Anda di halaman 1dari 20

POSTMODERNISME HUKUM

Agustinus Supriyanto

06/12/20 Postmodernisme 1
Postmodernisme
• Suasana atau kecenderungan pemikiran
pascamodern.
• Pemikiran pascamodern ini menimbulkan antara
lain gerakan critical legal studies (CLS).
• Yg perlu diperhatikan terhdp CLS ini adalah
substansi pemikirannya, bukan istilahnya. Sejak
dahulu para filsuf pun sudah kritis.

06/12/20 Postmodernisme 2
Ide Dasar CLS
• Pemikiran bahwa hukum tidak dapat
dipisahkan dari politik dan hukum tidaklah
netral dan bukannya sama sekali bebas nilai.
• Hukum dari sejak penyusunannya hingga
pemberlakuannya selalu dipengaruhi oleh
pemihakan-pemihakan.

06/12/20 Postmodernisme 3
Manfaat CLS
• Dapat digunakan untuk membongkar atau
menjungkirbalikkan struktur-2 hirarkhis
dalam masyarakat yg tercipta karena adanya
dominasi dan usaha-2 itu akan dicapai
dengan menggunakan hukum sebagai
sarananya.

06/12/20 Postmodernisme 4
Tujuan CLS
• Untuk menghilangkan halangan atau
kendala-kendala yg dialami individu-2 yg
berasal dari struktur sosial. Dengan
hilangnya kendala-kendala itu diharapkan
individu-2 itu dapat memberdayakan diri
untuk dapat secara bebas mengekspresikan
pendapatnya.

06/12/20 Postmodernisme 5
Keadilan
dalam Postmodernisme Hukum
• Keadilan yang dicari oleh aliran postmodern
bukan keadilan hukum dalam artinya yang
konvensional, melainkan keadilan yang
kreatif. Dengan keadilan yang kreatif,
dimaksudkan adalah bahwa suatu keadilan
dalam masyarakat yang aktif, yang standar
sosial, teknologi, ekonomi, dan etikanya
yang terus berubah.
06/12/20 Postmodernisme 6
Realisme Hukum sebagai Dasar
Postmodernisme Hukum
• Realisme hukum: hukum bekerja mengikuti
peristiwa-peristiwa konkrit yang muncul. Hukum
juga tidak mungkin bekerja menurut disiplinnya
sendiri. Perlu adanya pendekatan yang
interdisipliner dan multidisipliner dengan
memanfaatkan ilmu-ilmu seperti ekonomi,
sosiologi, dan politik.
• Pembentukan hukum, penafsiran hukum, dan
penerapan hukum sangat dipengaruhi oleh latar
belakang tertentu, seperti politik dan ekonomi.
06/12/20 Postmodernisme 7
Tesis realisme hukum
• Aturan hukum yang ada tidak cukup tersedia
untuk dapat menjangkau setiap putusan hakim
karena masing-masing fakta hukum dalam
masing-masing kasus yang bersangkutan bersifat
unik.
• Dalam memutus perkara, hakim membuat hukum
yang baru.
• Putusan hakim banyak dipengaruhi faktor di luar
hukum.
06/12/20 Postmodernisme 8
Kebebasan Manusia
untuk Berbuat atau Tidak
• Ada dua macam kebebasan:
1. Kebebasan sosial
2. Kebebasan eksistensial

06/12/20 Postmodernisme 9
Kebebasan Sosial
• Kebebasan yang kita terima dari orang lain.
• Kebebasan sosial ini selalu dibatasi oleh orang
lain. Pembatasan itu dapat berupa (1) fisik, yakni
adanya paksaan dari orang lain secara fisik, (2)
rohani (psikis), yaitu tekanan batin yag diberikan
orang lain, dan (3) perintah dan larangan, antara
lain terwujud dlm peraturan perundang-undangan,
perintah dan larangan orang tua atau dosen.

06/12/20 Postmodernisme 10
Kebebasan eksistensial
• Kebebasan dlm arti kemampuan kita untuk
menentukan tindakan kita sendiri.
• Kebebasan yg berakar dlm rohani manusia, yaitu
dlm penguasaan terhadap batinnya, pikirannya,
dan kehendaknya, yang dlm realitasnya terwujud
dalam dimensi lahiriah.
• Kebebasan ini hanya dapat bergerak sejauh tidak
dihalangi orang lain, yang kembali membawa kita
kepada kebebasan sosial.
06/12/20 Postmodernisme 11
Perlunya pembedaan
kedua jenis kebebasan tadi
• Dlm membicarakan ttg kebebasan sosial,
scr hakiki kebebasan itu perlu dibatasi oleh
pelbagai pihak yg berwenang.
• Pembatasan itu perlu
dipertanggungjawabkan, baik alasan
maupun caranya.

06/12/20 Postmodernisme 12
Kebebasan eksistensial
• Merupakan kemampuan manusia untuk
menentukan dirinya sendiri, akan berkembang dan
menjadi kuat apabila orang itu makin bersedia
untuk bertanggung jawab.
• Semakin orang menolak untuk bertanggungjawab,
semakin sempit dan lemah kepribadiannya utk
menentukan dirinya sendiri.

06/12/20 Postmodernisme 13
Otonomnya Manusia
• Kebebasan eksistensial yg bertanggungjawab
menyatakan diri dlam pola moralitas yang
otonom.
• Manusia bermoralitas otonom melakukan
kewajiban dan tanggungjawabnya bukan karena
takut atau merasa terkekan, melainkan karena ia
sendiri sadar, menyadari nilai dan makna serta
perlunya kewajiban dan tanggung jawabnya.

06/12/20 Postmodernisme 14
Dilema
• Kesatuan pendapat moral sering sulit untuk
dicapai. Dlm kehidupannya, manusia
memang makluk yg selalu dihadapkan pada
dilema moral. Makin kompleks bentuk
kehidupannya, makin besar
kemungkinannya menghadapi dilema
demikian.

06/12/20 Postmodernisme 15
Diperlukannya suara hati
• Hanya orang yg memiliki kepribadian yg
kuat dan matang yang dapat mengambil
keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
• Keputusan yg bertanggungjawab baru akan
lahir apabila ada kebebasan dan
keputusannya sendiri diambil berdasarkan
suara hati.
06/12/20 Postmodernisme 16
Suara hati
• Kesadaran manusia akan kewajiban dan
tanggung jawabnya sebagai manusia dalam
situasi konkrit.

06/12/20 Postmodernisme 17
Aspek ontologi, epistimologi,
dan aksiologi filsafat hukum
• Ontologi: apa yang dikaji oleh filsafat
hukum itu? Hakikat apa yg dikaji?
• Epistimologi: bagaimana cara mendapatkan
filsafat hukum itu?
• Aksiologi: untuk apa filsafat hukum itu
dipergunakan? Apakah nilai kegunaan
filsafat hukum itu?

06/12/20 Postmodernisme 18
Hubungan aspek ontologi,
epistimologi, dan aksiologi
• Setiap ilmu pengetahuan mempunyai ciri-ciri yg
spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) ilmu
pengetahuan tersebut disusun.
• Ketiga landasan itu saling berkaitan. Ontologi
ilmu terkait dg epistemologi ilu dan epistemologi
ilmu terkait aksiologi ilmu dst.

06/12/20 Postmodernisme 19
Kegunaannya bagi
Pengembangan Filsafat Hukum
• Pemahaman ketiga aspek tadi, ontologi,
epistemologi, dan aksiologi, sangat
bermanfaat bagi pengembangan filsafat
hukum.

06/12/20 Postmodernisme 20

Anda mungkin juga menyukai