yang menjadi kurang memiliki pengendalian diri

sehingga anak tidak belajar mengendalikan perilaku mereka

sendiri dan selalu ingin dipenuhi segala keinginannya.

Dalam film Anak Lanang, pola pengasuhan ini dapat dilihat

pada adegan komunikasi bapak dan Yudho. Orang tua Yudho

sangat memanjakan Yudho dilihat dari bagaimana dia terlihat

unggul secara materi dari teman-temannya, dengan memiliki


89

handphone keluaran terbaru dan menggunakan instagram sosial

media yang belum diakses teman-temannya. Pola pengasuhan

ini juga berdampak Yudho memiliki karakter egois, tidak patuh

dan menuntut perhatian dari orang lain.

c. Poligami dalam Keluarga

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi

keluarga adalah faktor keutuhan pada keluarga itu sendiri.

Selain keutuhan keluarga apabila dalam keluarga orang tua

saling bertengkar dan menciptakan lingkungan rumah yang

negatif disertai tindakan yang agresif, keluarga tersebut

dikatakan tidak utuh. Gerungan (dalam Rondiyah, 2009:15).

Menurut Astriana (dalam Yuliana, 2018 : 50) Tindakan

poligami memiliki dampak negatif bagi perkembangan dan

pertumbuhan anak, disebabkan karena hal-hal sebagai berikut :

➢ Anak merasa kurang mendapat kasih sayang

Poligami memunculkan dampak pada anak menjadi

kurang mendapat perhatian dan kurang disayang

oleh orang tuanya. Keadaan tersebut muncul karena

bapak yang berpoligami memiliki sedikit waktu

untuk menjalin kedekatan dengan sang anak dan

kurang mendapat kasih sayang dari bapaknya.

Kurangnya perhatian dan pengawasan dari seorang

bapak akan memuat anak tumbuh dan berkembang


90

secara bebas, dapat memicu karakter anak yang

negatif. Hal ini muncul dalam keluarga Danang dan

Yudho, di mana bapak memiliki lebih dari satu dan

berdampak pada karakter Danang dan Yudho yang

menjadi tidak akur satu sama lain.

➢ Tertanamnya kebencian pada diri anak

Terdapat kemungkinan munculnya sifat rasa benci

pada anak karena bapaknya melakukan poligami.

Apalagi jika orang tua tidak memperlakukan anak

secara adil, maka anak akan merasa kecewa dan

benci dengan orang tuanya. Dalam keluarga Danang

dan Yudho terlihat bapaknya tidak terlalu

mendengarkan keinginan Danang yang ingin

memiliki HP seperti milik Yudho, padahal Danang

juga anak dari bapaknya.

➢ Timbul rasa trauma pada anak

Poligami akan memicu rumah tangga yang tidak

lagi harmonis dan utuh, dan bisa juga menjadikan

keluarga itu sendiri berantakan. Ini bisa berdampak

negatif pada anak yang memandang pernikahan.

Poligami dapat berjalan dengan baik apabila kepala

keluarga dapat menjalankan peran dan tanggung

jawabnya dengan baik. Apabila tidak dijalankan


91

dengan baik tentu akan muncul konflik misalnya

kecemburuan antara sesama istri dan juga antara

anak dengan saudara tiri, akan terjadi interaksi yang

terganggu satu sama lain. Contohnya dalam film

terjadi pada keluarga Danang dan Yudho, di mana

Danang dan Yudho yang selalu bertengkar dan

ternyata itu semua karena kasih sayang dari

bapaknya yang tidak merata.

➢ Sikap Orang Tua terhadap Hubungan Keluarga

Bagaimana anak bersikap adalah hasil dari

bagaimana juga orang tua bersikap ketika ada di

rumah. lingkungan keluarga yang berpikir positig

dan hubungan antara orang tua dan anak yang sehat

akan menghasilkan anak yang berhasil ketika

dewasa nanti. Lingkungan keluarga yang sehat tadi

akan menghasilkan anak yang bahagia, berkarakter

ramah, dan disukai banyak orang. Begitupun

sebaliknya, apabila lingkungan keluarga tidak

suportif, anak akan memiliki kebiasaan buruk dan

anak menjadi kurang memperoleh perhatian dan

kasih sayang orang tua.

Dalam film Anak Lanang, muncul sikap tokoh bapak yang

pilih kasih terhadap anak, kemudian memunculkan rasa


92

dendam dan permusuhan antar saudara pada Danang dan

Yudho. Bapak yang memanjakan dan menuruti setiap

keinginan Yudho memunculkan sikap Danang yang tidak suka

dan dendam. Perlakuan orang tua terhadap anak akan memiliki

pengaruh sikap anak, baik terhadap orang tua dan hubungan

lain di antara yang berkembang. (Agustiana, 2014 : 51).


93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai representasi komunikasi pada anak

yang tumbuh dalam keluarga poligami pada film Anak Lanang, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Representasi komunikasi keluarga dalam film Anak Lanang dapat

dilihat dari proses komunikasi yang digambarkan dalam film, baik

digambarkan secara individu oleh anak, maupun dengan anggota

keluarga. Karakter anak terbentuk dari hasil pola komunikasi yang

diterapkan oleh orang tua kepada anak. Pola komunikasi yang sering

muncul dalam film Anak Lanang ini adalah pola komunikasi permisif

acuh tak acuh dan permisif memanjakan. Pola komunikasi permisif

acuh tak acuh membentuk tokoh Danang sebagai anak yang cenderung

tidak patuh, banyak menuntut, memiliki kontrol diri yang rendah dan

kesulitan dalam mengelola perasaan. Sedangkan pola komunikasi

permisif memanjakan, tergambar dari karakter Yudho. Yudho menjadi

anak yang cenderung egois, tidak termotivasi, bergantung pada orang

lain, menuntut perhatian orang lain dan tidak patuh.

2. Terdapat faktor yang mempengaruhi komunikasi keluarga anak pada

film Anak Lanang. Dalam penelitian ini, faktor yang mempengaruhi

komunikasi keluarga tersebut adalah faktor internal dan faktor

eksternal. Bisa dilihat dari, pola pengasuhan yang permisif, poligami


94

yang terjadi dalam keluarga, dan sikap orang tua terhadap hubungan

keluarga.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diimplikasikan menjadi

sumber pengetahuan dan pemikiran yang bermanfaat bagi

perkembangan ilmu komunikasi, khususnya dalam penyampaian pesan

melewati media film seperti film fiksi Anak Lanang.

2. Implikasi Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi

penting khususnya untuk para mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam

meneliti pesan-pesan yang disampaikan melewati media audio visual

film dalam film fiksi Anak Lanang.

C. Saran

Berdasarkan analisis data di atas, adapun saran dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk Orang tua

a) Sebagai oranrg tua perlu dilakukan upaya untuk membentuk

karakter yang positif bagi anak dengan memberikan contoh yang

baik dalam kehidupan sehari-hari. Jika orang tua menginginkan

anak berlaku jujur, berkata sopan, dan bertanggung jawab, maka

dalam keseharian keluarga harus mencotohkan yang serupa.


95

b) Orang tua harus menumbuhkan nila-nilai moral dalam kehidupan

sehari-hari, mengajak anak bertukar pikiran akan membuka ruang

untuk pendapat dan saran dari anak.

c) Orang tua juga sudah selayaknya menjelaskan tentang berbagai

hal, baik yang positif maupun yang negatif. Agar nantinya anak

bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk

dilakukan.

d) Orang tua juga perlu memberikan apresiasi atau penghargaan

ketika anak memiliki pencapaian atau hal positif yang dilakukan

baik secara verbal maupun non verbal, agar anak terdorong

mengulang untuk melakukan hal positif.

2. Penelitian Selanjutnya

Film selalu menarik untuk dikaji dan dilakukan penelitian lebih

lanjut, film saat ini telah berkembang bukan hanya sebagai hiburan

namun juga sebagai sarana penyampaian informasi dan edukasi.

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengkaji film-film yang

edukatif terlebih penelitian mengenai film pendek bertemakan

keluarga yang masih sedikit dilakukan.


96

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anis Fuad, Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Danarti, Dessy. 2010. Smart Parenting: Menjadi Orang Tua Pintar Agar
Anak Sukses. Yogyakarta : Andi Offset.

Deddy Mulyana. 2001. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : Rosda Karya.

Deddy Mulyana. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru


Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial. Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana. 1986. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung


Rosda Karya.

Hall, Stuart. 1997. Representation : Cultural Representations and Signifying


Practice. London : SAGE Publications.

McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa, Salemba Humanika. Jakarta.

Moleong, L. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Rondiyah, Rochimah.2009. Dampak Poligami Terhadap Perilaku Kemandirian


Remaja.

Sambuaga, Dewi Pingkan, A Boham, dan J.P.M Tangkudung. 2014. Peranan


Komunikasi Keluarga dalam Mencegah Perkelahian Antar Warga.

Sobur, Alex. 2018. Semiotika Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung


Alfabeta CV.

Jurnal

Emilsyah. 2019. Peran Media Massa dalam Menghadapi Serbuah Media Online.
Volume 2, No. 1 : 51-64.

Jefrey Oxianus Sabarua, Imelia Mornene. 2020. Komunikasi Keluarga dalam


Membentuk Karakter Anak. Volume 4, No. 1 : 82-89.

Web
97

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_semiotika_Peirce

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/01/kasus-perceraian-di-
indonesia-melonjak-lagi-pada-2022-tertinggi-dalam-enam-tahun-terakhir

https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/9751/etika-dan-filsafat-
komunikasi.html

https://mediaindonesia.com/opini/244329/krisis-komunikasi-keluarga
98
99
100
101
102

Anda mungkin juga menyukai