Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KONSEPTUAL

PENGARUH DRAMA MUSIKAL TERHADAP PENGEMBANGAN


KREATIVITAS ANAK DENGAN SINDROM DOWN

DOSEN PENGAMPU :
Dr. I Kadek Suartama, S. Pd., M. Pd.

Oleh :
Name : I Gusti Ayu Kade Devi Suciantari
NIM : 2311031023
Class : Internasional Class (IKI/1)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023
LEMBAR PENGESAHAN HASIL PENELITIAN

Judul : Pengaruh Drama Musikal Terhadap Pengembangan


Kreativitas Anak dengan Sindrom Down
Nama : I Gusti Ayu Kade Devi Suciantari
NIM : 2311031023
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Kelas : IKI/ K

Disetujui Oleh :
Dosen Pengampu

Dr. I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd.

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Penelitian yang
berjudul "Pengaruh Drama Musikal terhadap Pengembangan Kreativitas Anak dengan
sindrom down " ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Penelitian ini merupakan langkah awal dalam mencari solusi yang dapat
membantu meningkatkan kualitas hidup anak-anak yang terkena penyakit ini. Penelitian
ini tentunya tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak. Peneliti
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing peneliti
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini. Dan dalam kesempatan ini peneliti juga
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan penelitian ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
peneliti harapkan.

Singaraja, 31 Oktober 2023

Peneliti

ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh drama musikal terhadap
kreativitas anak dengan sindrom down. Karakter anak sindrom down merupakan aspek
penting dalam pendidikan yang melibatkan perkembangan moral, sosial, dan emosional.
Drama musikal memiliki potensi untuk mempengaruhi dan membentuk kreativitas anak
sindrom down secara positif. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis literatur
yang melibatkan pencarian, pemilihan, dan penilaian kritis terhadap sumber-sumber
literatur yang relevan. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa drama musikal memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kreativitas anak dengan sindrom down.
Melalui partisipasi dalam drama musikal, anak sindrom down dapat mengembangkan
kemampuan dalam berekspresi dan berinteraksi sosial, memperluas keterampilan
kreativitas dan imajinasi, serta meningkatkan apresiasi terhadap kebudayaan dan
keanekaragaman.
Kata kunci : Drama Musikal, Kreativitas, Anak Sindrom Down

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................................. 2
1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3.Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
1.4.Ruang Lingkup ............................................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................... 3
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................. 3
2.2 Kerangka Teori ............................................................................................. 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 7
3.1.Rancangan Penelitian ................................................................................... 7
3.2.Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ...................................................... 7
3.3.Pengumpulan Data ....................................................................................... 7
3.4.Analisis Data ................................................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 10
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 10
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 11
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 15
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 15
5.2 Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kelainan fisik merupakan hal yang membuat sebagian orang merasa memiliki
masalah yang berat dan dapat menghambat aktivitas maupun cita-cita. Begitu juga
dengan kelahiran seorang anak yang mengalami hambatan perkembangan sejak usia dini
dengan memiliki kelainan pada kromosom seperti sindrom down. Sindrom Down
merupakan salah satu kelainan genetik yang paling umum di dunia yang mempengaruhi
berbagai aspek perkembangan fisik dan kognitif seseorang. Menurut Aryanto (dalam
Anggreni, dkk., 2015) Saat ini di dunia terdapat sekitar delapan juta orang yang
mengalami sindrom down, sedangkan di Indonesia terdapat lebih dari 300 ribu anak yang
mengalami sindrom down. Anak-anak dengan sindrom down lebih sering menghadapi
kesulitan dalam belajar dan berkomunikasi dan mengalami tantangan perkembangan
yang kompleks, termasuk dalam hal kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan ide-ide baru, solusi kreatif, dan ekspresi diri. Kreativitas juga sebagai
bagian integral dari perkembangan holistik seseorang yang sering kali diabaikan. Anak-
anak dengan Sindrom Down menghadapi tantangan dalam berbagai aspek perkembangan,
termasuk keterbatasan kognitif, hambatan komunikasi, dan pembatasan dalam ekspresi
diri. Keterbatasan kognitif dan hambatan komunikasi dapat menjadi penghalang utama
bagi anak-anak dengan Sindrom Down untuk mengekspresikan diri secara kreatif.
Kemampuan dalam menciptakan, berimprovisasi, dan berpartisipasi dalam kegiatan seni
dapat terhambat, dan inilah yang membuat kreativitas menjadi domain yang perlu
mendapat perhatian khusus. Dalam menghadapi tantangan ini, kebijakan inklusif dalam
pendidikan dan perkembangan anak-anak dengan Sindrom Down memerlukan
pendekatan pedagogis yang berfokus pada penemuan metode yang efektif dan
merangsang kreativitas, yang dapat membuka peluang baru dan mendukung ekspresi diri
yang lebih bebas.
Program drama musikal merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang
melibatkan unsur musik, tari, dan akting. Program ini dapat membantu anak-anak
penderita sindrom down untuk mengembangkan kreativitas, kemampuan motorik,
kemampuan berbicara, serta kemampuan sosial dan emosional. Selain itu, program drama
musikal juga dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kepercayaan diri anak-
anak dengan sindrom down. Pemahaman yang lebih mendalam tentang peran drama
musik sebagai alat intervensi dalam pendidikan inklusif dapat memberikan landasan yang
kuat untuk merancang kurikulum yang lebih adaptif dan suportif. Meskipun beberapa
penelitian telah membahas tema seni dan inklusi, seperti drama musikal untuk anak-anak
dengan sindrom down, tetapi penelitian lanjutan masih diperlukan. Dalam studi oleh
Smith et al. (2018), temuan menunjukkan bahwa partisipasi dalam kegiatan seni dapat
memperkuat ekspresi kreatif dan meningkatkan keterampilan sosial pada anak-anak
dengan kebutuhan khusus. Dan yang lain seperti penelitian yang dilakukan oleh Jones
(2019) berfokus pada peran drama musikal dalam meningkatkan interaksi sosial dan
kreativitas pada anak-anak dengan keterbatasan perkembangan. Oleh karena itu,
penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi terhadap pemahaman mengenai
pengaruh teater musikal terhadap kreativitas anak sindrom down, namun juga
memberikan landasan bagi penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk memperluas
wawasan yang lebih baik tentang peran program drama musikal dalam meningkatkan

1
kreativitas anak-anak penderita sindrom down dan mendukung pengembangan
pendidikan inklusif lebih lanjut.
Penelitian ini akan melibatkan penelaahan literatur yang mendalam, pemahaman
konsep-konsep kunci, dan analisis teoritis untuk memahami hubungan antara program
drama musikal dan perkembangan kreativitas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pandangan yang lebih luas dan pemahaman yang lebih dalam tentang
bagaimana program ini dapat mendukung perkembangan anak-anak dengan sindrom
down dalam aspek kreativitasnya.
1.2.Rumusan Masalah dan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan penelahan literatur sebelumnya, beberapa pertanyaan
peneliti muncul untuk memberikan arah yang lebih spesifik pada studi ini:
A. Bagaimana partisipasi anak-anak dengan Sindrom Down dalam drama musikal
mempengaruhi ekspresi kreatif dan perkembangan keterampilan sosial mereka?
B. Apakah terdapat perbedaan signifikan dalam kreativitas dan keterampilan sosial
antara anak-anak dengan Sindrom Down yang terlibat dalam program drama
musikal dan dengan mereka yang tidak terlibat?
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, beberapa hipotesis dapat diajukan sebagai
landasan kerangka konseptual :
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada media drama musikal terhadap
tingkat kreativitas anak penderita down syndrome
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan pada media drama musikal terhadap tingkat
kreativitas anak penderita down syndrome
Apabila dari hasil uji-t diperoleh thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Sedangkan apabila thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian konseptual ini adalah untuk menginvestigasi dampak drama
musikal terhadap ekspresi kreatif dan keterampilan sosial anak-anak dengan Sindrom
Down, mengevaluasi perubahan dalam tingkat ekspresi kreatif, dan keterampilan sosial,
serta membandingkan hasil antara kelompok partisipasi dan kelompok kontrol, dengan
tujuan memberikan rekomendasi yang relevan untuk pengembangan program inklusif
yang efektif.

1.4.Ruang Lingkup
Studi literatur ini merinci ruang lingkup yang melibatkan konsep inklusi seni dalam
pendidikan khusus, tantangan kreativitas pada anak-anak dengan Sindrom Down, peran
drama musikal dalam pengembangan kreativitas, temuan penelitian empiris terkait,
evaluasi batasan dan kelemahan penelitian terdahulu, serta penyajian landasan teoritis.
Analisis ini diarahkan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang dampak drama
musikal pada kreativitas anak-anak dengan Sindrom.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
A. Konsep Kreativitas
Kreativitas dapat didefinisikan berbeda-beda menurut para ahli dengan berdasar sudut
pandang masing-masing. Farida (dalam Hasanah,N.,2020) menyatakan “kreativitas
adalah seluruh gagasan baru, taktik, wawasan, atau model baru yang bisa disampaikan,
dan selanjutnya bisa diaplikasikan dalam kehidupan individu maupun dalam sebuah
organisasi.” Baron (dalam Abubakar, dkk., 2019) mengungkapkan kreativitas dapat
didefinisikan dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Menurut Utami
Munandar (dalam Abubakar, dkk., 2019) “kreativitas adalah kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan
untuk mengolaborasikan suatu gagasan.”. Kreativitas merupakan potensi yang penting
untuk menjadi tuntutan pendidikan dan proses kehidupan manusia. Kreativitas adalah
sebuah ide atau gagasan baru, strategi, pemahaman atau model baru yang dapat
diaplikasikan lewat sebuah karya, dan kemudian digunakan dalam kehidupan. Dengan
berbagai definisi tersebut Rodhes (dalam Hasanah,N.,2020) menyatakan terdapat
pengelompokan definisi kreativitas menjadi empat bagian yang terdiri dari produk,
pribadi, proses, dan pendorong. 1) Produk lebih menekankan kreativitas dari hasil karya
kreatif, baik yang baru maupun percampuran dari karya yang lama untuk menghasilkan
sesuatu yang baru. 2) Pribadi lebih memandang kreativitas dari segi ciri-ciri khas individu
itu sendiri yang ditandai kepribadian orang yang kreatif atau yang berhubungan dengan
kreativitas. Adapun ciri-ciri tersebut seperti rasa ingin tahu, daya nalar yang kuat, percaya
diri, bertalenta dan memiliki minat yang tinggi. 3) Proses menekankan bagaimana proses
kreatif itu berlangsung sejak dari mulai tumbuh sampai dengan terwujudnya perilaku
kreatif. Sedangkan 4) pendorong lebih menekankan pada pentingnya faktor-faktor yang
mendukung timbulnya kreativitas pada individu. Dan Torrance (dalam Abubakar, dkk.,
2019) mengatakan bahwa agar potensi kreatif individu dapat diwujudkan, diperlukan
kekuatan-kekuatan pendorong dari luar yang didasari oleh potensi diri dalam diri individu
itu sendiri. Menurut Torrance dan Dedi Supriadi (dalam Abubakar, dkk.,2019)
pendekatan dalam studi kreativitas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan
psikologis dan pendekatan sosiologis. Pendekatan psikologis lebih menekankan
kreativitas dilihat dari segi kekuatan yang ada dalam diri individu dengan sebagai faktor
yang menentukan kreativitas, salah satu pendekatannya adalah pendekatan holistik.
Pendekatan holistik digunakan untuk menjelaskan konsep kreativitas berdasarkan fungsi-
fungsi berpikir, merasa, mengindra, dan mengintusi. Sedangkan pendekatan sosiologis
memiliki asumsi bahwa kreativitas individu adalah hasil dari adanya interaksi sosial
individu yang dipengaruhi oleh ekonomi, kebudayaan, dan peran keluarga. Menurut
Guilford (dalam Abubakar, dkk., 2019) kreativitas mengacu pada kemampuan yang
menandai ciri-ciri seorang kreatif salah satunya dengan 2 cara berpikir yaitu cara berpikir
konvergen dan cara berpikir divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara individu
dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang
benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari
berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan (Abubakar,dkk.,2019:46).
Bagi anak-anak, kreativitas merupakan potensi yang penting. Dengan kreativitas,
banyak yang menjadi persoalan dan tantangan hidup yang mengharuskan untuk bisa

3
beradaptasi dengan aktif, kreatif, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang
imajinatif dan secara efisien dan efektif (Fitrah dalam Hasanah,2020). Sehingga hal ini
akan memungkinkan anak mendapatkan kesuksesan di masa depan. Untuk itu, kreativitas
dalam diri seorang anak harus digali sejak dini. Kreativitas yang dimaksud adalah
kemampuan dalam memadukan hal-hal baru berdasarkan informasi yang ada dan
akhirnya akan membentuk sesuatu yang bermanfaat(Munandar dalam Hasanah, 2020).
Jika dilihat dari salah satu contoh permasalahan yaitu permasalahan yang ada di sekolah,
permasalahan yang terlihat adalah banyaknya siswa yang kurang percaya dengan potensi
yang dimilikinya. Padahal kesuksesan individu dipengaruhi oleh pandangan kompetensi
yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan belum memahami akan konsep diri sendiri. Dan
jika dibandingkan dengan berhasilnya perkembangan konsep diri yang optimal akan
membuat anak-anak memiliki kreativitas yang tinggi sehingga nantinya akan mampu
berkarya lebih banyak ke depannya. Dalam melihat tantangan kreativitas pada anak-anak
dengan Sindrom Down, faktor utama yang memerlukan perhatian adalah hambatan
kognitif, di mana keterbatasan dalam pemrosesan informasi dan ekspresi ide dapat
menghambat kemampuannya untuk dapat terlibat dalam aktivitas kreatif. Selain itu,
kendala dalam kemampuan komunikasi, termasuk keterbatasan dalam bahasa dan
ekspresi verbal, menjadi faktor kritis yang mempengaruhi ekspresi kreatif mereka. Aspek
sosial juga menjadi pertimbangan penting, di mana kesulitan dalam berinteraksi dengan
teman sebaya dan mengambil peran dalam kelompok akan dapat membatasi pengalaman
kreatif mereka. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, literatur ini menyoroti berbagai
strategi dan intervensi kreatif, termasuk program seni terstruktur dan metode pengajaran
yang disesuaikan, yang memiliki potensi untuk merangsang ekspresi kreatif dan
keterampilan sosial pada anak-anak dengan Sindrom Down. Dengan pemahaman secara
mendalam untuk mengatasi tantangan ini, penelitian ini bertujuan untuk merancang
intervensi drama musikal yang lebih terarah dan efektif, mengoptimalkan ekspresi kreatif
anak-anak dengan Sindrom Down dalam konteks unik perkembangan mereka.
B. Sindrom Down
Sindrom down merupakan kelainan kromosom paling umum pada manusia yang
disebabkan oleh adanya kelebihan materi genetik pada kromosom 21(trisomi) yang tidak
dapat memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom (
Gunarhadi dalam Marta, 2017). Nama sindrom down diambil dari nama seorang dokter
Inggris yaitu John Langdon Down pada tahun 1866. Terminologi yang digunakan untuk
menyebut anak sindrom down adalah impairment. Impairment diartikan sebagai
kehilangan, kerusakan, atau tidak lengkap dari aspek psikologis maupun fisiologis atau
ketidaklengkapan pada struktur anatomi dan biasanya merujuk pada kondisi yang bersifat
medis (Lewis dalam Anggreni dan Valentina, 2015).
Sindrom down adalah kelainan genetis yang menyebabkan keterbelakangan fisik dan
mental dengan ciri-ciri yang khas pada keadaan fisiknya (Anggreni dan Valentina, 2015:
186). Ciri khas dari anak penderita sindrom down adalah memiliki penampakan wajah
yang khas dan mirip satu sama lain dan memiliki bentuk kepala yang menonjol berupa
bentuk kepala yang relatif lebih kecil dari normal dengan bagian kepala mendatar. Secara
umum, perkembangan fisik dan pertumbuhan anak sindrom down relatif lebih lambat,
seperti pertumbuhan berat badan dan tinggi badan. Keterbelakangan mental pada anak
sindrom down menyebabkan keterlambatan perkembangan aspek kognitif, motorik, dan
psikomotorik. Amin (dalam Anggreni dan Valentina, 2015) menambahkan, jika dilihat

4
dari tingkat IQ, anak sindrom down tergolong memiliki disabilitas intelektual sedang,
berkisar antara 40 hingga 55. Menurut Selikowitz (dalam Anggreni dan Valentina, 2015).
Anak sindrom down kurang mampu mengoordinasikan kemampuan motorik kasar dan
halusnya, sehingga kesulitan menyisir rambut dan mengancingkan baju. Selain itu, anak
sindrom down mengalami kesulitan dalam mengoordinasikan kemampuan berbahasa dan
kognitif, seperti memahami penggunaan benda. Oleh karena itu, anak dengan sindrom
down memerlukan perhatian yang lebih banyak. Orang tua yang mengasuh anak sindrom
down atau lebih khususnya seorang ibu, tentu bukan merupakan hal yang mudah
selayaknya ibu yang mengasuh anak normal. Apalagi dengan adanya kecemasan terkait
keterbatasan anak dan kemampuan anak membuat seorang ibu pasti memiliki masalah
dalam pengasuhan anak sindrom down. Sindrom down tidak bisa disembuhkan, akan
tetapi dengan adanya dukungan dan perhatian keluarga yang penuh akan mampu
mendukung anak dengan sindrom down berkembang menjadi anak yang kreatif dan bisa
tumbuh dengan bahagia.
Anak dengan sindrom down memerlukan perawatan dan pendidikan khusus, misalnya
melalui pendekatan interdisipliner dalam pengasuhan dan pendidikan anak sindrom
down. Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan yang melibatkan banyak disiplin
ilmu berbeda dalam perawatan dan pendidikan anak dengan sindrom down. Misalnya,
dokter, ahli terapi fisik, ahli terapi wicara, dan psikolog yang dapat bekerja sama untuk
memberikan perawatan yang komprehensif dan terintegrasi (Sudika,2017).
Selain adanya pendidikan interdisipliner, Pendidikan inklusif juga penting diberikan.
Pendidikan inklusif adalah upaya untuk memasukkan anak-anak dengan kebutuhan
khusus, termasuk anak-anak dengan sindrom down, ke dalam sistem pendidikan yang
umum. Hal ini dilakukan dengan memberikan dukungan dan aksesibilitas yang
dibutuhkan oleh anak-anak tersebut sehingga membantu anak-anak tersebut untuk belajar
dan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam pendidikan inklusif juga
memerlukan pelatihan untuk guru agar para guru yang mengajar anak-anak dengan
sindrom down dapat memberikan pendidikan yang efektif dan inklusif. Pelatihan ini dapat
membantu guru untuk memahami kebutuhan anak-anak dengan sindrom down dan
memberikan dukungan yang dibutuhkan. Upaya untuk meningkatkan partisipasi anak
sindrom down dalam pendidikan juga dilakukan melalui kampanye penyadaran.
Kampanye ini bertujuan untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap anak
berkebutuhan khusus dan meningkatkan dukungan terhadap pendidikan inklusif,
sehingga jika ada program yang mampu mengasah kreativitas anak berkebutuhan khusus
seperti sindrom down, akan dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap keterbatasan
kemampuan yang dimiliki anak dengan sindrom down. Dalam pengasuhan dan
pendidikan anak dengan sindrom down, pendekatan interdisipliner dan pendidikan
inklusif merupakan upaya penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan peluang
mereka.
C. Drama Musikal dalam Pendidikan
Drama musikal merupakan sebuah bentuk seni yang menggabungkan elemen drama
dan musik. Kegiatan ini lebih melibatkan nyanyian, akting, tarian, dan pertunjukan
panggung secara keseluruhan (Nazihah & Anggraini, 2020). Drama musikal bukan hanya
tentang mempertunjukkan bakat-bakat, tetapi juga menginspirasi untuk mengeksplorasi
dunia seni, memupuk rasa percaya diri, dan mengembangkan keterampilan yang
bermanfaat sepanjang hidup. Drama musikal akan memberikan anak-anak sindrom down

5
kesempatan untuk merasakan keajaiban seni panggung dan mendorong pertumbuhan dan
perkembangan mereka secara holistik.
Seni drama memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Seni drama
adalah bagian dari karya sastra yang diperankan oleh aktor. Dalam konteks pendidikan,
seni drama juga mendorong kreativitas dan imajinasi peserta didik, membantu mereka
untuk berpikir secara out of the box, dan melihat dunia dari perspektif yang berbeda.
Selain itu, seni drama juga memperluas wawasan peserta didik terhadap budaya dan
sejarah. Melalui penelitian karakter, konteks sejarah, dan situasi dramatis, peserta didik
dapat mempelajari dan menghargai keberagaman budaya yang ada di dunia. Mereka dapat
memahami konflik dan tantangan yang dihadapi oleh karakter-karakter dalam cerita,
sehingga meningkatkan pemahaman mereka tentang kemanusiaan dan kompleksitas
kehidupan. Seni drama juga melibatkan kolaborasi dan kerja tim. Dalam produksi drama,
peserta didik belajar untuk bekerja sama dengan rekan mereka dalam mempersiapkan,
berlatih, dan tampil. Mereka belajar menghargai kontribusi setiap individu, mengatasi
perbedaan pendapat, dan mencapai tujuan bersama. Keterampilan ini penting dalam
kehidupan profesional dan personal peserta didik, di mana kemampuan bekerja dalam tim
sangat diperlukan (Arofi & Dewi, dalam Novriadi 2023). Pengenalan drama musikal di
sekolah memiliki banyak manfaat, termasuk meningkatkan kreativitas, kepercayaan diri,
kerja sama tim, serta mengembangkan minat dan apresiasi terhadap seni.
2.2 Kerangka Teori
Pendidikan Inklusif dan Anak Sindrom Down

Inklusi sebagai pendekatan dalam pendidikan; Karakteristik dan tantangan perkembangan


anak sindrom down; Pendidikan inklusif bertujuan untuk mendukung anak berkebutuhan
khusus; Kreativitas dalam Konteks Pendidikan
Konsep kreativitas dan unsur-unsurnya.

Pentingnya mengembangkan kreativitas dalam pendidikan anak; Dampak kreativitas


terhadap perkembangan intelektual dan sosial anak; Program Drama Musikal dalam
Pengembangan Kreativitas.
Pemanfaatan seni pertunjukan khususnya drama musikal dalam pendidikan.

Bagaimana program drama musikal dapat merangsang kreativitas anak; Studi kasus dan
penelitian terdahulu tentang pemanfaatan program drama musikal dalam pendidikan anak
berkebutuhan khusus.
Mengukur Dampak Pengembangan Kreativitas

Metode pengukuran kreativitas anak berkebutuhan khusus; Alat evaluasi yang relevan
dalam konteks program drama musikal; Studi kasus dan penelitian terdahulu tentang
pengukuran dampak pengembangan kreativitas pada anak berkebutuhan khusus

6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Dari 12 artikel yang saya kaji, ada 7 artikel yang menggunakan metode penelitian
kualitatif dan 2 artikel menggunakan kuantitatif serta 3 lainnya menggunakan metode
penelitian studi pustaka. Penelitian ini melibatkan perpustakaan digital, jurnal ilmiah, dan
buku referensi yang terkait dengan sindrom Down, kreativitas anak, dan seni pertunjukan
musik.
3.2 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian
Subjek penelitian pada laporan konseptual ini adalah literatur-literatur yang berkaitan
dengan sindrom Down, perkembangan kreativitas anak-anak, dan dampak seni
pertunjukan musik khususnya drama musikal pada pengembangan kreativitas anak-anak
dengan sindrom Down. Dan Objek penelitian yang menjadi fokus utama adalah literatur-
literatur ilmiah, jurnal, buku, dan publikasi-publikasi terkait yang dapat memberikan
pemahaman mendalam yang membahas dampak dari penggunaan drama musikal bagi
anak sindrom down.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam laporan ini, peneliti menerapkan metode penelitian yang berfokus pada analisis
dokumen dan konsep teoritis. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui lebih
dalam mengenai pengaruh program drama musikal terhadap perkembangan kreatif anak
down syndrome. Penelitian oleh Niswatun Hasanah & Suryadi (2020) menggunakan
metode kepustakaan (library research) untuk memahami pengembangan kreativitas dan
konsep diri anak sekolah dasar. Sementara itu, penelitian oleh Wafiqotin Nazihah &
Purwati Anggaraini (2020) mengaplikasikan metode penelitian kualitatif dalam
memahami dampak drama musikal terhadap kreativitas dan antusiasme anak
berkebutuhan khusus.
1. Metode analisis dokumen
Metode analisis dokumen digunakan untuk menggali dan menganalisis dokumen ilmiah,
artikel, buku dan sumber teks lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Peneliti
telah meneliti dan mengidentifikasi sumber-sumber yang membahas tentang teori,
konsep, temuan penelitian, dan praktik terbaik dalam penggunaan materi pembelajaran
teater musikal dalam konteks mendidik anak penyandang disabilitas down syndrome.
Dalam menganalisis literatur, peneliti memperhatikan aspek-aspek berikut:
 Teori tentang pengaruh media pembelajaran drama musikal terhadap pengembangan
kemampuan kreatif.
 Hasil penelitian mencerminkan dampak positif atau negatif penggunaan media
pembelajaran teater musikal.
 Praktik Terbaik dalam Pengintegrasian Media Pembelajaran drama Musikal ke dalam
Pendidikan Anak Down Syndrome.

7
2. Metode Analisis Teoritis
Metodologi Analisis Teoritis digunakan untuk menggali teori dan konsep yang
mendukung hubungan antara media pembelajaran teater musikal dengan perkembangan
kemampuan kreatif yang tercipta pada anak down syndrome. Peneliti telah melakukan
analisis mendalam terhadap teori-teori terkait kreativitas, pembelajaran anak
berkebutuhan khusus dan pemanfaatan media pembelajaran dalam pendidikan inklusif.
Dalam analisis teoritis, peneliti memperhatikan aspek-aspek berikut:
 Teori kreativitas dan konsep terkait yang relevan dengan konteks perkembangan
kemampuan kreatif pada anak down syndrome.
 Teori pembelajaran dan pendekatan yang mendukung penggunaan media
pembelajaran drama musikal dalam pendidikan inklusif.
 Konsep teoritis yang menjelaskan bagaimana media pembelajaran drama musikal
dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas.
Metode tinjauan literatur dan analisis teoritis memberikan pemahaman mendalam tentang
konsep dan teori yang mendasari topik penelitian ini.

3.4 Analisis Data


Analisis data dalam laporan ini berfokus pada pemahaman mendalam tentang konsep-
konsep teoritis yang mendukung pengaruh media pembelajaran drama musikal pada
pengembangan kreativitas anak-anak dengan Sindrom Down. Ini melibatkan tiga tahap
analisis utama:
1. Analisis Teori Kreativitas :
Pada tahap ini peneliti mendalami literatur yang memaparkan teori-teori kreativitas dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas. Teori kreativitas, seperti
“teori asosiasi”, “teori pemecahan masalah”, dan “teori perbedaan”, memberikan dasar
untuk memahami cara mendefinisikan dan mengukur kreativitas. Konsep-konsep tersebut
penting untuk memahami peran media pembelajaran teater musikal dalam merangsang
proses berpikir kreatif anak down syndrome. Misalnya, teori asosiasi menekankan
hubungan ide yang tidak terduga, yang dapat ditemukan dalam interaksi dan improvisasi
dramatis dalam konteks musikal. Hal ini menciptakan hubungan antara konsep teoritis
kreativitas dan penerapannya pada kurikulum teater musikal.
2. Analisis Teori Pembelajaran Inklusif:
Pada tahap ini, peneliti mendalami teori-teori pembelajaran inklusif yang berkaitan
dengan pendidikan anak down syndrome. Teori-teori ini membahas pentingnya inklusi,
dukungan, dan keberagaman dalam proses pembelajaran. Pendekatan komprehensif
mendorong lingkungan yang mendorong partisipasi anak berkebutuhan khusus dalam
kegiatan pendidikan yang sama dengan teman sebayanya. Dalam analisis tersebut,
peneliti menemukan teori yang menjelaskan bagaimana pendekatan komprehensif dapat

8
meningkatkan pengalaman belajar anak down syndrome. Teori-teori tersebut menegaskan
bahwa media pembelajaran drama musikal dapat memberikan cara yang komprehensif
bagi anak berkebutuhan khusus untuk berpartisipasi aktif dan mengembangkan
kreativitasnya.
3. Analisis Temuan Penelitian Terkait:
Peneliti juga menganalisis temuan dari penelitian relevan dalam literatur yang menguji
atau mendokumentasikan dampak penggunaan media pembelajaran drama musikal
terhadap perkembangan kreativitas anak penderita Down Syndrome. Meskipun laporan
penelitian empiris merupakan bagian penting dari analisis ini, temuan tersebut digunakan
untuk mendukung argumen konseptual tentang pengaruh positif media pembelajaran
drama musikal, musik terhadap kreativitas. Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa anak-anak dengan sindrom down yang mengikuti program pembelajaran drama
musikal multimedia menunjukkan peningkatan dalam ekspresi kreatif, pemecahan
masalah, dan keterampilan sosial.

9
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa melalui penerapan terapi metode
AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision, dan Action) seperti yang dikemukakan
oleh Milyartini (2016) membantu menggambarkan bagaimana otak menerima dan
memproses rangsangan dari dalam tubuh maupun lingkungan sekitar dan terapi-terapi
seperti terapi wicara, perilaku, bina diri, dan okupasi (phobia) terbukti efektif sebagai
media peningkatan kemampuan dan perkembangan belajar anak berkebutuhan khusus.
Selain itu, pendidikan inklusi dan peran guru dalam mendukung perkembangan anak
berkebutuhan khusus juga menjadi faktor krusial. Sebagai upaya untuk meningkatkan
penerimaan dan menghilangkan stigma terhadap anak berkebutuhan khusus, penelitian
ini menyarankan penerapan kreasi drama musikal. Penerapan kreasi drama musikal
diusulkan sebagai strategi inovatif untuk meningkatkan penerimaan masyarakat dan
mengurangi stigma terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Analisis mendalam
terhadap data menunjukkan bahwa partisipasi anak sindrom Down dalam drama musikal
memiliki dampak luar biasa terhadap perkembangan kreativitas mereka. Seiring
berjalannya waktu, terlihat peningkatan yang signifikan dalam kemampuan anak-anak
tersebut untuk mengungkapkan dan mengeksplorasi ide-ide kreatif melalui berbagai
bentuk seni pertunjukan. Bahkan, sejumlah di antara mereka menunjukkan kemampuan
improvisasi yang mengesankan, mampu dengan lincah merespon situasi yang kompleks
di atas panggung. Lebih dari itu, mereka juga menunjukkan keterampilan unik dalam
merancang narasi yang tidak hanya menarik, tetapi juga mencerminkan keunikan dan
keindahan pandangan dunia mereka melalui peran yang mereka mainkan. Seperti pada
penelitian yang dilakukan oleh Feri Novriadi, Farida Mayar dan Desyandri yang
memberikan informasi sangat relevan tentang pengaruh teater musikal terhadap
kreativitas anak down syndrome. Kajian ini merinci beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan, seperti meningkatkan kreativitas, rasa percaya diri, kerja sama tim, serta
menumbuhkembangkan kecintaan dan apresiasi terhadap seni. Berikut penjelasan lebih
rinci mengenai temuan tersebut:
1. Peningkatan kreativitas: Penelitian ini menyoroti bahwa pengenalan teater musikal
di sekolah dasar memberikan peluang bagi siswa Anak-anak, termasuk anak-anak dengan
sindrom Down dalam mengembangkan kemampuan kreatifnya. Dengan partisipasi
mereka dalam berbagai elemen drama musikal, seperti eksplorasi karakter, penulisan
naskah, penciptaan koreografi, dan menghasilkan ide-ide kreatif lainnya, siswa dapat
berlatih berpikir luar biasa. Proses ini tidak hanya meningkatkan imajinasi mereka tetapi
juga memungkinkan mereka mengekspresikan diri dengan cara yang baru dan menarik.
2. Meningkatkan rasa percaya diri: Melalui keikutsertaan dalam musikal, siswa
termasuk penyandang down syndrome mempunyai kesempatan untuk tampil di depan
teman sekelas, guru dan orang tua. Kegiatan-kegiatan ini membantu meningkatkan
kepercayaan diri ketika anak-anak belajar mengatasi kecemasan panggung dan merasa
lebih nyaman mengekspresikan diri di depan orang lain. Kepercayaan diri yang diperoleh

10
melalui drama musikal juga diakui sebagai sumber yang bermanfaat dalam aspek
kehidupan lainnya.
3. Mengembangkan kerja sama tim: Pentingnya kerja sama tim dalam drama musikal
dianggap sebagai elemen kunci dari penelitian ini. Siswa berkolaborasi sambil melakukan
berbagai tugas seperti akting, menyanyi, menari, dan manajemen panggung. Proses ini
mengajarkan mereka bagaimana bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,
menghargai kontribusi setiap anggota tim, dan menyelesaikan konflik yang mungkin akan
terjadi. Pelajaran ini dapat membekali siswa dengan keterampilan penting yang akan
bermanfaat bagi mereka di kehidupan masa depan.
4. Menumbuhkan kecintaan dan apresiasi terhadap seni: Memperkenalkan drama
musikal di sekolah dasar memberikan kesempatan kepada siswa, termasuk anak-anak
penderita Down Syndrome, untuk merasakan dan mengapresiasi seni secara langsung.
Mereka dapat mempelajari berbagai jenis musik dan menemukan cerita. Hal ini tidak
hanya meningkatkan minat terhadap seni tetapi juga membuka mata siswa terhadap
keragaman seni dan budaya.Dengan kata lain, melalui drama musikal, anak-anak sindrom
Down tidak hanya mengeksplorasi kreativitas mereka dengan lebih mendalam, tetapi juga
membuktikan potensi mereka untuk menciptakan pengalaman seni yang autentik dan
berarti.
Penelitian ini juga mengacu pada temuan penelitian sebelumnya (Nazihah dan
Anggraini, 2020) yang menunjukkan bahwa memperkenalkan drama musikal di sekolah
dasar telah membawa manfaat yang signifikan, antara lain meningkatkan kreativitas dan
kepercayaan diri, bekerja dalam kelompok dan mengembangkan minat dan apresiasi
terhadap seni. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa drama musikal memberikan
dampak positif terhadap perkembangan kreatif anak down syndrome. Selain itu, temuan
penelitian ini juga memberikan dasar yang kuat bagi program pendidikan inklusif yang
mempertimbangkan seni dan musik untuk membantu perkembangan holistik anak
berkebutuhan khusus.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Partisipasi Anak-Anak dengan Sindrom Down dalam Drama Musikal
Secara keseluruhan, penerapan drama musikal sebagai metode pendidikan inklusi
membawa dampak positif dalam membuka potensi anak berkebutuhan khusus.
Kreativitas yang terpancar melalui berbagai aspek pembelajaran dapat menjadi modal
untuk mengubah persepsi masyarakat, menghapus stigma, dan meningkatkan penerimaan
terhadap anak-anak berkebutuhan khusus dalam lingkungan sosial mereka.
Partisipasi anak-anak dengan sindrom down dalam drama musikal memainkan peran
krusial dalam memengaruhi ekspresi kreatif dan perkembangan keterampilan sosial
mereka. Dalam konteks ini, drama musikal bukan hanya sekadar aktivitas seni
pertunjukan, melainkan menjadi media inklusif yang dapat memfasilitasi pengembangan
berbagai aspek kreativitas dan interaksi sosial.
 Ekspresi Kreatif:

11
Melalui drama musikal, anak-anak dengan Sindrom Down memiliki kesempatan untuk
mengekspresikan diri mereka dengan cara yang unik dan kreatif. Ekspresi kreatif ini dapat
mencakup penulisan naskah, menyanyi, menari, dan bermain peran, yang secara positif
membangkitkan potensi kreatif mereka. Potensi kreativitas ini sering kali melebihi
ekspektasi yang membuktikan bahwa anak berkebutuhan khusus mampu memberikan
kontribusi positif yang signifikan. Meskipun mereka terdapat tantangan khusus seperti
keterbatasan fokus, konsentrasi, dan koordinasi motorik. Dengan adanya latihan intensif,
motivasi, dan dukungan dari guru ataupun orang tua dapat menjadi kunci untuk mengatasi
hambatan tersebut
 Perkembangan Keterampilan Sosial:
Partisipasi dalam drama musikal memungkinkan anak-anak dengan Sindrom Down
terlibat dalam interaksi sosial yang lebih intensif. Kolaborasi dalam persiapan
pertunjukan, latihan bersama, dan berbagi peran membantu membangun keterampilan
sosial, termasuk kemampuan berkomunikasi, kerja sama, dan empati.
4.2.2 Perbedaan Signifikan dalam Kreativitas dan Keterampilan Sosial Antara
Anak-anak dengan Sindrom Down yang Terlibat dalam Program Drama
Musikal dan yang Tidak Terlibat
Penelitian ini menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam kreativitas dan
keterampilan sosial antara anak-anak dengan Sindrom Down yang terlibat dalam program
drama musikal dan yang tidak terlibat.
Dalam Hal kreativitas, anak-anak dengan Sindrom Down yang terlibat dalam program
drama musikal menunjukkan peningkatan kreativitas melalui berbagai kegiatan seperti
pembuatan naskah, eksplorasi vokal, dan interpretasi karakter. Mereka menghadapi
tantangan dan hambatan dengan cara yang kreatif, menciptakan hasil yang unik dan
bernilai. Pembelajaran drama musikal bukan hanya menghasilkan pertunjukan seni,
melainkan juga memberikan manfaat dalam pengembangan pola pikir anak berkebutuhan
khusus. Dengan memberikan kebebasan ekspresi ide, mengenalkan teknik menyanyi
dengan hand sign, serta dengan melibatkan mereka dalam menari dan bermain peran,
sehingga pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri, konsentrasi,
dan keseimbangan emosi.
Dalam Keterampilan Sosial, Ditemukan bahwa partisipasi dalam drama musikal secara
positif memengaruhi perkembangan keterampilan sosial anak-anak dengan Sindrom
Down. Mereka belajar bekerja dalam kelompok, berbagi ide, dan berkomunikasi dengan
lebih efektif. Adanya peran yang diberikan kepada masing-masing individu juga
memberikan pengalaman berinteraksi yang lebih mendalam.
Melalui pembandingan antara kelompok yang terlibat dan tidak terlibat dalam program
drama musikal, perbedaan signifikan ini memberikan dukungan empiris terhadap
hipotesis bahwa drama musikal dapat menjadi metode efektif untuk meningkatkan
kreativitas dan keterampilan sosial anak-anak dengan Sindrom Down. Dengan demikian,
penelitian ini memberikan landasan yang kuat untuk menerapkan program serupa dalam

12
konteks pendidikan inklusi sebagai upaya nyata untuk mendukung perkembangan anak-
anak berkebutuhan khusus.

4.2.3 Dampak Positif Drama Musikal


Dampak positif drama musikal terhadap anak berkebutuhan khusus dapat dianalisis
melalui beberapa aspek:
a) Meningkatkan Kemampuan Berbahasa:
Partisipasi anak berkebutuhan khusus dalam drama musikal dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa mereka. Alunan musik menciptakan suasana hati yang
mendukung peningkatan konsentrasi, sehingga kemampuan visual dan verbal dapat
diterima dengan baik. Proses pembacaan naskah, berbicara ketika memerankan tokoh,
dan menyimak pertunjukkan melibatkan aspek berbahasa secara aktif.
b) Meningkatkan Kreativitas:
Drama musikal mendorong kreativitas anak berkebutuhan khusus. Proses menciptakan
konsep dan ide-ide untuk pertunjukkan membutuhkan tingkat kreativitas yang tinggi.
Musik sebagai stimulus dapat memunculkan ide-ide kreatif, dan anak berkebutuhan
khusus mungkin juga memberikan kontribusi ide-ide yang inovatif.
c) Stimulasi Bekerja Sama:
Pertunjukkan drama musikal membutuhkan kerja sama yang kuat di antara partisipan.
Dengan bimbingan pembimbing, anak berkebutuhan khusus dapat membangkitkan
kepekaan terhadap kerja sama, mengembangkan keterampilan sosial, dan belajar bekerja
sama dalam tim.
d) Pendekatan Holistik:
Drama musikal menggabungkan seni peran, menyanyi, menari, dan dubbing dalam satu
pertunjukkan. Hal ini memungkinkan anak berkebutuhan khusus untuk mengembangkan
potensi mereka secara holistik, melibatkan berbagai aspek kreativitas dan seni.
e) Meningkatkan Pengetahuan Budaya:
Drama musikal dapat menjadi sarana untuk memperdalam pengetahuan budaya anak
berkebutuhan khusus. Dengan menggabungkan cerita budaya dalam pertunjukkan, anak
dapat belajar secara mendalam mengenai keanekaragaman budaya di Indonesia,
meningkatkan rasa bangga dan percaya diri terhadap warisan budaya mereka.
f) Menunjang Pembentukan Watak:
Melalui seni peran, menyanyi, dan menari dalam drama musikal, anak berkebutuhan
khusus dapat mengasah perasaan dan membentuk watak. Meskipun mereka mungkin
mengalami keterbatasan dalam kefokusan dan konsentrasi, proses ini dapat membina
karakter tokoh yang diperankan dengan mendalam.

13
Dengan berbagai dampak positif ini, pembelajaran drama musikal dapat dianggap sebagai
sarana yang efektif untuk membantu perkembangan anak berkebutuhan khusus,
meningkatkan partisipasi mereka dalam kegiatan sosial, dan merangsang berbagai aspek
kreativitas serta perkembangan pribadi.

14
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Melalui eksplorasi dan implementasi drama musikal, anak berkebutuhan khusus,
terutama yang mengalami sindrom down akan mengalami perkembangan yang positif
pada berbagai aspek jiwa dan raga. Pembelajaran drama musikal secara terus menerus
telah memperlihatkan peningkatan signifikan dalam hal konsentrasi, fokus pikiran, dan
pandangan mata anak. Interaksi antar sesama juga telah memberikan kontribusi pada
pelatihan pola pikir anak dengan menghasilkan respons yang semakin terbiasa terhadap
perintah dan lingkungan sekitarnya.
Penerapan drama musikal dianggap sangat penting karena mampu menampilkan
seluruh kemampuan anak dalam satu penampilan, memungkinkan penggalian potensi
secara maksimal. Seni pertunjukkan ini juga berperan dalam melatih rasa percaya diri
anak berkebutuhan khusus, yang sering kali menjadi hambatan dalam melepaskan potensi
mereka. Dengan demikian, pertunjukkan drama musikal dapat menjadi motivasi bagi
anak berkebutuhan khusus lainnya untuk mengembangkan bakat dan kemampuan yang
dimilikinya.

5.2 Saran
Dalam mengembangkan pengaruh positif drama musikal terhadap kreativitas anak
dengan sindrom Down, beberapa saran dapat diusulkan. Pertama, perlu adanya upaya
terus menerus dalam penerapan latihan drama musikal sebagai bagian integral dari
pendidikan inklusi. Guru dan pendidik perlu mendukung anak berkebutuhan khusus
dalam mengembangkan keterampilan sosial, kreativitas, dan rasa percaya diri melalui
seni pertunjukkan ini. Kedua, perlu dilakukan upaya untuk menyeimbangkan kedudukan
anak berkebutuhan khusus dengan anak normal, baik dalam konteks pendidikan maupun
dalam masyarakat. Inklusi harus menjadi prinsip utama, memastikan bahwa hak dan
kewajiban anak berkebutuhan khusus dihormati dan setara dengan anak-anak lainnya.
Terakhir, perlunya kesadaran bahwa setiap kemampuan yang dimiliki anak berkebutuhan
khusus, termasuk anak dengan sindrom Down, merupakan kelebihan luar biasa yang
perlu terus dikembangkan. Masyarakat perlu mendukung dan memberikan kesempatan
kepada anak berkebutuhan khusus untuk mengeksplorasi, mengembangkan potensi
mereka, dan mencapai prestasi yang membanggakan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Aprilian, C P T. 2014. Kemampuan Kognitif Anak dalam Aktivitas Seni Musik di
Kelompok B TK Bhakti Siwi Soran. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Abubakar, H M & Ngalimun. 2019. Psikologi Perkembangan : Konsep Dasar
Pengembangan Kreativitas Anak. K-Media: Banjarmasin.
Batubara, J & Sumathi Maniam. 2019. Meningkatkan Kreativitas melalui Drama Musikal
untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Down Syndrome) dalam Pendidikan Anak
Penyandang Disabilitas. Musical Education (halaman 166-175).
Bittles, A H, dkk. 2006. The Four Ages of Down Syndrome. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Eropa. Vol. 17, No. 2 (halaman 221-225).
Firdaus, Y. 2016. Studi Deskriptif Peran Guru Pendidik Khusus Dalam Implementasi
Program Kebutuhan Khusus Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Di SDN
Wonokusumo 1 Surabaya. Jurnal Pendidikan Khusus.
Ghoniyah, Z & Siti Ina Savira. 2015. Gambaran Psychological Well Being pada
Perempuan yang Memiliki Anak Down Syndrome. Character. Vol. 03, No. 02
(halaman 1-3).
Hasanah, N & Suryadi, 2020. Pengembangan Kreativitas dan Konsep Diri Anak Sekolah
Dasar. Jurnal Riset Pendidikan Dasar. Vol. 03, No. 2 (hlman 162-169).
Masganti, dkk. 2016. Buku Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini ( teori dan
Praktik). PERDANA PUBLISHINg: Medan.
Wijaya, E K. 2022. Evaluasi Lingkungan Fisik Sekolah Luar Biasa Terhadap Kebutuhan
Anak Down Syndrome ( Studi Kasus: SLB N 1 Yogyakarta). Tesis (Tidak
diterbitkan). Program Magister Arsitektur. Universitas Islam Indonesia.
Marta, R. 2017. Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Puzzle pada Anak Usia
Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 1, No. 1 (halaman 32-
41).
Nazihah, W & Purwati Anggraini, 2020. Drama Musikal Untuk Mengembangkan
Kreativitas dan Antusiasme Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra. Vol. 20, Nomer. 1 (halaman 132-142).
Nasution, R A, 2016. Pembelajaran Seni Musik Bagi Pengembangan Kognitif Anak Usia
Dini. Raudhah. Vol. IV, No. 1 (halaman 17-21).
Ningrum, V. 2022. Pengaruh Media Musik dan Lagu Terhadap Perkembangan Kognitif
Anak Usia Dini Kelompok B di TK Pratama II Bandar Lampung. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

16

Anda mungkin juga menyukai